• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Permainan Bulutangkis

a. Karakteristik Permainan Bulutangkis

Bulutangkis sudah dikenal sejak abad 12 di England. Juga adabukti bahwa pada abad ke 17 di Polandia permainan ini dikenal dengan nama “Battledore dan Shuttlecock”. Disebut Battledore karena pemukulan dengan pemukul kayu yang dikenali dengan nama Bat atau “Batedor”. Bulutangkis sudah dimainkan di Eropa antara abad ke 11 dan ke 14.“Cara permainannya adalah pemain diharuskan untuk menjaga bola agar tetap dapat dimainkan selama mungkin” (James Poole, 2005:2).

Battledore dan Shuttlecock dimainkan di ruangan besar yang disebut dengan Badminton House di Gloucestershire, England selama tahun 1860-an. Nama Badminton diambil dari nama kota Badminton tempat kediamkan Duke of Beaufort. Nama “bulutangkis menggantikan Battledore dan Shuttlecock untuk Indonesia karena bola yang dipukul dibuat dari rangkaian bulu itik berwarna putih dan cara memukulnya dengan ditangkis atau dikembalikan” (James Poole, 2005:2).

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Menurut Herman Subarjah (2001: 14) bahwa, ”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”.

Sedangkan menurut Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra (2000) bahwa kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

(2)

1) Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari satu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya.Gerakan lokomotor dalam permainan bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan posisi bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi.

2) Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar mahasiswa benar-benar bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai. 3) Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang mahasiswa

mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Gerakan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket merupakan keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis.

Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam dan lain sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai dalam satu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak mahasiswa dalam melakukan olahraga bulutangkis.

b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

Menurut Sudjarwo (1995: 40) ”teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan suatu cabang olahraga”. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga. Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental.

(3)

Teknik yang harus dikuasai antara lain menurut Tohar (1992) : 1. Teknik Memegang Raket

Di dalam permainan bulutangkis ada beberapa macam cara memegang raket, ialah :

a) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.

Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar, kemudian ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar (Tohar, 1992: 34).

Gambar 1. Pegangan Geblok Kasur (Tohar, 1992: 34)

b) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.

Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket yang kecil atau sempit (Tohar, 1992:35).

Gambar 2. Pegangan Inggris atau Kampak (Tohar, 1992: 36)

c) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan.

Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan berjabat tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah

(4)

raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu jari melekat pada bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain melekat pada bagian dalam yang lebar (Tohar, 1992: 36).

Gambar 3. Pegangan Jabat Tangan ( Tohar, 1992: 37 )

d) Pegangan Backhand.

Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket bagian belakang menghadap ke depan (Tohar, 1992: 37).

Gambar 4. Pegangan Backhand (Tohar, 1992: 38)

2. Kerja Kaki (Footwork)

Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, ”tujuan dari footwork yang baik adalah supaya mahasiswa dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari

(5)

lapangan”. Menurut Herman Subarjah (2001: 27) “footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya”. Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Menurut Saiful Arisanto (1992: 26) menyatakan bahwa :

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu (1) Menentukan saat yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan.

Prinsip dasar footwork bagi mahasiswa yang menggunakan pegangan kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian depan atau samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.

3. Teknik Memukul Bola

Memukul bola (shuttlecock) merupakan cirri dalam permainan bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992: 67) menyatakan “teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang lawan”.

Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keteramplan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi fisik yang baik.

Berdasarkan jenisnya pukulan dalam permainan bulutangkis dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis antara lain “(a) Pukulan

(6)

service, (b) Pukulan lob, (c) Pukulan drive, (d) Pukulan dropshot, (e) Pukulan smash,(f)Pukulan netting.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi, service, lob, drive, dropshot,smash, neeting dan pengambilan servis. Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan backhand.

a) Pukulan Service

Pukulan service merupakan teknik pukulan yang digunakan pertama-tama setiap dimulainya permainan bulutangkis. Tohar (1992:67) mengemukakan bahwa, “Pengertian Pukulan service adalah merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock kebidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis.

Teknik pukulan service dapat dilakukan dengan beberapa jenis. Jenis-jenis pukulan servis menurut Tohar (1992)dibagi menjadi : (1) servis pendek, (2) servis panjang, (3) servis drive, dan (4) servis kedut.

(1) Servis Pendek

Servis Pendek yaitu service dengan mengarahkan Shuttlecock dengan tujuan kedua sasaran yaitu : ke sudut titik perpotongan antara garis servis di depan dengan garis tengah dan garis servis dengan garis tepi, sedangkan jalannya shuttlecock menyusur tipis melewati net ( Tohar 1992 : 41 ).

(7)

(2) Servis Panjang

Servis panjang adalah pukulan servis yang di lakukan dengan cara memukul shuttlecock setinggi-tingginya, dan jatuh ke garis belakang bidang lapangan lawan (Tohar 1992: 42).

Gambar 6. Servis Panjang (Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 19). (3) Servis Drive

Yang di maksud dengan servis drive adalah pukulan servis dengan cara memukul Shuttlecock secara keras, cepat, mendatar dan setipis mungkin melewati net secara sejajar dengan lantai. Arah tujuan pukulan itu di tempatkan titik-titik perpotongan antara garis belakang dengan garis tengah lapangan (Tohar, 1992: 42)

(4) Servis Kedut

Yang di maksud servis kedut di sini adalah pukulan servis yang di lakukan dengan cara cambukan. Menurut Tohar (1992: 25), gerakan dalam melakukan pukulan adalah sama dengan cara melakukan servis biasa, tetapi setelah terjadi persentuhan raket dengan shuttlecock (Impack), secara mendadak pukulan itu di cambukkan atau dikedutkan. Biasanya servis di gabungkan ke dalam jenis atau bentuk yaitu service forehand atau backhand. Masing-masing jenis ini bervariasi pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan di lapangan.

(8)

b) Pukulan Lob

Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan jauh ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992: 78) mengemukakan pukulan lob adalah “suatu pukulan dalam permaian bulutangkis yang dilakukan dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis lapangan’. Sedangkan Tony Grice (1996: 57) berpendapat, “pukulan lob yang tinggi dan panjang biasanya digunakan agar mendapatkan lebih banyak waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah lapangan”.

Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Icuk Sugiarto (2002: 54) menyatakan, “pukulan lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi bola pertahanan maupun penyerangan”. Sedangkan Tony Grice (1996: 57) berpendapat, “Kegunaan utama dari pukulan lob adalah untuk membuat bola menjauh dari lawan anda dan membuatnya bergerak dengan cepat. Dengan mengarahkan bola belakang lawan atau dengan membuat mereka bergerak lebih cepat dari yang mereka inginkan, akan membuat mereka kekurangan waktu dan menjadi lebih cepat lelah”. Hal ini artinya, lob yang cepat dan jauh kebelakang dapat membuat lawan kewalahan dalam mengembalikan bola atau membuat lawan lebih cepat lelah dan dalam pengembalian bola tidak sempurna (tanggung), sehingga akan mudah dimatikan.

c) Pukulan Drive

Pukulan drive ini jenis pukulan keras dan mendatar yang arah lambung bolanya horizontal dengan net. Dalam hal ini Tony Grice (1996:97) mengemukakan bahwa, “drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan horizontal melintasi net”. Hal senada dikemukkan Tohar (1992:204) bahwa, “pukulan drive adalah pukulan yang dilakukan dengan menerbangkan shuttlecock secara mendatar, ketinggiannya menyusur diatas net dan penerbangannya sejajar dengan lantai”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa, pukulan drive merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah mendatar, sejajar, dengan lantai.

(9)

Sapta Kunta Purnama dalam desertasinya mengemukakan “Pukulan drive biasanya digunakan untuk menyerang atau mengembalikan bola dengan cepat secara lurus maupun menyilang ke daerah lawan, baik dengan forehand maupun backhand”.

Gambar 7. Drive Backhand ( Sumber: Sapta kunta Purnama, 2010: 23).

d) Pukulan Dropshot

Pukulan drop sering pula disebut sebagai pukulan netting. Pukulan drop merupakan pukulan yang dilakukan dengan pelan ditujukan tepat di muka jaring (net). Menurut James Poole (2005:33) bahwa, pukulan dropshot merupakan pukulan yang lambat atau pelan yang jatuh tepat dimuka jarring, di lapangan muka lawan anda, sebaiknya di depan garis serve pendek”. Pukulan ini dapat memaksa lawan untuk bergerak ke depan, sehingga lapangan belakang kosong. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi pemain untuk mematikan lawan.

e) Pukulan Smash

Kunci pokok untuk memperoleh kemenangan dalam permainan bulutangkis adalah kemampuan melakukan serangan sehingga lawan sulit untuk mengembalikan bola. Teknik serangan yang paling efektif dalam permainan bulutangkis adalah teknik smash. Pukulan smash merupakan pukulan dari atas kepala yang dilakukan dengan keras arah pukulan lurus, tajam, ke bawah di bidang lapangan lawan. Menurut pendapat Tohar (1992:92) yang menyatakan bahwa, “pukulan smash adalah suatu pukulan yang keras dan curam ke bawah mengarah ke bidang lapangan pihak lawan”. Jadi, pukulan smash merupakan usaha penyerangan yang dilakukan dengan pukulan bola yang keras lurus ke

(10)

bawah sehingga bola bergerak dengan cepat dan menikuk melewati atas net menuju ke lapangan.

Pukulan smash merupakan suatu teknik yang mempunyai gerakan yang kompleks. Untuk mempelajari teknik smash pemain harus mempelajari terlebih dahulu dasr pokok dari gerakan smash.

Menurut Tohar (1992:92) gambaran mengenai smash adalah sebagai berikut:

Pertama-tama tenaga yang dihasilkan dari rangkaian kekuatan otot kaki dengan menggerakkan kaki, kemudian lutut, diteruskan memusatkan pada badan, pundak atau bahu, lengan tangan dan terakhir pergelangan tangan. Gerakan ini dillakukan secara beruntun dan berkesinambungan serta merupakan suatu rangkaian gerakan yang teratur.

Gambar 8. Smash ( Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 21).

f) Pukulan Netting

Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam permainan netting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Dalam permainan net, bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama untuk menerobosnya.

(11)

Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan penempatan bola yang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net, maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.

Gambar 9. Netting ( Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 26).

4. Pola-Pola Pukulan

Pengusaan pola-pola pukulan penting untuk mengmbangkan permainan dan memperoleh kemenangan pada permainan bulutangkis. Pemain perlu mendapatkan pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan teratur. Icuk Sugiarto (2002: 81) mengemukakan, “Pola latihan teknik pukulan adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan secar harmonis dan terpadu”.

Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola yang dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula.

Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola yang baik, tanpa disertai dngan penguasaan pola pukulan yang baik.

(12)

Menurut Saiful Arisanto (1992: 30) :

Pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan bulutangkis diantaranya yaitu:

1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-cop-lurus). 2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot). 3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash).

4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-cop-net). 5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net). 6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net). 7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-cop-smash).

Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang dikembangkan harus memperhatikan efisiensi dan efektifitas gerakan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan bulutangkis merupakan faktor yang mendasar dan harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.

2. Belajar Gerak dalam Permainan Bulutangkis a. Pengertian Belajar Gerak

Singer, R. N. (1980:9) mengemukakan bahwa belajar gerak merupakan perubahan yang relative permanen dalam performa atau yang berhubungan dengan perubahan perilaku akibat pembelajaran atau pengalaman sebelumnya dengan situasi tertentu. Menurut Verducci (1980: 14) tingkat atau klasifikasi lain yang mencakup perilaku dalam proses penguasaan keterampilan yang meliputi: “1) gerakan umum, 2) gerakan koordinasi dan 3) gerakan kreatif.”

1) Gerakan Umum

Gerakan umum adalah gerakan yang dilakukan dikuasai secara umum oleh yang bersangkutan. Dari mencoba gerakan secara umum terkandung proses kesadaran hubungan bagian-bagian tubuh secara terpadu, untuk melakukan pola gerak tertentu.

(13)

2) Gerakan Koordinasi

Gerakan koordinasi adalah proses kemampuan gerak perseptual yang dipadukan dengan tujuan pelaksanaan tugas gerakan tertentu. Proses koordinasi ini terjadi proses gerakan pengadaptasian berupa modifikasi pola gerakan untuk keperluan tugas garakan. Akhirnya menuju ke arah proses perbaikan dan terbentuknya penguasan keterampilan gerakan.

3) Gerakan Kreatif

Gerakan kreatif adalah menciptakan gerakan untuk individual. Gerakan terarah pada penemuan penyatuan keseluruhan dari bagian-bagian, melakukan gerakan tanpa memikirkan gerakan itu sendiri, bergerak sesuai dengan kemampuan untuk lawan dengan memadukan gerakan-gerakan. Pada gerakan kreatif ini terjadi proses penemuan atau keputusan pilihan individu yang unik dalam melakukan gerakan. Selanjutnya proses penciptaan secara spontan menemukan gerakan baru, akhirnya proses mengkombinasikan gerakan yang unik dengan dasar gerakan yang sudah dimilikinya terhadap situasi gerakan.

b. Belajar Gerak dalam Permainan Bulutangkis

Menurut Herman Subarjah (2001: 18) bahwa, “Keterampilan dasar bulutangkis berdasarkan pada beberapa dominan yaitu keterampilan manipulatif, keterampilan lokomotor dan keterampilan non lokomotor”. Keterampilan manipulative hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Keterampilan manipulative berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket yang merupakan keterampilan dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting.

Dalam kaitannya dengan penguasaan gerak keterampilan bulutangkis, hukum yang dikemukakan oleh Thorndike dalam Hergenhahn.B.R dan Olson.M.H (2009) mempunyai makna yaitu;

(1) law of readiness atau hukum kesiapan, dalam bulutangkis membutuhkan kesiapan yaitu kesiapan dalam hal kondisi fisik. Untuk

(14)

menguasai teknik dasar dengan baik dan benar dalam permainan bulutangkis, seseorang harus menyiapkan diri, terutama kondisi fisiknya. (2) law of exercise atau hukum pembelajaran, dalam permainan bulutangkis seseorang dapat mengusai setiap teknik dasar keterampilan dengan baik dan benar apabila orang tersebut melakukan pembelajaran secara rutin atau gerakan keterampilan tersebut dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi otomasisasi gerakan.

(3) law ofeffect.”. Penguasaan setiap gerakan dalam permainan bulutangkis membutuhkan gerakan secara berulang-ulang atau pembelajaran ( law of exarcise), hasil dari pembelajaran ( law of efect )”.

Faktor penentu hasil belajar penampilan seorang mahasiswa meliputi fisik, teknik, taktik, dan salah satunya adalah mental. Dengan adanya mental yang baik maka akan terjadi sebuah penampilan mahasiswa untuk timbul rasa percaya diri dan memeiliki motivasi yang tinggi untuk meraih hasil belajar.

3. Latihan dan Belajar a. Pengertian Latihan

Latihan menurut Suharno (1993) adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, tehnik, taktik dan mental yang teratur, terarah dan berulang-ulang waktunya.

Latihan menurut Sudjarwo (1995) adalah suatu proses penyempurnaan peraturan olahraga secara ilmiah, penerapan pendidikan dan prinsip-prinsip. Proses yang dimaksud adalah adanya sistematika dan perencanaan, peningkatan kesiapan untuk pembentukan, dan kemampuan penampilan atlet. Dalam definisi diatas kelihatan arahnya ditujukan ke arah pencapaian puncak prestasi.

Sedangkan definisi lain mengatakan, latihan olahraga adalah proses perencanaan yang mengembangkan penampilan olahraga yang kompleks, seperti isi latihan, metode dan peraturan pengukuran yang berhubungan dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam diri manusia dan berubahan tersebut yaitu ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

(15)

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akibat belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik makin bertambah baik ”

Menurut Benny A. Pribadi (2009: 12) bahwa “belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan’’. Sedangkan belajar menurut Abdillah (2002) yang dikutip oleh Anurrahman (2010: 35) “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan individu yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang didinginkan dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

4. Latihan Imajeri a. Pengertian Imajeri

Menurut Rusli Lutan (1988) “latihan imajiner adalah suatu proses introspeksi. Seseorang membayangkan atau memikirkan bagaimana suatu pola gerakan dilaksanakan”. Dalam proses pengajaran atau kepelatihan, masih kuat kecenderungan bahwa guru atau pelatih lebih menitik beratkan pelaksanaan latihan yang nyata nampak dalam peragaan fisik. Dan memang harus diakui, salah satu metode terbaik untuk meningkatkan keterampilan yakni secara langsung mempelajari kegiatan yang dimaksud melalui kegiatan praktek yang berulang-ulang. Tekanannya ialah pada pembiasaan fisik.

Dewasa ini mulai dikenal konsep latihan imajiner suatu istilah yang kira-kira sama pengertiannya dengan istilah mental practice, introspeksi, atau konseptualisasi. Di lingkungan atlet berketerampilan tinggi, latihan imajiner

(16)

semakin populer. Thomas Tutko, seorang psikolog dari San Jose State University pernah mengatakan ‘’latihan imajiner akan menjadi satu faktor penting dalam dunia olahraga pada tahun 1980-an’’(Tulisan Joel Greenberg dalam New York Times, 8 September 1981). Berdasarkan laporan Joel tersebut, Tutko menjelaskan, dalam program latihan imajiner itu, atlet mengerahkan kemampuannya yang terbaik, makin lama makin baik hingga mencapai tingkat puncak. Tutko melukiskan gejalah tersebut seumpama sebuah model komputer di mana seseorang memprogram dirinya untuk melakukan sesuatu tugas sedemikian rupa.

Meskipun demikian, bagaimana peran konseptualisasi dalam pembinaan keterampilan motorik masih jarang diselidiki. Barangkali, keadaan tersebut disebabkan penerapan latihan imajiner ke dalam pelaksanaan latihan keterampilan agak sukar dilakukan, sebab seseorang tak bisa secara langsung mengamati atau megukur proses yang terjadi, kecuali hanya melalui penafsiran berdasarkan perilaku yang nampak.

Menurut Sapta Kunta bahwa “Latihan imajeri adalah suatu latihan dalam alam fikiran atlet, dimana atlet membuat gerakan-gerakan yang benar-benar melalui imajinasi dan setelah dimatangkan kemudian dilaksanakan”.

Menurut Singgih D. Gunarsa bahwa “imajeri juga dapat digunakan dalam merencanakan strategi-strategi bertanding dalam latihan-latihan rutin serta keterampilan untuk mempertahankan perasaan tenang dibawah tekanan, sehingga kehidupan emosi dapat dikendalikan secara konstruktif ”.

Dari pengertian imajeri yang disampaikan oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa imajeri adalah suatu proses membayangkan suatu keadaan tertentu yang membutuhkan konsentrasi dan perasaan tenang atas apa yang dilakukan dibawah tekanan yang dilakukan dalam keadaaan tenang.

Mahasiswa yang memiliki khayalan (images) yang baik, bisa menggunakan pembelajaran imajeri untuk meningatkan kesadaran untuk penampilan idealnya. Teknik ini sangat efektif dilakuakan pada musim (off – seassion). Teknik imajeri digunakan untuk mengingat kembali performa terbaik yang pernah mahasiswa capai, mahasiswa disitu berusaha untuk mengidentifikasi

(17)

perasaannya, pemikirannya,ketegangan ototnya, konsentrasinya, yang pernah dialaminya.

Menurut William dalam Komarudin (2013:49) :

Dijelaskan bahwa imagery can be an effective tool as well for creatin awareness when felling out performance feedback sheets after an actual performance.mahasiswaes who are unsure of exactly what happened can “replay” their performance to determaind what they were thingking, felling, and attending to add given “momment”. Maksudnya imajeri bisa dijadikan alat yang efektif untuk menumbuhkan kesadaran ketika mahasiswa tersebut mengisi lembar umpan balik mengenai performanya, bahkan mahasiswa yang tidak yakin dengan apa yang terjadi, performanya dapat diputar ulang untuk menentukan apa yang mereka pikirkan, rasakan dan apa yang ingin mahasiswa capai.

Seperti apa yang dikatakan oleh Weinberg & Gould (1990) mengatakan: “Kepercayaan diri dapat ditingkatkan dengan menerapkan beberapa teknik sebagai berikut: “(1) perfomnance accomplishment; (2) acting confidently; (3) thinking confidently; (4) imagery; (5) physical conditioning; (6) preparation, (7) increase self dicipline, (8) review film of best perfomnance.” Imajeri termasuk dalam salah satu kategori dalam strategi membangun kepercayaan diri, karena salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk membangun kepercayaan diri adalah imajeri. Dalam imajeri mahasiswa dapat melihat dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu yang mahasiswa tidak pernah mampu untuk melakukannya, atau sangat sulit untuk melakukannya. Dalam menolong mahasiswa yang cidera, pengajar tetap harus membangun kepercayaan diri dengan cara memvisualisasikan pengalaman terbaiknya dalam melakukan treatmen pada mahasiswanya.

Menurut J.L Hickman dalam Singgih D.Gunarsa (1989:208), terdapat langkah-langkah dalam melakukan imajeri sebagai berikut:

1) Cari tempat yang tenang, di mana anda tidak akan diganggu, ambil posisi yang nyaman dan usahakan untuk relaks.

2) Pembelajaran imajeri dengan mencoba menggambarkan sebuah lingkaran yang besar, berwarna biru. Lakukan hal itu beberapa kali dengan warna yang berbeda-beda. Hilangkan gambaran tersebut. Relaks dan perhatikanlah gambaran yang muncul dengan spontan. 3) Sekarang bayangkanlah sebuah gelas dengan tiga dimensi. Isilah gelas

tersebut dengan cairan yang berwarna, tambahkan es batu dan sebuah sedotan. Tuliskanlah sebuah “caption” di bawahnya.

(18)

4) Pilihlah beberapa variasi kejadian-kejadian dan kembangkanlah kejadian tersebut secara detail. Masukkan juga bayangan yang berhubungan dengan olahraga, seperti kolam renanag, lapangan tenis, lapangan golf yang bagus. Cobalah untuk memvisualiskan manusia, termasuk juga orang yang tidak dikenal dalam kejadian-kejadian ini. 5) Bayangkan diri anda dalam lingkungan olahraga yang anda tekuni.

Visualisasikan dan rasakan keberhasilan anda dalam berpartisipasi. Relaks dan nikmatilah keberhasilan anda.

6) Akhiri pembelajaran ini dengan bernapas dalam-dalam, membuka mata dan kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan luar.

Kesulitan yang dirasakan dalam melakukan penelitian mengenai imajeri ini adalah untuk memeriksa apakah partisipan benar-benar melakukan pembelajaran tersebut.

Imajeri ini salah satu bentuk latihan yang akan diberikan kepada mahasiswa atau peserta didik untuk mencapai tingkat hasil belajar keterampilan bulutangkis. Menurut Komarudin (2013:85) Imajeri sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghadapi berbagai masalah. Salah satunya dalam penguasaan kemampuaan keterampilan bulutangkis. Semua mahasiswa harus sudah memperoleh keterampilan bulutangkis dan bagaimana cara memperoleh pola gerak yang akan dilakukan seorang mahasiswa dalam keterampilan nyata. Pertama mahasiswa atau peserta didik diberi gambaran mengenai teknik yag akan dilatihkan (apabila tujuan pembelajaran adalah tentang penguasaan teknik) adapun gambaran teknik tersebut adalah gambaran dari demonstrasi pengajar. Kedua, mahasiswa diminta untuk mengingat kembali teknik yang dilatih tersebut, kemudian mahasiswa membayangkan dirinya melakukan gerakan teknik tersebut sambil menutup mata. Dengan menutup mata dapat membantu para mahasiswa dalam berkonsentrasi terhadap apa yang sedang dilakukannya.

Dalam olahraga bulutangkis untuk mencapai hasil latihan/belajar tidak terlepas dari beberapa aspek-aspek utama yang saling mendukung satu dengan yang lain dan saling menyumbangkan peranannya kepada pencapaian hasil latihan tersebut. Aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan dengan pencapaian hasil latihan/belajar olahraga bulutangkis yaitu aspek mahasiswa, apek kualitas pembelajaran, dan aspek lingkungan. Dalam setiap cabang olahraga khususnya

(19)

bulutangkis ada beberapa aspek penting dalam meningkatkan hasil belajari mahasiswa salah satunya adalah aspek psikologis. Faktor psikologis disini sangat kurang diperhatikan oleh pengajar atau pembina olahraga, seringkali terdengar kesulitan mahasiswa saat akan melakukan pembelajaran praktek saat latihan dikarenakan oleh faktor psikologis, tetapi jarang sekali keberhasilan mahasiswa dikarenakan oleh faktor psikologis.

Psikologis olahraga kurang mendapat perhatian dalam pembinaan olahraga bulutangkis, hal ini disebabkan karena psikologis olahraga tidak ada manfaatnya langsung terhadap hasil latihan. Untuk mencapai hasil latihan bulutangkis ada beberapa unsur yang harus dimiliki oleh beberapa mahasiswa misalnya: fisik, teknik, taktik, mental. Selama ini pembelajaran mental mungkin sering diabaikan oleh para pengajar atau pembina mahasiswa, dalam pencapaian hasil latihan/belajarpengajar lebih menekankan pada pengembangan aspek fisik, teknik, dan taktik, sementara aspek psikologis/mental mahasiswa masih terabaikan. Ini bisa mempengaruhi pencapaian hasil latihan/belajar yang akan diraih oleh mahasiswanya.

Porter dan Foster (1986) menjelaskan :

Pembelajaran mental secara lebih rinci yakni belajar, pembelajaran dan penerapan mental serta keterampilan psikologis, melalui: (1) Penentuan tujuan jangka pendek dan jangka panjang (2) merubah pola berfikir dan persepsi negatif ke arah berpikir positip serta system kepercayaan; (3) menulis persyaratan-persyaratan diri yang positif tentang dan dalam mendukung penampilan; (4) rekreasi yang progresif; (5) imagery dalam nomor olahraga; (6) konsentrasi dan pemusatan (7) kekebalan/daya tahan dari cidera dan rasa sakit.

Jika memperhatikan rumusan-rumusan pengertian tersebut di atas bahwa secara garis besar pembelajaran mental adalah : metode pembelajaran atau belajar yang dapat berupa persepsi, konseptualisasi, imajeri, imajinasi dan sebagainya dan yang bersifat tidak tampak.

Pelaksanaan latihan imajiner/imajeri di lapangan bukan berarti bahwa latihan ini sepenuhnya dapat menggantikan latihan yang nyata tampak dalam peragaanfisik,tetapi kedua-duanya harus diberikan dalam satu kesatuan atau harus salingmengisi untuk mengoptimalkan / memaksimalkan pencapaian prestasi atlet.

(20)

b. Prinsip Latihan Imajeri

Menurut Singgih D. Gunarsa (1989) “Latihan imajeri jika dilakukan dengan program yang tepat dapat bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu gerakan, gaya, atau keterampilan baru.” Dapat pula diterapkan untuk memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu, kesadaran diri olahragawan, meningkatkan rasa percaya diri, mengontrol emosi, mengurangi rasa sakit, mengatur gugahan semangat (arousal), serta memantapkan strategi persiapan pertandingan.

c. Latihan Imajeri pada Mahasiswa

Bagaimana prosedur yang dapat menjadi pegangan para pelatih untuk melaksanakan latihan imajeri ini? Menurut Sapta Kunta, Tekanan pokok dalam latihan imajeri adalah semua atlet harus sudah memperoleh pengertian mengenai keterampilan dan bagaimana cara serta pola gerak yang akan dilakukan dalam keterampilan nyata.

 Pertama, atlet diberi gambaran mengenai teknik yang akan dilatihkan (apabila tujuan latihan adalah tentang penguasaan teknik) adapun gambaran tentang teknik tersebut dapat berupa demontrasi pelatih, contoh gambar atau rekaman video dan lain-lain.

 Kedua, atlet diminta untuk mengingat kembali teknik yang dilatih tersebut, kemudian atlet membayangkan dirinya melakukan gerakan teknik tersebut sambil menutup mata. Dengan menutup mata dapat membantu para atlet dalam berkosentrasi terhadap apa yang sedang dilakukannya.

d. Manfaat Latihan Imajeri

Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000 : 190-191) dengan mengembangkan kemampuan imajeri, kondisi fisik dan psikis seseorang akan menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan latihan imajeri berdampak 1) Meningkatkan Konsentrasi, 2) Meningkatkan rasa percaya diri, 3) Mengendalikan respon emosional, 4) Memperbaiki latihan keterampilan, 5) Mengembangkan strategi, 6) Mengatasi rasa sakit. Dengan melihat keenam manfaat latihan imajeri

(21)

tersebut jelas bahwa salah satu manfaat latihan imajeri adalah dapat memperbaiki keterampilan sehingga kemungkinan besar penguasaan latihan keterampilan bulutangkis dapat dikuasai dengan latihan imajeri.

.

5. Latihan Drill

a. Pengertian Latihan Drill

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendaknya guru atau pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode drill.

Pengertian metode drill menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut :

1) Roestiyah N.K, Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasandan keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

2) Zuhairini, Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.

3) Shalahuddin, Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

4) Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.

5) Dalam bukunya Winarno Surakhmad, metode drill disebut juga latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan dan keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap siagakan.

(22)

6) Sugiyanto (1996: 72) menyatakan, dalam metode drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan melakukan secara berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan agar terjadi otomasisi gerakan. Oleh karena itu dalam pendekatan tradisional perlu disusun tata urutan pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut Sugiyanto (1996: 72) memberikan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila metode drill yang digunakan yaitu:

 Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.

 Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak.

 Pelaksaan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi drill kesituasi permainan olahraga yang sebenarnya hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.

 Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill kesituasi permainan.

 Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada control geraknya.

7) Menurut delsajoesafira.blogspot.com/2010/05 “Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu”. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimana pun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Dari segi pelaksanaannya atlet terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori. Kemudian tetap dengan dibimbing oleh pelatih, atlet diminta mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

(23)

b. Latihan Drill Dalam Olahraga

Menurut blog.persimpangan.com/blog “Seorang atlet perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik, atau berenang”. Sebab itu di dalam proses belajar, perlu diadakan latihan untuk menguasai keterampilan tersebut. Maka salah satu teknik penyajian pelajaran untuk memenuhi tuntutan tersebut ialah teknik latihan atau drill, ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana atlet melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar atlet memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin anak dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini menunjang atlet berprestasi dalam bidang tertentu, misalnya juara lari, juara sepakbola, juara bersepeda dan sebagainya. Teknik ini memang banyak digunakan untuk pelajaran olahraga. Dalam hal ini banyak cabang olahraga yang memerlukan latihan khusus dan teratur, serta pengawasan dari trainer yang baik.

Menurut Sapta Kunta (2010:28) “Kiat dalam melatih teknik keterampilan bulutangkis adalah dengan metode drill. Pelaksanaan drill sebaiknya dilakukan saat tidak dalam keadaan lelah, karena dalam kondisi lelah penguasaan latihan teknik yang baik akan sulit dicapai”.

Berdasarkan pengertian diatas dijelaskan untuk melatih teknik keterampilan bulutangkis menggunakan metode drill dan pelaksanaanya sebaiknya saat keadaan atlit lelah dengan kondisi tersebut kurang fokus dengan latihan teknik yang diberikan akibatnya teknik yang baik akan sulit dicapai.

c. Prinsip Metode Latihan Drill

Prinsip dan petunjuk metode latihan drill menurut http://sarjanaku.com/ adalah sebagai berikut :

1. Atlet harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.

(24)

3. Pada waktu latihan harus dilakukan proses esensial.

4. Di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan, dan pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.

5. Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.

d. Kelebihan Metode Drill

Metode drill menurut http://blog.persimpangan.com/ memiliki kelebihan sebagai berikut :

1. Mengkokohkan daya ingatan atlet, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.

2. Atlet dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan pengajaran yang baik, maka atlet menjadi lebih teliti.

3. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari pelatih.

4. Atlet akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.

5. Pelatih bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana atlet yang disiplin dan yang tidak.

6. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik.

7. Pengertian atlet lebih luas melalui latihan berulang-ulang.

Dengan adanya berbagai kelebihan dari penggunaan metode drill ini maka diharapkan bahwa latihan dapat bermanfaat bagi atlet untuk menguasai materi.

e. Kekurangan Metode Drill

Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat dipungkiri bahwa metode drill juga mempunyai kekurangan menurut http://blog.persimpangan.com/, yaitu:

1. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.

(25)

2. Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan pelatih, perintah pelatih dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas atlet.

3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

Maka dari itu, pelatih yang ingin mempergunakan metode ini ada baiknya memahami karakteristik metode ini terlebih dahulu. Akan tetapi ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu:

1. Janganlah seorang pelatih menuntut dari atlet suatu respons yang sempurna.

2. Jika terdapat kesulitan pada atlet pada saat merespon, hendaknya pelatih segera meneliti penyebabnya.

3. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik respon yang betul maupun yang salah.

4. Usahakan atlet memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon

5. Istilah-istilah baik berupa kata maupun kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh atlet.

Latihan drill yang selalu dibawah pengawasan yang ketat dan suasana yang serius seringkali menimbulkan kebosanan bagi para atlet, maka pelatih harus pintar memberikan variasi dalam menjalankan model latihannya. Bentuk variasi latihan bisa dibuat permainan atau kompetisi.

(26)

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Pelaksanaan model latihan drill dengan imajeri dan drill tanpa imajeri untuk meningkatkan hasil latihan keterampilan bulutangkis merupakan bentuk latihan yang mengarah pada pengembangan teknik dalam bulutangkis. Dari kedua bentuk latihan yang digunakan bertujuan untuk merangsang mahasiswa agar teknik keterampilan bulutangkis menjadi lebih baik. Perbedaan penggunaan cara pelaksanaan dari kedua bentuk latihan tersebut tentu akan menimbulkan respon yang berbeda. Hasil Latihan Keterampilan Bulutangkis METODE LATIHAN Latihan Drill Tanpa Imajeri Dibandingkan Kesimpulan Latihan Drill Dengan Imajeri

Hasil Latihan Drill Tanpa Imajeri

Hasil Latihan Drill Dengan Imajeri

(27)

Perbedaan karakteristik dari kedua bentuk latihan tersebut tentu akan memberi dampak yang berbeda terhadap peningkatan hasil latihan keterampilan bulutangkis. Dengan demikian diduga, pelaksanaan bentuk latihan latihan drill dengan imajeri dan drill tanpa imajeri diduga memiliki perbedaan pengaruh terhadap peningkatan hasil latihan keterampilan bulutangkis.

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan drill dengan imajeri dan drill tanpa imajeri terhadap hasil latihan keterampilan bulutangkis pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Bulutangkis POK FKIP UNS Tahun 2015.

2. Latihan drill dengan imajeri lebih baik/efektif daripada drill tanpa imajeri terhadap hasil latihan keterampilan bulutangkis pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Bulutangkis POK FKIP UNS Tahun 2015.

Gambar

Gambar 7. Drive Backhand ( Sumber: Sapta kunta Purnama, 2010: 23).
Gambar 8. Smash ( Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 21).
Gambar 9. Netting ( Sumber: Sapta Kunta Purnama, 2010: 26).

Referensi

Dokumen terkait

Proses perancangan aplikasi pembelajaran bahasa isyarat berbasis Android pada tablet yang terdiri dari A-Z tahap, yaitu perancangan sistem secara umum, analisis kebutuhan

Hasil sosiometri dan observasi instrumen skala penilaian interaksi sosial yang diperoleh tersebut, didukung dengan palaksanaan wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru BK SMA N

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

Kegiatan Home industri ini dilakukan setiap hari dengan mengelola berbagai makanan lokal seperti madumongso, permen pepaya, kripik, dodol nanas dan banyak lainya,

Pereaksi yang digunakan agar dihasil kanoksida apatit dengan kemurnian tinggi juga harus memiliki kemurnian tinggi (derajat kemurnian bahan dituliskan pada metode

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Maka dalam hal ini Kospin Jasa Layanan Syariah Capem Banjaran tidak hanya akan mempertahankan produk dana talangan haji melainkan tetapi akan meningkatkan kualitas

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..