• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack) di Lahan Agroforestri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack) di Lahan Agroforestri"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang

(Melia excelsa Jack) di Lahan Agroforestri

Dimension and Rooting System of Sentang (Melia excelsa Jack) in Agroforestry Area

Nurheni Wijayanto1 dan Dhinda Hidayanthi1

1

Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

ABSTRACT

Agroforestry was had two main components, those are forestry plant and agricultural plant. Plant species which developed in agroforestry area was been expected to give benefits to communities, those are multifunction characteristic and commercial value. One of potential plant to be developed in agroforestry area was Sentang. The objective of this research was to know the effect of agroforestry to the dimension and rooting system of Sentang. This research used Randomized Complete Block Design (RCBD) two factorials with six treatments; those are sweet sorghum in planting space 2.5 x 25 m, sweet sorghum in planting space 2.5 x 5 m, grain sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m, grain sorghum in planting space 2.5 x 5 m, no sorghum in planting space 2.5 x 25 m and no sorghum in planting space 2.5 x 5 m. Those six treatments were located in three blocks; those are block 1, block 2 and block 3.

Plant dimension (bottom diameter, diameter on breast height, total height, branch-free height, crown height, crown length, crown width) has an approximately same result for each variable. Research results show that best plant dimension was obtained in treatment of sweet sorghum and grain sorghum in both of planting space .

Rooting system was had different result for each variable. The shortest horizontal root length towards planting line was found in treatment of no sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m; while the deepest root was found in treatment of sweet sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m. The shortest upright root length towards planting line was found in treatment of no sorghum in planting space 2.5 x 5 m; while the deepest root was found in treatment of grain sorghum in planting space 2.5 x 5 m.

Key words : agroforestry, Melia excelsa, plant dimension, rooting system

PENDAHULUAN

Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (tanaman-tanaman, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi di antara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair 1989). Pada dasarnya, agroforestri mempunyai dua komponen penyusun utama, yaitu tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Kombinasi tanaman kehutanan dan tanaman pertanian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu bersifat multifungsi serta memiliki nilai komersial tinggi.

Salah satu jenis tanaman kehutanan yang potensial dikembangkan di lahan agroforestri adalah sentang. Sentang merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh , memiliki kayu yang indah serta mudah dikerjakan. Kayunya biasa digunakan untuk bahan bangunan, mebel, kayu lapis, lantai dan piano. Di Malaysia pucuk daun dan bunga dimakan sebagai sayuran. Daun dan bunga mengandung zat azadirachtin yang dapat digunakan sebagai insektisida, selain itu ranting, daun dan buah hijau dapat digunakan penyubur tanah (Pramono 2001).

Sentang merupakan jenis tanaman unggulan di Malaysia tetapi belum banyak dikembangkan di Indonesia. Pertumbuhan sentang baik dikembangkan di lahan agroforestri karena bentuk tajuknya yang kerucut, sehingga memungkinkan sentang dan tanaman pertaniannya dapat memperoleh sinar matahari dengan baik. Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindari persaingan antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Sistem perakaran yang dalam ditumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang di lahan agroforestri penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh agroforestri terhadap dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian di lahan agroforestri di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

(2)

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sentang dan tanaman sorgum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul, kaliper, mistar, galah, kantong plastik, densiometer, kompas, pita ukur, camera digital, dan alat tulis.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data primer yaitu melalui pengukuran langsung di lapangan seperti pengukuran dimensi tanaman, pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman akar, persen penutupan tajuk serta pengambilan contoh tanah.

Data sekunder yang dibutuhkan adalah topografi dan kondisi iklim Desa Cibadak. Data ini diperoleh dari kantor Kecamatan Ciampea dan wawancara bebas dengan petugas lapangan. Untuk data-data lain yang terkait dengan penelitian ini, diperoleh dari studi pustaka serta laporan dan arsip dinas terkait maupun yang bersumber dari media elektronik.

Pengukuran Dimensi Tanaman

Pengukuran dimensi tanaman meliputi diameter, tinggi, tajuk dan persen penutupan tajuk. Diameter, tinggi dan tajuk diukur di plot sedangkan persen penutupan tajuk diukur di blok. Diameter diukur menggunakan kaliper di dua titik. Titik yang pertama pada pangkal batang yang diberi tanda dengan spidol permanen 5 cm di atas permukaan tanah serta titik yang ke dua pada dbh (diameter setinggi dada 1,3 m).

Pengukuran tinggi tanaman diukur dengan menggunakan galah berskala metrik dan pita ukur. Pengukuran tinggi sentang dilakukan dari pangkal batang sampai pucuk atau titik paling ujung.

Tajuk tanaman diukur dengan menggunakan kompas, galah dan pita ukur. Panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari sentang yang diukur pada garis proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar tajuk diukur pada tajuk terlebar sentang yang garis proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi tajuk terpanjang yang sudah diukur.

Pendugaan penutupan tajuk dilakukan dengan menggunakan alat spiracle densiometer yang dikembangkan oleh Supriyanto dan Irawan (2001). Pengukuran persen penutupan tajuk dilakukan di tengah blok dan pada empat arah mata angin yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat. Cara menggunakannya dengan meletakkan spiracle densiometer pada jarak 30−45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masing-masing kotak dihitung persen bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan, yaitu terbuka penuh memiliki bobot 4 (100 %), bobot 3 (75 %), bobot 2 (50 %), bobot 1 (25 %), serta bobot 0.

Pengukuran Panjang Akar Horisontal dan Kedalaman Akar

Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalamannya pada tanaman sentang menggunakan alat cangkul, mistar dan pita ukur. Setiap plot diambil 6

tanaman sentang yang saling berdekatan untuk diukur panjang akar dan kedalamannya. Setiap tanaman sentang diukur dari dua arah, yaitu pengukuran searah larikan sorgum serta pengukuran tegak lurus larikan sorgum.

Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalamannya pertama kali dilakukan tepat di tengah-tengah di antara tanaman sentang. Selanjutnya apabila pada kedalaman 15−25 cm ditemukan adanya akar dari tanaman sentang, maka pengukuran dihentikan. Namun jika tidak ditemukan adanya akar tanaman sentang, maka pengukuran berikutnya dilakukan pada setiap jarak 50 cm ke arah kanan dan kiri dari penggalian sebelumnya, sampai ditemukan adanya akar tanaman sentang.

Pengambilan Contoh Tanah dan Analisis Tanah Contoh tanah diambil dari lapangan dengan menggunakan cangkul dan kantong plastik. Contoh tanah diambil menggunakan cangkul lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setiap blok diambil masing-masing contoh tanahnya yaitu contoh tanah terusik. Contoh tanah yang ada dianalisis sifat fisik dan kimianya di Balai Penelitian Tanah Bogor.

Analisis Data

Dimensi tanaman dan sistem perakaran menggunakan metode statistik Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor. Persen penutupan tajuk dan analisis tanah menggunakan analisis deskriptif.

Perlakuan pada percobaan ini ada enam yaitu: aSS. Sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. bSS. Sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m aGS. Grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. bGS. Grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. aNS. No sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. bNS. No sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Masing-masing taraf perlakuan diletakkan di dalam tiga blok. Blok tersebut adalah blok 1, 2 dan 3. Dengan demikian, unit yang dilibatkan sebanyak 18 unit. Pengacakan perlakuan dilakukan pada masing-masing blok penelitian.

Hipotesis yang diuji dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan dua faktor (Mattjik & Sumertajaya 2006):

I. Pengaruh utama jarak tanam:

Ho: 1 = ⋯ = 2 = 0 (jarak tanam tidak berpengaruh)

H1: Paling sedikit ada satu i dimana i≠ 0

II. Pengaruh utama jenis sorgum:

Ho: 1 = ⋯ = 2 = 3 = 0 (jenis sorgum tidak berpengaruh)

H1: Paling sedikit ada satu j dimana ≠ 0 III. Pengaruh sederhana (interaksi) jarak tanam dengan

jenis sorgum:

Ho: ( ) = ( )12 = ⋯ = ( ) = 0

(Interaksi jarak tanam dengan jenis sorgum tidak berpengaruh)

H1: Paling sedikit ada sepasang (i,j) dimana ( ) ≠ 0

(3)

Model persamaan linier dari rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan dua faktor (Mattjik & Sumertajaya 2006) :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor jarak tanam

taraf ke-i faktor jenis sorgum taraf ke-j dan kelompok (blok) ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh jarak tanam taraf ke-i

βj = Pengaruh jenis sorgum taraf ke-j

(αβ)ij = Komponen interaksi antara faktor jarak

tanam taraf ke-I dan faktor jenis sorgum taraf ke-j

εijk = Merupakan pengaruh acak (galat) yang

menyebar normal pada faktor jarak tanam taraf ke-I dan faktor jenis sorgum taraf ke-j dan kelompok ke-k

Data hasil pengukuran dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan bila terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel penelitian, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan software SAS (Statistical Analysis System) 9.1.3 Portable.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil sidik ragam pada seluruh variabel ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap dimensi tanaman dan sistem perakaran

Variabel F1 F2 F1^F2

Diamater pangkal Tn ** *

Diameter setinggi dada (dbh) Tn ** *

Tinggi total Tn ** *

Tinggi bebas cabang Tn * *

Tinggi tajuk Tn ** *

Panjang tajuk (U-S) Tn ** *

Lebar tajuk (B-T) Tn ** *

Panjang akar horisontal searah larikan

Tn ** Tn

Kedalaman akar searah larikan

Tn Tn Tn

Panjang akar horisontal tegak lurus larikan

Tn ** *

Kedalaman akar tegak lurus larikan

Tn ** Tn

Keterangan : F1= Jarak tanam, F2= Jenis sorgum.

*: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, Tn : tidak nyata.

Dari Tabel 1 diperoleh hasil bahwa perlakuan menyebabkan respon yang berbeda-beda terhadap diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk (Utara-Selatan), lebar tajuk (Barat-Timur) serta panjang akar horisontal tegak lurus larikan.

Diameter Pangkal

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter pangkal disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter pangkal

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata diameter pangkal sentang (mm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 34,93a 2,5 x 2,5 Grain sorgum 33,20a 2,5 x 5 Grain sorgum 33,23a 2,5 x 5 Sweet sorgum 31,83a 2,5 x 5 No sorgum 26,38b 2,5 x 2,5 No sorgum 22,64c

Huruf sama di belakang angka menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil uji Duncan, diameter pangkal sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Diamater Setinggi Dada (dbh)

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter setinggi dada (dbh) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter setinggi dada (dbh) Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata diameter sentang (mm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 24,64a 2,5 x 2,5 Grain sorgum 23,29a 2,5 x 5 Grain sorgum 22,85a 2,5 x 5 Sweet sorgum 22,42a 2,5 x 5 No sorgum 17,03b 2,5 x 2,5 No sorgum 14,16c

Huruf sama dibelakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil uji Duncan, diameter setinggi dada (dbh) sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorgum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam.

Tinggi Total

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi total disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi total

Jarak tanam

(m) Jenis sorgum

Rata-rata tinggi total sentang(cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 246,00a 2,5 x 2,5 Grain sorgum 239,40a 2,5 x 5 Grain sorgum 233,53a 2,5 x 5 Sweet sorgum 229,36a 2,5 x 5 No sorgum 192,27b 2,5 x 2,5 No sorgum 172,38c

Huruf sama dibelakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

(4)

Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi total sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorgum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam.

Tinggi Bebas Cabang

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi bebas cabang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi bebas cabang Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata tinggi bebas cabang sentang (cm) 2,5 x 2,5 Grain sorgum 142,91a 2,5 x 5 Sweet sorgum 141,73a 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 135,04ab 2,5 x 5 Grain sorgum 128,87b 2,5 x 2,5 No sorgum 127,87b 2,5 x 5 No sorgum 127,20b

Huruf sama dibelakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi bebas cabang sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan grain sorgum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Tinggi Tajuk

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi tajuk disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi tajuk

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata tinggi tajuk sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 110,02a 2,5 x 5 Grain sorgum 104,67a 2,5 x 2,5 Grain sorgum 96,76ab 2,5 x 5 Sweet sorgum 87,62b 2,5 x 5 No sorgum 59,71c 2,5 x 2,5 No sorgum 44,56c

Huruf sama dibelakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi tajuk sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorgum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Panjang Tajuk (Utara- Selatan)

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang tajuk disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang tajuk

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata panjang tajuk sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 136,16a 2,5 x 2,5 Grain sorgum 127,16a 2,5 x 5 Grain sorgum 127,16a 2,5 x 5 Sweet sorgum 126,22a 2,5 x 5 No sorgum 104,96b 2,5 x 2,5 No sorgum 93,84c

Huruf sama dibelakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil uji Duncan, panjang tajuk sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorgum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam.

Lebar Tajuk (Barat-Timur)

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap lebar tajuk disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap lebar tajuk

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata lebar tajuk sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 146,07a 2,5 x 5 Grain sorgum 136,27ab 2,5 x 2,5 Grain sorgum 136,20ab 2,5 x 5 Sweet sorgum 131,51ab 2,5 x 5 No sorgum 105,82b 2,5 x 2,5 No sorgum 95,20c Huruf sama dibelakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil uji Duncan, lebar tajuk sentang tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorgum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m.

Persen Penutupan Tajuk

Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk sentang

A. Plot 1

No Arah Persen penutupan tajuk (%)

1 Utara 10,5 2 Timur 10,3 3 Selatan 31,5 4 Barat 9,3 Rata-rata 15,4 B. Plot 2

No Arah Persen penutupan tajuk (%)

1 Utara 0 2 Timur 39,8 3 Selatan 42,3 4 Barat 22,5 Rata-rata 26,1 C.Plot 3

No Arah Persen penutupan tajuk (%)

1 Utara 18,5

2 Timur 5,3

3 Selatan 9,5

4 Barat 36,0

Rata-rata 17,3

Panjang Akar Horisontal Searah Larikan

Adapun rata-rata panjang akar horisontal searah larikan disajikan pada Tabel 10.

(5)

Tabel 10 Rata-rata panjang akar horisontal searah larikan pada setiap perlakuan

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata panjang akar horisontal sentang (cm) 2,5 x 5 Sweet sorgum 73,90 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 73,35 2,5 x 2,5 Grain sorgum 64,05 2,5 x 5 Grain sorgum 63,65 2,5 x 5 No sorgum 53,35 2,5 x 2,5 No sorgum 51,00 Panjang akar horisontal sentang searah larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorgum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m, yaitu sebesar 51,00 cm.

Kedalaman Akar Searah Larikan

Adapun rata-rata kedalaman akar searah larikan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata kedalaman akar searah larikan pada setiap perlakuan Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata kedalaman akar sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 17,35 2,5 x 5 Grain sorgum 16,85 2,5 x 2,5 No sorgum 16,80 2,5 x 5 Sweet sorgum 16,75 2,5 x 2,5 Grain sorgum 15,05 2,5 x 5 No sorgum 12,85

Kedalaman akar sentang searah larikan terdalam ditemukan pada perlakuan sweet sorgum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m, yaitu sebesar 17,35 cm.

Panjang Akar Horisontal Tegak Lurus Larikan Adapun rata-rata panjang akar horisontal tegak lurus larikan disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Rata-rata panjang akar horisontal tegak lurus larikan pada setiap perlakuan

Jarak tanam

(m) Jenis sorgum

Rata-rata panjang akar horisontal sentang (cm) 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 91,09a 2,5 x 5 Grain sorgum 69,27b 2,5 x 5 Sweet sorgum 68,50b 2,5 x 2,5 Grain sorgum 65,14b 2,5 x 2,5 No sorgum 53,50bc 2,5 x 5 No sorgum 46,55c

Panjang akar horisontal sentang tegak lurus larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorgum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Kedalaman Akar Tegak Lurus Larikan

Adapun rata-rata panjang akar horisontal searah larikan disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Rata-rata kedalaman akar tegak lurus larikan pada setiap perlakuan

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata kedalaman akar sentang (cm) 2,5 x 5 Grain sorgum 16,18 2,5 x 2,5 Sweet sorgum 15,86 2,5 x 5 Sweet sorgum 15,32 2,5 x 2,5 Grain sorgum 14,23 2,5 x 2,5 No sorgum 11,82 2,5 x 5 No sorgum 11,46

Kedalaman akar sentang tegak lurus larikan terdalam ditemukan pada perlakuan grain sorgum pada jarak tanam 2,5 x 5 m, yaitu sebesar 16,18 cm.

Dimensi Tanaman

Kombinasi antara tanaman berkayu dan tanaman tidak berkayu menyebabkan adanya interaksi dan kompetisi. Interaksi yang positif pada pola agroforestri akan menghasilkan peningkatan produksi dari semua komponen tanaman yang ada pada pola tersebut, akan tetapi apabila bentuk interaksi yang terjadi adalah negatif maka peningkatan produksi salah satu jenis tanaman akan menyebabkan penurunan produksi tanaman yang lain (Hairiah et al. 2002). Untuk meminimalisir dampak dari kompetisi yang dihasilkan dapat dilakukan pengelolaan lahan agroforestri seperti pengaturan jarak tanam, pengaturan pola tanam serta pemilihan tanaman semusim.

Jenis tanaman berkayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sentang. Variabel dimensi tanaman yang diamati dalam penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk serta lebar tajuk. Semua variabel dimensi tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum. Hasil uji Duncan dari perlakuan jarak tanam dan jenis sorgum menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik untuk dimensi tanaman ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Tanaman sentang yang tidak ditumpangsarikan dengan sorgum (no sorghum) pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m memiliki nilai rata-rata dimensi tanaman yang paling rendah dibandingkan dengan kelima perlakuan lainnya.

Hal yang diduga mempengaruhi pertumbuhan dimensi pada ke dua perlakuan tersebut karena pada saat awal penanaman, perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum diberikan pupuk sedangkan no sorghum tidak diberi pupuk. Sentang yang diberikan pupuk pertumbuhannya akan lebih cepat dibandingkan dengan sentang yang tidak diberi pupuk. Selain itu, plot sentang yang tidak ditumpangsarikan dengan sorgum (no sorghum) ditumbuhi alang-alang, sehingga terjadi kompetisi antara sentang dengan alang-alang dalam memperoleh cahaya, nutrisi maupun hara. Faktor lain yang mempengaruhi adalah topografi yang lebih curam di plot dengan perlakuan no sorghum yang berlokasi di ujung setiap blok, sehingga tingkat kerentanan erosinya besar yang mengakibatkan mudahnya hara tercuci oleh air hujan.

(6)

Simorangkir (2000) menyatakan bahwa pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Tinggi tanaman lebih cepat naik di tempat teduh sementara diameter tanaman lebih cepat naik di tempat tanpa naungan. Pertumbuhan tanaman pada jarak tanam yang rapat dan tajuknya tidak saling bersinggungan lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam yang lebar. Hal ini karena cahaya matahari tidak langsung menyentuh tanah dan penguapan yang terjadi pada tanah tersebut lebih sedikit, sehingga kadar air pada tanah tersebut tinggi. Kondisi kadar air yang cukup tinggi ini mendukung tanaman dalam kegiatan fotosintesis sehingga aktifitas tanaman untuk tumbuh dan bereproduksi lebih baik.

Berdasarkan hasil uji Duncan, perlakuan yang terbaik untuk variabel panjang tajuk dan lebar tajuk adalah sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Bertambahnya luas tajuk akan mengakibatkan cahaya yang jatuh ke permukaan tanah berkurang. Ukuran tajuk dapat dimanfaatkan untuk menentukan kompetisi antar tanaman. Tanaman yang mempunyai ukuran yang lebih besar, tajuk yang luas dan akar yang lebih banyak, diduga lebih mampu memperebutkan faktor lingkungan seperti cahaya, unsur hara dan air (Raharjo dan Sadono 2008).

Hairiah et al. (2002) mengatakan bahwa persen penutupan tajuk diukur untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke tanah. Pengaruh dari radiasi matahari pada pertumbuhan tanaman dapat dilihat sangat jelas pada tanaman yang tumbuh di bawah naungan. Pertumbuhan tanaman di bawah naungan semakin terhambat bila tingkat naungan semakin tinggi.

Berdasarkan hasil dari Tabel 9, blok yang paling besar nilai rata-rata persen penutupan tajuknya adalah blok 2. Hal ini karena pertumbuhan sentang di blok 2 yang paling baik daripada di blok 1 dan 3 sehingga penutupan tajuknya juga yang paling besar. Persen penutupan tajuk sentang diblok 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 15,4%, 26,1% dan 17,3%. Kelas kerapatan tajuk pada ketiga blok tergolong jarang karena terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk. Tanaman sela yang digunakan pada penelitian ini adalah sorgum, dimana sorgum merupakan jenis tanaman C-4. Tanaman C-4 adalah tanaman yang tumbuh di daerah panas dan membutuhkan cahaya matahari penuh. Kerapatan tajuk yang masih tergolong jarang tersebut membuat tanaman selanya dapat berkembang dengan baik karena cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis dapat diperoleh secara penuh.

Sistem Perakaran

Berdasarkan Mahendra (2009) bagi tanaman, akar adalah salah satu faktor penting bagi pertumbuhan, tanpa akar proses fotosintesis untuk memproduksi karbohidrat dan energi tidak akan bisa berjalan. Adapun fungsi akar bagi tanaman yaitu membantu tumbuhan agar dapat berdiri kokoh di dalam tanah, menyerap air dari tanah serta menyerap unsur hara dari tanah.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar horisontal searah larikan, kedalaman akar searah larikan, panjang akar horisontal tegak lurus larikan serta kedalaman akar tegak lurus larikan. Semua variabel sistem perakaran tidak dipengaruhi oleh interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum, kecuali panjang akar horisontal tegak lurus larikan. Panjang akar horisontal searah larikan terpendek ditemukan pada pelakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m sedangkan untuk kedalaman akar searah larikan yang terdalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Panjang akar horisontal tegak lurus larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m sedangkan untuk kedalaman akar tegak lurus larikan terdalam ditemukan pada perlakuan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Panjang akar yang paling pendek ditemukan pada perlakuan no sorghum, dimana perlakuan ini merupakan perlakuan yang memiliki rata-rata nilai paling kecil untuk semua variabel baik dimensi tanaman maupun sistem perakaran. Sistem perakaran sweet sorghum dan grain sorghum lebih baik daripada no sorghum karena pengelolaan tanah diawal, yaitu pemberian pupuk kepada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum. Unsur-unsur yang terkandung di dalam pupuk membantu akar dalam mengambil hara dari dalam tanah.

Panjang akar yang pendek memungkinkan akar antara tanaman tidak saling tumpang tindih sehingga kompetisi antara sentang dan sorgum kecil. Selain panjang akar, kedalaman juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kedalaman akar yang paling dalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Kedalaman perakaran sangat berpengaruh pada porsi air yang dapat diserap. Makin panjang dan dalam akar menembus tanah makin banyak air yang dapat diserap bila dibandingkan dengan perakaran yang pendek dan dangkal dalam waktu yang sama (Jumin 1989). Pada tanah yang dalam, aerasinya baik, tanaman sorgum dapat tumbuh sampai kedalaman 2 m dan penyebaran kearah horisontal lebih dari 1 m (Kramer 1977).

Perkembangan perakaran berhubungan erat dengan kesuburan tanah. Dampak nutrisi terhadap perkembangan akar terlihat dalam perkembangan optimal perakaran di lapisan atas, lapisan tanah yang paling subur, dan juga dalam peningkatan perkembangan akar di sekitar penempatan pupuk (Daniel et al. 1987). Tekstur tanah di lokasi penelitian adalah lempung berliat. Salah satu indikator kesuburan tanah adalah pH, kandungan N dan K serta Kapasitas Tukar Kation (KTK). pH di di lokasi penelitian termasuk kategori sangat masam, kandungan N dan K termasuk kategori sangat rendah. KTK di blok 1 dan blok 2 termasuk kategori tinggi sedangkan di blok 3 termasuk kategori rendah. Secara umum, tanah di lokasi penelitian miskin hara sehingga perlu dilakukan kegiatan pengelolaan tanah untuk meningkatkan pH dan bahan organik tanah. Salah satu pengelolaan tanah yaitu dengan pengapuran dan pemupukan secara rutin.

(7)

Faktor lain yang mempengaruhi sistem perakaran adalah bentuk tajuk dari tanaman pokoknya. Sentang yang memiliki tajuk kerucut sesuai dengan perakarannya yang tidak terlalu dalam. Banyaknya akar mempengaruhi pertumbuhan tajuk sedangkan sebaran tajuk menentukan kedalaman dan luas sebaran perakaran tanaman. Pada pola tanam tumpang sari, jarak tanam menjadi hal yang sangat penting, karena jarak tanam berkaitan dengan ketersediaan cahaya matahari yang dapat menembus kanopi tanaman utama dan ketersediaan ruang untuk perakaran (Sukandi et al. 2002).

Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindari persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam ditumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman monokotil yang pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal, sedangkan tanaman dikotil pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dalam, karena memiliki akar tunggang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tanaman sentang yang ditumpangsarikan dengan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam memiliki dimensi tanaman yang paling baik.

2. Interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum tidak berpengaruh nyata pada sistem perakaran, kecuali pada variabel panjang akar horisontal tegak lurus larikan.

3. Sistem agroforestri memberikan pengaruh positif untuk pertumbuhan sentang, karena sentang yang ditumpangsarikan dengan sorgum memiliki nilai dimensi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan sentang yang tidak ditumpangsarikan dengan sorgum.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pertumbuhan sentang.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai sentang dengan tanaman kombinasi selain sorgum.

3. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh sentang terhadap produktivitas sorgum.

4. Perlu dilakukan penelitian mengenai arsitektur sistem perakaran sentang dan sorgum.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Yogyakarta Universitas Gadjah Mada. Hairiah K, Sardjono AM, Sabarnurdin S. 2003.

Pengantar Agroforestri. Bogor World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia.

Jumin HB. 1989. Ekologi tanaman suatu pendekatan fisiologis. Jakarta CV. Rajawali.

Kramer PJ. 1977. Plant and Social Water Relationship. Mc.Graw Hill Book Co. London.

Mahendra F. 2009. Sistem agroforestri dan aplikasinya. Yogyakarta Graha Ilmu.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press.

Nair PKR. (ed.) (1989) Agroforestry Systems in the Tropics. Kluwer Academic Publishers/ICRAF. Pramono AA. 2001. Bertanam Sentang (Azadirachta

excelsa), Jenis Lokal Yang Potensial Namun Kurang Dikenal. Duta Rimba (ed. November) 28-31

Raharjo JT, Sadono R. 2008. Model tajuk jati (Tectona grandis) dari berbagai famili pada uji keturunan umur 9 tahun. J Ilmu Kehutanan Vol. II(2) 89-95. Simorangkir, 2000. Analisis Riap

Dryobalanopslanceolata Burck pada Jalur yang Berbeda di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Lempake. Kalimantan Timur B.D.A.S.

Sukandi T, Sumarhani, Murtiniati. 2002. Informasi Teknis Pola Wanatani (Agroforestri). Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Badan Penelitian dan Pengembangang Kehutanan Bogor. Supriyanto, Irawan U.S. 2001. Teknik Pengukuran

Penutupan Tajuk dan Pembukaan Tajuk Tegakan dengan Menggunakan Spherical Densiometer. Bogor. Laboratorium Silvikultur SEAMEO-BIOTROP.

Gambar

Tabel 3  Hasil  uji  Duncan  pengaruh  jarak  tanam  dan  jenis  sorgum  terhadap  diameter  setinggi  dada  (dbh)
Tabel 7  Hasil  uji  Duncan  pengaruh  jarak  tanam  dan  jenis sorgum terhadap panjang tajuk
Tabel 12   Rata-rata panjang akar horisontal tegak lurus  larikan pada setiap perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,