BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Sistem Akuntansi
Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya yaitu untuk mengelola laba. Dalam mencapai tujuan tersebut manajemen membutuhkan informasi yang dapat dipercaya, lengkap, dan tepat waktu untuk membantu pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan. Untuk mendapat informasi akuntansi yang tepat, diperlukan suatu alat bantu yaitu sistem akuntansi.
Sistem akuntansi merupakan alat bantu bagi pimpinan dalam mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sistem akuntansi yang memadai, perusahaan tidak akan mendapatkan informasi yang cukup dan akan sulit menjalankan fungsinya dengan baik.
2. 1. 1 Pengertian Sistem dan Prosedur
Sebelum masuk pada uraian pengertian dari sistem akuntansi itu sendiri, maka akan di jelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian dari sistem dan prosedur yang penulis kutip dari Mulyadi (2001 : 5) dalam bukunya Sistem Akuntansi, yaitu :
“ sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpaku untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan “
Adapun pengertian lain yang penulis kutip dari Leon Youssef dalam bukunya system analysis and design , menyatakan sebagai berikut :
“ ...a system can be defined as a set of interrelated elements working withim an established frame work of steps to accomplish predeterminded goals “
(suatu sistem dapat didefinisikan sebagai suatu sekumpulan dari bagian-bagian yang bekerja dan saling berhubungan dalam suatu kerangka kerja yang dibangun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula).
Setelah mengetahui pengertian dari sistem yang telah diungkapkan diatas , maka selanjutnya penulis akan mengungkapkan tentang pengertian dari prosedur. Berikut ini pengertian prosedur yang penulis kutip dari Cecil Gillespie dalam bukunya accounting system, prosedur and method yaitu :
“ a procedures is a sequence of clerical operations, usually involving several people in one or more departements established to ensure uniform handling or a reccuring transaction of business”
(suatu prosedur adalah suatu urutan-urutan dari pekerjaan tata usaha yang biasanya melibatkan beberapa petugas di dalam suatu bagian atau lebih yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan yang seragam dari transaksi-transaksi yang terjadi secar berulang-ulang di dalam perusahaan).
Menurut La Midjan (2001;35) dalam bukunya sistem informasi akuntansi menyatakan bahwa suatu prosedur harus dapat menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
‐ What ? : pekerjaan apa yang akan dikerjakan
‐ Who ? : siapa yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut ‐ How ? : bagaimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan
‐ When ? : kapan suatu pekerjaan tersebut dilaksanakan dan kapan akan berakhir.
Dan dalam setiap prosedur harus menggambarkan kegiatan : ‐ Urutan-urutan pekerjaan dimulai dan berakhir
‐ Aliran dokumen berikut distribusi dan pelaksanaan pekerjaan oleh masing-masing bagian yang terlibat
‐ Kegiatan persiapan, dan kontrol (pengendalian) dan lain-lain.
2. 1. 2 Pengertian Sistem Akuntansi
Berdasarkan pengertian sistem dan prosedur di atas, penulis akan menguraikan pengertian sistem akuntansi yang di kemukakan oleh J. W. Neuner dalam bukunya accounting system, installation methods and procedure mengemukakan :
“ The accounting system is an organization of forms, record and reports, closely coordinated to fasilitate business management throught determining certain basic and required information “
Dari definisi di atas, penulis dapat simpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan organisasi dari formulir-formulir, catatan-catatan yang di koordinir melalui prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan melaporkan informasi operasi dan keuangan yang di butuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
2. 1. 3 Tujuan Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi suatu perusahann akan berbeda dengan perusahaan yang lainmya. Sistem akuntansi harus dikembangkan sesuai kebutuhan dikarenakan kemungkinan meluasnya perusahaan, bertambahnya pegawai dan sebagainya. Adapun demikian tiap-tiap perusahaan memiliki tujuan utama yang sama, seperti yang telah dikemukakan oleh La Midjan (2001;37) dalam bukunya Sistem informasi akuntansi yaitu :
1. Untuk meningkatkan kualitas informasi
Yaitu informasi yang didapat tepat guna (relevance), lengkap dan terpercaya (akurat). Dengan kata lain sistem akuntansi harus dengan cepat dan tepat dapat memberikan informasi yang diperlukan secara lengkap.
2. Untuk meningkatkan sistem pengendalian intern
Yaitu sistem pengendalian yang diperlukan untuk mengamankan kekayaan perusahaan. Ini berarti bahwa sistem akuntansi yang disusun harus juga mengandung kegiatan sistem pengendalian intern. 3. Untuk dapat menekan biaya-biaya
Hal ini berarti bahwa biaya tata usaha untuk sistem akuntansi harus seefisien mungkin dan arus jauh lebih murah dari manfaat yang akan diperoleh dari penyusunan sistem akuntansi.
Dari ketiga tujuan sistem akuntansi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi bertujuan untuk memperbaiki kualitas, meningkatkan informasi yang
tepat, serta meningkatkan pengendalian intern perusahaan, sehingga data akuntansi dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya untuk pengambilan keputusan.
2. 1. 4 Unsur-unsur Sistem Akuntansi
Unsur-unsur akuntansi merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Menurut Azhar Susanto (2001;40) dalam bukunya sistem informasi akuntansi mengemukakan bahwa setiap perusahaan apapun jenisnya, sistem akuntansi akan disusun dari seperangkat ;
1. Formulir tercetak 2. Catatan-catatan 3. Laporan-laporan
4. Kegiatan tata usaha dengan atau tanpa menggunakan mesin dan peralatan pencatatan.
2. 2 Tinjauan Umum Tentang Bank 2. 2. 1 Pengertian Bank
Di jaman modern sekarang ini, perbankan sangat berperan penting dalam meningkatkan atau memajukan perekonomian suatu negara. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan “nyawa“ untuk menggerakan roda perekonomian suatu negara.
Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. Maka dari itu secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
sedangkan pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 yang di maksud dengan bank, yaitu :
“ badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Adapun pengertian lain yang penulis kutip dari Kasmir (2002;2) dalam bukunya dasar-dasar perbankan menyatakan bahwa pengertian bank yaitu :
“ Lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.”
Dari berbagai definisi yang telah di ungkapkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah :
1. Menghimpun dana dari masyarakat
Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat
Maksudnya adalah bank memberikan pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya
Seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), inkaso, dan lain sebagainya.
2. 2. 2 Fungsi dan tujuan Perbankan
Adapun fungsi dan tujuannya dari bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah :
Fungsi
Fungsi utama perbankan adalah sebagi penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Tujuan
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.
2. 2. 3 Jenis-Jenis Bank di Indonesia
Dalam praktiknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang perbankan No.10 tahun 1998 yang dimana menggantikan Undang-Undang sebelumnya yaitu yang tercantum pada Undang-Undang Perbankan No. 14 Tahun 1967. Dalam hal ini penulis akan membedakan jenis-jenis bank yang ada ke dalam 4 (kelompok), yaitu:
1. Dilihat dari Segi Fungsinya
Jika dilihat dari segi fungsinya, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan serta jangkauan wilayah operasinya. Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967 dikemukakan bahwa jenis bank di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai h. Dan Bank lainnya.
Namun setelah keluar Undang-Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum (Commercial Bank )
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
Dalam praktiknya di samping kedua jenis bank yang telah dikemukakan di atas, masih terdapat satu jenis bank lainnya yaitu Bank Sentral. Bank Sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan di suatu negara. Di setiap negara hanya ada satu bank sentral. Di
Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Indonesia di samping sebagai bank sentral adalah sebagai
bank sirkulasi (mengatur peredaran keuangan suatu negara), sebagai bank to bank (mengatur perbankan di suatu negara), sebagai lender of the last resort (sebagai tempat peminjaman terakhir).
Pelayanan yang diberikan oleh Bank Indonesia lebih banyak kepada pihak pemerintah dan dunia perbankan. Dengan kata lain nasabah BI dalam hal ini lebih banyak kepada lembaga perbankan. Pada dasarnya tujuan utama dari Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jika dilihat dari segi kepemilikannya terdiri dari :
a. Bank Milik Pemerintah
Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
Contohnya, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), kemudian Bank Pemerintah Daerah (BPD) yang terdapat di
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contohnya, Bank Central Asia, Bank Muamalat, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia.
c. Bank Milik Koperasi
Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimilki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
Contoh bank jenis ini adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing. Kepemilikannyapun jelas dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Contoh dari Bank Milik Asing ini yaitu, American Express Bank, City Bank, Deutsche Bank. e. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan saham secara mayoritas dipegang oleh warganegara Indonesia.
3. Dilihat Dari Segi Status
Dilihat dari segi status ini menunjukan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Dari segi status ini dapat di kategorikan dua bagian, yaitu : a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, pembukaan dan pembayaran Letter Of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
4. Dilihat Dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu:
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu :
‐ Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga di tentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah
spread based.
‐ Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah ini merupakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha, atau kegiatan perbankan lainnya.
Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank Prinsip Syariah dasar hukumnya adalah al-qur’an dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah bunga adalah riba.
2. 3 Kredit
2. 3. 1 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu credere yang artinya percaya. Dalam hal ini adanya saling percaya antara kreditur (yang memberi kredit) dengan pihak debitur (yang menerima kredit), atau dengan kata lain adanya kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Prinsip yang dipakai pada penyaluran kredit ini adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Indikator kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, finansial, dan agunan.
Adapun pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah : “ penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Adapun pengertian lain dari kredit yang penulis kutip dari (Baymont P Kent, dikutip oleh Drs.Thomas Suyatno dkk,1990:15)
“ Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melaukan pembyaran pada waktu yang diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang.”
2. 3. 2 Unsur-Unsur Kredit
Setelah diatas dikemukakan beberapa pengertian mengenai kredit maka dalam hal ini penulis akan mengungkapkan mengenai unsur-unsur yang terkandung pada kata kredit itu sendiri. Atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga jika kita bicara kredit maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatau keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit (kreditur)dengan si penerima kredit (debitur). Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan di tandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktutersebut bisa berbentuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang telah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
d. Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau kredit macet. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun oleh risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya. e. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2. 3. 3 Penggolongan Jenis-Jenis Kredit Secara Umum
Pada praktiknya banyak jenis usaha yang digeluti oleh masyarakat yang dimana akan menimbulkan pula keragaman dari kebutuhan dana tersebut demi mendukung kelancaran kegiatan usahanya. Dengan terjadinya keragaman dari kebutuhan dana maka akan menyebabkan terjadinya jenis kredit yang beraneka ragam pula, dimana hal ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diperlukan oleh nasabah. Secara umum jenis-jenis kredit itu dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :
1. Dilihat Dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau juga untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar pula.
b. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun suatu pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertambangan yang nantinya akan menghasilkan bahan tambang, dan lain sebagainya. b. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contohnya kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi dan kredit lainnya yang bersifat konsumtif.
c. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
3. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahundan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. 4. Dilihat Dari Segi Jaminan
a. Kredit Dengan Jaminan
Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai dengan jaminan atau kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.
b. Kredit Tanpa Jaminan
Kredit tanpa jaminan ini merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
5. Dilihat Dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian b. Kredit Peternakan c. Kredit Industri d. Kredit Pertambangan e. Kredit Pendidikan f. Kredit Profesi g. Kredit Perumahan
h. Dan sektor-sektor lainnya.
2. 3. 4 Tujuan Penyaluran Kredit
Menurut Kasmir (2002;95) dalam praktiknya penyaluran kredit itu sendiri secara umum bisa dikategorikan sebagai berikut :
1. Memperoleh Pendapatan Bank
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh pendapatan bank. Pendapatan ini diperoleh bank dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Pendapatan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.
2. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut maka pihak debitur (si penerima kredit) akan
dapat mengembangkan dana dan memperluaskan usahanya. Dalam hal ini baik pihak bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.
3. Membantu Pemerintah
Tujuan lainnya dalam penyaluran suatu kredit yaitu adalah untuk membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor .
Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut :
‐ Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah.
‐ Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan karyawan baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
‐ Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali dalam hal ini bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat sehingga akhirnya masyarakat memiliki banyak pilihan.
‐ Meningkatkan devisa negara, apabila produk-produk yang dihasilkan di ekspor.
‐ Selain itu juga bisa menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat
diproduksi di dalam negeri sendiri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan menghemat devisa
2. 3. 5 Ketentuan-Ketentuan Kredit
Adapun ketentuan-ketentuan umum mengenai pemberian kredit menurut Thomas Suyatno dkk (2000;39) dalam bukunya dasar-dasar perkreditan yaitu :
1. Plafon kredit atau jumlah maksimum kredit.
Jumlah kredit yang dapat diberikan kepada nasabah akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan dari nasabah yang bersangkutan. 2. Jangka waktu kredit
Jangka waktu kredit ini bisa diartikan sebagai masa tenggang waktu dalam hal kemampuan membayar kembali fasilitas kredit yang telah diperoleh dari pihak kreditur.
3. Bunga Kredit
Pada dasarnya bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. atau dengan kata lain bunga kredit dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
4. Jaminan Kredit
Jaminan kredit adalah hak dan kekuasaan yang diserahkan oleh debitur kepada pihak kreditur (bank) guna menjamin pelunasan utangnya apabila
kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai waktu sebagaimana ditentukan dalam perjanjian kredit.
2. 4 Kredit Modal Kerja 2. 4. 1 Pengertian Modal Kerja
Pada kenyataannya setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan operasionalnya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (Working Capital ). Misalnya modal kerja ini digunakan perusahaan untuk bayar upah atau gaji pegawai, membeli bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan operasi perusahaan dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang berguna untuk membiayai operasi perusahaan.
Adapun pengertian modal kerja menurut J. Fred Weston Eugene F Brigham bahwa
“ Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu, kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan.”
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.
Suatu perusahaan mungkin saja dapat memenuhi kebutuhan dalam hal untuk pengembangan usahanya dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan atau mungkin dapat pula sebagian atau seluruh modal yang digunakan untuk memenuhi operasionalnya itu dengan menggunakan modal dari
pihak lain dalam bentuk pinjaman. Pinjaman yang berjangka waktu tertentu umumnya dikenal dengan istilah kredit. Maka pinjaman yang berkaitan untuk menambah modal usaha atau digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya yaitu biasa dikenal sebagai kredit modal kerja (Working Capital).
2. 4. 2 Fungsi Kredit Modal Kerja
Setelah dijelaskan mengenai pengertian dari kredit modal kerja maka dalam hal ini penulis akan memaparkan fungsi dari pemberian kredit modal kerja. Adapun fungsi-fungsi yang lebih spesifik dalam hal pemberian kredit modal kerja yaitu :
• Untuk meningkatkan kegairahan dalam berusaha
Dengan adanya pemberian kredit modal kerja itu sendiri tentunya akan menimbulkan semangat dari nasabah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya apalagi bagi nasabah yang hanya memiliki modal pas-pasan untuk kegiatan usahanya.
• Untuk mengembangkan usahanya
Banyak perusahaan yang tidak bisa mengembangkan usaha yang digelutinya diakibatkan karena tersendat dari modal yang dimilki oleh perusahaan tersebut , seperti halnya dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku misalnya atau untuk membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Maka dari itu
dengan adanya kredit modal kerja akan sangat membantu demi meningkatkan usahanya.
• Fungsi lainnya yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran. Dengan banyaknya kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Misalkan jika sebuah kredit ditujukan untuk membangun suatu pabrik, maka pabrik tersebut akan membutuhkan banyak karyawan sehingga secara otomatis hal ini akan menyerap tenaga kerja dan pengangguran pun bisa dikurangi. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat memperoleh pendapatan seperti gaji bagi karyawan yang bekerja di pabrik tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa halnya pemberian kredit tersebut sangatlah berguna bagi nasabah yang membutuhkan dan secara tidak langsung akan membantu perekonomian negara agar bisa berjalan lancar. Hal ini tidak lepas dari peran bank selaku lembaga keuangan yang menyediakan dan menyalurkan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya.
2. 5 Tinjauan Umum Prosedur Pemberian Kredit 2. 5. 1 Analisis kredit
Keputusan permohonan kredit pada akhirnya harus dilakukan oleh pihak bank. Untuk memutuskan bahwa permohonan kredit akan dikabulkan atau ditolak maka perlu dianalisis secara terukur baik dari aspek kuantitatif atau aspek kualitatif. Aspek kuantitatif bisa dilihat dari rasio keuangannya seperti : Current
Ratio (untuk mengetahui kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimilikinya), ROE (untuk mengetahui besarnya pengembalian yang akan diberikan), atau melalui beberapa pendekatan seperti pendekatan berdasarkan activity ratio. Selain dari aspek kuantitatif, analisis kredit pun bisa dilihat dari aspek kualitatif seperti analisis penilaian dengan memperhatikan prinsip-prinsip kredit.
• Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut di salurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Hal ini dilakukan oleh kreditur untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan kredit tersebut, dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P.
Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut : 1. Character (Watak)
Character merupakan sifat atau watak seseorang . sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi misalnya, cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
keadaan keluarga, hobi atau jiwa sosialnya. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang “ kemauan “ nasabah untuk membayar. 2. Capacity (Kemampuan)
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “ kemampuannya “ dalam mengembalikan kredit yang diterimanya .
3. Capital (Modal)
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi)yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
4. Condition Of Economi (Kondisi Ekonomi)
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
5. Colleteral (Agunan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jamina juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7 P, dengan unsur penilaian sebagai berikut :
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredi yang dibiayai tanpa mempunyai prospek bukan hanya bank yang akan rugi akan tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
• Aspek-Aspek Penilaian Kredit
Sebelumnya sudah dibahas mengenai prinsip-prinsip pemberian kredit dengan menggunakan alat 5 C dan 7 P. Dalam praktiknya disamping menggunakan analisis 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan
usaha. Penilaian dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang
bernilai besar dan berjangka panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain meliputi :
1. Aspek Yuridis atau Hukum
Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimilki suatu perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan meneliti keabsahan dan kesempurnaan akte pendirian, sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemiliknya dan besarnya modal masing-masing pemilik. Kemudian juga diteliti keabsahannya dari dokumen atau surat-surat penting lainnya seperti, SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), NPWP, keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah, serta dokumen lainnya yang dianggap penting.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam aspek ini yang kita nilai adalah besar kecilnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang, sehingga diketahui prospek pemasaran produk tersebut. Yang perlu diteliti dalam aspek ini yaitu seperti, hasil penjualan atau produksi minimal 3
bulan yang lalu atau 3 tahun yang lalu, rencana pejualan dan produksi minimal 3 bulan atau 3 tahun yang akan yang akan datang, dan prospek produk secara keseluruhan.
3. Aspek Keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu hendaknya dibuatkan cash flow keuangan perusahaan. Dari cash flow ini akan terlihat pendapatan dan biaya-biaya sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut, termasuk keuntungan yang diharapkan.
4. Aspek Teknis atau Operasi
Merupakan aspek yang membahas masalah yang berkaitan dengan produksi, lokasi, seperti kapasitas mesin yang digunakan. Masalah lokasi usaha seperti kantor pusat, kantor cabang atau pergudangan.
5. Aspek Manajemen
Aspek ini digunakan untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumberdaya manusia yang dimilki serta latar belakang pendidikan dan pengalaman sumberdaya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada juga pertimbangan lain.
6. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek sosial ekonomi adalah menganalisis dampaknya yang timbul akibat adanya proyek terhadap perekonomian masyarakat dan sosial masyarakat secara umum seperti , mengurangi pengangguran, meningkatkan ekspor
dan mengurangi impor, meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya.
7. Aspek Amdal
Amdal atau analisis dampak lingkungan merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, laut, atau udara, termasuk kesehatan manusia apabila proyek tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam sebelum kredit tersebut disalurkan, sehingga proyek yang dibiayai tidak akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya.
2. 5. 2 Prosedur Penyaluran fasilitas kredit
Menurut Kasmir (2002 ; 123) dalam bukunya dasar-dasar perbankan menjelaskan bahwa prosedur pemberian kredit maksudnya adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu kredit diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit. Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antara bank yang atu dengan bank yang lainnya tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak pada bagaimana cara-cara bank tersebut menilai serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing bank.
Secara umum prosedur pemberian kredit oleh badan hukum adalah sebagai berikut :
• Pengajuan kredit atau permohonan kredit (dengan melampirkan berkas-berkas yang dibutuhkan)
• Penyelidikan berkas-berkas • Wawancara awal
• On the Spot • Wawancara II • Keputusan kredit
• Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya • Realisasi kredit
• Penyaluran atau penarikan dana
Di bawah ini akan di jabarkan mengenai tahapan dalam penyaluran kredit , yang dimana pada tahap pertama yaitu :
1. Pengajuaan kredit atau permohonan kredit
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan.
a. Pengajuan proposal hendaknya berisi :
‐ Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta termasuk pengalamannya dalam mengerjakan berbagai usaha selama ini.
‐ Maksud dan tujuan
Apakah kredit yang dibutuhkan itu untuk memeperbesar omset penjualan dengan adanya tambahan dana untuk
mengembangkan produk yang dihasilkannya, atau untuk mendirikan pabrik (perluasan) serta tujuan-tujuan lainnya. ‐ Besarnya kredit dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya.
‐ Cara pemohon mengembalikan kredit
Maksudnya dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya, apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.
‐ Jaminan kredit
Merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit, baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu, dan sebagainya.
b. Melampirkan dokumen-dokumen yang meliputi foto copy : ‐ Akte notaris
‐ TDP ( Tanda Daftar Perusahaan ) ‐ NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak )
‐ Neraca dan Laporan laba rugi 3 tahun terakhir ‐ Foto copy sertifikat jaminan.
2. Penyelidikan berkas-berkas
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar, termasuk menyelidiki
keabsahan berkas. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekuranagn tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. 3. Wawancara awal
Pada tahap wawancara awal ini merupakan suatu penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam (debitur). Tujuannya adalah untuk meyakinkan bank apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan sudah lengkap sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak bank. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Pihak bank akan membuat wawancara ini se relax mungkin sehingga dari hasil wawancara tersebut akan mendapatkan informasi yang sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pihak bank.
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan kelapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot disesuikan dengan hasil wawancara pertama .Pada saat hendak melakukan on the spot sebaiknya jangan diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa yang dilihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
5. Wawancara ke-2
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara pertama dicocokkan
dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung unsur kebenaran.
6. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah untuk menentukan apakah kredit diterima atau sebaliknya pengajuan kredit tersebut ditolak. Seperti yang telah diungkapkan bahwa salah satu unsur yang terdapat dari kegiatan kredit adalah unsur risiko. Oleh karena itu, kreditur dalam memberikan kredit berupaya untuk bisa memperkecil risiko yang mungkin terjadi bila permohonan kredit tersebut disetujui.
Upaya itu dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis dengan menggunakan prinsip-prinsip kredit yang diuraikan menurut Kasmir (2002;117) seperti menggunakan analisis 5 C, yaitu :
1) Character (karakter/watak) 2) Capacity (kemampuan) 3) Capital (modal)
4) Condition of Economic (kondisi perekonomian) 5) Colleteral (agunan)
Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7 P, yaitu :
1) Personality 2) Party 3) Purpose 4) Prospect
5) Payment 6) Profitability 7) Protection
Dalam praktiknya disamping menggunakan analisi 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidaknya untuk diberikan, dapat pula dilakukan dengan menilai seluruk aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha.
Aspek-aspek yang dinilai antara lain : a. Aspek Yuridis atau Hukum b. Aspek Pasar atau Pemasaran c. Aspek keuangan
d. Aspek Teknis atau Operasi e. Aspek Manajemen
f. Aspek Sosial Ekonomi g. Aspek Amdal
Setelah melakukan beberapa analisis diatas, selanjutnya pihak bank bisa membuat keputusan diterima atau tidaknya suatu permohonan kredit. Jika kredit tersebut disetujui oleh pihak kreditur maka biasanya keputusan kredit yang akan diumukan mencakup :
Jumlah dana yang akan diterima Jangka waktu kredit
Waktu pencairan kredit.
jika sebaliknya, permohonan kredit tersebut tidak disetujui oleh pihak kreditur maka akan diberikan surat penolakan yang disertai dengan alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan bisa secara langsung antara bank dengan nasabah secara langsung atau melalui notaris. 8. Realisasi Kredit.
9. Penyaluran atau penarikan dana
Merupakan pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realiasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai dengan ketentuan. Cara pencairan kredit yang telah disetujui dapat dilakukan melalui penarikan dengan cek atau bilyet giro, dengan kuitansi, dengan dokumen-dokumen lainnya yang oleh bank dapat diterima sebagai perintah pembayaran atau dengan pemindahbukuan atas tujuan rekening pinjaman debitur. Alat pencairan kredit seperti cek, nota pemindahbukuan dan dokumen-dokumen lainnya akan menjadi alat bukti pembukuan.