• Tidak ada hasil yang ditemukan

QEMAH RIPAtt U/IBAU/A MUKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "QEMAH RIPAtt U/IBAU/A MUKTI"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

M ulai dipakai pada fgl : ... 19. . Kepala Sekolah : ... ...

S E R I „ K E N A L L A H T A N A H A I R M U "

T A N A H SUNDA

QEMAH RIPAtt U/IBAU/A MUKTI

K a r a n g a n : ^ R. S. Soemaatmadja P E N E R B I T „ G A N A C O " N . V . BANDUNG —

1960

— DJAKARTA P E R P U S T A K A A N P X K U L T A S S A 8 T H A

(4)

FA'K. SASTRA ,

7

- .

1

: ...

h

(5)

KATA PENGANTAR

Tertarik oleh karangan2 jang merupakan rangkaian dari ,,Seri Kenallah Tanah Airmu” , jang telah diterbitkan oleh Pe- nerbit Ganaco N.V. maka timbullah dalam hati saja beberapa pertanjaan : Mengapa belum djuga dikeluarkan buku sematjam itu mengenai masjarakat Pasundan ? Tidakkah djuga Pasundan mempunjai keistimewaan2 jang perlu diketahui oleh bangsa In­ donesia jang berada dilain daerah ? Pertanjaan kedua dapat saja djawab : banjak ! Dan saja jakin, bahwa djangankan orang2 dari lain daerah, diantara orang2 Sunda sendiripun masih ba­ njak (bahkan jang terbanjak) jang belum mengenai seluruh da- erahnja.

Dalam pekerdjaan saja, banjak jang saja lihat, alami dan dengar. Mengapa penglihatan2 dan pengalaman2 saja ini tidak akan saja tjeriterakan kepada saudara2 lain, terutama kepada anak2 kita ?

Karena itu saja memberanikan diri menjusun buku ketjil ini. Apa jang akan saja sadjikan djauh dari lengkap. Dan seper- ti saja sebutkan diatas merupakan penglihatan, pengalaman dan pendengaran sendiri. Ditambah dengan apa jang saja batja da­ lam publikasi2, warta2 harian, madjalah2 dan buah karangan dari penulis2 lain. Seperti publikasi dari Djapen Djawa-Barat, Djapen Kota Besar Bandung, harian Pikiran Rakjat, madjalah ,,Mangle” . Volksalmanak dan buku2 Balai Pustaka. Kepada saudara2 jang telah membantu tersusunnja buku ini, berupa karangan mau- pun gambar2, dengan djalan ini saja utjapkan banjak2 terima kasih. Harapan saja mudah-mudahan dengan karangan ini saja berhasil memberikan gambaran setjara populer dan moderen tentang masjarakat Pasundan jang sedang bertumbuh. Tidak sa- dja kepada anak2 sekolah tetapi djuga kepada pembatja2 lainnja.

Semoga karangan ini memberikan sumbangan untuk mem- beri isi kepada sembojan Negara kita : Bhinneka Tunggal Ika.

Bandung, Djuni 1958 R.S. Soemaatmadja

(6)

K la pa qe ne p

(7)

I. PENDAHULUAN

Jang dimaksud dengan Tanah Sunda dalam buku ini hanja meliputi Priangan, Bogor dan Tjirebon, sedangkan daerah Banten akan dibahas tersendiri.

Daerah Priangan merupakan suatu daerah pegunungan di- mana terdapat dataran tin ggi: Garut, Bandung, Sumedang^ Tji-

andjur dan Sukabumi. Dataran tinggi ini letaknja dikelilingi

oleh gunung2 berapi, seperti: Tjikurai, Papandajan, Guntur,

Malabar, Patuha, Tangkubanprahu, Burangrang, Bukittunggul, Tjiremai, Gede, Pangrango, Salak dan Halimun. Karena gunung2

berapi ini maka tanah di daerah Priangan sangat suburnja, dan merupakan daerah pertanian jang sangat penting di Indonesia. Salah satu hasil pertanian jang terpenting adalah padi. Padi di- tanam orang tidak sadja di dataran2 rendah seperti di daerah Bogor, Krawang, Indramaju, Tasikmalaja dan Tjiamis tetapi

djuga di~daiara3^iin ggi seperti: Kuningan, Sumedang, Garut,

Leles, Bandung, Tjiandjur dan Sukabumi. Di lereng2 gunung terserak perkebunan besar jang menghasilkan teh dan kina. Lain hasil tanaman-usaha jang penting dihasilkan di

Djawa-Ba-rat perlu di- tjatat djuga :

karet, kelapa

dan gula. A- kan tetapi ha­ sil gula sesu- dah Indonesia Merdeka sa­ ngat berku- rang. Bumi alam Tanah Sunda mengandung’ kekafjaan-ke- kajaan jang tak terhingga ^nilainja. Di Banten Selatan (Tjikotok) terdapat bidjih emas, perak dan timah. Sekarang jang diambil baru emas dan peraknja sa­ dja. Di Djampang — sebelah Selatan Sukabumi — terdapat bidjih

Penggalian mangan,

Foto : D japen Prop. Djabar J

(8)

besi, di Karangnunggal, sebelah Selatan Tasikmalaja terdapat mangan, di daerah Garut (Gunung Talagabodas) belerang, di

Bongas (Madjalengka) minjaktanah. Belum lagi Gunung2 kapur dan tras jang menghasilkan bahan penting bagi pembangunan. Dibeberapa daerah didapatkan djuga tanah liat jang baik un- tuk pembikinan tembikar (Plered). Disamping itu djuga pem-

bakaran-pembakaran genting, bata dan pabrik ’’Bataco” (sema-

tjam bata dibuat dari tras dan bahan2 lain).

Sajang belum semua kekajaan alam dapat dihasilkan atau diolah didalara negeri. Lagi pula perhatian penduduk seperti djuga di daerah2 lain, lebih banjak ditudjukan pada perdagang-

cin dari kepada perindustrian.

Hal ini lebih djelas lagi tampaknja sesudah perang dunia kedua, setelah Indonesia merdeka. Disamping Tasikmalaja dan Tjiamis dapat dikemukakan sebagai daerah perdagangan: Ban­

dung, Sukabumi, Bogor dan Tjirebon. Ini tidak berarti bahwa

perindustrian terlalaikan samasekali. Dimulai dengan kera- djinan-keradjinan rumah achirnja berkembang mendjadi peru- sahaan jang penting djuga.

Walaupun belum seluruhnja, disana-sini telah djuga diper- gunakan mesin2 jang modern. Umpamanja pertenunan2 tekstil di Bandung, Madjalaja, Garut dan Tasikmalaja. Djuga dalam pekerdjaan ’’finishing” (penjempurnaan) dari perkakas* perta-

nian di Tjiwidej, Tjisondari (Selatan Bandung) dan barang2 keradjinan besi dan kuningan disekitar Sukabumi (Tjisaat).

Dalam pabrik keramik di Plered (dekat Purwakarta) djuga di- pergunakan mesin2 pengolah tanah dan mesin2 ” pers” .

Dalam tahun 1947 di desa Tandjung, 10 km dari Tasik­ malaja didapat orang air mineral, jang mengandung chasiat bagi kesehatan badan. Dikenal dengan nama Air Tandjung : menurut penielidikan dari Djawatan Pertambangan, Air Tan­ djung dapat disamakan dengan air mineral jang didapatkan di

Eropah, seperti: Luhatschovits, ’ ’Vicent” di Polandia, ’ ’Vichy

Grande” di Perantjis, Ems ” Keselbrunnen” di Austria dan Kis­ sing on ’’Rakoczi” di Austria.

Tandjung adalah satu-satunja tempat di Indonesia jang menghasilkan air mineral sematjam ini.

Tanah Sunda mempunjai penduduk sebanjak kurang-lebih

15 djuta orang, jang hampir seluruhnja terdiri dari Suku Sun­ da. Dibeberapa tempat ditepi pantai Utara terdapat suku2

(9)

tjampuran Sunda dan Djawa seperti di Tjirebon, Indramaju

dan Banten. Di Djakarta terdapat suku Djakarta dan di Ban- ten Selatan suatu suku jang disebut Suku Baduj.

Bahasa jang umum dipergunakan di Pasundan tentunja djuga Bahasa Sunda, walaupun logatnja daerah demi daerah agak berlainan. Di daerah2 jang disebut diatas malahan diguna- kan orang bahasa2 tersendiri: di Tjirebon bahasa Djawa-Tjire-

bon, di Djakarta bahasa Melaju-Djakarta, di Banten bahasa Sunda-Banten dan orang Baduj di Tjibeo mempunjai bahasa

jang mengandung unsur2 bahasa Sunda Kuno.

Penduduk Tanah Sunda pada umumnja memeluk Agama

Islam. Diantara mereka banjak jang sangat keras dalam men-

djalankan adjaran agamanja. Tetapi walaupun demikian penga- ruh-pengaruh Hindu-Djawa kepertjajaan orang seperti pada kuburan2, batu2 jang berkeramat tidak hilang samasekali. Ter­ utama dikalangan rakjat kebanjakan. Djuga agama lain seperti

Agama Keristen dan Agama Buddha masih mendapat penga- nut-penganutnja diantara penduduk, meskipun tidak seberapa banjaknja.

Sifat dan tabiat orang Sunda jang pada umumnja sabar,

ienang dan peramah terhadap tamu, tergambarkan oleh bahasa

mereka jang lemah-lembut berirama. Disamping itu orang Sun­ da adalah periang. Sesuai dengan keadaan alamnja jang dengan pemandangan2 jang indah dapat menawan setiap orang jang melihatnja. Sesuai pula dengan pakaian wanitanja jang senan- tiasa beraneka-warna tjorak dan ragamnja. Kain berwarna, ka- baja berwarna, selendang berwarna, selopnjapun berwarna. Keseluruhannja mempunjai daja-penarik jang tertentu. Serba harmonis sedap untuk dipandang.

Setelah Indonesia Merdeka kesenian di Tanah Sunda lebih mendapat perhatian dari sebelumnja. Para achli seni berusaha menjempurnakan, mempopulerkan atau menjesuaikan kesenian Sunda dengan kehendak zaman.

Saudara Daeng Sutigna seorang achli seni musik jang men­ dapat pendidikan di luarnegeri telah berhasil menjempurna­

kan dan mempopulerkan angklung. Angklung jang dahulu ha-

nja dipergunakan oleh anak2 gembala, orang jang ber-minta2 atau sekadar dipergunakan sebagai alat peserta dalam pertun- djukan reog, sekarang dipeladjarkan kepada anak2 sekolah.

(10)

Orkes angklung jang dipimpin oleh Sdr. D aen g Stttigna

Orkes angklung jang terdiri dari beberapa puluh orang pemain sanggup memainkan lagu2 Barat populer dan klasik. Sekarang merupakan salah satu atraksi untuk mendjamu tamu2 agung dari luarnegeri.

Djika ta n 2an wa-

nita dahulu oleh se-

paro orang dianggap

rendah, dan hanja

Iajak dilakukan oleh seorang „tajub” atau anggota2 rombongan wajang orang sadja, tidaklah demikian hal- nja sekarang. Dima- na-mana anak2 orang

berpangkat, laki-laki

maupun perempuan,

mempeladjari seni-

tari.

. Disamping tari2an

klasik muntjul djuga tari2an tjiptaan baru. Dan dimana sadja dipertundjukkannja selalu mendapat sambutan jang hangat.

Pentjak-silat sekarang telah mendjadi salah-satu mata-pe- ladjaran pada Sekolah Guru Pendidikan Djasmani. Pentjak

(11)

Taxi kupu~ Tari topeng

ngan iringan kendang-pentjak sangat digemari oleh penduduk Sunda. Ia tidak sadja baik bagi gerak badan, tetapi djuga sangat berguna untuk mendjaga diri sendiri dari bahaja.

ranja dapat raemainkan suatu lakon dalam empat djam. Ketjuali perpendekan waktu, dalam pertundjukan ini bekerdja lebih

dari seorang dalang. Djuga dipergunakan dekor-dekor (la-

jar belakang jang bergambar) jang sesuai dengan adegan-ade- gannja. Wajang modern Partasuwanda tidak merobah wajang- goleknja, tetapi hanja imerobah panggungnja. Para penonton mendapatkan kesan se-olah2 golek itu bergerak dalam suatu ru- angan. Keistimewaan2 dari para pelaku tidak sadja ditjeritakan oleh sang dalang tetapi djuga diperlihatkan. Umpamanja seorang raksasa jang sakti jang dapat menjemburkan api, akan dapat

P en tja -silat

Wajang-golek jang

djuga sangat digemari orang Sunda, pun tak ketinggalan dalam pro­

ses modernisasi ini.

3,Wajang Moderen” da­

lang ternama Partasu­

wanda sudah tidak asing

lagi di Djawa-Barat. Da- hulu wajang-golek di- onainkan semalam sun- tuk. Tetapi dalang Par­ tasuwanda dengan

(12)

kita lihat kesaktiannja ini. Suara senapan dari jang sedang ber- perang diperdengarkan djuga. Disamping modernisasi tjiptaan dalang Partasuwanda, achir2 ini dalang A tjeng Achm ad telah mentjiptakan wajang-golek jang memakai mimik, sehingga bo- neka dapat menggerak-gera'kkan mulutnja kalau berbitjara.

Selain itu dapat ditambahkan, bahwa dalang A tjen g Ach­ mad membuat golek jang wadjahnja sudah tidak lagi seperti wajang purwa, tetapi mirip wadjah manusia, sehingga lebih menjerupai „Sandiwara Boneka” daripada wajang golek biasa. Selandjutnja rambut dan kumis sudah bukan dari ukiran dan tjat lagi, melainkan dibuat dari rambut aseli.

P e itu n d ju k a n w aja n g g o le k

Dan achir2 ini telah muntjul pula seorang dalang wanita

sdr. Ooto Ratnadewi dari Krawang jang tidak kalah permainan-

nja dari dalang laki2.

Di sekolah2 diadjarkan njanjian2 Sunda dengan gaja baru- Dalam lapangan ini seorang achli seni-suara, besar djasanja.

Umum mengenalnja dengan nama „Mang K oko” , pemimpin

Orkcs Ketjapi „Kuntja Indihiang” . Njanjian2 Mang Koko dari buku njanjian „Tjangkurileung” dan „Gandamekar” sangat po- puler dan banjak diperdengarkan di-siaran2 R.R.I. Sjair2nja jang djenaka. sebagiail djuga mengandung kritikan dan edjekan terfiadap kegandjilan- dalam masjarakat sekarang pada umum- nja.

10

(13)

Seperti halnja dengan bangsa2 atau suku- bangsa lain, orang Sunda pun mengenai pahlawan2nja. Terutama pahlawan2 kemerdekaan, jaitu putra2 Sunda jang berdjuang mati-matian turut serta mengusir pendjadjahan dari Tanah Air kita.

Sesudah Dipati Ukur, seorang Bupati dari tanah Ukur (se­ karang daerah Bandung), memberontak terhadap Sultan Agung dari Mataram, maka muntjullah di Banten Kiai Tapa (tahun 1750). Ia seorang pemimpin jang oleh rakjat dianggap sutji.

„ M a n g K o k o ” d en ga n o rk esn ja

Waktu Sultan Arifin dari Banten tui’un tachta, maka jang di- tundjuk sebagai penggantinja adalah saudara sepupu permai- suri Fatimah (keturunan Arab). Sedangkan tjalonnja jang sjah jaitu Pangeran Gusti diasingkan ke Langka (Sailan). Kiai Tapa mengadjukan tjalonnja sendiri, jaitu Ratu Bagus Buang. Kare- na tak berhasil maka dalam bulan Djuli 1751 ia menjerang ,.Kumpeni” di Betawi (Djakarta sekarang). Dalam bulan Sep­ tember 1751 ia dikalahkan oleh Kumpeni. Tetapi ia tidak putus asa. Perdjuangan ia teruskan. Sesudah itu ia bergerilja di dae- rah-daerah Djawa-Barat dan Djawa-Tengah.

Dalam abad keduapuluh kita djumpai Pak Oto, jang dengan tjara2 lain djuga memerangi pendjadjah. Riwajat Pak Oto, nama lengkapnja Raden Oto Iskandar di Nata, setjara singkat adalah sebagai beriku t:

Pak Oto adalah putra Bandung aseli. Ia masih keturunan Dipati Ukur dan dilahirkan di Bodjongsoang (sebelah Selatan

(14)

kota Bandung), pada tanggal 31 Maret 1897. Sedjak tahun 1928, jaitu sedjak ia memasuki partai politik „Pagujuban Pasundan” banjak benar djasa2 Pak Oto. Dari tahun 1930 sampai pada runtuhnja pemerintah djadjahan Belanda (th. 1942) Pak Oto raendjadi anggota „Volksraad” (Dewan Rakjat, sematjam Par- lemen dizaman pendjadjahan). Karena sepak terdjangnja jang sangat berani ia ditjap „kominis” . Semasa pendudukan bala- tentara Djepang ia mendjadi anggota „Tjuo Sangi Kai” (Madje- lis Rakjat Pusat).

Dalam permulaan repolusi Pak Oto mendjadi anggota „per-

siapan Kemerdekaan” . Ia pulalah jang mula2 mempergunakan

pekik „Merdeka” , jang segera berkumandang keseluruh pelo- sok Tanah Air. Ia djuga salah seorang pendiri dari B.K.R. (Ba- dan Keamanan Rakjat) jang achirnja mendjelma mendjadi T.N.I. (Tentara Nasional Indonesia). Dalam Kabinet pertama Pak Oto duduk sebagai Menteri Negara. Pada waktu itu, pada waktu repolusi sedang berkobar dengan hangatnja, fitnah-memfitnah meradjalela, kita sama kita tjuriga-mentjurigai, pada waktu itu pulalah Pak Oto, seorang kesatrija jang seumur hidupnja ber- diuang untuk Nusa dan Bangsa, gugur karena fitnah.

Pada zaman pendudukan Kota Bandung oleh tentara seku- tu, seorang putera Sunda kelahiran Madjalaja djuga telah ber- djasa. Dengan membawa beberapa buah granat ia menjusup kedalam gudang mesiu peninggalan tentara Djepang jang ada di Dajeuhkolot dan masih dikuasai oleh tentara sekutu. Dida- lam gudang granat2 jang ia bawa itu diledakkannja. Dan dengan ledakan2 granat2 ini turut meledak pula seluruh persediaan me­ siu disana. Tetapi djuga djiwa dan raga Moh. Toha, demikian nama pahlawan kita itu, turut hantjur. Ia petjah sebagai ratna. Gugur sebagai bunga bangsa.

Diantara usaha2 pembangunan daerah, projek Djatiluhur merupakan projek jang terbesar. Pembangunannja direntjana- kan untuk enam tahun dengan anggaran biaja satu miljar ru­ piah (Rp. 1.000.000.000,— ).

Sungai Tjitarum dibetulan Sangiang Kendit akan diben- dung, sehingga lembah2 disebelah ulu, jang berada diantara Pasirhaur, Gg. Lembu, Gg. Tjilalawu akan terendam semua. Dan Gg. Lembu dan Gg. Tjilalawu nanti akan merupakan pulau2 ditengah-tengah danau jang luasnja kira2 8000 ha. Danau ini jang mempunjai ukuran2 pandjang ± .50 km dan lebar

(15)

dibe-berapa tempat sampai 5 km. dan ditempat jang sempit ± 1 km, akan mempunjai isi sebanjak ± 3 miljar (3.000.000.000) m3 air. Tjukup untuk dapat mengairi lebih dari 300.000 ha sawah.

Danau buatan ini akan dapat mentjukupi empat keperluan penting :

1. pembangkitan tenaga listrik.

2. pengairan sawah

3. perikanan

4. mengendalikan bandjir.

Bendungan jang akan dibuat di Sangiang Kendit itu akan mempunjai ukuran pandjang 800 meter, tinggi 100 meter, tebal pada dasarnja 600 meter dan pada puntjaknja 10 meter.

Dilihat dari sudut turisme projek Djatiluhur ini tentunja djuga mempunjai arti jang penting.

Danau jang luas ini dapat memberikan kesempatan untuk melakukan berdjenis-djenis sport air.

Kita p ertjaja: daerah Djatiluhur jang hingga sekarang tidak banjak dikenal orang, dikemudian hari akan mendjadi pu- sat perhatian dari seluruh Negara. Dan djuga akan memberikan sumbangan jang sangat besar bagi kemakmuran Nusa dan Bangsa.

II. HARI PERPISAHAN.

Djam setengah lima pagi Ibu Mantri sudah sibuk di dapur- Ia sedang mengaduk-aduk tepung hunkwe jang ia tjampur de­ ngan air santan mendidih didalam kuali. Disamping Bu Mantri sudah tersedia pula satu pantji besar berisikan air dingin. Di- atasnja ditumpangkan sematjam penapis jang berlubang besar2. Setelah tepung hunkwe jang sekarang sudah dibubuhi djuga garam, tampaknja matang, maka adonan itu dituangkan keda- lam penapis jang telah tersedia tadi. Melalui lubang penapis adonan djatuh tetes demi tetes kedalam pantji. Adonan panas jang masih tjair setelah masuk kedalam air dingin lalu mem- beku berbentuk bulat-pandjang meruntjing. Inilah jang dina- makan tjendol. Tjendol dimakannja dengan dibubuhi air san­ tan kental dan kintja, jaitu gula aren jang dimasak mendjadi tjair. Amat gurih dan enak rasanja!

(16)

Untuk apa Bu Mantri membuat tjendol sebanjak itu ; dua pantji besar2 penuh ?

Hari ini hari bahagia bagi keluarga Ibu dan Bapak Mantri pensiun. Apa gerangan jang menjebabkan kebahagiaan keluar­ ga Pak Mantri itu ?

Maman, anak Pak Mantri, telah lulus dalam udjian ma-

suk Sekolah Teknik di Tasikmalaja. Ibu dan Bapak Mantri sa- ngat sajang pada anaknja itu. Tidak sadja karena ia anak mereka jang bungsu, akan tetapi karena ia adalah anak jang berbudi haik. Maman sekali-kali tidak pernah menjakiti hati orang tuanja. Kesenangannja membatja buku2 jang sengadja dipilih dan dibeli oleh Pak Mantri sendiri sebagai perpustaka- an. Tentunja sadja semuanja buku2 jang bernilai dan mengan- dung peladjaran2 jang bermanfaat.

Pak Mantri memang pandai benar memilih buku2 jang baik. Sebelum perang dunia kedua, ia adalah seorang mantri guru pada sebuah Sekolah Rakjat (dahulu namanja H.I.S.) di Tasikmalaja. Karena usianja telah landjut ia sekarang telah dipensiunkan.

Maman tidak sadja disajangi oleh kedua orang tuanja akan

tetapi di sekolah, guru2 pun amat sajang kepadanja. Dari mulai kelas satu sampai menempuh udjian penghabisan S.R. ia se- rantiasa mendapat bidji jang terbaik. Disamping itu karena ia djuga mempunjai perangai jang baik semua kawannja di se­ kolah senang pada Maman.

Untuk hari perpisahan ini Maman sebagai ketua murid di- tugaskan oleh kawan2 sekelasnja untuk mengurus makanan dan minuman jang akan disadjikan kepada guru2 dan murid2 kelas enam nanti. Itulah sebabnja mengapa Ibu Mantri pagi2 benar sudah sibuk memasak-masak.

Karena gembira anaknja telah lulus udjian masuk Sekolah Teknik dengan angka2 jang gemilang, Ibu dan Bapak Mantri ingin turut mendjamu kawan2 Maman. Sehari sebelumnja Ma­ man dengan dua orang kawan jang djuga ditundjuk mendjadi anggota ,,panitija pesta perpisahan” , telah berbelandja kueh2 di Mangunredja. Sebagai penambah Bu Mantri berdjandji mem- buatkan lemper dan tjendol hunkwe.

Waktu seisi rumah sudah sibuk bekerdja di dapur, Maman masih tidur. Tiba2 ia terperandjat bangun.

(17)

„Rupanja semalam tak berapa njenjak tidurmu. Dua kali kau harus kubangunkan sebab mengigau” , udjar Bu Mantri.

„Ja Bu, hari ini besar artinja bagiku. Untuk pertama kali selama hidupku aku nanti harus „berpidato” dimuka bapak2 Guru dan kawan-kawanku. Aku harus menjambut pidato Bapak Kepala Sekolah atas nama kawan2 sekelas. Kedua Bu, aku merasa amat sedih dan terharu, mengingat bahwa aku akan bertjerai dengan kawan-kawanku semua. Terlebih-lebih dengan sahabatku Didi. Sajang ja Bu ia tidak lulus untuk masuk Sekolah Teknik. Ia akan masuk salah satu S.M.P. partikelir di Tasik.”

„Man, djangan kau berkeluh-kesah sadja. Lekas2 mandi, nanti kau terlambat.”

Tak lama kemudian terdengarlah ia bersiul-siul di pantjuran. Tempat mandi Pak Mantri bukan kamar mandi seperti dikenal orang di kota2 besar. Di kampung orang tak kenal kamar mandi untuk tiap2 keluarga. Orang membuat pantjuran. Ditutupnja dengan empat helai gedek, dan tempat mandi selesai untuk di- pakai bersama-sama. Tempat mandi Pak Mantripun tidak djauh berbeda dari tempat2 mandi jang lain, dan djuga dipergunakan oleh orang2 lain jang berdekatan.

Belum lagi djam 6, Didi sudah datang ke rumah Maman. Ia akan menolong membawakan makanan ke sekolah. Letak ru­ mah Pak Mantri kira2 dua kilometer dari sekolah. Kira2 djam tudjuh mereka sampai di sekolah.

Saat jang mefeka nanti-nantikan achirnja tiba. Bapak Kepa­ la Sekolah memberikan wedjangan kepada murid2 kelas VI, jang sebagian besar segera akan meninggalkan sekolah. Wedjangan- nja ini ia achiri dengan pernjataan kegembiraannja bahwa di­

antara sekian muridnja ada seorang jang lulus menempuh adjian masuk Sekolah Teknik, jaitu Maman.

Ini adalah suatu kehormatan jang besar bagi Sekolah Rak­ jat jang ia pimpin itu. Ia sangat mengharapkan supaja djedjak

Maman itu akan mendjadi tjontoh bagi murid2 jang lain. Tak ada kebahagiaan bagi Pak Guru, selain mengetahui kelak „anak- anaknja” mendjadi orang2 jang bermanfaat bagi masjarakat. Negara kita masih memerlukan banjak ahli untuk pembangunan disegala lapangan.

Ia berpesan kepada anak2 jang akan meneruskan peladjar- annja : „Pilihlah sekolah jang sesuai dengan bakat dan kekuat-

anmu sendiri!”

(18)

Selandjutnja ia mengatakan, bahwa ia telah memperhatikan

bahwa kebanjakan anak2 desa, jang telah merasakan ,,garam” . kota, lupa akan kampung halamannja sendiri. Mereka segan un­ tuk kembali ke kampungnja. Sedangkan mereka sendiri menge- tahui, bahwa desanja sendiri masih banjak memerlukan tenaga untuk membangun ; terutama tenaga jang terlatih.

Pidato Bapak Guru jang banjak mengandung nasihat2 di- sambut dengan tepuk tangan jang riuh.

Setelah sorak-sorai anak2 reda kembali Maman meminta idjin untuk berbitjara.

Atas nama kawan-kawannja ia mengutjapkan banjak2 terima '

kasih atas asuhan Bapak2 Guru selama mereka menuntut ilmu (

di sekolah Rakjat itu. Wedjangan2 Bapak Kepala Sekolah, jang sangat berharga itu, akan mereka perhatikan betul2 agar me­ reka dapat mendjadi anggota masjarakat jang berguna kelak. Selandjutnja karena hari itu hari terachir bagi mereka untuk berkumpul dengan bapak2 Guru, ia dan kawan2 memohon diri dan do’a dari bapak2 Guru.

Anak2 menjambut pidato Maman ini dengan lebih riuh lagi. Mereka merasa bangga mempunjai kawan jang sudah berani mengutjapkan pidato.

Untuk menambah meriahnja hari perpisahan ini sambil me- nikmati penganan dan minuman beberapa orang murid meng- hidangkan orkes ketjapi dan seruling. Jang mendjadi pesinden- Kja (penjanji) kawan2 sekelas Maman djuga setjara bergiliran. Demikianlah anak2 dan guru2 beramah-tamah, bergembira ...

Pertemuan perpisahan ini baru berachir djam 12.00 siang. Anak2 pulang ke rumahnja masing2 dengan membawa kesan jang tak mudah untuk dilupakan. Bagi Maman kedjadian2 hari ini akan tergores dalam hatinja dan tak akan dapat terhapus lagi.

Di rumah Ibu dan Pak Mantri menunggu kedatangan anak-

nja dengan hati jang tidak sabar. Maman kekurangan kata2 un­

tuk Tnentjeriterakan segala sesuatu jang terdjadi di sekolah. Tak lupa Maman menjampaikan terima kasih Pak Guru dan kawan2 kepada Ibunja, atas sumbangan berupa lemper dan tjen­ dol jang lezat itu.

Ibu dan Pak Mantri pun tak luput dari perasaan bangga dan terima kasih, karena anaknja telah mentjapai apa jang ditjita- tjitakannja.

(19)

III. DISERANG GEROMBOLAN

Pak Mantri sudah hampir tiga tahun tinggal bersama Bu Mantri dan Maman di Tjibalanarik, sebuah desa ± 9 Jem disebe- lah selatan Mangunredja, Kewedanan Singaparna, Kabupaten

Tasikmalaja. Sebelum pensiun Pak Mantri tinggal di Kota Ta­

sikmalaja. Di Tjibalanarik Pak Mantri mempunjai beberapa ha. kebun teh, buah-an dan palawidja. Rumah Pak Mantri letaknja ditengah-tengah kebun palawidja. Tanam-tanaman jang terdapat dalam kebunnja antara lain ketela, djagung, katjang tanah, ananas, salak, buah adpokat dan rambutan. Ketjuali itu terdapat djuga pohon2 kelapa, nangka, petai dan djengkol.

Tanah dan sawah kepunjaan Pak Mantri tidak semua dita- nami sendiri. Sebagian besar menurut kebiasaan di daerah itu, ditanami oleh orang2 lain dari kampung- jang berdekatan. Orang jang menanami tanah itu mendapat % bagian dari hasilnja se-

dangkan Pak Mantri V3, sebagai pembajaran sewa tanah. De­

ngan demikian Pak Mantri tak perlu membajar orang2 upahan ; dan orang2 jang tak mempunjai tanah dapat mata pentjahai'ian jang lumajan. Biasanja mereka ini karena itu merasa berhutang budi kepada pemilik tanah. Demikian pula halnja dengan orang Tjibalanarik terhadap Pak Mantri. Dengan suka rela pada waktu- tertentu mereka datang ke rumah Pak Mantri untuk melakukan sesuatu pekerdjaan tanpa mengharapkan upah. Djika disadjikan djuga makan siang dan setjangkir kopi, amat senanglah mereka itu. Semangat gotong-rojong dikalangan rakjat, memang masih sangat tebal. Pak Mantri guru pensiun selalu bersedia untuk menolong meringankan penderitaan orang. Orang sakit jang datang di rumah Pak Mantri, tentu mendapat obat. Orang ter- timpa malapetaka, Pak Mantri siap untuk menolongnja. Dengan apa sadja, kadang2 dengan nasihat2. Tidaklah mengherankan djika di daerah itu Pak Mantri sangat disegani dan dikasihi orang.

Pada sore harinja Maman dan orang tuanja duduk bertja- kap-tjakap di ruangan belakang. Mereka duduk diatas tikar pan- dan. Dinding kiri dari ruangan ini diberi djendela2 rendah ber- katja. Dengan demikian dari tempat mereka duduk mereka da­ pat menikmati pemandangan jang sangat indah.

Rumah Pak Mantri letaknja pada tempat jang tertinggi di- dalam kebunnja. Tempat ini sengadja dipilihnja agar mendapat

17 Tanah Sund*

(20)

pemandangan ketiap pendjuru. Karena asiknja mereka bertja- kap-tjakap tak terlihat oleh mereka bahwa langit disebelah Ba- rat telah mulai kemerah-merahan. Suatu tanda bahwa siang akan berganti malam. Hari sudah mulai gelap. Didalam rumah Ibu memasang lampu minjak tanah (lampu tempel).

Pak Mantri mengeluarkan pekerdjaan tangannja. Ia sangat gemar membuat buah-buahan dari kaju. Kegemaran ini telah lama ia kerdjakan. Karena bakat seninja, dalam soal membuat buah2 tiruan dari kaju ia sukar dapat dipadani orang. Pekerdja- annja sangat tjermat.

Malam itu Pak Mantri djuga sedang mengukir-ukir sepotong kaju jang telah mempunjai bentuk kasar. Pisau pengukir jang tadjam seakan-akan menari-nari dalam tangan Pak Mantri. Kaju dalam tangannja lambat-laun mendapat bentuk jang lebih nja- t a : sebuah „manggis” jang sudah separo dikupas. Masih harus dihampelas lagi hingga halus benar achirnja ditjat. Mengham- pelas adalah pekerdjaan Maman djika ia tidak harus menger- djakan sesuatu untuk sekolah.

„Dengan apa aku besok pergi ke Tasik, Pak ? ” tanja Maman. „Dengan bis atau dengan delmannja Pak Kuwu ? Bukankah Di- di djuga akan berlibur ber-sama2 dengan aku ? ”

„Kalau ingin tjepat, baik dengan bis DAMRI.”

„Ah, hampir tak sabar lagi aku menunggu hari besok. Kota Bandung dan Bogor sudaK terbajang-bajang dimataku. Do* ftgeng-aongengan Bapak tentang kota2 itu kutjatat dalam hati- ku. Kesemuanja akan kusaksikan sendiri nanti.”

„Assalaamu ’alaikum !” suara orang dari tempat gelap di- luar. Bu Mantri dan Maman agak terkedjut mendengar ada ta- mu datang dimalam hari. Djangan2 orang bermaksud djahat. Ta­ pi Pak Mantri tenang sadja.

„Wa’alaikum salam !” sahutnja.

Dengan hati2 ia membuka pintu. „Siapa ?”, tanja Pak Mantri.

„Saja, Kang Mantri,” djawab tamu. „ 0 , adi Kuwu. Silahkan masuk.”

Tamu masuk terus duduk. Pak Kuwu adalah saudara sepupu dari Pak Mantri pensiun. Ia adalah Kepala desa (kuwu = lurah) Tjibalanarik. Ia datang ber-sama2 anaknja Didi, sahabat Maman di sekolah.

(21)

„Radjin benar Kang Mantri ini. Sudah malam begini masih djuga sibuk-”

„Dari pada tidur sore-sor6,” kata Pak Mantri. Sungguh ke- betulan kedatangan adi Kuwu ini. Saja ingin merundingkan ke- berangkatan anak2 kita besok.”

„Betul, Kang Mantri, saja datang malam ini djuga untuk maksud jang sama. Malahan si Didi saja bawa djuga.”

Segera kedua oi*ang tua itu bertjakap-tjakap dengan riang- nja. Banjak jang mereka bitjarakan, tetapi jang mendjadi pokok pembitjaraan adalah mengenai kedua anak mereka itu, Maman dan Didi. Achirnja mereka bersepakat bahwa Maman dan Didi akan bersama-sama pergi berlibur ke Bandung dan ke Bogor.

Bukan main senangnja Maman dan Didi mendengar kepu- tusan bapak mereka ini. Besok pagi mereka akan berangkat ber­ sama-sama dengan delman Pak Kuwu sampai Singaparna. Pak Kuwu mempunjai dua delman sewaan jang setiap hari setjara berganti menarik orang ke Singaparna, kadang2 sampai ke Tasik.

Sudahkah ’dik Kuwu menindjau ke Lemburluhur jang baru2 ini dibakar gerombolan pengatjau itu.”

„Sudah. Kira2 30 rumah digarong dan kemudian dibakar. Rumah2 jang kebanjakan berdinding gedek bambu dan beratap kiraj dalam sekedjap mata sadja habis terbakar. Penghuni2-nja tak berdaja untuk menjelamatkan harta bendanja, takut ka- lau-kalau ada peluru kesasar.

Alangkah ngerinja mendengar djeritan wanita2 dan anak2 minta tolong. Akan tetapi siapa jang akan berani menolong me­ reka. Keluar rumahpun orang sudah ketakutan.

Sebelum pengatjau2 dapat bertindak lebih djauh, datang bantuan dari sepasukan tentara dari Mangunredja. Djika tidak, entahlah ! Para anggauta O.K.D. (Organisasi Keamanan Desa) ki­ ta tak kuat untuk menghalau mereka jang lebih besar djumlah- nja. Kadang2 mereka bersendjatakan brengun, stengun dan karaben. Korban djiwa, dua orang penduduk dan seorang ang­ gota 0-K.D. hilang, mungkin ditjulik mereka. Ja Kang, malang benar nasib orang2 desa ini. Tjoba pikirkan, penghasilan mereka se-hari2 kadang2 hanja tjukup untuk makan sehari sadja. Sekarang rumah mereka terbakar, harta benda mereka turut musnah. Bagaimana mereka harus hidup selandjutnja ? ”

(22)

Rakjat desa memang sangat menderita karena gangguan* dan keganasan2 gerombolan. Mereka tak dapat lagi mengerdja* kan ladang dan sawahnja. Ternak mereka djuga mendjadi sa- saran pengatjau. Kebanjakan dari mereka jang di desanja tak mempunjai apa2 lagi pergi mengungsi ketempat-tempat jang lebih aman, antaranja ke kota-kota. Mereka jang masih mempu- njai sawah atau ladang di desa tetap tinggal disana. Tetapi ka- ,

rena djiwa mereka selalu terantjam, pada malam hari orang2 j

lelaki tidak berani tidur di rumah. I

Djika hari sudah mendjadi gelap pergilah mereka ke ke- bun-kebun atau kedalam semak2 untuk tidur disana. Rumah2 hanja ditinggali oleh perempuan2 dan anak sadja.

Terhadap orang2 perempuan dan anak2 pengatjau2 itu agaJc

lunak dan tidak lekas2 melakukan pembunuhan. j

Kegiatan2 gerombolan itu tidak hanja terdapat d i daerah '

Tasikmalaja sadja tetapi diberbagai tempat diseluruh Djawa j

Barat. I

Siapa dapat mengira bahwa Tanah Sunda jang gemah ripah I

itu rakjatnja sekarang akan kekurangan makanan dan mende- ]

rita. Oleh karena daerahnja terus dikatjau, mereka tidak merasa j

aman dan tenteram lagi untuk mengerdjakan sawah dan

ladangnja. !

Sjukur sudah banjak anggota2 pengatjau, jang karena men­ derita, menjerahkan diri kepada jang berwadjib. Ada djuga jang menjerahkan diri karena insjaf akan perbuatan mereka jang sesat... .

IV. SITU SANGHIANG

Dari rumah Maman ke rumah Didi djaraknja agak djauh

djuga, kira2 IV2 km. Djalan melalul situ Hang)dang. Suatu da-

vcssS: 't^'ccK.-up “besar. Danau ini dikenal oleh orang2

se-kelilingnja sebagai danau jang keramat. Orang2 tak akan berani mengotori danau tersebut karena takut akan hukuman jang akan menimpa mereka.

Ditepi danau sebelah Utara dibawah naungan pohon beri-

ngin jang rindang dan jang sudah sangat tua terdapat sebuah kuburan tua. Kuburan jang dianggap berkeramat ini, kata orang kuburan Prabu Linggawastu. Konon orang2 dari daerah lain

(23)

jang akan bertamasja di Situ Sanghiang, sebelumnja harus ber- ziarah dahulu ke kuburan keramat ini. Meminta idzin agar ter- hindar dari mara bahaja. Djika air dari Situ Sanghiang berubah

berwarna merah, maka ini suatu peringatan bagi penduduk di-

situ bahwa suatu malapetaka mengantjam mereka.

„Hendak kemana Den Maman ?” tanja mang Sapri, seorang pembuat atap jang sedang menolak rakitnja.

„Ke Tasik mang,” djawab paman.

S itu Sanghiang.

Dari atas rakitnja jang terbuat dari beberapa batang bam- bu betung mang Sapri memperhatikan Pak Mantri dan anaknja lewat.

Pekerdjaan mang Sapri adalah membuat atap dari daun

kiraj. Pagi2 ia sudah berangkat dengan rakitnja menjusuri tepi

danau dimana terdapat sangat banjak pohon2 kiraj. Tengah ha­ ri ia pulang membawa hasilnja. Divvaktu pulang ia djuga tak lu­ pa mengambil ikan dengan djalanja. Djala dan „kempis” , tem- pat ikan jang ia tangkap, tak pernah ketinggalan kalau ia pergi memetik daun kiraj.. Sampai di rumah anaknja jang sulung sudah menjediakan belahan2 bambu jang diperlukan untuk 21

(24)

membuat atap. Dari tengah hari sampai petang mang Sapri de­ ngan anaknja dapat membuat ± 100 buah atap kiraj. Kadang2

djuga isterinja turut membantu. Keesokan harinja atap jang sudah djadi ia djual ke pasar atau kepada orang2 jang datang di rumahnja untuk membeli. Seratus helai atap harganja ± Rp. 50,— Atap kiraj memang penting artinja buat orang2 desa, karena rumah2 di desa umumnja bertutupkan atap-kiraj. Orang kebanjakan membuat rumah dari bambu dengan atap-kiraj. Tiang bambu, lantai bambu dan dindingpun bambu. Lantai bambu (Sund. palupuh) lain tjara membuatnja dari dinding (Sund. bilik). Djika dinding terdiri dari belahan2 bambu jang dianjam, lantai terdiri dari bambu jang ditjatjah sehingga m e­ rupakan lembaran2 jang lebarnja sama dengan lingkaran bam bu. Biaja membuat rumah2 demikian tidak seberapa besar. Atap, bilik dan palupuh mereka buat sendiri. Bambu diambil dari kebun. Djika harus, dibelinja dengan murah sadja. Rumah2 di desa2 pada umumnja panggung, artinja rumah2 berdiri diatas tiang2, walaupun tak ada .bahaja bandjir.

Rumah panggung memberikan keuntungan2 kepada para penghuninja. Mereka tidak membutuhkan kerusi untuk duduk atau balai-balai untuk tidur. Tikar sadja sudah tjukup untuk keperluan2 ini. Ini mendjadi salah satu sebab mengapa tikar mempunjai peranan penting. Karena itu tidak djarang kita mendjumpai tikar jang bagus terhias dengan matjam warna jang menarik.

Dahulu rumah panggung tidak sadja kita lihat di desa-de- sa tetapi djuga di kota2. Mendirikan rumah dilakukan orang setjara gotong-rojong. Orang2 jang bekerdja tjukup dengan di- beri makan sederhana dan minum ikopi atau teh. Disamping itu djuga disediakan penganan, dan rokok kavrnng dengan tem- bakau tampang.

su u Sanghiang orang djuga membuat atji ketela pohon. Ketela pohon banjak terdapat disana. Ladang Pak Man- tri-pun ditanami orang ketela pohon. Air dari danau dapat di-

pergunakan untuk pembuatan atji.

Sebagian dari Situ Sanghiang jang dangkal sekarang dju­ ga dipergunakan untuk petemakan ikan oleh Djawatan Per- ikanan. Ada djuga bagian2 jang oleh rakjat dikeringkan dan ditanami padi.

(25)

Rombongan Pak Mantri berdjalan terus. Sepandjang dja* lan setiap orang jang mereka djumpai menjapa mereka sambil membungkukkan badan:

„Bade angkat kamana, Djuragan ? ” („Mau pergi kemana, Tuan ?” ). Djanggal benar terdengarnja kata ,.djuragan” bu- kan ? Memang demikian, untuk orang kota. Tetapi tidak untuk orang2 dari desa.

Kebanjakan rakjat di pedalaman Djawa Barat masih me- makai adat istiadat jang lazim kita djumpai disini sebelum pe- rang dunia kedua. Mereka sangat ramah dan hormat. Terlebih- lebih terhadap golongan menak dan orang2 berpangkat.

Hidup mereka sangat sederhana. Rukun dengan tetangga, senang tolong-menolong dan bergotong-rojong. Hak orang lain tak mau mereka langgar, sehingga pentjurian2 djarang terdjadi.

Sesudah djaman pendjadjahan Djepang, disusul oleh dja- man repolusi, tabiat mereka banjak berubah. Mereka lebih ber- sifat „masa bodoh” , ikedjahatan meningkat. Bahkan banjak jang masuk ke hutan2 mendjadi anggauta grombolan. Banjak dari pemimpin2 gerombolan ini bekas anggota badan perdjoangan bersendjata. Karena sakit hati tidak mendapat penghargaan jang semestinja atau segan menjesuaikan diri dengan keadaan jang sudah berubah, mereka lari ke hutan2 di pedalaman...

Achirnja Pak Mantri dan Maman tiba di rumah Pak Kuwu. Rumah Pak Kuwu besar dan berlainan dari rumah2 orang ke­ banjakan. Rumah ini dibuat dari batu dan beratapkan genteng. Di halaman-muka delman sudah siap.

Setelah bersalam-salaman dengan Bu Kuwu maka berang- katlah mereka. Pak Mantri dan Pak Kuwu akan menghantar- kan Maman dan Didi sampai Singaparna.

V. BANDJIR DARAH DI SUKAM ANAH

Meskipun delman dan kuda Pak Kuwu adalah jang terbaik di desanja, tetapi diantara Tjibalanarik dan Mangunredja larinja tak dapat tjepat. Djalan disini tidak rata apalagi diaspal. Batu2 terserak lepas diatas djalan. Rupa-rupanja mesin djalan Peker­ djaan Umum sudah lama tidak mendjeladjah kesini.

(26)

Di kiri-kanan terbentang Iuas sawah jang sedang menguning.

Sepandjang djalan keempat orang itu tidak djemu2 bertja-

kap-tjakap. Ada sadja jang ditanjakan oleh kedua anak itu ke- pada Bapaknja.

„Pak, Bapak pernah raendjandjikan untuk mentjeriterakan peristiwa Sukamanah. Bukankah Sukamanah letaknja dekat Si- / ngaparna ? Tjobalah Pak tjeriterakan sekarang.”

„Djika aku mendjandjikan sesuatu, kau selalu ingat sadja, Di. Untuk melupakan lelah, marilah kukisahkan peristiwa jang bersedjarah itu.

Pemberontakan Sukamanah jang banjak meminta korban

dan banjak pula mengalirkan darah, terdjadi d i zaman-pendja-

djahan Djepang. Pemimpinnja adalah Hadji Zciinal Mustofa, se­

orang Kiai kenamaan di Sukamanah. Orang2 jang menuntut il-

mu pada pesantrennja banjak sekali. Ia sangat membentji pen- djadjahan apapun. Oleh karena itu tidaklah mengherankan dji­ ka ia selama 17 tahun memimpin pesantren tidak sadja menga-

djarkan ilmu keagamaan, tetapi djuga memupuk dan m engobar-

ngobarkan rasa tjinta akan kemerdekaan. Merdeka Iahir dan bathin.

Karena ia dianggap berbahaja oleh pemerintah djadjahan, maka ia beserta pengikut-pengikutnja, antaranja Kiai Ruhjat, ditangkap dan dipendjarakan selama 50 hari di Sukamiskin. Se- telah dibebaskan mereka ditangkap kembali dan dipendjarakan

di Tjiamis. '

Waktu tentara Diepang mendudukl V.ota tersebut, ia dibe- i>jt;pang mengharap bahwa Kiai Mustofa akan dapat mereka peralat. Dalam istilah m ereka: „kerd ja sa-

ma . Tetapi Kiai Mustofa mengetahui maksud djahat si pendja-

djah ini. Semua adjakan dan budjukan mereka ia tolak. Achir- nja Pemerintah Tentara Djepang mengeluarkan perintah untuk menawan Kiai Mustofa.

Sebuah pasukan jang mendapat tugas untuk melakukan pe- kerdjaan ini, dibawab pjmpinan seorang bintara Djepang men-

dapat per/awanan hebat. Korban dari pihak pendjadjah banjak,

tetapi semuanja bangsa Indonesia. Sedangkan Djepangnja dapat meloloskan diri.

Kiai Mustofa insaf bahwa sesudah kegagalan ini, si pendja­ djah akan mengirimkan pasukan jang lebih kuat untuk

(27)

menang-kapnja. Oleh karena itu semua anak buahnja diperintahnja untuk bersiap-siap. Ia, begitu pula anak buahnja sama sekali tidak gen- tar. Mereka semua sudah bertekad untuk berdjihad membela agama dan kemerdekaan.

Hanja satu sadja jang Kiai Mustofa chawatirkan. Kalau2 bukan orang2 Djepang tetapi orang2 Indonesia jang nanti akan didatangkan untuk menangkap mereka. Apakah ia harus ber- tempur dengan saudara2-nja sendiri ? Tidak, ia tidak akan ber- kelahi dengan orang2 jang sebangsa dengan dia. Sudah banjak orang2 Indonesia jang mendjadi korban. Sudah banjak darah In­ donesia jang mengalir. Tidak, ia tidak akan menambah penderi- taan dikalangan bangsanja sendiri. Lebih rela ia berkorban.

Pada petang hari pasukan jang akan menangkap Kiai Mustofa datang. Pertempuran segera berkobar. Korban di ke­ el ua-belah fihak banjak jang djatuh.

Kepala2 pasukan Sukamanah melaporkan bahwa jang da­ tang bukan pasukan Djepang tetapi pasukan Indonesia. Kiai Mustofa setelah mendengar laporan itu tidak ajal lagi. Anak buahnja ia perintahkan: „Lari, djangan kau lawan ! Tak ada gunanja bertempur dengan saudara2 sendiri.” Anak buah Su­ kamanah pantang la r i! Mereka datang mengerumuni pemim- pinnja. Lebih rela turut ditawan dari pada meninggalkan pe­ rn im pin.

Demikian berachirlah pertempuran. Korban banjak jang djatuh dan darah banjak jang mengalir.

Kiai Hadji Zainal Mustofa bersama beberapa orang pengi-kutnja ditawan dan dibawa ... Entah kemana, seorangpun tak ada jang mengetahuinja hingga sekarang. Jang njata, seorangpun dari mereka tak pemah kembali lagi.

Kiai Hadji Zainal Mustofa sudah tiada lagi. Tetapi namanja

tetap harum, dan djiwanja tetap hidup. Djiwa seorang pahla-

wan kemerdekaan, jang telah berkorban dalam membela agama dan kemerdekaan.

Peristiwa jang berdarah ini setiap tahun pada tanggal 25

September diperingati dengan penuh chidmat oleh rakjat Ka*

bupaten Tasikmalaja, sebagai salah satu peristiwa jang berse- djarah dalam rangkaian perdjuangan Kemerdekaan Indonesia.

(28)

Karena tjeritera Pak Kuwu jang sangat menarik itu, maka tak terasa lagi mereka sudah tiba di Mangunredja. Disini dja> lan dari Tjibalanarik bertemu dengan djalan raja Garut-Tasik.

Delman mereka lewat alun2 membelok ke kanan menudju Singaparna. Djalannja diaspal dan rata. Kuda berlari agak tjepat.

VI. B E T E R N A K IK A N

Dari tadi Maman dan Didi banjak melihat orang2 jarig me- mikul karamba ikan. Karamba ikan dibikin sangat rapat ke- | mudian diter sehingga air tak dapat merembes keluar. Karena ! tidak kekurangan air maka ikan, jang didjual di pasar, masih ' hidup2. Ikan jang sudah mati lebih murah harganja.

Dari mana orang2 itu mendapat ikan ? Apa banjak orang di daerah ini memelihara ikan ?

Ikan jang diperdagangkan kebanjakan berasal dari peter- nakan mereka sendiri. Di daerah ini dan diseluruh daerah Priangan banjak sekali orang jang memelihara ikan. Peternakan

ikan disamping bersawah dan berladang merupakan m ata pen-

tjaharian jang tidak sedikit bagi penduduk.

Berkat penerangan dan pimpinan dari Pegawai2 Perikanan

Darat maka peternakan ikan bertambah lama djadi bertam bah

baik dan hasilnjapun meningkat terus. Para petani um um nja

memelihara ikannja dalam tebat2 jang tidak djauh letaknja dari rumah mereka. Jang dipelihara bermatjam-matjam, ada ikan emas, tawes, nilem, gurami, tambakan dan mudjair. Tiap= djenis ikan berlainan tabiat dan makanannja. Makanan ikan jaitu binatang ketjil2 seperti ulat-njamuk, tjatjing d.s.b. dan makanan jang diberikan orang kepadanja. Ikan tawes gemar akan tumbuh-tumbuhan air. Ikan tambakan menginginkan air jang kehidjau-hidjauan, karena didalam air serupa ini banjak terdapat makanan jang disebut „plankton” . Plankton adalah se- matjam tumbuh-tumbuhan dan binatang2 jang sangat ketjil, jang hanja dapat dilihat dengan alat pembesar jan g kuat (mikroskop). Gurami suka makan daun tumbuh2-an besar, seperti daun talas, ubi kaju d.s.b. Ikan mudjair termasuk ikan jang rakus, segala maikanan ia sukai. Ia makan dengan tidak

(29)

ber-henti2. Ikan nilem menginginkan air jang djernih ; makan- annja terdiri dari tumbuh-tumbuhan air dan ganggang.

Melepas tebat selalu merupakan peristiwa jang menggem- birakan, tidak sadja bagi jang punja, tetapi djuga bagi pendu- duk dari kampung itu jang sama membantunja. Orang2 jang membantu dibolehkan mengambil udang dan limbat jang tidak sengadja dipelihara.

Bila tebat akan dikeringkan, airnja sedjak waiktu subuh sudah mulai dilepas. Maksudnja agar sesuatu dapat dikerdja- kan menurut aturan. Air tidak boleh dilepas dengan tjepat. Ikan harus dapat berkumpul disuatu tempat tertentu. Ikan tidak boleh terserak dimana-mana didalam lumpur. Kira2 djam 10, sebelum hari panas betul, pekerdjaan harus sudah selesai. Djika tidak, besar kemungkinan ikan mabuk kepanasan dan banjak jang mati.

Ikan didjual kepada tengkulak2 jang datang membelinja atau dibawa sendiri ke pasar. Sebagian dimakan sendiri. Agar dapat disimpan agak lama, ikan diawetkan. Tjaranja tidak su- kar. Mula2 ikan dibelah dahulu disebelah punggung, mulai dari ekor sampai kekepalanja. Isi perut dibuang dan ikannja di- bersihkan. Sesudah itu ditaruh dalam ajakan besar, penapis dibuat dari bambu jang dianjam tidak rapat, sehingga air dapat tiris. Kemudian disediakan garam jang sudah dihantjurkan. Banjaknja kira- 15% dari beratnja ikan jang akan diawetkan. Ikan jang sudah dibersihkan. tadi, dan sekarang sudah tidak banjak mengandung air lagi, dimasukkan berlapis-lapis kedalam belanga jang sudah tersedia. Bagian dagingnja keatas. Antara dua lapis ikan diserakkan garam tadi. Setelah belanga itu pe- nuh lalu ditutup. Tutup dibuat dari kaju dan besarnja harus sama dengan mulut belanga. Tutupnja lalu diimpit dengan ba- tu jang berat. Lalu dibiarkan selama sehari-semalam. Tjara demikian namanja „dibakasem” (pekasam).

Setelah dibakasem ikan itu didjemur diatas kiraj atau ajakan besar. Ikan, jang diawetkan setjara demikian, dapat ta- han enam bulan. Rasanja tidak kalah dari ikan asin biasa.

Ketjuali dalam tebat, peternakan ikan dilakukan djuga di sawah. Sebagai „penjelang” , jaitu diantara dua waktu menanam padi, atau bersama-sama dengan menanam padi. Ikan jang di- tanam di sawah jaitu ikan emas dan ikan mudjair.

(30)

Ikan dipelihara djuga dalam danau atau waduk, seperti di Tjiburuj dan Pandjalu. Di Priangan-Timur (daerah Bandjar) orang djuga memelihara ikan dalam Rawa Lakbok. Ikan jang dipelihara disana ialah : sepat Siam, lele dan gabus.

Luas perikanan darat di Priangan-Timur dalam tahun 1956 ada ± 19270 ha, dan dalam tahun 1957 ± 20570 ha. Besar produksi masing2 18860 ton dan 20425 ton ikan. Selain ikan un­ tuk dimakan dihasilkan djuga lk. 3500 djuta ekor benih.

- Disamping itu banjak orang memelihara ikan untuk kese*

nangan sadja. Tebatnja di halaman-rumah, sehingga diwaktu senggang ia dapat melihat ikannja berenang-renang.

Selain pemeliharaan ikan jang disebut tadi terdapat djuga pemeliharaan ikan ditepi laut, dalam empang. Jang ditanam di- sini umumnja bandeng.

„Ikan bandeng termasuk ikan jang paling enak,” . kata Pak Mantri. „Sajang terlalu banjak durinja. Tetapi bagi para peng- gemar hal ini tidak mendjadi rintangan. Ikan bandeng djuga ikan jang paling aneh.

Hingga sekarang belum djuga orang mengetahui dimana dan bagaimana mengembangbiaknja bandeng. Nener, jaitu be­ nih bandeng, ditangkap orang dipinggir laut, dan ditanam di empang jang berair pajau. Jaitu tjampuran airtawar dengan airlaut. Tanaman bandeng dapat dipungut dua kali setahun ha- silnja. Di Djakarta pada waktu Pasar Malam, jaitu beberapa hari sebelum Tahun Baru Imlek bandeng laku sekali. Orang- Tionghoa membutuhkannja untuk keperluan sembahjang. Hai-- ganja pada hari2 itu memuntjak tinggi sampai Rp. 80,— atau Rp. 100,— sekilo, sedang pada hari2 biasa paling tinggi Rp. 15,— sampai Rp. 20,— .

Sekarang mereka sudah sampai ke Singaparna. Delman membelok ke kiri mengelilingi alun2 dimuka Mesdjid.

„Tasik, Pak ? ” tanja seorang.

„Garut, Bandung !” teriak jang lain.

,,Tasik, masih dua tempat lagi, Pak. Mari kita segera be- rangkat!”

Ditempat pemberhentian kendaraan memang selalu ramai tjalo2 (buruh- pcntjari muatan) menawarkan kendaraan. Kare* na ributnja banjak orang. mendjadi bingung. Malah kadang2 ada djuga jang kehilangan barang bawaannja.

(31)

Setelah diadakan tawar-menawar, barang- bawaan Maman dan Didi dipindahkan kedalam opelet.

Pak Mantri dan Pak Kuwu mengantarkan anak-anaknja hanja sampai di Singaparna.

Tak lama kemudian opelet bergerak kedjurusan Tasik. Ke- dua bapak sebelum kembali ke Tjibalanarik masuk kedalam pasar untuk membeli sesuatu guna keperluan rumah-tangga.

VII. TASIK KOTA KOPERASI

1. MIXRA BATIK.

Dari Singaparna ke Tasik tidak seberapa djauh. Dalam se- tengah djam mereka sudah sampai.

Maman dan Didi selama di Tasik akan tinggal pada paman- nja di Kebontiwu.

Mang Darma, demikian nama paman Maman, kerdjanja dagang. Disamping itu ia djuga mempunjai sepuluh buah be- tjak dan sebuah delman. Betjak ia sewakan. Sewaan satu betjak, sehari-semalam Rp. 12,50. Dengan demikian Mang Darma mem­ punjai penghasilan tambahan jang tidak sedikit dari betjaknja itu. Jang menjewa kebanjakan orang2 jang rumahnja tidak djauh letaknja dari rumah Mang Darma. Orang2 ini rata2 orang baru di kota Tasik. Mereka berasal dari desa2 disekitar kota. Karena gangguan gerombolan2 perampok dan pembunuh me­ reka tidak lagi merasa aman di desanja sendirL Untuk menje- lamatkan djiwa dan sisa harta-benda, mereka tinggalkan kam- pung-halaman dan mentjoba mentjari penghidupannja di kota. Sebelum mereka datang di kota, kebanjakan dari mereka sudah mengenai Mang Darma, karena ada hubungan dagang. Mang Darma sering datang ke kampung2 mereka untuk membeli ba­ sil bumi dan mendjual barang2 jang mereka butuhkan di kam­ pung. Djadi tidaklah mengherankan bahwa setelah mereka terpaksa meninggalkan kampung halamannja, pertama-tama mereka datang pada Mang Darma untuk meminta pertolongan. Kebetulan Mang Darma masih mempunjai sebidang tanah jang masih kosong. Disinilah orang2 - pengungsi mendirikan rumah darurat, dari bambu dan atap-kiraj.

(32)

Untuk menolong mereka mentjahari sesuap nasi, mang Darma membeli lagi betjak, sehingga sekarang ia mempunjai sepuluh buah. Mereka menjewa betjak mang Darma. Pendapat- an dari menarik betjak lumajan djuga.

„Djika ikau berdua ingin melihat-lihat kota, nanti kute- mani. Baik kita naik delman agar seluruh kota dapat kita ki- tari dalam satu hari. Bukankah kalian djuga ingin mengun- djungi perusahaan2 jang ada di kota Tasik ? ”

„Baik mang,” kata kedua anak itu. „Kami rasa, mengun- djungi perusahaan-perusahaan ini malahan lebih penting dari mengitari kota tanpa tudjuan.”

S eora n g Ib u sed a n g m e m b a tik di T asik ih alaja.

Keadaan kota Tasik kalau dipandang setjara sepintas lalu tidak banjak berbeda dengan kota2 lain di Djawa-Barat. Tetapi Tasik mempunjai keistimewaannja. Tidakkah Tasik tersohor seluruh Indonesia sebagai ikota jang paling madju dalam soal koperasi dan keradjinan ? Di Tasikmalaja hampir semua peru­ sahaan tergabung dalam sesuatu koperasi.

Mari kita mengikuti m ang D arm a, Maman dan Didi dalam

perdjalanannja mengundjungi beberapa perusahaan. Jang per- tama-tama mereka kundjungi adalah suatu pembatikan di Bu-

rudjul, jang agak besar djuga. Pemilik perusahaan ini adalah

kenalan baik dari mang Darma. Anak2 diperkenalkan ikepada bagian2 jang ada dalam perusahaan itu. Disatu bagian orang

(33)

ttiembuat kain batik jang ditulis dan dibagian lain jang ditjap.

Alangkah bedanja pekerdjaan kedua bagian ini. Dengan sabar

dan teliti orang2 perempuan menulisi mori jang akan didjadikan kain batik. Alat, jang dipergunakan untuk menulis, namanja

tjanting. Sebuah benda dari tembaga kira2 sebesar bidji salak,

jang diberi gagang dai'i bambu dan dibagian muka diberi pipa ketjil untuk mengalirkan malam panas. Tiap pembatik tidak menggunakan hanja satu tjanting sadja, tetapi jang halus dan jang kasar lubang pipanja. Karena malam jang dituliskan harus panas, setiap pembatik menjandingkan anglo ketjil. Diatas ang­ lo ini ditaruh wadjan ketjil dari besi berisikan malam.

Pengetjapan kebanjakan dilakukan oleh orang laki2. Walau pekerdjaan inipun menghendaki ketelitian tetapi djalannja le­ bih tjepat lagi. Tjap jang dibuat dari perunggu jang tiap kali diberi malam ditekankan diatas mori dan tidak berapa lama :kemudian sepotong mori penuhlah digambari.

Bagian2 mengerok, menjoga dan mengeringkan, tidak pula mereka lewati.

Pemilik perusahaan memperlihatkan djuga bermatjam-ma- tjam pola gambar. Diantaranja terdapat gambar2 tjorak baru jang ia karang sendiri.

Batikan Tasik mempunjai gaja tersendiri sehingga bagi orang2 jang ahli tidak sukar untuk membedakannja dari batik­ an lain daerah seperti batikan Solo, Jogja, Banjumas, Peka- longan d.s.b.

Perusahaan- ini ketjuali membuat kain-kain tulisan mau- pun tjap untuk pasar bebas imenerima djuga pesanan2 langsung. Isteri orang2 terkemuka dari Bandung dan Djakarta banjak jang memesan disini. Kadang-kadang mereka membawa gambar2 sen- diri. Kain batik jang baik harganja tidak kurang dari Rp. 350,— sehelai.

Pembatikan ini mendjadi anggota dari „Koperasi Mitra Bar

tik” . Usaha koperasi untuk memadjukan para anggotanja sudah

banjak sekali. Disamping itu djuga banjak penderitaan2 jang harus dialaminja.

Selama pendudukan Djepang usaha mereka hampir2 kandas. Dan dalam waktu pendudukan Belanda dalaim tahun 1948 me­ reka mendapat pukulan jang lebih hebat lagi.

(34)

Baru setelah Peme- rintahan Republik In­ donesia kembali, m e­ reka dapat berkem-

bang lagi. Mereka

imendapat pindjaman uang daii Bank Rak- jat dan Bank Negara.

Semua perusahaan

batik, besar ketjil

mendjadi anggota Ko- perasi. Untuk keper- luan para anggauta- nja, Koperasi Batik mempunjai djuga pe-

nginapan di Kota Bandung. Hasil batik sebulan kira2 30000 kodi (1 kodi = 20 potong). Pendjualan ke~ luarnegeri dilakukan oleh „Batik Trading Coy” (Persekutuan Perdagangan Batik). Persekutuan ini mempunjai perwakilan di- negara2 Asia dan di Negeri Belanda.

Dari perusahaan batik mang Darma bersama Maman dan Didi menudju kesebuah perusahaan pajung jang ada ditepi kota. Dalam perdjalanan kesana anak2 dapat melihat bahwa soal pem- bangunan djuga mendapat kemadjuan. Disana-sini tampak ba- ngunan2 baru. Ditempat bekas rumah2 jang waktu repolusi di- bumihanguskan, sekarang dibangun rumah2 baru.

Lebih bagus dan lebih besar dari jang dahulu, dalam gaja jang paling baru djuga. Lebih2 djika kita melihat bagian Tjipe-

des tempat tinggal para saudagar batik.

Pembangunan tidak terbatas sampai disitu sadja. Bagian1 jang dahulu merupakan sawah atau tanah kosong sekarang te­ lah penuh dengan rumah2 baru lengkap dengan djalan2-nia Ta­ sik sekarang lebih luas dari Tasik sebelum perang.

2. PABRIK PAJUNG.

Achirnja mereka sampai ketempat jang ditudju. Jang em- punja perusahaan sedang bepergian. Tetapi hal ini tidak

men-G ed u n g K o p e r a s i 'M itta B a tik T a sik m a la ja

(35)

djadikan rintangan bagi mereka untuk masuk melihat-lihat. Dju­ ga. orang2 disini mengenal mang Darma baik2.

Didalam anak2 tak dapat melihat pembuatan pajung dari awal sampai achir, sebab tidak semua bagian dibuat disini. Rang- ka pajung dibuat setjara borongan di rumah pemborong ma- sing-masing-. Tetapi apa jang mereka lihat tjukup menarik. Ka- in ditempelkan kepada rangka. Sebagai perekat tidak digunakan perekat jang biasa mereka pakai di rumah atau di sekolah tapi perekat jang berasal dari areuj mandjel (Latin : Medinilla ra- dicans Bl.), sedjenis tumbuhan merambat jang terdapat di hutan- hutan.

Kain pajung jang

sudah kering mula- di- beri warna-dasar: me- rah, biru, hidjau, kuning dsb. Setelah tjat-dasar ini kering baru diberi

bergambar bunga2an.

Tjara .menggambari ini- lah jang sangat menarik perhatian anak2. Mere­ ka tidak menggunakan tjontoh atau pola. De­ ngan tangkas para djuru

gambar imen-tjampur2

tjat, sehingga didapat paduan2 warna jang me­ reka hendaki. Kuas jang mereka pegang seakan-akan menari-nari dengan sendirinja di- atas pajung. Disini mentjipta bunga, disana daun2nja dan achir- nja terhiaslah sebuah pajung dengan gambar dan warna2 jang amat menarik.

Seperti perusahaan2 batik, perusahaan pajung djuga terga- bung dalam sebuah koperasi, Koperasi Mitra Pajung. Koperasi ini waktu mulai berdiri hanja mempunjai beberapa puluh ang­ gota sadja. Berkat kerdja sama jang baik onereka mentjapai ha- sil-hasil jang memuaskan. Mereka mendapat kepertjajaan dari masjarakat dan fihak Pemerintah.

33 Tanah Sunda

(36)

Karena pindjaman dari Pemerintah sebesar Rp. 50.000,— modal kerdja dapat bertambah. Djumlah anggota merekapun bertambah mendjadi lebih dari 100 orang. Hasil jang ditjapai adalah sebanjak 700 kodi sebulan. Pajung Tasik sekarang ter- kenal diseluruh kepulauan

Indonesia-3. K E L O M G E U LIS.

Perusahaan jang djuga menarik perhatian adalah perusaha­ an kelom geidis (kelom = bakiak, geulis = djelita).

Seperti bakiak biasa, kelom geulispun dibuat dari kaju. Mu- kanja dari kulit atau kain. Kaju kelom geulis mempunjai bentuk sebagai selop dan bagian bawahnja dilapis dengan karet crepe. Banjak benar modelnja, menurut ukuran tumitnja : tumit tinggi, setengah tinggi, tigaperempat tinggi dll. Tjoraknja banjak se­ perti: imodel K.M.B., Konperensi AA, Tjenderawasih, Perwari, Garuda, Eulis Atjih dsb.

Disamping kulit mu- ka jang beraneka war- na, kajunja pun diberi ukiran- dan warna jang sangat menarik sehingga nama kelom geulis itu sungguh tepat sekali.

Kaju jang dibuat ke­ lom, jaitu kaju djeung-

djing. Agar enteng dipa-

kainja dan mudah untuk dikerdjakan. Harga sepa- sang kelom geulis jang mewah hingga Rp. 75,— - Djadi tidak lebih murah dari selop jang dibuat dari kulit. Tetapi disani- p'rng jang maiiai harganja terdapat djuga jang harganja tidak lebih dari Rp. 12,50.

Perusahaan- kelom geulis tergabung dalam Koperasi Kelom Geulis. Koperasi ini didirikan oleh empat orang dengan modal permulaan Rp. 5000,— . Sekarang mempunjai peredaran uang setengah djuta sebulan.

(37)

Produksi kelom geulis kurang lebih 200 pasang sehari. Mang Darma dengan kedua anak sempat djuga singgah di Perusahaan Kelom Geulis „Kabinangkitan” . Disini mereka dapat menjaksikan bagaimana orang menguikir kaju. Kelom jang sudah diukir lalu ditjat dan dikeringkan. Sesudah kering baru muka- nja dipasang. Ada djuga kelom- jang tidak berukiran, atau ber- ukiran tetapi warnanja polos sadja.

Kelom buatan Perusahaan „Kabinangkitan” ’ adalah jang terbaik dan terkenal, baik mutunja maupun bentuknja. Sewak- tu di Bandung diadakan konperensi2 internasional seperti Kon- perensi A.A. (Asia-Afrika), I.L.O. (International Labour Organi­

zation = Organisasi Buruh Internasional), I.R.C. (International Rubber Commission = Komisi Karet Internasional), W.H.O. (Woi'ld Health Organization = Organisasi Kesehatan Sedunia), F.A-O. (Food and Agriculture Organization = Organisasi Bahan

ma dari Selandia-Baru, Perantjis, Djerman, Negara- Afrika dll. Tetapi sajang sekali, tidak semua dapat dipenuhi. Produksi be- lum lagi mentjukupi.

4. T IK A R M E N D O N G .

Perusahaan terachir jang mereka kundjungi hari itu adalah

pertenunan tikar mendong (sedjenis rumput, Lat. Fimbristylis

Perusahaan k elo m Geulis.

Makan dan Perta­ nian), A. P. F. C.

(Asian Pacific Fo­ restry Commission = Komisi Kehutan- an Pasifik Asia) dll. perusahaan Ka- binangkitan jang ada di Bandung selalu memamer-

kan hasil pekerdja- annja. Dengan de­ mikian kelom geu­ lis tambah dikenal orang di luarnege- ri. Pesanan-

(38)

globulosa) jang bernama Gabungan Pertenunan Tikar Mendong

(Gapertim) di Tjibeureum (sebelah Timur Tasikmalaja). Perusa­

haan ini dimulai dengan modal Rp. 2.500,— . Berkat bantuan dari Djawatan Perindustrian mereka sekarang mempunjai modal kerdja sebesar Rp. 45.000,— . Djumlah anggota sekarang 525 orang. Tiap anggota mempunjai sebuah alat tenun sendiri. Ga­

pertim menghasilkan 750 kodi likar mendong tiap2 bulan.

Harga pendjualan rata2 Rp. 320,— setiap kodi. Pendjualan tikar mendong tidak terbatas sampai kota2 di Djawa sadja, te­ tapi djuga ke pulau-pulau lain di Indonesia, bahkan ke Malaya.

Djika kita ingat bahwa tikar mendong itu dahulu di- impor dari Djepang, maka pertenunan tikar mendong ini besar artinja. Tidak sadja bagi

kemakmuran, tetapi djuga

sebagai penghematan depisen luamegeri.

„Hari sudah siang, ham- pir djam satu,” kata mang Darma. „Kurasa tjukup ba­ njak jang kaulihat hari ini. Mari kita pulang. Bibimu me- nunggu dengan makan siang.”

Ketiga orang itu pulang-lah.

Di rumah makanan sudah tersedia diatas medja. Tidak la­ ma kemudian mereka bertiga bersama Bibi sudah menghadapi makanan. Banjak benar jang Bibi sediakan ! Pepesan gurami, goreng ikan emas, bekasam mudjair, sajur lodeh, dan tidak ke- tinggalan sambal ontjom dalam tjobeknja lengkap dengan lalab daun-’-an mentah. Tadi karena asjiknja melihat orang2 jang be- kerdja dan mendengarkan keterangan2 jang menarik mereka tak merasa h par. T^tdpi SGk&F&ng ? Dengan lahap makanan jang

difudangkan oleh Bibi itu mereka serbu. Njaman benar rasanja ! Tidak sadja karena mereka lapar, tetapi djuga karena masakan Bibi itu memang lezat.

Habis makan sambil duduk-duduk di serambi-muka, Maman dan Didi mendengarkan Mamang bertjeritera.

(39)

„Kau tadi sudah melihat beberapa perusahaan jang ada di kota Tasik. Sebenarnja masih banjak lagi perusahaan jang ada disini. Perusahaan ini sebenarnja masih merupakan industri-ru-

mah, dan belum dapat disamakan dengan perusahaan2 jang su­

dah diatur setjara serba moderen. Walaupun demikian artinja bagi kemakmuran daerah tidak kurang pentingnja. Untuk me- ngundjunginja baik kita tunggu sampai nanti djika kau sudah menetap di Tasik.

P erten un an tjkar m endong.

5. P U S A T K O P E R A S I.

Seperti kaudengar tadi, semua perusahaan jang kaulihat. adalah anggota dari sesuatu koperasi. Disamping koperasi2 para pengusaha ada koperasi2 jang lain lagi sifatnja. Umpamanja Ko­

perasi Simpan-pindjam, Koperasi Konsumsi, dll. Koperasi2 ini

tergabung dalam suatu gabungan besar jang bernama Pusat

Koperasi Tasikmalaja. Didirikan pada tanggal 20 Nopember 1934

dengan modal permulaan Rp. 4000,— Usaha pertama adalah dilapangan simpan-pindjam. Pusat Koperasi sekarang telah me- miliki sebuah pabrik tenun, pabrik beras, pabrik ubin dan tiga

(40)

buah mobil pengangkut. Disamping itu djuga mempunjai ge- dung koperasi sendiri dan tempat penginapan bagi para anggota- nja. Dalam soal Koperasi Tasikmalaja menduduki tempat perta- ma. Dengan demikian tidak mengherankan djika mendapat dju- lukan „Kota Koperasi” .

„Man, bila kau berangkat ke Bandung ?” tanja Bibi. „Aku ingin imengirim oleh-’ untuk isteri kakakmu disana.”

„Besok pagi Bi, dengan bis DAMRI jang pertama, jang melalui Garut. Menurut keterangan Bapak perdjalanan melalui Garut lebih indah pemandangannja dari melalui Malangbong. Katanja djalan Garut djuga lebih aman.”

,,Memang lebih baik melalui Garut sadja. Ketjuali peman- dangan jang lebih indah dan lebih aman, djuga djalannja lebih baik. Bis pertama, jang berangkat dari sini djam delapan pagi. tiba di Bandung djam setengah duabelas. Baru sekarang ini kau akan pergi ke Bandung, Man ? ”

,,Betul, Bi. Besok ini untuk pertama kali saja pergi. Saja sendiri sebenarnja agak chawatir kalau2 tersesat nanti, tetapi Bapak bilang saja tak perlu takut-. Kakak nanti mendjemput kami di stasion bis di Bandung. Lagi pula kami djuga dapat ber- tanja kepada polisi jang sedang bertugas. Alamat rumah dan kantor kakak telah kami tjatat djuga.”

VIII. KE BANDUNG

Keesokan harinja pagi2 benar mang Darma mengantarkan anak2 ke garasi bis DAMRI. Karena mereka datangnja masih pagi, maka mereka mendapat tempat dimuka. Tak lama kemu- dian bis meninggalkan garasi menudju stasion bis dekat pasar. Disini berkumpul bis lain-lainnja jang menunggu-nunggu djam berangkat. Alangkah ramainja disini ! Ditengah hiruk-pikuk ini terdengar orang meneriakkan perdjalanan bis, mendjadja- kan makanan, buah-buahan, mainan anak2 dsb.

„Kemana gerangan orang-' sebanjak ini akan pergi ? Lain benar penghidupan di kota dan di kampungku jang sepi,” pikir Maman.

,,Teng ! Teng ! Teng ! Teng !” bunji lontjeng. „Bandung berangkat! ” seru seorang pegawai stasion bis. Bis jang mereka tumpangi meninggalkan halaman stasion menudju djalan raja.

Gambar

Foto  :  D japen  Prop.  Djabar
Foto  :  Djapen.  Prop.  Djatbar.
Foto  :  Djapen.  Prop.  Djabar
Foto  :  Djapen.  Prop.  Djabar.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengukuran afektif dapat dilakukan dengan berbagai ragam, yaitu: (1) skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil

Dalam organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan telah dikembangkan budaya organisasi yang merupakan nilai-nilai luhur yang harus diyakini oleh setiap anggota organisasi

Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek konseling. 222 Unsur kognisi mengacu kepada wawasan, pemahaman, pertimbangan

Metode yang di terapkan dalam sistem pendukung keputusan dalam menentukan bantuan jaminan kesehatan masyarakat dapat menggunakan AHP (Analitycal Hierarchy Proses)

Lokasi pasti bangunan tempat tinggal Ki Ageng Pemanahan sampai saat ini masih belum dapat diketahui, namun mengacu dari legenda yang ada, maka kelompok bangunan yang

Selain itu, dalam penelitian ini dilengkapi dengan analisis menggunakan metode FMEA untuk mengetahui pada proses manakah yang memiliki risiko kegagalan paling tinggi.

Namun , skala besar , acak, percobaan terkontrol plasebo TNF - α antagonis untuk pengobatan gagal jantung dihentikan lebih awal karena mereka gagal untuk menunjukkan perbaikan dalam

terlihat bahwa produktivitas tertinggi etanol pada fermentasi menggunakan media galaktosa 20 g/L dan pepton 10 g/L mencapai 2,5% (v/v), namun demikian