• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Item Butir Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) Menggunakan Rasch Model Measurement

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Item Butir Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) Menggunakan Rasch Model Measurement"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

8

Analisis Item Butir Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru

Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS)

Menggunakan Rasch Model Measurement

JOHAN ANDRIESGO

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Kuantan Singingi Teluk Kuantan-Riau

andriesgo@yahoo.com dan andriesgo1986@gmail.com

Abstrak

„Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas soal ujian masuk mahasiswa baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) 17 butir (17,00%)

soal kategori sangat sulit, 38 butir (38,00%) soal kategori sulit, 30 butir soal (30,00%) kategori mudah, dan 15 butir (15,00%) kategori sangat mudah; (2) 8 butir (8,00%) soal yang tingkat kesesuaiannya rendah atau dengan kata lain tidak fit yang pada soal tersebut harus diadakan perbaikan atau diganti dan selebihnya 92 butir (92,00%) soal yang tingkat kesesuaiannya tinggi

atau soal yang fit; (3) 1 butir (1,00%) soal yang bias. Hal ini dilihat dari segi latar belakang pendidikan/jurusan peserta tes pada tingkat SLTA. Berdasarkan hasil analisis butir soal terhadap

kualitas butir soal menunjukkan bahwa Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) memiliki kualitas yang baik sebesar 64%, kualitas yang kurang baik

sebesar 31% dan kualitas yang tidak baik sebesar 5%.

Kata Kunci: Analisis Item Butir Soal, Rasch Model Measurement.

PENDAHULUAN Perguruan Tinggi adalah satuan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Sama halnya dengan sebuah sekolah, perguruan tinggi ada yang berstatus negeri yang sering dikenal dengan istilah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan juga ada yang berstatus swasta yang dikenal dengan istilah Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Untuk memasuki sebuah perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta seorang calon mahasiswa tentunya akan mengikuti tes atau seleksi. Banyak bentuk dan macam tes atau seleksi yang diadakan oleh sebuah perguruan tinggi untuk merekrut calon-calon mahasiswanya, ada dalam bentuk tertulis dan juga ada dalam bentuk lisan.

Universitas Islam Kuantan Singingi

(UNIKS) sebagai sebuah perguruan tinggi swasta yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi dalam merekrut mahasiswa baru juga mengadakan sebuah tes atau seleksi yang diadakan secara tertulis dan wawancara. Ujian tertulis diadakan sebelum pelaksanaan ujian wawancara, setiap calon mahasiswa diwajibkan mengikuti ujian tersebut untuk menentukan apakah nantinya bisa diterima sebagai mahasiswa atau tidak.

Dalam pelaksanaan tes tertulis ini, peserta disuguhkan dengan soal-soal yang telah disiapkan oleh panitia dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 100 buah soal, yang di dalamnya terdapat tentang pengetahuan umum, wawasan kebangsaan dan pengetahuan tentang keagamaan. Kepada peserta tes diberikan waktu selama 2 jam (120 menit) untuk mengerjakan

(2)

9 soal-soal tersebut.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru UNIKS Tahun Akademik 2016/2017 terlihat bahwa hasil tes tersebut sebagian besar calon mahasiswa hanya mampu menjawab soal dengan benar antara 13 – 67 soal. Ini dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 1

Tabel Hasil Tes Ujian Masuk Mahasiswa Baru UNIKS TA. 2016/2017

NO RJ

JUMLAH PESERTA UJIAN GELOMBAN G I GELOMBAN G II N % N % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 00 – 10 11 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100 0 4 27 107 140 57 7 0 0 0 00.00% 01.17% 07.89% 31.29% 40.94% 16.67% 02.05% 00.00% 00.00% 00.00% 0 2 15 11 0 18 8 94 13 0 0 0 00.00% 00.47% 03.55% 26.07% 44.55% 22.27% 03.08% 00.00% 00.00% 00.00% Jumlah 342 100.00 % 44 2 100.00%

Dari table di atas, dapat digambarkan dalam sebuah grafik sebagai berikut:

Dari tabel dan grafik di atas terlihat bahwa untuk kedua gelombang tes ujian masuk mahasiswa baru UNIKS TA. 2016/2017 tidak

satu orang peserta tespun yang mampu menjawab soal tes dengan benar di atas 70 buah soal. Kebanyakan peserta tes hanya menjawab soal dengan benar antara 41 – 50 soal ujian, yakni 40.49% pada gelombang I dan 44.55% pada gelombang II dan bahkan ada yang hanya menjawab soal degan benar 11-20 soal.

Permasalahan-permasalahan ini tentu saja tidak terlepas dari kemampuan yang dimiliki oleh peserta tes (calon mahasiswa) dan tidak tertutup kemungkinan juga permasalahannya adalah pada butir item soal yang disediakan oleh panitia seleksi.

Berbicara tentang tes menurut Suharsimi Arikunto (2009:75) sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes dapat tepat mengukur sesuatu yang akan diukur. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes menunjukkan ketetapan. Tes bersifat objektif berarti dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Tes dikatakan memiliki praktibilitas tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis yaitu: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya serta dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas. Ekonomis dalam melaksanakan tes berarti tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. Berdasarkan pernyataan Suharsimi Arikunto tersebut, perlu diadakan proses analisis kualitas tes untuk mengetahui sejauh mana sebuah tes sudah dikatakan baik.

Sehubungan dengan itu sudah selayaknya soal-soal yang disusun untuk ujian tes masuk mahasiswa tersebut dianalisis dengan benar, cermat dan tepat. Salah satu bentuk analisis soal yang bisa digunakan adalah dengan Rasch Model Measurement.

Pemodelan rasch (Rasch Model) yang diperkenalkan oleh Gerg Rasch pada tahun 1960-an merupakan satu model IRT (item respons theory) yang paling popular. Pemodelan rasch terus berkembang dari asalnya untuk analisa data dikotomi ke bentuk data skala peringkat (rating scale) oleh Andrich, partial model oleh Masters, sampai ke facets model oleh Linarce (Bambang&Wahyu, 2015:50). 0 50 100 150 200 Gel. 1 Gel. 2

(3)

10 Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penulis mengadakan sebuah penelitian dalam bentuk deskriptif kualitatif dengan judul “Analisis Item Butir Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) Menggunakan Rasch Model Measurement”.

KAJIAN TEORI

A. Analisis Item Butir Soal

Menurut Nana Sudjana (2012:135) analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Anlisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.

Dalam analisis butir soal pada umumnya ada empat aspek yang dilihat, yakni: analisis tingkat kesulitan, analisis daya pembeda, analisis validitas dan analisis reliabilitas. Berikut ini akan dijelaskan tentang keempat aspek analisis tersebut secara singkat.

1. Analisis tingkat kesulitan

Tingkat kesulitan item atau disebut juga indeks kesulitan item adalah angka yang menunjukan proporsi peserta tes yang menjawab betul dalam satu soal yang dilakukan dengan menggunakan tes objektif (Sukardi, 2012:136).

Soal yang baik adalah soal yang kriterianya tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu sulit tentu akan bisa membuat peserta yang sedang melaksanakan tes mudah untuk berputus asa dan tidak mempunyai semangat untuk memecahkan permasalahan tersebut, sebaliknya soal yang terlalu mudah tidak akan membuat peserta tes terangsang untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Sesuai dengan pernyataan di atas, maka soal yang baik itu juga harus seimbang, artinya harus ada soal-soal yang tergolong mudah, soal yang tergolong sedang dan soal yang tergolong sukar secara proporsional.

Dalam mempertimbangkan kesimbang-an suatu soal tes Nkesimbang-ana Sudjkesimbang-ana (2012:135) mengatakan bahwa ada 2 hal yang harus diperhatikan. Pertama, adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Kedua, proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk dalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.

Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang, atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini digunakan judgment dari pembuat soal berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah:

a. Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut. Misalnya untuk bidang kognitif, aspek pengetahuan atau ingatan dan pemahaman termasuk kategori mudah, aspek penerapan dan analitis termasuk kategori sedang, dan aspek sintesis atau evaluasi termasuk kategori sukar.

b. Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan. Misalnya ada fakta, konsep, prinsip dan hukum, serta generalisasi. Fakta termasuk dalam kategori mudah, konsep dan prinsip termasuk kategori sedang, dan generalisasi (menarik kesimpulan) termasuk ke dalam kategori sukar.

c. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luasnya maupun kedalamannya. Tentang persoalan isi bahan yang akan diujikan, pembuat soal sendiri harus sudah bisa menentukan mana yang termasuk mudah-sedang-sukar.

d. Bentuk soal. Misalnya dalam tes objektif, tipe soal pilihan benar-salah lebih mudah daripada pilihan berganda dengan option tiga atau empat. Menjdohkan relative lebih sulit daripada pilihan berganda jika terdapat lima atau lebih yang harus dipasangkan (Nana Sudjana, 2012:136).

(4)

11 2. Analisis daya pembeda

Analisi daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan peserta tes yang tergolong mampu (pintar) dengan peserta tes yang kurang atau lemah prestasinya (Nana Sudjana, 2012:141). a. Analisis validitas

Validitas adalah masalah proses pembuktian yang berkelanjutan, mengacu pada sejauh mana bukti dan teori mendukung interpretasi terhadap skor tes sesuai tujuan tes. Validitas ini adalah masalah interprestasi terhadap nilai tes, bukan tes itu sendiri, karena validitas tidak seberapa terkait bentuk atau jenis tes, tetapi interpretasi terhadap skor tes (Bambang&Wahyu, 2015:8).

b. Analisis reliabilitas

Reliabilitas soal adalah tingkat konsistensi soal sehingga dapat dipercaya (Muslikah Purwati, 2014:88). Atau dengan kata lain reliabilitas bermakna pengukuran dengan ujian yang dilakukan mendapatkan hasil yang konsisten. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali pengujian menunjukkan hasil yang relative sama.

B. Model Rasch Measurement

Rasch sebagai seorang ahli matematika dari Denmark menyatakan bahwa kesempatan untuk dapat menyelesaikan satu soal dengan benar tergantung pada rasio antara kemampuan dan tingkat kesulitan soal (Bambang&Wahyu, 2015:35). Secara lebih lengkap, modelnya tidak lain adalah model probabilistik yang didefenisikan sebagai: “a person having a

greater ability than another person should have the greater probability of solving any item of the type in question, and similarly, one item being more difficult than another means that for any person the probability of solving the second item is the greater one”.

Terjemahan sederhananya adalah, individu yang memiliki tingkat kemampuan/abilitas yang lebih besar dibanding individu lainnya seharusnya memiliki peluang yang besar untuk menjawab satu butir soal dengan benar. Dengan prinsip yang sama, butir yang lebih sulit

menyebabkan peluang individu untuk mampu menjawabnya lebih kecil (Bambang&Wahyu, 2015:135).

Pemodelan rasch (Rasch Model) yang diperkenalkan oleh Gerg Rasch pada tahun 1960-an meurpak1960-an satu model IRT (item respons

theory) yang paling popular. Pemodelan rasch

terus berkembang dari asalnya untuk analisa data dikotomi ke bentuk data skala peringkat (rating

scale) oleh Andrich, partial model oleh Masters,

sampai ke facets model oleh Linarce (Bambang&Wahyu, 2015:50).

Pemodel rasch (Rasch Model) ini mempunyai beberapa prinsip, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengembalikan data sesuai dengan kondisi alamiahnya

Pemodelan Rasch mengakomodasi pendekatan probabilitas dalam memandang atribut sebuah objek ukur. Adanya akomodasi hal ini menyebabkan pemodelan Rasch tidak bersifat deterministik sehingga mampu mengidentifikasi objek ukur secara lebih cermat.

2. Keterbatasan skor mentah

Pemodelan Rasch dapat mengatasi masalah-masalah perbedaan metric antarbutir. Kalibrasi yang dipakai dapat menempatkan butir serta subjek dalam metric yang sama. Skor yang dihasilkan bukan lagi skor mentah (raw score) yang masih mengandung error pengukuran, melainkan skor murni (ture score) yang telah bebas dari

error pengukuran.

3. Skor mentah dan keintervalan data

Pemodelan Rasch mengatasi masalah keintervalan data dengan cara mengakomodasi transformasi logit, atau menerapkan logaritma pada fungsi rasio odd. 4. Data hilang

Pemodelan Rasch cukup tahan (robust) terhadap data hilang. Disisi lain, proses estimasi parameter butir dan skor tiap subjek yang dipakai oleh pemodelan ini adalah sangat fleksibel terhadap berbagai bentuk struktur data.

5. Pengukuran objektif

Pemodelan Rasch bertujuan mengembangkan pengukuran yang objektif. Dalam kontek pemodelan Rasch, antonym

(5)

12 dari pengukuran yang objektif bukanlah pengukuran subjektif, melainkan pengukuran yang hasilnya bergantung pada siapa yang diukur.pengukuran objektif adalah menghasilkan data yang terbebas dari pengaruh jenis subjek, karakteristik penilai (rater) dan karakteristik alat ukur (Bambang&Wahyu, 2015:51-57).

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mencari data dan informasi yang dapat digunakan mendeskriptifkan kualitas soal ujian masuk mahasiswa baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS). dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian (Riduwan, 2008:77). Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis beberapa dokumen. Dalam penelitian ini dokumentasinya berupa soal termasuk pula kunci jawaban dan lembar jawaban tes calon mahasiswa baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) Tahun Akademik 2016/2017. Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) Tahun Akademik 2016/2017 berbentuk pilihan ganda. Dimana soal pilihan ganda dianalisis butir soal yaitu menggunakan Rasch Model Measurement. Pada dasarnya pemodelan Rasch

dengan program Ministep dapat melakukan analisis secara cepat dan hasilnya adalah kualitas informasi pengukuran yang baik dan informatif. Data tersebut dianalisis berdasarkan: Tingkat kesulitan butir soal (item measure), Tingkat kesesuaian butir soal (item fit) dan Deteksi adanya butir soal yang bias.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Kesulitan Butir Soal (Item Measure)

Tingkat kesulitan butir soal adalah proporsi banyaknya peserta tes yang menjawab suatu soal dengan benar dengan jumlah

seluruh peserta tes. Butir soal dapat dinyatakan sebagai butir soal yang baik apabila tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah atau dengan kata lain harus termasuk dalam kategori sedang. Butir soal yang terlalu mudah akan menyebabkan peserta tes tidak termotivasi untuk mempertinggi usaha memecahkan soal tersebut. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Butir soal yang baik adalah butir soal yang termasuk kategori sedang yaitu memiliki indeks kesulitan 0,31-0,70. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa butir soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) dengan menggunakan Rasch

Model Measurement diketahui bahwa 17 butir

(17,00%) soal kategori sangat sulit, 38 butir (38,00%) soal kategori sulit, 30 butir soal (30,00%) kategori mudah, dan 15 butir (15,00%) kategori sangat mudah.

Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan kajian teori yang menyatakan bahwa salah satu analisis yang harus dilakukan untuk mengetahui kualitas soal dikatakan baik sebagai alat evaluasi adalah analisis tingkat kesulitan. Butir soal yang termasuk kategori sedang yakni kategori sulit dan mudah harus tetap dipertahankan. Soal yang tergolong sangat sulit harus diadakan perbaikan dengan mengganti soal dimana sebagian peserta tes mampu menjawab soal tersebut karena kemungkinan sebagian besar peserta tes telah memahami materi yang ditanyakan. Soal yang tergolong sangat mudah harus diadakan perbaikan dengan mengganti kalimat yang lebih panjang dan kompleks sehingga menuntut peserta tes untuk lebih berpikir.

B. Tingkat Kesesuaian Butir Soal (Item Fit) Tingkat kesesuaian butir soal menjelaskan apakah butir soal berfungsi normal melakukan pengukuran atau tidak. Jika didapati suatu soal tidak fit, hal itu merupakan indikasi bahwa terjadi miskonsepsi pada peserta tes terhadap butir soal tersebut. Untuk melihat tingkat kesesuaian butir (item fit) digunakan tiga kriteria penilaian yakni: nilai outfit means-square, outfit

(6)

13 butir soal pada ketiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, dapat dipastikan bahwa butir soalnya kurang bagus sehingga perlu diperbaiki ataupun diganti.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa butir soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) dengan menggunakan Rasch

Model Measurement diketahui bahwa ada 8 butir

(8,00%) soal yang tingkat kesesuaiannya rendah atau dengan kata lain tidak fit yang pada soal tersebut harus diadakan perbaikan atau diganti. C. Deteksi Adanya Butir Soal yang Bias Suatu pengukuran yang valid, salah satu ukurannya adalah instrumen dan butir-butir soal yang digunakan tidak mengandung bias. Suatu instrument atau butir soal disebut bias jika didapati bahwa salah satu individu dengan karakteristik tertentu lebih diuntungkan dibandingkan individu dengan karakteristik lain. Dalam pelaksanaan tes Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS), peneliti melihat dari segi latar belakang pendidikan/jurusan peserta tes yakni yang berlatar belakang pendidikan/jurusan eksakta (E) dan yang berlatar belakang pendidikan/jurusan social (S).

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa butir soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) dengan menggunakan Rasch

Model Measurement diketahui bahwa ada 1 butir

(1,00%) soal yang terdeteksi bias dilihat dari segi latar belakang pendidikan/jurusan peserta tes yang pada soal tersebut harus diadakan perbaikan atau diganti.

D. Analisis Butir Soal berdasarkan Tingkat Kesulitan, Tingkat Kesesuaian dan Deteksi Adanya Soal yang Bias

Setelah dilakukan analisis menurut masing-masing kriteria, butir- butir soal kemudian dianalisis secara keseluruhan berdasarkan kriteria tingkat kesulitan, tingkat kesesuaian dan deteksi adanya soal yang bias untuk menentukan kualitas soal yang digunakan dalam Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS). Penentuan kualitas soal antara soal yang berkualitas baik, kurang baik

dan tidak baik didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

a. Butir soal dikatakan memiliki kualitas yang baik, apabila soal tersebut memenuhi tiga kriteria yaitu tingkat kesulitan (tidak pada kategori sangat sulit atau kategori sangat mudah), tingkat kesesuaian (soal fit) dan t i dak t erdet eks i bi as . b. Butir soal dikatakan memiliki kualitas

yang kurang baik, apabila soal tersebut satu dari ketiga kriteria tidak memenuhi.

c. Butir soal dikatakan tidak baik, apabila lebih dari satu kriteria tidak terpenuhi.

Hasil keseluruhan analisis butir soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) berdasarkan tingkat kesulitan, tingkat kesesuaian dan deteksi adanya soal yang bias adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Hasil Keseluruhan

Analisis Butir Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru UNIKS TA. 2016/2017

No Kualitas

Soal Butir Soal Jml

Persen tase 1 Baik 1, 3, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 24, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 37, 40, 41, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 61, 66, 67, 70, 74, 75, 76, 78, 79, 81, 82, 84, 86, 87, 88, 89, 90, 92, 94, 97, 98, 99, 100 64 64,00% 2 Kurang Baik 2, 4, 6, 10, 13, 18, 22, 25, 31, 35, 36, 38, 39, 42, 45, 62, 63, 65, 68, 69, 71, 72, 73, 77, 80, 83, 85, 91, 93, 95, 96 31 31,00% 3 Tidak Baik 12, 23, 30, 59, 64 5 5,00%

(7)

14 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) memiliki kualitas yang tidak baik. Soal yang baik dapat dipertahankan dan digunakan kembali pada ujian tes berikutnya. Soal dengan kualitas tidak baik sebaiknya dibuang dan tidak digunakan lagi pada tes berikutnya. Kegagalan butir soal disebabkan oleh tidak terpenuhinya salah satu parameter soal. Berikut ini penyebab kegagalan butir soal:

Tabel 3

Penyebab Kegagalan

Butir Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru UNIKS TA. 2016/2017

Penyebab Kegagalan Butir Soal

Butir Soal Jml Persentase

Tingkat Kesulitan 2, 4, 10, 12, 13, 18, 22, 23, 25, 30, 31, 35, 38, 39, 42, 45, 59, 64, 65, 68, 69, 71, 72, 73, 77, 80, 83, 85, 91, 93, 95, 96 32 32,00% Tingkat Kesesuaian 12, 23, 30, 36, 59, 62, 63, 64 8 8,00% Butir Soal yang Bias 6 1 1,00%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kegagalan butir soal yang terbesar adalah tingkat kesulitan butir item soal, ini berarti bahwa soal tersebut disajikan terlalu sukar atau terlalu mudah. Penyebab kegagalan yang kedua adalah tingkat kesesuaian butir soal, ini berarti soal tersebut tidak berfungsi normal melakukan pengukuran atau tidak. Penyebab kegagalan yang ketiga adalah adanya terdeteksi butir soal yang bias, ini berarti bahwa soal tersebut memberikan keuntungan kepada salah satu individu dengan karakteristik tertentu.

Butir soal yang kurang baik dan tidak baik dapat direvisi dengan melihat indikator penyebab kegagalannya. Butir soal yang baik dapat dimasukkan ke dalam bank soal dengan tetap menjaga kerahasiaan soal dan dapat digunakan kembali untuk tes yang akan datang sehingga dapat mengurangi waktu yang diperlukan panitia dalam proses pembuatan soal. Soal yang berkualitas dapat dihasilkan apabila pembuat soal menguasai teknik penyusunan soal. Hal ini dapat ditempuh dengan cara pengikuti pelatihan atau dengan membaca buku panduan penyusunan soal sehingga dapat membantu tugas panitia atau pembuat soal dalam menganalisi butir soal.

E. Tindak Lanjut

Hasil analisis soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) menggunakan Rasch Model

Measurement dapat diketahui secara langsung

status soalnya. Soal yang mempunyai status ditolak atau sebaiknya direvisi telah diperbaiki sesuai dengan kompetensi yang akan diukur. Soal yang telah diperbaiki kemudian diujicobakan kepada mahasiswa yang sudah pernah mengikuti tes dan belum memenuhi standar. Jawaban mahasiswa yang mengikuti tes tersebut kemudian dianalisis menggunakan

Rasch Model Measurement sehingga akan

mendapatkan status soal dapat diterima, diperbaiki atau ditolak. Soal yang telah direvisi dan mempunyai status soal dapat diterima maka akan dimasukkan ke bank soal dan dapat digunakan kembali dengan menjaga kerahasiannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis butir soal terhadap kualitas butir soal menunjukkan bahwa Soal Ujian Masuk Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) memiliki kualitas yang baik sebesar 64%, kualitas yang kurang baik sebesar 31% dan kualitas yang tidak baik sebesar 5%.

Kualitas butir soal didapatkan dari menganalisis beberapa segi analisis butir soal yang terdiri dari tingkat kesulitan butir soal, tingkat kesesuaian butir soal dan deteksi adanya soal yang bias terhadap Soal Ujian Masuk

(8)

15 Mahasiswa Baru Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS), maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi tingkat kesulitan item butir soal terdapat 17 butir (17,00%) soal kategori sangat sulit, 38 butir (38,00%) soal kategori sulit, 30 butir soal (30,00%) kategori mudah, dan 15 butir (15,00%) kategori sangat mudah.

2. Ditinjau dari segi tingkat kesesuaian item butir soal terdapat 8 butir (8,00%) soal yang tingkat kesesuaiannya rendah atau dengan kata lain tidak fit yang pada soal tersebut harus diadakan perbaikan atau diganti dan selebihnya 92 butir (92,00%) soal yang tingkat kesesuaiannya tinggi atau soal yang fit.

3. Ditinjau dari segi deteksi adanya soal yang bias terdapat 1 butir (1,00%) soal yang bias. Hal ini dilihat dari segi latar belakang pendidikan/jurusan peserta tes pada tingkat SLTA yang pada soal tersebut harus diadakan perbaikan atau diganti.

REFERENSI

A. Muri Yusuf. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group. Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bambang Sumintono & Wahyu Widhiarso. 2015. Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Cimahi: Trim Komunikata Publishing House.

_______. 2015. Aplikasi Pemodelan Rasch pada Assessment Pendidikan. Cimahi: Trim Komunikata Publishing House..

Daryonto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muh Syahrul Sarea & Samsul Hadi. 2015. Analisis Kualitas Soal Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia SMA di Kabupaten Gowa. Evaluasi Pendidikan,

35-43.

Muslikah Purwati. 2014. Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan Menggunakan Microsoft Excel 2010. Pendidikan Akuntansi Indonesia, 81-94.

Nana Sudjana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan (Prinsip & Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel Hasil Tes Ujian Masuk Mahasiswa  Baru UNIKS TA. 2016/2017
Tabel 2  Hasil Keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku Sosial Siswa sangat penting adanya pada setiap siswa terutama pada siswa sekolah menengah atas dikarenakan siswa memasuki fase remaja (15-18 tahun)

Seleksi hasil panen dilakukan dalam rangka memisahkan panen basah siap jemur dengan rumput laut untuk bibit yang selanjutnya akan dilakukan penanaman lagi, khususnya dilakukan

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 1 ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.. (2) Apabila

Hal yang sama terjadi pada skala persahabatan di tempat kerja dimana mean empiris pada skala persahabatan di tempat kerja lebih besar daripada mean teoritisnya yaitu sebesar 56,22

4) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa pidana penjara selama 10 tahun dan pidana denda sebesar Rp 500.000.000 subsidair tiga bulan kurangan. Mengenai pidana dalam ketentuan Pasal

Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) pola sebaran industri kerajinan serat alam di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo mengelompok dengan rasio tetangga terdekat adalah 0,16

- Penggunaan ayat bervariasi dan gramatis - Penggunaan kosa kata luas dan tepat - Kesalahan bahasa

Adapun yang menjadi tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut; Secara umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang