• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK MITRASANA PEKAYON KEMANDORAN

JL. KOPRAL BOSAN RT 02/22 NO. 152 PEKAYON JAYA

BEKASI SELATAN PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NOVA LISA

1306343965

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2014

(2)

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK MITRASANA PEKAYON KEMANDORAN

JL. KOPRAL BOSAN RT 02/22 NO. 152 PEKAYON JAYA

BEKASI SELATAN PERIODE JANUARI – FERBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

NOVA LISA 1306343965

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2014

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Mitrasana ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

2. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

3. Selvyana C. Palit, S.Si, Apt., selaku Manajer Operasional PT. Millenia Dharma Insani dan selaku Pembimbing PKPA yang telah membimbing dan memberikan inspirasi kepada penulis selama PKPA berlangsung.

4. Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, M.S., Phd., selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan laporan PKPA.

5. Bapak Sie Djohan selaku Director of Corporate Business Development & Management System PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah bersedia memberikan kesempatan praktek kerja di apotek Mitrasana.

6. Bapak dr. Sandy Qlintang selaku Direktur PT. Millenia Dharma Insani. 7. Ibu Hubertina Indrawati S.Si., Apt, selaku Regional Manager di PT.

Millenia Dharma Insani yang telah bersedia memberikan penjelasan dan memberikan arahan kepada penulis selama PKPA.

8. Bu Titin Yuliyanti selaku Area Manager Mitrasana Bekasi Selatan yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengetahuan.

9. Rani Halimah, S.Farm, selaku Store Manager gerai Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran yang telah memberikan banyak bimbingan dan

(7)

vii

10. Seluruh karyawan dan staf PT. Millenia Dharma Insani.

11. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

12. Seluruh keluarga tercinta, terutama amak, ayah, abang-abang, serta adik penulis atas kasih sayang, dukungan, perhatian, semangat dan doa yang telah diberikan, yang senantiasa sabar dan tanpa lelah memberikan dukungan moril dan materil serta semangat, motivasi, dan bantuan kepada penulis

13. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia Angkatan LXXVIII atas kebersamaan dan dukungan selama ini

14. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis 2014

(8)
(9)

ix

Nama : Nova Lisa, S. Farm

NPM : 1306343965

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran Jalan Kopral Bosan Rt 02/22 No.152 Pekayon Jaya Bekasi Selatan Periode Januari – Februari 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran bertujuan untuk memahami tugas pokok, fungsi dan peran Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon Apoteker untuk beradaptasi langsung pada lingkungan kerja kefarmasian yang sebenarnya di apotek serta memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran. Tugas khusus yang diberikan berjudul Analisis Profil Pelanggan Gerai Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran (MSA PKM) Periode Januari-Februari 2014. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil pelanggan apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran berdasarkan segmentasi demografi, segmentasi psikografi dan segmentasi prilaku.

Kata kunci : Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran, Apotek, Profil pelanggan,

Tugas umum : xiv + 53 halaman; 7 gambar; 12 lampiran Tugas khusus : v + 25 halaman; 1 gambar; 4 tabel; 1 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 19 (1978-2011)

(10)

x

Name : Nova Lisa, S. Farm

NPM : 1306343965

Program Study : Apothecary profession

Title : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran Jl. Kopral Bosan Rt 02/22 No. 152 Pekayon Jaya Bekasi Selatan Period January - February 2014

Apothecary Profession Internship (PKPA) at Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran aims to understand the main tasks, functions and roles of Manager Pharmacist Pharmacy (APA) in pharmacies and provide an opportunity for prospective students to adapt Pharmacists directly on the actual working environment of pharmacy in pharmacy and understand the management and administration systems in Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran. Given a special assignment titled Customer Profile Analysis Apotek outlets Mitrasana Pekayon Kemandoran (MSA PKM) Period January-February 2014. The purpose of the special assignment is to determine customer profiles based pharmacy Mitrasana Pekayon Kemandoran demographic segmentation, psychographic segmentation and behavioral segmentation.

Keywords : Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran; Pharmacy; Customer Profile

General Assignment : xiv + 53pages; 7 pictures; 12 appendices Specific Assignment : v + 25 pages; 1 picture; 4 tables; 1 appendice Bibliography of General Assignment : 19 (1978-2011)

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1 1.2. Tujuan ... 3 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK ... 4 3 2.1. Pengertian Apotek ... 4 3 2.2. Landasan Hukum Apotek ... 5 3 2.3. Tugas dan Fungsi Apotek ... 2.4. Persyaratan Apotek ... 2.5. Tata Cara Perizinan Apotek ... 2.6. Tenaga Kerja Apotek ... 2.7. Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek ... 2.8. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ... 2.9. Pencabutan Surat Izin Apotek ... 2.10. Pengelolaan Apotek ... 2.11. Sediaan Farmasi di Apotek ... 6

4 4 6 7 8 10 10 12 16 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ... 30 26 3.1. PT. Kalbe Farma ... 30 26 3.2. PT. Millenia Dharma Insani... ... 30 29 3.3. Mitrasana Apotek-Healthmart-Laboratorium-Dokter... ... 31

BAB 4. PEMBAHASAN ... .. 0 4.1. Sejarah dan Lokasi Mitrasana Pekayon Kemandoran ... .. 4.2. Tata Ruang ... . 4.3. Kegiatan di Apotek Mitrasana Pekayon Kemandoran ... ..

39 39 39 42

(12)

xii 5.1. Kesimpulan………... 5.2. Saran ... 1 DAFTAR ACUAN ... 2 50 50 51

(13)

xiii

Gambar 2.1 Matriks VEN-ABC ... 15

Gambar 2.2 Logo golongan Obat ... 18

Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas ... 18

Gambar 3.1 Logo Kalbe ... 29

Gambar 3.2 Logo Mitrasana ... 32

Gambar 4.1 (a)Lemari Obat Ethical Tablet Kategori Obat Paten; (b) Lemari Obat Ethical Tablet Kategori Obat Generik; (c) Lemari Obat Ethical Sirup, Tetes Mata, dan Tetes Telinga ... Gambar 4.2 a)Lemari Obat OTC strip, Topical Krim, P3K; (b) Lemari Obat OTC Vitamin Sirup ... ix

15 17 18 28 31 40 41

(14)

xiv

Lampiran 1. Struktur Organisasi Perseroan ... 15 Lampiran 2. Struktur Organisasi Grup Kalbe ... 18 Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Millenia Dharma Insani dan Struktur

Organisasi Operasional………...

Lmapiran 4. SOP Penjualan OTC/ Minimarket ... 29 Lampiran 5. SOP Penjualan Obat Resep Dalam ... 32 Lampiran 6. SOP Penjualan Obat Resep Luar ... Lampiran 7. SOP Pendaftaran Klinik ... ix Lampiran 8. SOP Pendaftaran Pasien Baru ... Lampiran 9. SOP Klinik atau Praktek Dokter ... Lampiran 10. SOP Pelayanan Laobratorium atau Rontegen ... Lampiran 11. SOP Pengambilan Sampel ... Lampiran 12. SOP Rujukan Sampel Laboratorium ... Lampiran 13. SOP Layanan Antar………...

55 56 57 59 60 63 64 65 66 67 68 69 70

(15)

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2011). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan.

Menurut SK Menkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan ini salah satunya dapat diwujudkan dengan pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, persediaan obat-obatan yang memadai, berkualitas, aman, distribusi merata, dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan yang dilakukan perlu didukung pula oleh saran kesehatan yang memadai. Salah satu sarana kesehatan yang dapat digunakan untuk mendukung terwujudnya derajat kesehatan ini adalah apotek.

Berdasarkan KepMenKes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Selain itu, apotek juga berperan sebagai tempat dilakukannya pelayanan farmasi secara langsung kepada pasien guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Atas dasar inilah pemerintah menetapkan bahwa hanya Apoteker yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan Apotek.

Di apotek, Apoteker bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan yang berlangsung seperti melakukan praktek kefarmasian di apotek yang meliputi

(16)

Universitas Indonesia

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, 2009). Selain sebagai tempat dilaksanakan kegiatan professional, apotek juga merupakan suatu tempat bisnis. Sehingga apoteker juga harus menguasai kemampuan manajerial seperti keuangan, manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), akutansi, serta manajemen operasional (Aliya, 2011).

Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia mewajibkan semua calon apoteker yang menjalani Program Pendidikan Profesi Apoteker untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek. Salah satu apotek yang menjadi tempat pelaksanaan PKPA tersebut adalah Apotek Miitrasana. Melalui PKPA di Apotek Mitrasana yang dilaksanakan mulai tanggal 13 Januari sampai 14 Februari 2014, diharapkan calon apoteker akan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang farmasi komunitas.

1.2. Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Mitrasana yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bertujuan untuk:

a. Mengetahui dam memahami bagaimana mekanisme kegiatan apotek mitrasana secara umum

b. Memahami fungsi dan peranan apoteker dalam mengelola apotek secara profesional.

c. Mengetahui pengelolaan obat dan alat kesehatan di apotek, baik dari aspek manajerial maupun administratif di lingkungan apotek tempat PKPA.

(17)

3 Universitas Indonesia

2.1 Pengertian Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2002).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep Dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Presiden Republik Indonesia, 2009).

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang berlandaskan pada :

a. Undang - Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang - Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang - Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Undang - Undang Obat Keras (St 1937 No. 541).

e. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. f. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker dan

Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/1995.

g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

(18)

h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan fungsi apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 adalah (Presiden Republik Indonesia, 2009):

a. Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker

b. Sarana penyelenggaraan pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error).

2.4 Persyaratan Apotek

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin suatu Apotek adalah sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat dan perlengkapan yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

komoditi lain di luar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah Apotek adalah :

a. Lokasi dan Tempat.

(19)

Universitas Indonesia

mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, Dokter praktek, dan sarana pelayanan kesehatan lain.

b. Bangunan dan Kelengkapan.

Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor SIPA, dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik.

c. Perlengkapan Apotek

Semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek dan perlengkapan apotek adalah:

1. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, seperti timbangan, mortar, dan gelas ukur.

2. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin.

3. Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. 4. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik, dan bahan beracun. 5. Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana seperti

erlenmeyer, dan gelas ukur.

6. Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, dan salinan resep.

7. Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru.

(20)

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek

Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993, mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek dinyatakan bahwa :

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan Apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat- lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5.

(21)

Universitas Indonesia

Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan surat penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6.

g. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan.

h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.

2.6 Tenaga Kerja Apotek

Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari : a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin

Apotek (SIA).

b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengwasan apoteker.

Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari

a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.

b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang.

(22)

c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

2.7 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek. Sebelumnya, apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi apoteker. Namun sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap tenaga kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga kefarmasian yang merupakan seorang apoteker, maka wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau distribusi farmasi.

Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuia dengan tempat pekerjaan kefarmasian yang dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan :

(23)

Universitas Indonesia

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN.

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran.

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.

e. Fotocopi KTP

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut :

a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker. c. Memiliki SIK dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain.

Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.

(24)

2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker

Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu :

a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping.

b. Apabila APA dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.

c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

f. Penunjukkan apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.

2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila:

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek, dan atau

(25)

Universitas Indonesia

b. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten, dan atau

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus, dan atau

d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Obat Keras Nomor.St. 1937 No. 541, undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan, dan atau

e. Surat Izin Kerja APA dicabut dan atau Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat, dan atau f. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan.

Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti, wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu, dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

(26)

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci.

Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.

2.10 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan dan pengarahan seluruh kegiatan apotek dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek secara lebih efektif untuk memenuhi tugas dan fungsi utamanya. Pada dasarnya pengelolaan Apotek dapat dibedakan menjadi pengelolaan kefarmasian, managerial, dan administrasi (APTFI, 2008).

2.10.1 Pengelolaan Pelayanan Kefarmasian

Pengelolaan pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan atas resep, pelayanan OTR, OWA, obat keras, psikotropika dan narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya, pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi terhadap masyarakat serta monitoring penggunaan obat. Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi:

a. Apotek wajib melayani resep Dokter, Dokter spesialis, Dokter gigi, dan Dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.

b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah.

c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten, namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat generik.

d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM.

(27)

Universitas Indonesia

e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat.

g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.

h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.

i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun.

j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. k. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti

diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

2.10.2 Pengelolaan Managerial

Pengelolaan managerial di apotek meliputi administrasi, pengelolaan perbekalan farmasi dan pengelolaan sumber daya manusia. Aspek administrasi merupakan aspek yang menangani pengelolaan pembukuan, laporan dan resep. Sedangkan pengelolaan perbekalan farmasi meliputi aspek-aspek berikut, mulai dari perencanaan pengadaan obat, cara pemesanan obat, cara penyimpanan obat, penjualan obat dan pengelolaan obat rusak dan daluwarsa.

Pengaturan penyediaan obat (managing drug supply) merupakan hal yang sangat penting di apotek. Persediaan obat yang lengkap di apotek merupakan salah satu cara untuk menarik kepercayaan (pasien), namun banyaknya obat yang tidak laku, rusak, dan kadaluarsa dapat menyebabkan kerugian apotek. Untuk

(28)

mencegah hal tersebut, diperlukan keseimbangan antara besar persediaan dan besarnya permintaan dari suatu barang yang disebut pengendalian persediaan barang (inventory control).

Untuk mengendalikan persediaan obat diperlukan pencatatan mengenai arus keluar masuk barang sehingga ada keseimbangan antara obat yang terjual dengan obat yang harus dipesan kembali oleh apotek. Pemesanan barang disesuaikan dengan besarnya omset penjualan pada waktu yang lalu. Perencanaan pembelian harus sesuai dengan kebutuhan apotek yang dapat dilihat dari buku defekta, bagian penerimaan resep dan penjualan obat bebas. Pembelian dapat dilakukan secara tunai, kredit, dan konsinyasi.

Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, J. D., Rankin, J. R., Laing, R. O., & O’Connor, R. W., 1997) :

a. Analisis VEN

Umumnya disusun dengan memperlihatkan kepentingan dan vitalitas persediaan farmasi yang harus tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan yaitu :

1. V (Vital), maksudnya persediaan tersebut penting karena merupakan obat penyelamat hidup manusia atau obat penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.

2. E (Esensial), maksudnya perbekalan yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak yang ada pada suatu daerah atau rumah sakit.

3. N (Non esensial), maksudnya perbekalan pelengkap agar pengobatan menjadi lebih baik.

b. Analisis PARETO (ABC)

Analisis ini disusun berdasarkan atas penggolongan persediaan yang mempunyai volume dan harga obat. Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC:

(29)

Universitas Indonesia

1. Kelas A: persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 75-80% dari total nilai persediaan meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh item. Memiliki dampak biaya yang tinggi. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif.

2. Kelas B: persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar 15-20% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara moderat.

3. Kelas C: persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 60-80% dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana.

c. Kombinasi VEN-ABC

Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Analisis VEN-ABC menggabungkan analisis pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut :

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Gambar 2.1 Matriks VEN – ABC

Matriks di atas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan Semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat non-esensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Parameter pengendalian persediaan yang pertama yaitu persediaan rata- rata yang dihitung dengan menjumlahkan stok awal dan stok akhir kemudian

(30)

dibagi dua. Berdasarkan data persediaan rata-rata dapat dihitung tingkat perputaran persediaan. Parameter kedua adalah perputaran persediaan yang dihitung dengan membagi jumlah penjualan dengan persediaan rata-rata. Data perputaran persediaan ini dapat mengetahui lamanya obat disimpan di Apotek hingga barang tersebut terjual. Barang-barang yang perputaran persediaannya cepat, dengan arti barang tersebut telah dijual sebelum pembayaran jatuh tempo (fast moving) harus tersedia lebih banyak disbanding barang yang perputaran persediaannya lambat, yang berarti barang tersebut belum berhasil dijual sebelum jatuh tempo pembayaran (slow moving).

Parameter yang ketiga adalah persediaan pengaman (safety stock) yaitu persediaaan barang yang ada untuk menghadapi keadaan tidak menentu disebabkan oleh perubahan pada permintaan atau kemungkinan perubahan pada pengisian kembali. Parameter yang keempat adalah persediaan maksimum. Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan terbesar yang tersedia. Jika telah mencapai nilai persediaan maksimum maka tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya penimbunan barang yang dapat menyebabkan kerugian.

Parameter kelima adalah persediaan minimum yang merupakan jumlah persediaan terkecil yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum, maka dapat terjadi kekosongan barang. Parameter keenam yaitu reorder point (titik pemesanan) merupakan titik dimana harus diadakan pemesanan kembali untuk menghindari terjadinya kekosongan barang.

2.10.3 Pengelolaan Administrasi dan Perundang-undangan

Pengelolaan Administrasi dan Perundang-undangan di Apotek berupa aspek legal pendirian apotek, administrasi pembelian, administrasi penjualan, administrasi pajak, serta administrasi pelayanan di Apotek.

2.11 Sediaan Farmasi di Apotek

(31)

Universitas Indonesia

1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini berdasarkan tingkat keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Departemen Kesehatan RI, 1997).

2.11.1 Obat OTC (Over The Counter)

Obat-obat yang boleh dibeli oleh pasien tanpa resep dokter disebut obat OTC (Over The Counter). Contoh dari obat OTC ini adalah obat bebas dan obat bebas terbatas.

a. Obat Bebas

Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter adalah obat bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Obat Bebas

Obat Bebas Terbatas

Obat Keras

Narkotika

(32)

b. Obat Bebas Terbatas

Obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan disebut obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Kementerian Kesehatan, 2006). Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas

2.11.2 Obat Ethical

Obat yang diperoleh oleh pasien dengan adanya resep dari dokter disebut obat ethical. Contoh obat ethical yaitu obat keras, psikotropika, dan narkotika. a. Obat Keras

Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut obat keras. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, psikotropika, dan beberapa obat ulkus lambung dan semua obat injeksi.

b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

(33)

Universitas Indonesia

perilaku. Psikotropika yang digolongkan menjadi (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997) :

1) Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika golongan I adalah ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko/jamur tahi sapi), LSD (lisergik deitilamid), dan meskalin (kaktus amerika).

2) Psikotropika golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika golongan II adalah amfetamin, metakualon, dan metilfenidat. Sekarang obat psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam obat narkotika golongan I.

3) Psikotropika golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina. 4) Psikotropika golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan IV adalah barbital, bromasepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, dan klorazepam.

Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut : 1) Pemesanan

Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA.

(34)

Satu surat pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat tiga rangkap. Berbeda dengan narkotika, pemesanan psikotropika dapat ditujukan kepada PBF mana saja yang menjual jenis psikotropika yang diperlukan.

2) Penyimpanan

Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus.

3) Penyerahan

Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam keadaan menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit dalam keadaan darurat dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek dengan adanya resep dokter.

4) Pelaporan

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM atau Balai POM setempat.

5) Pemusnahan

Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan

(35)

Universitas Indonesia

tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan psikotropika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan.

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalaha untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika.

c. Narkotika

Definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009) :

1) Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah heroin, kokain, ganja, dan obat-obat psikotropika golongan I dan II.

2) Narkotika golongan II

Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah morfin, petidin, dan metadon.

(36)

3) Narkotika golongan III

Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah kodein.

Pengaturan narkotika dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan prekursor narkotika. Peraturan ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk :

1) Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2) Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan Bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika.

3) Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

4) Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika.

Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut : 1) Pemesanan

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan di Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam narkotika. Surat pesanan tersebut terdiri dari empat rangkap yang masing-masing akan diserahkan ke BPOM, Suku Dinas Kesehatan, distributor, dan untuk arsip apotek.

2) Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan stempel apotek (Departemen Kesehatan RI, 1978). Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk

(37)

Universitas Indonesia

menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b) Harus mempunyai kunci yang kuat.

c) Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

d) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

e) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

f) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan.

g) Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

3) Pelayanan resep

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No.336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.

(38)

4) Pelaporan

Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus pengunaan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan Balai Besar POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.

5) Pemusnahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.

2.11.3 Obat Wajib Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

347/MENKES/SK/VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. OWA bertujuan untuk pelaksanaan swamedikasi di apotek. Swamedikasi adalah pelayanan farmasi yang memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih sendiri tindakan pengobatan berdasarkan penyakit yang diderita dengan bantuan

(39)

Universitas Indonesia

rekomendasi dari apoteker. Obat-obat yang digunakan untuk pelaksanaan swamedikasi meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA. Swamedikasi bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dengan ditunjang melalui sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.

b. Meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993, obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia dua tahun, dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di apotek diwajibkan untuk :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

(40)

3.1 PT. Kalbe Farma

3.1.1 Sejarah dan profil perusahaan (Kalbe, 2010)

PT. Kalbe Farma, Tbk. (Kalbe), didirikan pada tahun 1966, tepatnya pada tanggal 10 September, oleh enam orang bersaudara yang dipimpin dr. Boenjamin Setiawan, Ph. D. (yang lebih dikenal sebagai dokter Boen) dan Fransiskus Bing Aryanto dengan tekad membantu manusia Indonesia meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan kesejahteraan mereka. PT. Kalbe Farma, Tbk., berawal dari sebuah bisnis farmasi yang beroperasi di sebuah garasi rumah yang berlokasi di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Visi yang tajam, jiwa wirausaha yang tinggi, serta kerja keras para pendiri dan seluruh karyawan telah menyebabkan Kalbe terus berkembang dan menjadi perusahaan yang sukses. Saat ini, setelah lebih dari 40 tahun beroperasi, PT. Kalbe Farma, Tbk., diakui pada tingkat regional sebagai perusahaan farmasi terbesar se-Asia Tenggara.

Meskipun telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun, Kalbe masih memiliki banyak tujuan yang ingin dicapai. Pengembangan usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap perusahaan farmasi lain, membangun merek produk yang unggul dan menjangkau pasar internasional, dalam rangka transformasi Kalbe menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.

Grup Kalbe telah menangani portofolio merek yang handal dan beragam untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan dan distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta outlet. Kalbe telah berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam masing-masing kategori terapi dan segmen industri, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai pasar internasional,

(41)

Universitas ndones a

dengan produk-produk kesehatan dan obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti Promag®, Mixagrip®, Woods®, Komix®, Prenagen® dan Extra Joss®.

Pembinaan dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja internasional telah mendorong pengembangan usaha Kalbe di pasar internasional. Pada akhir tahun 2005, pangsa pasar internasional Kalbe telah meluas hingga Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Kerja sama internasional juga dimanfaatkan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek riset dan pengembangan yang canggih, serta memberi kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan dan farmasi, termasuk riset sel punca.

Pelaksanaan konsolidasi grup pada tahun 2005 telah memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha Kalbe, baik di tingkat nasional maupun internasional. Saat ini, sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara, Kalbe memiliki saham yang telah tercatat di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas US$ 1 miliar dan penjualan melebihi Rp 7 triliun. Posisi kas yang sangat baik saat ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha Kalbe di masa mendatang. Dengan dukungan finansial yang kuat dan sumber daya yang berkualitas, Kalbe akan terus berinovasi dan berkembang untuk mencapai cita-cita perusahaan, menjadi pemimpin dalam sektor bisnis farmasi di Indonesia, serta mempersiapkan diri menghadapi tantangan global.

3.1.2 Nama dan Logo (Kalbe, 2010)

Logo Kalbe menggunakan double helix DNA yang melambangkan komitmen dalam mengabdikan ilmu untuk kesehatan dan kesejahteraan. Warna hijau sebagai warna dasar digunakan untuk melambangkan kehidupan, pertumbuhan, dan inovasi. Pada bulan Maret 2007, Kalbe memperkenalkan logo baru dan pada logo baru tersebut, Kalbe tetap mempertahankan simbol double helix DNA tetapi penggambarannya diperbaharui sebagai wujud dua manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Kalbe yang baru lebih dinamis, siap menghadapi hal-hal

(42)

baru, serta mempertegas fokus Kalbe kepada masyarakat, kepedulian, dan rasa berbagi. Adapun logo Kalbe dapat dilihat pada Gambar 3.1.

[Sumber: Kalbe, 2010] Gambar 3.1 Logo Kalbe 3.1.3 Visi dan Misi (“Laporan Tahunan”,2009) 3.1.3.1 Visi

Menjadi perusahaan yang dominan dalam bidang kesehatan di Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan merek dagang yang kuat, didasarkan oleh manajemen, ilmu dan teknologi yang unggul.

3.1.3.2 Misi

Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.

3.1.4 Motto (“Laporan Tahunan”, 2009)

“The Scientific Pursuit of Health for a Better Life” atau penelusuran ilmiah terhadap dunia kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.

3.1.5 Core Value (Nilai Inti) (“Laporan Tahunan”, 2009)

Core Value yang dianut oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Sebagai berikut: a. Memberikan Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan.

b. Gigih untuk Mencapai yang Terbaik. c. Kerjasama yang Kokoh. d. Inovasi. e. Lincah.

f. Integritas.

3.1.6 Struktur Organisasi Perseroan (“Laporan Tahunan”, 2009)

Bagan struktur organisasi perseroan dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.7 Struktur Organisasi Grup Kalbe

(43)

Universitas ndones a

3.2 PT. Millenia Dharma Insani 3.2.1 Pendahuluan

PT. Millenia Dharma Insani merupakan anak perusahaan dari Grup Kalbe yang memiliki fokus usaha pada bisnis jaringan apotek, healthmart, praktek dokter, dan laboratorium. Bagan struktur organisasi PT. Millenia Dharma Insani sebagai anak perusahaan Grup Kalbe dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.2.2 Tugas Dan Fungsi

Berdasarkan struktur organisasi PT. Millenia Dharma Insani, terdapat tujuh bagian utama yang saling mendukung dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda.

3.2.2.1 Operasional (Operational)

Tugas pokok manajer operasional adalah mengelola seluruh kegiatan operasional gerai, yang meliputi:

a. Pendapatan dan laba (revenue and profit). b. Penanganan aset (asset handling).

c. Penanganan persediaan (inventory handling).

d. Penanganan sumber daya manusia (people handling).

e. Menaungi beberapa manajer area, dan setiap manajer area membawahi store manager yang bertanggung jawab langsung terhadap kegiatan operasional gerai. Manajer operasional juga dibantu oleh Koordinator Pelayanan Medis yang bertugas mengawasi kualitas pelayanan di seluruh gerai Mitrasana, memberi pelatihan pelayanan medis, serta pencarian dan penerimaan staf medis.

3.2.2.2 Supply Chain Management

Supply Chain Management bertugas mengelola pembelian dan pengadaan barang yang dibutuhkan oleh seluruh gerai. Supply Chain Management terbagi ke dalam tiga divisi, yaitu Divisi Merchandise, Divisi Purchasing, dan Divisi Logistik

(44)

3.2.2.3 Pengembangan Bisnis (Business Development)

Manajer bagian Pengembangan Bisnis PT. Millenia Dharma Insani bertugas mengembangkan jenis-jenis usaha dan layanan yang prospektif, serta menjalin kerja sama dengan investor dan perusahaan.

3.2.2.4 Keuangan (Finance)

Manajer Keuangan bertugas mengatur dan mengelola keuangan perusahaan, termasuk pendapatan dan biaya dari seluruh gerai, agar efisien.

3.2.2.5 Teknologi Informasi (Information Technology)

Tugas Manajer Teknologi Informasi mencakup perancangan program komputer untuk pengelolaan dan operasional seluruh gerai, perancangan jaringan online di dalam setiap gerai, dan perancangan jaringan semionline antara setiap gerai dengan kantor pusat.

3.2.2.6 Sumber Daya Manusia dan Bagian Umum (Human Resource and General Affair)

Bagian ini bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pelatihan karyawan, mengurus pembayaran gaji karyawan, dan mengurus hal-hal perizinan dan hal-hal yang berhubungan dengan hukum.

3.2.2.7 Network Development

Bagian ini bertugas untuk membangun jaringan dengan pihak lain di luar Mitrasana, termasuk membangun jaringan dengan pihak asuransi.

3.2.2.8 Pemasaran (Marketing)

Bagian ini bertugas untuk menyusun dan merancang progam promosi dan sales focus di setiap gerai Mitrasana.

(45)

Universitas ndones a

3.3 Mitrasana Apotek – Healthmart – Laboratorium – Dokter 3.3.1 Pendahuluan

Mitrasana didirikan pada tanggal 18 Januari 2008 di Cikarang baru oleh pendiri Grup Kalbe, yaitu dr. Boenjamin Setiawan, Ph. D. Mitrasana didirikan di bawah badan usaha PT. Millenia Dharma Insani, dimana PT ini sudah didirikan sejak 18 Desember 2003. Pendirian sarana pelayanan kesehatan Mitrasana dilatarbelakangi oleh dua hal. Pertama, Mitrasana berupaya mendukung program pemerintah dalam hal memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care) yang bermutu dan terjangkau. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dimaksud adalah pelayanan dokter umum dan pelayanan ini diharapkan dapat diakses oleh masyarakat, baik dari kalangan ekonomi bawah, menengah, maupun dari kalangan ekonomi atas.

Kedua, Mitrasana diharapkan menjadi strategic alignment bagi seluruh satuan unit bisnis Grup Kalbe, yaitu memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh karyawan Grup Kalbe.

3.3.2 Nama dan Logo

Nama Mitrasana berasal dari dua kata, yaitu “mitra” yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sahabat, partner, atau rekan, dan “sana” yang berasal dari bahasa Latin dan berarti sehat, sehingga Mitrasana ingin merangkul pasien atau pelanggan dengan menjadi sahabat mereka di bidang kesehatan. Hal ini juga ditunjukkan pada logo Mitrasana yang menggambarkan penyedia layanan kesehatan dan pelanggan yang bergandengan tangan. Bentuk logo yang menyerupai hati menggambarkan bahwa pelayanan di Mitrasana dilakukan dengan sepenuh hati. Adapun logo Mitrasana dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(46)

3.3.3 Visi dan Misi 3.3.3.1 Visi

Menyediakan pelayanan kesehatan tingkat I yang mudah terjangkau dan berkualitas (One stop services – Apotek – Healthmart – Laboratorium - Dokter Keluarga) di Indonesia dengan harga terjangkau

3.3.3.2 Misi

Meningkatkan kesehatan demi kehidupan yang lebih baik

3.3.4. Moto

Solusi sehat yang nyaman dan terjangkau bagi Anda dan keluarga.

3.3.5. Core Value (Nilai Inti)

Nilai inti yang dijunjung oleh Mitrasana adalah Panca Sradha, yaitu: a. Trust (Kepercayaan)

Kepercayaan adalah perekat hidup kami. Trust mencakup:

1) Menghargai orang lain dan memperlakukan mereka seperti kita ingin diperlakukan.

2) Mempercayai bahwa setiap orang punya potensi dan percaya bahwa setiap orang mampu menggunakan potensinya semaksimal mungkin.

3) Menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran.

b. Mindfulness (Kesadaran)

Kesadaran adalah dasar dari setiap tindakan kami. Mindfulness mencakup:

1) Peka dan peduli terhadap harapan seluruh pemangku kepentingan. 2) Peka dan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan.

3) Menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan.

c. Innovation (Inovasi)

Inovasi merupakan kunci keberhasilan kami. Innovation mencakup: 1) Menghargai semangat kewirausahaan dengan menjadi pelopor yang

(47)

Universitas ndones a

inovatif.

2) Tekat untuk meningkatkan kualitas hidup melalui inovasi berdasarkan kebutuhan pelanggan dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.

3) Senantiasa menerapkan cara-cara baru dalam berbisnis untuk memenangkan persaingan.

d. Strive To Be the Best (Bertekad untuk Menjadi yang Terbaik) Tekad untuk menjadi yang terbaik mencakup:

1) Menginspirasi dan membekali setiap individu untuk mencapai sasaran yang menantang.

2) Membudayakan proses belajar dan perbaikan yang berkesinambungan.

e. Interconnectedness (Saling keterkaitan)

Interconnectedness adalah panduan hidup kami. Hal ini mencakup: 1) Mengutamakan kerja sama tim dalam keragaman budaya dengan suasana

kerja yang hangat dan menyenangkan.

2) Percaya bahwa kesuksesa perusahaan bergantung pada keharmonisan karyawan dan keluarganya.

3) Berkontribusi pada masyarakat dan manfaat sumber daya lingkungan secara bertanggung jawab untuk menjaga kesinambungan.

3.3.6 Organisasi Operasional Gerai Apotek Mitrasana

Secara struktural organisasi operasional di gerai Apotek Mitrasana dipimpin oleh seorang SM (Store manager), dengan anggota perawat, asisten apoteker, kasir, kurir dan ahli laboratorium (untuk gerai apotek mitrasan yang dilengkapi dengan Laboratorium). Setiap SM di gerai apotek bertanggung jawab penug kepada AM (Area Manager). AM dipimpin langsung oleh seorang ROM (Regional Operasional Manager), dan ROM sendiri diketuai oleh seorang OPR manager (MDP Mitrasana, 2012)

Berdasarkan organisasi operasional ada 4 bagian yang saling berhubungan agar kegiatan apotek bisa berjalan lancar. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing di gerai Apotek Mitrasana yaitu (MDP

Gambar

Gambar 2.1 Matriks VEN – ABC
Gambar 2.2 Logo Golongan Obat
Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas
Gambar 3.1 Logo Kalbe  3.1.3  Visi dan Misi (“Laporan Tahunan”,2009)  3.1.3.1  Visi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Imbalan pascakerja yang di berikan oleh hotel sahid kawanua dalam pencatatan akuntansinya di nilai telah sesuai dengan persyaratan yang di syaratkan oleh PSAK 24,

Hasil pemeriksaan tinja sepuluh individu hewan Primata dan pemeriksaan tanah yang terkontaminasi tinja pada masing- masing kandang hewan Primata di Taman Satwa Kandi

“Sistem Informasi Perpustakaan adalah suatu cara yang digunakan untuk mempermudah pihak manajemen/karyawan dalam proses pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak terutama untuk senyawa yang tidak berwarna yang akan dianalisis yaitu

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

Aktor kabuki memiliki ciri khas khusus yang membedakan dirinya dengan aktor lain pada saat memainkan sebuah peran di atas panggung yaitu Kata (型) yang merupakan gaya berakting

Dari pengamatan perilaku makan diperoleh bahwa bekantan memanfaatkan bagian daun tumbuhan sebagai pakan utamanya yaitu sebesar 95,64 %, diikuti oleh bagian buah

Untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh Current Ratio (CR), Inventory Turnover (ITO), Total Asset Turnover (TATO), Debt to Total Asset (DTA), Return On Asset (ROA)