• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue

penyebab penyakit demam berdarah. Aedes aegypti tersebar di seluruh wilayah tropis dan subtropis Asia Tenggara, terutama di sebagian besar wilayah perkotaan.11,12

1. Klasifikasi12,13

Berdasarkan klasifikasi nyamuk Aedes aegypti digolongkan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Philum : Antropodha

Sub Philum : Mandibulata

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera

Familia : Culicidae Sub famili : Culicinae Tribus : Culicinie Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti 2. Siklus Hidup

(2)

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti14

Nyamuk aedes aegypti dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosis sempurna dengan 4 stadium yaitu: Telur  Larva  Pupa  Dewasa.15 a. Stadium Telur

Telur yang baru dikeluarkan bewarna putih tetapi sesudah 1-2 jam berubah menjadi hitam. Telur Aedes berbentuk bulat panjang (oval) menyerupai torpedo, mempunyai dinding yang bergaris-garis yang menyerupai sarang lebah. Telur diletakkan satu persatu terpisah di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina meletakkan telurnya rata-rata sebanyak 10 butir setiap kali bertelur. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 2-24oC, namun

akan menetas dalam waktu 1-3 hari dalam suhu 30oC. Pada kondisi normal

telur Aedes yang direndam akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan 95% pada hari kedua.5,16 faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah suhu, pH air, perindukan, cahaya, serta kelembaban dan fertilitas telur itu sendiri.17

b. Stadium Larva

Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva yang hidup di dalam air. Larva terdiri empat instar dan mengambil makanan dari tempat perindukannya. Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu, pH air

(3)

perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, serta adanya predator.18

Ciri-ciri larva nyamuk aedes adalah sebagai berikut:5 a) Ukuran 0,5 – 1 cm.

b) Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas kemudian kembali kebawah dan seterusnya.

c) Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.

d) Mengalami masa pertumbuhan atau instar yaitu: a.) Instar I : 2 hari

b.) Instar II : 2 hari c.) Instar III : 2 hari d.) Instar IV : 2-3 hari

Masing–masing instar ukurannya berbeda demikian juga dengan bulu-bulunya.

e) Tiap pergantian instar disertai dengan pergantian kulit.

f) Pada pergantian kulit terakhir (instar IV) berubah menjadi kepompong/ pupa.

g) Adanya corong udara pada segmen terakhir.

h) Pada segmen abdomen tidak dijumpai rambut-rambut berbentuk kipas (palmate hair). Pada corong udara terdapat pectin.

i) Di setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1-3. Bentuk individu dari comb scale seperti duri. j) Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang berbentuk kurva dan ada

sepasang rambut di kepala.5,16

Lamanya perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi yang optimum yaitu 25o-27oC, waktu yang dibutuhkan mulai penetasan sampai

(4)

kemunculan nyamuk dewasa sedikitnya 7 hari, termasuk 2 hari untuk masa menjadi pupa.17

Derajat keasaman (pH) yang sesuai untuk perkembangbiakan telur maupun larva dari nyamuk Aedes sp adalah pH sedang.18 Larva Aedes sp mempunyai kemampuan hidup pada pH 4-8. Pada pH asam, larva akan

mengatur pH Hemolym dengan meningkatkan laju minum dan ekskresi.18

Habitat alami larva jarang ditemukan, tetapi dapat mencakup lubang pohon, pangkaldaun dan tempurung kelapa. Di daerah yang panas dan kering, tanki penyimpanan air yang berada di atas, tanki penyimpanan air yang ada di tanah dapat menjadi habitat utama larva. Di wilayah yang persediaan airnya tidak teratur, dimana penghuni menyimpan air untuk kebutuhan rumah tangga dapat pula memperbanyak jumlah habitat yang ada untuk larva.

c. Stadium Pupa/ Kepompong

Pupa Aedes aegypti mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung/ terompet pernafasan yang berbentuk segitiga. Jika pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh, akan bergerak cepat untuk menyelam dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air di wadah atau tempat perindukan. Setelah berumur 1-2 hari pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Biasanya nyamuk jantan muncul keluar lebih dahulu, walaupun pada akhirnya perbandingan jantan-betina (sex ratio) yang keluar dari kelompok telur yang sama.15

(5)

Nyamuk Aedes aegypti adalah sub genus Stegomnya dengan ciri-ciri: belang-belang putih dan bewarna putih mengkilap. Pada mesonotum terdapat bentuk menyerupai gada, probosisnya polos tanpa belang-belang, tarsi berbelang putih. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan mulai dari nyamuk menghisap darah hingga bertelur umumnya antara 3-4 hari. Jangka waktunya tersebut disebut sebagai siklus gonotropik (gonotropic cycle).15

3. Bionomik

Nyamuk Aedes aegypti banyak ditemukan di atas permukaan pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat yang berisi sedikit air.16 penyebaran nyamuk Aedes aegypti terutama dengan bantuan manusia, jarak terbangnya rata-rata tidak terlalu jauh, yaitu sekitar 40-100 meter. Meskipun jarak terbang nyamuk Aedes aegypti bisa jauh (sampai 2 km), tetapi jarak terbang sejauh itu. Tiga hal penting yang dibutuhkan untuk berkembang biak yaitu tempat perindukan, tempat mendapat darah dan tempat beristirahat terdapat dalam satu rumah. Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti berupa air yang jernih dan tenang tertumpang dalam wadah baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Nyamuk ini lebih menyukai kontainer atau wadah yang berwarna gelap dan tidak terkena sinar matahari langsung.5,16

Aedes aegypti bersifat antropofilik (senang sekali kepada manusia) dan

hanya nyamuk betina yang menggigit. Nyamuk betina biasanya menggigit di dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah, di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung, seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan di bawah rumah dekat tempat berbiaknya, biasanya di tempat yang lebih gelap. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan

(6)

ini sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita demam dengue atau DHF di satu rumah. Nyamuk jantan juga tertarik pada manusia bila melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit.21

Nyamuk Aedes aegypti terbang dekat tanah dan bergerak ke semua arah

untuk mencari mangsa, mencari tempat bertelur, tempat beristirahat dan tempat melakukan perkawinan. Jarak terbang aedes aegyptii betina rata-rata 40-100 meter tetapi pada kalanya sampai sejauh 2 km.5,16

B. Pengendalian Vektor

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, mengubur, dan menutup.22

1. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.

2. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses tempat untuk bertelur.

3. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.

Selain itu ada beberapa pengendalian jentik atau larva yang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a. Secara Kimia

Untuk pemberantasan larva Aedes aegypti salah satunya adalah penggunaan abate (Temephos). Larvasida ini terbukti efektif terhadap larva Aedes

aegypti dan daya racunnya rendah terhadap mamalia. Cara ini biasanya

(7)

mandi, tempayan dan drum, yang berfungsi mencegah adanya jentik 2-3 bulan.1,21

Pengendalian kimia untuk larva Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida dibedakan menjadi dua antara lain:

1) Insektisida Sintesis

Insektisida sintesis yang sering digunakan adalah abate (Themephos). Larvasida ini terbukti efektif terhadap mamalia. Abate merupakan larvsaida dengan formulasi butiran pasir (sand granulest) dengan dosis 1 ppm.23

2) Insektisida Nabati

Secara umum insektisida nabati atau insektisida yang berasal dari tumbuhan diartikan sebagai suatu insektisida yang bahannya berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia serta hewan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.6,24

Penggunaan senyawa kimia nabati disebabkan karena senyawa kimia nabati mudah terurai oleh sinar matahari sehingga tidak berbahaya, tidak merusak lingkungan dan tidak berpengaruh pada hewan target.6,24 b. Secara Fisika

Cara ini dengan mengubur kaleng bekas atau wadah-wadah bekas yang dapat berpotensi menampung air. Dalam pengendalian ini dapat juga

dilakukan dengan pemasangan kelambu, perangkap nyamuk.1,21

c. Secara Biologi

Pengendalian biologi dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme, hewan invertebrata. Sebagai pengendalian hayati, dapat berperan sebagai patogen, parasit atau

(8)

(Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusiaaffinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa jenis golongan cacing Nematoda, seperti Romanomarmis iyengari dan R. Culiciforax merupakan parasit pada larva nyamuk. Sebagai patogen, seperti dari golongan virus, bakteri, fungi atau protozoa dapat dikembangkan sebagai pengendaliaan hayati larva

nyamuk di tempat perindukannya.25

C. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Insektisida yang baik (ideal) mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat serta tidak berbahaya bagi bintang vertebrata termasuk manusia dan ternak, murah dan mudah didapat, mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar serta tidak bewarna dan tidak berbau yang tidak menyenangkan.23

Berdasarkan tempat masuknya, insektisida digolongkan atas racun kontak (contact poison) yang termasuk tubuh serangga melalui kulit serangga, racun perut (stomach poison) yang masuk melalui alat pencernaan serangga, dan racun pernafasan (fumigans) yang masuk melalui saluran pernafasan.23

Penggunaan insektisida dalam usaha untuk membunuh serangga sebenarnya kurang efektif karena selama jentik nyamuk dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit kembali. Di samping itu efek penggunaan insektisida dapat menimbulkan polusi yang akan membahayakan kelangsungan hidup manusia, binatang dan makhluk lainnya. Oleh karena itu, untuk menghindari kejadian yang dapat membahayakan hidup, maka pemberantasan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida nabati yang ramah lingkungan. Secara umum insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahannya berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari

(9)

lingkungan dan relatif aman bagi manusia serta hewan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.24

Dalam penelitian yang serupa dilakukan dengan isolasi dan karakterisasi senyawa antibakteri dari fraksi etil asetat kulit batang Lansium Domesticum Corr dicampur dengan Biji Kokosan, diperoleh hasil memiliki aktivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri E. Coli pada konsentrasi 1000 ppm dengan

diameter hambat 8,00mm.9

Dalam penelitian yang telah dilakukan tentang sitotosik konsentrasi ekstrak aseton terhadap larva udang Artemia salina Leach, pada LC50 fraksi aseton 5,74 ppm yang menunjukkan sebagai sitotosik.7 Sedangkan pada penelitian yang terakhir dilakukan dengan ekstrak daun kemangi terhadap larva Artemia salina

Leach digunakan konsentrasi 1% dapat mematikan sebanyak 88% larva.10

Insektisida di golongkan menjadi beberapa macam menurut cara kerjanya yaitu: 1. Racun perut (stomach poison)

Racun ini bisa menimbulkan kematian karena bahan aktif atau racun akan bekerja di dalam perut serangga. Racun ini harus diberikan secara umpan (dicampur dengan bahan-bahan lain sebagai penarik serangga).24

2. Racun kontak (contact poison)

Racun ini bekerja apabila serangga menyentuh insektisida atau tanaman yang telah disemprot dengan insektisida, akan mengalami keracunan dan akhirnya mati. Racun atau bahan aktif akan meresap ke dalam tubuh melalui kulit luar, menembus saluran darah atau dengan melalui pernafasan kemudian bekerja dalam tubuh sehingga serangga akan mati.24

3. Racun pernafasan

Racun pernafasan merupakan insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.24

(10)

4. Racun sistemik (systemic poison)

Insektisida jenis ini dapat diserap oleh tanaman akan tetapi tidak mengganggu atau merugikan tanaman lainnya serta tanaman itu sendiri. Racun yang terserap ke dalam tanaman, maka tanaman tersebut mempunyai daya tolak bahkan daya mematikan bila ada serangga yang memakannya. Kandungan racun pada tanaman hanya sampai pada batas waktu tertentu, bila pemberian pestisida dihentikan maka

dalam waktu yang tidak lama tanaman sudah tidak mengandung racun.24

D. Tanaman Duku (Lansium Domesticum Corr)

Duku merupakan tanaman buah yang sudah dikenal masyarakat secara luas di

Indonesia. Tanaman buah duku tidak hanya berfungsi sebagai tanaman buah.26

1. Klasifikasi Tanaman Duku26

Kingdom : Plantae Division : Magnioliophyta Kelas : Magnioliopsida Ordo : Sapindales Familia : Meliaceae Genus : Lansium Spesies : Domesticum

2. Nama daerah tanaman

Langsat (Aceh), lase (Nias), Duku (Melayu), Langsek (Minangkabau), Langsak (Lampung), Duku langsat (Jawa Timur), Duku (Jawa Tengah), Langsat (Kalimantan/Dayak), Lansa (Sulawesi Utara), Lasa (makasar), Lase (bugis), Lasate (Maluku/ Seram).7

3. Deskripsi

Tanaman duku termasuk dalam suku Meliaceae. Sosok tanaman ini berupa pohon tinggi yang tegakdan menahun. Tinggi pohonnya dapat

(11)

mencapai 3 sampai 4 m dan diameter batangnya antara 30 sampai 40 cm. Daunnya termasuk jenis daun majemuk ganjil yang tersusun berselang-seling. Dalam setiap rangkaian daun terdapat 5 sampai 7 helai anak daun yang berbentuk elips panjang, berpinggir rata, pangkal runcing dan ujungnya meruncing. Kedua permukaan daunnya berwarna hijau tua dan kadang agak kekuningan.7

Bentuk bunganya seperti mangkok. Kelopak bunganya tebal dan berjumlah 5 helai. Mahkota bunganya terdiri dari 4 sampai 5 helai dan tebal.7

Buahnya berbentuk bulat atau bulat memanjang dengan diameter antara 2 sampai 4 cm. Kulit buah duku muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning setelah buah masak. Daging buahnya tebal, bewarna putih jernih dan transparan, kenyal dan rasanya manis atau manis keasaman. Bijinya lonjong, hijau dan akarnya tunggang, kuning kotor.7

4. Kandungan kimia

Duku (Lansium domesticum Corr) mengandung alkaloid, flavonoid, saponin terpenoid dan steroid, serta polifenol.7 toksisitas tanaman berhubungan dengan metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Duku mengandung terpenoid dan turunannyayang merupakan kelompok besar senyawa yang tersebar luas dalam tumbuhan. Pada umumnya terpena dan turunannya ditulis sesuai dengan bagan tertentu karena membentuk satu cincin atau lebih. Terpena merupakan hidrokarpon murni sedangkan terpenoid mengandung gugus fungsional seperti OH, C=O dan COOH yang berbentuk essential oil apabila masuk ke dalam tubuh larva akan mempengaruhi system pernafasan larva, sehingga larva mengalami kesulitan bernafas dalam pengambilan

oksigen.7 Alkaloid dalam kulit duku juga mempunyai sifat pembangkit kejang

apabila termakan oleh hewan dan alkaloid merupakan substansi yang bersifat basa dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan bersifat toksik.7

(12)

Dalam penelitian yang telah dilakukan tentang sitotosik konsentrasi ekstrak aseton terhadap larva udang Artemia salina Leach, pada LC50 fraksi aseton 5,74 ppm yang menunjukkan sebagai sitotosik.7 Sedangkan pada penelitian yang terakhir dilakukan dengan ekstrak daun kemangi terhadap larva Artemia salina Leach digunakan konsentrasi 1% dapat mematikan sebanyak 88% larva.10

5. Khasiat

Tanaman duku dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan buah segar atau makanan olahan lainnya, selain disukai karena rasanya manis buah duku cukup baik dikonsumsi karena kandungan gizi yang cukup tinggi terutama kandungan vitamin C nya. Tetapi buah duku yang tanpa biji dapat dijadikan sirup. Biji buah duku berkhasiat untuk mengobati obat cacing, obat demam dan obat mencret. Kulit kayunya digunakan untuk mengobati disentri dan malaria. Kulit buah duku yang kering dibakar dengan sedikit gula jawa dapat menyebabkan bau harum yang menyenangkan, dan juga mengusir nyamuk dan dapat dimanfaatkan sebagai obat diare serta digunakan sebagai racun panah insektisida.7

E. Metode Ekstrak Kulit Duku

Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain: 1. Maserasi

Proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).27

2. Perlokasi

Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive

extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.27

(13)

Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinue dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.27

Metode yang dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan

kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna.27

Metode yang dipakai untuk melakukan ekstraksi kulit duku menggunakan soxhhletasi karena proses ini merupakan proses paling tepat dimana sediaan yang sudah halus memungkinkan untuk dibungkus dengan kertas saring dimasukkan kedalam alat soxhletasi kemudian meletakkannya di labu bagian atas dari saxhlet bertingkat. Kulit duku di ekstrak sampai larutan pada labu bagian atas berwarna kuning. Sehingga diperoleh ekstrak kulit duku yang bercampur dengan ethanol kemudian diuapkan dengan menggunakan

vacum rotary evaporator dan pemanas water bath dengan suhu 70oC.

Kemudian ekstrak dituangkan kedalam cawan porselin dan dipanaskan dengan

water bath sambil diaduk terus hingga ekstrak menjadi kental. Hasil akhir

ekstraksi adalah larutan pekat ekstrak kulit duku.

F. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang dijabarkan di atas dapat disusun kerangka teori sebagai berikut: Nyamuk Aedes aegypti infeksius Penularan DBD Telur nyamuk Aedes aegypti Pupa Aedes aegypti

(14)

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

pHair, Suhu air, Volume air, kepadatan larva, dan predator Larva Aedes aegypti Pengendalian fisik Pengendalian kimia sintetis abate pengendalian kimia Pengendalian biologi Pengguna an ekstrak kulit duku Pengendalian kimia nabati Kematian larva

(15)

H. Hipotesis Penelitian

“ Ada perbedaan jumlah larva Aedes aegypti yang mati pada beberapa tingkat konsentrasi ekstrak kulit duku “.

Variabel Terikat

Kematian Larva Aedes

aegypti

Variabel Bebas

Ekstrak kulit duku (Lansium

domesticum Corr) dengan

perlakuan (1%, 3%, 5%, 7%)

Variabel Terkendali

- pH air - Suhu air - Volume air

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti 14

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pengesahan Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian, Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak tahun buku yang

2018, Pengaruh Leverage, Likuiditas, Komisaris Independen, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating (Studi

Prn bekerja menjadi tukang corek (pekerja gambar) di UD Dedy Jaya sejak usaha dagang itu dirintis dan pernah bekerja di pertambangan, namun karena anak tunggal

Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan perbaikan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembentukan standar kompetensi diawali dengan menentukan

upaya yang telah dilakukan Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Simeulue dalam merespon aspirasi publik sudah dilaksanakan dengan mengadakan dialog interaktif

9) Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran... 10) Meningkatkan motivasi dan

Besar kecilnya bahan bakar yang dialirkan ke ruang pembakaran akan menentukan cepat atau lambatnya kecepatan putar turbin pada Gas Turbin Generator (GTG) yang

Pada analisis sensivitas untuk performance supplier ini, akan mengidentifikasi dampak perubahan performance supplier yang disebabkan oleh perubahan nilai dari