• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Nilai Perusahaan

Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga utang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan sering diproksikan dengan price to book value. Price to book value dapat diartikaan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham. Nilai perusahaan merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Keberadaan nilai perusahaan sangat penting bagi investor untuk menentukan strategi investasi di pasar

(2)

modal karena melalui price book value, investor dapat memprediksi saham-saham yang overvalued atau undervalued. Price book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio price book value di atas satu, yang mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price book value yang tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan (Mega, 2010).

Penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan telah dilakukan. Miller dalam Kusuma Wardani (2011) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power semakin efisien perputaran asset atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Sementara itu kebijakan utang juga akan akan terkait dengan nilai perusahaan. Dengan mempertimbangkan pajak, maka nilai perusahaan atau harga saham akan ditentukan oleh struktur modalnya. Walaupun pada kenyataanya, tidak semua perusahaan menginginkan harga saham tinggi karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk membelinya. Itulah sebabnya harga saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin, harga saham tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk pada citra perusahaan dimata investor.

Terdapat variabel-variabel kuantitatif yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara lain:

(3)

1. Nilai buku

Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada atau modal pemilik.

2. Nilai pasar perusahaan

Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.

3. Nilai appraisal

Perusahaan yang berdasarkan appraiser independent akan mengijinkan pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva perusahaan meningkat.

2.1.2 Kepemilikan Manajerial

Dalam agency theory, hubungan antara pemegang saham dengan manajer digambarkan sebagai hubungan antara agen dengan principal. Manajer sebagai agen dan pemilik perusahaan sebagai principal. Agen diberikan mandat atau kepercayaan oleh principal untuk menjalankan bisnis perusahaan demi kepentingan principal. Dengan demikian, keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Perusahaan akan dirugikan jika manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan pemegang saham. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara manajer dengan pemilik perusahaan.

(4)

Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman, 2009). Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Peningkatan kepemilikan manajemen akan mengurangi agency difficulties (kesulitan agen) melalui pengurangan intensif bagi pemegang saham dan mengambil alih kekayaan pemegang saham. Hal ini sangat potensial dalam mengurangi alokasi sumber daya yang tidak menguntungkan, yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Machfoedz (2003) menyatakan bahwa hubungan struktur kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan non-motorik. Hubungan non-motorik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan disebabkan adanya intensif yang dimiliki oleh manajer dan mereka cenderung berusaha untuk melakukan penyejajaran dengan outside owners dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat.

2.1.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan

(5)

pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Meningkatkan kepemilikan institusional menjadikan fungsi pengawasan akan berjalan secara efektif dan menjadikan manajemen semakin berhati-hati dalam memperoleh dan mengelola pinjaman (utang), karena jumlah utang yang semakin meningkat akan menimbulkan financial distress. Financial distress akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan.

Menurut Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:

1) Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.

2) Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

Penelitian Smith (1996) dalam (Suranta dan Midiastuty, 2004) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

(6)

2.1.3 Kebijakan Dividen

Dalam penelitiannya, Pettit dalam Sofyaningsih (2011) melakukan uji pengaruh pengumuman dividen terhadap harga saham di sekitar tanggal pengumuman dividen. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa harga saham menyesuaikan secara cepat terhadap pengumuman dividen. Secara keseluruhan hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengumuman dividen merupakan informasi yang substansial bagi investor.

Sabtabaskara (2011) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai: Keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan. Kebijakan dividen sebagai: “Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam retained earnings guna membiayai investasi di masa datang”.

Menurut Lisa Marlina dan Clara Denica (2009) dalam Septabaskara (2011), kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akan mengurangi sumber data internal nya, sebaliknya jika

(7)

perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko.

Menurut Boedi (2001) dalam Septabaskara (2011), “Kebijakan dividen memiliki makna yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan yaitu dalam hal pembayaran tunai dari sebagian laba perusahaan kepada pemegang saham”.

Kebijakan perusahaan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti dalam dua hal :

1. Dana yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hal ini ditunjukan oleh pembayaran kepada para pemegang saham.

2. Dana untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Hal ini tercermin dalam rencana pada pos laba yang ditahan.

2.1.4 Kebijakan Utang

Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang, saham preferen, dan saham biasa. Setiap perusahaan menganalisis sejumlah faktor, dan kemudian menetapkan struktur pendanaan yang ditargetkan. Target ini selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat di benak manajemen perusahaan terdapat bayangan dari struktur dana yang ditargetkan. Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal.

(8)

Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur modal karena utang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan. Utang dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu Utang jangka pendek (short-term debt), yaitu utang yang jangka waktunya kurang dari satu tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran, kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli (afnemers credit), dan kredit wesel. (2) Utang jangka menengah (intermediate-term debt), yaitu utang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai usaha melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang. Bentuk utama dari utang jangka menengah adalah term loan dan lease financing. (3) Utang jangka panjang (longterm debt) yaitu utang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Utang jangka panjang ini digunakan untuk membiayai ekspansi perusahaan. Bentuk utama dari utang jangka panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman hipotik (mortage) (Mega, 2010) .

Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian-penambahan utang memperbesar tingkat

(9)

pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibatnya membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.

Dalam keputusan pembelanjaan ini akan ditentukan perimbangan yang optimal dari berbagai sumber dana yang akan digunakan. Yang dimaksud dengan struktur pendanaan adalah perimbangan antara utang dengan modal sendiri (saham). Berbagai macam faktor mempengaruhi struktur modal yaitu perusahaan yang mengikuti balanced theory dan perusahaan yang mengikuti pecking order theory (salah satu teori yang mendasari keputusan pendanaan perusahaan).

2.1.5 Kualitas Laba

Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Earnings dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila earnings yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham (Siallagan, 2006).

(10)

Menurut Chandararin (2003) laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit atau tidak mengadung gangguan persepsian di dalamnya dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungghnya. Gangguan persepsian dalam laba akutansi dapat disebabkan oleh peristiwa transitori atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Salah satu ciri yang menentukan kualitas laba adalah hubungan antara laba akuntansi dengan arus kas. Makin tinggi korelasi antara laba akuntansi dengan arus kas maka makin tinggi kualitas laba. Hal ini disebabkan karena makin banyak transaksi pendapatan dan biaya yang merupakan transaksi kas dan bukan merupakan akrual, maka makin obyektif pengakuan pendapatan dan biaya dalam laporan laba-rugi. Oleh karena itu kualitas laba yang tinggi dapat direalisasikam kedalam kas.

Informasi laba sangatlah penting perannya sebagai sinyal kinerja suatu perusahaan guna pembuatan berbagai keputusan penting oleh pengguna informasi. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam

(11)

kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Angraheni, 2010). Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas.

Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba digunakan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan dimasa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI : 2004).

2.1.6 Hubungan Struktur Kepemilikan Manajerial bagi Nilai Perusahaan.

Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manager dan institusional (Jensen dan Meckling: 1976 dalam H.Pua: 2003), artinya bahwa struktur kepemilikan juga menggambarkan berapa besarnya saham yang dimiliki oleh publik, insider dan outsider ownership.

Menurut agency teory, pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik keagenan. Konflik keagenan ini disebabkan kepentingan yang berbeda antara prinsipal dan agen untuk memaksimalkan utitilasnya masing-masing. Perbedaan kepentingan antara

(12)

manajemen dan pemegang saham mengakibatkan manajemen berperilaku curang dan tidak etis sehingga merugikan pemegang saham. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara manajemen dengan saham.

Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan nilai perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat juga.

2.1.7 Hubungan Struktur Kepemilikan Institusional bagi Nilai perusahaan

Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitoring manajemen dalam mengelola perusahaan. Investor institusional dapat disubsitusikan untuk melaksanakan fungsi monitoring mendisiplinkan penggunaan utang dalam struktur modal serta setiap keputusan yang diambil oleh manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien fungsi monitoring terhadap manajemen dalam pemanfaatan asset perusahaan serta pencegahan pemborosan oleh manajemen. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.

(13)

2.1.8 Hubungan Kebijakan Dividen bagi Nilai Perusahaan.

Kebijakan dividen dapat digunakan sebagai suatu sinyal untuk manajer dan investor serta tidak terpisahkan dalam mempengaruhi kekayaan pemilik saham. Kebijakan dividen menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham. Keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham ini akan menentukan kesejahteraan para pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja emiten atau perusahaan akan dianggap semakin baik pula dan pada akhirnya perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang baik dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik pula, yang biasanya tercermin melalui tingkat harga saham perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rozeff (dalam Jogiyanto, 1998) yang menganggap bahwa dividen nampaknya memiliki atau mengandung informasi (informational content of dividend) atau sebagai isyarat prospek perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, mungkin diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.1.9 Hubungan Kebijakan Utang bagi Nilai Perusahaan.

Sehubungan dengan penggunaan leverage, struktur modal optimal dapat diperoleh dengan adanya keseimbangan antara keuntungan tax shield

(14)

dengan financial distress dan agency cost. Dengan kata lain terjadi trade-off antara benefit dengan biaya. Financial distress terjadi apabila perusahaan mengalami kesulitan dalam melunasi kewajiban utangnya, dimana perusahaan terancam kebangkrutan. Karena itu financial distress perlu diperhitungkan karena mengurangi nilai perusahaan. Para ahli membuktikan bahwa trade off model bukanlah semata-mata teori struktur modal yang paling sempurna, karena dalam keputusan struktur modal perlu dipertimbangkan perilaku pembelanjaan perusahaan yang lebih besar bagi pemberi utang, sehingga biaya utang menjadi lebih besar juga.

Penambahan utang akan meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan perusahaan, yang mana pendapatan dipengaruhi faktor eksternal sedangkan utang menimbulkan beban tetap tanpa memperdulikan besarnya pendapatan. Semakin besar utang, semakin besar kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada penghematan pajak.

2.1.10 Hubungan Kualitas Laba bagi Nilai Perusahaan.

Kualitas laba perusahaan merupakan salah satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk menilai perusahaan. Laporan laba memiliki dua peranan, yang pertama sebagai atribut dasar (fundamental attributes), dan kedua sebagai atribut pelaporan keuangan (financial reporting attributes). Laba fundamental (fundamental earnings)

(15)

adalah ukuran profitabilitas akuntansi yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar dividen di masa depan. Pada sisi lain, laba yang dilaporkan (reported earnings) merupakan pertanda kurang baik yang harus diumumkan oleh perusahaan. Kualitas laba menunjuk pada seberapa cepat dan tepat laba yang dilaporkan mengungkapkan laba fundamental. Semakin tinggi kualitas laba, maka semakin cepat dan tepat laba yang dilaporkan menyampaikan nilai sekarang dari dividen yang diharapkan. Kualitas laba menjadi perhatian para pengguna laporan keuangan Karena laba berperan penting dalam pembuatan perjanjian dan keputusan investasi. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya earnings response coefficient (ERC), menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas.

2.1.11 Hubungan Struktur Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Kebijakan Utang Dan Kualitas Laba Terhadap Nilai Perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, diantaranya :

1. Nilai kepemilikan manajerial dan institusional merupakan index yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.

2. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar

(16)

jumlah dividen yang tetap tersebut. Pembayaran dividen sebagai suatu bagian dari monitoring perusahaan dengan monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan memperoleh modal baru dan dapat mengurangi kekuasaan manajer jika menggunakan kebijakan tersebut.

3. Pendanaan arus kas antara lain metode diskonto arus kas apabila kas yang dimiliki dari internal tidak cukup untuk memenuhi keperluan maka diperlukan kebijakan utang untuk menambah kas perusahaan yang menjadi stuktur modal.

4. Informasi laba sangatlah penting bagi informan. Nilai perusahaan berhubungan erat dengan kualitas laba. Kualitas laba yang baik diharapkan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang.

2.2 Peneliti Terdahulu TABEL 2.1. PENELITIAN TERDAHULU No PENELITI VARIABEL INDEPENDEN HASIL

(17)

Wahyudi dan Hartini Prasetyaning Pawestri (2006) Kepemilikan, Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening

signifikan terhadap nilai perusahaan, Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, Keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, Keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, Keputusan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Hamonangan Siallagan (2006) corporate governance, earnings quality, discretionary accrual, value of the firm

Kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, mekanisme corporate governance secara statistik berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial secara negatif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dewan komisaris secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan komite audit secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Nila Maisarah (2010) Nilai perusahaan, kebijakan utang, kebijakan dividen, kebijakan investasi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

kebijakan utang, kebijakan dividen, kebijakan investasi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah negatif signifikan. Pengaruh kebijakan utang dan kebijakan investasi adalah positif signifikan.

(18)

4. Sri Sofyaningsih (2011) Jurnal kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, kebijakan utang, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kinerja perusahaan

(1) Variabel ownership manajerial terbukti mempengaruhi nilai perusahaan, 2) variabel kepemilikan institusional tidak terbukti mempengaruhi nilai perusahaan, (3) Kebijakan Dividen tidak terbukti mempengaruhi nilai perusahaan, (4) kebijakan utang tidak terbukti mempengaruhi nilai perusahaan (5) Ukuran perusahaan terbukti mempunyai pengaruh positif pada nilai perusahaan, (6) Pertumbuhan perusahaan terbukti mempengaruhi nilai perusahaan (7) Kinerja perusahaan terbukti berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011) penelitian tersebut menggunakan variable kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, kebijakan utang, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi nilai perusahaan, kepemilikan institusional tidak terbukti mempengaruhi nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, kebijakan utang tidak terbukti berpengaruh terhadap harga saham.

(19)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011) terdapat pada dua hal. Perbedaan pertama terletak pada penambahan variabel independen yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan kualitas laba sebagai penambahan variabel independen. Dikaitkan atau dipilihnya kualitas laba sebagai variabel independen dalam penelitian ini dikarenakan nilai perusahaan berhubungan erat dengan kualitas laba. Kualitas laba yang baik diharapkan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Perbedaan kedua, yaitu terletak pada periode penelitian. Sofyaningsih (2011) menggunakan periode penelitian 2007-2009, sedangkan Dalam penelitian ini menggunakan periode penelitian 2007-2011. Dengan menggunakan periode penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian lebih mencerminkan keadaan terkini.

(20)

2.3 Kerangka Pikir dan Hipotesis 2.3.1. Kerangka pikir Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan : : pengaruh parsial : pengaruh berganda

STRUKTUR KEPEMILIKANMANAJERIAL (X1)

NILAI PERUSAHAAN

(Y)

KEBIJAKAN DIVIDEN (X3) KEBIJAKAN UTANG (X4) KUALITAS LABA (X5) H1 H2 H3 H5 H4

STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL (X2)

(21)

2.4. Hipotesis

Dalam penelitian, hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara struktur kepemilikan manajerial

terhadap nilai perusahaan.

H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara struktur kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan.

H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara kebijakan deviden terhadap nilai

perusahaan.

H4 : Terdapat pengaruh signifikan antara kebijakan utang terhadap nilai

perusahaan.

H5 : Terdapat pengaruh signifikan antara kualitas laba terhadap nilai

perusahaan.

H6 : Terdapat pengaruh signifikan antara struktur kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, kebijakan dividen, kebijakan utang dan kualitas laba terhadap nilai perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Buat busur lingkaran yang sudah ditentukan, titik pusat di A, beri nama titik m pertemuan antara garis AB. dengan

Tanggapan yang diberikan oleh seluruh warga SMP Negeri 2 Berbah juga sangat baik, hal itu terlihat dari antusiasnya siswa ketika mahasiswa mengajar di kelas, Guru

pertama, pelayanan kebutuhan dasar, meliputi : pendidikan, kesehatan dan bahan kebutuhan pokok masyarakat. Kedua, pelayanan umum yang meliputi: pelayanan administrasi

Siput gonggong memiliki peranan ekologis yang penting di habitatnya. Nilai ekonomis siput gonggong yang tinggi sebagai komoditas perikanan telah menyebabkan eksploitasi

yaitu: tawāṣ i tidak membagi siswa dalam kelompok sesuai kemampuan, evaluasi dan perencanaan hanya secara lisan, tidak semua peserta didik menerima konsep, prinsip dan praktik tawāṣ

- pegembangan sistem pengelolaan sampah terpadu satuan operasional kebersihan lingkungan (SOKLI) termasuk didalamnya membangun instalasi pengelolaan sampah terpadu (IPST)

Penelitian skripsi telah dilaksanakan selama satu bulan di balai desa Dersalam Bae Kudus.Dengan materi pokok penelitian adalah untuk mengetahui perhitungan

The population is the TOP Coffee Inspirasi Featuring Iwan Fals commercial while the sample is the selected scenes of the commercial that contains