• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SUKU ANAK DALAM TENTANG HUTAN DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI SUKU ANAK DALAM TENTANG HUTAN DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. (Undang-undang No.41 tahun 1999). Hutan merupakan

kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan mamanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan penting bagi kehidupan dibumi. Dari sudut orang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak PERSEPSI SUKU ANAK DALAM TENTANG HUTAN DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

PROVINSI JAMBI

Nurdiana1, Slamet Rianto2, Loli Setriani,2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI SUMBAR 2

Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI SUMBAR Nur2306diana@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of in the research to obtain information and description of the Perception of Suku Anak dalam About Forest In Bukit Duabelas National Park, Air Hitam Subdistrict, Jambi Province. The problems studied in this research are: 1) Forests as Residential 2) Forests as Food Sources 3) Forest as Livelihood. Type of research used is qualitative, informant of this research is taken by using technique by Snowball Sampling that is determination of sample which initially small amount then enlarged. The analysis used is data reduction, data interpretation, and data interpretation. The results of this study found in the field it can be concluded that the perception of Suku Anak dalam about the forest in Bukit Duabelas National Park, Air Hitam Subdistrict, Sarolangun Regency, Jambi Province, namely: 1) The perception of Suku Anak dalam about the forest in terms of residence. Forests are the home and the identity of the community. they In the forest is the environment where they live and protect them from rain and heat and where they raise their and where they practice their spiritual customs.2) food. The Suku Anak Dalam community utilizes forests to survive; forests are where they look for food sources such as foliage, fruits and animals. But now they have found it difficult to find food, especially animals, because the narrow hunting area and game are hard to find because of the narrowness of animals to breed. 3) Perceptions of Suku Anak Dalam about forests in terms of livelihood. Forests are a place for Indigenous Children to work, such as hunting and harvesting of forest products. Forest products taken are Rattan, Jengenang and manau which they will sell to buy food if they do not get game.

(2)

2 Pengusahaan Hutan (HPH). (Arief 2001 : 11). Dalam kedudukannya hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan, hutan mempunyai peranan penting sebagai menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil

manfaatnya oleh masyarakat melalui

budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan, sebagai fungsi ekosistem, penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup

berjuta flora dan fauna, dan peran

penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

Berdasarkan observasi penulis di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, banyak terjadi kerusakan hutan, yang semulanya hutan sangat luas sekarang semakin berkurang dan bisa dikatakan hutan lindung semakin sempit. Hal ini dikarenakan faktor ekonomi, perkebunan, desakan ladang dan kayu oleh masayarakat serta perusahaan-perusahaan yang berada di daerah sekitar, tidak sedikit wilayah hutan yang dirusak dengan cara menebang pohon dan membuka lahan baru, selain menebang pohon masyarakat juga membakar hutan untuk mempermudah proses pembukaan hutan. Dari sekian banyak penyebab-penyebab kerusakan hutan di Taman Nasional Bukit

Duabelas, yang paling berpengaruh adalah penebangan hutan secara besar-besaran untuk dijadikan perkebunan. Kegiatan seperti itu tentu sangat mengancam keberadaan hutan di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamata Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Sedangkan ada golongan masyarakat kecil yang menggantungkan hidup mereka pada hutan yaitu masyarakat Suku Anak Dalam di Bukit Duabelas. Suku Anak Dalam adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di pulau Sumatera. Mereka memenuhi kebutuhan pokok hidup di hutan dan untuk menunjang kelangsungan hidupnya, mereka sangat menjaga kelestarian hutan, tetapi masyarakat sekitar terasa masih kurang menghiraukannya. Hal ini dikhawatirkan kelestarian hutan akan semakin berkurang.

Suku Anak Dalam adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup dipulau sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Mereka mayoritas hidup diprovinsi Jambi. Menurut tradisi lisan, Suku Anak Dalam merupakan orang maalau sesat ( orang yang tersesat), yang lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasinonal Bukit Duabelas. Mereka kemudian dinamakan Moyang Segayo. Tradisi lain menyebutnya mereka berasal dari Pagaruyung yang mengungsi ke Jambi.

(3)

3 (Takiddin 2014). Hutan dapat didefinisikan sebagai suatu asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang didominasi oleh pohon atau vegetasi kayu, yang mempunyai luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekologi yang spesifik. Hutan merupakan sumber daya alam. Hutan menyajikan berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti kayu bakar, kayu pertukangan, pangan, pakan ternak, air, dan untuk masyarakat modern juga satwa liar dan kesempatan rekreasi. ( Simon 2006 : 18)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Informan penelitian diambil secara Snowball

Sampling dimana Snowball Sampling ini

adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlah kecil kemudian membesar. (Sugiyono, 2013) dengan pedoman kunci yaitu ketua adat (Tumenggung) dan Masyarakat Suku anak Dalam. Teknik analisa data yang digunakan yaitu reduksi data, interpetasi data dan penafsiran data.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan penelitian,

serta dilihat dari fokus penelitian yaitu persepsi Suku Anak Dalam tentang Hutan di Taman Nasional Bukit Dabelas dilihat dari segi tempat tinggal, sumber makanan dan mata pencaharian sesuai dengan tujuan penelitian maka didapatkan hasil dari wawancara dengan berupa informasi dapat diambil kesimpulan tanggapan masyarakat Suku Anak dalam mengenai hutan di Taman Nasional Bukit duabelas Kecamata Air Hitam kabupaten sarolangun Provinsi Jambi. Pertama, Persepsi Suku Anak Dalam tentang hutan dilihat dari segi tempat tinggal yaitu hutan adalah rumah dan jati diri mereka, hutan yang melindungi mereka dari hujan dan panas serta tempat membesarkan anak-anak mereka. Kehidupan Suku Anak dalam sangat tergantung pada hutan, mereka mempunyai kebijakan-kebijakan sendiri yaitu apabila ada salah satu masyarakat Suku Anak Dalam melanggar kebijakan tersebut maka akan mendapat sanksi. Kehidupan mereka sangat dekat dan bergantung pada alam, mereka beranak pinak dalam hutan, makan sirih, berburu, dan meramu obat alam, sehingga mereka tidak tahu dan tidak pula mengenal peradaban orang luar. Masyarakat Suku Anak Dalam hidup seminomaden, karena kebiasaannya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya mencari penghidupan, bisa juga disebabkan

(4)

4 karena salah satu anggota keluarganya meninggal (melangun). Selain itu perpindahan masyarakat Suku Anak Dalam juga bisa disebabkan karena menghindari musuh atau membuka ladang baru. Masyarakat Suku anak Dalam tinggal di pondok-pondok, yang disebut sesudungon, yaitu bangunan yang terbuat dari kayu hutan, berdinding kulit kayu, dan beratap daun serdang benal.

Hutan bagi mereka adalah harta yang tidak ternilai harganya karena tempat mereka hidup, beranak-pinak, sumber pangan, sampai menjadi tempat dilakukannya upacara adat istiadat. Begitupula dengan sungai sebagai sumber air minum dan fungsi lainnya

Bagi masyarakat Suku Anak Dalam pepohonan di hutan bukan hanya sekadar pengisi hutan tapi juga mengandung makna spiritual bagi dalam kehidupan sehari-hari. Sejak dulu nenek moyang masyarakat Suku Anak Dalam mempunyai aturan-aturan untuk menjaga kelestarian hutan, diantaranya adalah aturan agar tidak sembarangan menebang pohon yang ada di hutan, apalagi pohon tengeris. Menurut kepercayaan masyarakat Suku Anak Dalam pohon tengeris berfungsi sebagai pengingat kelahiran mereka. Karena setiap orang pasti punya satu pohon tengeris. Getah kayu

tersebut nantinya dioleskan ke ubun-ubun bayi yang baru lahir, dan dipercaya bisa menolak bala. Mencatuk/ mengapak/ menebas saja menurut kepercayaan masyarakat Suku Anak Dalam sama dengan membunuh orang dan dikenakan denda 60 keping kain, apalagi menebang akan dikenai denda bayar bangun sejumlah 500 keping kain. Ketentuan serupa juga berlaku buat pohon sentubung. Sebab kayu sentubung dalam bentuk segitiga digunakan untuk menanam ari-ari mereka. Dan adapun pohon yang sangat dilarang ditebang yaitu pohon Banang, apabila ada salah satu anggota masyarakat Suku Anak Dalam menebang pohon tersebut makan akan dihukum hukuman mati karena pohon tersebut dianggap sakral.

Selain ketiga pohon tersebut hal yang sangat dilarang adalah menebang pohon sialang, kedundung yang merupakan sarang bagi lebah madu. Dendanya bisa sangat berat yaitu 500 keping kain.

Lingkungan menjadi sesuatu yang sangat penting, yang dibina sejak awal kehidupannya, bahkan sejak awal kehidupan masyarakatnya, mereka merasakan bahwa lingkungan sekitarnya adalah tempat menggantungkan segala kehidupan. (Sahlan 2009)

(5)

5 Kedua, Persepsi Suku Anak Dalam tentang hutan dilihat dari segi sumber makanan, hutan merupakan penghidupan mereka disanalah mereka mencari makanan seperti dedaunan, buah-buahan dan hewan yang tidak mengandung racun. Adapun hewan yang menjadi sumber makanan Suku Anak Dalam seperti Babi hutan, Ular, Monyet, Kijang, Rusa serta hewan-hewan kecil lainnya yang hidup di hutan

Selain hewan buruan masyarakat Suku Anak Dalam memakan makanan yang sejenis umbi-umbian yang tumbuh di hutan, seperti keladi, ubi kayu, ubi jalar, dan umbi silung.

Menurut Purba (2005) dalam Daulani (2013) terdapat tiga tipe masyarakat peramu; (1) Masyarakat peramu pemburu, mereka cenderung menghindari kontak dengan masyarakat lain, hidup dari hasil hutan dan berkehidupan social egaliter, (2) masyarakat peladang berotasi, mereka memanfaatkan kesuburan tanah dan potensi lingkungan hutan yang relatif luas untuk memenuhi kebutuhan hidup, ladang mereka buka dengan cara membakar. Di luar kehidupan berladang, kaum laki-lakinya masih sering berburu dan meramu di hutan, (3) Masyarakat peladang menetap, yaitu masyarakat yang telah mengembangkan kehidupan bertani secara menetap. Dapat

dikatakan masyarakat Suku Anak Dalam termasuk masyarakat peramu dimana mereka mencari sumber makanan nya dengan cara sendiri yaitu memanfaatkan hasil hutan.

Ketiga, Persepsi Suku Anak Dalam tentang hutan dilihat dari segi mata pencaharian, hutan tempat mereka bekerja baik untuk dimakan sendiri maupun untuk dijual, tanggkapan buruan mereka ada yang dijual dan ada juga yang dimakan sendiri, adapun hewan yang mereka buru untuk djual yaitu seperti babi hutan dan treggiling, hasil buruan tersebut mereka jual kepada masyarakat luar. Hasil hutan lainya rotan, jengenang, dan manau mereka jual ke pengepul. Mereka sangat menjaga kelestarian hutan dimana mereka hanya mengambil rotan yang sudah tua dan mati, begitupun buah, jengenang dan manau mereka mengambil buah tersebut apabila sudah tua karena mereka menganggap apabila belum tua sudah diambil maka pohon tersebut akan marah dan tidak berbuah lagi.

Mulyadi (1993 dalam Fermat) mata pencaharian adalah keseluruhan kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada lingkungan fisik, sosial dan budaya yang

(6)

6 terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.

KESIMPULAN

Hutan merupakan peranan yang penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam dimana mereka memanfaatkan hutan untuk bisa bertahan hidup.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpul sebagai berikut :

1. Persepsi Suku Anak Dalam tentang hutan dilihat dari segi tempat tinggal. Hutan adalah rumah dan jati diri masyarakat Suku Anak Dalam hutan adalah lingkungan tempat tinggal dan melindungi mereka dari hujan dan panas serta tempat mereka membesarkan anak-anaknya dan tempat mereka melakukan spritual adat istiadat mereka. 2. Persepsi Suku Anak Dalam tentang

hutan dilihat dari segi sumber makanan. Masyarakat Suku Anak Dalam memanfaatkan hutan untuk bertahan hidup yaitu hutan menjadi tempat mereka mencari sumber makanan seperti dedaunan, buah-buahan dan hewan. Akan tetapi sekarang mereka sudah sulit untuk mencari makanan terutama hewan, karena wilayah berburu

sempit dan hewan buruan sulit ditemukan karena sempitnya tempat hewan-hewan untuk berkembang biak. 3. Persepsi Suku Anak Dalam tentang

hutan dilihat dari segi mata pencaharian. Hutan merupakan tempat bagi Masyarakat Suku anak Dalam untuk bekerja, seperti berburu dan mengambil hasil hutan. Hasil hutan yang diambil yaitu Rotan, Jengenang dan manau yang akan mereka jual untuk membeli makanan seandainya mereka tidak mendapatkan hewan buruan.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Fermat. (2014). Studi Kasus

Tentang Perubahan Sistem

Mata Pencaharian Dari Bertani

Menjadi Pengumpu lKerikil

Batubara di Sungai pada

masyarakat Desa Tanjung Raman

Kecamatan Taba Penanjung

Kabupaten BengkuluTengah.

Universitas Bengkulu

Arief, Arifin. 2011. Hutan dan Kehutanan. Kanisius (Anggota IKAPI) Yogyakarta

Daulani. 2013. Kebijakan Pengembangan

Perikanan Berkelanjutan (Studi

Kasus: Kabupaten akatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Morotai Provinsi Maluku Utara)

Sahlan. (2009). Kearifan Lokal Masyrakat

(7)

7

Mengkonservasi Hutan di

Provinsi Sulawesi Tengah.

HML 30

Simon, Hasanu. 2006. Hutan Jati dan

Kemakmuran. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar

|Sugiyono. 2013. Metode Penelitian administrasi. Bandung. Alfabeta

Takiddn. (2014). Nila-nilai Kearifan Budaya

Lokal Orang Rimba. (Studi Pada

Suku Minoritas Rimba di

Kecamatan Air Hitam

Provinsi Jambi). HML 162

163

Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Referensi

Dokumen terkait

Data-data yang terkait dengan perilaku konsumen ini diperoleh dengan metode survey dengan memakai skala linkert 1-5 pada setiap pertanyaan pada masing-masing dimensi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 hari tingkat kedatangan dinyatakan dalam berapa banyak peserta (orang) dalam periode waktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat dalam Humanistic dan Altruistic adalah 91,7%, memberikan kepercayaan 82,3%, menumbuhkan kepekaan terhadap diri

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang komunikasi word of mouth, serta peran word of mouth

Analisis Pengaruh Risiko Kredit, Perputaran Kas, Likuiditas, Tingkat Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang

( ) ”Isu aktual” yang sedang terjadi dalam masyarakat tidak dapat digunakan sebagai salah satu kriteria perumusan isu strategis

Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Campaka Dan Kecamatan Cibatu Kabupaten

Dengan jumlah guru yang cukup banyak di institusi pendidikan maka sulit untuk proses penilaian dan mengajukan kandidat guru berprestasi pada sistem dengan manual dan