BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini dilakukan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dengan materi penelitian. Dalam penelitian ini sudah ditentukan waste yang terjadi yaitu mengenai defect benda kerja atau reject barang kerja. Pengumpulan dan pengolahan data menggunakan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) untuk mendapatkan hasil yang selanjutnya akan dibahas pada bagian analisa.
4.1Define
Pada bagian define disini penulis mengumpulkan data mengenai profil company dari ATMI Cikarang, proses produksi yang terjadi didalamnya serta mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi berdasarkan data pendukung yang telah dikumpulkan.
4.1.1Company Profile
Nama : ATMI Cikarang Pemilik : Yayasan Karya Bhakti
Alamat : Jln. Kampus Hijau no 3, Education park, Cikarang baru , Jababeka
Telp : 0293-4900 894 Faksimile : 0293-4900 894
Email : [email protected] Website :www.atmicikarang.ac.id
ATMI Cikarang merupakan sebuah perpaduan antara suatu institusi pendidikan dan produksi, dalam hal ini selain memiliki fasilitas belajar mengajar ATMI juga memiliki fasilitas produksi yang dipakai untuk praktek mahasiswa maupun untuk melayani jasa manufacturing. Untuk penjelasan secara lebih detail mengenai ATMI dapat dilihat dari uraian di bawah ini.
ATMI Cikarang lahir dari dorongan kuat kalangan industri dan para alumni ATMI Surakarta yang merasakan betapa sedikitnya tenaga – tenaga profisional dalam bidang manufaktur logam yang mampu memacu proses industrialisasi di Indonesia.
Dibawah naungan yayasan karya ATMI yang merupakan pembangunan dari yayasan karya Bakti Surakarta dimana ATMI Surakarta bernaung, ATMI Cikarang memulai operasinya pada tahun akademik 2003/2004.ATMI Cikarang didirikan ditengah kawasan strategis industri Jababeka dengan maksud supaya ATMI dapat berhubungan lebih erat dengan dan cepat tanggap dengan akan apa yang dibutuhkan oleh dunia industri. Dasar pemikiran yang lebih rinci dan gambaran umum pendirian akademik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Industri manufaktur akan terus berkembang di Indonesia ( dan dunia ) yang selalu membutuhkan lulusan DIII yang terampil dan berkualitas.
b. Dari hasil pendidikan di ATMI Surakarata sejak berdiripada tahun 1968 hingga saat ini lulusannya selalu diserap oleh pasar kerja.
c. Para lulusan ATMI Surakarta cukup banyak yang menjadi pengusaha (wirausaha) yang mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Kuliah Mahasiswa ATMI angkatan pertama dimulai pada tanggal 1 September 2003. namun demikian, Diea Natalis ATMI dirayakan pada setiap tanggal 29 September ( hari raya pesta Santo Mikael, Pelindung ATMI ).
Pengurus Yayasan Karya ATMI adalah sebagai berikut : 1. Pembina : A. Priyono Marwan, SJ
2. Ketua : B.B. Triatmoko, SJ
3. Sekertaris : E. Azizmardopo Subroto, SJ 4. Bendahara : H. Van Opzeeland, SJ
5. Anggota : Reza Soehadi ( Shang Ray Ziang ), Erwin Haryadi 6. Pengawas : J. Maryono, SJ
Visi dan Misi
Visi dasar ATMI Cikarang adalah menciptakan sebuah dunia industri yang adil, menghormati martabat manusia, dan bertanggungjawab atas keseimbangan lingkungan hidup.
Merupakan kebijakan ATMI Cikarang dalam visi pendidikannya untuk mendidik kaum muda menjadi tenaga profesional yang mampu membantu perkembangan bangsa menuju masyarakat industri yang adil dan makmur. Fokus pendidikan tidak hanya pada kemampuan teknis, tetapi juga tanggung jawab moral dan sosial yang dirumuskan dalam sebuah trilogi ( dalam bahasa latin ) :
Compententia ( dalam ketrampilan teknis ). Conscientia ( dalam tanggung jawab moral ).
Merupakan kegiatan ATMI Cikarang dalam pelayanan jasa manufakturing untuk menyediakan pelayanan yang akan melampaui harapan dan persyaratan dari pelanggaran.
ATMI Cikarang akan selalu menanggapi secara positif permintaan pelanggan dan pasar tanpa ditunda – tunda dan akan menyiapkan jasa yang profesional dan terencana kepada pelanggan dan pasar.
Dalam bertindak ATMI Cikarang akan senantiasa memperhatikan unsur : 1. kenyamanan kerja yang menjamin suatu lingkungan kerja yang
kondusif bagi perkembangan setiap pribadi.
2. keutuhan ( Integritas ) moral yang mengutamakan kejujuran. 3. komonitas yang menempatkan kerjasama di atas prestasi individu. 4. keadilan yang mengutamakan praktekfair play.
5. keluwesan dalam menjawab kebutuhan pelanggan dan pasar.
6. keunggulan yang menuntut usaha terus menerus untuk memperbaiki diri.
Lokasi dan Letak ATMI Cikarang
Lokasi ATMI Cikarang terletak di Jl. Kampus Hijau No:3, Jababeka Educational Park, simpangan , Cikarang Baru, Bekasi. Dengan Luas Tanah 22.000 m2 dan luas bangunan 15.000 m2.
Struktur Organisasi.
ATMI Cikarang memiliki dua unit bisnis yang strategi yaitu pendidikan dan produksi.Dalam bidang pendidikan terdiri atas 3 tingkatan yaitu tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Yang mana tiap tingkatnya memiliki kompetensinya masing – masing. Untuk di tingkat 1, mahasiswa yang berada disini merupakan
mahasiswa di tahun pertama, dengan berbagai latar belakang pendidikan ( SMA / SMK ) yang mana pada tingkat ini semua belajar mengenai hal teknik dari awal dan bersama – sama. Target capain yang diharapkan di tingkat 1 ini adalah bahwa mahasiswa harus memiliki kompetensi kualitas dari benda - benda kompetensi yang diberikan. Sedangkan pada tingkat 2 dimana pada tingkat ini merupakan tahun kedua dari mahasiswa. Didalam tingkat 2 ini target capaiannyapun berbeda yaitu mahasiswa bukan hanya harus memiliki kualitas dalam mengerjakan suatu benda namun kecepatan dalam mengerjakan suatu benda harus diperhitungkan, karena di tingkat 2 ini berkaitan dengan proses produksi secara langsung. Dengan kata lain mahasiswa tingkat 2 yang mengerjakan barang – barang produksi yang dipesan oleh customer secara langsung. Pada tingkat 3 adalah merupakan tahun terakhir yang ada di ATMI Cikarang. Dimana target capaian yang harus dipenuhi oleh mahasiswa tingkat 3 adalah mereka harus bisa berinovasi dalam menyelesaikan masalah – masalah manufakturing berdasarkan semua yang telah didapatnya dari tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 dalam bentuk tugas akhir.
Dalam struktur organisasi pada bidang produksi ATMI menerapkan struktur lini dan staff, dimana kedua fungsi tersebut saling terkait dalam proses pemberian data-data yang dapat mendukung proses produksi.
Hari dan Jam Kerja Normal
1. Hari praktek normal dalam satu minggu adalah Senin sampai dengan Jumat.
2. Jam praktek normal mahasiswa :
a. Jumlah jam kerja normal dalam satu minggu adalah 40 jam. b. Rincian jam kerja normal
Umum : Senin – Kamis : Jam 07.00 – 15.00 WIB. Senin – Kamis : Jam 14.15 – 22.30 WIB. Jumat : Jam 07.00 – 15.00 WIB.
Jumat : Jam 14.45 – 21.45 WIB.
3. Lima menit sebelum jam praktek yang ditetapkan mahasiswa harus sudah hadir untuk melakukan absensi.
4.1.2 Proses Produksi
Di ATMI Cikarang dalam pelaksanaan kegiatan aktivitas terdiri dari 2 departemen yaitu departemen pendidikan dan departemen produksi. Didalam departemen pendidikan menjadi tanggung jawab Pudir 1 ( Pembantu Direktur bidang Pendidikan) yang mana dalam departemen pendidikan ini terbagi atas tiga tingkatan yaitu tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 dan training center. Sehingga Pudir 1 ini membawahi Kaprodi sebagai kepala bidang studi mesin industri dan kabag (kepala bagian) tingkat 1 , tingkat 2 dan tingkat 3 serta Kadiv (kepala divisi) training center.
Pudir 2 (Pembantu Direktur bidang Keuangan) memiliki tugas yang berhubungan dengan administrasi keuangan, HRD dan Purchasing.Pudir 3 (Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan ) memiliki tugas yang berkaitan dengan kegiatan mahasiswa, konselor dan beasiswa.
Sedangkan di dalam departemen produksi merupakan tanggung jawab pudir VI (Pembantu Direktur Bidang Kerjasama Industri dan Produksi). Dimana dalam departemen inilah semua hal yang berkaitan dengan produksi. Pudir VI disini membawahi Marketing, PPIC, Design, Center Of Tools, Tool Making, Stamping danMaintanance.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Jika dilihat dalam keterkaitan langsung dengan proses produksi, tidak semua departemen terlibat langsung dalam proses persiapan sampai pelaksanaan. Oleh karena itu departemen yang terlibat secara langsung memegang peranan yang sangat penting dengan produk yang dihasilkan, yaitu berkaitan dengan :
1. Ketepatan waktu penyelesaian proses yang berkaitan langsung dengan ketepatan waktu pengiriman barang
2. Kesesuain parameter yang telah disepakati oleh konsumen pada produk terhadap spesifikasi yang digunakan.
Direktur
Pudir I Pudir II Pudir III Pudir IV
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Training Center Kaprodi Accounting HRD Kemahasiswaan Beasiswa Purchasing PPIC Marketing Design Center of Tools Maintenace Tool Making Stamping
Seperti dijelaskan didalam struktur organisasi, misi dan visi ATMI Cikarang bahwa ATMI Cikarang merupakan akademi yang menerapkan PBET (Production Based Education and Training)sebagai konsep dalam pengajaran dan pendidikan mahasiswanya. Proses PBET ini sangat terlihat ketika mahasiswa berada pada tingkat 2 atau tahun kedua mereka berada di ATMI Cikarang. Karena pada tingkat 2 ini mahasiswa dituntut memiliki kompetensi dalam hal kualitas dan kecepatan dalam pembuatan benda kerja produksi yang mana benda kerja produksi tersebut merupakan benda yang dipesan langsung oleh customer.
Untuk melihat lebih jelasnya flowaliran dari customer sampai benda kerja produksi siap dikirim dapat dilihat dari bagan dibawah ini :
Gambar 4.2 Flow Aliran Dari Konsumen Customer
Marketing Pudir Produksi
Design
PPIC bagian Pemesanan PPIC bagian Kontrol
Proses Machining Quality Control Tool Making Tingkat 2 Purchasing Assy Part Single Part Assy
PPIC bagian Pengiriman Deliver Order Good Recieve Accounting Invoice Finance ATMI Customer Proses Pembayaran Confirm Finance Cek Pembayaran Informasi : 1. Sample Product 2. Gambar Product
4.1.3 Permasalahan
Dalam permasalahan yang akan diteliti ini berkaitan dengan salah satu waste dalam seven waste yaitu ditentukan waste yang berupa defect tentunya defect reject. Untuk lebih jelasnya letak terjadinyawasteyang sering terjadi dapat dilihat darivalue stream mappingdibawah ini.
Gambar 4.3Value Stream Mapping Dari gambar diatas dapat diartikan sebagai berikut :
1. Produk yang diinginkan oleh customer diinformasikan kepada pihak marketing untuk menyamakan persepsi serta mencari kesepakatan mengenai harga produk yang akan dibuat.
2. Setelah adanya kesepakatan antara konsumen dengan bagian marketing maka informasi mengenai produk yang akan dibuat dilanjutkan kepada
bagian PPIC untuk disiapkan mengenai material requairment planningnya (MRP).
3. Kemudian memesan material yang dibutuhkan tersebut kepadasupplier. 4. Setelah material datang maka material tersebut langsung masuk ke gudang
material yang ada yang kemudian material tersebut akan diproses setelah mendapat informasi dari segidesigngambar dariPPIC.
5. Dari gambar yang keluar dari PPICdimana dalam gambar tersebut terdapat informasi mengenai proses permesinan untuk setiap sectionnya (TK2, TK3 maupun UBM),kemudian disiapkan materialnya oleh gudang material dan dikirim sesuai dengan section yang diinformasikan oleh production sheet pada gambar kerja.
6. Setelah benda kerja tersebur selesai dalam section maka harus melalui prosesQCsebelum lanjut ke proses berikutnya.
7. Apabila didalam suatu divisi tersebut sudah menghasilkan finish produk maka harus melaluifinal QCsebelum nantinya dikirim kepada customer.
Dari value stream mapping diatas yang memiliki tingkat reject benda kerja produksi paling tinggi ada pada divisi tingkat 2. Karena pada divisi tingkat 2 ini merupakan proses awal sebelum masuk ke proses selanjutnya baik itu merupakan finish produk maupun proses lanjutan ke divisi TK3, CT maupun divisi UBM.
Permasalahan mengenai salah satu waste yang terjadi pada Atmi Cikarang terutama mengenai bagian produksi, yaitu mengenai defect reject dari benda kerja yang dihasilkan dalam setiap section yang menghasilkan benda kerja produksi tersebut.
Tabel 4.4 Gambaran Produksi dari bulan Januari sampai bulan September 2012 No Periode
Divisi Mill
2
(pcs) Design(pcs) PPIC(pcs) Mill3(pcs) UBM(pcs) Sub(pcs) Lw 2(pcs) Lw3(pcs) Assy(pcs) Htm(pcs) Ct(pcs) Cust(pcs)
1 Januari 16 3 1 2 5 4 6 0 6 2 8 7 2 Februari 8 12 0 0 1 3 8 4 11 0 2 0 3 Maret 19 1 0 2 11 0 13 0 0 0 0 0 4 April 4 3 9 9 4 0 1 0 1 0 2 0 5 Mei 19 2 0 0 0 0 2 0 2 0 8 0 6 Juni 5 1 10 0 2 0 9 0 2 0 2 0 7 Juli 3 1 0 0 0 0 16 1 0 0 1 0 8 Agustus 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 9 September 13 1 0 0 0 0 3 2 0 1 0 0 Total 92 24 20 13 23 8 58 7 22 3 23 7
Dari tabel data diatas menunjukkan banyaknya reject barang produksi yang terjadi dari semua unit kerja produksi yang ada di ATMI Cikarang, dimana Milling TK2 merupakan salah satu unit kerja yang memiliki tingkat reject barang produksi terbanyak dalam periode Januari sampai September 2012. Kemudian data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan diagram Parreto yang hasilnya sebagai berikut :
Diagram Pareto Reject Barang Produksi Pada Setiap Unit Produksi
31% 19% 8% 8% 8% 7% 7% 4% 3% 2% 2% 1% 31% 50% 58% 66% 73% 81% 87% 92% 94% 97% 99% 100% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Pareto Overall Reject
Keterangan :
a. Mill 2 : proses permesinan yang dilakukan pada section milling tingkat 2
b. Mill 3 : proses permesinan yang dilakukan pada section milling tingkat 3
c. Lw 2 : proses permesinan yang dilakukan pada section turning tingkat 2
d. Lw 3 : proses permesinan yang dilakukan pada section turning tingkat 3
e. Design : divisi yang mendesain suatu produk dalam bentuk gambar kerja
f. PPIC : divisi yang merencanakan dan mengontrol jalannya proses produksi
g. Tool making : divisi yang melakukan proses permesinan secara konvensional milling
h. Subcount: jasa pembuatan produk dari tempat lain i. Assy : divisi perakitan dari semuapartrakit
j. CT : divisi yang melakukan proses finishing surface seperti grinding
k. HTM : salah satu section di tingkat 2 yang khusus untuk proses hardenmaupun pengelasan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwamillingtk 2 merupakan salah satu divisi yang paling banyak menghasilkan produk yang reject atau restart. Hal ini dapat dilihat dari hampir semua job yang bersifat job order dengan tingkat
kesulitan pengerjaan dari yang biasa, medium sampai yang sulit dikerjakan di section milling tingkat 2 dengan mahasiswa sebagai orang yang mengerjakan benda kerja produksi tersebut. Hal ini juga terlihat padasection turning tingkat 2 yang mana pada data diatas menduduki tingkat reject kedua dari 12 faktor penyebab reject yang ada. Kemudian disusul oleh bagian CT dalam proses finishing selain itu dengan jumlah yang sama Design dan Tool Making juga menepati posisi ketiga dalam urutan terjadinya reject benda kerja. Dilanjutkan bagian Assy, PPIC, Customer, Subcount, Lw 3 dan Htm yang memiliki tingkat reject terkecil. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa dalam section milling tingkat 2 beban yang menjadi tanggung jawabnya bukan hanya dari sisi produksi tetapi dari sisi pendidikanpun menjadi tolak ukur dari keberhasilan tingkat 2 khususnya pada section milling. Maka untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi perlu dicari akar permasalahannya agar solusi terbaiknya dapat ditemukan sehingga terjadi peningkatan produktivitas dari segi produksinya dan kemampuan dalam bidang teknik bagi mahasiswa di bidang pendidikannya.
Apabila dilihat dari proses (Finishproduk,semi finishingproduk) dan mesin yang dikerjakan untuk masing-masing unit kerja memang berbeda namun reject barang produksi yang terjadi dikarenakan kesalahan yang sama dalam setiap unit kerja tersebut seperti :
1. Terjadi penyimpangan dimensi dari toleransi yang ada pada gambar 2. Terjadinya salah proses dalam permesinan
1. Alat/toolsyang digunakan patah (Tap, Alat Potong)
Data diatas didapatkan penulis dari bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control) ATMI Cikarang. Berdasarkan data diatas maka penulis mencoba meneliti permasalahan yang menyebabkan tingginya tingkat reject yang ada pada divisi tingkat 2. Sesuai dengan batasan masalah pada Bab I maka penelitian dilakukan hanya pada section milling tingkat 2 yang berdasarkan data diatas merupakan salah satu section yang memiliki tingkat reject paling tinggi diantarasectionyang lain.
Dari flow aliran material sampai ketangan konsumen dapat dilihat bahwa pada divisi tingkat 2 merupakan salah satu divisi dalam proses permesinan, sehingga bisa dikatakan bahwa dalam divisi tingkat 2 ini merupakan divisi yang mengerjakan barang-barang produksi yang langsung di pesan oleh konsumen. Selain divisi tingkat 2 dalam proses permesinan juga dikerjakan oleh divisi tool making. Dalam divisi tool making ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagianCNC dan bagian konvensional. Secara pengerjaan produk divisi tingkat 2 sama dengan divisitool making konvensionalkarena barang – barang produksi yang dikerjakan menggunakan mesin –mesin konvensional. Namun yang membedakan antara divisi tingkat 2 dan divisi tool making adalah orang yang mengerjakan. Untuk divisi tingkat 2 dalam hal pengerjaan benda produksi dilakukan oleh mahasiswa sedangkan untuk divisi tool making dalam pengerjaan benda produksi dilakukan oleh karyawan. Dari segi kapasitas mesin yang dipunyai dapat dilihat dibawah ini :
Divisi Tingkat 2 untuk kapasitas mesin milling 1. 5 buah mesinkonvensional milling
2. 3 buah mesinNC (Numerical Control)milling
3. 1 buah mesinCNC (Computerized Numerical Control ) millingsederhana Divisi Tool Makinguntuk bagianCNCkapasitas mesin milling
1. 6 mesin CNC (Computerized Numerical Control ) milling DivisiTool Makinguntuk bagian konvensional kapasitas mesin milling
1. 3 buah mesin manual ( meminjam bagianTraining Center) Fokus Pengerjaan
1. DivisiTool Making CNC
Fokus pengerjaannya untuk benda-benda produksi yang memiliki tingkat kesulitan baik dari segi bentuk, dimensi, kepresisian ukuran serta kecepatan seperti mould, dies dan electrode untuk mata potong proses EDM ( Electric Discharge Machine ).
Gambar 4.6 Produk Divisi Tool Making CNC 2. DivisiTool Making Konvensional
Fokus pengerjaannya untuk benda-benda produksi yang memiliki tingkat kesulitan yang biasa /middleke bawah seperti pembuatan kotak/ blocking dengan ukuran yang memiliki toleransi umum namun dengan dimensi blocking yang besar.
Gambar 4.7 Produk Divisi Tool Making Konvensional 3. Divisi Tingkat 2
Fokus pengerjaan untuk benda-benda produksi yang memiliki tingkat kesulitan dari segi bentuk, dimensi, kepresisian ukuran dan kecepatan namun masih dapat dikerjakan dimesin milling konvensional. Biasanya semua benda kerja yang dikerjakan disini merupakan job order yang berupa part, benda massal, danjig.
Gambar 4.8 Produk Milling Tingkat 2
Dari data tersebut bisa dikatakan bahwa beban tanggung jawab dalam hal pengerjaan maupun pembuatan produk dari konsumen pada tingkat 2 khususnya pada section milling sangatlah besar. Dengan adanya proses pendidikan yang berdampingan dengan tuntutan produksi yang mengutamakan kualitas dan
kecepatan menjadi suatu tantangan yang utama dalam section milling tingkat 2. Karena bukan hanya menghasilkan produk yang berkualitas dan cepat tetapi harus menghasilkan pula mahasiswa yang memiliki kompetensi dalam membuat ataupun menghasilkan benda kerja produksi dengan metode yang tepat, kecepatan yang sesuai dengan estimasi yang diberikan dan tidak meninggalkan kualitas yang bagus.
Pembagianjobpada divisi Tingkat 2 yang dilakukan olehPlannerproduksi Atmi Cikarang selama ini berdasarkan :
1. Dari kapasitas dan kemampuan mesinmilling. 2. Dari kelengkapanattacmentyang dimiliki.
3. Skill dalam bidang teknik yang dimiliki (pengetahuan mengenai gambar dasar, proses machining, perlakuan terhadap benda-benda presisi, penggunaan tool yang sesuai).
Cara pengaturanjobyang dilakukan oleh instruktur milling tk2
1. Gambar yang datang dari PPIC bagian material di cek raw materialnya apakah sesuai dengan tuntutan yang diminta atau tidak, soalnya ada kemungkinan terjadirejectsebelum benda tersebut diproses.
2. Mengelompokan gambar kerja sesuai dengan DOD ( Date Of Delivery ) yang paling mendekati dengan hari pengiriman akhir.
3. Mempelajari gambar kerja sebelum dibagikan kepada mahasiswa untuk dikerjakan.
4. Menyiapkantool, jigmaupunattactmentyang di perlukan untuk melakukan proses permesinan suatu benda kerja yang gambar kerjanya sudah dipahami. 5. Setelah semua langkah diatas dilakukan, maka gambar kerja siap dibagikan
kepada mahasiswa untuk di proses di mesin.
Flowpenerimaan material sampai benda kerja finish di section Milling
Gambar 4.9FlowProses padaSection Milling
Setelah gambar jadi dibuat oleh design dan mendapat validasi dari PPIC, kemudian gambar kerja tersebut akan diproses permesinan. Dimulai dengan menyiapkan material sesuai dengan tuntutan gambar material yang diminta oleh designmelalui gambar kerja, yang mana material ini disiapkan oleh PPICbagian gudang material yang kemudian dipotong sesuai dengan dimensi dari gambar yang diminta. Dalam PPIC bagian gudang ini juga kadang sering terjadi kesalahan baik dari segi pemotongan material yang terlalu sedikit pemberian allowance sehingga ketika sebelum diproses permesinan sering raw material
Design
PPIC (Validasi Gambar)
PPIC (Persiapan material) Expedition book Milling Tingkat 2 Proses machining Expedition book Delivery Finish Product
tersebut sudah tidak bisa dikerjakan. Kadang dalamPPICbagian gudang ini salah dalam pembelian material. Setelah material siap maka proses selanjutnya pengiriman material tersebut ke setasiun kerja yang dituju, dengan membawa expedition book guna sebagai bukti bahwaraw material sudah diterima dan tidak terjadi kesalahan dari segi dimensi maupun bentuk. Barulah rawmaterial tersebut di proses secara permesinan oleh section milling tingkat 2. Dalam proses permesinan di section milling tingkat 2 ini ada kemungkinan bahwa benda yang dikerjakan bukan merupakan finish produk, karena ada beberapa jenis produk yang perlu melalui proses lagi setelah melewati proses milling tingkat 2 seperti prosesharden, grindingmaupunedmdanwire cut. Setelah benda kerjafinishatau biasanya disebut proses milling to size maka langkah selanjutnya , benda kerja tersebut dikirim ke proses selanjutnya dengan menggunakan buku expedition milling sebagai bukti tanda terima bahwa benda kerja tersebut telah diproses di section millingtingkat 2.
4.2Measure
Pada bagianmeasure ini berisikan data pengukuran yang selama ini terjadi pada section milling tingkat 2. Selain itu juga pada bagian ini ditunjukan mengenai SIPOC Diagram yang menggambarkan flow jalannya material dalam section millingtingkat 2.
Gambar 4.10SipocDiagram
Dalam aliran material yang digambarkan padaSIPOC diagram diatas dapat dijelaskan dalam point-poin sebagai berikut :
1. PPIC dalam hal ini berperan sebagai supplier informasi mengenai barang produksi yang nantinya akan dikerjakan dalam proses permesinan pada section milling tingkat 2 dengan berupa gambar kerja yang telah disepakati antara customer dengan design.
2. Dari gambar kerja tersebut yang telah divalidasi oleh PPIC, maka persiapan material yang sesuai dengan tuntutan gambarpun harus disiapkan baik dari segi jenis material maupun dimensi yang diminta oleh customer yang berdasarkan gambar kerja. Setelah itu material tersebut dapat dikirim ke section yang sesuai dengan production sheet yang melekat pada gambar kerja. (dalam hal ini menuju section milling tingkat 2).
3. Ketika material sampai pada section milling tingkat 2, maka pengirim material tersebut harus memberikan gambar dan meminta tanda bukti penyerahan kepada instrukur milling tingkat 2 sebagai bukti bahwa material sudah sampai pada section yang ada pada production sheet. Sebelum tanda bukti tersebut diparaf oleh instruktur milling tingkat 2, biasanya dilakukan pengecekan atau pengukuran material oleh instruktur milling tingkat 2 dengan tujuan agar material yang nantinya diproses tidak reject sebelum diproses permesinan. Namun apabila setelah dikur dan dicek ternyata didapat ukuran material yang mendekati ukuran yang diminta atau dengan kata lain allowance material terlalu sedikit bahkan sudah tidak reject sebelum dikerjakan maka instruktur milling tingkat 2 berhak menolak dan meminta material baru yang sesuai dengan pertimabangan dari ukuran yang diminta agar dapat dikerjakan dan tidak terjadi reject benda sebelum proses permesinan.
4. Setelah dipastikan bahwa material ok maka langkah selanjutnya yaitu material tersebut diproses permesinan sesuai dengan tuntutan gambar benda kerja.
5. Apabila setelah atau selama permesinan benda kerja mengalami cacat ada kemungkinan benda kerja tersebut menjadi rework atau restart maka langkah berikutnya yaitu melaporkan kejadian ini kepada PPIC untuk diberikan material baru untuk mengganti material yang rusak tersebut. Namun apabila dalam proses permesina tersebut benda kerja yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan yang diminta tanpa ditemukan cacat pada benda maka benda tersebut di inspeksi terlebih dahulu dalam section
milling tingkat 2. Apabila ada ukuran dimensi yang melebihi toleransi yang ditentukan maka harus melaporkan hal tersebut pada bagian design untuk memberikan keputusan apakan benda kerja tersebut masih dapat digunakan atau tidak. Apabila tidak bisa digunakan maka mengulangi langkah sebelumnya dengna melaporkan pada PPIC untuk meminta ganti material baru, namun apabila penyimpangan tersebut secara fungsional dari benda kerja tersebut tidak berpengaruh maka benda kerja tersebut dapat lanjut ke proses berikutnya. Dengan kata lain benda kerja tersebut bisa langsung ke bagian quality control untuk dicek secara keseluruhan dimensi dan tuntutannya. Atau bisa juga benda kerja tersebut lanjut keproses berikutnya apabila benda kerja tersebut merupakan benda kerja yang tidak finish di section milling tingkat 2.
6. Setelah benda kerja dinyatakan sesuai dengan tuntutan gambar yang diminta oleh customer yang dilakukan pada bagian quality control maka benda tersebut dinyatakan finish dan siap dikirim kepada customer.
Datareject Millingtingkat 2
Bulan Reject Januari 16pcs Februari 8 pcs Maret 19pcs April 4 pcs Mei 19pcs Juni 5 pcs Juli 3 pcs Agustus 5 pcs September 13pcs
Dari data reject barang produksi yang terjadi pada bulan Januari sampai bulan September pada section milling tingkat 2 yang didapat dari form KTS ( ketidak Sesuaian ) dari bagian PPIC dimana dari data tersebut presentasi tingkat rejectbarang produksi dari bulan ke bulan tidaklah sama hal ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dilakukan merupakan job order yang tidak selalu sama jumlah setiap periodenya, sehingga penulis mencoba meneliti penyebab terjadinya reject barang produksi yang terjadi di section milling tingkat 2. Berdasarkan data yang didapat sebelumya mengenai kesalahan yang sering terjadi pada setiap unit kerja maka penulis mencari faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi dengan melakukan brainstorming dengan instruktur milling tingkat 2 dan membuat diagram sebab akibat untuk mendapatkan faktor yang paling dominan dan nantinya faktor tersebut diolah untuk dicari tindakan perbaikannya. Diagram sebab akibat dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.12 Diagram Sebab Akibat
Daribrainstormingyang dilakukan oleh seluruh instruktur milling tingkat 2 terutama yang berperan langsung dalam proses produksi didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat reject yang terjadi pada TK 2 pada umumnya dansection millingtk 2 pada khususnya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Man
Dalam hubungannya dengan man disini lebih berfokus pada mahasiswa sebagai orang yang melakukan proses permesinan dalam membuat benda produksi. Yang mana perlu diketahui bahwa di ATMI Cikarang mahasiswa tingkat 2 harus mempunyai kompetensi dalam menghasilkan sebuah produk yang memiliki kualitas dan kecepatan yang bagus, karena benda-benda yang dikerjakan dalam proses permesinan merupakan benda kerja yang langsung dipesan oleh konsumen. Sehingga dari diagram sebab akibat diatas ada
menyebabkan terjadinya reject benda kerja. Hal-hal yang mempengaruhi mansebagai salah satu penyebabrejectantara lain sebagai berikut :
i. Mahasiswa kurang aktif bertanya.
ii. Mahasiswa sering bingung ketika melakukan proses produksi.
iii. Mahasiswa takut mencoba baik dalam penggunaan mesin dan attacmentyang pendukung.
iv. Mahasiswa sering terburu dalam proses permesinan produksi 2. Method
Dalam method disini berhubungan dengan bagaimana cara seorang instruktur ataupun tim dalam membuat suatu metode agar mahasiswa lebih paham dalam proses produksi.
Hal ini dapat menyebabkan reject terhadap benda kerja produksi karena apabila metode yang diterapkan oleh instruktur tidak fleksibel dan sulit dipahami oleh mahasiswa akan menyebabkan faktor-faktor seperti padaman yang dijelaskan pada poin pertama. Hal-hal yang mempengaruhimethodini dalam kaitannya sebagai salah satu penyebabrejectadalah sebagai berikut : 1. Format penilaian terhadap mahasiswa yang kurang detail dan
terperinci.
2. Adanya perbedaan penjelasan antara setiap instruktur. 3. Komunikasi antar mahasiswa saat pergantian shift. 3.Material
Berkaitan dengan material disini sebagai salah satu penyebab reject di section millingtingkat 2 diantaranya :
1. Material salah lolos seleksi 2. Salah mengambil material
3. Salah dalam proses permesinan dapat menyebabkan material cacat 4. Gambar kerja yang lebih kompleks
4.Machine
Machine disini merupakan salah satu alat yang membantu dalam pembuatan benda-benda produksi. Karena semakin tinggi tuntutan produksi baik dari segi waktu, kualitas dan harga maka machine yang digunakan mempunyai peran yang penting dalam pembuatan benda produksi tersebut. Namun machine tersebut juga bisa menjadai salah satu faktor penyebab terjadinyarejectkarena :
1. Semakin komplek mesin yang digunakan maka kesulitan dalam pengoperasiannya pun semakain sulit.
2. Penggunaan attacment mesin yang tidak sesuai yang dapat menyebabkan benda cacat.
Diantara 4 faktor (Man, Method, MaterialdanMachine) yang menyebabkan tingkat reject benda produksi yang terjadi pada tingkat 2 khususnya section milling akan dipilih satu faktor penyebab yang akan dijadikan prioritas perbaikan dari faktor-faktor yang lain dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analyze)dibawah ini.
Faktor
Penyebab Jenis Kegagalan
Potential Effect (S) of Failure S Akibat Kegagalan Man Proses pengerjaan
benda kerja Reject
6 Method 7 Material 4 Machine 5 Man Pemilihan tools untuk proses permesinan Reject 7 Method 7 Material 5 Machine 5 Man Pemilihan attacment untuk proses permesinan Reject 6 Method 7 Material 5 Machine 5 Man Pemahaman
gambar kerja Reject
7
Method 7
Material 5
Faktor Penyebab Potential Effect (S) of Failure O Potential Effect (S) of Failure D RPN Penyebab Kegagalan Detektor Kegagalan Total Man Salah proses pengerjaan 7 Visual 5 210 Man 845 Method 7 5 245 Method 980 Material 5 5 100 Material 475 Machine 5 5 125 Machine 500 Man Kurang paham mengenai tool 6 Visual 5 210 Method 7 5 245 Material 5 5 125 Machine 5 5 125 Man kurang mengerti jenis attacment 6 Visual 5 180 Method 7 5 245 Material 5 5 125 Machine 5 5 125 Man kurang mengerti gambar teknik dasar 7 Visual 5 245 Method 7 5 245 Material 5 5 125 Machine 5 5 125 Tabel 4.13 FMEA
Dari hasil penentuan faktor reject yang diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan sesuai dengan nilai RPN tertinggi (980) yaitu method sebagai faktor penyebab yang perlu diperbaiki. Hal ini selain dijelaskan pada FMEA, method dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam hal praktek pengerjaan benda produksi dengan menggunakan mesin produksi sangatlah besar pengaruhnya. Terlebih bagi mahasiswa sebagai pelaku dalam proses pembuatan benda produksi yang merupakan benda yang dipesan langsung oleh konsumen.
Setelah mengetahui penyebab terjadinya reject benda kerja produksi disebabkan oleh method dimana dalam hal ini lebih berfokus pada beberapa method yang nantinya menjadi fokus perbaikkan pada section milling tingkat 2 antara lain sebagai berikut :
1. Metode dalam penilaian mahasiswa
Dalam metode penilaian mahasiswa ini di karenakannya kurang detail poin penilaiannya sehingga mempengaruhi kinerja mahasiwa dalam menghasilkan suatu produk yang baik dengan waktu yang sesuai dengan estimasi yang diminta.
Berikut merupakan metode penilaian yang digunakan dalam menilai mahasiwa saat melakukan proses produksi :
Format Penilaian yang dilakukan oleh Instruktur Tingkat 2 kepada mahasiswa selama ini menggunakan buku aktivitas harian mahasiswa, dimana dalam penilainnya mengandung dua komponen nilai yaitu nilai subyektif dan nilai obyektif. Dimana komponen nilai subyektif dan nilai obyektif dapat dilihat sebagai berikut :
Penilaian Mahasiswa Tingkat II : Nilai subyektif meliputi:
1. Kwalitas a. Good = 10 b. Rework = 4 c. Restart = 0 2. Kecepatan a. Sesuai Estimasi = 10 b. 1,5 x Estimasi = 5 c. 2 x Estimasi = 0 d. Restart = 0 3. Performance a. Good = 10
b. Surfacetdk masuk /Scratch = dikurangi 2 c. Benda Kerja Cacat = dikurangi 4 d. Masih adaChip = dikurangi 2
e. Restart = 0
Nilai obyektif meliputi : 1. Sikap yang meliputi :
Keterlambatan, izin yang berlebihan, menggunakan HP di bengkel, mengganggu teman, tidak membawa ATK dan perlengkapan bengkel, meninggalkan mesin, tidak mencatat buku harian
2. Safety yang meliputi :
3. Kebersihan yang meliputi : Pakaian, mesin, area kerja,MTC
Dari format penilaian diatas bahwa nilai mahasiswa dibagi menjadi 2 nilai yaitu nilai subyektif dan obyektif. Niali subyektif ini meliputi nilai kualitas, kecepatan dan performance dari benda kerja yang dibuat oleh mahasiwa. Sedangkan nilai obyektif meliputi nilai sikap, safety dan kebersihan dari mahasiswa itu ketika berada di workshop maupun ketika mahasiswa sedang melakukan proses permesinan secara langsung. Dalam pelaksanaanya format penilaian ini kadang tidak semudah dalam penilaiannya, karena ada beberapa hal yang membuat format penilaian ini kurang subyektif apabila mengacu pada aturan dalam penilai tersebut seperti :
1. Apabila dalam sehari mahasiswa mengerjakan lebih dari satu benda kerja 2. Apabila dalam satu hari mahasiswa mengerjakan benda kerja dari konsumen
yang berbeda
3. Apabila dari 10 benda kerja produksi yang dibuat mahasiswa ternyata 3 dari antaranyareject
4. Bagaimana cara menilai mahasiswa yang dalam sehari hanya melakukan setting benda kerja dan tidak melakukan proses permesinan sama sekali. 2. Metode dalam komunikasi antara instruktur agar tidak terjadi perbedaan
makna yang ditangkap oleh mahasiswa.
Dalam hal ini berkaitan dengan persamaan cara baik pengajaran maupun pengerjaan benda kerja produksi. Dengan kata lain belum adanya guident dalam melakukan aktivitas antara instruktur milling tingkat 2 secara tertulis sehingga apabila terjaditurn overtidak mengganggurytmepengajaran dan produksi.
3. Metode dalam komunikasi antara mahasiswa saat pergantianshiftdari malam ke pagi.
Dalam hal ini berkaitan dengan cara overlapping pekerjaan antara mahasiswa yang berbeda shift khususnya dari mahasiswa malam kepada mahasiswa pagi. Walaupun sebenarnya hal ini dapat diatasi namun kadang hal ini dapat mengakibatkan kesalahan proses pada saat pengerjaan proses permesinan. 4.3Analyze 5Why
Setelah diketahui bahwa faktor method menjadi penyebab paling dominan tingkat reject yang ada pada section milling tingkat 2, dalam hal ini untuk mengetahui lebih detail mengapa faktor method menjadi penyebab utama reject benda produksi. Penulis mengunakan metode 5 why (brainstroming) untuk mengetahui inti permasalahan mengapa faktormethodmenjadi dominan.
No Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5
1 Belum
mengerti proses
Bingung Takut mencoba menjalankan mesin Belum paham mesin yang digunakan Overlapping instruktur kurang jelas 2 Bingung didepan mesin Belum paham betul mengenai proses pengerjaan Gambar kerja komplek Tuntutan ukurannya lebih presisi Instruksi dari instruktur berbeda-beda mengenai proses 3 Pengetahuan kurang mengenai tools yang digunakan Belum paham jenis-jenis tools untuk produksi Gambar kerjanya berbeda dengan tingkat sebelumnya Tuntutan kualitas dan kecepatannya lebih Overlapping mengenai tools yang ada belum dijelaskan 4 Pengetahuan Belum paham Gambar kerjanya Tuntutan Overlapping
kurang mengenai attacment yang digunakan jenis-jenis attacment untuk produksi berbeda dengan tingkat sebelumnya kualitas dan kecepatannya lebih mengenai attacment yang ada belum dijelaskan Tabel 4.14 Analisa5 Why
Dengan mengunakan teknik 5 why dapat disimpulkan bahwa penyebab faktor method menjadi faktor yang paling dominan yang menyebabkan reject benda kerja produksi yang dilakukan oleh mahasiswa, hal ini dikarenakan belum adanya kesamaan cara dalam memberikan instruksi kerja antar instruktur kepada mahasiswa sehingga menyebabkan mahasiswa bingung karena dalam kontek pendidikan apabila terjadi perbedaan dalam memberikan pengarahan pada mahasiswa akan menyebabkan salah tangkap walaupun maksud masing-masing instruktur sama, yaitu membuat mahasiswa mengerti.