commit to user
46
BAB IV
ANALISIS DATA
Sehubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi dan penanda koherensi serta karakteristik wacana antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu-persatu.
A. Penanda Kohesi
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sarana untuk membentuk wacana yang kohesif dan koheren yaitu penanda kohesi dan koherensi. Dalam penelitian terhadap Antologi Cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan dua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi) yang menggunakan pronomina, penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Secara lebih detail, dapat dilihat uraiannya sebagai berikut.
commit to user
1. Penanda Kohesi Gramatikal
a. Pengacuan (Referensi)
Referensi merupakan pengacuan terhadap sesesuatu hal yang sedang dibicarakan atau ditulis sebelumnya atau sesudahnya baik di dalam atau di luar satuan gramatikal. Referensi diwujudkan dalam bentuk pronomina. Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis bentuk pronomina, yaitu pronomina persona (kata ganti orang), pronomina demonstratif (kata ganti penunjuk), dan pronomina komparatif (kata perbandingan).
1). Pronomina Persona
Beberapa contoh kepaduan wacana yang didukung oleh kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona dapat dilihat pada data-data berikut ini.
(1/1) Aku wis pasrah wae! mangkono ngendikane Mbah Karji Kung sing
dimirengake Mbah Karji Uti kaya nyendhal ati. (WK/H1/P2).
‘Aku sudah pasrah saja! begitulah perkataan kakek Karji yang didengarkan nenek Karji seperti menyenggol hati’
Penjelasan dari data (1/1) di atas yaitu terdapat referensi pronomina persona I tunggal bentuk bebas yaitu aku ‘aku’ dengan realitas yang mengacu kepada tokoh yang bernama Mbah Karji Kung dalam cerkak berjudul wiring
kuning. Maka termasuk pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di
dalam teks dengan acuan Mbah Karji yang baru disebutkan di sebelah kanan pronomina aku ‘aku’.
Kemudian data (1/1) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) menjadi berikut.
commit to user
(1/1a) Aku wis pasrah wae! ‘Aku sudah pasrah saja!’
(1/1b) mangkono ngendikane Mbah Karji Kung sing dimirengake Mbah karji
Uti kaya nyendhal ati. ‘Begitulah perkataan kakek Karji yang
didengarkan nenek Karji seperti menyenggol hati’
Setelah diuji dengan teknik BUL, maka selanjutnya data (1/1a) dianalisis dengan teknik lesap menjadi berikut.
(1/1c) *Ø wis pasrah wae! ‘Ø sudah pasrah saja!’
Setelah dianalisis dengan teknik lesap data (1/1a) masih tetap gramatikal dan berterima. Karena apabila kata Aku ‘aku’ dilesapkan informasi tetap jelas. Maka pronomina persona tersebut wajib hadir. Kemudian data (1/1a) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.
(1/1d) Aku wis pasrah wae!
*Ingsun *Kula
‘ Aku sudah pasrah saja!’
Aku Saya
Hasil analisis data (1/1d) di atas, kata aku ‘aku’ merupakan ragam ngoko sehingga tidak bisa digantikan dengan kula ‘saya’, karena kata kula ’saya’ termasuk dalam ragam krama. Sementara itu, ingsun ‘aku’ juga tidak dapat menggantikan aku ‘aku’ karena ragam klasik dan hanya digunakan untuk Raja dan Tuhan. Oleh karena itu, kata ingsun ‘aku’ tidak tepat jika digunakan pada kalimat data di atas.
commit to user
Data lain yang merupakan pronomina persona I tunggal adalah sebagai berikut.
(2/82) Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wong meneng
iku aja sok kenemenen, mengko yen ditinggal marahi gela lan keranta-ranta. (L/H34/P18)
‘Maka akan ku ingat-ingat selamanya di hidupku jika menyengaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan, nanti jika ditinggal membuat kecewa dan sakit hati.’
Pronomina yang terdapat pada data (2/82) yaitu dak- pada kata
dakeling-eling ‘ku ingat-ingat’ yang merupakan pronomina persona I tunggal bentuk terikat
lekat kiri mengacu pada tokoh utama yaitu penulis dalam hal ini adalah Trinil. Maka pengacuan tersebut merupakan eksofora karena acuannya berada di luar teks. Selain itu pada data (2/82) terdapat pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu -ku ‘-ku’ pada kata uripku ‘hidupku’ yang merupakan pengacuan eksofora juga, sebab acuannya sama yaitu mengacu pada Trinil atau penulis cerkak ini sebagai tokoh utama.
Kemudian data (2/82) dibagi menurut unsur langsungnya dengan teknil bagi unsur langsung (BUL) menjadi seperti berikut.
(2/82a) Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wong meneng
iku aja sok kenemenen
‘Maka akan kuingat-ingat selamanya di hidupku jika menyengaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan’
(2/82b) mengko yen ditinggal marahi gela lan keranta-ranta.
‘ nanti jika ditinggal membuat kecewa dan sakit hati.’
Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, maka data (2/82a) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut.
(2/82c) *Mula bakal Øeling-eling selawase uripØ yen njaragi wong meneng
commit to user
‘Maka akan Øingat-ingat selamanya di hidupØ jika menyengaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan’ Hasil analisis pada data (2/82c) dengan teknik lesap ternyata pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ‘ku-’ pada kata
dakeling-eling ‘kuingat-ingat’dan pronomina persona I tunggal bentuk terikat
lekat kanan –ku ‘-ku’ pada kata uripku ‘hidupku’ wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, karena apabila dilesapkan informasi menjadi tidak jelas.
Setelah diuji dengan teknik lesap maka data (2/82a) diuji dengan teknik ganti seperti berikut.
(2/82d)Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wong
takeling-eling * urip kula *kula eling-eling
meneng iku aja sok kenemenen
‘Maka akan kuingat-ingat selamanya dalam hidupku jika
me-kuingat-ingat hidup saya
saya ingat-ingat
nyegaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan.’
Hasil analisis data (2/82d) pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- pada kata dakeling-eling ‘kuingat-ingat’, tidak bisa diganti dengan pronomina kula ‘aku’ karena pronomina dak- ‘ku-’ merupakan ragam
ngoko. Begitu juga dengan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat
kanan -ku ‘ku’ pada kata uripku ‘hidupku’ juga tidak bisa diganti dengan pronomina kula ‘saya’ karena pronomina kula ‘saya’ termasuk ragam krama sehingga tidak dapat saling menggantikan karena berbeda ragam.
commit to user
Data yang menunjukkan pronomina persona II tampak pada data berikut.
(3/174) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh iki mono pacobane uripmu.
Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […] (WK/H8/P37) […] Pak Yitno luluh atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet, ditangisi kemekelen kaya impene nalika ngekep jago wiring kuning sing gudrah getih. (WK/H8/P38)
‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupmu. Jika kamu kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus […]’
‘[…] Pak Yitno luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul dengan rapat, ditangisi dengan histeris seperti mimpinya ketika mendekap ayam berbulu kuning yang berlumuran darah.’
Data (3/174) di atas terdapat pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu –mu ‘-mu’ pada kata uripmu ‘hidupmu’. Pengacuan ini termasuk dalam pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di dalam teks yaitu tokoh bernama Pak Yitno yang merupakan anak dari Mbah Karji yang telah disebutkan sesudahnya dalam teks cerita sebagai berikut, Pak Yitno luluh
atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet, ditangisi kemekelan […] ‘Pak Yitno
luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul rapat, ditangisi histeris […]’. Sedangkan pronomina kowe ‘kamu’ termasuk dalam pronomina persona II tunggal bentuk bebas. Acuannya sama yaitu Pak Yitno, dengan jenis yang sama pula termasuk pengacuan endofora kataforis.
Kemudian data (3/174) dianalisis dengan taknik BUL menjadi berikut. (3/174a) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh ini mono pacobane uripmu.
‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupmu.’
(3/174b) Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […]
commit to user
(3/174c) […] Pak Yitno luluh atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet,
ditangisi kemekelen kaya impene nalika ngekep jago wiring kuning sing gudrah getih.
‘[…] Pak Yitno luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul dengan rapat, ditangisi dengan histeris seperti mimpinya ketika mendekap ayam berbulu kuning yang berlumuran darah.’
Setelah dibagi dengan teknik BUL, selanjutnya data (3/174a) dan (3/174b) diuji dengan tenik lesap sebagai berikut.
(3/174d) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh ini mono pacobane uripØ. ‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupØ.’ (3/174e) Yen Ø kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […]
‘Jika Ø kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus […]’
Hasil analisis dengan teknik lesap di atas adalah bahwa pada pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu ‘-mu’ dan pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe ‘kamu’ tidak wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana masih gramatikal dan berterima. Buktinya masih ada kata Le yang menunjukkan bahwa Mbah Karji berkomunikasi dengan putranya yang bernama Pak Yitno. Setelah diuji dengan teknik lesap, kemudian dilanjutkan dengan teknik ganti menjad i seperti berikut.
(3/174f) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh iki mono pacobane uripmu
*urip
panje-nengan
‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupmu ’ *hidup
anda
(3/174g)Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […]
commit to user
‘Jika kamu kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus […]’
*anda
Setelah diuji dengan teknik ganti maka pada data (3/174f) hasil analisisnya adalah pada pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu pada kata uripmu ‘hidupmu’ tidak dapat digantikan dengan pronomina panjenengan ‘anda’ karena panjenengan ‘anda’ merupakan ragam krama. Sedangkan –mu ‘-mu’ merupakan ragam ngoko. Hal ini tidak berbeda dengan analisis pada data (3/174g) pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe ‘kamu’ yang termasuk dalam ragam ngoko tidak dapat digantikan dengan satuan lingual panjenengan ‘anda’ yang termasuk dalam ragam krama. Sebab akan terjadi kejanggalan karena di dalam teks menceritakan bahwa Mbah Karji selaku ayah yang berkata kepada Pak Yitno selaku anak, sehingga tidak tepat jika ayah berkata kepada anaknya dengan ragam krama.
Data yang menunjukkan pronomina persona III adalah sebagai berikut.
(4/191) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing
sakiwa-tengene Jombang, Pare, nganti Kediri. Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke iku wis nuduhake bakate ing babagan tetulung wong babaran. (AR/H44/P1)
‘Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di kiri-kanannya daerah Jombang, Pare sampai Kediri. Sejak masih gadis dulu memang
dia sudah memperlihatkan bakatnya dalam hal menolong orang yang
melahirkan.’
Pronomina yang terdapat pada data (4/191) yaitu dheweke (dia) yang merupakan pronomina persona III tunggal bentuk bebas mengacu pada tokoh utama yaitu Bu Singgih-Sumobito. Maka pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora anaforis karena acuannya telah disebutkan pada kalimat
commit to user
pertama. Selain itu pada data (4/191) juga terdapat pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu -e ‘-e’ pada kata bakate ‘bakatnya’ yang merupakan pengacuan endofora anaforis juga, sebab acuannya sama yaitu mengacu kepada Bu Singgih-Sumobito. Data (4/191) di atas kemudian dibagi unsur langsungnya menjadi berikut.
(4/191a) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing
sakiwa-tengene Jombang, Pare, nganti Kediri.
‘Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di kiri-kanannya daerah Jombang, Pare sampai Kediri.’
(4/191b) Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke iku wis nuduhake bakate ing
babagan tetulung wong babaran.
‘Saat masih perawan dulu memang dia sudah memperlihatkan
bakatnya dalam hal menolong orang yang melahirkan.’
Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (4/191b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut.
(4/191c) *Wiwit isih prawan biyen pancen Ø iku wis nuduhake bakatØ ing
babagan tetulung wong babaran.
‘Saat masih perawan dulu memang Ø sudah memperlihatkan bakatØ
dalam hal menolong orang yang melahirkan.’
Hasil analisis dengan teknik lesap di atas adalah bahwa pada pronomina persona III tunggal bentuk bebas dheweke ‘dia’ dan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -e ‘-e’ wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga akan terjadi ketidaklengkapan sebuah informasi. Selanjutnya data (191b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.
(4/191d) Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke iku wis nuduhake
commit to user
bakate ing babagan tetulung wong babaran.
*bakatipun
‘Saat masih perawan dulu memang dia sudah memperlihatkan
dia
bakatnya dalam hal menolong orang yang melahirkan.’ bakatnya
Setelah diterapkan dengan teknik ganti pada data (4/191d) kata dheweke ‘dia’ yang digantikan dengan kata piyambakipun ‘dia’ ternyata tidak dapat saling menggantikan dan tidak berterima karena berbeda ragam, antara ragam ngoko dan
krama sehingga tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Demikian pula yang
terjadi pada pronomina –e ‘-nya’ pada kata bakate ‘bakatnya’ yang digantikan dengan pronomina –ipun ‘nya’ pada kata bakatipun ‘bakatnya’ tidak sesuai karena juga berbeda ragam.
2). Pronomina Demonstratif
Pronomina demonstratif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pronomina demonstratif waktu dan pronomina demonstratif tempat. Pronomina demonstratif waktu yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan waktu netral, sedangkan pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit dan agak dekat dengan penutur.
commit to user
Pronomina demonstratif waktu dapat dilihat dalam beberapa data berikut ini.
(5/267) Saiki Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane sing
padha diundang. Sing ora teka sajake padha dititipake marang kancane sing teka ing resepsine. (K/H20/P5)
‘Sekarang Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari teman-temannya yang diundang. Yang tidak datang nampaknya dititipkan kepada yang datang di resepsinya.’
Pada wacana (5/267) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu kini, yaitu kata saiki ‘sekarang’ yang mengacu pada waktu hari resepsinya Nila dan Alwi yang telah disebutkan pada akhir kalimat sehingga pengacuan ini bersifat endofora kataforis. Kemudian data (5/267) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.
(5/267a) Saiki Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane sing
padha diundang.
‘Sekarang Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari teman-temannya yang diundang.
(5/267b) Sing ora teka sajake padha dititipake marang kancane sing teka ing
resepsine.
‘Yang tidak datang nampaknya dititipkan kepada yang datang di resepsinya.’
Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (267a) diuji dengan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian unsure yang dilesapkan.
(5/267c) Ø Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane sing padha
diundang.
‘Ø Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari teman-temannya yang diundang.
Setelah dilakukan pengujian terhadap data (5/267a) dengan teknik lesap ternyata dapat dinyatakan bahwa kalimat masih tetap gramatikal dan berterima. Tetapi informasi yang disampaikan kurang lengkap dan akan lebih lengkap dan
commit to user
baik apabila pronomina demonstratif waktu tersebut tidak dilesapkan. Data (267a) kembali diuji dengan teknik ganti menjadi berikut.
(5/267d) Saiki Nila kari Alwi lagi mbukaki kado saka kanca-kancane
*Sakmenika
sing padha diundang.
Sekarang Nila dan alwi sedang membuka-buka kado dari
Sekarang
teman-temannya yang diundang.
Analisis pada data (5/267d) dengan teknik ganti ternyata menunjukan bahwa pada pronomina demonstratif waktu kini saiki ‘sekarang’ tidak bisa diganti dengan kata samenika ‘sekarang’ yang termasuk ragam krama. Karena pada kalimat (5/267d) menggunakan ragam ngoko sehingga tidak sesuai apabila digantikan dengan kata ragam krama samenika ‘sekarang’.
Selain pronomina demonstratif waktu kini juga terdapat pronomina demonstratif waktu lampu, seperti data di bawah ini.
(6/262) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen grame
wesi nalika mbeji. Disebulake sapa-sapa isih panggah ngeres wae.
(WK/H2/P9)
‘Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan pada matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi. Ditiupkan siapa saja masih tetep sakit matanya.’
Pada data (6/262) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu lampau pada kata kepungkur ‘yang lalu’. Pronomina tersebut merupakan pronomina endofora yang anaforis yang mengacu pada kata rong minggu ‘dua minggu’ yang disebutkan sebelum kata kepungkur ‘yang lalu’.
commit to user
Kemudian data (6/262) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (6/262a) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen grame
wesi nalika mbeji.
‘Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan pada matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi.
(6/262b) Disebulake sapa-sapa isih panggah ngeres wae. ‘Ditiupkan siapa saja masih tetep sakit matanya.’
Selanjutnya data (6/262a) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (6/262c) *Dheweke eling nalika Ø bapake klilipen grame wesi nalika mbeji.
‘Dia ingat saat Ø ayahnya kemasukan pada matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi.
Setelah data (6/262c) diuji dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu lampau yaitu pada kata kepungkur ‘yang lalu’ wajib hadir, karena apabila dilesapkan maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Kata kepungkur ‘yang lalu’ merupakan penjelasan dari kata sebelumnya yaitu rong minggu ‘dua minggu’.
Kemudian data (6/262a) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.
(6/262d) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen
*kepengker grame wesi nalika mbeji.
‘Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan pada
yang lalu
matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi.’
Hasil analisis data (6/262d) di atas kata kepungkur ‘yang lalu’ tidak bisa digantikan dengan kata kepengker ‘yang lalu’ karena dua kata tersebut berbeda
commit to user
ragam. Kata kepungkur ‘yang lalu’ merupakan ragam ngoko sedangkan kata
kepengker ‘yang lalu’ merupakan ragam krama. Dalam data (6/262) di atas
menggunakan bahasa Jawa ngoko, sehingga kata yang paling tepat digunakan adalah kepungkur ‘yang lalu’ yang mempunyai kelas kata yang sama atau satu ragam.
Selain pronomina demonstratif waktu lampau juga terdapat pronomina demonstratif waktu yang akan datang, seperti data di bawah ini.
(7/296) Ya wis, aku dak nyang Himapro sik ya, ndhekor nggo seminar
sesuk!? (KS/H99/P5)
‘Ya sudah, aku ke Himapro dulu ya, membuat dekorasi untuk seminar
besok !?’
Pada wacana (7/296) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu yang akan datang, yaitu kata sesuk ‘besok’ mengacu pada hari Dies Natalis yang ditunjukkan pada kalimat sebelumnya yaitu Titah mung mesem banjur ngalih
sawise nyelehake naskah Kereta Kencana karangane WS Rendra sing arep dakapalake kanggo Dies Natalis ‘Titah hanya tersenyum kemudian pergi setelah
meletakkan naskah Kereta Kencana karangan WS Rendra yang akan kuhafalkan untuk Dies Natalis’, pengacuan ini bersifat endofora anaforis. Kemudian data (7/296) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.
(7/296a) Ya wis, aku dak nyang Himapro sik ya,
‘Ya sudah, aku ke Himapro dulu ya’
(7/296b) ndhekor nggo seminar sesuk!?
‘membuat dekorasi untuk seminar besok !?’
Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (7/296b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut.
commit to user
(7/296c) ndhekor nggo seminar Ø!?
‘membuat dekorasi untuk seminar Ø!?’
Setelah dilakukan pengujian terhadap data (7/296b) dengan teknik lesap ternyata dapat dinyatakan bahwa data di atas masih tetap gramatikal dan berterima. Tetapi informasi yang disampaikan kurang lengakap dan akan lebih baik lagi apabila pronomina demonstratif tersebut tidak dilesapkan. Data (296b) kembali diuji dengan teknik ganti menjadi berikut.
(7/296d) ndhekor nggo seminar sesuk !?
*benjing
‘mendekor dekorasi untuk seminar besok !?’
besok
Analisis data (7/296d) di atas menyatakan bahwa kata sesuk ‘besok’ tidak bisa digantikan dengan kata benjing ‘besok’ karena dua kata tersebut berbeda ragam. Kata sesuk ‘besok’ merupakan ragam ngoko sedangkan kata benjing ‘besok’ merupakan ragam krama. Dalam data (7/296) di atas menggunakan bahasa ngoko, sehingga kata yang paling tepat digunakan adalah sesuk ‘besok’ yang mempunyai kelas kata yang sama.
Selain pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, dan waktu yang akan datang, juga terdapat pronomina demonstratif waktu netral. Berikut ini merupakan data yang menunjukkan pronomina demonstratif waktu netral.
(8/271) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas, banjur nggodhog banyu
kanggo Nila. (K/H23/P23)
‘Jam enam pagi Alwi sudah mandi, kemudian memasak air untuk Nila.’
commit to user
Pada data (8/271) di atas menunjukkan adanya pronomina demonstratif waktu netral yaitu pada frasa jam enem esuk ‘jam enam pagi’ . Kata jam enem
esuk ‘jam enam pagi’ mengacu pada waktu netral karena tidak menunjuk waktu
lampau saja, waktu kini saja, atau waktu yang akan datang akan tetapi menunjukkan waktu pada saat Alwi sudah mandi. Kemudian data (8/271) diuji dengan teknil BUL menjadi berikut.
(8/271a) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas,
‘Jam enam pagi Alwi sudah mandi keramas,’ (8/271b) banjur nggodhog banyu kanggo Nila.
‘kemudian memasak air untuk Nila.’
Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (8/271a) diuji keintiannya dengan teknik lesap seperti berikut.
(8/271c) Ø Alwi wis adus kramas, ‘Ø Alwi sudah mandi keramas,’
Hasil analisis pada data (8/271a) setelah diuji dengan teknik lesap, ternyata wacana masih gramatikal dan berterima sehingga pronomina netral tersebut kehadirannya tidak wajib hadir. Setelah itu data (8/271) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. Kemudian data (8/271) diuji denganteknik ganti sebagai berikut.
(8/271d) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas.
*Jam papat esuk
‘ Jam enam pagi Alwi sudah mandi keramas.’
commit to user
Pada data (8/271d) di atas, setelah dianalisis dengan teknik ganti ternyata frasa jam enem esuk ‘jam enam pagi’ tidak bisa digantikan dengan jam papat
esuk jam empat pagi’ karena peristiwa tersebut terjadi pada jam enam pagi bukan
jam empat pagi. Dengan demikian tidak mungkin Alwi mandi jam empat pagi. Selain pronomina demonstratif waktu juga terdapat pronomina demonstratif tempat. Data di bawah ini merupakan pronomina demonstratif tempat yang dekat penutur dinyatakan dengan kata kene ‘di sini’ dan agak dekat dengan penutur yaitu kata kono ‘di situ’.
(9/309) Mau rak neng kene? Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik,
adohe mung tekan kono […] (F/H14/P16)
‘Tadi kan di sini? Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ sedikit, jauhnya hanya sampai situ […]’
Pada data (9/309) di atas tampak adanya kepaduan kalimat yang didukung dengan adanya penanda kohesi gramatikal yaitu pronomina demonstratif yang dekat dengan penutur yaitu pada kata kene ‘sini’ yang berarti dekat dengan penutur mengacu secara endofora kataforis yang mengacu pada cagak kamera ‘penyangga kamera’ pada kalimat sesudahnya yaitu […] Cagakane kamera teng
mriki wau lo Pak! ‘[…] Penyangga kamera di sini tadi lo Pak!’. Sedangkan kata
kono ‘situ’ menunjukkan agak jauh dengan penutur. Kemudian data (9/309)
dibagi unsur langsungnya sebagai berikut. (9/309a) Mau rak neng kene?
‘Tadi kan di sini?’
(9/309b) Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekan
kono […]
‘Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampai
commit to user
Kemudian data (9/309a) dan (9/309b) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.
(9/309c) *Mau rak neng Ø ?
‘Tadi kan di Ø?’
(9/309d) *Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekan
Ø[…]
‘Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampai
Ø […]’
Hasil analisis pada data (309c) dan (309d) dengan teknik lesap pada pronomina demonstratif kene ‘sini’ dan kono ‘situ’ ternyata setelah dilesapkan kalimat masih tidak gramatikal dan tidak berterima, wacana menjadi tidak utuh serta informasi yang disampaikan tidak jelas. Dengan demikian, kata kene ‘sini’ dan kata kono ‘situ’ kehadirannya wajib dalam kalimat tersebut. Kemudian data diuji dengan teknik ganti sebagai berikut.
(9/309e) Mau rak neng kene ?
*kono
‘Tadi kan di sini ?’
*situ
(9/309f) Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekan
kono […] *kene
‘Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampai
situ […]’
*sini
Data (9/309c) dan (9/309d) setelah diuji dengan teknik ganti ternyata pada pronomina demonstratif kene ‘sini’ sebagai penanda kohesi tidak dapat diganti
commit to user
dengan penanda kohesi pengganti kono ‘situ’ karena sudah berbeda tempat. Hal ini tidak berbeda dengan analisis data (9/309f) yaitu satuan lingual kono ‘situ’ tidak dapat digantikan dengan satuan lingual kene ‘sini’ karena tempatnya sudah berbeda.
Pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit dapat dilihat pada data-data berikut.
(10/317) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyang
Pathi. Ora kuwat nyawang anake wedok pasa terus. (K/H26/P31)
‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang ke Pathi. Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus.’ Pada data (10/317) di atas terdapat pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit pada nama sebuah kota di Jawa Tengah yaitu Pathi ‘Pati’. Kota Pati adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang berada di daerah utara propinsi Jawa Tengah. Kemudian data (10/317) di atas di analisis dengan teknik BUL menjadi berikut.
(10/317a) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyang
Pathi.
‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang ke Pathi.’
(10/317b) Ora kuwat nyawang anake wedok pasa terus.
‘Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus.’
Kemudian data (10/317a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut. (10/317c) *Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyang Ø.
‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang ke Ø.’
commit to user
Hasil analisis pada data (10/317a) jika penanda kohesi pronomina demonstratif eksplisit Pathi ‘Pati’ dilesapkan, maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kehadiran penanda kohesi pronomina demonstratif eksplisit tersebut kehadirannya wajib. Kemudian adata diuji dengan teknik ganti menjasi seperti berikut.
(10/317d) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bpake mulih nyang
Pathi.
*Kudus
‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang
ke Pati ’
*Kudus
Hasil analisis data (10/317d) di atas dengan teknik ganti, ternyata pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit pada nama kota
Pathi ‘Pati’ tidak bisa digantikan dengan Kudus ‘ Kudus’ karena rumah ayah dan
ibu Nila tersebut di Pati, bukan di tempat lain.
Data lain yang merupakan pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit adalah sebagai berikut.
(11/337) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi,
cenat-cenit karo nyampirake andhuke ing pundhake. (S/H85/P12)
‘Di dapur itu aku melihat Pinah keluar dari kamar mandi, cenat-cenit sambil menyampirkan handuk di pundaknya.’
Pada data (11/337) di atas terdapat pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit yaitu tang pertama adalah dhapur ‘dapur’ dan yang kedua adalah kamar mandhi ‘kamar mandi’. Kemudian data tersebui dibagi menurut unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi seperti berikut.
commit to user
(11/337a) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi, ‘Di dapur itu aku melihat Pinah keluar dari kamar mandi,’ (11/337b) cenat-cenit karo nyampirake andhuke ing pundhake
‘cenat-cenit sambil menyampirkan handuk di pundaknya.’
Selanjutnya data (11/337a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut. (11/337c) *Ing Ø kuwi aku weruh Pinah metu saka Ø,
‘Di Ø itu aku melihat Pinah keluar dari Ø,’
Tampak pada data (11/337c) setelah dianalisis yaitu unsur pronomina demonstatif eksplisit dhapur ‘dapur’ dan kamar mandhi ‘kamar mandi’ setelah dilesapkan hasilnya menjadi kalimat yang tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu kehadiran kedua penanda kohesi demonstratif eksplisit ini wajib. Kemudian data (11/337a) kembali diuji dengan teknik ganti menjadi seperti berikut.
(11/337d) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi ’
pawon jedhing
kolah
Hasil analisis data (11/337d) di atas dengan teknik ganti, ternyata pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit yaitu pada kata
dhapur ‘dapur’ bisa digantikan dengan kata pawon ‘dapur’ karena dhapur
‘dapur’ merupakan sinonim dari kata pawon ‘dapur’. Begitu juga dengan kamar
mandhi ‘kamar mandi’ dapat digantikan dengan jedhing ‘kamar mandi’ atau kolah ‘kamar mandi’ karena ketiganya mempunyai arti yang sama.
commit to user
3). Pronomina Komparatif (Perbandingan)
Pronomina komparatif atau perbandingan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/ wujud, sikap, sifat, watak dan sebagainya.
(12/351) Durung maneh akehe wong sepedhahmotoran lan sepedhah engkol
sing motong jalur saka wetan dalan nrombol ngidul. Yen disawang saka ndhuwur kaya dhawet campur lagi diudheg. (F/H11/P8)
‘Belum lagi banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepeda kayuh yang memotong jalan dari timur jalan menerobos ke selatan. Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yang sedang diaduk.’
Pada data (12/351) di atas terdapat pronomina komparatif yaitu pada kata
kaya ‘seperti’. Pengacuan komparatif tersebut membandingkan antara pernyataan
pada klausa pertama dengan klausa kedua, yaitu banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepeda kayuh yang memotong dari timur jalan kemudian menerobos ke selatan dan dibandingkan dengan minuman dhawet campur yang sedang diaduk jika dilihat dari atas. Kemudian data (12/351) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.
(12/351a) Durung maneh akehe wong sepedhahmotoran lan sepedhah engkol
sing motong jalur saka wetan dalan nrombol ngidul.
‘Belum lagi banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepeda kayuh yang memotong jalan dari timur jalan menerobos ke selatan.’ (12/351b) Yen disawang saka ndhuwur kaya dhawet campur lagi diudheg.
‘Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yang sedang
diaduk.’
Kemudian data (12/351b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut.
commit to user
(12/351c) *Yen disawang saka ndhuwur Ø dhawet campur lagi diudheg.
‘Jika dilihat dari atas Ø minuman dhawet campur yang sedang
diaduk.’
Tampak pada data (12/351b) setelah kata kaya ‘seperti’ dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu, kehadirannya wajib untuk mendukung kepaduan wacana. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik ganti yaitu sebagai berikut.
(12351d) Yen disawang saka ndhuwur kaya dhawet campur lagi
*kados
diudheg.
‘Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yang
seperti
sedang diaduk.’
Setelah data (12/351b) diuji dengan teknik ganti, kata kados ‘seperti’ tidak dapat menggantikan kedudukan kata kaya ‘seperti’, karena kata kados ‘seperti’ merupakan bentuk krama, jadi apabila menggantikan kata kaya ‘seperti’ yang merupakan bentuk ngoko tidak akan berterima, karena berbeda ragam. Sehingga kata kaya ‘seperti’ lebih tepat digunakan dalam kalimat.
Data lain yang menunjukkan pronomina komparatif (perbandingan) adalah sebagai berikut.
(13/361) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana
magita-gita kadya sirkus, lumaku mbat-mbatan sandhuwuring dhadhung […]
(AY/H91/P7)
‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat
commit to user
Pada data (13/361) di atas terdapat pronomina komparatif yaitu pada kata
kadya ‘seperti’. Pengacuan komparatif tersebut membandingkan antara
pernyataan pada klausa awal yaitu sang ayam yang sedang berjalan dengan cepat di atas dadung yang dibandingkan dengan seperti sebuah sirkus. Kemudian data (13/361) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.
(13/361a) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana
magita-gita kadya sirkus,
‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat
seperti sirkus,’
(13/361b) lumaku mbat-mbatan sandhuwuring dhadhung […] ‘berjalan merambat di atas tali dadung […]’
Selanjutnya data (13/361a) dianalisis dengan teknik lesap yaitu sebagai berikut.
(13/361c) *Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana
magita-gita Ø sirkus,
‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat Ø sirkus,’
Tampak pada analisis data (13/361c) di atas setelah kata kaya ‘seperti’ dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu, kehadirannya wajib untuk mendukung kepaduan wacana. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik ganti menjadi berikut.
(13/361d) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magita
gita kadya sirkus, *kados
‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat
seperti sirkus,’ seperti
commit to user
Hasil analisis data (13/361a) setelah diuji dengan teknik ganti yaitu kata
kadya ‘seperti’ diganti dengan kata kados ‘seperti’ ternyata tidak berterima.
Karena kata kados ‘seperti’ termasuk dalam ragam krama. Jadi, kata tersebut tidak sesuai dengan konteks kalimat. Dengan demikian, kata kadya ‘seperti’ lebih tepat digunakan dalam kalimat tersebut.
Data-data pengacuan/referensi yang telah dianalisis di atas adalah sebagian kecil dari data yang terkandung dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil. Data-data yang dianalisis di atas masing-masing berjumlah 4 untuk pronomina persona, 7 untuk pronomina demonstratif, dan 2 pronomina komparatif. Di dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data pengacuan sebanyak 361 dengan rincian yaitu 260 data pronomina persona, 90 data pronomina demontratif, dan 11 data pronomina komparatif. Data-data yang lebih lengkap mengenai pengacuan/referensi dapat dilihat pada lampiran nomor 1 sampai 361.
b. Penyulihan (Substitusi)
Aspek gramatikal kedua yang mendukung kepaduan wacana antologi
cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil adalah penyulihan atau substitusi. Substitusi
merupakan proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar yang berfungsi untuk memperoleh unsur-unsur pembeda. Substitusi dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. Pada wacana antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ini ditemukan keempat jenis substitusi tersebut.
commit to user
Berikut ini wacana yang di dalamnya terdapat penanda kohesi berupa substitusi nominal.
(14/362) Cagakane kamera iki mau lo, tak tinggal neng kene ora dakgawa
merga obyeke neng kidul gek ndhelik kamangka dhetik pertama wis ora kapotret, dhetik kapindho wis berubah maneh kalingan trailer, dhetik katelu wis kelinglingan sirahe wong. Mula dakangkat wae
tustele. (F/H14/P15)
‘Penyangga kamera ini tadi lo, kutinggal di sini tidak kubawa karena obyeknya di selatan apalagi sembunyi juga padahal detik pertama sudah tidak terpotret, detik kedua sudah berubah lagi tertutup trailer, detik ketiga sudah tertutup kepalanya orang. Makanya kuangkat saja
kameranya.’
Pada data (14/362) di atas terdapat substitusi nominal. Tampak pada data tersebut kata kamera ’kamera’ sebagai unsur terganti pada awal kalimat pertama digantikan atau disulihkan dengan kata nominal tustel ’kamera’ sebagai unsur pengganti pada kalimat terakhir. Substitusi ini dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda sehingga lebih bervariatif. Kemudian data (14/362) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.
(14/362a) Cagakane kamera iki mau lo ‘Penyangga kamera ini tadi lo.’
(14/362b) tak tinggal neng kene ora dakgawa merga obyeke neng kidul gek
ndhelik kamangka dhetik pertama wis ora kapotret,
‘kutinggal di sini tidak kubawa karena obyeknya di selatan apalagi sembunyi juga padahal detik pertama sudah tidak terprotret’
(14/362c) dhetik kapindho wis berubah maneh kalingan trailer, ‘detik kedua sudah berubah lagi tertutup trailer,’ (14/362d) dhetik katelu wis kelinglingan sirahe wong
‘detik ketiga sudah tertutup kepalanya orang’. (14/362e) Mula dakangkat wae tustele.
commit to user
Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (14/362a) dan (14/362e) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.
(14/362f) *Cagakane Ø iki mau lo ‘Penyangga Ø ini tadi lo.’ (14/362g) *Mula dakangkat wae Øe.
‘Makanya kuangkat saja Ønya.’
Hasil analisis pada data (14/362a) dan (14/362e) dengan teknik lesap, wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kedua kata nominal tersebut wajib hadir dalam wacana supaya informasinya menjadi lebih jelas. Dengan demikian kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Data ini menampilkan adanya substitusi, maka dalam analisis ini dipandang tidak perlu mengujinya dengan teknik ganti, sebab unsur pengganti dan unsur tergantinya sudah dicantumkan.
Berikut contoh data substitusi verbal.
(15/363) Mbah Karji Uti arep muwun. Wis prembik-prembik. Pak Yitno
ngerih-erih. Buk, ten napa kok ajeng nangis niku ? (WK/H4/P17)
‘Nenek Karji akan menangis. Sudah tersedu-sedu. Pak Yitno berbisik. Buk, ada apa kok akan menangis itu?’
Pada data (15/363) di atas terdapat substitusi verbal. Pada data tersebut unsur terganti muwun ’menangis’ pada awal kalimat pertama digantikan dengan unsur pengganti nangis ’menangis’ pada kalimat terakhir. Substitusi ini dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda. Kemudian data (15/363) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.
(15/363a) Mbah Karji Uti arep muwun.
commit to user
(15/363b) Wis prembik-prembik. ‘Sudah tersedu-sedu’ (15/363c) Pak Yitno ngerih-erih.
‘Pak Yitno berbisik.’
(15/363d) Buk, ten napa kok ajeng nangis niku ? ‘Buk, ada apa kok akan menangis?’
Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (15/363a) dan (15/362d) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.
(15/363e) *Mbah Karji Uti arep Ø.
‘Nenek Karji akan Ø.’
(15/363f) *Buk, ten napa kok ajeng Ø niku ? ‘Buk, ada apa kok akan Ø itu?’
Setelah data (15/363a) dan (15/363d) dianalisis dengan teknik lesap, ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kedua kata verbal yaitu muwun ‘menangis’ pada data (15/363a) dan nangis ‘menangis’ pada data (15/363d) wajib hadir dalam wacana supaya informasinya menjadi lebih jelas. Dengan demikian maka kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Data ini menampilkan adanya substitusi, maka dalam analisis ini dipandang tidak perlu mengujinya dengan teknik ganti, karena unsur pengganti dan unsur tergantinya sudah dicantumkan.
Berikut contoh data substitusi frasal.
(16/365) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung.
Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning. Pitik loro
mau padha rosane, tarung keket. (WK/H5/P22)
‘Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayam jantan bertarung. Yang satu bulunya merah campur hitam, yang satunya bulu dan kakinya kuning. Kedua ayam tadi sama kuatnya, bertarung sengit.’
commit to user
Pada data (16/365) di atas tampak adanya penggantian satuan lingual antara frasa yaitu wulune abang sembur ireng ‘bulunya merah campur hitam’ dan frasa
wiring kuning ‘bulu dan kakinya kuning’ dengan satuan lingual lain yang
berkategori sama yaitu frasa pitik loro mau ‘kedua ayam tadi’. Frasa wulune
abang sembur ireng ‘bulunya merah campur hitam’ dan wiring kuning ‘bulu dan
kakinya kuning’ merupakan unsur terganti sedangkan frasa pitik loro mau ‘kedua ayam tadi’ merupakan unsur pengganti. Selanjutnya data (16/365) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.
(16/365a) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung. ‘Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayam jantan bertarung.’
(16/365b) Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning.
Yang satu bulunya merah campur hitam, yang satunya bulu dan
kakinya kuning.’
(16/365c) Pitik loro mau padha rosane, tarung keket.
‘Kedua ayam tadi sama kuatnya, bertarung sengit.’
Selanjutnya data (16/365b) dan (16/365c) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut.
(16/365d) *Sing siji Ø, sijine Ø.
‘Yang satu Ø, yang satunya Ø.’ (16/365e) *Ø padha rosane, tarung keket.
‘Ø sama kuatnya, bertarung sengit.’
Tampak pada data (16/365d) dan (16/365e) setelah diuji dengan teknik lesap wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa penanda kohesi tersebut kadar keintiannya tinggi sehingga frasa wulune
abang sembur ireng ‘berbulu merah campur hitam’, frasa wiring kuning
commit to user
hadir dalam wacana. Analisis dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan, karena kedua frasa tersebut sudah saling menggantikan.
Berikut adalah data yang menunjukkan substitusi klausal.
(17/368) Banjur rikala kowe ngalem aku, apa-apa aku sing mbok kon
njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi
nganggo saputanganku. Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomu mbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegah yen duwe bojo ngaleme nganti kaya ngono
kuwi. (KKM/H65/P2)
‘Kemudian pada saat kamu memujiku, apa-apa aku yang kau suruh
mengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya dengan
saputanganku. Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kau suruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak mau jika mempunyai suami manja sampai seperti itu.’ Pada data (17/368) terdapat substitusi klausal yaitu klausa apa-apa aku sing
mbok kon njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi ‘apa-apa aku yang kau suruh
mengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya’ disubstitusikan dengan frasa ngono kuwi ‘seperti itu’. Frasa ngono kuwi ‘seperti itu’ mengacu pada perkiraan penulis sebagai tokoh utama terhadap seseorang yang diceritakan dalam teks cerita cerkak tersebut. Kemudian data (17/368) dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL yaitu sebagai berikut.
commit to user
(17/368a) Banjur rikala kowe ngalem aku, apa-apa aku sing mbok kon
njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi
nganggo saputanganku.
‘Kemudian pada saat kamu memujiku, apa-apa aku yang kau suruh
mengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya dengan
saputanganku.’
(17/368b) Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomu
mbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegah yen duwe bojo ngaleme nganti kaya ngono kuwi.
‘Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kau
suruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak mau jika mempunyai suami manja sampai seperti itu.’
Kemudian data (17/368a) dan (17/368b) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut.
(17/368c) *Banjur rikala kowe ngalem aku, Ø nganggo saputanganku. ‘Kemudian disaat kamu memujiku, Ø dengan saputanganku.’
(17/368d) *Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomu
mbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegah yen duwe bojo ngaleme nganti kaya Ø.
‘Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kau
suruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak mau jika mempunyai suami manja sampai seperti Ø.’
Setelah data (17/368c) dan (17/368d) dianalisis dengan teknik lesap ternyata kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, artinya kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Maka klausa apa-apa aku sing mbok kon
njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi ‘apa-apa aku yang kau suruh mengambilkan,
commit to user
mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya’ dan frasa ngono kuwi ‘seperti itu’ wajib hadir dalam kalimat tersebut. Analisis data dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena klausa dan frasa tersebut sudah saling menggantikan.
Data-data penyulihan/substitusi yang telah dianalisis di atas masing-masing berjumlah 1 untuk substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. Di dalam
antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data
penyulihan/substitusi sebanyak 7 data dengan rincian yaitu 1 data substitusi nominal, 2 data substitusi verbal, 2 data substitusi frasal, dan 2 data substitusi klausal. Data-data yang lebih lengkap mengenai penyulihan/substitusi dapat dilihat pada lampiran nomor 362 sampai 368.
c. Pelesapan (Elipsis)
Pelesapan yaitu salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur yang dilesapkan itu dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat.
Di dalam penelitian ini ditemukan beberapa elipsis (pelesapan). Berikut merupakan penanda kohesi elipsis yang terdapat dalam wacana antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil.
(18/370) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbeling
marang wanita, ora jlalatan, ora thukmis lan mung setya marang Menis sing bakal diningkahi ing mbesuke. (F/H12/P10)
commit to user
‘Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak suka nakal dengan wanita, tidak jlalatan, tidak sembarang tertarik dan hanya setia kepada Menis yang akan dinikahi besok.’
Pada data (18/370) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu kata Shomad yang dilesapkan sebelum frasa ora jlalatan ‘tidak jlalatan,’ sebelum frasa ora thukmis ‘tidak sembarang tertarik, dan sesudah kata lan ‘dan’. Dalam analisis wacana unsur konstituen atau satuan lingual yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang Ø) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dalam hal ini, demi efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (18/370) dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif.
Selanjutnya untuk menganalisis data (18/370) di atas akan dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk data tersebut dapat dilihat di bawah ini.
(18/370a) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbeling
marang wanita, Ø ora jlalatan, Ø ora thukmis lan Ø mung setya marang Menis sing bakal diningkahi ing mbesuke. (F/H12/P10)
‘Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak suka nakal dengan wanita, Ø tidak jlalatan, Ø tidak sembarang tertarik dan
Ø hanya setia kepada Menis yang akan dinikahi besok.’
(18/370b) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbeling
marang wanita, Shomad ora jlalatan, Shomad ora thukmis lan
Shomad mung setya marang Menis sing bakal diningkahi ing
mbesuke. (F/H12/P10)
‘Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak suka nakal dengan wanita, Shomad tidak jlalatan, Shomad tidak sembarang tertarik dan Shomad hanya setia kepada Menis yang akan dinikahi besok.’
commit to user
Tampak pada data (18/370a), setelah kata Shomad dilesapkan kalimat menjadi lebih efisien, praktis dan lebih padu. Pada data (18/370b) dari segi komunikasi kurang efisien dan praktis. Tetapi dari segi informasi lebih jelas dan lengkap.
Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan adalah sebagai berikut. (19/373) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, isih bisa ditanduri
pelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake, gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono. (NG/H39/P22)
‘Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, masih bisa ditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat dan menyenangkan, membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk di situ.’
Pada data (19/373) terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu kata
terase ‘terasnya’ yang dilesapkan sebelum frasa isih bisa ditanduri ‘masih bisa
ditanami,’ dan sebelum kalimat gawe ‘membuat’. Pelesapan ini dibutuhkan demi efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (19/373) dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif.
Selanjutnya untuk menganalisis data (19/373) di atas akan dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk data tersebut dapat dilihat di bawah ini.
(19/373a) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, Ø isih bisa ditanduri
pelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake,
Ø gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono. (NG/H39/P22)
‘Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, Ø masih bisa ditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat dan menyenangkan, Ø membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk di situ.’
commit to user
(19/373b) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, terase isih bisa
ditanduri pelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake, terase gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono.
(NG/H39/P22)
‘Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, terasnya masih bisa ditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat dan menyenangkan, terasnya membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk di situ.’
Tampak pada analisis data (19/373a) di atas terjadi peristiwa pelesapan, maka kalimat menjadi lebih efektif, efisien, wacana menjadi lebih padu (kohesif) dan praktis dalam berkomunikasi. Adapun data (19/373b) dari segi informasi lebih jelas dan lengkap akan tetapi kurang efektif.
Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan adalah sebagai berikut. (20/374) Pak Singgih anggone kepranan dheweke kuwi ya merga saka olehe
prigel nulungi ugi wong mbobot nganti nglairake bayi kuwi. Ngrumat bocah cilik wiwit bayi nganti umur limang taun, ngopeni gizine barang ya ora tau nguciwani. (AR/H44/P2)
‘Pak Singgih dalam hal menyukai dia itu ya karena dari dirinya pandai menolong orang yang hamil sampai melahirkan bayi. Merawat anak kecil dari bayi sampai umur lima tahun, menghidupi gizinya juga tidak pernah mengecewakan.’
Pada data (20/374) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu kata dheweke ‘dia’ yang dilesapkan sebelum kalimat ngrumat bocah cilik
‘merawat anak kecil,’ dan sebelum kata ngopeni ‘menghidupi’. Pelesapan ini
dibutuhkan demi efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (20/374) dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif.
commit to user
Selanjutnya untuk menganalisis data (20/374) di atas akan dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk data tersebut dapat dilihat di bawah ini.
(20/374a) Pak Singgih anggone kepranan dheweke kuwi ya merga saka olehe
prigel nulungi ugi wong mbobot nganti nglairake bayi kuwi. Ø ngrumat bocah cilik wiwit bayi nganti umur limang taun, Ø ngopeni gizine barang ya ora tau nguciwani. (AR/H44/P2)
‘Pak Singgih dalam hal menyukai dia itu ya karena dari dirinya pandai menolong orang yang hamil sampai melahirkan bayi. Ø merawat anak kecil dari bayi sampai umur lima tahun, Ø menghidupi gizinya juga tidak pernah mengecewakan.’
(20/374b) Pak Singgih anggone kepranan dheweke kuwi ya merga saka olehe
prigel nulungi ugi wong mbobot nganti nglairake bayi kuwi. Dheweke ngrumat bocah cilik wiwit bayi nganti umur limang taun, dheweke ngopeni gizine barang ya ora tau nguciwani. (AR/H44/P2)
‘Pak Singgih dalam hal menyukai dia itu ya karena dari dirinya pandai menolong orang yang hamil sampai melahirkan bayi. Dia merawat anak kecil dari bayi sampai umur lima tahun, dia menghidupi gizinya juga tidak pernah mengecewakan.’
Pada data (20/374a) di atas terjadi peristiwa pelesapan, sehingga kalimat menjadi lebih efektif, efisien, wacana menjadi lebih padu (kohesif) dan praktis dalam berkomunikasi. Sedangkan pada data (20/374b) dari segi informasi lebih jelas atau lengkap akan tetapi kurang efektif karena terlalu banyak mengulang kata dheweke ‘dia’.
Data-data pelesapan/elipsis yang telah dianalisis di atas berjumlah 3 data. Di dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data pelesapan sebanyak 7 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai pelesapan/elipsis yang terdapat pada penelitian ini dapat disimak pada lampiran nomor 369 sampai 375.
commit to user
d. Perangkaian (Konjungsi)
Perangkaian adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana untuk menimbulkan pertalian semantik antarunsur yang dihubungkan. Dengan kata lain, konjungsi yaitu hubungan bentuk yang ditandai dengan kata sambung diantara dua kata, frasa, klausa atau paragraf. Dalam penelitian ini penanda kohesi berupa konjungsi yang berhasil ditemukan diantaranya sebagai berikut.
1). Konjungsi sebab-akibat (kausalitas)
Konjungsi sebab-akibat (kausalitas) adalah konjungsi yang menerangkan hubungan sebab-akibat (hubungan kausalitas) antara dua proposisi yang dihubungkan tersebut. Beberapa data konjungsi sebab-akibat (kausalitas) pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
(21/377) Socane mbah Kung kudu dadi korban. Operasine gagal merga Mbah
Kung ora kena dibiyus gek ora tedhas karo peralatan bedhah.
(WK/H7/P34)
‘Mata kakek harus jadi korban. Operasinya gagal karena kakek tidak dapat dibius juga tidak mempan dengan peralatan bedah.’
Tampak pada data (21/377) di atas terdapat konjungsi kausalitas yaitu pada kata merga ‘karena’. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat antara klausa operasine gagal ‘operasinya gagal’ sebagai akibat dengan klausa berikutnya yaitu Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora tedhas karo peralatan
bedhah ‘kakek tidak dapat dibius juga tidak mempan dengan peralatan bedah’
commit to user
peralatan bedah, sehingga operasinya gagal. Selanjutnya data (21/377) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.
(21/377a) Socane mbah Kung kudu dadi korban.
‘Mata kakek harus jadi korban.’
(21/377b) Operasine gagal merga Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora tedhas
karo peralatan bedhah.
‘Operasinya gagal karena kakek tidak dapat dibius juga tidak mempan dengan peralatan bedah.’
Selanjutnya data (21/377b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut. (21/377c) Operasine gagal Ø Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora tedhas karo
peralatan bedhah.
‘Operasinya gagal Ø kakek tidak dapat dibius juga tidak mempan dengan peralatan bedah.’
Hasil analisis data (21/377c) dengan teknik lesap ternyata konjungsi kausalitas merga ‘karena’ masih tetap gramatikal tetapi tidak berterima, karena setelah dilesapkan kalimat menjadi kurang jelas. Akan lebih baik jika penanda konjungsi tersebut dihadirkan sehingga hubungan antarkalimatnya menjadi lebih padu. Kemudian setelah dianalisis dengan teknik lesap, selanjutnya data (21/377b) akan diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.
(21/377d) Operasine gagal merga Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora
jalaran amarga
*amargi tedhas karo peralatan bedhah.’
‘Operasinya gagal karena kakek tidak dapat dibius juga tidak
karena karena karena
commit to user
Hasil analisis data (21/377d) dengan teknik ganti ternyata konjungsi kausalitas pada kata merga ‘karena’ dapat digantikan dengan kata jalaran ‘karena’dan amarga ‘karena’, sebab berterima dan masih dalam satu ragam yaitu ragam ngoko. Kata amargi ‘karena’ tidak berterima sebab kata tersebut termasuk dalam ragam krama.
Berikut data konjungsi yang menyatakan sebab-akibat dengan menggunakan kata sebab ‘sebab’ dalam penelitian ini.
(22/396) Mula aku neng telpun kuwi uga meling mawanti-wanti supaya Tito aja
mbaleni nggombali aku. Sebab aku wis ora bakal percaya maneh.
(KS/H105/P36)
‘Makanya aku di telfon itu juga mengingatkan denga serius supaya Tito jangan sampai mengulang merayu aku. Sebab aku sudah tidak akan percaya lagi.’
Tampak pada data (22/396) di atas terdapat konjungsi kausalitas yaitu pada kata sebab ‘sebab’. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat antara klausa Mula aku neng telpun kuwi uga meling mawanti-wanti supaya
Tito aja mbaleni nggombali aku ‘Makanya aku di telfon itu juga mengingatkan
dengan serius supaya Tito jangan sampai mengulang merayu aku’ sebagai akibat dengan klausa berikutnya yaitu aku wis ora bakal percaya maneh ‘aku sudah tidak akan percaya lagi’ sebagai penyebabnya. Selanjutnya data (22/396) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.
(22/396a) Mula aku neng telpun kuwi uga meling mawanti-wanti supaya Tito aja
mbaleni nggombali aku.
‘Makanya aku di telfon itu juga mengingatkan denga serius supaya Tito jangan sampai mengulang merayu aku.’
(22/396b) Sebab aku wis ora bakal percaya maneh.
commit to user
Selanjutnya data (22/396b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut.
(22/396c) Ø aku wis ora bakal percaya maneh.
‘Ø aku sudah tidak akan percaya lagi.’
Hasil analisis data (22/396c) dengan teknik lesap ternyata konjungsi kausalitas pada kata sebab ‘sebab’ masih tetap gramatikal dan berterima, karena setelah dilesapkan kalimat masih tetap jelas. Kemudian setelah dianalisis dengan teknik lesap, selanjutnya data (22/396b) akan diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.
(22/396d) Sebab aku wis ora bakal percaya maneh.
Jalaran Amarga
*Amargi
‘ Sebab aku sudah tidak akan percaya lagi’
Karena Karena Karena
Hasil analisis data (22/396d) membuktikan bahwa dengan teknik ganti ternyata konjungsi kausalitas pada kata sebab ‘sebab dapat digantikan dengan kata jalaran ‘karena’dan amarga ‘karena’, sebab berterima dan masih dalam satu ragam yaitu ragam ngoko. Kata amargi ‘karena’ tidak berterima sebab kata tersebut termasuk dalam ragam krama. Sehingga lebih tepat digantikan dengan kata jalaran ‘karena’ atau amarga ‘karena’.
commit to user
2). Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan merupakan konjungsi yang menyambung dua klausa yang menyatakan makna kontra atau bertentangan antarunsur. Adapun data yang menunjukkan konjungsi pertentangan adalah sebagai berikut.
(23/397) Sejatine Menis ya rada wegah nanging minangka tandha kasetyane
marang wong sing ditresnani kuwi, fotografer sing rada nekad kuwi, dheweke kepeksa nyaguhi (F/H12/P9)
‘Sesungguhnya Menis juga agak tidak berkenan tetapi sebagai tanda kesetiaannya kepada orang yang dicintainya itu, fotografer yang agak nekat itu, dia terpaksa menyetujui.’
Wacana pada data (23/397) di atas tampak kohesif, karena didukung dengan adanya konjungsi pertentangan yaitu kata nanging ’tetapi’ pada tengah kalimat. Kata nanging ’tetapi’ berfungsi menghubungkan kalimat yang saling berlawanan. Makna yang saling berlawanan tersebut adalah pada awal kalimat disebutkan bahwa sesungguhnya Menis tidak berkenan, tetapi sebagai tanda kesetiaan Menis kepada orang yang dicintainya itu dengan terpaksa Menis menyetujuinya. Kedua kalimat tersebut menunjukkan makna yang sangat kontras. Kemudian data (23/397) dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut.
(23/397a) Sejatine Menis ya rada wegah nanging minangka tandha kasetyane
marang wong sing ditresnani kuwi,
‘Sesungguhnya Menis juga agak tidak berkenan tetapi sebagai tanda kesetiaannya kepada orang yang dicintainya itu,’
(23/397b) fotografer sing rada nekad kuwi, ‘fotografer yang agak nekat itu,’ (23/397c) dheweke kepeksa nyaguhi