• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANFAAT PELATIHAN TERHADAP KINERJA PETUGAS PADA KANTOR PEMADAM KEBAKARAN. Ivan Argianto NIM : KERTAS KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANFAAT PELATIHAN TERHADAP KINERJA PETUGAS PADA KANTOR PEMADAM KEBAKARAN. Ivan Argianto NIM : KERTAS KERJA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT PELATIHAN TERHADAP KINERJA PETUGAS

PADA KANTOR PEMADAM KEBAKARAN

(Studi Kasus Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga)

Oleh :

Ivan Argianto

NIM : 212011616

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

:

EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI :

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITA KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)
(3)
(4)

i

(5)

ii

(6)

iii

MOTTO

"Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka

terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka

bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi."

(Ernest Newman)

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru

yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik."

(Evelyn Underhill)

“Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan

hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Kertas Kerja yang berjudul “Manfaat Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas Pada Kantor Pemadam Kebakaran (Studi Kasus Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga)”, akan memberikan gambaran tentang bagaimana pelatihan yang diikuti petugas pemadam kebakaran dapat memberikan peningkatan kinerja dalam melaksanakan tugasnya.

Kertas kerja ini dibuat untuk memenuhi sebagian dari persyaratan-persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Selain itu kertas kerja ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan masukan, saran maupun kritik atas penulisan kertas kerja ini. Besar harapan penulis bahwa kertas kerja ini dapat berguna bagi banyak pihak.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulisan kertas kerja ini sampai selesai.

Salatiga, 4 November 2015 Yang memberi pernyataan

(8)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah penyertaan-Nya dari awal sampai akhir dalam menempuh masa perkuliahan hingga menyelesaikan kertas kerja ini dengan baik. Penyusunan kertas kerja ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selama perkuliahan dan sampai pada akhirnya kertas kerja ini boleh selesai dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja, S.E., M.E., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

2. Ibu Roos Kities Andadari, S.E., M.B.A., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 3. Ibu Tutuk Ari Arsanti, S.E., M.Si, selaku wali studi yang telah memberikan

pengarahan, masukan serta bimbingan dalam menjalani kuliah.

4. Bapak Agus Sugiarto, S.Pd., M.M, selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis menyelesaikan kertas kerja ini. Terimakasih Bapak atas ide-ide, saran dan kritik yang membangun selama ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membagikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga demi kemajuan dan perkembangan akademik penulis.

6. Staf TU Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membantu penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

7. Keluarga terkhusus Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan doa, dan telah bersusah payah dalam membiayai seluruh studi penulis mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga S1. Terimakasih atas semua yang telah diberikan dengan keikhlasan hati.

8. Bapak Nugroho selaku koordinator regu pemadam kebakaran Kota Salatiga yang telah mengijinkan, memberikan waktu dan memberikan informasi bagi penulis untuk melakukan wawancara.

(9)

vi

9. Teman-teman dan sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan dan menemani penulis selama masa studi penulis di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga.

Salatiga, 4 November 2015 Yang memberi pernyataan

(10)

vii

ABSTRACT

Firefighting is a very important part in people's lives, the more densely populate, the higher the rate of fire that may occur due to community activities therefore firefighters should be skilled and trained in performing their duties.

This research is about how the impact of the training given to the capabilities and performance of firefighters, especially in Salatiga City. This research is a qualitative descriptive method study with interview techniques.

Results from this study theorized that the officers who have been trained , was received additional knowledge so that more skilled and be confident in their duties so that performance is improved.

(11)

viii

SARIPATI

Pemadam Kebakaran adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, makin padat penduduk maka makin tinggi pula tingkat kebakaran yang mungkin terjadi karena aktifitas masyarakat oleh karena itu petugas pemadam kebakaran harus trampil dan terlatih dalam menjalankan tugasnya.

Penelitian ini adalah tentang bagaimana pengaruh pelatihan-pelatihan yang diberikan terhadap kemampuan dan kinerja anggota pemadam kebakaran khususnya di Kota Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara.

Hasil dari penelitian ini merumuskan bahwa para petugas yang telah mengikuti pelatihan, merasa mendapat tambahan ilmu sehingga lebih trampil dan menjadi percaya diri dalam menjalankan tugasnya sehingga kinerjanya makin baik .

(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN KERTAS KERJA ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KERTAS KERJA ... ii

MOTTO ...iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH ... v ABSTRACT ... vii SARIPATI ...viii DAFTAR ISI ... ix PENDAHULUAN ... 1 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Kinerja Karyawan ... 3

Kinerja Petugas Pemadam Kebakaran ... 5

Pelatihan Kerja ... 7

Hasil Penelitian Sebelumnya ... 9

METODE PENELITIAN ... 9

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ... 11

Gambaran Umum Prosedur Kerja Petugas Pemadam Kebakaran ... 11

Pengalaman Pelatihan Petugas Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Salatiga ... 14

Kinerja Petugas Di Pemadam Kebakaran Kota Salatiga ... 17

Manfaat Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga ... 20

KESIMPULAN ... 22

SARAN ... 23

KETERBATASAN PENELITIAN ... 24

(13)

1 PENDAHULUAN

Kantor Pemadam Kebakaran merupakan salah satu instansi pemerintah yang keberadaannya penting. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara P.U.No. 11/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan kebakaran disebutkan bahwa agar suatu kota terlindung dari bahaya kebakaran, diperlukan kota tersebut dibagi-bagi menjadi wilayah-wilayah atau manajemen wilayah kebakaran (MWK), dan tiap-tiap MWK tersebut membawahi pos-pos pemadam kebakaran. Penentuan MWK dan pos pemadam kebakaran tersebut didasarkan pada potensi dan kerawanan atas kebakaran. Beberapa provinsi membentuk sekretariat bersama dengan sarana dan prasarana yang bisa digunakan bersama tergantung daerah mana yang kebetulan terjadi musibah kebakaran.

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pemadam Kebakaran mempunyai dua fungsi utama. Pertama, fungsi pencegahan kebakaran yaitu mengantisipasi dan melakukan usaha preventif agar tidak terjadi atau mengurangi serta meminimkan risiko terjadinya kebakaran. Kedua, fungsi penanggulangan kebakaran yaitu segala upaya dan tindakan penyelamatan pada saat terjadinya musibah kebakaran secara efektif dan efisien.

Pada Kantor Pemadam Kebakaran yang menjadi hal penting adalah petugas lapangan yang langsung terjun menangani masalah kebakaran yang sudah pasti berisiko besar bahkan bisa menimbulkan korban jiwa jika tidak berhati -hati dalam melaksanakannya karena keterlambatan di lokasi kebakaran dan kurang terampil sewaktu melaksanakan tugasnya. Sebagai gambaran sepanjang tahun 2013 terjadi 28 kasus kebakaran mulai bulan Februari 2013 sampai September 2013 yang ditangani di daerah kota Salatiga dan wilayah sekitar kota Salatiga. Kebakaran tersebut menghanguskan rumah, pabrik, dan kios, dimana kebanyakan kebakaran disebabkan oleh adanya konsleting listrik dan kompor meledak. Untuk tahun 2014 terjadi 10 kasus kebakaran di wilayah salatiga dan sekitarnya mulai bulan April – Juli. Permasalahan yang umumnya digunakan Kantor Pemadam Kebakaran pada saat kinerjanya dinilai jelek oleh masyarakat memang cukup klasik. Beberapa contoh permasalahan tersebut antara lain: (1) Kesulitan mencapai lokasi kebakaran; (2) Volume kendaraan/lalu lintas pengguna jalan cukup padat; (3) Kondisi lingkungan yang tidak menunjang operasional pemadaman kebakaran; (4) Kurangnya peralatan pemadaman kebakaran (Mahsun, 2011). Dari berbagai permasalahan seperti ini

(14)

2

sebetulnya Kantor Pemadam Kebakaran memang tidak bisa berjalan sendiri tanpa koordinasi dengan kantor atau instansi lain yang berhubungan.

Manajemen sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan petugas pemadam kebakaran dan instansi menyadari betul bahwa mereka membutuhkan petugas – petugas pemadam kebakaran yang berkualitas yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mendukung kinerjanya. Kinerja dari petugas pemadam kebakaran yang baik akan mengurangi resiko kerugian, baik bagi petugas maupun kepada korban kebakaran. Pengelolaan serta pendayagunaan sumberdaya manusia dilakukan agar dapat membantu perusahaan mencapai tujuan-tujuannya. Pencapaian tersebut dapat dicapai apabila karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut bekerja secara optimal yang diukur melalui kinerja. Untuk mengukur kinerja petugas pemadam kebakaran agak sulit, karena sistem kerja yang digunakan adalah sistem tim, dimana tim tersebut selalu berubah-ubah baik jumlah maupun petugasnya. Wilayah kerja bahkan bukan suatu hambatan untuk dapat melaksanakan tugas pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Program pelatihan yang intensif perlu dilaksanakan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja petugas secara optimal. Dengan adanya kegiatan pelatihan, petugas memiliki kesempatan untuk menyerap pengetahuan atau nilai-nilai baru, sehingga dengan pengetahuan baru tersebut para karyawan dapat meningkatkan profesinya dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan melalui pelatihan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pelatihan merupakan hal yang sangat penting yang dapat dilakukan oleh organisasi tersebut memiliki tenaga kerja yang pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) dapat memenuhi kebutuhan organisasi di masa kini dan di masa yang akan datang. Untuk keberhasilan program pelatihan harus didukung berbagai aspek antara lain: kesesuaian silabus dengan kebutuhan pelatihan, kualitas pelatih atau instruktur, kualitas peserta, kelengkapan sarana dan prasarana yang sesuai dalam melaksanakan kegiatan pelatihan yang simetris serta penyediaan biaya. (Sahat. 2014)

Kurangnya kinerja petugas tidak terlepas dari pelatihan-pelatihan yang diberikan pimpinan. Saat ini masih ada petugas di pemadam kebakaan (Damkar) Kota Salatiga yang belum mendapatkan pelatihan. Selain itu, kinerja petugas berdampak terhadap kepuasan masyarakat yang merasa apabila terjadi kebakaran

(15)

3

cenderung merasa kecewa atas keterlambatan petugas dan kurangnya sarana yang mendukung dalam melaksanakan tugas. Dalam perekrutan dan pelatihan calon petugas pemadam kebakaran masih terkendala oleh fasilitas yang dimiliki Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga. Saat ini Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga belum memiliki pusat pendidikan dan pelatihan bagi calon petugas pemadam kebakaran. Untuk pendidikan dan pelatihan calon petugas masih diserahkan kepada Kantor Pemadam Kebakaran DKI Jakarta atau Semarang. Jika dilihat berita di televisi atau membaca berita di koran atau di media elektronik tentang musibah kebakaran di Indonesia, ada saja masyarakat atau pihak yang tidak puas dengan kinerja Petugas Pemadam Kebakaran yang memadamkan api. Petugas disambut umpatan kekecewaan warga karena dianggap terlambat datang dan bekerja sangat lamban, mereka mangatakan “seandainya saja pemadam kebakaran datang lebih cepat mungkin tidak manjadi separah ini” ada juga yang mengatakan “petugas kurang sigap atau cekatan ketika memadamkan api sehingga api marambat kemana-mana” (http://nationalgeographic.co.id 2014). belum lagi yang beranggapan sudah jatuh tertimpa tangga pula karena ada masyarakat yang tahunya harus membayar ketika menggunakan jasa pemadam kebakaran (www.firefighter.blogspot.co.id 2010). Bertitik tolak dari pemikiran ini, penulis tertarik untuk mengkaji ”Manfaat pelatihan terhadap kinerja petugas pada Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga”.

Dari apa yang diuraikan di atas disusun perumusan masalah untuk tulisan ini: (1) Bagaimana pengalaman pelatihan petugas di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga? (2) Bagaimana kinerja petugas di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga? (3) Bagaimana manfaat program pelatihan terhadap kinerja petugas Kantor Pemadam Kebakaran Salatiga?

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Karyawan

Menurut Simamora (2004), kinerja adalah kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk pekerjaan karyawan dan merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Sedangkan Mathis dan Jackson (2006) menjelaskan bahwa kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan dengan tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu

(16)

4

kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan dan dukungan organisasi yang diterimanya.

Untuk mengetahui kinerja karyawan, maka perlu dilakukan proses penilaian kinerja. Mathis dan Jackson (2006) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan perkerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Menurut Robbins (2001), ada lima pihak yang dapat melakukan penilaian kinerja karyawan, yaitu: atasan langsung, rekan sekerja, evaluasi diri, bawahan langsung, pendekatan menyeluruh.

Manfaat dari penilaian kinerja sumber daya manusia, menurut Handoko (1989) adalah sebagau berikut:

1. Perbaikan kinerja

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan sumber daya manusia, manajer dan departemen sumber daya manusia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki kinerja.

2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

Evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan gaji, bonus dan kompensasi bentuk lain.

3. Keputusan-keputusan penempatan

Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja pada masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap kinerja masa lalu.

4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan

Kinerja yang jelak mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan. 5. Perencanaan dan pengembangan karier

Umpan balik kinerja mengarahkan keputusan-keputusan karier yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.

6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing

Kinerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan dan kelemahan prosedur staffing departemen sumber daya manusia.

(17)

5

Kinerja yang jelek menunjukan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana sumberdaya manusia. Informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan sumberdaya manusia yang diambil tidak tepat. 8. Kesalahan-kesalahan

Kinerja yang jelek merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Dengan penilaian kinerja dapat membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.

Pada dasarnya kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor–faktor tersebut menurut Mangkunegara (2009) adalah faktor kemampuan dan motivasi. a. Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan realita. Artinya, pimpinan dan pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata, apabila IQ superior dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari -hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

b. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai sikap pimpinan dan pegawai terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain: fasilitas kerja, iklim kerja, hubungan kerja, kebijakan pimpinan dan kondisi kerja.

Kinerja Petugas Pemadam Kebakaran

Berdasar pada KJI (Klasifikasi Jabatan Indonesia), petugas pemadam kebakaran termasuk dalam kategori pemadam kebakaran umum. Adapun penjelasan mengenai tugas dan fungsinya yaitu memadamkan api sebagai anggota barisan pemadam kebakaran; mengendarai mobil atau kapal pemadam kebakaran untuk mengamati kobaran api; menggunakan alat pemadam api dengan tangan untuk menyemprot air; membongkar bagian gedung atau bangunan bila perlu untuk memadamkan api; menyelamatkan orang yang terkurung dalam kobaran api; melindungi dan menyelamatkan barang selama dan sesudah kebakaran dengan memindahkan barang - barang dari tempat yang membahayakan; mencegah terjadinya kerusakan perkakas dan barang lain dengan menggunakan kain taplak basah atau dari

(18)

6

bahan lain yang tahan api dengan cara menutupi barang - barang tersebut; menjaga bangunan dan halaman dari kemungkinan api menjalar.

Tugas pokok dari pemadam kebakaran adalah melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang meliputi : pencegahan, pembinaan dan penyuluhan, pengendalian operasional. Adapun misi dari pemadam kebakaran adalah melaksanakan usaha pencegahan (pengawasan,pendataan, inspeksi, pengujian), melaksanakan penanggulangan kebakaran, menyelenggarakan penyuluhan, mengadakan pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana, dan melaksanakan koordinasi internal dan eksternal.

Menurut Mahsun (2009) kinerja kantor pemadam kebakaran sering dinilai hanya dari aspek input dan output. Instansi ini dinilai cukup berhasil jika bisa menyerap anggaran 100% (input) dan melaksanakan program tahunan (output), tanpa ada penilaian terhadap aspek hasil (outcome), manfaat (benefit) dan juga dampak (impact). Idealnya memang system pengukuran kinerja yang dipakai oleh kantor pemadam kebakaran ini disusun setelah memperoleh masukan dari lembaga konstituen (representasi masyarakat), sehingga diperoleh suatu konsensus atas apa yang diharapkan oleh stakeholders atas organisasi tersebut dalam suatu indikator kinerja yang jelas.

Dengan mempertimbangkan harapan dan kebutuhan masyarakat serta mengacu pada tujuan, program, dan fungsi utama Kantor Pemadam Kebakaran maka perumusan indikator kinerja bisa dilakukan dengan representatif. Sebagaimana fungsinya, pada umumnya program Kantor Pemadam Kebakaran meliputi Program Pencegahan Kebakaran dan Program Penanggulangan Musibah Kebakaran. Program pencegahan misalnya meliputi Program pemeriksaan dan pengujian peralatan dan perlengkapan penanggulangan kebakaran, Program pemeliharaan sarana dan prasarana, Program inspeksi alat pemadam kebakaran di lapangan, Program pelatihan pegawai, Program penyuluhan masyarakat, dan sebagainya. Sementara itu, Program Penanggulangan Musibah Kebakaran misalnya meliputi program penyediaan pipa air untuk kebakaran (fire hydrants), Program pengadaan mobil pemadam kebakaran, Program pengadaan helicopter, Program pemeriksaan kebakaran pada daerah-daerah terpencil, Program pengadaan dan perbaikan sistem pengiriman kode kebakaran, Program pengecekan kesiapan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki, dan sebagainya.

(19)

7

Mengacu pada program sebagaimana dikemukakan diatas, maka indikator kinerja bisa ditetapkan. Indikator ini seharusnya juga dibuat untuk setiap fungsi yaitu indikator fungsi Pencegahan Kebakaran dan indikator fungsi Penanggulangan Musibah Kebakaran. Indikator kinerja petugas pemadam kebakaran yang dirumuskan oleh Mahsun antara lain: petugas harus selalu merespon dengan baik jika ada panggilan terjadinya kebakaran, petugas segera berangkat jika sudah ada kepastian terjadi musibah kebakaran, petugas harus berjaga-jaga secara fulltime harus stand by, selama jam kerja efektif petugas tidak boleh melakukan kegiatan yang kontraproduktif (misalnya main catur, main tenis meja, main kartu), jumlah petugas lapangan yang mahir setelah ada training meningkat.

Pelatihan Kerja

Menurut Wibowo (2011): “Pelatihan merupakan investasi organisasi yang penting dalam sumber daya manusia. Pelatihan melibatkan segenap sumber daya manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan”. Selanjutnya Sedarmayanti (2009) “Pelatihan merupakan usaha mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan pegawai dengan yang dikehendaki organisasi.” Selanjutnya Mangkunegara (2005) mendefinisikan “pelatihan dan pengembangan merupakan isitilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.”

Menurut Handoko (2005) tujuan pelatihan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

a. Latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.

b. Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan.

Menurut Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang diperlukan dalam pelatihan dan pengembangan antara lain: (a) perbedaan individu pegawai, (b) hubungan dengan jabatan analisis, (c) motivasi, (d) partisipasi aktif, (e) seleksi peserta penataran, (f) metode pelatihan dan pengembangan.

Program pelatihan dikatakan efektif apabila program tersebut mampu menghasilkan perubahan sesuai yang dikehendaki oleh organisasi, terutama perubahan dalam kemampuan karyawan (Boyce, 1996). Program pelatihan yang

(20)

8

efektif akan memberikan informasi mengenai perbaikan kinerja yang diinginkan juga ukuran perbaikan kinerja yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya (Haywood, 1992). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Geisler & Justus (1998), dimana pelatihan akan meningkatkan kemampuan kerja dan kinerja karyawan.

Menurut Carey (1995) agar suatu program efektif maka program tersebut harus mengandung dua faktor kunci sebagai penentu keberhasilannya. Dua faktor kunci tersebut adalah: memilih orang yang tepat untuk dididik dan dilatih dan menentukan tujuan program yang tepat. Kemampuan kerja akan mempengaruhi prestasi dalam bentuk peningkatan kemampuan kerja, maka pelaksanaan kerja akan lebih baik. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan kerja karyawan adalah dengan mengadakan pelatihan kerja (Simamora, 2004). Menurutnya pelatihan kerja adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, atau perubahan sikap individu.

Manfaat yang diperoleh dari pelatihan ini menurut Simamora adalah: 1. Peningkatan kuantitas dan kualitas produktivitas.

2. Mengurangi jumlah biaya kecelakaan kerja dan kegagalan kerja.

3. Membantu karyawan dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan kepribadian mereka.

4. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan untuk mencapai standar. Dengan peningkatan yang demikian maka dapat dikatakan bahwa prestasi karyawan dan juga aspek psikologis karyawan dapat ditingkatkan yang akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan juga. Latihan kerja adalah suatu kegiatan atau proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang dan yang akan datang melalui pengembangan, kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak. Dengan demikian melalui pelatihan kerja akan dapat diperoleh peningkatan kemampuan prestasi kerja.

Latihan kerja sendiri didefinisikan sebagai suatu proses yang berjalan terus menerus dan tidak hanya proses sesaat saja. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa latihan kerja yang diadakan oleh perusahaan dapat membantu karyawan untuk bekerja lebih bersemangat dan menambah keterampilan kerja karywan dan akan meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam perusahaan.

(21)

9 Hasil Penelitian Sebelumnya

Dari penelitian yang dilakukan Verra (2013) ditemukan bahwa Pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. Pendidikan dan pelatihan secara bersama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pendidikan dan pelatihan mempunyai kontribusi atau proporsi sumbangan yang cukup besar terhadap variasi (naik -turunnya) kinerja karyawan, disamping variasi yang dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pendidikan dan pelatihan dengan efektivitas kerja pegawai. Penelitian yang dilakukan Agusta dan Sutanto (2013) juga menemukan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil yang sama juga ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2010) dimana terdapat pengaruh diklat kepemimpinan terhadap kinerja guru dan makin bertambahnya mengikuti diklat kepemimpinan maka akan menaikkan kinerja guru di lingkungan sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Pemadam kebakaran kota Salatiga yang beralamat Jl. Ahmad Yani No 14 Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Basuki (2006) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mencoba mencari penjelasan yang tepat dan cukup dari semua aktifitas, obyek, proses dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta, identifikasi dan meramalkan hubungan dalam dan antara variabel. Penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan data berdasarkan faktor- faktor yang menjadi pendukung terhadap objek penelitian, kemudian menganalisa faktor- faktor tersebut untuk dicari peranannya (Arikunto, 2010).

Penelitian Deskriptif menggambarkan perilaku, pemikiran, atau perasaan suatu kelompok atau individu. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan karakteristik atau perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat. Biasanya, penelitian deskriptif tidak didesain untuk menguji hipotesis, tetapi lebih pada upaya menyediakan informasi seputar karakter fisik, sosial, perilaku, ekonomi, atau psikologi dari sekelompok orang.

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang akan dikaji berupa tanggapan atau hasil wawancara penulis dengan informan dan pimpinan Instansi yang

(22)

10

bersangkutan. Data skunder adalah data yang diperoleh dari hasil pencatatan pada objek penelitian yang berasal dari Pemadam Kebakaran Kota Salatiga serta segala sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian ini. Data tersebut berupa struktur organisasi Instansi, sarana dan prasarana yang disediakan instansi.

Pengumpulan data merupakan suatu usaha untuk mendapatkan data yang valid dan akurat yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai bahan untuk pembahasan dan pemecahan masalah. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah wawancara ( Interview ) yaitu dengan mengumpulkan data secara langsung kepada pihak – pihak yang berhubungan dengan penelitian ini, guna mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitian ini dan observasi merupakan metode penelitian dimana peneliti mengamati secara langsung objek penelitian, guna menambah data dan informasi yang diperlukan (Sugiyono, 2011).

Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam menganalisis data. Data yang diperoleh melalui wawancara dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan cara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dideskritifkan secara menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian adalah sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian. Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan. Setelah melakukan wawancara, selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan (Arikunto, 2010). Penelitian ini mengambil informan dari seluruh petugas pemadam kebakaran Kota Salatiga yaitu sebanyak 7 orang yang telah mengikuti pelatihan dan 3 orang yang belum mengikuti pelatihan.

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Data disajikan dengan mengelompokkan sesuai dengan sub bab masing–masing. Setelah data di sajikan, langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Setelah menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh, peneliti membuat kesimpulan yang merupakan hasil dari suatu penelitian (Sugiyono, 2005).

(23)

11

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Gambaran Umum Prosedur Kerja Petugas Pemadam Kebakaran

Berikut ini penulis akan memberikan gambaran mengenai prosedur kerja di Kantor Pemadam Kebakaran, hasil wawancara penulis dengan Koordinator Pemadam Kebakaran Kota Salatiga yaitu Bapak Nugroho.

Penulis: ”Apa yang dikerjakan oleh petugas dinas kebakaran Kota Salatiga setiap harinya?”

Informan: “Setiap hari petugas kami wajib melakukan hal-hal yang rutin dilakukan seperti pengecekan unit apakah unit dalam posisinya, jangan sampai ketika ada laporan kebakaran dan akan memakai unit tersebut sedang tidak ada. kemudian melakukan pemanasan mobil hal ini penting sekali mengingat unit harus dalam keadaan tokcer ketika akan digunakan, karena apabila unit tidak dipanaskan secara rutin setiap hari unit bisa susah di stater karena aki drop. Sambil memanaskan unit, petugas kami memastikan unit sudah terisi dengan air atau belum. Kemudian memeriksa kelengkapan alat keselamatan yang harus selalu digunakan ketika menjalani tugas seperti; helm, jaket dan celana anti api, sepatu safety, peralatan selang dan UAI (selang besar dan selang kecil)”

Dari pemaparan Bapak Nugroho tersebut diatas dapat diketahui bahwa setiap hari petugas pemadaman mempunyai rutinitas pekerjaan yaitu pengecekan terhadap unit pemadam kebakaran beserta seluruh kelengkapan dan kesiapannya secara berurutan, prosedur kerja ini wajib dilakukan agar tidak ada yang terlewati karena lalai.

Saat ini petugas pemadam kebakaran terbagi dalam 2 shift penjagaan. Dalam melaksanakan tugasnya petugas berusaha untuk merespon setiap panggilan secepat mungkin, untuk itu petugas selalu siap siaga selama 24 jam. Masyarakat dapat langsung menghubungi petugas melalui telepon 113 atau nomor telepon kantor (0298) 322106. Melalui kerjasama dengan Babinsa petugas pemadam kebakaran memastikan kejadian kebakaran, setelah dikonfirmasi kebenarannya maka petugas langsung menuju ke lokasi kebakaran. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nugroho:

Penulis: ”Bagaimana tindakan yang dilakukan petugas pemadam kebakaran ketika menerima laporan terjadinya kebakaran oleh masyarakat?”

Informan: “Kami menerima laporan kebakaran dari masyarakat melalui telepon, dan juga kami bisa menerima dari kepolisian. Biasanya kami cek terlebih dahulu kebenarannya, karena banyak juga orang yang iseng memberikan laporan palsu, apabila betul kami segera membunyikan lonceng dan langsung bergerak. Jadi sewaktu mendengar lonceng

(24)

12

teman-teman dengan sigap langsung memakai baju, helm, sepatu dan langsung menuju unit pemadam untuk segera berangkat ke lokasi. Dalam perjalanan biasanya kami melakukan koordinasi pembagian tugas di lapangan agar dapat langsung bertindak begitu sampai di lokasi. Begitu sampai di lokasi maka secara otomatis masing-masing akan melalukan kegiatan yang sudah dikordinasikan tadi, jadi langsung ada yang mengambil selang, mempersiapkan tangga, dan peralatan lainnya kemudian langsung melakukan pemadaman“

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa petugas pemadam kebakaran akan langsung merespon ketika ada laporan terjadinya kebakaran.

Ketika satu unit Pemadam Kebakaran tiba di lokasi kejadian secara otomatis terlintas dibenak para petugas berbagai pertimbangan tentang kondisi lokasi dan insiden. Segera setelah itu tindakan awal yang perlu diambil segera dilakukan. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan, sesuai kondisi yang mereka hadapi biasanya tidak terlepas dari pola menentukan titik lokasi, melokalisir/menghambat perambatan api kesegala arah, dan pemadaman api.

Tindakan awal menentukan lokasi seharusnya dilakukan sebelum pengamatan terhadap lokasi dan kondisi insiden telah sepenuhnya dilakukan. Akan tetapi seringkali para petugas pada saat berangkat masih belum pasti mengetahui dimana titik lokasi kejadian, karena banyak laporan darurat dilakukan orang yang melintasi tempat kejadian tanpa pelapor tahu persis apa dan di mana objek yang terbakar. Padahal penentuan lokasi ini termasuk hal yang penting karena menyangkut dimanakah posisi unit akan ditempatkan dan dari manakah unit dapat mencapai lokasi kejadian serta ke arah manakah selang akan di gelar untuk operasi pemadaman kebakaran atau peralatan rescue apakah yang paling tepat untuk dipersiapkan pada operasi penyelamatan. Karena apabila dari awal petugas melakukan kesalahan dalam menentukan titik lokasi maka untuk berbalik arah dalam upaya mencapai rute yang tepat adalah bukan hal yang sederhana atau mudah. Begitu juga apabila petugas melakukan kesalahan dalam menempatkan unit, sehingga proses menggelar selang menjadi sulit karena akses menuju titik kejadian terhalang oleh bangunan tinggi, sungai, lintasan rel kereta dan sebagainya.

Tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh para petugas pemadam adalah melokalisir/menghambat perambatan api/kebakaran kesegala arah. Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar kebakaran tidak meluas yang otomatis akan

(25)

13

menyulitkan upaya pemadaman dan tentunya menambah kerugian yang diderita oleh masyarakat sekitarnya.

Tindakan terakhir yang paling penting adalah pemadaman api itu sendiri, walaupun bukan tindakan yang mudah akan tetapi apabila tindakan-tindakan sebelumnya telah dapat dilaksanakan dengan baik maka tindakan pemadaman akan menjadi lebih ringan. Terlebih lagi apabila para petugas yang melakukan pemadaman telah memiliki pengalaman yang cukup dan dilengkapi dengan peralatan dan kelengkapan yang memadai serta terjaminnya pasokan air sebagai bahan pemadam utama dalam sebagian besar kejadian kebakaran.

Disinilah pentingnya pelatihan bagi semua petugas pemadam kebakaran yang ada, petugas dituntut siap dalam segala kondisi. Menurut Bapak Nugroho idealnya setiap mobil pemadam minimal dikendalikan oleh empat orang petugas. Mereka bertugas sebagai sopir yang bisa merangkap operator, petugas yang bertugas mempersiapkan selang, lalu dua petugas untuk memegang selang. Belum lagi petugas yang diperlukan khusus menangani kebakaran dengan kondisi khusus pula, misalnya naik tangga Tugas-tugas seperti itu tidak bisa dikerjakan sembarang orang, tanpa ada keahlian khusus. Misalnya untuk petugas pemegang selang, terlihat sepele namun bisa sangat berbahaya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nugroho

''Kalau tidak hati-hati, pemegang selang bisa terpelanting dan cedera karena tekanan air di selang itu sangat tinggi. Hal seperti ini harus dikerjakan orang-orang yang sudah terlatih”.

Dari hasil wawancara diketahui juga bahwa salah satu kendala yang ada di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga saat ini adalah jumlah personel yang masih belum mencukupi. Dari kebutuhan personel yang idealnya 24 orang, saat ini Salatiga hanya memiliki 10 tenaga damkar. Dengan demikian, masih ada kekurangan sebanyak 14 tenaga damkar yang dibutuhkan untuk operasional empat mobil damkar yag dimiliki Pemkot Salatiga. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nugroho

Penulis: berapa kebutuhan personel pemadam kebakaran yang seharusnya ada di kantor pemadam kebakaran kota salatiga?” Informan: “Idealnya, satu mobil berisi personel sejumlah empat hingga lima orang. Saat ini dengan empat mobil damkar yang ada, setiap mobil hanya ada dua personel termasuk pengemudi. Kalau ingin ideal, sebenarnya dengan empat armada, personel yang disiapkan sebanyak 24 orang. Asumsinya satu mobil ada empat personel dengan shift tugas yang sudah dibagi”.

(26)

14

Dalam setiap proses pemadaman kebakaran waktu juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh petugas yang akhirnya mempengaruhi pelaksanaan tugas. Petugas Pemadam Kebakaran sering mengalami kesulitan mencapai lokasi kejadian kebakaran tepat waktu karena menyempitnya ruang terbuka, kurangnya dukungan tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran sehingga pelayanan yang dilakukan tidak berjalan dengan maksimal. Sebagai contoh misalnya kurangnya kesadaran masyarakat / pengguna jalan ketika mobil pemadam kebakaran menuju lokasi kebakaran menghambat kelancaran menuju lokasi kejadian kebakaran serta kemacetan yang terjadi di jalan raya dan persimpangan jalan. Adanya portal atau gapura di setiap gang/jalan menuju lokasi kejadian kebakaran, belum lagi kerumunan warga yang melihat kejadian kebakaran sehingga menyulitkan pekerjaan pemadam kebakaran

Pengalaman Pelatihan Petugas Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Salatiga Berikut penulis akan merangkum hasil wawancara dengan beberapa petugas yang pernah mengikuti pelatihan untuk dapat memberikan gambaran mengenai pengalaman pelatihan yang pernah diikuti oleh petugas di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga. Pelatihan yang sudah diikuti oleh petugas antara lain pelatihan penanggulangan bencana, meliputi bencana banjir, tanah longsor, penyelamatan pada korban bencana, pelatihan dasar militer, cara memberikan pertolongan pada korban, teori api, manajemen kebakaran, kebakaran pada gedung bertingkat dan proteksi kebakaran. Pelatihan tersebut biasanya diadakan 1 tahun sekali, yang diikuti oleh petugas dari kantor-kantor tiap daerah.

Salah satu petugas pemadam kebakaran yaitu Bapak Jarkoni mengungkapkan pengalaman pelatihan yang pernah diikutinya :

Penulis: kapan pelatihan diadakan?, Apa saja materi pelatihan yang didapat?

Informan: “Diadakan setiap setahun sekali, diklat namanya, itu selalu ada namanya teori dan pelatihan. Yang pernah saya ikuti antara lain pelatihan penanggulangan bencana, meliputi bencana banjir, tanah longsor, penyelamatan pada korban bencana, pelatihan dasar militer, serta cara memberikan pertolongan pada korban. Ada juga pelatihan fisik seperti jalan, PBB, kemudian teori, cara menggunakan selang, cara melakukan penggulungan selang, cara menyiram api itu bagaimana, dan sebagainya. Terus setiap minggu itu di kantor kami rutin melakukan pertemuan sambil mengulang mengenai teori dan praktek mengenai pemadaman kebakaran yang pernah diperoleh untuk memantapkan lagi cara penggunaan semua peralatan yang ada di kantor pemadam ini.”

(27)

15

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh petugas lain yaitu Bapak Sulistyono yang pernah mengikuti beberapa pelatihan:

“Saya pernah mengikuti beberapa pelatihan yang diikutkan dalam program kantor. Pelatihan tersebut diadakan minimal setahun sekali dan saya ikut pada tahun 2007,2008,2009. Materi yang saya dapatkan yaitu Teori api, manajemen kebakaran, kebakaran pada gedung bertingkat, dan proteksi kebakaran. Selain itu di kantor sekarang ini kan setiap seminggu sekali kami tetap latihan, seperti latihan fisik, lari-lari dan senam“

Dari pernyataan petugas pemadam kebakaran diatas dapat diketahui bahwa pelatihan diadakan secara rutin yaitu satu tahun sekali.

Bapak Nugroho selaku Koordinator Pemadam Kebakaran menyatakan bahwa pelatihan bagi para petugas adalah hal yang penting karena akan mendukung kinerja petugas di lapangan. Program pelatihan yang pernah diikuti oleh petugas untuk meningkatkan SDM antara lain: mengirim job training ke sumber pelatihan (di jakarta), mengikuti job training ke semarang, latihan rutin pengoperasian armada dan simulasi. Selain itu ada juga pelatihan berupa diklat teknis khusus pemadam yaitu kebakaran pada gedung bertingkat, strategi peningkatan pelayanan pemadam kebakaran dan manajemen penanggulangan kebakaran. Meskipun demikian dari 10 orang petugas pemadam kebakaran yang ada belum semuanya pernah mengikuti pelatihan. Padahal kemampuan petugas pemadam kebakaran biasanya didapat pada pendidikan, pelatihan dan pengalaman dalam bekerja. Namun pendidikan dan pelatihan itu sangat kurang pelaksanaannya yang salah satunya terkendalanya anggaran dalam hal pemberian pelatihan.

Dalam melihat bagaimana kemampuan teknis petugas dalam pelaksanaan tugas cukup baik atau tidak, dapat dilihat dari bagaimana teknik pemadaman kebakaran itu sendiri serta penggunaan alat pemadaman kebakaran jika terjadi kebakaran. Kemampuan teknis petugas didapat dari pendidikan dan pelatihan serta pengalaman kerja para personil itu sendiri begitu juga dengan pengetahuan personil. Kemampuan ini bisa berupa petugas cekatan dalam merespon kejadian kebakaran dengan siap siaga 24 jam jika terjadi kebakaran, mampu memadamkan api sesuai target dan meminimalisir kerugian yang mungkin diderita masyarakat yang terkena kebakaran.

Informasi tentang pelaksanaan pelatihan diperoleh dari pemerintah daerah yang kemudian disampaikan kepada koordinator regu. Pihak yang biasanya

(28)

16

mengadakan yaitu dari diklat provinsi Jawa Tengah maupun dari propinsi lain. Karena pemadam kebakaran Kota Salatiga masih berada di bawah Ka Satpol PP maka untuk menentukan petugas yang akan mengikuti pelatihan merupakan hasil koordinasi antara Ka Satpol PP dengan koordinator regu.

Berdasarkan pengalaman dari petugas yang pernah mengikuti pelatihan, banyak manfaat yang didapatkan dari pelatihan yang diikuti. Misalnya pelatihan dasar dalam memadamkan api sudah sesuai dengan kebutuhan petugas di lapangan. Pelatihan ini didukung dengan alat peraga berupa alat peraga tradisional maupun yang modern seperti Apar (Alat pemadam api ringan), mobil, emergency, lighting, mobil asap, pompa apung, mobil tangga, peralatan rifting, pakaian tahan api, dsb. Seluruh peserta pelatihan harus mengikuti seluruh materi pelatihan yang diselenggarakan oleh diklat. melalui program pelatihan, materi-materi yang diberikan sangat mendukung tugas pokok bagi petugas damkar.

Dari sisi penyampaian materi yang diberikan oleh instruktur menurut petugas mudah dipahami oleh peserta pelatihan dan sangat jelas. Dalam setiap pelatihan seluruh peserta diwajibkan ikut aktif mempraktekan tentang materi yang sudah dilakukan oleh instruktur. Hal ini bertujuan agar materi yang disampaikan dapat dikuasai dengan baik dan dapat dipraktekkan di lapangan. Keberhasilan suatu pelatihan tidak terlepas dari kesiapan instruktur dalam menyampaikan materi pelatihan. Di samping itu pelatih juga harus dapat memberikan evaluasi bagi seluruh peserta pelatihan. Biasanya tiap petugas diberikan nilai serta sertifikat sebagai tanda bahwa peserta sudah mengikuti pelatihan dengan baik.

Bagaimana dengan petugas yang belum mengikuti pelatihan, berikut akan diuraikan hasil wawancara dengan petugas.

Penulis: “mengapa belum mengikuti program pelatihan?”

Pak Agung mengatakan: “kami bertiga memang belum dapat jatah ikut pelatihan mas, mungkin tahun depan”

Penulis: “menurut anda pentingkah mengikuti program pelatihan yang diadakan?”

Pak Agus mengatakan: “ya penting banget mas, darimana pengetahuan dan kemampuan kita bertambah jika tidak mengikuti pelatihan”.

Penulis: “menurut anda apa manfaat yang didapat terhadap kinerja petugas jika mengikuti pelatihan yang diadakan?”

Pak Budi mengatakan: “ya manfaatnya besar baget mas, karena mendapat ilmu dan keahliannya bertambah otomatis kinerja petugas menjadi lebih bagus, selama ini setiap petugas yang telah mengikuti pelatihan akan diberikan

(29)

17

kepercayaan memimpin regu ketika ada kejadian kebakaran, kalau kami bertiga selama ini selalu ngikut saja apa yang diinstruksikan ya kami laksanakan sebisa kami”.

Dari hasil wawancara dengan petugas yang belum mengikuti program pelatihan yang diadakan dapat diketahui bahwa pelatihan merupakan hal yang penting untuk menambah ilmu dan keahlian dalam hal kebakaran.

Kinerja Petugas Di Pemadam Kebakaran Kota Salatiga

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang Kinerja Badan Pemadam Kebakaran dalam menanggulangi kebakaran di Kabupaten Rokan hilir ditemukan bahwa kinerja para petugas dinilai tidak baik oleh masyarakat dikarenakan banyaknya program-program yang belum terealisasi dengan baik, kurangnya bantuan dari instansi-instansi Pemerintah, persedian sarana dan prasarana yang minim. (Darmadi, 2010)

Menurut petugas pemadam kebakaran Kota Salatiga kinerja mereka sudah cukup baik, mereka melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Dari hasil wawancara mengenai kinerja petugas di Pemadam Kebakaran untuk kondisi kinerja saat ini diperoleh informasi sebagai berikut:

Penulis: “bagaimana kecepatan petugas dalam merespon laporan adanya kebakaran?”

Pak Tukirin mrngatakan : “jika lonceng tiba-tiba berbunyi artinya ada suatu kejadian kebakaran yang terjadi mas”, maka saya akan langsung bergegas menggunakan seragam yang untuk memadamkan api itu dan langsung menuju mobil pemadam”

Pak Tulus mengatakan : “Patokannya lonceng kantor mas..” kalau lonceng berbunyi artinya kami masing-masing harus cepat-cepat menggunakan seragam pemadam dan bergegas menuju mobil pemadam”

Pak Eko mengatakan : “Pernah waktu itu lagi istirahat siang tiba-tiba lonceng berbunyi, kamipun bergegas meninggalkan kegiatan kami masing-masing untuk menyiapkan diri dan menuju mobil pemadam, ternyata sesampainya di mobil pemadam dan kami sudah siap kami diberitahukan kalau itu cuma latihan”

Dari hasil wawancara dari ketiga petugas pemadam kebakaran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa petugas selalu akan cepat menerima respon saat mendapat panggilan kebakaran, dan siap menuju lokasi kebakaran, hal ini menunjukkan bahwa menurut petugas sendiri mereka telah melakukan tugasnya dengan cukup baik.

Berikut dibawah ini juga akan diberikan hasil wawancara kepada petugas mengenai kinerja mereka ketika menghadapi kebakaran yang terjadi di lokasi.

(30)

18

Penulis: “Bagaimana kinerja petugas pemadam kebakaran dalam menghadapi tugasnya memadamkan kebakaran?”

Pak Eko mengatakan : “Begitu sampai di lokasi kebakaran yang bertugas membawa selang akan langsung mencari asal api dan langsung menyemprotkan air untuk memadamkan apinya”

Pak Hanny mengatakan : Supaya cepat dan tidak buang waktu kami selalu berkordinasi dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran untuk pembagian tugas di lapangan agar nanti begitu sampai di lokasi kebakaran, masing-masing kami sudah tau tugasnya, jadi tidak ada petugas nganggur atau bingung di lokasi”.

Dari pernyataan kedua Petugas di atas dapat diketahui bahwa mereka selalu berusaha semaksimal mungkin untuk segera memadamkan api, dalam hal ini waktu sangatlah penting maka mereka juga tidak menyia-nyiakannya terbukti dengan melakukan koordinasi pembagian tugas di dalam mobil pemadam selama perjalanan menuju lokasi kebakaran. Namun kadang kondisi lokasi yang jauh dari persediaan air, atau lokasi yang jauh dari jalan raya juga bisa mempengaruhi kecepatan dalam memadamkan api.

Kemudian bagaimana pula kinerja para petugas pemadam kebakaran di Kota Salatiga dalam meminimalkan jumlah kerugian atau korban nyawa dalam setiap kejadian kebakaran, berikut ini akan dikemukakan hasil wawancara dari beberapa petugas.

Penulis: “Bagaimana kinerja petugas pemadam kebakaran dalam menghadapi tugasnya meminimalkan jumlah kerugian?”

Pak Sulistyono mengatakan bahwa: “Selain memadamkan api tugas utama kami adalah menyelamatkan korban, segala cara akan dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kerugian apalagi korban nyawa”

Pak Nugroho mengatakan; “Kami juga sering menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap bahaya kebakaran seperti pemakaian kompor. setrika dan bahaya arus pendek listrik, karena hal-hal ini yang sering menjadi pemicu terjadinya kebakaran.”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa petugas pemadam kebakaran Selalu berupaya meminimalisasi jumlah kerugian yang diakibatkan kebakaran baik berupa materi maupun korban jiwa, mereka juga senantiasa melakukan sosialisasi kepada masyarakat supaya menjaga agar terhindar dari kejadian kebakaran.

Dari mulai laporan terjadinya kebakaran kemudian petugas merespon dan bergegas menuju lokasi terjadinya kebakaran untuk segera mamadamkan api, selain

(31)

19

itu juga mereka harus bersungguh-sungguh berupaya meminimalkan jumlah kerugian materi maupun korban jiwa oleh karena itu semua proses pekerjaan mereka harus dilakukan secepat mungkin agar harapan minimal kerugian atau korban jiwa dapat terpenuhi. Lantas bagaimana kelanjutannya ketika musibah kebakaran sudah teratasi, proses selanjutnya adalah mencari penyebab terjadinya kebakaran. Berikut di bawah ini akan diberikan hasil wawancara mengenai tindak lanjut ketika proses pemadaman telah selesai dilakukan oleh petugas.

Penulis: Bagaimana petugas pemadam kebakaran melakukan investigasi mencari penyebab terjadinya kebakaran?”

Pak Nugroho mengatakan: “Untuk mencari tahu penyebab kebakaran pada suatu kejadian kebakaran biasanya kami serahkan sepenuhnya kepada polisi untuk melakukan investigasi penyebab terjadinya kebakaran, kami hanya membantu memberikan data dan opini kami guna memberikan masukan awal kepada penyidik. Data-data yang kami kumpulkan biasanya dari hasil pengamatan di lapangan serta keterangan-keterangan dari saksi atau korban selamat.”

Dari keterangan yang di dapat diketahui bahwa kegiatan investigasi dalam mencari penyebab kebakaran tidak dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran, untuk saat ini investigasi masih bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk mengungkap terjadinya kebakaran karena saat ini damkar Salatiga belum memiliki peralatan atau penyidik. Berarti pekerjaan petugas pemadam kebakaran di Kota Salatiga selesai ketika api sudah padam, karena proses berikutnya yaitu mencari penyebab kebakaran akan diserahkan kepada pihak lain yang berwajib, petugas pemadam biasanya hanya membantu memberikan informasi dari apa yang diperoleh ketika berada di lapangan.

Mengingat proses memadamkan api membutuhkan keahlian dan kecepatan maka pekerjaan memadamkan api tidak bisa dilakukan oleh perorangan, pekerjaan ini melibatkan beberapa orang yang saling bekerjasama. Dengan bekerja sama pekerjaan memadamkan api akan semakin cepat teratasi, dari hal tersebut penulis mewancarai petugas untuk mencari tahu bagaimana kinerja mereka sebagai sebuah tim yang bekerjasama melakukan pekerjaannya memadamkan api.

Penulis: “Bagaimana kinerja petugas pemadam kebakaran ketika berada dalam satu tim untuk memadamkan kebakaran?”

Pak Nugroho mengatakan: “Kami semua saling bantu-membantu, kami melakukan pembagian tugas, apa yang sudah menjadi tugasnya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa merasa iri atau tidak enak hati karena

(32)

20

tugas orang lain kelihatan lebih mudah dari tugas kita sendiri, karena tugas-tugas ini adalah saling berkaitan atau berhubungan, jadi kalau salah satu tugas tidak dijalankan atau lambat berjalan maka proses pemadaman juga akan menjadi lebih lambat atau bahkan menjadi tidak berhasil memadamkan si jago merah”. Pak Jarkoni mengatakan:“Melakukan pemadaman kebakaran merupakan kerja tim, sehingga kami selalu dituntut kerjasama yang baik serta kompak dalam satu tim.”

Pak Sulistyono berkata: “Karena orang-orang disini sedikit maka kami menjadi lebih akrab satu sama lain, kami sudah seperti keluarga saja sehingga ketika ada pekerjaan memadamkan kebakaran kami akan sangat kompak dan bersemangat tinggi untuk memberikan pelayanan kepada orang atau masyarakat yang sedang kesusahan karena terkena musibah kebakaran.”

Kinerja para petugas pemadam kebakaran dalam satu tim dalam tiap panggilan kebakaran sangatlah kompak dan selalu bersemangat tinggi dalam bekerja di lapangan untuk selalu memberikan yang terbaik kepada masyarakat yang sedang membutuhkan pertolongan.

Manfaat Pelatihan Terhadap Kinerja Petugas Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga

Manfaat yang diperoleh dari adanya pelatihan adalah karyawan dapat mengetahui cara melakukan pekerjaannya, meningkatkan motivasi karyawan, meningkatkan sosialisasi antar karyawan, mendapat informasi dan pengetahuan baru, meningkatkan prestasi, meningkatkan efisiansi dan efektivitas kerja, menciptakan tenaga kerja yang ahli dan trampil (Yulisna, 2002)

Adanya pelatihan yang diikuti oleh petugas pemadam kebakaran diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari petugas di lapangan dalam menjalankan pekerjaannya. Dari hasil wawancara diperoleh informasi mengenai dampak pelatihan terhadap kinerja petugas yaitu:

Penulis:” Apakah ada perbedaan kinerja sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan?”

Pak Jarkoni mengatakan:“Yang jelas dengan adanya pelatihan membuat saya lebih trampil, dan jadi mengetahui perkembangan-perkembangan metode penanggulangan kebakaran yang terbaru.”

Pak Sulistyono mengatakan: “dengan pelatihan jadi lebih semangat karena mendapatkan hal-hal baru yang sebelumnya tidak tahu”

(33)

21

Pak Tulus mangatakan: “Saya senang mengikuti program pelatihannya karena selain bisa mengasah ketrampilan yang sudah ada, saya juga mendapat masukan-masukan atau metode-metode baru dalam pemadam kebakaran”

Dari keterangan-keterangan yang didapat dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti pelatihan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja petugas pemadam kebakaran Kota Salatiga, hal ini dibuktikan dengan semangat para petugas dalam menjalankan tugasnya serta mendapatkan keterampilan lebih.

Penulis: “Apakah ada peningkatan kemampuan petugas setelah mengikuti pelatihan?

Pak Sulistyono mengatakan bahwa; “Saat pelatihan kami diberi sebuah kasus yang harus kami pecahan dengan menggunakan metode-metode yang sudah kami ketahui, ketika hasilnya kurang maksimal kami akan diberikan masukan-masukan ataupun metode-metode dari para pelatih kami.”

Pak Tulus mengatakan bahwa: “Dalam pelatihan kami ditekankan supaya bekerja dengan maksimal, apa jadinya jika kita kerja separuh jalan saja, tentu kebakaran akan makin meluas karena kita tidak tuntas memadamkan si Jago merah”

Pak Jarkoni mengatakan: “Dengan pelatihan kita menjadi lebih pintar karena ilmu yang didapat saat pelatihan.”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa melalui program pelatihan kemampuan petugas dalam melaksanakan tugas menjadi sangat maksimal karena selalu mendapat masukan-masukan atau metode-metode baru yang diberikan saat pelatihan. Dan tentunya petugas akan mempraktekan materi yang didapatkan dilapangan.

Pelatihan yang diadakan rutin diharapkan akan menambah pengetahuan dan skill petugas pemadam kebakaran, petugas pemadam kebakaran akan makin trampil dan percaya diri dalam manjalankan tugasnya di lapangan.

Penulis: “Menurut anda apakah pelatihan itu perlu dan apa harapannya terhadap pelatihan tersebut?”

Pak Eko mengatakan: “ya sangat perlu, pelatihan seharusnya rutin diadakan agar kami selalu up to date tentang perkembangan yang terjadi, selain itu juga kami juga tidak akan lupa dengan materi-materi yang sudah diberikan”

Pak Hanny mengatakan;“Minimal untuk mengingat atau mengulang-ulang materi yang sudah didapat agar petugas tidak lupa dan makin trampil.”

(34)

22

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa para petugas pemadam kebakaran Kota Salatiga ingin agar pelatihan dapat memberikan hasil yang lebih baik seharusnya pelatihan rutin diadakan untuk mengingat kembali materi yang sudah diberikan.

Pak Jarkoni mengatakan; “Dengan adanya pelatihan tidak ada yang sulit ketika ada metode baru yang harus kami terapkan ketika melakukan tugas pemadaman di lapangan”.

Dari hasil wawancara yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa petugas sudah mampu dan melaksanakan materi pelatihan yang sudah diberikan dan mempraktekannya di lapangan.

Penulis: apakah ada perbedaan materi ketika pelatihan?

Narasumber, Pak Tulus mengatakan bahwa: “Materi-materi dalam pelatihan menurut saya merupakan materi-materi baru yang sesuai dengan perkembangan yang ada, dan ini sangat mendukung kami sebagai petugas pemadam kebakaran” Pak Jarkoni mengatakan: “Dengan mengikuti pelatihan saya mendapat hal-hal baru yang sangat berguna untuk mendukung saya bertugas di lapangan”

Pak Sulistyono mangatakan: “Menurut saya materi-materi yang ada di pelatihan merupakan materi baru yang harus dikuasai oleh seorang petugas pemadam kebakaran agar kinerjanya lebih baik lagi, mengingat begitu kompleknya masalah yang terjadi di lapangan”.

Dari apa yang disampaikan narasumber pada wawancara di atas dapat diketahui bahwa melalui pelatihan petugas mendapatkan materi-materi baru sesuai dengan perkembangan yang dapat mendukung kinerja petugas

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Dari hasil wawancara petugas pemadam kebakaran di Kota Salatiga yang telah mengikuti pelatihan mempunyai pengalaman yang lebih daripada petugas yang belum mengikuti pelatihan, sebagian besar dari petugas mengatakan bertambah ilmu dan ketrampilannya setelah mengikuti pelatihan, seperti ilmu bagaimana mencari titik api dengan cepat, tehnik memadamkan api dengan cepat dalam berbagai kondisi, tehnik menggunakan selang pemadam agar

(35)

23

tidak cidera, dan bagaimana mengatur personil agar solid kompak dan bisa bekerjasama dengan baik.

2. Kinerja petugas Kantor Pemadam Kebakaran Kota Salatiga Dalam menjalankan pekerjaannya dari hasil wawancara menurut mereka para petugas pemadam kebakaran Kota Salatiga selalu siap bila ada laporan kebakaran yang terjadi. Artinya petugas akan langsung melakukan prosedurnya yaitu menanggapi laporan dengan pengecekan kemudian memberangkatkan unit pemadam ke lokasi untuk segera melakukan pemadaman api.

3. Manfaat pelatihan yang diikuti oleh petugas yang mengikutinya, dari hasil wawancara adalah kinerjanya makin baik, mereka mengatakan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah didapat semasa pelatihan mereka jadi makin percaya diri sehingga mereka makin trampil dalam melaksanakan tugas-tugasnya di lapangan. Petugas tidak membuang-buang waktu dengan menggunakan waktu perjalanan menuju lokasi untuk melakukan koordinasi pembagian tugas sehingga ketika sampai di lokasi para personil sudah mengetahui pembagian tugasnya masing-masing. Petugas mengerti betul tehnik menggunakan selang pemadam agar tidak cidera sendiri. Petugas sangat memahami bagaimana mencari titik api dan memadamkan api dengan berbagai kondisi.

SARAN

Setelah melakukan penelitian ini penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pelatihan bagi petugas sangat perlu dilakukan secara rutin setahun sekali dan terprogram untuk meningkatkan kinerja petugas yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan karakter.

2. Mengingat personil yang kurang dari apa yang seharusnya maka sebaiknya personil yang ada seluruhnya selalu mengikuti program pelatihan yang diadakan secara rutin agar jumlah personil yang sedikit tidak menjadi kendala karena mereka semua mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang tinggi. .

3. Untuk penelitian mendatang penulis menyarankan penelitian dilakukan ditempat atau daerah lain agar bisa diketahui apakah hasilnya sama atau berbeda

(36)

24

KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan penelitiannya adalah waktu yang dimiliki oleh informan untuk diwawancarai sangat terbatas, sehingga kurang bisa mengeksplorasi informasi-informasi yang lebih dalam lagi. Penelitian ini juga membutuhkan waktu untuk bertemu dengan informan namun waktu yang disediakan cukup terbatas.

(37)

25

DAFTAR PUSTAKA

Agusta dan Sutanto, 2013, Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV Haragon Surabaya, AGORA Vol 1 No 3

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta

Basuki, 2006, Metode Penelitian, Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Boyce, Carolyn and Palena Neale. (1996). Conducting in Depth-Interview : A Guide for Designing and Conducting In-Depth Interviews for Evaluation Input. USA : Pathfinder International.

Carey, J.O 1995. The Systematic Design of Instruction. New York: Pearson

Didit Darmadi, 2010. Kinerja Badan Pemadam Kebakaran Dalam Menanggulangi Kebakaran di Kabupaten Rokan Hilir, skripsi.

Geisler, C.D and Justus, 1998 : Training A Atrategic Tool For ISO and QS 900 IIE Solutions, Vol 4

Handoko, 2005 Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, BPFE

Hasanah, 2010, Pengaruh Pendidikan Latihan (Diklat) Kepemimpinan Guru dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Se Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta, Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 11 No. 2 Oktober

Haywood, Miner, John, 1992, Organizational Behaviour-Performance and Productivity, New York : Random House Business Division

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/03/sepenggal-kisah-kesatria-biru-di-jakarta, diakses pada tanggal 25 oktober 2015

http://www.firefigther.blogspot.co.id/2010/06/pandangan-masyarakat-terhadap-pmk, diakses pada tanggal 25 oktober 2015

Mahsun 2009 Pengukuran Kinerja Sektor Publik BPFE UGM Yogyakarta

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja Rosdakarya: Bandung.

(38)

26

Mathis, R. L., dan J.H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, buku 1, Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.

Moh. Mahsun, 2011 Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE UGM Yogyakarta Robbins, S. 2001. Organization Behavior, 9th Ed. New Jersey, USA.

Prentice-Hall International, Inc

Sahat Harefa. 2014. Pengaruh disiplin dan pelatihan terhadap kinerja petugas pada dinas pencegah pemadam kebakaran. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Dian Nusantara Medan (tidak dipublikasikan)

Sedarmayanti. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT. Rafika Aditama Simamora, Henry 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Verra Nitta Turere, 2013, Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Balai Pelatihan Teknis Pertanian Kalasev, Jurnal EMBA Vol 1 No. 3 Juni

Verra Nitta Turere, 2013, Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Balai Pelatihan Teknis Pertanian Kalasev, Jurnal EMBA Vol 1 No. 3 Juni

Wibowo, 2011, Manajemen Kinerja, PT. Raja Grafindo Parsada Jakarta

Yulisna Gita Hapsari, 2002, Pentingnya Trainning Karyawan Dalam Proses Human Resource Management, Akademia Edu

Referensi

Dokumen terkait

Pakaian atau sandang merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dalam kehidupan rumah tangga, namun demikian, perlu diperhatikan masalah sandang dalam konsep

Bahkan sampai pada urusan dapur seperti pembagian makan, pengaturan jadwal menu hidangan kepada segenap santri, diatur oleh pengurus OSPC tepatnya Bagian Dapur.16 Tidak hanya

1) Laporan hasil produksi sesuai dengan LMHHOK. 2) Terdapat hubungan yang logis antara input – ouput dan rendemen. Berdasarkan Perdirjen BUK No. Dengan demikian rendemen

Bakat Terhadap Peserta Didik Anak Kesulitan Belajar (Slow Learning) di SD Inklusi Purba Adhi Suta, Purbalingga (Studi Deskriptif di kelas 4A Sekolah Dasar Inklusi Purba

penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA N 1 Suruh, dan sampel yang digunakan adalah kelas XII IPA 1 dan XII IPS 3 dengan total sampel 39 siswa. Hasil penelitian

Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.. Fakultas Keperawatan Universitas

Jika pemberi materi dengan pembuat soal adalah dosen yang sama, maka pola baca mahasiswa memiliki keterkaitan signifikan dengan prestasi akademik, atau dapat

Sebagaimana dimaklumi, data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa ayat- ayat imperatif Alquran yang memiliki makna pragmatik tertentu beserta dua terjemahnya,