PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP
Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom.
Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang ABSTRAK
Penentuan range plafond diperlukan untuk menentukan pemilihan dan memberikan masukan dalam bentuk analisis yang komprehensif terhadap calon nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan untuk memastikan bahwa pembiayaan yang diberikan dapat memberikan nilai tambah yang positif, baik bagi nasbah maupun bagi lembaga yang memberikan pembiayaan.
AHP sebagai salah satu metode dalam sistem pendukung keputusan dipandang perlu diterapkan pada salah satu proses di BMT, yakni penentuan pemilihan range plafond, yang nantinya bisa diharapkan dapat membantu dalam memberikan masukan untuk pengambilan keputusan, khususnya dalam penentuan range plafond.
Kata kunci : Range Plafond, AHP, SPK PENDAHULUAN
Penentuan dalam memilih plafond merupakan proses pengambilan keputusan yang komplek, dimana keputusan diambil berdasarkan perbandingan preferensi dari beberapa kriteria yang ada.
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam sistem pengambilan keputusan, dan umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif atau pilihan yang ada yang bersifat kompleks.
Dengan menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, dan partisipatif. Atas permaslahan diatas perlu dibangun sebuah model pengambilan keputusan dengan metode Analytic Hierarchy Proses (AHP) pada proses penentuan range plafond pembiayaan terbaik di Baitul Mal Wa tamwil (BMT).
Rumusan Variabel Penelitian
Berdasarkan Studi terhadap mekanisme yang digunakan oleh manajer pembiayaan dapat disimpulkan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi keputusan manager dalam menentukan range plafond yaitu : karakter nasabah, kemampuan nasabah, modal nasabah, kondisi ekonomi, dan jaminan nasabah. Dimana dalam setiap faktor terdapat tiga kondisi yang salah satunya akan terpenuhi yaitu kondisi baik, kondisi cukup, dan kondisi kurang.
Sementara itu terdapat tiga alternatif plafond yang disediakan bagi nasabah yaitu : range plafond 1 – 5 juta, range plafond 5 – 10 juta, dan 10 – 20 juta. Kelima faktor tersebut kemudian dimasukan kedalam level kriteria pada skema AHP. Kemudian setiap kondisi dimasukan kedalam level sub kriteria. Didapatkan rumusan variabel yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan model AHP pada permasalahan ini, variabel-variabel tersebut adalah :
1. Nilai perbandingan berpasangan untuk setiap level kriteria 2. Nilai perbandingan berpasangan untuk setiap level sub kriteria
Dimana nilai – nilai tersebut didapatkan dari pembobotan yang dilakukan oleh manager dengan berdasarkan pada tabel skala prioritas sebagai berikut :
Tabel 1
Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas
Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai
Data Hasil Penelitian
1. Perbandingan berpasangan Level kriteria Tabel 2
Pemisalan level kriteria PEMISALAN KRITERIA KODE karakter A kemampuan B modal C kondisi ekonomi D jaminan E Tabel 3
Hasil perbandingan level kriteria PERBANDINGAN BERPASANGAN LEVEL KRITERIA
KRITERIA LEBIH PENTING INTENSITAS
1 2 3 4 A B A 5 A C A 7 A D A 9 A E A 9 B C B 7 B D B 3 B E B 3 C D C 5 C E C 5 D E D 5
2. Perbandingan berpasangan level sub kriteria karakter Tabel 4
Pemisalan sub kriteria karakter PEMISALAN
KARAKTER KODE
Baik A
Cukup B
Tabel 5
Hasil perbandingan berpasangan sub karakter PERBANDINGAN SUB KRITERIA KARAKTER
KRITERIA LEBIH PENTING INTENSITAS
A B A 9
A C A 9
B C B 9
3. Perbandingan berpasangan sub kriteria modal Tabel 6
Pemisalan sub kriteria modal PEMISALAN MODAL KODE BAIK A CUKUP B KURANG C Tabel 7
Hasil perbandingan berpasangan sub kriteria modal PERBANDINGAN SUB KRITERIA MODAL
KRITERIA LEBIH PENTING INTENSITAS
A B A 9
A C A 9
B C B 9
4. Perbandingan berpasangan sub kriteria jaminan Tabel 8
Pemisalan sub kriteria jaminan PEMISALAN
JAMINAN KODE
BAIK A
CUKUP B
Tabel 9
Hasil perbandingan berpasangan jaminan PERBANDINGAN SUB KRITERIA JAMINAN
KRITERIA LEBIH PENTING INTENSITAS
A B A 9
A C A 9
B C B 9
5. Perbandingan berpasangan sub kriteria kondisi ekonomi Tabel 10
Pemisalan sub kondisi ekonomi PEMISALAN KONDISI EKONOMI KODE BAIK A CUKUP B KURANG C Tabel 11
Hasil perbandingan sub kondisi ekonomi PERBANDINGAN SUB KRITERIA KONDISI
EKONOMI
KRITERIA LEBIH PENTING INTENSITAS
A B A 9
A C A 9
B C B 9
6. Perbandingan berpasangan sub kriteria kemampuan Tabel 12
Pemisalan sub kemampuan PEMISALAN
KEMAMPUAN KODE
BAIK A
CUKUP B
Tabel 13
Hasil perbandingan sub kemampuan
KRITERIA LEBIH PENTING INTENSITAS
A B A 9
A C A 9
B C B 9
Implementasi Metode Analytic Hierarchy Process
Setelah variabel – variabel yang dibutuhkan teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan metode AHP berdasarkan pada variabel – variabel tesebut. Berikut ini urutan langkah implementasi metode Analytic Hierarchy Process pada masalah penentuan plafond pembiayaan terbaik bagi nasabah.
Penyusunan Hirarki
Penyusunan hirarki bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara tujuan yang ingin dicapai (Goal), Kriteria pencapaian tujuan (Kriteria), sub kriteria, dan alternatif – alternatif untuk mencapai tujuan (Altenatives). Dibawah ini adalah hirarki Analytic Hierarchy Process untuk mencapai tujuan plafond pembiayaan terbaik.
Penentuan range plafond u? nasabah X
KARAKTER KEMAMPUAN MODAL PEREKONOMIANSITUASI JAMINAN
BAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANG
Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt
Gambar 2 Skema AHP Pengambilan Keputusan pemilihan plafond Penentuan Prioritas Elemen
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif yang didapat dari hasil penelitian kemudian diolah dengan memanipulasi matrik, ukuran matriks disesuaikan dengan jumlah elemen yang akan diolah. Pada permasalahan ini untuk matriks perbandingan nilai kriteria berukuran 5, ini didasarkan pada jumlah elemen kriteria, sedangkan pada level subkriteria diolah pada matriks beukuran 3 sesuai dengan jumlah elemen level sub kriteria.
Hasil dari langkah ini adalah didapatkannya prioritas masing – masing elemen baik pada level kriteria dan elemen subkriteria
1. Penentuan prioritas elemen kriteria
a. Matriks Perbandingan Berpasangan level kriteria
Matriks ini di isi oleh nilai-nilai perbandingan yang telah didapatkan dari hasil perbandingan nilai kriteria. Nilai – nilai tersebut dimasukan pada elemen matriks diagonal atas, sedangkan nilai – nilai diisi dengan nilai 1/nilai elemen diagonal atas.
Tabel 14
Pemisalan level kriteria PEMISALAN KRITERIA KODE karakter A kemampuan B modal C kondisi ekonomi D jaminan E Tabel 15
Matriks perbandingan nilai kriteria
UKURAN NILAI IR 5 1.12
KRITERIA A B C D E A 1.00 5.00 7.00 9.00 9.00 B 0.20 1.00 7.00 3.00 3.00 C 0.14 0.14 1.00 5.00 5.00 D 0.11 0.33 0.20 1.00 5.00 E 0.11 0.33 0.20 0.20 1.00 JUMLAH 1.57 6.81 15.40 18.20 23.00
b. Matriks nilai kriteria
Matriks ini dibuat untuk mengetahui nilai prioritas masing-masing kriteria, dengan rumus :
Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom lama/jumlah masing-masing kolom lama
Tabel 16 Matriks nilai kriteria MATRIKS NILAI KRITERIA
KRITERIA A B C D E jumlah prioritas
A 0.64 0.73 0.45 0.49 0.39 2.71 0.54
B 0.13 0.15 0.45 0.16 0.13 1.02 0.20
C 0.09 0.02 0.06 0.27 0.22 0.67 0.13
D 0.07 0.05 0.01 0.05 0.22 0.41 0.08
c. Matriks penjumlahan Setiap baris
Matriks ini dibuat sebagai referensi bagi matriks penghitungan konsistensi logis, matriks ini dibuat dengan cara mengalikan nilai prioritas elemen pada matriks nilai kriteria dengan nilai elemen pada matriks perbandingan berpasangan.
Tabel 17
Matriks penjumlahan tiap baris
KRITERIA A B C D E Jumlah A 0.54 1.02 0.94 0.73 0.34 3.57 B 0.04 0.20 0.94 0.24 0.11 1.54 C 0.02 0.03 0.13 0.41 0.19 0.77 D 0.01 0.07 0.03 0.08 0.19 0.37 E 0.00 0.07 0.03 0.02 0.04 0.15
d. Pengukuran rasio konsistensi
Pengukuran ini dilakukan untuk memastikan bahwa nilai judgment pada perbandingan berpasangan konsisten. Dengan mengacu pada aturan bahwa nilai Consistency Ratio (CR) <= 0.1. namun jika ternyata nilai CR lebih besar daripada 0.1 maka nilai judgment pada matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi terlebih dahulu dibuat tabel berikut :
Tabel 18
Perhitungan rasio konsistensi JUMLAH PER
BARIS PRIORITAS HASIL
A 3.57 0.54 4.11 B 1.54 0.20 1.74 C 0.77 0.13 0.91 D 0.37 0.08 0.45 E 0.15 0.04 0.19 JUMLAH 7.41
Hasil dari tabel diatas kemudian digunakan untuk menghitung konsistensi index, berikut ini data hasil penghitungan konsistensi index.
Tabel 19
Hasil perhitungan rasio konsistensi
Komponen Hasil Formula
JUMLAH KRITERIA
(n) 5 Ukuran matriks
LAMBDA MAKS 1.48 Jumlah tabel 3.18 / n
CI -0.70 (lambda maks-n)/n)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk kriteria adalah :
Tabel 20 Nilai prioritas kriteria Nama sub Nilai prioritas
karakter 0.54 kemampuan 0.20 modal 0.13 kondisi ekonomi 0.08 jaminan 0.04
2. Penentuan prioritas subkriteria
a. Penentuan prioritas subkriteria karakter
Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria.
b. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 21
Pemisalan sub karakter PEMISALAN KARAKTER KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 22
Matriks perbandingan sub karakter
UKURAN NILAI IR 3 0.58
SUB KRITERIA A B C A 1.00 9.00 9.00 B 0.11 1.00 9.00 C 0.11 0.11 1.00 JUMLAH 1.22 10.11 19.00
c. Matriks nilai prioritas sub kriteria karakter
Langkah ini sama seperti pada langkah pembuatan matriks nilai kriteria, perbedaannya adalah adanya tambahan kolom prioritas sub kriteria.nilai pada kolom tersebut didapatkan dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai maksimum prioritas.
Tabel 23
Matriks nilai prioritas sub kriteria karakter
SUB KRITERIA A B C jumlah prioritas
pioritas sub A 0.82 0.89 0.47 2.18 0.44 1.00 B 0.09 0.10 0.47 0.66 0.13 0.30 C 0.09 0.01 0.05 0.15 0.03 0.07 prioritas max 0.44 d. Matriks Penjumlahan tiap baris sub kriteria karakter
Tabel 24
Matriks penjumlahan tiap baris sub karakter
SUB KRITERIA A B C Jumlah
A 0.44 1.19 0.28 1.91
B 0.01 0.13 0.28 0.43
C 0.00 0.01 0.03 0.05
1. Pengukuran Rasio Konsistensi
Tabel 25
Perhitungan rasio konsistensi sub karakter JUMLAH PER
BARIS PRIORITAS HASIL
A 1.91 0.44 2.35
B 0.43 0.13 0.56
C 0.05 0.03 0.08
JUMLAH 2.98
Hasil Perhitungan nilai CR :
Tabel 26
Nilai CR sub karakter
JUMLAH KRITERIA (n) 3 Ukuran matriks
LAMBDA MAKS 0.99 Jumlah tabel 3.25 / n
CI -1.00 (lambda maks-n)/(n-1)
CR -1.73 (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria karakter adalah :
Tabel 27
Nilai prioritas sub kriteria karakter Nama sub Nilai prioritas
Baik 0.44
Cukup 0.13
Kurang 0.03
3. Penentuan prioritas elmemen sub kriteria Jaminan
Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level sub kriteria sebelumnya.
a. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 28
Pemisalan sub kriteria jaminan PEMISALAN JAMINAN KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 29
Perbandingan berpasangan sub jaminan
UKURAN NILAI IR 3 0.58
SUB KRITERIA A B C A 1.00 9.00 9.00 B 0.11 1.00 9.00 C 0.11 0.11 1.00 JUMLAH 1.22 10.11 19.00
c. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 30
Matriks prioritas sub jaminan
SUB KRITERIA A B C jumlah prioritas
pioritas sub A 0.82 0.89 0.47 2.18 0.44 1.00 B 0.09 0.10 0.47 0.66 0.13 0.30 C 0.09 0.01 0.05 0.15 0.03 0.07 prioritas maksimum 0.44
d. Matriks Penjumlahan tiap baris
Tabel 31
Matriks penjumlahan tiap baris sub jaminan
SUB KRITERIA A B C jumlah
A 0.44 1.19 0.28 1.91
B 0.01 0.13 0.28 0.43
C 0.00 0.01 0.03 0.05
e. Pengukuran Rasio Konsistensi
Tabel 32
Perhitungan rasio konsistensi sub jaminan JUMLAH PER
BARIS PRIORITAS HASIL
A 1.91 0.44 2.35 B 0.43 0.13 0.56 C 0.05 0.03 0.08 JUMLAH 2.98 Perhitungan nilai CR : Tabel 33 Nilai CR sub jaminan JUMLAH KRITERIA
(n) 3 Ukuran matriks
LAMBDA MAKS 0.99 Jumlah tabel 3.30 / n
CI -1.00 (lambda maks-n)/(n-1)
CR -1.73 (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima.
Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria karakter adalah : Tabel 34
Nilai prioritas sub kriteria jaminan Nama sub Nilai prioritas
Baik 0.44
Cukup 0.13
Kurang 0.03
4. Penentuan prioritas Sub kriteria Modal
Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria.
Tabel 35 Pemisalan sub modal
PEMISALAN MODAL KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 36
Matriks perbandingan sub modal
UKURAN NILAI IR 3 0.58
SUB KRITERIA A B C A 1.00 9.00 9.00 B 0.11 1.00 9.00 C 0.11 0.11 1.00 JUMLAH 1.22 10.11 19.00
b. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 37
Matriks nilai kriteria sub modal
SUB KRITERIA A B C jumlah prioritas pioritas sub
A 0.82 0.89 0.47 2.18 0.44 1.00
B 0.09 0.10 0.47 0.66 0.13 0.30
C 0.09 0.01 0.05 0.15 0.03 0.07
prioritas
maksimum 0.44
c. Matriks Penjumlahan tiap baris
Tabel 38
Matriks penjumlahan tiap baris sub modal
SUB KRITERIA A B C Jumlah
A 0.44 1.19 0.28 1.91
B 0.01 0.13 0.28 0.43
d. Pengukuran Rasio Konsistensi
Tabel 39
Perhitungan rasio konsistensi sub modal JUMLAH PER
BARIS PRIORITAS HASIL
A 1.91 0.44 2.35
B 0.43 0.13 0.56
C 0.05 0.03 0.08
JUMLAH 2.98
Tabel 40 Nilai CR sub modal JUMLAH KRITERIA
(n) 3 Ukuran matriks
LAMBDA MAKS 0.99 Jumlah tabel 3.30 / n
CI -1.00 (lambda maks-n)/(n-1)
CR -1.73 (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria modal adalah :
Tabel 41
Nilai prioritas sub kriteria modal Nama sub Nilai prioritas
Baik 0.44
Cukup 0.13
Kurang 0.03
5. Penentuan prioritas Sub kriteria kemampuan
Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria.
a. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 42
Pemisalan sub kemampuan PEMISALAN
KEMAMPUAN KODE
Baik A
Cukup B
Tabel 43
Matriks perbandingan sub kemampuan
UKURAN NILAI IR 3 0.58
SUB KRITERIA A B C A 1.00 9.00 9.00 B 0.11 1.00 9.00 C 0.11 0.11 1.00 JUMLAH 1.22 10.11 19.00
b. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 44
matriks nilai kriteria sub kemampuan
SUB KRITERIA A B C jumlah prioritas pioritas sub
A 0.82 0.89 0.47 2.18 0.44 1.00
B 0.09 0.10 0.47 0.66 0.13 0.30
C 0.09 0.01 0.05 0.15 0.03 0.07
prioritas
maksimum 0.44
c. Matriks Penjumlahan tiap baris
Tabel 45
Matriks penjumlahan tiap baris sub kemampuan
SUB KRITERIA A B C jumlah
A 0.44 1.19 0.28 1.91
B 0.01 0.13 0.28 0.43
C 0.00 0.01 0.03 0.05
d. Pengukuran Rasio Konsistensi
Tabel 46
Perhitungan rasio konsistensi sub kemampuan JUMLAH PER
BARIS PRIORITAS HASIL
A 1.91 0.44 2.35
B 0.43 0.13 0.56
C 0.05 0.03 0.08
Tabel 47
Nilai CR sub kemampuan JUMLAH KRITERIA
(n) 3 Ukuran matriks
LAMBDA MAKS 0.99 Jumlah tabel 3.30 / n
CI -1.00 (lambda maks-n)/(n-1)
CR -1.73 (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria modal adalah :
Tabel 48
Nilai prioritas sub kriteria kemampuan Nama sub Nilai prioritas
Baik 0.44
Cukup 0.13
Kurang 0.03
6. Sintesis pada Sub kriteria Kondisi Ekonomi
Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria.
a. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 49
Pemisalan sub kondisi ekonomi PEMISALAN MODAL KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 50
Matriks perbandingan sub kondisi ekonomi
UKURAN NILAI IR 3 0.58
SUB KRITERIA A B C A 1.00 9.00 9.00 B 0.11 1.00 9.00 C 0.11 0.11 1.00
b. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 51
Matriks nilai kriteria sub kondisi ekonomi
SUB KRITERIA A B C jumlah prioritas pioritas sub
A 0.82 0.89 0.47 2.18 0.44 1.00
B 0.09 0.10 0.47 0.66 0.13 0.30
C 0.09 0.01 0.05 0.15 0.03 0.07
prioritas
maksimum 0.44
c. Matriks Penjumlahan tiap baris Tabel 52
Matriks penjumlahan tiap baris sub kondisi ekonomi
SUB KRITERIA A B C jumlah
A 0.44 1.19 0.28 1.91
B 0.01 0.13 0.28 0.43
C 0.00 0.01 0.03 0.05
d. Pengukuran Rasio Konsistensi
Tabel 53
Perhitungan rasio konsistensi sub kondisi ekonomi JUMLAH PER
BARIS PRIORITAS HASIL
A 1.91 0.44 2.35
B 0.43 0.13 0.56
C 0.05 0.03 0.08
JUMLAH 2.98
Tabel 54
Nilai CR sub kondisi ekonomi JUMLAH KRITERIA
(n) 3 Ukuran matriks
LAMBDA MAKS 0.99 Jumlah tabel 3.30 / n
CI -1.00
(lambda maks-n)/(n-1)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria kondisi ekonomi adalah :
Tabel 55
Nilai prioritas sub kriteria kondisi ekonomi Nama sub Nilai prioritas
Baik 0.44
Cukup 0.13
Kurang 0.03
Tabel 56 Hasil analisis
LEVEL KRITERIA LEVEL SUB KRITERIA
KRITERIA PRIORITAS KRITERIA KRITERIA SUB PRIORITAS SUB
KARAKTER 0.54 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 KEMAMPUAN 0.20 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 MODAL 0.13 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 KONDISI EKONOMI 0.08 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 JAMINAN 0.04 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07
Setelah melakukan serangakaian langkah pada metode Analytic Hierarchy Process, kenudian hasil dari proses tersebut di tuangkan kedalam tabel diatas yang berisi nilai variabel untuk tiap elemen pada hirarki AHP yang nantinya akan digunakan sebagai referensi pengambilan keputusan.
Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak
Hasil dari tahap analisa persepsi menggunakan metode Analityc Hierarchy Process , kemudian dituangkan kedalam perancangan model sebuah perangkat lunak sistem pendukung keputusan. Dengan mengacu pada metodologi Unified Modelling Languange. Definisi kebutuhan perangkat lunak dilakukan untuk mengakomodasi seluruh kebutuhan baik data maupun proses yang diperlukan dalam pembentukan model.
Analisis kebutuhan fungsional (Use – Case Diagram)
Use – case diagram merupakan diagram yang menggambarkan semua proses (case) yang akan ditangani oleh perangkat lunak beserta aktor (pelaku) yang melakukan proses tersebut.
Tabel 57
Definisi kebutuhan sistem
NO KODE NAMA USE CASE
1 U 1 OLAH PERSEPSI
2 U 1.1 MENENTUKAN PRIORITAS KRITERIA
3 U 1.2 MENENTUKAN PRIORITAS SUBKRITERIA
4 U 2 PEMILIHAN ALTERNATIF
5 U 2.1 PENILAIAN PLAFOND A
6 U 2.2 PENILAIAN PLAFOND B
7 U 2.3 PENILAIAN PLAFOND C
Gambar 3 Diagram Use-case Flow of Event (Skenario)
Flow of event merupakan tabel yang berisi tentang penjelasan dari use case yang telah teridentifikasi. Menyajikan informasi tentang aksi aktor terhadap sistem dan reaksi sistem terhadap event yang diberikan oleh aktor.
1. Flow of event U 1
Tabel dibawah ini menyajikan flow of event dari use – case olah persepsi yang bertujuan untuk mengolah persepsi seorang manajer terhadap kriteria dan sub kriteria ahp.
<<extend>>
penentuan prioritas kriteria
penentuan prioritas sub kriteria
scoring plafond A Scoring Plafond B Scoring Plafond C olah persepsi MANAGER pemilihan laternatif <<extend>> <<extend>> <<extend>> <<extend>>
Perangkat lunak pendukung keputusan pemilihan plafond pembiayaan
Tabel 58 Flow of event case U 1
Identifikasi
Nomor
U 1Nama
Olah Persepsi
Tujuan
Proses mengelola persepsi manajer
DeskripsiTipe Primary, Essential Relasi <<extend>>
Aktor Manajer
Skenario Utama
Kondisi Awal
Menu utama tampilAksi Aktor Reaksi Sistem
1. klik menu olah persepsi 2. form olah persepsi tampil Kondisi Akhir Fom olah persepsi tampil dengan menampilkan
persepsi yang aktif. 2. Flow of event U 1.1
Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case menentukan prioritas kriteria. Yang bertujuan untuk menghitung nilai prioritas pada level kriteria
Tabel 59 Flow of event case U 1.1
Identifikasi
Nomor
U 1.1Nama
Menentukan prioritas kriteria
Tujuan
Menentukan nilai prioritas masing – masing kriteria
DeskripsiTipe Primary, Essential Relasi <<extend>>
Aktor Manajer
Skenario Utama
Kondisi Awal
-Aksi Aktor Reaksi Sistem
1. aktor memilih menu olah
persepsi 2. sistem menampilkan form olah persepsi 3. pilih ubah prioritas kriteria 4. sistem menampilkan form matrik
banding kriteria 5. aktor mengimputkan elemen
matrik, kemudian menekan tombol proses
6. sistem melakukan perhitungan sintesis prioritas untuk level kriteria, kemudian hasilnya ditampilkan dan di simpan Kondisi Akhir Prioritas kriteria ditampilkan dan di simpan
3. Flow of event U 1.2
Tabel dibawah ini memuat use case menentukan prioritas sub kriteria, dengan tujuan untuk melakukan sintesis terhadap level sub kriteria dan mendapatkan nilai prioritas dari masing-masing subkriteria.
Tabel 60
Flow of event case U 1.2 Identifikasi
Nomor
U 1.2Nama
Menentukan prioritas sub kriteria
Tujuan
Menentukan nilai prioritas masing – masing sub
kriteria
Deskripsi Tipe Primary, Essential Relasi <<extend>>
Aktor Manajer
Skenario Utama
Kondisi Awal
-Aksi Aktor Reaksi Sistem
1. aktor memilih menu olah persepsi
2. sistem menampilkan form olah persepsi 3. pilih ubah prioritas kriteria 4. sistem menampilkan form matrik
banding subkriteria 5. aktor mengimputkan elemen
matrik, kemudian menekan tombol proses
6. sistem melakukan perhitungan sintesis prioritas untuk level subkriteria,
kemudian hasilnya ditampilkan dan di simpan
Kondisi Akhir Prioritas subkriteria ditampilkan dan di simpan 4. Flow of event U 2
Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case pemilihan alternatif. Yang bertujuan untuk melakukan proses pemilihan alternatif setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria.
Tabel 61 Flow of event U 2
Identifikasi
Nomor
U 2Nama
Pemilihan alternatif
Tujuan
Menampilkan alterntif – alternatif dengan bobot
penilaian
Deskripsi Tipe Primary, Essential Relasi <<extend>>
Aktor Manajer
Skenario Utama
Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. pilih menu pemilihan alternatif
pada menu utama 2. form pilihan alternatif tampil Kondisi Akhir Form pemilihan alternatif tampil
5. Flow of event U 2.1
Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case penilaian plafond A. Memasukan bobot penilaian pada alterntif plafond A.
Tabel 62 Flow of event U 2.1
Identifikasi
Nomor
U 2.1Nama
Penilaian Plafond A
Tujuan
Memberikan penilaian kondisi kriteria pada plafon 1
– 5 jt
Deskripsi Tipe Primary, Essential Relasi <<extend>>
Aktor Manajer
Skenario Utama
Kondisi Awal
form pemilihan alternatif tampilAksi Aktor Reaksi Sistem
1. Aktor memilih menu penilaian plafond A
2. form penilaian plafond A tampil 3 aktor menginputkan penilaian,
dan mengklik tombol proses
4. sistem akan memproses penilaian dan menampilkan hasil pada form pemilihan alternatif
Kondisi Akhir Hasil penilaian tampil pada form pemilihan alterntif 6. Flow of event U 2.2
Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case penilaian plafond B. Untuk menginputkan bobt nilai bagi setiap kriteria pada range plafond B.
Tabel 63 Flow of event U 2.2
Identifikasi
Nomor
U 2.2Nama
Penilaian Plafond B
Tujuan
Memberikan penilaian kondisi kriteria pada plafon 5
– 10 jt
Deskripsi Tipe Primary, Essential Relasi <<extend>>
Aktor Manajer
Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. Aktor memilih menu penilaian
plafond B 2. form penilaian plafond B tampil 3 aktor menginputkan penilaian,
dan mengklik tombol proses 4. sistem akan memproses penilaian dan menampilkan hasil pada form pemilihan alternatif
Kondisi Akhir Hasil penilaian tampil pada form pemilihan alterntif 7. flow of event U 2.3
Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case penilaian plafond C.
Tabel 64 Flow of event U 2.3
Identifikasi
Nomor
U 2.3Nama
Penilaian Plafond C
Tujuan
Memberikan penilaian kondisi kriteria pada plafon 5
– 10 jt
Deskripsi Tipe Primary, Essential Relasi <<extend>>
Aktor Manajer
Skenario Utama
Kondisi Awal
form pemilihan alternatif tampilAksi Aktor Reaksi Sistem
1. Aktor memilih menu penilaian plafond C
2. form penilaian plafond C tampil 3 aktor menginputkan penilaian,
dan mengklik tombol proses
4. sistem akan memproses penilaian dan menampilkan hasil pada form pemilihan alternatif
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemilihan plafond merupakan permasalahan yang bersifat multikriteria. Dari hasil penelitian bahwa metode AHP dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan pengambilan keputusan pemilihan range plafond terbaik.
2. Hirarki AHP tersusun dari empat level, yaitu level Goal (tujuan), level kriteria, level sub kriteria, dan level alternatif.
3. Dari hasil implementasi metode AHP pada proses pengambilan keputusan pemilihan plafond pembiayaan terbaik di Baitul Mal Watamwil diperoleh bahwa faktor yang paling dominan yang dijadikan referensi bagi pengambilan keputusan adalah faktor karakter dengan intensitas 0.54
Saran
Selama penelitian terdapat temuan – temuan, dan penulis jadikan sebagai saran bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama: 1. Untuk menambah akurasi pengambilan keputusan sebaiknya perangkat lunak dilengkapi dengan layanan untuk menghitung faktor – faktor kuantitatif dalam hal pembiayaan.
2. Agar keputusan yang diambil semakin objektif dapat dilakukan penambahan level kriteria dan sub kriteria hirarki hendaknya.
3. Bagi peneliti yang bermaksud mengimplementasikan model perangkat lunak ini penulis saranakan untuk menggunakan bahasa pemograman berorientasi objek.
DAFTAR PUSTAKA
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. ANDI. Yogyakarta. Nugroho, Adi. 2005. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi
Berorientasi Objek. Informatika. Bandung.
Sholiq. 2006. Pemodelan Sistem Informasi Berorientasi Objek dengan UML. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Subakti, Irfan.2002.Sistem Pendukung Keputusan.Institut teknologi Sepuluh November.Surabaya.
Sudarsono, D.T.E. 2004.Penerapan Analytic Hierarchy Process (AHP) Untuk Pemilihan Metode Audit PDE Oleh Auditor Internal.Hal 71-74.
Suryadi, Kadarsih. Dan Ramdhani, Ali. M. 2002.Sistem Pendukung Keputusan Suatu wacana Struktural dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan.PT Remaja Rosdakarya.Bandung.
Tim Absindo Jabar.2007.Modul Pelatihan Tingkat Dasar Bagi Pengelola BMT Se-Jawa Barat.ABSINDO.Bandung.