• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) RESIKO BENCANA. Kelurahan Tondonggeu Kota Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) RESIKO BENCANA. Kelurahan Tondonggeu Kota Kendari"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP)

RESIKO BENCANA

Kelurahan Tondonggeu Kota

Kendari

(2)

Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP)

A. GAMBARAN UMUM KELURAHAN TONDONGGEU 1. Letak Administratif

Kelurahan Tondonggeu adalah salah satu kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Abeli, Kota Kendari. Keluarahan Tondonggeu berjarak ± 20,25 km dari ibukota Kota Kendari dengan luas wilayah adalah ± 129 Ha.

Batas-batas wilayah Kelurahan Tondonggeu adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Teluk Kendari

Sebelah Timur : Kab. Konawe Selatan Sebelah Selatan : Kec. Konda

Sebelah Barat : Kel. Sambuli

Gambar 1. Peta Administratif Kelurahan Tondonggeu

Sumber : Google Earth

Wilayah Kelurahan Tondonggeu terbagi ke dalam 3 (tiga) RW dan 4 (empat) RT.

Tabel 1 Luasan Tiap RW di Kelurahan Tondonggeu

RW Luas (Ha)

RW I 58

RW II 41

RW III 30

TOTAL 129

Sumber : Peta GIS PLPBK Kel.Tondonggeu 2015

Karakteristik Kelurahan Tondonggeu merupakan permukiman yang berada di wilayah pesisir dan dilalui oleh jalan poros kabupaten yang menghubungkan Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan.

2. Topografi Wilayah

Kondisi topografi wilayah Kelurahan Tondonggeu adalah wilayah pesisir dengan ketinggian antara 3 - 60 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lahan 0– 15%.

3. Iklim Dan Curah Hujan

Sebagai bagian dari Kota Kendari, Kelurahan Tondonggeu beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada umumnya musim hujan terjadi antara Desember – Juni sedang musim kemarau terjadi antara Juli – November. Kondisi iklim dan cuaca mempengaruhi aktivitas warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.

4. Hidrologi Dan Tata Air

Sumber air yang digunakan oleh warga di Kelurahan Tondonggeu ada yang berasal dari mata air, sumur bor, dan sumur gali. Sebagian besar warga di kawasan prioritas menggunakan sumber air dari sumur bor yang dialirkan melalui saluran perpipaan dan terdapat warga yang bertindak sebagai pengelolanya.

B. KONDISI EKSISTING KAWASAN PRIORITAS 1. Luas Wilayah

Kawsan prioritas merupakan kawasan yang menjadi fokus utama dalam penataan lingkungan program PLPBK. Penetapan kawasan prioritas ini disepakati oleh masyarakat

(3)

Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP)

Kelurahan Tondonggeu dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu jumlah warga miskin serta permasalahan lingkungan di kawasan tersebut yang perlu untuk segera ditangani. Kawasan prioritas pada kegiatan PLPBK Metro di Kelurahan Tondonggeu secara administratif meliputi RW 2 dan RW 3.

Tabel 2 Luas Wilayah Kawasan Prioritas Kelurahan Tondonggeu RW Luas (m2)

RW II 25.565 RW III 52.341 TOTAL 77.906

Sumber : Peta GIS PLPBK 2015

Berdasarkan tabel di atas, luas kawasan prioritas adalah 77.906 m2 atau 7,7 Ha yang terdiri dari 2,55 Ha wilayah RW II dan 5,23 Ha di wilayah RW III.

Gambar 3. Kawasan Prioritas Kel.Tondonggeu menurut RW

Sumber : Google Earth

Gambar 2. Orientasi Wilayah Kawasan Prioritas Kel. Tondonggeu

Sumber : Google Earth

Gambar 4. Peta Kontur Kawasan Prioritas Kel.Tondonggeu

Sumber : Google Earth

(4)

| PLPBK Kelurahan Tondonggeu, 2015 37 BATASAN PEMBANGUNAN

1. Subdivisi

Pembagian lahan (pengkaplingan lahan) hendaknya sedapat mungkin mempertimbangkan tersedianya akses jalan (bagi pejalan kaki, kendaraan roda dua, roda empat, dan khususnya bagi kendaraan untuk peristiwa darurat seperti ambulance dan mobil pemadam kebakaran), orientasi bangunan dan penyediaan

fasilitas umum lainnya.

2. Area Rawan Banjir Rob

Warga yang akan melaksanakan pembangunan di daerah rawan banjir Rob (Bangunan di atas laut) sebagaimana yang telah tertera dalam peta, diharuskan mendapatkan ijin membangun, dengan memperhatikan persyaratan seperti ketinggian pasang air tertinggi

3. Area Rawan Longsor

Warga yang akan melaksanakan pembangunan di daerah rawan longsor, sebagaimana yang tertera di dalam peta, diharuskan mendapatkan ijin membangun, dengan

memperhatikan persyaratan keselamatan, dan menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya longsor bagi bangunan tersebut danlingkungan sekitarnya.

4. Pembangunan pada Jalan Umum

Warga tidak diperkenankan untuk mendirikan bangunan, atau suatu pekerjaan, di atas jalan umum atau bagian dari jalan umum tanpa mendapatkana ijin terlebih dahulu. Terkecuali bagi pihak pemerintah kelurahan dengan maksud untuk melakukan pekerjaan seperti pengerjaan lansekap jalan, atau street furniture (lampu jalan, rambu jalan, dan lain sebagainya).

5. Area Tangkapan Air (Water Catchment area)

Warga yang melakukan pembangunan dikawasan area tangkapan air (Water Catchment area) seperti kawasan peresapan air hujan, lahan mangrove/daerah bekas genangan air sebaiknya membuat sistem peresapan (sumur resapan air hujan) dan mengatur koefisien dasar bangunan sehingga dapat meminimalisir terjadinya genangan/banjir permukiman.

F. BATASAN KHUSUS PEMBANGUNAN

1. Ketinggian Bangunan dalam Kawasan Permukiman

Warga tidak diperbolehkan untuk membangun unit hunian / multi unit di dalam kawasan permukiman dengan ketinggian lebih dari 7.2 meter,

2. Dual Occupancy

Warga tidak diperbolehkan untuk membangun dual occupancy kecuali memenuhi persyaratan di bawah ini: Luasan kapling minimal 400 m² atau lebih untuk dua unit hunian (attached), atau 600 m² atau lebih untuk dua unit bangunan berdiri sendiri. Memiliki FSR 0,6:1 atau lebih kecil. Jika akan dibangun unit rumah tambahan, maka ketinggian maksimal dari unit bangunan tersebut adalah 3.6m.

3. Multi Unit Housing Development on Land Zoned Residential

Untuk unit hunian multi unit yang akan dibangun di area permukiman, harus memenuhi persyaratan: Area tidak kurang dari 1.500 m²dan FSR tidak lebih dari 0.6:1 serta ketinggian bangunan tidak lebih dari 7.2m.

4. Modifikasi Bentuk Lahan (Landform Modification)

Warga tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan pembangunan yang bertujuan mengubah bentuk atau bentang alami dari tanah/lahan melalui penimbunan atau penggalian, kecuali telah mendapatkan ijin terlebih dahulu.

Rawan Bencana tsunami

(5)

Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP)

| PLPBK Kelurahan Tondonggeu, 2015 38 G. ATURAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

1. Pelestarian bagi Pohon

Peraturaan yang bertujuan untuk melestarikan vegetasi/pohon yang terletak di Kawasan Prioritas PLPBK Kelurahan Tondonggeu, dimana peraturan RTPLP ini berlaku, harus segera dituangkan dalam peraturan khusus, dimana pohon-pohon yang ada diidentifikasi keberadaannya (termasuk hutan mangrove) dan kegunaannya, dan bagi pohon yang dipreservasi harus dilindungi dari penebangan/pengrusakan.

2. Manajemen Limbah

Sebelum memberikan ijin membangun, pihak pemberi ijin harus mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut manajemen limbah sesuai dengan fungsi bangunan/jenis pekerjaan yang diusulkan:

a. Sedapat mungkin mendaur ulang material hasil konstruksi dan bangunan

b. Sedapat mungkin mendaur ulang sampah / limbah rumah tangga dan limbah bangunan

c. Tersedianya tempat di dalam site/lahan untuk menampung limbah konstruksi/pembangunan, dan untukpengolahan sampah/limbah rumah tangga.

3. Efisiensi Energi, Air dan Air Hujan

Sebelum memberikan ijin membangun, pihak berwenang harus memperhatikan beberapa pertimbangan menyangkut konservasi energi dan air yang relevan sesuai dengan fungsi bangunan yang diusulkan:

a. Kemungkinan untuk menggunakan energi alternative b. Perencanaan lahan yang efisien / hemat energy c. Layout bangunan, kulit bangunan dan meterialnya.

d. Instalasi listrik dan peralatannya yang aman dan hemat energi. e. Menyediakan akses yang nyaman bagi pejalan kaki / sepeda. f. Penataan lansekap

g. Pengumpul air hujan, penyimpanan dan atau pengolahannya. 4. Lansekap dan Keanekaragaman Hayati

Sebelum memberikan ijin membangun, pihak yang berwenang harus mempertimbangkan beberapa hal yang menyangkut konservasi dari keanekaragaman hayati, yang relevan dengan jenis pembangunan/pekerjaan yang diusulkan:

a. Terpeliharanya lokasi lokasi tempat tumbuhnya vegetasi khas daerah yang dilindungi, jika ada.

b. Perlindungan dan perbaikan dari daerah tempat fauna daerah yang khas dan dilindungi.

c. Sedapat mungkin menanam tanaman khas daerah bagi taman/area penghijauan. d. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas area pinggir pantai dan hutan mangrove e. Membuat, melindungi dan meningkatkan kualitas dari koridor habitat.

f. Mempertimbangkan hasil studi dari lembaga-lembaga yang dapat dipercaya terkait dengaan konservasi

g. keanekaragaman hayati terkait dengan lahan/lokasi pekerjaan. 5. Pembangunan di atas Perairan/Laut

Kegiatan pembangunan atau pekerjaan konstruksi di atas area perairan/laut harus mendapatkan ijin terlebih dahulu. Pihak pemberi ijin harus mempelajari terlebih dahulu pengaruh dari bangunan / konstruksi terhadap lingkungan perairan di area tersebut dan potensi penggunaan area perairan untuk tujuan rekreasi dan wisata.

H. PERENCANAAN SOSIAL

1. Keselamatan dan Keamanan Warga

Sebelum memberikana ijin atas bangunan / pekerjaan konstruksi, pihak pemberi ijin harus mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan jaminan keselamatan warga terkait dengan kegiatan tersebut:

a. Bangunan yang didirikan diatas perairan/laut jika memungkinkan orientasi/fasade bangunan menghadap ke arah laut sebagai ciri permukiman pesisir. Bangunan yang didirikan di area darat harus berorientasi ke jalan, dengan bentuk muka bangunan dan pagar yang memungkinkan pengawasaan dua arah, dari bangunan ke jalan dan sebaliknya.

b. Penyediaan lampu bagi pedestrian dalam site / lahan, dan akses antara area publik dan area privat,lahan parkir, dan pintu masuk bangunan.

c. Pintu masuk ke bangunan harus tegas dan jelas terlihat (tidak tersembunyi, gelap, atau tersamar) , baik dari jalan, area publik, atau jalan masuk ke bangunan

2. Aksesibilitas

Sebelum memberikan ijin atas bangunan / pekerjaan konstruksi, pihak pemberi ijin harus mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan kebutuhan warga dengan cacat fisik, ataupun warga yang mengalami keterbatasan fisik karena faktor usia terhadap hal hal

(6)

| PLPBK Kelurahan Tondonggeu, 2015 39

a. Penyediaan jalur pejalan kaki yang menerus (tidak terputus) yang terjangkau dan dapat diakes dari seluruh jalan dan ruang umum yang ada, maupun jalan akses internal ke bangunan.

b. Penyediaan area istirahat, sirkulasi dan jalan masuk yang nyaman, mudah dijangkau serta ternaungi.

c. Pertimbangan keselamatan, seperti warna kontras pada area yang berbahaya, permukaan jalan yang tidak licin/anti slip dan penempatan street furniture (bangku istirahat, lampu jalan, dsb) yang tepat

d. Penyediaan akses bagi warga dengan keterbatasan fisik untuk melewati pintu masuk dari bangunan/fasilitas publik dan komersial.

I. RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS

Rencana Umum pengembangan kawasan prioritas Kelurahan Tondonggeu adalah suatu perencanaan menyeluruh (komprehensif) yang tidak hanya dititikberatkan pada rencana perbaikan fisik sarana dan prasarana lingkungan saja tetapi juga perbaikan dan pemberdayaan sosial dan ekonomi kemasyarakatan (pendekatan tridaya).

Konsep rencana penataan dan pengembangan kawasan prioritas PLPBK Kelurahan Tondonggeu sendiri akan menggunakan konsep On-site Upgrading, yaitu penataan kembali atau peremajaan permukiman kumuh tanpa memindah lokasikan tempat tinggal yang terdapat di permukiman tersebut, seperti pembangunan dan perbaikan tempat tinggal, lingkungan permukiman, jalan lingkungan dan ruang terbukanya. Dan proses ini melibatkan masyarakatnya secara langsung

Pada kondisinya kawasan prioritas PLPBK Kelurahan Tondonggeu berdasarkan hasil pemetaan swadaya, kondisi sosial, ekonomi, dan ketersediaan sarana prasarana fisik yang kiranya menunjang perkembangan dan fungsi kawasan masih sangat minim. Dalam prosesnya membutuhkan perbaikan dan rencana penataan yang hampir menyeluruh guna menjadikan kawasan prioritas PLPBK ini menjadi kawasan yang baik dan bebas dari kekumuhan. Ada beberapa ketentuan untuk mewujudkan suatu lingkungan permukiman yang baik dan bebas dari kekumuhan yaitu :

1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain, seperti pabrik, yang pada umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya.

2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan perdagangan yang dapat dicapai dengan membuat jalan dan sarana

transportasi di permukiman tersebut. Akses ini juga harus mencapai perumahan secara individual melalui jalan lokal.

3. Mempunyai fasilitas drainase yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun

4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa saluran distribusi yang siap disalurkan ke masing-masing rumah.

5. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual seperti tangki septik dan lapangan rembesan ataupun tangki septik komunal.

6. Pemukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.

7. Dilengkapi fasilitas umum, seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat ibadah, pendidikan, dan kesehatan yang disesuaikan dengan skala besarnya permukiman.

8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

Berdasarkan beberapa ketentuan di atas, hasil pemetaan swadaya, dan rembug masyarakat akhirnya tersusun beberapa rencana penataan dan pengembangan kawasan untuk menjadikan kawasan prioritas PLPBK Kelurahan Tondonggeu ini menjadi kawasan yang baik, bebas dari kekumuhan dan layak huni. Rencana penataan dan pengembangan tersebut yaitu :

1. Pengembangan Kegiatan Sosial

a. Pelayanan pengelolaan sampah lingkungan b. Pelayanan air bersih

c. Pelayanan kesehatan masyarakat

d. Pelayanan kemanan dan ketertiban lingkungan e. Pengembangan Pendidikan Anak (PAUD) f. Pengembangan ruang bermain anak

g. Pengembangan lembaga majelis taklim/kelompok perempuan/dasawisma dan kelompok perempuan lainnya

2. Pengembangan Kegiatan Ekonomi Mikro

a. Bantuan teknis dan pelatihan manajemen usaha serta pemasaran produk mulai dari pengolahan, pengemasan dan pemasaran

b. Penyediaan sarana prasarana pembuatan abon ikan, bakso ikan dan kerupuk ikan

(7)

Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP)

| PLPBK Kelurahan Tondonggeu, 2015 40

c. Penyediaan Bibit d. Pembuatan Karamba

e. Pembangunan Dermaga Pelelangan Ikan f. Penyediaan Pasar Ikan Higienis g. Bantuan Tekhnis/Pelatihan manajemen pengelolaan Pasar Ikan

3. Rencana Pengembangan Sarana Pengolahan Persampahan

a. Pengadaan bak sampah rumah tangga dan bak sampah komunal b. Pengadaan gerobak motor sampah c. Pengadaan fasilitas TPS Kelurahan

d. Pengembangan program Bank Sampah masyarakat

e. Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat Persampahan (KSM- Persampahan) 4. Rencana Perbaikan dan Pengembangan Prasarana Jalan dan Drainase

a. Pelebaran jalan lingkungan

b. Perbaikan dan penambahan talud jalan c. Penimbunan Jalan d. Perbaikan material jalan

e. Penambahan dan perbaikan jaringan drainase dan deuker kawasan f. Pembuatan fasilitas SPAL 5. Rencana Perbaikan Jaringan Air Bersih

a. Perbaikan fasilitas titik sumber air kawasan b. Penambahan sumur bor dalam kawasan c. Penambahan fasilitas bak tampung komunal d. Perbaikan jaringan air bersih kawasan e. Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat Air Bersih (KSM-Air Bersih)

6. Rencana Fasilitas Ruang Terbuka dan Penghijauan Kawasan Permukiman

a. Pembuatan ruang Terbuka publik pada fasilitas umum yang tidak terpakai b. Pembuatan balai pertemuan warga c. Penghijauan kawasan ruang terbuka d. Penambahan fasilitas bermain anak

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengambil lokasi di Dukuh Jagatan yang merupakanlokasi terpilih dalam Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) di Kabupaten

Permasalahan yang diangkat dari penjabaran diatas adalah bagaimana proses pendekatan yang sesuai dengan pengembangan kawasan penataan permukiman lingkungan

Selain sebagai langkah pencegahan dini dalam menghadapi bahaya bencana, sistem mitigasi bencana ini juga sedapat mungkin akan mengurangi resiko yang terjadi akibat

Pemda    memiliki    kawasan    prioritas    penataan    dan    peningkatan    kualitas    lingkungan   permukiman   miskin   diwilayah   Kota/kawasan   perkotaan..

setelah dilakukan wawancara didapat sebagian besar informan yang menilai bahwa tujuan dari program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Kelurahan

Arahan penataan lingkungan permukiman petani rumput laut di Kelurahan Ela-ela dilakukan melalui pengembangan masyarakat dengan memberikan pelatihan secara menyeluruh

setelah dilakukan wawancara didapat sebagian besar informan yang menilai bahwa tujuan dari program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Kelurahan

Kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas RPKPP tahun anggaran 2011 dilakukan pada 2 dua kawasan permukiman prioritas terpilih, yaitu