• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS. ketidaklangsungan ekspresi puisi, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS. ketidaklangsungan ekspresi puisi, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (3)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB IV ANALISIS

Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai analisis terhadap makna yang dikandung pada lirik-lirik lagu TPD dalam album ONCSMN. Pemaknaan lirik lagu tersebut melalui empat tahap dalam analisis semiotik Riffaterre, yaitu (1) ketidaklangsungan ekspresi puisi, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram (hubungan intertekstual).

A. Ketidaklangsungan Ekspresi

Ketidaklangsungan ekspresi meliputi penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti.

1. Penggantian Arti

Penggantian arti yang dikaji dalam analisis ini meliputi gaya bahasa atau majas berupa simbolik, metonimi, repetisi, litotes, ekskalamasio, dan retoris.

a. Simbolik

Pada bait pertama lirik lagu Ayo Kita Kemana terdapat bahasa kias berupa simbolik yakni /Ayo kita ke sawah mencari petani yang hilang diculik genderowo dari Jakarta/. Genderowo sebagai kunci simbolik merupakan bahasa kias yang menggambarkan sosok yang mengerikan, menakutkan dan mengancam banyak orang. Apabila dikaitkan dengan lirik lagu pada bait pertama tersebut, dapat dikatakan bahwa Pidibaiq menganggap bahwa profesi petani sudah mengalami penurunan.

(2)

Selain itu lahan pertanian banyak yang telah dijadikan bangunan dan gedung-gedung sehingga para petani kehilangan pekerjaannya. Hal lain yang mengakibatkan hilangnya minat menjadi petani di Indonesia adalah produksi pangan nasional tergencet oleh kebijakan neoliberalisme. Pemerintah Indonesia sangat agresif memangkas subsidi untuk pertanian, menghapuskan proteksi, dan menerapkan liberalism impor pangan. Dampaknya Indonesia semakin bergantung pada impor yang membuat Indonesia sangat rentan terhadap krisis pangan.

Gaya bahasa simbolik lainnya juga muncul pada lirik lagu Malin Kundang In

Memorial yaitu pada larik /Masih aku ingat dirimu, kau dikutuk ibu menjadi batu/.

Batu memiliki sifat yang keras dan mempunyai bobot yang berat. Batu pada larik di atas menggambarkan sifat seorang manusia yang keras kepala.

Pada lirik lagu Cita-citaku juga terdapat gaya bahasa simbolik di antaranya adalah pada larik /cita-citaku ingin menjadi polwan, cita-citaku ingin jadi Bu Ahmad, cita-citaku ingin menjadi tomboi/, dan /cita-citaku ingin jadi lesbian/. Polwan, Bu Ahmad, tomboi, dan lesbian merupakan sebuah simbol lika-liku kehidupan seorang wanita. Wanita digambarkan dapat membela negara sama halnya dengan pria, yaitu menjadi polwan. Wanita juga digambarkan dapat menjadi ibu yang melindungi anak-anaknya dengan simbol /Bu Ahmad/. Wanita digambarkan mempunyai sisi lain dalam hidupnya, yaitu menjadi tomboi. Tetapi wanita tidak selalu sempurna, maka digambarkan mempunyai sisi gelap atau kesalahan, yaitu menjadi lesbian. Itu adalah simbol kehidupan seorang wanita apabila dilihat, baik dari sisi positif maupun negatif.

(3)

b. Metonimi

Pada bait kedua lirik lagu Ayo Kita Kemana terdapat bahasa kias metonimi, yakni kata Diana pada lirik /Ayo kita mencari Diana anak paman petani, diculik grup musik dari Jakarta dirayu cincin mata jeli/. Kata /Diana/ dan /dirayu cincin mata jeli/ dalam bait tersebut diambil dari lirik lagu Diana karya Koes Plus. Dalam lirik lagu tersebut, Pidibaiq tidak serta merta ingin mencari Diana, tetapi lebih terhadap

kerinduan kepada grup band lawas yang jarang tampil. Pidibaiq ingin

mengungkapkan bahwa sulit untuk menemukan grup band seperti koes plus di zaman sekarang.

Lirik tersebut menyinggung tentang masalah industri musik di Indonesia. Koes Plus dalam pandangan Pidibaiq memiliki ide yang baik dalam membuat sebuah lagu. Koes Plus mengarang lagu dengan sederhana tetapi ceritanya mengena, seperti yang ada pada lirik lagu Diana.

Pada bait ketiga terdapat bahasa kias metomini, yakni /Ayo kita mencari Rano Karno yang hilang dicuri bimbingan belajar Yogyakarta waktu mengajak sekolah/. Rano Karno dalam lirik ini menggambarkan sosok yang peduli terhadap pendidikan. Pada 1992, Rano Karno membintangi sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Dalam sinetron tersebut, terlihat Rano Karno (sebagai Doel) memerankan tokoh orang miskin yang berjuang untuk menggapai cita-citanya mendapatkan gelar insinyur. Dalam ceritanya, Doel mempunyai pandangan bahwa pendidikan sangat penting karena dapat meningkatkan wawasan dan kualitas hidup seseorang.

(4)

Apabila dikaitkan dengan lirik lagu TPD menandakan bahwa Pidibaiq ingin mencari tahu sosok Rano Karno yang dahulu dalam arti masih mementingkan orang yang kurang mampu dan mementingkan pendidikan terutama di sekolah. Selain itu, dampak bagi guru di sekolah juga tidak berfungsi lagi. Seharusnya, pekerjaan sekolah atau pekerjaan yang rumit dibahas oleh guru di sekolah malah justru dibahas oleh guru bimbingan belajar. Hal ini memberikan sebuah kesan bahwa guru di sekolah hanya memberikan pertanyaan pada siswanya dan yang membantu menjawab adalah guru di bimbingan belajar. Hal ini dapat membuat kinerja guru di sekolah menurun.

Gaya bahasa metonimi juga terdapat pada lirik lagu Malin Kundang in

Memorial, yakni pada larik /Malin Kundang kau kukenang selalu dan masih

kusimpan puisimu/. Lagu tersebut terinspirasi dari sejarah Malin Kundang yang durhaka pada ibunya. Pidibaiq memilih mengambil sosok Malin Kundang sebagai tema lagunya karena Malin Kundang dianggap sangat popular dan menjadi ikon sebuah cerita tentang anak yang durhaka. Pidibaiq ingin menyampaikan bahwa keburukan seseorang sebenarnya baik untuk dipelajari. Lewat lagu ini, cerita Malin Kundang menjadi inspirasi terutama bagi anak-anak Indonesia agar tidak mengikuti jejak Malin Kundang.

Pada larik lagu Chicha In Nostalgia juga terdapat gaya bahasa metonimi, yaitu pada larik /Chicha dimana kini engkau dahulu kau nyanyikan anjing kecilmu/. Pada larik lagu tersebut nama Chicha terinsipirasi dari Chicha Koeswoyo yang menyanyikan lagu Helly. Pidibaiq lagu mempertanyakan Chicha Koeswoyo yang dahulu pada masa kecil sempat terkenal tetapi saat ini karyanya justru tidak ada. Bukan sebatas sampai di situ, Pidibaiq juga menyinggung anak-anak seusia Chicha

(5)

yang ada pada zaman sekarang jarang bahkan tidak ada yang menyanyikan lagu anak-anak.

Chicha dalam larik lagu tersebut seakan menjadi sebuah ikon anak-anak yang membuat karya khusus untuk anak-anak. Maksud Pidibaiq adalah saat ini jarang seorang vokalis atau grup vokal anak kecil yang membawakan lagu anak kecil. Kebanyakan lagu-lagu dewasa yang banyak dinyanyikan anak kecil. Hal itu mengakibatkan anak-anak lebih cepat dewasa sebelum waktunya.

Nama grup band Rolling Stone juga menjadi sebagai gaya bahasa metonimi yang terdapat pada bait ketiga di dalam lirik lagu Chica In Nostalgia, yakni /Kini aku sudah besar Rolling Stone laguku/. Rolling Stone adalah sebuah grup band rock Inggris yang terkenal sejak tahun 1960-an. Aliran musik Rolling Stone ini tentu jauh berbeda dengan aliran musik yang dibawakan oleh Chicha Kuswoyo. Aliran musik Rolling Stone lebih keras dan menggambarkan ciri yang lebih dewasa. Maksud Pidibaiq lagu mencantumkan nama Rolling Stone pada larik lagunya adalah sebagai tanda bahwa orang-orang yang sudah dewasa akan mendengarkan lagu yang keras, seperti aliran musik yang dibawakan oleh Rolling Stone.

Pada lirik lagu Cita-citaku, Pidibaiq menggunakan nama Siti Nurbaya sebagai simbol dari pemaksaan, yakni dalam larik /Oh ibu jangan paksa aku, ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi/. Siti Nurbaya terinspirasi dari sebuah novel yang berjudul Siti Nurbaya karya Marah Roesli. Novel tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1922. Dalam novel tersebut, Marah Roesli dipengaruhi oleh perselisihan kebudayaan Minangkabau dengan penjajah Belanda yang sudah menguasai Indonesia sejak abad ke-17.

(6)

Apabila dikaitkan dengan maksud gaya bahasa metonimi tersebut, maka penulis sebenarnya ingin menyampaikan rasa kecewanya terhadap keadaan. Keadaan yang dimaksud adalah takdir bahwa aku lirik adalah seorang lelaki. Aku lirik sebenarnya ingin menjadi seorang perempuan yang menurutnya mempunyai banyak kelebihan sehingga ada rasa keterpaksaan menerima keadaan menjadi seorang lelaki. Rasa keterpaksaan terhadap keadaan itulah digambarkan sebagai Siti Nurbaya.

Pada lirik lagu Lagu Timur, Mike Tyson digambarkan sebagai sosok yang kuat dan tangguh dalam larik /Jangan takut Mike Tyson, tuanya nanti parkinson/. Maksud Pidibaiq mencantumkan nama Mike Tyson dalam lagunya karena menggambarkan orang yang kuat dan dapat berkelahi. Sementara itu, dalam lagu ini Pidibaiq mengingatkan tidak boleh takut kepada orang yang kuat dan dapat berkelahi karena orang yang suka berkelahi mempunyai kelemahan, yaitu akan terkena penyakit parkinson.

Penyakit parkinson ini berhubungan dengan petinju bernama Muhammad Ali. Penyakit Parkinson atau sindrom Parkinson merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/neostriatum (Nuartha dalam Harsono, 2007: 329). Banyak petinju yang terkena penyakit parkinson karena pukulan berulang yang mungkin diterima mereka sepanjang karirnya.

Gambaran klinis seseorang yang terkena penyakit parkinson akan mengalami gerakan fisik yang bertambah lambat dan terutama mengalami kesulitan pada gerakan motorik kompleks (Ginsberg, 2008: 102). Selain itu, Ginsberg (2008: 102-103) mengatakan postur tubuh akan semakin membungkuk ketika berjalan.

(7)

Gemetaran pada tangan dan jari-jari masih dapat ditahan sejenak namun begitu perhatian dialihkan mulailah kembali gemetaran seolah-olah menghitung uang logam atau memulung pil (Harsono, 2007: 333). Hal tersebut dialami oleh Muhammad Ali bahkan sampai tidak dapat bergerak. Hal ini menandakan bahwa sekuat apa pun seseorang tetap memiliki kelemahan. Dengan demikian, dimungkinkan Mike Tyson yang berada dalam lirik tersebut sebagai salah satu perwakilan seorang petinju.

c. Repetisi

Dalam lirik lagu Ayo Kita Kemana terdapat gaya bahasa kias berupa repetisi pada kata /ayo/ yakni /Ayo kita ke sawah/, /Ayo kita mencari/, dan /Ayo kita sekolah/. Repetisi ini mempunyai maksud untuk mengajak dan menegaskan ajakan tersebut kepada seseorang. Tentu saja, hal yang diinginkan oleh Pidibaiq lagu adalah untuk mengingat dan memperjuangkan kembali tentang pertanian, musik, dan pendidikan di Indonesia. Banyak hal yang sebenarnya sudah dicuri secara perlahan, tetapi bangsa Indonesia tetap diam dan tidak peduli terhadap kondisi seperti itu.

Gaya bahasa repetisi juga terdapat pada lirik lagu Malin Kundang In

Memorial yakni pada larik /Masih aku ingat dahulu jaga gengsimu usir ibumu/ dan

/Masih aku ingat dirimu kau dikutuk ibu menjadi batu/. Pengulangan frasa /Masih

aku ingat…/ tersebut bertujuan mengingatkan kembali pada cerita rakyat Malin

Kundang. Penulis berusaha memberikan pengantar lagu tentang peristiwa yang terjadi pada Malin Kundang. Hal yang terpenting adalah mengenai Malin Kundang yang mengusir ibunya dan dikutuk menjadi batu. Dengan diungkapkan cerita inti tentang Malin Kundang menggunakan gaya bahasa repetisi, maka pendengar lagu akan langsung terarah pada cerita Malin Kundang.

(8)

Gaya bahasa repetisi lainnya yang terdapat pada lirik lagu Malin Kundang in

Memorial adalah pada larik /kini, kini, kini, kini, engkau menjadi batu, batu, batu,

batu sedang diriku menjadi babu/. Dalam larik di atas, penggunaan gaya bahasa repetisi digunakan untuk menegaskan rasa kecewa dan iri aku lirik terhadap Malin Kundang yang menjadi batu, sedangkan aku lirik menjadi babu. Rasa kekecewaan tersebut kurang terasa apabila tidak menggunakan gaya bahasa repetisi.

Dalam lirik lagu Cita-citaku juga terdapat gaya bahasa repetisi, yakni pada kata /cita-citaku/ yang dapat ditemukan di bait 1 dan 4. Penggunaan gaya repetisi tersebut adalah menegaskan tentang keinginan aku lirik dalam larik yang sangat menggebu-gebu. Dalam hal ini, aku lirik menginginkan menjadi seorang wanita yang dalam pandangannya lebih baik menjadi seorang wanita daripada seorang pria. Wanita yang dimaksudkan di sini adalah wanita yang mencerminkan pribadi yang buruk.

Gaya bahasa repetisi lainnya terdapat dalam lirik lagu Lagu Timur, yakni pada frasa /jangan takut/ ada bait 1 dan 3. Penggunaan gaya repetisi tersebut mempunyai maksud penegasan tentang rasa khawatir yang dimiliki oleh aku lirik terhadap tokoh /kau/. Dalam hal ini, aku lirik bertindak sebagai seorang ayah yang sedang menasihati tokoh /kau/ yang bertindak sebagai anak. Aku lirik tidak ingin melihat anaknya takut sehingga rasa khawatir tersebut diungkapkan dengan gaya bahasa repetisi.

d. Litotes

Gaya bahasa litotes terdapat pada larik /kini engkau menjadi batu sedang diriku menjadi babu/ dalam lirik lagu Malin Kundang In Memorial. Dalam larik

(9)

tersebut, aku lirik merendahkan diri sekaligus menyindir Malin Kundang. Babu adalah sebutan untuk seorang pembantu. Biasanya, pembantu bekerja untuk membantu membereskan pekerjaan rumah tangga. Meskipun mempunyai gaji yang kecil, tetap saja pekerjaan yang halal dan menguntungkan orang lain. Sementara itu, Malin Kundang yang menjadi batu karena durhaka pada ibunya, justru adalah perbuatan yang keji. Dengan kata lain, penulis menyindir Malin Kundang melalui aku lirik bahwa menjadi seorang pembantu sebenarnya lebih mulia daripada seorang yang durhaka kepada ibunya dan dikutuk menjadi batu.

e. Ekskalamasio

Gaya bahasa tersebut terdapat pada lirik lagu Cita-citaku, yakni pada larik /oh Tuhan tolong hambamu terlahir sebagai seorang lelaki/ dan /oh ibu jangan paksa aku, ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi/. Dalam larik tersebut, terdapat kata /oh/ sebagai ekspresi kecewa dan permintaan tolong untuk menangani permasalahan hidup aku lirik. Keadaan aku lirik yang tidak ingin menjadi laki-laki membuat aku lirik kecewa, maka diekspresikanlah rasa kecewa tersebut dengan larik lagu yang bersifat meminta tolong atau meratapi keadaan. Dengan menggunakan gaya bahasa ekskalamasio rasa kecewa tersebut, dapat disampaikan pada pendengar lagu.

f. Retoris

Gaya bahasa ini terdapat pada larik /Helly apakah kau masih hidup?/ dalam lirik lagu Chicha in Nostalgia. Gaya bahasa ini tidak menghendaki adanya jawaban

dari pertanyaan tersebut. “Helly” dalam lirik tersebut berkaitan dengan lirik lagu yang

dinyanyikan oleh Chicha Koeswoyo yang berjdul Helly. Helly digambarkan sebagai sosok anjing jinak yang gemar bermain dengan majikannya. Pertanyaan tersebut

(10)

merupakan pertanyaan sindiran yang jawabannya tidak dapat dijawab secara sempit

tetapi lebih luas. Apabila dijawab dengan kata “hidup” atau “mati” tidak akan dapat

menjawab dari inti pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang sebenarnya ingin diutarakan

adalah “bagaimana perkembangan musik anak-anak saat ini?”.

2. Penyimpangan Arti a. Ambiguitas

Ambiguitas merupakan kata-kata, frase, atau kalimat dalam puisi yang sering kali mempunyai arti ganda sehingga menimbulkan banyak tafsir atau ambigu (Pradopo, 1993: 213). Dengan ambiguitas, puisi memberi kesempatan kepada pembaca untuk memberikan arti sesuai dengan asosiasinya (Pradopo, 1993: 215).

Dalam lirik lagu Ayo Kita Kemana ini mengandung unsur ambiguitas pada kata genderowo. Maksud pertama, genderowo diartikan sebagai sebuah hal yang mengerikan yang dapat menakuti para petani, yakni pandangan yang buruk terhadap profesi sebagai petani. Petani menganggap bahwa profesi petani tidaklah menguntungkan sehingga lebih memilih untuk mengganti profesi. Ditambah lagi lahan pertanian sudah banyak yang hilang membuat para petani kehilangan pekerjaannya. Para petani pun melakukan segala cara agar kehidupannya dapat lebih layak dari sebelumnya. Salah satunya yang dilakukan petani adalah merantau ke Jakarta.

Maksud kedua, genderowo diartikan sebagai sosok yang dapat membahayakan para petani. Dalam hal ini adalah mafia pupuk yang merugikan para

(11)

petani. Mafia pupuk selalu menyelundupkan pupuk bersubsidi ke luar negeri atau mengganti label subsidi menjadi nonsubsidi dan menjualnya ke petani Indonesia dengan harga yang lebih mahal. Secara garis besar, mafia pupuk Indonesia adalah para pejabat tinggi kementerian pertanian baik dari tingkat menteri, dirjen, atau direktur yang membuat atau terlibat dalam kebijakan dan peraturan sektor pertanian khususnya pupuk. Selain itu, dapat dikatakan bahwa adanya keterlibatan dari pihak pejabat kementrian BUMN, para pemimpin dan anggota badan anggaran DPR, dan pihak aparat kepolisian. Para mafia tersebut dapat dikatakan berasal dari Jakarta, maka disebutlah genderowo dari Jakarta.

b. Kontradiksi

Kontradiksi, mengandung arti pertentangan yang disebabkan oleh paradoks dan/atau ironi. Dalam puisi atau lirik lagu terdapat ironi, yaitu salah satu cara menyampaikan maksud dengan secara berlawanan atau berkebalikan. Ironi biasanya digunakan untuk mengejek atau menyindir sesuatu yang keterlaluan (Pradopo, 1993: 215-216). Paradoks merupakan pernyataan yang tampaknya berlawanan dalam dirinya sendiri, atau bertentangan dengan pendapat umum, jika dilihat lebih dalam sesungguhnya mengandung suatu kebenaran (Sudjiman, 1990: 59).

Kontradiksi terdapat pada larik /Aku bangga pernah bersamamu mungkinkah terkenal bila tak durhaka/ dalam lirik lagu Malin Kundang In Memorial. Kata /bangga/ dalam larik di atas tidak menunjukkan rasa bangga terhadap Malin Kundang yang durhaka pada ibunya. Aku lirik menyindir Maling Kundang yang dapat terkenal, karena perilaku buruk. Maksud yang sebenarnya bahwa aku lirik lebih bangga

(12)

terhadap orang yang berhasil terkenal dengan perilaku yang baik atau tidak terkenal tetapi mempunyai prilaku yang baik daripada terkenal dengan status yang buruk.

Kontradiksi juga ditunjukkan dalam lirik lagu Cita-citaku yakni, /Seandainya aku boleh memilih sebelum dilahirkan, betapa enak menjadi perempuan tinggal membuka aurat lelaki bekerja keras untuk mendapatkannya/. Dalam larik lagu di atas, Pidibaiq menggunakan kontradiksi untuk menyinggung pihak wanita yang menjual tubuhnya hanya untuk mendapatkan harta atau memanfaatkan seorang pria. Ungkapan tersebut mempunyai sifat yang mengecam dan menertawakan kebiasaan pihak lain. Kata /enak/ dalam larik tersebut bukan makna yang sebenarnya, tetapi memiliki arti berlawanan. Tindakan wanita yang memanfaatkan tubuhnya agar dapat memperbudak pria justru dianggap hal yang buruk oleh Pidibaiq. Apabila digabungkan dengan larik-larik yang utuh, maka sebenarnya Pidibaiq lewat aku lirik, berpandangan bahwa seseorang harus menghargai dirinya sendiri sebagai bentuk rasa syukur pada Tuhan.

.

3. Penciptaan Arti

Penciptaan arti dalam analisis ini meliputi rima (persamaan bunyi akhir), enjambemen (pemutusan kata/frase di ujung baris dan meletakan sambungannya pada baris berikutnya), tipografi (penyusunan baris dan bait sajak), atau ekuivalensi-ekuivalensi makna di antara persamaan posisi dalam bait (homologies).

(13)

Rima umumnya ditandai dengan abjad, misalnya ab-ab; cde-cde; a-a, dan lain-lain. Penandaan selalu dimulai dengan huruf a, dan setiap bunyi berikutnya yang berbeda ditandai dengan urutan abjad: b, c, d, e dan seterusnya (Atmazaki, 1993: 80).

1. Lirik Ayo Kita Kemana Pola Rima

Ayo kita ke sawah

Mencari petani yang hilang Diculik genderowo dari Jakarta Sore hari saat berenang

Ayo kita mencari

Diana anak paman petani Diculik grup musik dari Jakarta Dirayu cincin mata jeli

Ayo kita sekolah

Mencari Rano Karno yang hilang Dicuri bimbingan belajar Yogyakar-Ta waktu mengajak sekolah

a b c b d d e d a b f a

Pada bait pertama lirik lagu Ayo Kita Kemana, pola rima terlihat tidak beraturan yaitu a-b-c-b. Pada bait kedua terdapat tiga pola yang sama dan satu yang berbeda yaitu d-d-e-d. Pada bait ketiga hanya dua pola yang sama yaitu a-b-f-a.

Dalam sebuah puisi biasanya menggunakan bunyi yang dapat

menggambarkan perasaan Pidibaiq atau suasana di sekitarnya. Hal ini biasa digunakan Pidibaiq secara sadar. Suyitno (2009: 84) mengatakan bahwa lambang bunyi berhubungan dengan suasana hati atau jiwa. Suasana hati yang riang, senang dilukiskan dengan bunyi vokal i, a-i, u-i, dan bunyi konsonan k, p, t, s, dan f.

Pada bait pertama, penulis sepertinya ingin menonjolkan huruf vokal (a) di belakang larik sehingga bunyinya mempunyai persamaan yaitu /sawah/, /hilang/,

(14)

/Jakarta/, dan /berenang/. Pada bait kedua juga terlihat mempunyai bunyi huruf vokal (i) yang sama pada akhir larik, yaitu /mencari/, /petani/, dan /jeli/, meskipun hanya satu yang memiliki vokal (a) yaitu /Jakarta/. Sementara itu, pada bait ketiga mempunyai bunyi huruf vokal (a) yang sama pada akhir larik yaitu /sekolah/, /hilang/, /Yogyakar/, dan /sekolah/.

Ayo kita ke sawah

Mencari petani yang hilang Diculik genderowo dari Jakarta Sore hari saat berenang

Ayo kita mencari

Diana anak paman petani Diculik grup musik dari Jakarta

Dirayu cincin mata jeli (Pidibaiq, 2004)

Melihat bunyi vokal yang terdapat dalam lirik lagu Ayo Kita Kemana di dominasi dengan bunyi vokal a dan I, maka dapat disimpulkan bahwa lagu tersebut menggambarkan suasana hati yang senang, semangat, dan riang. Apabila dikaitkan dengan makna lagu yang bersifat persuasif, maka dapat dikatakan bahwa suasana hati Pidibaiq sangat antusias untuk mengajak banyak orang untuk ikut bersamanya melakukan sesuatu.

Dalam lirik lagu tersebut juga terdapat pola asonansi dan aliterasi yang dibangun secara rapi. Aliterasi didominasi dengan konsonan ng dan h, sedang asonansi didominasi dengan vokal a dan i. Pola asonansi dan aliterasi yang baik membuat lirik lagu bukan hanya sebagai hiasan semata, tetapi mengandung pola estetika. Pemanfaatan asonansi dan aliterasi ini juga dapat memperdalam pengertian.

(15)

Secara umum lirik lagu akan selalu menyesuaikan nada dan lantunan musiknya. Apabila bait dan baris tidak tersusun dengan rapi, maka yang terjadi kata yang diucapkan tidak tepat sesuai dengan temponya. Suku kata dalam lirik lagu juga akan diatur sedemikian rupa agar dapat terdengar merdu di telinga penikmat musik. Dengan kata lain, secara tipografi umumnya sebuah lirik lagu akan dirapikan agar mudah untuk dinyanyikan. Sama halnya tipografi dalam keseluruhan lirik lagu TPD pada album ONCSMN ini.

Dalam lirik lagu Ayo Kita Kemana pada bait pertama, kedua, dan ketiga memiliki empat baris. Semua bait tersusun dengan rapi dan pada bait ketiga terdapat enjambemen pada kata /Yogyakar-ta/ dengan maksud agar tipografi dan susunan kata tetap rapi dan sesuai dengan tempo pada lagu. Jumlah suku katanya juga tidak jauh berbeda pada setiap baris dalam bait. Pada baris pertama terdapat 7 suku kata, pada baris kedua terdapat 9-10 suku kata, pada baris ketiga terdapat 11-12 suku kata, dan pada baris keempat terdapat 8-9 suku kata.

Ada beberapa homolog yang diciptakan Pidibaiq dalam lirik lagu Ayo Kita

Kemana. Pada semua bait terdapat pengulangan frasa, yaitu /ayo kita/. Hal itu

menciptakan sebuah korespondensi. Kegunaan korespondensi adalah untuk menambah kebagusan sajak menggunakan perulangan susunan baris sajak pada baris lain (Pradopo, 1993: 220).

Ayo kita ke sawah Ayo kita mencari

Ayo kita sekolah (Pidibaiq, 2004)

Irama dalam lirik lagu ini dapat dibilang teratur karena setiap bait memiliki jumlah suku kata yang sama dan baris yang hampir sama. Jumlah suku kata yang

(16)

sama membuat laur suara juga menjadi tetap sehingga pergantian iramanya tetap dan teratur. Pergantian irama yang tetap ini disebut irama metrum. Dengan menggunakan irama yang tetap seperti ini, maka lagu pun akan lebih mudah dipahami.

Nada dalam lirik lagu ini merupakan nada semangat sehingga membuat suasana hati pembaca atau pendengar akan menjadi riang dan gembira. Hal ini dikarenakan Pidibaiq mempunyai sikap bersemangat terhadap pendengar lagunya. Jika lagu ini dibaca secara keras dan penuh semangat, maka irama dan permainan bunyi akan terasa mengasyikan. Rangkaian vokal dan konsonannya disusun dan disesuaikan dengan baik oleh Pidibaiq. Jumlah suku kata, baris dan bait yang sama membuat pengucapan iramanya mudah dinyanyikan dan mudah didengar sehingga dapat menarik banyak orang untuk mendengarkan lagu tersebut.

2. Lirik Lagu Malin Kundang In Memorial Pola Rima

Masih aku ingat dahulu Jaga gengsimu, usir ibumu Masih aku ingat dirimu

Kau dikutuk ibu, menjadi batu Malin kundang kau kukenang selalu Dan masih kusimpan puisimu Malin kundang buruk nian nasibmu Sebab durhaka pada ibumu

Kini engkau menjadi batu Hatiku pilu mengenang dirimu Malin kundang kau kukenang selalu Dan masih kusimpan puisimu Malin kundang buruk nian nasibmu Sebab durhaka pada orang tuamu Malin kundang kini kau terkenal

a a a a a a a a a a a a a a b

(17)

Banyak buku beraedar tentangmu Aku bangga pernah bersamamu Mungkinkah terkenal jika tak durhaka

Kini kini kini kini engkau menjadi batu batu batu batu Sedang diriku menjadi babu

Malin kundang kini kau terkenal Banyak buku beraedar tentangmu Aku bangga pernah bersamamu Mungkinkah terkenal jika tak durhaka

a a c a a b a a c

Pada lirik lagu Malin Kundang In Memorial banyak terdapat kesamaan vokal dan rima pada akhir lirik. Pada bait pertama, pola rimanya adalah a-a-a-a dan menggunakan bunyi vokal (u), yaitu /dahulu/, /ibumu/, /dirimu/, dan /batu/. Sama dengan bait pertama, bait kedua pun menggunakan pola rima yang sama, yaitu a-a-a-a dan menggunakan bunyi vokal (u) pada akhir kalimat berupa /selalu/, /puisimu/, /nasibmu/, dan /ibumu/.

Pada bait ketiga, menggunakan pola rima a-a-a-a dan bunyi vokal (u), yaitu /batu/, dan /dirimu/. Pada bait keempat menggunakan pola rima a-a-a-a dan bunyi vokal (u) yaitu /selalu/, /puisimu/, /nasibmu/, dan /tuamu/.

Pada bait kelima dan ketujuh mengalami pengulangan sehingga menggunakan pola rima yang sama. Namun, berbeda dengan bait sebelumnya pada bait kelima dan ketujuh menggunakan pola rima b-a-a-c dan bunyi vokal (a) dan (u), yaitu /terkenal/, /tentangmu/, /bersamamu/, dan /durhaka/.

Masih aku ingat dahulu Jaga gengsimu, usir ibumu Masih aku ingat dirimu

(18)

Dalam lirik lagu Malin Kundang in Memorial ini Pidibaiq sering menggunakan bunyi vokal (u) pada akhir larik. Asonansi pada setiap larik pun tertata rapi dan menghasilkan irama yang teratur. Bunyi vokal yang didominasi oleh vokal a dan u menggambarkan suasana hati yang ceria. Namun, apabila ditinjau dari segi sikap Pidibaiq terhadap pendengar, maksud dari rima tersebut adalah sebuah ungkapan sindiran dengan ekspresi yang menggembirakan. Suasana hati tersebut akan menimbulkan kesan jengkel sekaligus menarik perhatian pendengar lagu.

Kini kini kini kini engkau menjadi batu batu batu batu Sedang diriku menjadi babu

Pada bait keenam, Pidibaiq mengulang kata /kini/ sebanyak 4 kali dan /batu/ sebanyak 4 kali dengan tujuan mempertegas makna dan menempatkan lirik tersebut pada irama saat bermain musik agar ketukan dan nada sesuai sehingga menimbulkan pola estetika. Tujuan pengulangan kata tersebut memberi kesan mengejek atau menyindir seseorang (dalam hal ini tokoh Malin Kundang).

Susunan tipografi pada lirik lagu Malin Kundang in Memorial ini terbilang cukup rapi karena memiliki bait dan baris yang sama. Pada lirik lagu tersebut terdapat 7 bait. Pada bait pertama, kedua, keempat, kelima, dan ketujuh memiliki 4 baris. Pada bait ketiga dan keenam memiliki 2 baris.

Jumlah suku kata pun disesuaikan dengan tempo lagu yang akan mengiringi lirik lagu tersebut sehingga memiliki persamaan pada beberapa bait. Pada bait pertama, baris pertama, kedua, dan ketiga memiliki 9 suku kata, sedangkan pada baris

(19)

keempat memiliki 11 suku kata. Pada bait kedua, baris pertama, ketiga, dan keempat memiliki 11 suku kata, sedangkan pada baris kedua memiliki 9 suku kata. Jumlah suku kata pada bait kedua sama dengan bait keempat, kelima, dan ketujuh. Pada bait ketiga memiliki dua baris. Baris pertama memiliki 9 suku kata dan baris kedua memiliki 11 suku kata. Terakhir, pada bait keenam memiliki 2 baris. Baris pertama memiliki 21 suku kata dan baris kedua memiliki 10 suku kata.

Lirik lagu Malin Kundang terlihat lebih rapi dari segi penataan bunyi vokal akhir jika dibandingkan dengan lirik lagu Ayo Kita Kemana. Pola rimanya tidak terlalu bervariasi, tersusun dari a, b, dan c dan lebih memiliki unsur estetika yang tinggi daripada lirik lagu Ayo Kita Kemana yang memiliki pola rima yang bervariasi sehingga dalam segi bunyi vokal tidak begitu dipentingkan. Kedua lirik lagu tersebut memiliki persamaan pada makna lagu, yaitu menyindir pihak lain hanya saja lirik lagu Ayo Kita Kemana lebih menyampaikan ajakan untuk mengubah pola hidup sedangkan lirik Malin Kundang lebih menyampaikan rasa bangga sekaligus kecewa terhadap pihak lain.

Lirik Chicha In Nostalgia Pola Rima

Chicha dimana kini engkau Dahulu kau nyanyikan lagu Tentang anjing kecilmu

Helly apakah kau masih hidup? Dahulu kau berlari-lari

Kuingat guk-guk-guk suaramu

a b b c d b

(20)

Kini aku sudah besar Rolling Stone laguku Kini kau pun sudah besar Apa dong lagumu?

Chicha apakah kau menyesal Dahulu kau lucu sekali Sudah besar jadi begitu Kini aku sudah besar Rolling Stone posterku Kini kau pun sudah besar Apa dong postermu? Kini aku sudah besar Inilah laguku

Kini kau pun sudah besar Mana dong lagumu? Kini aku sudah besar Rolling Stone laguku Kini kau pun sudah besar Apa dong lagumu?

e b e b f d b e b e b e b e b e b e b

Lirik lagu Chicha in Nostalgia menceritakan tentang sosok Chicha dan anjing kecilnya yang sudah lama tidak terdengar lagi keberadaannya sehingga aku lirik mencari keberadaannya. Suyitno (2009: 84) mengatakan bahwa bunyi vokal e, o, dan u terasa berat dan rendah sehingga lebih cocok melukiskan perasaan jiwa yang sedang tertekan atau gelisah. Dapat dilihat dalam bait pertama yang semua akhir dalam lariknya mempunyai vokal (u) sehingga melukiskan sebuah kegelisahan. Dalam hal ini, kegelisahan tersebut dikarenakan kehilangan sesuatu yang aku lirik rindukan, yaitu Chica dan anjing kecilnya bernama Helly. Helly dalam larik tersebut berhubungan dengan lagu yang pernah dinyanyikan oleh Chicha. Dengan kata lain,

(21)

larik-larik tersebut bukan hanya merindukan seseorang, melainkan juga merindukan lagu dari orang yang dirindukan itu.

Chicha dimana kini engkau Dahulu kau nyanyikan lagu

Tentang anjing kecilmu (Pidibaiq, 2004)

Pola rima pada bait pertama adalah a-b-b dengan bunyi vokal (au) dan (u) pada bagian akhir. Pada bait kedua, pola rimanya adalah c-d-b dengan bunyi vokal (u) dan (i) pada bagian akhir. Bait ketiga, pola rimanya adalah e-b-e-b dengan bunyi vokal (a) dan (u) pada bagian akhir. Kemudian, bait keempat pola rimanya adalah f-d-b dengan f-d-bunyi vokal (a), (i), dan (u) pada f-d-bagian akhir. Bait kelima, keenam, dan ketujuh mempunyai persamaan dengan bait ketiga.

Tipografi pada lirik lagu Chicha in Nostalgia cukup rapi karena memiliki bait-bait yang jumlah baris dan suku katanya yang seimbang. Pada bait pertama memiliki 3 baris. Pada baris pertama dan kedua memiliki 9 suku kata, sedangkan pada baris ketiga memiliki 7 suku kata. Pada bait kedua memiliki 3 baris. Pada baris pertama dan kedua memiliki 9 suku kata, sedangkan pada baris ketiga memiliki 10 suku kata.

Pada bait ketiga terdapat 4 baris. Baris pertama dan ketiga memiliki 8 suku kata, sedangkan baris kedua dan keempat memiliki 6 suku kata. Jumlah ini serupa dengan bait kelima, keenam, dan ketujuh. Pada bait keempat memiliki 3 baris dan semuanya memiliki 9 suku kata. Dengan jumlah bait, baris, dan suku kata yang hampir serupa, maka dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu Chicha in Nostalgia

(22)

ini memiliki susunan tipografi yang rapi untuk menyesuaikan tempo dan nada lagu yang mengiringinya.

3. Lirik Cita-citaku Pola Rima

Cita-citaku ingin menjadi Polwan, mana mungkin aku hanya lelaki Oh Tuhan tolong hambamu, aku tak sudi jadi Bapak Polwan Cita-citaku ingin jadi Bu Ahmad mana mungkin aku hanya lelaki Oh ibu jangan paksa aku, aku tak sudi jadi Bapak Ahmad

Sedih hatiku sedih terlahir sebagai seorang lelaki

Oh tuhan tolong hambamu terlahir sebagai seorang lelaki Oh ibu jangan paksa aku ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi Seandainya aku boleh memilih sebelum dilahirkan

Betapa enak menjadi perempuan Tinggal membuka aurat

Lelaki bekerja keras untuk mendapatkannya

Cita-citaku ingin menjadi tomboi mana mungkin aku hanya lelaki Oh tuhan tolong hambamu aku tak sudi jadi lelaki tomboi

Cita-citaku ingin jadi lesbian mana mungkin aku hanya lelaki Oh Ibu jangan paksa aku, aku tak sudi menjadi homoseks Sedih hatiku sedih terlahir sebagai seorang lelaki

Oh tuhan tolong hambamu terlahir sebagai seorang lelaki Oh ibu jangan paksa aku ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi Ingat perjuangan belum selesai maka dari itu...

Sedih hatiku sedih terlahir sebagai seorang lelaki

Oh tuhan tolong hambamu terlahir sebagai seorang lelaki Oh ibu jangan paksa aku ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi Dimana ada kemauan di situ ada jalan

Dimana ada kemaluan,di sini ada persoalan...

a b a c a a a b b d e a f a g a a a h a a a b b

Pola rima dalam lirik lagu Cita-citaku pada bait pertama adalah a-b-a-c dengan bunyi vokal pada bagian akhirnya (i) dan (a). Pada bait kedua, bunyi vokal

(23)

didominasi dengan fonem (i) dan pola rimanya adalah a-a-a. Pada bait ketiga, bunyi vokal didominasi dengan fonem (a) dan pola rimanya adalah b-b-d-e. Lalu, pada bait keempat pola rimanya adalah a-f-a-g dan terdapat bunyi vokal (a), (o), dan (i) pada bagian akhirnya. Pada bait kelima mempunyai persamaan pola rima dan bunyi vokal dengan bait kedua dan ketujuh. Pada bait keenam hanya ada satu larik karena memiliki nada yang berbeda dengan yang lainnya mempunyai pola rima h dan bunyi vokal (u). Pada bait kedelapan, pola rimanya adalah b-b dengan bunyi vokal pada bagian akhir (a).

Lirik Lagu Timur Pola Rima

Jangan takut preman, preman juga makan nasi Jangan takut polisi, kalau tidur kita gilas Jangan takut tentara, tentara juga punya istri Jangan takut Mike Tyson, tuanya nanti Parkinson Jangan takut Mak Lampir, Mak Lampir itu Farida Pasha Jangan takut tetangga, rumah kita pakai pagar

Takutlah jika kau dibenci Dijauhi teman-teman Sepi hidupmu sendiri

Jangan takut ibu, ibu uangnya dari ayah

Jangan takut tidak naik kelas, tinggal pindah sekolah Jangan takut monster, monster galak luarnya doang Jangan takut neraka, banyak ibadah masuk surga

a b a c d e a f a g g h d

Pola rima lirik lagu Lagu Timur pada bait pertama adalah a-b-a-c-d-e. Bait pertama vokal (i) dan (a) mendominasi seperti pada kata preman, tentara, nasi, gilas, polisi, istri, parkinson, Mak Lampir, dan pagar. Bunyi vokal di lirik ini tidak terjadi pengulangan, seperti lirik lagu sebelumnya. Lirik lagu ini memiliki bunyi yang

(24)

bervariasi sehingga dari segi bunyi kurang berpengaruh terhadap puisi tersebut. Pidibaiq tidak terlalu peduli dengan bunyi yang serupa, tetapi hanya terpaku terhadap pengulangan frasa seperti pada kata /Jangan Takut/. Persamaan bunyi satu-satunya yang ditemukan adalah pada larik /Jangan takut Mike Tyson, tuanya nanti Parkinson/ yang mengulang bunyi vokal (o).

Pada bait kedua, pola rimanya adalah a-f-a dengan bunyi vokal yang dominan (i) dan (a), sedangkan pada bait ketiga, pola rimanya adalah g-g-h-d dengan bunyi vokal (a) yang dominan. Dalam bait ketiga, terdapat pengulangan bunyi vokal yang terjadi pada larik pertama dan kedua, yaitu bunyi vokal (a) dan pola rima g yang berada pada kata /ayah/ dan /sekolah/.

Jangan takut ibu, ibu uangnya dari ayah

Jangan takut tidak naik kelas, tinggal pindah sekolah (Pidibaiq, 2004)

b. Enjambemen

Dalam lirik lagu Ayo Kita Kemana tersebut terdapat penyesuaian lirik lagu dengan nada lagu sehingga membuat tipografi dalam lirik lagu tersebut memiliki kesamaan suku kata di setiap barisnya. Dapat terlihat jelas pada bait ketiga pada kata

Yogyakarta, tetapi penulisannya dipisah menjadi Yogyakar-Ta. Hal itu disebabkan

oleh penyesuaian lirik pada ketukan dan nada lagu. Apabila penulisannya digabung, maka pengucapan dan intonasi dalam menyanyikan lagu menjadi kurang tepat.

(25)

B. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

Pembacaan heuristik mengenai makna yang dibaca sesuai dengan bahasa yang normatif, sedangkan pembacaan hermeneutik mengenai arti yang mengacu pada hal-hal yang terjadi di luar teks.

1. Lirik Lagu Ayo Kita Kemana a. Pembacaan Heuristik

Ayo kita (pergi) ke sawah (untuk) mencari petani yang hilang (karena) diculik genderowo dari Jakarta (pada) sore hari saat (dia) berenang.

Ayo kita mencari Diana anak paman petani (yang) diculik oleh grup musik dari Jakarta (dengan cara) dirayu (menggunakan) cincin mata jeli.

Ayo kita (berangkat) ke sekolah untuk mencari Rano Karno yang hilang (karena dia telah) dicuri (diculik) bimbingan belajar Yogyakarta waktu (saat) dia megajak (kita) sekolah.

b. Pembacaan Hermeneutik

Dalam lirik lagu Ayo Kita Kemana terdapat tiga aspek yang disinggung oleh Pidibaiq, yaitu mengenai sektor pertanian Indonesia, musik, dan pendidikan. Dalam lirik tersebut, kata-katanya diolah agar mudah diterima oleh pendengar. Dengan hanya mendengar sekali saja, pendengar akan dapat mengerti maksud dari larik tersebut. Namun, apabila diteliti lebih lanjut terdapat pesan dan maksud tersembunyi yang berada di dalamnya.

(26)

Ayo kita ke sawah

Mencari petani yang hilang Diculik genderowo dari Jakarta

Sore hari saat berenang (Pidibaiq, 2004)

Pada larik pertama, aku lirik seperti mengajak pendengarnya untuk pergi ke sawah. /Sawah/ yang dimaksud adalah bukan arti yang sebenarnya. Sawah berkaitan erat dengan bidang pertanian. Dapat diartikan bahwa Pidibaiq ingin mengajak pendengarnya untuk melihat masalah yang terjadi di dalam bidang pertanian. Masalah yang terjadi dapat dilihat pada larik kedua bahwa terdapat petani yang hilang. Petani yang hilang mempunyai dua kemungkinan arti. Pertama, petani tidak ingin bekerja menjadi petani karena profesi tersebut dianggap tidak ekonomis, kurang produktif, dan tidak dapat menyejahterakan kaum tani. Keadaan tersebut mengakibatkan profesi petani mengalami penurunan minat sehingga banyak orang yang berpindah profesi. Dengan begitu, petani menjadi /hilang/ atau pindah ke profesi lainnya.

Kedua, genderowo (dalam larik ketiga) diartikan sebagai sosok yang dapat

membahayakan para petani. Dalam hal ini adalah mafia pupuk yang merugikan para petani. Mafia pupuk selalu menyelundupkan pupuk bersubsidi ke luar negeri atau mengganti label subsidi menjadi nonsubsidi dan menjualnya ke petani Indonesia dengan harga yang lebih mahal. Secara garis besar, mafia pupuk Indonesia adalah para pejabat tinggi kementerian pertanian baik dari tingkat menteri, dirjen, atau direktur yang membuat atau terlibat dalam kebijakan dan peraturan sektor pertanian, khususnya pupuk. Selain itu, dapat dikatakan bahwa adanya keterlibatan dari pihak pejabat kementrian BUMN, para pemimpin dan anggota badan anggaran DPR, dan

(27)

pihak aparat kepolisian. Para mafia tersebut dapat dikatakan berasal dari Jakarta, maka disebutlah genderowo dari Jakarta.

Ayo kita mencari

Diana anak paman petani Diculik grup musik dari Jakarta

Dirayu cincin mata jeli (Pidibaiq, 2004)

Pada bait kedua, Pidibaiq juga mengajak untuk mencari Diana anak paman petani. Pada bait ini, sulit apabila menganalisis secara hermeneutik tanpa meninjau teks lain yang berisi di dalamnya. /Mencari Diana anak petani/ yang dimaksud apabila dianalisis untuk menemukan artinya, maka Pidibaiq ingin mengajak pendengarnya untuk mencari tahu Diana anak paman petani. Namun, apabila langsung dikaitkan dengan teks lain, maka maksudnya akan dapat diungkapkan. Kata /Diana/ dan /dirayu cincin mata jeli/ dalam bait tersebut diambil dari lirik lagu Diana karya Koes Plus.

Lirik tersebut menyinggung tentang masalah industri musik di Indonesia. Koes Plus dalam pandangan Pidibaiq, memiliki ide yang baik dalam membuat sebuah lagu. Koes Plus mengarang lagu dengan sederhana, tetapi ceritanya mengena. Seperti yang ada pada lirik lagu Diana.

Ayo kita sekolah

Mencari Rano Karno yang hilang Dicuri bimbingan belajar

Yogyakar-Ta waktu mengajak sekolah (Pidibaiq, 2004)

Sama halnya pada bait sebelumnya bahwa Pidibaiq ingin mengajak pendengar untuk melakukan sesuatu. Larik pertama pada bait ini mengajak pendengar untuk pergi ke sekolah. Seorang yang belajar di sekolah berkaitan dengan pendidikan.

(28)

Artinya, Pidibaiq mengajak pendengar agar peka terhadap sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu masalah yang terjadi adalah yang diungkapkan pada larik kedua dan ketiga, yaitu Rano Karno yang menghilang karena dicuri oleh bimbingan belajar Yogyakarta. Hal ini juga harus dikaitkan dengan teks lainnya yang berhubungan. Jika tidak dikaitkan dengan teks lain, maka masalah yang terjadi hanya sebatas hilangnya seseorang di sekolah.

Rano Karno dalam lirik ini menggambarkan sosok yang peduli terhadap pendidikan. Pada 1972, Rano Karno membintangi film Si Doel Anak Sekolahan. Dalam sinetron tersebut, terlihat Rano Karno (sebagai Doel) memerankan tokoh orang miskin yang berjuang untuk menggapai cita-citanya mendapatkan gelar insinyur. Dalam ceritanya, Doel mempunyai pandangan bahwa pendidikan sangat penting karena dapat meningkatkan wawasan dan kualitas hidup seseorang.

Apabila dikaitkan dengan lirik lagu TPD menandakan bahwa Pidibaiq ingin mencari tahu sosok Rano Karno yang dahulu masih mementingkan orang yang kurang mampu dan mementingkan pendidikan terutama di sekolah, tetapi sekarang malah mementingkan pendidikan yang diajarkan di bimbingan belajar. Hal itu membuat guru di sekolah menjadi tidak berfungsi lagi. Seharusnya, pekerjaan sekolah atau pekerjaan yang rumit dibahas oleh guru di sekolah malah justru dibahas oleh guru bimbingan belajar. Hal ini memberikan sebuah kesan bahwa guru di sekolah hanya memberikan pertanyaan pada siswanya dan yang membantu menjawab adalah guru di bimbingan belajar. Hal ini dapat membuat kinerja guru di sekolah menurun. Selengkapnya akan dibahas di dalam bab Hipogram.

(29)

2. Lirik Lagu Malin Kundang in Memorial a. Pembacaan Heuristik

Masih aku (aku masih) ingat dahulu (ketika kamu) (men-) jaga gengsimu (dan) (meng-) usir ibumu. Masih aku (aku masih) ingat dahulu (ketika) kau dikutuk ibu menjadi batu.

Malin Kundang, kau kukenang selalu dan masih kusimpan puisimu. Malin Kundang, buruk nian nasibmu sebab durhaka pada ibumu.

Kini engkau menjadi batu. Hatiku pilu mengenang dirimu.

Malin Kundang, kau kukenang selalu dan masih kusimpan puisimu. Malin Kundang, buruk nian nasibmu sebab durhaka pada ibumu.

Malin Kundang, kini kau terkenal (sehingga) banyak buku beredar tentangmu. Aku bangga pernah bersamamu. Mungkinkah (apakah aku dapat) terkenal jika tak durhaka?

Kini engkau sudah menjadi batu, sedangkan diriku hanya menjadi babu. Malin Kundang, kini kau terkenal (sehingga) banyak buku beredar tentangmu. Aku bangga pernah bersamamu. Mungkinkah (apakah aku dapat) terkenal jika tak durhaka?

b. Pembacaan Hermeneutik

Lirik lagu Malin Kundang In Memorial menceritakan tentang aku lirik yang mempunyai perasaan kesal, bangga, dan iri terhadap Malin Kundang. Rasa kesal aku lirik adalah Malin Kundang terlalu menjaga gengsinya hingga mengusir ibunya sendiri. Terlihat pada larik pertama dan kedua pada bait pertama, yakni /Masih aku

(30)

ingat dahulu/ dan /jaga gengsimu usir ibumu. Rasa bangga aku lirik adalah Malin Kundang dapat terkenal, meskipun dia telah mengusir ibunya dan menjadi batu. Terlihat pada larik pertama dan kedua pada bait kelima, yakni /Malin Kundang kini kau terkenal/ dan /banyak beredar buku tentangmu/. Aku lirik juga masih mengingat Malin Kundang dan menjaga puisinya, seperti pada larik pertama dan kedua pada bait keempat, yakni /Malin Kundang kau kukenang selalu/ dan /dan masih kusimpan puisimu/. Namun, aku lirik menaruh perasaan iri karena perbuatan buruk Malin

Kundang menjadikannya “terkenal” (dalam arti yang negatif), sedangkan aku lirik

hanya dapat menjadi pembantu. Terlihat pada larik pertama dan kedua pada bait keenam yakni /Kini kini kini kini engkau menjadi batu batu batu batu/ dan /sedang diriku menjadi babu/. Penjelasan lebih detail akan dibahas pada paragraf selanjutnya.

Masih aku ingat dahulu Jaga gengsimu, usir ibumu Masih aku ingat dirimu

Kau dikutuk ibu, menajadi batu (Pidibaiq, 2004)

Pada larik pertama dan kedua dalam bait pertama menjelaskan bahwa aku

lirik masih mengingat perbuatan “kau” (atau dalam arti Malin Kundang) terhadap

Ibunya. Malin Kundang menganggap ibunya adalah orang miskin yang tidak setara dengan dirinya yang saat itu sudah mapan. Malin Kundang merasa malu mempunyai ibu yang miskin sehingga dia tega mengusir ibunya. Aku lirik berusaha mengingat kembali kejadian tersebut dengan menekankan kata /masih/. Pada tatanan bahasa yang wajar larik yang seharusnya adalah /aku masih ingat dahulu/ tetapi Pidibaiq menekankan kata /masih/ pada awal larik yang membuat kejadian pada larik tersebut dianggap penting.

(31)

Kata /masih/ itu pun terulang larik ketiga yang membuatnya semakin penting. Pada larik keempat menjelaskan kembali bahwa Malin Kundang dikutuk menjadi batu setelah diusir ibunya. Alasan memakai diksi seperti itu selain karena membuatnya penting, tetapi juga membuat pendengar penasaran akan larik

selanjutnya. Pada bait pertama tidak dijelaskan bahwa “kau” adalah Malin Kundang

sehingga Pidibaiq berusaha mengarahkan pendengar untuk menyamakan

pemikirannya. Pendengar dibuat penasaran tentang seseorang yang mengusir ibunya (larik kedua) dan dikutuk ibunya menjadi batu (larik keempat). Jadi, larik pertama menegaskan larik kedua, dan larik ketiga menegaskan larik keempat.

Malin kundang kau kukenang selalu Dan masih kusimpan puisimu Malin kundang buruk nian nasibmu

Sebab durhaka pada ibumu (Pidibaiq, 2004)

Pada larik pertama dan kedua dalam bait kedua baru diungkapkan bahwa

“kau” adalah Malin Kundang. Pada larik kedua, dijelaskan aku lirik menyimpan puisi

Malin Kundang. Dalam hal ini, Pidibaiq membuat aku lirik seperti akrab dan benar-benar mempunyai ikatan persahabatan dengan Malin Kundang sehingga perasaan kesal, iri, dan bangga aku lirik akan lebih mendalam. Hal tersebut memunculkan rasa iba aku lirik terhadap keadaan sahabatnya yang durhaka pada ibunya, dijelaskan pada larik ketiga dan keempat dalam bait kedua.

Kini engkau menjadi batu

Hatiku pilu mengenang dirimu (Pidibaiq, 2004)

Pada bait ketiga, Pidibaq juga menekankan kembali perasaan aku lirik terhadap Malin Kundang yang merasa sedih mengenang nasibnya. Kata /mengenang/

(32)

menandakan bahwa aku lirik sudah bersama-sama dengan Malin Kundang sebelum Malin Kundang menjadi batu. Hal ini menunjukan kedekatan Malin Kundang dan aku lirik.

Bait keempat merupakan pengulangan bait kedua. Bait tersebut merupakan sebuah refrain. Dalam lagu, refrain adalah bagian inti dari sebuah lagu, biasanya berisi kesimpulan atau plot twist, jika tidak terdapat interlude pada lagu maka bagian ini berfungsi sebagai klimaks pada lagu tersebut.

Malin kundang kini kau terkenal Banyak buku beredar tentangmu Aku bangga pernah bersamamu

Mungkinkah terkenal jika tak durhaka (Pidibaiq, 2004)

Pada larik pertama dan kedua dalam bait kelima menceritakan tentang Malin Kundang yang sudah terkenal karena perbuatannya yang durhaka pada ibunya. Buku tentang Malin Kundang bahkan dijadikan bahan pelajaran untuk siswa-siswa sekolah dasar. Kata /terkenal/ di atas mempunyai arti yang negatif dan dapat diganti dengan kata /tercemar/. Terkenal dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai predikat yang baik dan berjasa bagi banyak orang, sedangkan tercemar mempunyai makna bahwa seseorang mempunyai predikat yang buruk sehingga tidak disukai banyak orang. Malin Kundang mempunyai predikat yang buruk yang seharusnya menggunakan kata /tercemar/ dalam lirik lagu tersebut. Kemungkinan Pidibaiq menggunakan kata terkenal adalah aku lirik mempunyai ikatan persahabatan yang baik dengan Malin Kundang sehingga tidak mungkin menggunakan kata yang buruk untuk sahabatnya sendiri. Kemungkinan kedua adalah untuk menegaskan bahwa aku lirik tidak lebih

(33)

baik dari Malin Kundang yang menjadi batu tetapi terkenal daripada tidak berbuat apa-apa.

Pada larik ketiga dan keempat dalam bait kelima dijelaskan bahwa aku lirik mempunyai perasaan bangga terhadap Malin Kundang. Pada larik keempat /mungkinkah terkenal bila tak durhaka/ menandakan bahwa aku lirik mempunyai keinginan untuk terkenal tetapi tidak dengan durhaka kepada orang tuanya. Kata

“Mungkinkah” juga mempunyai arti bahwa sebenarnya aku lirik mempunyai

keyakinan bahwa jalan satu-satunya menjadi terkenal adalah menjadi anak yang durhaka. Pidibaiq seakan-akan memberikan dua kondisi berbeda yang serba salah untuk dilakukan, yaitu menjadi seorang yang durhaka tetapi terkenal, atau menjadi orang yang patuh dan biasa saja tetapi tidak terkenal. Kondisi tersebut menandakan bahwa jalan hidup seseorang tidak ada yang sempurna.

Kini kini kini kini engkau menjadi batu batu batu batu Sedang diriku menjadi babu (Pidibaiq, 2004)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada bait keenam ini Pidibaiq menggunakan gaya bahasa repetisi terhadap kata /kini/ sebanyak 4 kali dan kata /batu/ sebanyak empat kali. Hal ini untuk menegaskan seberapa pentingnya kata tersebut. Selian itu, untuk menegaskan rasa kecewa aku lirik terhadap Malin Kundang. Aku lirik merasa kecewa dikarenakan Malin Kundang dapat terkenal meskipun dia durhaka, tetapi aku lirik hanya dapat menjadi babu. Pada bait ini, pendengar diberikan kejutan dengan larik kedua yakni /sedang diriku menjadi babu/ karena pada larik sebelumnya tidak dijelaskan pekerjaan aku lirik sehingga dia dapat iri dengan Malin Kundang.

(34)

Bait ketujuh merupakan pengulangan bait kelima. Dalam lagu, refrain adalah bagian inti dari sebuah lagu, biasanya berisi kesimpulan atau plot twist, jika tidak terdapat interlude pada lagu, maka bagian ini berfungsi sebagai klimaks pada lagu tersebut.

3. Lirik Lagu Chicha in Nostalgia a. Pembacaan Heuristik

Chicha dimana kini engkau (berada?) Dahulu kau (sering) (me-) nyanyikan lagu tentang anjing kecilmu.

Helly apakah kau masih hidup? Dahulu kau (sering) berlari-lari. kuingat (suaramu) “guk-guk-guk”.

Kini, aku sudah besar (dan) Rolling Stone (adalah) lagu (kesukaan)–ku. Kini, Kau pun sudah besar, apa lagu (kesukaanmu)?

Chicha apakah kau menyesal? Dahulu kau lucu sekali, (namun sekarang saat kau) sudah besar (men-) jadi begitu.

Kini, aku sudah besar (dan) Rolling Stone adalah poster (kesukaan)–ku. Kini Kau pun sudah besar, apa poster (kesukaanmu)?

Kini, aku sudah besar (dan) inilah lagu (yang kuciptakan). Kini, Kau pun sudah besar, mana lagu (ciptaanmu)?

Kini, aku sudah besar (dan) Rolling Stone (adalah) lagu (kesukaan) –ku. Kini, Kau pun sudah besar, apa lagu (kesukaanmu)?

(35)

b. Pembacaan Hermeneutik

Chicha in Nostalgia artinya mengenang Chicha. Chicha di sini apabila

dikaitkan dengan teks lain, maka mengarah pada seorang artis cilik yang namanya melambung pada tahun 1975, yaitu Chicha Koeswoyo. Tidak jauh berbeda dengan analisis sebelumnya, pada pembahasan tentang lirik lagu Ayo Kita Kemana sempat menyinggung industri musik dan grup band Koes Plus sedangkan pada lagu Chicha

in Nostalgia ini membahas tentang musik anak dan anak dari salah satu mantan

personil grup band Koes Plus, yakni Nomo Koeswoyo. Pidibaiq seperti mempunyai ketertarikan sendiri atau mengidolakan band Koes Plus sehingga lagu-lagunya terinspirasi dari band kesayangannya.

Album Chicha yang pertama berisi 11 buah lagu: Helly, Kelinciku,

Perhitung, Sepasang Burung, Dang-dang tut, Loncengku, Si Gendut, Nasehat Ibu, Hompimpa, Ke Rumah Paman, dan Tarik Tambang. Adanya selang-seling yang jelas

antara lagu yang iramanya cepat dan yang iramanya lebih santai, menyebabkan lagu-lagu itu memperoleh posisi yang baik untuk sama-sama menonjol. Kesederhanaan liriknya, kesederhanaan lagunya, memungkinkan banyak pengulangan tanpa ada perasaan bosan. Lagu semacam Helly atau Dang-dang tut misalnya, dapat dinyanyikan tidak putus-putusnya. Lagu-lagu tanpa pretensi itu dibawakannya dengan tanpa memulus-muluskan suara, tetapi dengan intensitas mantap dan stamina terjaga ketat sampai lagu terakhir. Lagu Loncengku misalnya yang menampilkan suasana anak-anak bersekolah, ada menyarankan nasihat, tetapi tidak terlalu kentara.

Pada bait pertama di bawah ini terlihat ada sebuah kerinduan terhadap lagu Chicha atau bahkan lagu anak yang sudah tidak dapat didengarkan lagi pada era

(36)

sekarang ini. Pidibaiq lewat aku lirik menggambarkan betapa disayangkannya apabila lagu anak tidak lagi diciptakan untuk pembelajaran anak-anak.

Chicha dimana kini engkau Dahulu kau nyanyikan lagu

Tentang anjing kecilmu (Pidibaiq, 2004)

Pada larik pertama aku lirik menanyakan tentang keberadaan Chicha. Hal tersebut menandakan bahwa aku lirik merasa kehilangan. Frasa /kini engkau/ pun selain memperindah sebuah susunan kata juga memperkuat pendalaman arti karena tidak seperti biasanya yang seharusnya /Chicha dimana engkau kini/. Larik kedua dan ketiga mengarah pada lagu yang pernah dinyanyikan oleh Chicha Koeswoyo, yakni

Helly. Dibawah ini adalah lirik lagu Helly,

Aku punya anjing kecil Kuberi nama Helly Dia senang bermain-main Sambil berlari-lari

Helly.. (guk guk guk) Kemari.. (guk guk guk)

Ayo lari-lari (Chicha Koeswoyo, 1975)

Pada frasa /anjing kecil/ yang terdapat pada larik ketiga dalam bait pertama lirik lagu Chicha in Nostalgia dan larik pertama dalam bait pertama lirik lagu Helly mempunyai kesamaan. Dengan begitu, sudah jelas bahwa anjing kecil yang dimaksud mengarah pada lirik lagu Helly yang sempat dinyanyikan oleh Chicha Koeswoyo.

Helly apakah kau masih hidup? Dahulu kau berlari-lari

(37)

Larik pertama dalam bait kedua, aku lirik tentang keberadaan Helly. Helly adalah salah satu nama rekaan seekor anjing yang ada dalam lirik lagu. Dalam

kenyataannya Helly sebenarnya tidak ada. Namun, Pidibaiq seolah-olah

menghidupkan sosok Helly menjadi nyata dan mempertanyakan keberadaannya setelah bertahun-tahun. Kemungkinan yang dimaksud bukan semata-mata mempertanyakan keberadaan Helly tersebut, tetapi lebih dalam dari itu yakni mempertanyakan eksistensi lagu anak.

Kini aku sudah besar Rolling Stone laguku Kini kau pun sudah besar Apa dong lagumu?

Pada larik pertama dan kedua dalam bait ketiga ini, Pidibaiq mengungkapkan bahwa aku lirik mempunyai lagu kesukaan, yaitu lagu-lagu Rolling Stone. Kedua larik tersebut harus dikaitkan dengan teks lain, yaitu terhadap grup band Rolling Stone agar mampu memahaminya. Rolling Stone yang disebutkan

(38)

dalam larik lagu di atas ditujukan pada grup band rock Inggris yang mulai terkenal sejak tahun 1960-an yaitu The Rolling Stone. Grup Band ini dibentuk di London, Januari 1963. Grup band ini tidak hanya sekali disebutkan dalam karyanya. Beberapa karya lain dari buku Pidibaiq yang membahas mengenai The Rolling Stone.

a) Buku At-Twitter, Pidibaiq mengisahkan bahwa dirinya sedang bersama dengan The Rolling Stones.

“Di rumah lagi. Twitteran. Malam ini ditemani rombongan The Rolling

Stones, yang datang dari jauh, dari Inggris, dari masa lalu, untuk cuaca Bandung yang kini,” (Pidibaiq, 2012: 114).

b) Buku Hanya Salju dan Pisau Batu, Pidibaiq menceritakan tentang seseorang yang tidak boleh memaksa orang lain seenaknya saja.

“Mungkin tidak enak kata yang tidak suka durian, tapi, biarin saja, kan,

setiap orang beda selera, boleh saling mempengaruhi, tetapi enggak boleh saling memaksa. Termasuk nggak boleh memaksa saya untuk jangan

mendengarkan Rolling Stones malam ini.” (Pidibaiq dan Happy Salma, 2010:

101).

Dari beberapa karya di atas, menandakan bahwa Pidibaiq mengidolakan The Rollings Stones. Selain itu, dapat dilihat pula dalam lirik lagu sebelumnya yang membahas tentang Koes Plus yang juga jenis lagunya menyerupai The Rolling Stone. Kesamaan jenis lagu dan popularitas kedua grup band tersebut menjadi sebuah alasan Pidibaiq mengangkat namanya dalam beberapa karyanya termasuk dalam lirik lagu

Chicha in Nostalgia.

Dalam bait ketiga pada larik pertama dan kedua tersebut, Pidibaiq ingin menyampaikan tentang perkembangan zaman. Artinya, zaman sudah berganti dan banyak perubahan. Salah satunya dalam perkembangan industri musik. Dalam tataran

(39)

yang sederhana, aku lirik mengungkapkan bahwa dia mempunyai kegemaran mendengarkan lagu yang sudah modern (The Rolling Stones) dan terkenal pada tahun 2004, sedangkan lagu Chicha Koeswoyo terkenal pada tahun 1975-an. Hal ini menandakan bahwa terdapat rentang waktu yang begitu jauh antara The Rolling Stones dan Chicha Koeswoyo. Perbandingan tersebut tertuju pada selera musik yang berbeda antara keduanya. Pada tahun 1975, baik anak-anak atau remaja masih gemar mendengarkan lagu Helly yang dinyanyikan Chicha Koeswoyo, namun seiring perkembangan zaman dan perubahan selera musik, maka yang terjadi pada tahun 2004 ternyata anak-anak atau remaja lebih gemar mendengarkan lagu The Rolling Stones. Ada dua faktor yang membuat itu terjadi, yakni popularitas The Rolling Stones dan musik sejenisnya sangat kuat atau lagu anak-anak seperti Chicha Koeswoyo sudah tidak popular lagi dikalangan anak-anak maupun remaja.

Dalam bait ketiga pada larik ketiga dan keempat, aku lirik menanyakan lagu kesukaan Chicha Koeswoyo. Pidibaiq tidak hanya menanyakan kepada Chicha Koeswoyo, tetapi umumnya kepada anak-anak di Indonesia ketika zaman sudah berubah. Pertanyaan /apa dong lagumu?/ bukanlah sebuah pertanyaan yang dijawab secara umum, tetapi lebih dalam daripada itu. Hal ini merupakan pertanyaan dengan gaya bahasa retoris, yakni pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Pertanyaan tersebut tidak benar-benar mengarah kepada lagu kesukaan Chicha, tetapi lebih mempertanyakan terhadap lagu yang disukai oleh anak-anak Indonesia saat ini. Dengan kata lain, Pidibaiq sadar bahwa lagu anak-anak mengalami penurunan drastis apabila dibandingkan pada tahun 1975 ketika lagu Chicha Koeswoyo melejit. Tujuan Pidibaiq mengungkapkan hal tersebut agar pendengar menyadari atau bahkan mampu

(40)

menciptakan dan mengembangkan musik anak-anak lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

4. Lirik Lagu Cita-citaku a. Pembacaan Heuristik

Cita-citaku ingin menjadi Polwan, (tetapi) mana mungkin (karena) aku hanya (seorang) lelaki. Oh, Tuhan tolong hambamu, aku tak sudi (men-) jadi Bapak Polwan. Cita-citaku ingin (men-) jadi Bu Ahmad, (tetapi) mana mungkin (karena) aku hanya (seorang) lelaki. Oh ibu jangan paksa aku, aku tak sudi (men-) jadi Bapak Ahmad.

Hatiku sedih (karena) terlahir sebagai seorang lelaki. Oh Tuhan tolong hambamu, (aku tidak mau) terlahir sebagai seorang lelaki. Oh ibu jangan paksa aku (karena) ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi.

Seandainya aku boleh memilih sebelum dilahirkan, betapa enak menjadi perempuan (karena) tinggal membuka aurat (kemudian) lelaki bekerja keras untuk mendapatkannya.

Cita-citaku ingin menjadi tomboi, (tetapi) mana mungkin (karena) aku hanya (seorang) lelaki. Oh Tuhan tolong hambamu, aku tak sudi (men-) jadi lelaki tomboi. Cita-citaku ingin (men-) jadi lesbian, (tetapi) mana mungkin (karena) aku hanya (seorang) lelaki. Oh Ibu jangan paksa aku, aku tak sudi menjadi homoseks.

(41)

Hatiku sedih (karena) terlahir sebagai seorang lelaki. Oh Tuhan tolong hambamu, (aku tidak mau) terlahir sebagai seorang lelaki. Oh ibu jangan paksa aku (karena) ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi.

Ingat perjuangan belum selesai maka dari itu…

Hatiku sedih (karena) terlahir sebagai seorang lelaki. Oh Tuhan tolong hambamu, (aku tidak mau) terlahir sebagai seorang lelaki. Oh ibu jangan paksa aku (karena) ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi.

Dimana ada kemauan di situ (pasti) ada jalan. Dimana ada kemaluan,di sini ada persoalan.

b. Pembacaan Hermeneutik

Lirik lagu ini menceritakan tentang aku lirik yang ingin menjadi seorang perempuan padahal aku lirik adalah seorang laki-laki. Aku lirik berharap pada Tuhan karena tidak sudi menjadi seorang lelaki. Aku lirik juga menganggap bahwa ibunyalah yang memaksa dia menjadi seorang lelaki padahal sudah takdirnya seperti itu. Lebih detailnya akan dipaparkan pada paragraph selanjutnya.

Cita-citaku ingin menjadi Polwan, mana mungkin aku hanya lelaki Oh Tuhan tolong hambamu, aku tak sudi jadi Bapak Polwan Cita-citaku ingin jadi Bu Ahmad mana mungkin aku hanya lelaki

Oh ibu jangan paksa aku, aku tak sudi jadi Bapak Ahmad (Pidibaiq, 2004)

Larik pertama bait pertama di atas menjelaskan bahwa aku lirik mempunyai keinginan untuk menjadi polwan padahal aku lirik adalah seorang lelaki. Polwan sebagai simbol dari penegak hukum yang diwakili seorang perempuan. Apabila

(42)

polwan melakukan kesalahan atau kurang tegas adalah hal yang wajar karena perempuan mempunyai tingkat perasaan yang tinggi daripada seorang lelaki. Lalu ada larik kedua dijelaskan bahwa aku lirik tidak sudi menjadi Bapak Polwan. Pidibaiq memilih kata Bapak Polwan daripada polisi karena Bapak Polwan memiliki unsur sindiran di dalamnya. Bapak Polwan dapat diartikan sebagai polisi yang kurang tegas. Jadi apabila seorang lelaki tidak dapat menegakkan hukum, maka hal tersebut tidak dapat ditoleransi. Dalam hal ini aku lirik memihak seorang perempuan yang mampu berdedikasi dengan pekerjaannya, meskipun dia memiliki keterbatasan tertentu.

Larik ketiga menjelaskan bahwa aku lirik ingin menjadi Bu Ahmad padahal aku lirik adalah seorang lelaki. Bu Ahmad memiliki arti istrinya Bapak Ahmad. Bu Ahmad adalah simbol seorang ibu yang patuh dengan suaminya. Hal itu dapat dilihat dengan menggunakan nama suami dalam panggilannya maka seseorang istri akan merasa dilindungi. Dengan penyebutan nama tersebut, seorang istri merasa yakin telah menjadi tanggung jawab suaminya. Selain itu, bagi lelaki lain yang hendak mendekatinya tidak akan berani berbuat macam-macam kepadanya karena tahu kalau sudah memiliki suami. Kemudian, pada larik keempat, aku lirik tidak sudi menjadi Bapak Ahmad. Hal ini dapat diartikan bahwa meskipun “Bapak Ahmad” (seorang suami) memiliki tanggung jawab yang besar tetapi bukan berarti tidak memiliki keinginan untuk mempunyai istri lain dan lepas dari tanggung jawab. Dalam hal ini juga Pidibaiq lewat aku lirik menganggap bahwa posisi seorang perempuan sama dengan pria meskipun memiliki keterbatasan tertentu.

Sedih hatiku sedih terlahir sebagai seorang lelaki

Oh tuhan tolong hambamu terlahir sebagai seorang lelaki

(43)

Dalam larik pertama dan kedua pada bait ketiga ini, aku lirik merasa sedih terlahir sebagai seorang lelaki. Aku lirik mempunyai harapan agar Tuhan dapat mengubahnya menjadi seorang perempuan. Lalu pada larik ketiga, aku lirik mengungkapkan rasa keterpaksaannya menjadi seorang lelaki dan mengaitkan hal tersebut dengan zaman Siti Nurbaya. Aku lirik tidak sungguh-sungguh merasa Tuhan dapat mengubahnya menjadi seorang perempuan. Aku lirik juga sebenarnya sudah pasrah terhadap takdir yang telah diterimanya. Namun, Pidibaiq lewat aku lirik menyampaikan rasa sedihnya yang begitu mendalam sampai memohon kepada Tuhan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Manusia dilarang untuk mengubah yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Hukum yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan Tuhan ini tidak boleh diubah dan seseorang harus menjalani hidupnya sesuai dengan kodratnya. Aku lirik tidak semata-mata ingin menjadi seorang perempuan karena dalam bait selanjutnya dijelaskan bahwa seorang perempuan pada kondisi tertentu mempunyai kelemahan.

Seandainya aku boleh memilih sebelum dilahirkan Betapa enak menjadi perempuan

Tinggal membuka aurat

Lelaki bekerja keras untuk mendapatkannya (Pidibaiq, 2004)

Kata /seandainya/ pada larik pertama bait keempat, memiliki arti selain berharap pada sesuatu tetapi juga pasrah terhadap keadaan dan menerima yang sudah menjadi takdir. Satu sisi, aku lirik berharap menjadi seorang perempuan, tetapi di sisi yang lain aku lirik pasrah menjadi laki-laki dan hanya dapat membayangkan betapa bahagianya apabila dapat berubah menjadi perempuan (lihat larik kedua).

(44)

Pada awalnya memang, aku lirik membanggakan menjadi seorang perempuan yang dianggap lebih baik daripada pria. Namun, pada larik ketiga dan keempat, aku lirik justru menjatuhkan kaum perempuan. Aku lirik beranggapan bahwa menjadi seorang perempuan itu sangat mudah karena hanya mempertontonkan kecantikannya, maka banyak pria yang akan berebut untuk mendapatkannya. Dalam kondisi tertentu, memang perempuan diberikan toleransi tetapi apabila perempuan

terlalu memanfaatkan kemudahan tersebut hingga “menjual diri” mereka sendiri

maka hal tersebut merupakan salah kaprah.

Sampai di sini, aku lirik ternyata bukan semata-mata ingin mengungkapkan bahwa menjadi perempuan itu lebih baik daripada lelaki, tetapi justru menyindir seorang perempuan yang memanfaatkan tubuhnya untuk hal yang salah. Sindiran tersebut dapat ditujukan kepada pelacur, seorang perempuan yang membuka auratnya hanya untuk memanfaatkan lelaki, atau dapat saja kepada seseorang yang menjual orang lain untuk mendapatkan uang. Dengan kata lain, kecantikan yang sudah diberi oleh Tuhan tidak disyukuri tetapi dimanfaatkan untuk sesuatu yang tidak baik.

Pada larik keempat, ternyata lelaki pun tidak luput dari kesalahan. Beberapa lelaki bekerja tidak berdasarkan untuk mendapat rida Allah tetapi hanya ingin memuaskan nafsu belaka. Mereka memanfaatkan uangnya untuk mendapatkan sesuatu yang haram salah satunya untuk memnyewa pelacur misalnya. Mereka tidak lagi berpikir tentang peraturan agama tetapi tertuju seorang perempuan semata.

Cita-citaku ingin menjadi tomboi mana mungkin aku hanya lelaki Oh Tuhan tolong hambamu aku tak sudi jadi lelaki tomboi

Cita-citaku ingin jadi lesbian mana mungkin aku hanya lelaki

(45)

5. Lirik Lagu Lagu Timur a. Pembacaan Heuristik

Jangan takut (dengan) preman, (karena) preman juga makan nasi. Jangan takut polisi, (karena) kalau tidur kita gilas. Jangan takut (dengan) tentara, (karena) tentara juga punya (rasa takut terhadap) istri. Jangan takut (dengan) Mike Tyson, (karena di masa) tuanya nanti (akan mengidap penyakit) Parkinson. Jangan takut (dengan) Mak Lampir, (karena) Mak Lampir itu (adalah) Farida Pasha. Jangan takut (dengan) tetangga, (karena) rumah kita pakai pagar.

Takutlah jika kau dibenci (dan) dijauhi (oleh) teman-teman (sehingga) (menjadi) sepi, hidupmu sendiri.

Jangan takut (dengan) ibu, (karena) ibu uangnya dari ayah. Jangan takut tidak naik kelas, (karena) tinggal pindah sekolah. Jangan takut (dengan) monster, (karena) monster galak luarnya doang (dari luar saja yang galak). Jangan takut (dengan) neraka, (karena) (dengan) banyak ibadah masuk (akan) surga.

b. Pembacaan Hermeneutik

Lagu Timur dibuat oleh Pidibaiq untuk menasihati anaknya. Lagu Timur

diambil dari nama anaknya yang bernama Timur. Frasa “jangan takut” diulang beberapa kali dalam lirik tersebut. Hal itu menandakan bahwa Pidibaiq terinspirasi dari Timur yang sedang merasa ketakutan. Rasa takut yang diungkapkan dalam lirik lagu tersebut mewakili rasa takut pada anak-anak lain. Secara umum, seseorang memiliki rasa takut yang berbeda-beda. Pidibaiq mengingatkan anaknya dan juga

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena umum yang sering terjadi disini adalah nasabah harus antri dan menunggu sebelum mendapatkan pelayanan dalam upaya mendapatkan pelayanan dari teller, nasabah sering

Karakter morfologi daun ke 25 aksesi jambu mete hasil persilangan pada karakter kualitatif bervariasi terutama pada karakter bentuk daun, bentuk pangkal daun,

Data penelitian yang digunakan adalah data yang berasal dari perusahaan Matahari Dept Store. Data penelitian yang diperoleh dijadikan sebagai objek untuk menerapkan

Kegiatan Workshop “Gender Mainstreaming untuk Lebih Meningkatkan Gender Responsif dlam FM & SNRM bagi MSF Working Group/GRPs, pendamping, dan motivator desa dilaksanakan selama 2

Demikian pula terhadap kelompok penganut sekte Buddha Sam Kaw Hwee dan Buddha Jawi Wisnu yang karena kesamaan­ kesamaan yang ada, membentuk identitas baru menjadi sekte Agama

Minuman instan ini berbahan dasar sari daun beluntas dan kunyit dengan penambahan air jeruk nipis. Penelitian ini bertujuan 1)mengetahui pengaruh proporsi sari

Melihat pentingnya uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerapan metoda value added

Dalam pengambilan keputusan karyawan kurang dilibatkan karena perusahaan ini sudah mempunyai standart yang harus dikerjakan jadi hal ini mengakibatkan penurunan