Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
PENGAMBILANMETASERI{ARIAFASCIOLA IGANTICA
PADA SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSADI SURADE SUKABUMI JAWA
BARAT
Suharyanta
Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata 30 Bogor RINGKASAN
Pengambilan metaserkaria Fasciola gigantica dilakukan di tujuh lokasi di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Koleksi ini dilakukan setiap bulansejak Februari hingga Mei2002 selama 4 hari setiap kali pengambilan . SiputLymnaea Rubiginosadikumpulkandari sawah yang berdekatan dengan kandang sapi dengan menggunakan kantong plastik, kemudian di ternpatkan pada kaca berukuran 20 x 40 cm untuk dipres clan di seksi kemudian diperiksadi bawah mikroskop stereo untuk di identifikasi terhadap adanya serkaria yang kemudian akan menjadi metaserkaria F. gigantica. Total siput L.rubigincsa dari 4 kali pengambilan adalah sebanyak 9.191 ekor, terdiri dari : 550 siput(5,98 %) positifF. gigantica, 1 .092 (11,92 %) positiftrematoda lainnya clan 7.543 siput (82,09 %) negatif, serta didapatkan 98.000 metaserkariaF. gigantica. Koleksi metaserkaria dari lapangan ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan penelitian Fasciolosis di laboratorium Balitvet Bogor.
Kata kunci: Metaserkaria, Fasciola gigantica, Lymnaea rubiginosa, serkaria. PENDAHULUAN
Penyakit cacing hati (Fasciolosis) merupakan penyakit parasiter yang secara ekonomis yang menyerang hewan ruminansia yang disebabkan oleh Fasciola gigantica (Edney Dan Muklis, 1962; Brotowidjojo 1986). Siput Lymnaea rubiginosa merupakan satu-satunya induk semang antara dalam siklus hidup cacing F.gigantica di Indonesia (Boray 1985). Sehubungan dengan banyaknya metaserkariaF. gigantica yang diperlukan untuk penelitian Fasciolosis, maka untuk mencukupi
kebutuhan metaserkaria F. gigantica di laboratorium, selain membuat infeksi buatan dengan merasidium F. gigantica pada siput L. rubiginosa di aquarium, juga dilakukan pengambilan metaserkariaF.gigantica yang berasal dari siput L. rubiginosa dilapangan. Selain itu jugs untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendadak, di mana persediaan metaserkaria Egigantica semang kosong, sebab bila menunggu produksi dari infeksi buatan, memerlukan waktu sekitar2 bulan setelah siput di infeksi. MetaserkariaF.gigantica terjadi di lapangan karena adanya tinja sapi atau ternak yang mengandung telur cacingF.gigantica di persawahan yaitu pada saat hewan itu digembalakan atau digunakan untuk mengolah sawah (Boray 1985). Bila kandang sapi tersebut berdekatan dengan sawah di mana tinjanya langsung mengalir ke persawahan maka di lokasi ini biasanya siput L. rubiginosa banyak yang terinfeksi dengan F.gigantica. Oleh karena itu lokasi persawahan yang dekat dengan kandang merupakan lokasi yang sangat potensial untuk kelestarian daur hidup F. gigantica, di mana telur cacing F. gigantica menetas menjadi merasidium langsung masuk ke dalam
siput L. rubiginosa kemudian akan menjadi redia, setelah selang waktu kurang lebih 6 minggu siput akan mengeluarkan serkaria clan kemudian berenang di permukaan air lalu menempel di rumput atau jerami clan setelah beberapajam akan menjadi metaserkaria. Siput ini selain dapatterinfeksi F. gigantica juga dapat terinfeksi trematoda lainnya seperti: Echinostoma sp. clan Trichobilharzia sp. (Lie EtAl ; 1973 ; Ong Dan Kuan, 1973 ; Estuningsih, 1992 ).,serta cacing Oligochaeta, yaitu Chaetogaster sp. (KHALIL, 1961 ; MICHELSON, 1964). Trematoda tersebut saling bersaing untuk dapat masuk ke dalam tubuh siput L. rubiginosa. Siput ini hidup di persawahan clan populasinya tidak di pengaruhi oleh musim, namun di pengaruhi oleh sumber makanan clan kestabilan habitatnya (Widjajanti, 1998).
BAHAN DAN CARA
Siput L. rubiginosa clewasa dikumpulkan dari area persawahan di beberapa desa di Kecamatan Sumde,kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Koleksi metaserkaria F. gigantica dilakukan setiap bulan selama 4 bulan pada lokasiyang sama yaitu mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2002. Pengambilan siput diutamakan di area persawahan yang berdekatan dengan kandang sapi, yang dianggap infeksi Egigantica pada siput L. rubiginosa lebih tinggi dibandingkan dengan di area persawahan yang jauh dari kandang sapi yanghanya 0,5% (Suhardono, 1998). Siputdikumpulkandengan menggunakan kantong plastik berukuran 1500 cm clan diberi label, kemudian dicuci dengan air untuk menghilangkan lumpur yang menempel pada rumah siput clan dikeringkan dengan menggunakan tissue atau lap kering. Koleksi metaserkaria F. gigantica harus dilakukan secepat mungkin setelah koleksi siput, untuk mencegah kematian siput. Tempatkan siput secara berukuran pada kaca yang berukuran 20x40 cm sebanyak 40 siput, lalu di pres dengan kaca yang berukuran sama, kemudian diklip pada kedua ujung kaca dengan menggunakan binder Hip. Periksa di bawah mikroskop stereo untuk identifikasi serkaria F. gigantica clan trematoda lainnya. Siput yang positifterhadap serkaria F. gigantica diberi tanda di atas kaca dengan spidol. Dengan menggunakan Was kumpulkan siput yang positiftersebut ke dalam cawan petri yang berisi akuades. Siput tersebut satu per satu dibedah clan serkaria besetta redianya dikeluarkan dari badan siput, kemudian di saling dengan saringan berukuran 1 mm clan ditampung dalam kantong plastik berukuran 1500 cm dengan menggunakan botol penyemprot berisi akuades, sehingga redia clan serkaria akan lolos clan tertampung, sedangkan cangkang clan badan siput akan tertinggal dalam saringan. Tambahkan akuades hingga cairan jernih clan ikat kantong plastik kemudian tempatkan di tempat yang clatar clan terhinclar dari guncangan pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah 24 jam akuades diganti clan bersihkan redia clan serkaria yang tidak menjadi metaserkaria dengan cara menggoyangkan secara perlahan, maka metaserkaria yang baik akan menempel dengan kuat di plastik. Plastiktersebut disimpan di bak yang berisikan air untuk di bawa ke laboratorium. Setelah sampai di laboratorium metaserkaria dicuci dengan akuades,lalu disimpan dalam botol yangberisi akuades pada suhu 4°c. Akuades diganti setiap 4 hari untuk menghindari tumbuhnya jamur clan protozoa yang akan mengganggu kuaGias dari metaserkaria.
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
HASIL DAN PEMBAHASAN
SiputL.rubiginosa yang terkumpul sangat beragam baik jumlahnya maupun ukurannya. Siput yang diperiksa diutamakan yang panjang rumah siputnya berukuran lebih dari 1 cm. Akan tetapi siput yang berukuran besar tidak ditemukan disemua lokasi, di Gandasoli misalnya, di lokasi ini hampir tidak pernah didapatkan siput yang besarnya lebih dari 1 cm, tetapi banyak didapatkan siput yang positif terhadap F. gigantica. Pada umumnya untuk koleksi siputL. rubiginosa tidak mengalami kesulitan, sedangkan untuk mendapatkan siputyang positifterhadap Fgigantica perlu memilih waktu dan lokasi yang tepat. Pengambilan pertama di mulai pada bulan Februari di mana pada saat itu petani sedang mengolah sawah untuk tanam padi, pada bulan ini waktunya kurangtepat untuk pengambilan metaserkariaF. gigantica, karena di samping populasi siputnya rendah, jumlah metaserkaria F. giganticajugsrendah (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena rediaF.gigantica pada siput L. rubiginosa masih terlalu muda. Menurut Boray (1985), merasidium F. gigantica yang masuk kedalam tubuh siput
L.rubiginosa,memerlukan waktu sekitar 6 minggu untuk menjadiredia. Pengambilan keduadilakukan
pada bulan Maret, di mana tanaman padi berumur sekitar 1 bulan dan belum terlalutinggi pada kondisi ini sangat mudah untuk mengumpulkan siputL.rubiginosa. Walaupun persentase siput yangterifeksi F. gigantica masih relatif rendah, akan tetapi jumlah siput yang diperoleh lebih banyak jumlahnya sehingga metaserkaria yang diperolehpun juga lebih banyak (Tabel 2.). Pada pengambilan ketiga, yaitu pada bulan April di mana padi sudah tinggi,sehingga sulit untuk mendapatkan siput sehingga hanya diperoleh metaserkaria yangjumlahnyapun lebih rendah dari pengambilan kedua (Tabel 3).
Tabel l. Data pengambilan siput Lymnae Rubiginosaasal lapangan Kec. Surade Kab. Sukabumi bulan Februari2002.
Keterangan : Jumlah metaserkaria F.gigantica yang diperoleh 9.000.
Sedangkan pengambilan keempat yaitu pada bulan Mei, saat itu petani baru saja selesai panen padi, sehingga siput L. rubiginosa dan metaserkariaF.gigantica dengan mudah dapat dikumpulkan yang diperolehjauh lebih banyak, yaitu sampai mencapai 52.000.
160 Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan
Lokasi Jumlsh danpersentase siputL mbigir~osa g dikoleksi Jumlsh +F.gigantica +Trematodalain Negatif siput
Cibelung
7(2,00/o) 38 (11,Q9`0) 290 (86Z%) 335Citanglar 6 (1UOYo) 52 (9"OYo) 479 (89 %) 537
Cilalay 5 (2j%) 19 (10W9'0) 161(87~Vo) 187
Gandasoh 13 (9,q°/o) 16 (11Xo) 109 (78,Uolo) 138
Ciparay 28(10%) 26 (9,,Z`o) 214 (79,U%) 268
TegslPari 26 (5 9ro) 53 (11,x) 393 (83AYo) 472
Kadaleman 7 (5&%) 21(16 %) 101(78 4'0) 129
Tabe12. Data pengambilan siput Lymnae Rubiginosa asal lapangan Kec. Surade Kab. Sukabumi bulan Maret 2002
Koleksi metaserkaria F. gigantica dilakukan setiap bulan selama 4 bulan pada lokasi yang sama. Jumlah metaserkaria yangdiperoleh bervariasi pada setiap kali pengambilan. Bila dijumlahkan maka dari 4 kali pengambilan diperoleh metaserkaria F.gigantica sebanyak 98.000 (rata-rata 24.500/ pengambilan) yang berasal dari 550 (5,98%) siput L. rubiginosa. Sebanyak 1096 siput (11,92 %) terinfeksi trematoda lain, seperti Echinostoma sp., Trichobilharzia sp. dan Streigidae. Sedangkan 7.543 siput (82,09 %) tidak terinfeksi (negatif). Selain terifeksi F. gigantica atau trematoda lainnya, dalam tubuh siput banyak ditemukan Chaetogaster. Chaetogaster tersebut dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan siput (Ong Dan Kuan, 1973), dan menurut Backlund (1949) Dan Khalil (1961), Chaetogastersp. dapat memangsa serkaria F. hepatica dan F.gigantica atau setidaknya dapat menghambat masuknyamerasidium ke dalam badan siput . Faktor lain yang dapat mempengaruhi infeksi Fgigantica pada siput L. rubiginosa adalah trematoda Echinostoma sp. Trematoda ini dapat menginfeksi siput dalam bentuk merasidium, maupun serkarianya, bahkan larva cacing Echinostoma mampu mendominasi larva cacing trematoda jenis lain dengan cara menyingkirkannya dari tubuh siput (Lie EtAl ;1965 ;Lie, 1966).
Tabel 3 . Data pengambiIan siput Lymnae Rubiginosa asal lapangan Kec. Surade Kab. Sukabumi bulanApril 2002
Keterangan : Jumlah metaserkaria F. gigantica yang di dapatkan 14.500
Lokasi Jumlah dan persentase siput L. rubiginosa Jumlah
an dikoleksi siput
+ F .gigantica +Trematoda Negatif
lain Cibalung 12(4.11%) 29(9.93%) 251 (86,96%) 292 Citanglar 9(3,26%) 31 (11,23%) 236 (85,51%) 276 Cilalay 11 (7,48%) 18(12 .24%) 118 (80,27%) 147 Gandasoli 17(7.30%) 23(9,07%) 193 (87,12%) 233 Ciparay 12(5,86%) 21 (9,91%) 179(84,49°!0) 212 Tegal Pan 16(4,36%) 34(g.26%) 317 (86,38%) 367 Kadaleman 3(3,66%) 19(23 .17%)__ 60(73 .17%) 82 T o t a I 80 (4 .9 19/b) i (175 10,88%) 1(84,15%) -( _ 1609
Lokasi um a an persentase siput . ru iginosa yangdikoleksi Jumlahsiput
+ .gigantica + remato a egad
lain
-ibalung 32 (6 .657.T- 53(11 .01) .sey (~sl,.~srod 481
Citanglar 23(4 .35%) 78(14 .74%) 428 (80,91%) 529 Cilalay 9(4,15%) 31 (14,29%) 177 (81,57%) 217 Gandasoli 11 (6,55%) 19(11 .31%) 138 (82,14%) 168 Ciparay 36(9,21%) 43(10 .99%) 312 (79 .79%) 391 Tegal Pari 33(6,76%) 58(11 .89%) 397 (81,35%) 488 Kadaleman 7(6,73%) 32(30,77%) 65(67 .31%) 104 o t a 15 (6,35%) 314 (13,20)__ 1913(80,45%) 2378
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Disetiap lokasi ditemukan infeksiF.giganticapada siput L.rubiginosa lebih rendah di bandingkan dengan infeksi trematoda lainnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya unggas, seperti: itik, dan ayam. Unggas tersebut sangat mudah terinfeksiEchinostomasp.danStreigidae sehinggaF.gigantica
kalah bersaing untuk masuk ke dalam tubuh siput. Estuningsih (1998) menemukan bahwa ada fenomena antagonis yang kuat antara larvaE. revolutum dan F.gigantica,karena dalam waktu 30 hari setelah siput L. rubiginosa di infeksi secara bersamaan dengan kedua macam larva tersebut, siput L.rubiginosa
hanya terinfeksi olehE.revolutum .
Tabel 4. Data pengambiIan siputLymnae Rubiginosaasal lapangan Kec. Surade Kab. Sukabumi bulan Mei 2002
Keterangan : Jumlah metaserkaria F. giganticayang diperoleh 52.000. KESIMPULAN
Untuk mendapatkan metaserkaria F. giganticasecara maksimal pada siput L. rubiginosa di lapangan, perlu mempertimbangkan waktu dan memilih lokasi yang tepat, karena erat hubungannya dengan musim tanam padi di sawah.
Waktu koleksi siput yang paling tepat adalah pada saat padi berumur sekitar satu bulan dan saat setelah panen.
Lokasi persawahan yang berdekatan dengan kandang sapi merupakan lokasi yang paling tinggi tingkat infeksi siputnya.
Tinggi rendahnya tingkat infeksi siputL. rubiginosaterhadap F. giganticajuga di pengaruhi oleh keberadaan trematoda lain yang berasal dari unggas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada ACIAR PROJECT AS1 /9727 yang telah mendanai seluruh koleksi metaserkaria F. gigantica. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Drh.S.Endah Estuningsih MSc, Drh . Sri Widjajanti MSc, dan Yayan Daryani di Parasitologi Balitvet,serta Sdr. Ahmad di Kec. Surade Kab. Sukabumi,Jawa Barat yang telah membantu kelancaran koleksi siput tersebut.
162 Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan
Lokasi Jumlah dan persentase siput L. rubiginosayang Jumla
dikoleksi h siput
+ F.gigantica + Trematoda Negatif lain Cibalung 54(7,85%) 73(10,61%) 561 (81,54%) 688 Citanglar 27(5 .70%) 68(14,35%) 379 (79,96%) 474 Cilalay 1 B (5,45%) 43(14,03%) 269 (81 .51%) 330 Gandasoli 37(6 .94%) 57(13,77%) 320 (77,29%) 414 Ciparay 38(10,67%) 41 (11 .52%) 277 (77 .81%) 356 TegalPari 39(6,59%) 63(10.64%) 490 (82,77%) 592 Kadaleman 14 (4,89%) 37(12.94%) 235 (82,17%) 286 T o t a 1 227(7,23%) 382 C12,17%) 2531 (80,60%) 3140
DAFTAR BACAAN
Backlund, H.D. 1949. En kommensal som eter sitt varddjurs parasiter Fauna O. Flora, pop. Tidske -Biol. 44:38-41 .
Boray, J.C. 1985. Trematoda ofIndonesian Frinol and Rerviscel Report on A Short Tern Assigment in Indonesia (29 April - 24 May) . PP53 .
Brotowidjojo, M.D. 1986. Lymnaea auricularia Rubiginosa, snail intermediate host For the Liver Fluke Fasciola Gigantica in the Yogyakarta district. 1 . external Characteristics at the shell atthe snail . Bull . FKH UGM 6:20 - 22.
Edney, N .M. AndA.Muklis . 1962. Fasciolasis in Indonesian livestock. Comm. Yet. 2: 49-62. Estuningsih, S.E. 1992 . Larva (cercaria) trematoda pada siput Lymnaea Rubiginosa Yangterdapat di
persawahan daerah Bogor, Jawa Barat. PenyakitHewan 24 (44) :118 - 120.
Estuningsih, S.E. 1998. Studi tentang penggunaan larva cacing Echinostoma evolutum sebagai agen kontrol biologis cacing FasciolagiganticaJ Ilmu ternak Pet. Vol.3(2).129-135.
Khalil, L.F. 1961 . On the capture and ditrution ofmiracidia by Chaetogaster Lymnaea (Oligochaete). J. Helminth. 35 (3/4) : 269 - 274.
Lie, K.J., P.F. Basch, And T. Umathevy. 1965. Antagonism between two spesies at larvae trematodes in the same snail. Nature 206 : 422 - 423 .
Lie, K.J. 1966. Antagonistic interaction between Schistosoma mansoni Sporocysts and Echinostome redial in the snail Australorbis glabratus. Nature 211 :1213 -1215.
Lie, K.J, H.K. Lim, And C.K. Ow - Yang. 1973 . Synergism ang antagonism between Two trematodes species and the snail Lymnaea Rubiginosa. Int. J. parasital. 3 : 729 - 733.
Michelson, E.H. 1964. The protective action ofChaetogasterLimnaea on snails exposed to Schitosoma mansoni. J. parasital. 50 (3) : 441 -444.
Ong, P.L. And E. Kuan. 1973 . The reproductive systems of Indoplanorbis exurtus (Deshayes) (planorbidae : pulmanata) and Lymnaea Rubiginosa (Michelin) (Lymnalidae : Pulmunata) a discription in healthy Trematodes harbouring snails. SoutheastAsian. J. Trop. Med. Publ. Hlth. 4(1) :46-54.
Suhardono. 1998. Pengendalian infeksi cacing hati pada ternak : kontrol biologi F. gigantica dengan trematoda lain pada siput Lymneae Rubiginos. Wartazoa. 7 (1).1998.15 -21 .
Widjajanti, S. 1998. Estimasi populasi siput hymnaea Rubiginosa dan siput air tawar Lainnya di sawah dan di kolam di Bogor Jawa Barat. J. Ilmu Ternak Vet. 3 (2). 124 - 128.