• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan

lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (tanaman-tanaman, perdu,

jenis-jenis palm, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau

hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau

urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan

ekonomi di antara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair 1989). Pada

dasarnya, agroforestri mempunyai dua komponen penyusun utama, yaitu tanaman

kehutanan dan tanaman pertanian. Kombinasi tanaman kehutanan dan tanaman

pertanian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu bersifat

multifungsi serta memiliki nilai komersial tinggi.

Salah satu jenis tanaman kehutanan yang potensial dikembangkan di lahan

agroforestri adalah sentang. Sentang merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh

, memiliki kayu yang indah serta mudah dikerjakan. Kayunya biasa digunakan

untuk bahan bangunan, mebel, kayu lapis, lantai dan piano. Di Malaysia pucuk

daun dan bunga dimakan sebagai sayuran. Daun dan bunga mengandung zat

azadirachtin yang dapat digunakan sebagai insektisida, selain itu ranting, daun

dan buah hijau dapat digunakan penyubur tanah (Pramono 2001).

Sentang merupakan jenis tanaman unggulan di Malaysia tetapi belum

banyak dikembangkan di Indonesia. Pertumbuhan sentang baik dikembangkan di

lahan agroforestri karena bentuk tajuknya yang kerucut, sehingga memungkinkan

sentang dan tanaman pertaniannya dapat memperoleh sinar matahari dengan baik.

Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindari persaingan antara

tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Sistem perakaran yang dalam

ditumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Berdasarkan uraian di

atas, maka penelitian tentang dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang di

(2)

1.2 Perumusan Permasalahan

Permasalahan yang mendasari penelitian ini antara lain adalah semakin

sempitnya penggunaan lahan untuk pertanian dan kehutanan sehingga diperlukan

adanya sistem agroforestri untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan

mencampurkan tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Selain pengelolaan

yang baik, sistem agroforestri harus memperhatikan atau mengetahui faktor-faktor

pendukung salah satunya adalah sistem perakaran tanaman pokoknya.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh agroforestri terhadap

dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi

karakteristik dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang di lahan agroforestri,

(3)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroforestri

Menurut Winarto (2006), agroforestri (wanatani) merupakan manajemen

pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan cara mengkombinasikan

kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan

memperhatikan kondisi lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat yang

berperan serta. Selain itu juga agroforestri merupakan suatu sistem penanaman

tanaman hutan dengan tanaman tumpang sari tanaman pangan/ perkebunan yang

ditanam.

Andayani (2005) menyatakan bahwa agroforestri dapat diartikan sebagai

suatu bentuk kolektif (collective name) dari sebuah sistem nilai masyarakat yang

berkaitan dengan model-model penggunaan lahan lestari. Oleh karena itu,

agroforestri dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk seperti :

1. Agrisilvikultur, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan

pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian

dari hutan.

2. Sylvopastural, yaitu sistem pengelolaan hutan dimana hutan dikelola untuk

menghasilkan kayu sekaligus juga untuk memelihara ternak.

3. Agrosylvo-pastoral, yaitu sistem dimana lahan dikelola untuk memproduksi

hasil pertanian dan hasil kehutanan secara bersamaan dan sekaligus

memelihara hewan ternak.

4. Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem dimana berbagai

jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu tetapi

juga dedaunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan

makanan manusia maupun dijadikan makanan ternak.

Dalam bahasa Indonesia, kata agroforestri dikenal dengan istilah wanatani

atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan

pertanian. Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem

agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (De Forestra dan Michon

1997).

Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana

(4)

semusim. Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap

yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja

ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola

petani mengikuti pola tanam dan ekosistemnya menyerupai hutan, contoh dari

bentuk agroforestri kompleks adalah kebun dan agroforest.

2.2. Sentang (Melia excelsa Jack.)

2.2.1. Taksonomi

Tanaman sentang merupakan tanaman dari suku Meliaceae yang dikenali

sebagai Melia excelsa Jack. Tanaman ini juga dikenali dengan nama „morenggo‟

di Filipina, sentang di Semenanjung Malaysia, „ranggu‟ di Sarawak dan „thiem‟

atau „elephant neem‟ di Thailand. Sentang adalah jenis tanaman yang tumbuh di

hutan tropika selatan Thailand, Malaysia, Burma, India, Pakistan, Borneo, Filipina

dan Indonesia. Joker (2000) mengemukakan taksonomi dari tanaman sentang

sebagai berikut:

Nama lain : Azadirachta integrifolia Merr., Azedarach excelsa (Jack)

Kuntze, M. excelsa Jack, Trichilia excelsa (Jack) Spreng.

Nama umum : Sentang (nama dagang), kayu bawang (Indonesia)

2.2.2. Penyebaran dan habitat

Sentang merupakan jenis hutan lembab dataran rendah di Asia Tenggara-

Pasifik. Sentang tumbuh di hutan sekunder tua atau hutan yang telah ditebang

lama, juga ditemukan di hutan dipterokarpa primer. Sentang merupakan jenis asli

Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina kepulauan Aru

dan Papua New Guinea. Sentang dapat dijumpai di Jawa Barat, yaitu di Kebun

Percobaan Dramaga, Carita, Pasirhantap, dan Pasirawi. Sentang ditemukan

(5)

tahunan lebih 2.000 mm, suhu rata-rata tahunan 22–27°C, dan musim kering tidak

lebih 2–3 bulan. Selain itu, sentang membutuhkan tanah subur, menyukai tanah

geluh berpasir, drainase dan aerasi baik serta merupakan spesies dataran rendah

dengan pH tanah 5,0–6,5 (Joker 2002).

2.2.3. Deskripsi botani

Pohon merangas dan tidak berbanir. Tinggi pohon mencapai 50 m dengan

diameter sampai 125 cm (Joker 2002). Kulitnya sedikit beralur dangkal dan

mengelupas kecil-kecil tipis. Kulitnya berbau bawang (Prawira dan Oetja 1978).

Pohon sentang memiliki daun majemuk tunggal dengan anak daun tanpa tangkai

daun atau tangkai daun sangat pendek. Anak daun berbentuk bulat telur

memanjang dengan pangkal membulat, tidak simetris dan ujungnya lancip.

Ukuran anak daun dapat mencapai lebar 5 cm dan panjang 11 cm. Poros utama

tempat kedudukan anak-anak daun dapat mencapai panjang 40 cm (Prawira dan

Oetja 1978). Tulang daun berjumlah 6−11 pasang pada setiap sisinya.

Waktu pembungaan dan pembuahan bervariasi. Di Thailand Utara, daun

gugur bulan Januari−Februari, dan daun baru muncul segera sesudahnya,

pembungaan terjadi Februari−Maret. Di Thailand, buah masak antara Juni−Juli

pada lintang rendah berbatasan dengan Malaysia, sedangkan pada lintang yang

lebih tinggi, buah akan masak lebih awal, yaitu pada bulan Mei dan Juni. Produksi

benih melimpah setiap tahun (Joker 2002).

Bunga sentang berwarna putih kehijauan dan berbau, mempunyai 5

kelopak yang berwarna putih berukuran panjang 5−5,6 mm dan lebar 1,5−2,5 mm.

Panjang putik 4 mm. Bagian dalam bunga ditutupi bulu-bulu halus. Ovari terdiri

dari 3 karpel dengan 2 lokus dan 1 kepala putik (Zuhaidi dan Noor 2000).

Bunga-bunga tersusun dalam kedudukan malai. Poros utama serta cabang-cabangnya

ditutupi bulu-bulu halus (Prawira dan Oetja 1978). Panjang malai dapat mencapai

70 cm (Joker 2002).

Buah masak pada bulan Mei sampai Juni. Buah mengandung satu benih,

berbentuk lonjong dengan panjang 2,4−3,2 cm dan lebar 1,3−1,6 cm (Zuhaidi dan

Noor 2000). Buah memiliki kulit buah berdaging. Buah muda berwarna hijau,

berubah kuning jika masak. Panjang benih 20−25 mm, lebar 10−12 mm. Dalam 1

(6)

2.2.4. Teknik silvikultur

Permudaan alam sentang banyak terdapat di hutan primer, terutama di

dekat tanaman induk secara berkelompok atau menyebar (Prawira dan Oetja

1978). Penyebaran buah sentang dibantu oleh burung atau kelelawar. Buah yang

disebarkan oleh agen penyebar dapat mencapai jarak 500−800 m dari tanaman

induk (Zuhaidi dan Noor 2000).

Permudaan buatan sentang dengan biji dapat dilakukan dengan

menaburkan benih di bedeng atau langsung ditanam ke kantong plastik. Jarak

tabur di bedeng adalah 20 cm antar larikan dan 5 cm dalam larikan benih. Setelah

perkecambahan, semai memerlukan 50 % naungan dan kemudian secara bertahap

mulai dikurangi sampai akhirnya tanpa naungan pada saat semai mencapai tinggi

30 cm (Joker 2002).

Permudaan buatan sentang tidak hanya dengan biji, tetapi dapat pula

menggunakan teknik pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif tersebut yaitu

stek, cangkok, sambungan dan kultur jaringan.

2.2.5. Pemanfaatan

Kayu sentang mempunyai berat jenis 0,60 dan tergolong dalam kelas awet

III-IV. Kayu sentang banyak dipergunakan untuk bangunan rumah dan perahu.

Kayu sentang tergolong kuat, awet dan mudah dikerjakan (Prawira dan Oetja

1978).

Kayu sentang sangat berguna untuk konstruksi ringan, mebel, panel dan

vinir. Tunas muda dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Biasanya ditanam

di sepanjang jalan, batas peternakan atau batas kebun karet. Seperti neem, bijinya

mengandung azadirachtin, digunakan sebagai insektisida. Pada agroforestri,

pertanaman M. excelsa muda ditanam tumpangsari dengan padi, kacang tanah,

buncis, kedelai dan sayuran (Joker 2002). Daun sentang dapat digunakan sebagai

obat sakit perut dan gangguan pada suara.

Florido dan Mesa (2001) mengelompokkan kegunaan tanaman sentang

berdasarkan bagian tanaman. Hampir semua bagian tanaman sentang mempunyai

(7)

Tabel 1 Kegunaan tanaman sentang

Bagian tanaman Kegunaan

Kayu Konstruksi, langit-langit, jendela, pintu, meubel dan

ukir-ukiran

Biji Ekstraksi minyak neem, sabun, produk, obat-obatan,

kosmetik dan dipakai pada industri pasta gigi

Daun Insektisida/anti serangga, ekstrak daunnya dapat dipakai

sebagai kontrasepsi laki-laki

Bunga Dapat dimakan, sebagai obat bagi penyakit yang berkaitan

dengan perut dan hidung

Kayu gubal Obat untuk penyakit kantong empedu

Kayu teras Pencegah gangguan penyakit pencernaan

Tanaman Pemecah angin, tanaman pinggir jalan, tanaman pagar dan

(8)

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012.

Lokasi penelitian di lahan agroforestri di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cibadak terletak pada ketinggian antara

300–900 mdpl. Curah hujan rata-rata 3000 mm pertahun dan rata-rata berkisar

antara 20−30º C. Curah hujan tertinggi terjadi pada Oktober sedangkan curah

hujan terendah pada Agustus.

3.2 Alat Dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sentang dan

tanaman sorgum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang,

cangkul, kaliper, mistar, galah, kantong plastik, densiometer, kompas, pita ukur,

camera digital, dan alat tulis.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Proses

pengumpulan data primer yaitu melalui pengukuran langsung di lapangan seperti

pengukuran dimensi tanaman, pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman

akar, persen penutupan tajuk serta pengambilan contoh tanah.

Data sekunder yang dibutuhkan adalah topografi dan kondisi iklim Desa

Cibadak. Data ini diperoleh dari kantor Kecamatan Ciampea dan wawancara

bebas dengan petugas lapangan. Untuk data-data lain yang terkait dengan

penelitian ini, diperoleh dari studi pustaka serta laporan dan arsip dinas terkait

maupun yang bersumber dari media elektronik.

3.4 Metode Kerja

3.4.1 Pengukuran dimensi tanaman

Pengukuran dimensi tanaman meliputi diameter, tinggi, tajuk dan persen

penutupan tajuk. Diameter, tinggi dan tajuk diukur di plot sedangkan persen

penutupan tajuk diukur di blok. Diameter diukur menggunakan kaliper di dua

(9)

permanen 5 cm di atas permukaan tanah serta titik yang ke dua pada dbh

(diameter setinggi dada 1,3 m).

Pengukuran tinggi tanaman diukur dengan menggunakan galah berskala

metrik dan pita ukur. Pengukuran tinggi sentang dilakukan dari pangkal batang

sampai pucuk atau titik paling ujung.

Tajuk tanaman diukur dengan menggunakan kompas, galah dan pita ukur.

Panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari sentang yang diukur pada garis

proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar tajuk diukur pada tajuk terlebar

sentang yang garis proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi

tajuk terpanjang yang sudah diukur.

Tata letak sentang dan sorgum di lahan agroforestri, pola penanaman

sentang dan sorgum serta tata letak arah perakaran dalam satu plot disajikan pada

Gambar 1, 2 dan 3.

Gambar 1 Tata letak sentang dan sorgum di lahan agroforestri ( =tanaman sentang yang tidak ditumpangsarikan, =ditumpangsarikan dengan sweet sorghum, =ditumpangsarikan dengan grain sorghum)

Pendugaan penutupan tajuk dilakukan dengan menggunakan alat spiracle

densiometer yang dikembangkan oleh Supriyanto dan Irawan (2001). Pengukuran

persen penutupan tajuk dilakukan di tengah blok dan pada empat arah mata angin

yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat. Cara menggunakannya dengan meletakkan

spiracle densiometer pada jarak 30−45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar

lengan. Masing-masing kotak dihitung persen bayangan langit yang dapat

tertangkap pada cermin dengan pembobotan, yaitu terbuka penuh memiliki bobot

(10)

2,5 x 5 m U

S

2,5 x 2,5 m

Gambar 2 Pola penanaman sentang dan sorgum ( =tanaman sentang, = ruang yang ditanam sorgum, =batas plot, =batas blok)

Gambar 3 Tata letak arah perakaran dalam satu plot ( =tegak lurus larikan, =searah larikan)

3.4.2 Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman akar

Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalamannya pada tanaman

sentang menggunakan alat cangkul, mistar dan pita ukur. Setiap plot diambil 6

tanaman sentang yang saling berdekatan untuk diukur panjang akar dan

kedalamannya. Setiap tanaman sentang diukur dari dua arah, yaitu pengukuran

searah larikan sorgum serta pengukuran tegak lurus larikan sorgum.

Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalamannya pertama kali

dilakukan tepat di tengah-tengah di antara tanaman sentang. Selanjutnya apabila

(11)

pengukuran dihentikan. Namun jika tidak ditemukan adanya akar tanaman

sentang, maka pengukuran berikutnya dilakukan pada setiap jarak 50 cm ke arah

kanan dan kiri dari penggalian sebelumnya, sampai ditemukan adanya akar

tanaman sentang.

3.4.3 Pengambilan contoh tanah dan analisis tanah

Contoh tanah diambil dari lapangan dengan menggunakan cangkul dan

kantong plastik. Contoh tanah diambil menggunakan cangkul lalu dimasukkan ke

dalam kantong plastik. Setiap blok diambil masing-masing contoh tanahnya yaitu

contoh tanah terusik. Contoh tanah yang ada dianalisis sifat fisik dan kimianya di

Balai Penelitian Tanah Bogor.

3.5 Analisis Data

Dimensi tanaman dan sistem perakaran menggunakan metode statistik

Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor. Persen

penutupan tajuk dan analisis tanah menggunakan analisis deskriptif.

Perlakuan pada percobaan ini ada enam yaitu:

aSS. Sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m.

bSS. Sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m

aGS. Grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m.

bGS. Grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

aNS. No sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m.

bNS. No sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Masing-masing taraf perlakuan diletakkan di dalam tiga blok. Blok tersebut

adalah blok 1, 2 dan 3. Dengan demikian, unit yang dilibatkan sebanyak 18 unit.

Pengacakan perlakuan dilakukan pada masing-masing blok penelitian.

Hipotesis yang diuji dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL)

dengan dua faktor (Mattjik & Sumertajaya 2006) :

I. Pengaruh utama jarak tanam:

Ho : (jarak tanam tidak berpengaruh)

(12)

II. Pengaruh utama jenis sorgum:

Ho : (jenis sorgum tidak berpengaruh)

H1 : Paling sedikit ada satu j dimana

III.Pengaruh sederhana (interaksi) jarak tanam dengan jenis sorgum:

Ho : ( ( ( (Interaksi jarak tanam dengan

jenis sorgum tidak berpengaruh)

H1 : Paling sedikit ada sepasang (i,j) dimana (

Model persamaan linier dari rancangan acak kelompok lengkap (RAKL)

dengan dua faktor (Mattjik & Sumertajaya 2006) :

Yijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor jarak tanam taraf ke-i faktor jenis sorgum

taraf ke-j dan kelompok (blok) ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh jarak tanam taraf ke-i βj = Pengaruh jenis sorgum taraf ke-j

(αβ)ij = Komponen interaksi antara faktor jarak tanam taraf ke-I dan faktor jenis sorgum taraf ke-j

εijk = Merupakan pengaruh acak (galat) yang menyebar normal pada faktor jarak tanam taraf ke-I dan faktor jenis sorgum taraf ke-j dan kelompok

ke-k

Data hasil pengukuran dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan bila

terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel penelitian, maka analisis

dilanjutkan dengan uji Duncan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

Microsoft Office Excel dan software SAS (Statistical Analysis System) 9.1.3

(13)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal,

diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk,

panjang tajuk (U-S), lebar tajuk (B-T), panjang akar horisontal searah larikan,

kedalaman akar searah larikan, panjang akar horisontal tegak lurus larikan,

kedalaman akar tegak lurus larikan. Hasil pengolahan data pengaruh perlakuan

terhadap variabel dimensi tanaman dan sistem perakaran dapat dilihat pada

Lampiran 1. Rekapitulasi hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel dimensi

Panjang akar horisontal searah larikan tn ** tn

Kedalaman akar searah larikan tn tn tn

Panjang akar horisontal tegak lurus larikan

tn ** *

Kedalaman akar tegak lurus larikan tn ** tn

*: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn : tidak nyata

Dari Tabel 2 diperoleh hasil bahwa perlakuan menyebabkan respon yang

berbeda-beda terhadap diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi

total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk (U-S), lebar tajuk (B-T)

serta panjang akar horisontal tegak lurus larikan.

4.1.1 Dimensi tanaman

Dimensi tanaman yang diamati pada penelitian ini meliputi: diameter

pangkal, diameter setinggi dada, tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk,

(14)

Diameter pangkal

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter pangkal

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter pangkal

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata diameter pangkal sentang (mm)

Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, diameter pangkal sentang tertinggi

ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak

tanam.

Diamater setinggi dada (dbh)

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter setinggi dada

(dbh) disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap diameter setinggi dada (dbh)

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata diameter sentang (mm)

Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, diameter setinggi dada (dbh) sentang

tertinggi ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke

dua jarak tanam.

Tinggi total

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi total tanaman

(15)

Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi total

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata tinggi total sentang (cm)

Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi total sentang tertinggi ditemukan

pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam.

Tinggi bebas cabang

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi bebas cabang

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi bebas cabang

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata tinggi bebas cabang sentang (cm) Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi bebas cabang sentang tertinggi

ditemukan pada perlakuan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan sweet

sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Tinggi tajuk

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi tajuk disajikan

(16)

Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap tinggi tajuk

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata tinggi tajuk sentang (cm) Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi tajuk sentang tertinggi ditemukan

pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m dan grain sorghum

pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Panjang tajuk

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang tajuk disajikan

pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang tajuk

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata panjang tajuk sentang (cm)

Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, panjang tajuk sentang tertinggi ditemukan

pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam.

Lebar tajuk

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap lebar tajuk disajikan pada

(17)

Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap lebar tajuk

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Rata-rata lebar tajuk sentang (cm) Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, lebar tajuk sentang tertinggi ditemukan

pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m.

Persen penutupan tajuk

Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk

A. Blok 1

Sistem perakaran yang diamati pada penelitian ini meliputi panjang akar

horisontal searah larikan, kedalaman akar searah larikan, panjang akar horisontal

(18)

Panjang akar horisontal searah larikan

Adapun rata-rata panjang akar horisontal searah larikan disajikan pada

Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata panjang akar horisontal searah larikan pada setiap perlakuan

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Panjang akar horisontal searah larikan sentang (cm)

Berdasarkan Tabel 11, panjang akar horisontal searah larikan sentang

terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m,

yaitu sebesar 51,00 cm.

Kedalaman akar searah larikan

Adapun rata-rata kedalaman akar searah larikan disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Rata-rata kedalaman akar searah larikan pada setiap perlakuan

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Kedalaman akar searah larikan sentang (cm)

Berdasarkan Tabel 12, kedalaman akar searah larikan sentang terdalam

ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m, yaitu

sebesar 17,35 cm.

Panjang akar horisontal tegak lurus larikan

Pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap panjang akar horisontal

(19)

Tabel 13 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, panjang akar horisontal tegak lurus larikan

sentang terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x

2,5 m.

Kedalaman akar tegak lurus larikan

Adapun rata-rata kedalaman akar tegak lurus larikan disajikan pada Tabel

14.

Tabel 14 Rata-rata kedalaman akar tegak lurus larikan pada setiap perlakuan

Jarak tanam (m) Jenis sorgum Kedalaman akar tegak lurus larikan sentang (cm)

Berdasarkan Tabel 14, kedalaman akar tegak lurus larikan sentang

terdalam ditemukan pada perlakuan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m

sebesar 16,18 cm.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Dimensi tanaman

Kombinasi antara tanaman berkayu dan tanaman tidak berkayu

menyebabkan adanya interaksi dan kompetisi. Interaksi yang positif pada pola

agroforestri akan menghasilkan peningkatan produksi dari semua komponen

tanaman yang ada pada pola tersebut, akan tetapi apabila bentuk interaksi yang

terjadi adalah negatif maka peningkatan produksi salah satu jenis tanaman akan

menyebabkan penurunan produksi tanaman yang lain (Hairiah et al. 2002). Untuk

(20)

pengelolaan lahan agroforestri seperti pengaturan jarak tanam, pengaturan pola

tanam serta pemilihan tanaman semusim.

Jenis tanaman berkayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sentang. Variabel dimensi tanaman yang diamati dalam penelitian ini adalah

diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang,

tinggi tajuk, panjang tajuk serta lebar tajuk. Semua variabel dimensi tanaman

dipengaruhi oleh interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum. Hasil uji Duncan

dari perlakuan jarak tanam dan jenis sorgum menunjukkan bahwa perlakuan yang

terbaik untuk dimensi tanaman ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan

grain sorghum pada ke dua jarak tanam. Tanaman sentang yang tidak

ditumpangsarikan dengan sorgum (no sorghum) pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m

memiliki nilai rata-rata dimensi tanaman yang paling rendah dibandingkan dengan

kelima perlakuan lainnya.

Hal yang diduga mempengaruhi pertumbuhan dimensi pada ke dua

perlakuan tersebut karena pada saat awal penanaman, perlakuan sweet sorghum

dan grain sorghum diberikan pupuk sedangkan no sorghum tidak diberi pupuk.

Sentang yang diberikan pupuk pertumbuhannya akan lebih cepat dibandingkan

dengan sentang yang tidak diberi pupuk. Selain itu, plot sentang yang tidak

ditumpangsarikan dengan sorgum (no sorghum) ditumbuhi alang-alang, sehingga

terjadi kompetisi antara sentang dengan alang-alang dalam memperoleh cahaya,

nutrisi maupun hara. Faktor lain yang mempengaruhi adalah topografi yang lebih

curam di plot dengan perlakuan no sorghum yang berlokasi di ujung setiap blok,

sehingga tingkat kerentanan erosinya besar yang mengakibatkan mudahnya hara

tercuci oleh air hujan.

Simorangkir (2000) menyatakan bahwa pengaruh cahaya terhadap

pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi,

ukuran daun serta batang. Tinggi tanaman lebih cepat naik di tempat teduh

sementara diameter tanaman lebih cepat naik di tempat tanpa naungan.

Pertumbuhan tanaman pada jarak tanam yang rapat dan tajuknya tidak saling

bersinggungan lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam yang lebar. Hal ini

karena cahaya matahari tidak langsung menyentuh tanah dan penguapan yang

(21)

tinggi. Kondisi kadar air yang cukup tinggi ini mendukung tanaman dalam

kegiatan fotosintesis sehingga aktifitas tanaman untuk tumbuh dan bereproduksi

lebih baik.

Berdasarkan hasil uji Duncan, perlakuan yang terbaik untuk variabel

panjang tajuk dan lebar tajuk adalah sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m.

Pertambahan luas tajuk berbanding lurus dengan diameter dan tinggi tanaman.

Bertambahnya luas tajuk akan mengakibatkan cahaya yang jatuh ke permukaan

tanah berkurang. Ukuran tajuk dapat dimanfaatkan untuk menentukan kompetisi

antar tanaman. Kompetisi ruang untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya akan

berpengaruh pada bentuk dan luas tajuk. Kekuatan tanaman untuk bersaing

memperebutkan sumberdaya lingkungan diasumsikan sama dengan ukuran pohon

itu sendiri. Tanaman yang mempunyai ukuran yang lebih besar, tajuk yang luas

dan akar yang lebih banyak, diduga lebih mampu memperebutkan faktor

lingkungan seperti cahaya, unsur hara dan air (Raharjo dan Sadono 2008).

Hairiah et al. (2002) mengatakan bahwa persen penutupan tajuk diukur

untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke

tanah. Pengaruh dari radiasi matahari pada pertumbuhan tanaman dapat dilihat

sangat jelas pada tanaman yang tumbuh di bawah naungan. Pertumbuhan tanaman

di bawah naungan semakin terhambat bila tingkat naungan semakin tinggi. Besar

atau kecilnya ukuran tajuk biasa digunakan untuk menduga besarnya laju

fotosintesis dan respirasi yang terjadi pada tanaman. Hasil fotosintesis ini sangat

berguna bagi pertumbuhan tanaman untuk membuat makanan yang penting untuk

pertumbuhan. Semakin baik proses fotosintesis semakin baik pula pertumbuhan

tanaman (Omon dan Adman 2007).

Berdasarkan hasil dari Tabel 9, blok yang paling besar nilai rata-rata

persen penutupan tajuknya adalah blok 2. Hal ini karena pertumbuhan sentang di

blok 2 yang paling baik daripada di blok 1 dan 3 sehingga penutupan tajuknya

juga yang paling besar. Persen penutupan tajuk sentang diblok 1, 2 dan 3

berturut-turut adalah 15,4%, 26,1% dan 17,3%. Kelas kerapatan tajuk pada ketiga blok

tergolong jarang karena terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk. Tanaman sela

yang digunakan pada penelitian ini adalah sorgum, dimana sorgum merupakan

(22)

dan membutuhkan cahaya matahari penuh. Kerapatan tajuk yang masih tergolong

jarang tersebut membuat tanaman selanya dapat berkembang dengan baik karena

cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis dapat diperoleh secara penuh.

4.2.2 Sistem perakaran

Berdasarkan Mahendra (2009) bagi tanaman, akar adalah salah satu faktor

penting bagi pertumbuhan, tanpa akar proses fotosintesis untuk memproduksi

karbohidrat dan energi tidak akan bisa berjalan. Adapun fungsi akar bagi tanaman

yaitu membantu tumbuhan agar dapat berdiri kokoh di dalam tanah, menyerap air

dari tanah serta menyerap unsur hara dari tanah.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar horisontal

searah larikan, kedalaman akar searah larikan, panjang akar horisontal tegak lurus

larikan serta kedalaman akar tegak lurus larikan. Semua variabel sistem perakaran

tidak dipengaruhi oleh interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum, kecuali

panjang akar horisontal tegak lurus larikan. Panjang akar horisontal searah larikan

terpendek ditemukan pada pelakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m

sedangkan untuk kedalaman akar searah larikan yang terdalam ditemukan pada

perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Panjang akar horisontal

tegak lurus larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak

tanam 2,5 x 5 m sedangkan untuk kedalaman akar tegak lurus larikan terdalam

ditemukan pada perlakuan grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

Panjang akar yang paling pendek ditemukan pada perlakuan no sorghum,

dimana perlakuan ini merupakan perlakuan yang memiliki rata-rata nilai paling

kecil untuk semua variabel baik dimensi tanaman maupun sistem perakaran.

Sistem perakaran sweet sorghum dan grain sorghum lebih baik daripada no

sorghum karena pengelolaan tanah diawal, yaitu pemberian pupuk kepada

perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum. Unsur-unsur yang terkandung di

dalam pupuk membantu akar dalam mengambil hara dari dalam tanah.

Panjang akar yang pendek memungkinkan akar antara tanaman tidak

saling tumpang tindih sehingga kompetisi antara sentang dan sorgum kecil. Selain

panjang akar, kedalaman juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kedalaman

akar yang paling dalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak

(23)

perakaran sangat berpengaruh pada porsi air yang dapat diserap. Makin panjang

dan dalam akar menembus tanah makin banyak air yang dapat diserap bila

dibandingkan dengan perakaran yang pendek dan dangkal dalam waktu yang

sama (Jumin 1989). Pada tanah yang dalam, aerasinya baik, tanaman sorgum

dapat tumbuh sampai kedalaman 2 m dan penyebaran kearah horisontal lebih dari

1 m (Kramer 1977).

Perkembangan perakaran berhubungan erat dengan kesuburan tanah.

Dampak nutrisi terhadap perkembangan akar terlihat dalam perkembangan

optimal perakaran di lapisan atas, lapisan tanah yang paling subur, dan juga dalam

peningkatan perkembangan akar di sekitar penempatan pupuk (Daniel et al.

1987). Tekstur tanah di lokasi penelitian adalah lempung berliat. Salah satu

indikator kesuburan tanah adalah pH, kandungan N dan K serta Kapasitas Tukar

Kation (KTK). pH di di lokasi penelitian termasuk kategori sangat masam,

kandungan N dan K termasuk kategori sangat rendah. KTK di blok 1 dan blok 2

termasuk kategori tinggi sedangkan di blok 3 termasuk kategori rendah. Secara

umum, tanah di lokasi penelitian miskin hara sehingga perlu dilakukan kegiatan

pengelolaan tanah untuk meningkatkan pH dan bahan organik tanah. Salah satu

pengelolaan tanah yaitu dengan pengapuran dan pemupukan secara rutin.

Faktor lain yang mempengaruhi sistem perakaran adalah bentuk tajuk dari

tanaman pokoknya. Sentang yang memiliki tajuk kerucut sesuai dengan

perakarannya yang tidak terlalu dalam. Banyaknya akar mempengaruhi

pertumbuhan tajuk sedangkan sebaran tajuk menentukan kedalaman dan luas

sebaran perakaran tanaman. Pada pola tanam tumpang sari, jarak tanam menjadi

hal yang sangat penting, karena jarak tanam berkaitan dengan ketersediaan cahaya

matahari yang dapat menembus kanopi tanaman utama dan ketersediaan ruang

untuk perakaran (Sukandi et al. 2002).

Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindari

persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang

dalam ditumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman

monokotil yang pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal,

sedangkan tanaman dikotil pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang

(24)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tanaman sentang yang ditumpangsarikan dengan sweet sorghum dan grain

sorghum pada ke dua jarak tanam memiliki dimensi tanaman yang paling baik.

2. Interaksi antara jarak tanam dan jenis sorgum tidak berpengaruh nyata pada

sistem perakaran, kecuali pada variabel panjang akar horisontal tegak lurus

larikan.

3. Sistem agroforestri memberikan pengaruh positif untuk pertumbuhan sentang,

karena sentang yang ditumpangsarikan dengan sorgum memiliki nilai dimensi

tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan sentang yang tidak

ditumpangsarikan dengan sorgum.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pertumbuhan sentang.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai sentang dengan tanaman kombinasi

selain sorgum.

3. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh sentang terhadap produktivitas

sorgum.

4. Perlu dilakukan penelitian mengenai arsitektur sistem perakaran sentang dan

(25)

DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN

TANAMAN SENTANG (

Melia excelsa

Jack.)

DI LAHAN AGROFORESTRI

DHINDA HIDAYANTHI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani W. 2005. Ekonomi Agroforestri. Yogyakarta: Debut Press.

Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

De Foresta H, Michon G. 1997. The Agroforest alternative to Imperata Grassland: When Smallholder Agriculture and Forestry Reach Sustainability. Agroforestry Systems 36:105−120.

De Foresta H, Kusworo A, Michon G, Djatmiko WA. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan - Agroforest Khas Indonesia - Sebuah Sumbangan Masyarakat. Bogor: ICRAF.

Florido, Mesa. 2001. Marango: Azadirachta excelsa (Jack) Linn. Research Information Series on Ecosystem Vol. 13 No.3.

Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B. 2002. Wanulcas: Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry.

Jumin HB. 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta: CV. Rajawali.

Joker D. 2000. Azadirachta excelsa (Jack) M. Jacobs. Seed leaflet No. 13 (September 2000). Denmark: Danida Forest seed Centre.

Joker D. 2002. Informasi Singkat Benih No. 18 Azadirachta excelca (Jack) M. Jacobs [seed leaflet]. Bandung: Indonesia Forest Seed Project.

Kramer PJ. 1977. Plant and Social Water Relationship. London: Mc.Graw Hill Book Co.

Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press.

Nair PKR, editor.1989. Agroforestry Systems in the Tropics. The Netherlands: Kluwer Academic Publishers/ICRAF.

(27)

Pramono AA. 2001. Bertanam sentang (Azadirachta excelsa), jenis lokal yang potensial namun kurang dikenal. Duta Rimba 7:375-376.

Prawira SA, Oetja, editor. 1978. Pengenalan Jenis-jenis Tanaman Ekspor Serie ke VIII. Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.

Raharjo JT, Sadono R. 2008. Model tajuk jati (Tectona grandis) dari berbagai famili pada uji keturunan umur 9 tahun. J Ilmu Kehutanan 2(2):89−95.

Simorangkir. 2000. Analisis Riap Dryobalanopslanceolata Burck pada Jalur yang Berbeda di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Lempake. Kalimantan Timur: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Sukandi T, Sumarhani, Murniati. 2002. Informasi Teknis Pola Wanatani (Agroforestri). Bogor: Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor.

Supriyanto dan Irawan U.S. 2001. Teknik Pengukuran Penutupan Tajuk dan Pembukaan Tajuk Tegakan dengan Menggunakan Spherical Densiometer. Bogor: Laboratorium Silvikultur SEAMEO-BIOTROP.

Wiersum. 1982. Tree gardening and taungya on Java Examples of agroforestry techniques in the humid tropics. Agroforestry Systems 1:53−70.

Winarto B. 2006. Kamus Rimbawan. Jakarta: Yayasan Bumi Indonesia Hijau.

(28)

DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN

TANAMAN SENTANG (

Melia excelsa

Jack.)

DI LAHAN AGROFORESTRI

DHINDA HIDAYANTHI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(29)

DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN

TANAMAN SENTANG (

Melia excelsa

Jack.)

DI LAHAN AGROFORESTRI

DHINDA HIDAYANTHI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(30)

RINGKASAN

DHINDA HIDAYANTHI. Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri. Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO.

Agroforestri mempunyai dua komponen penyusun utama, yaitu tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Jenis yang dikembangkan di lahan agroforestri diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu bersifat multifungsi serta memiliki nilai komersial tinggi. Salah satu jenis tanaman yang potensial dikembangkan di lahan agroforestri adalah sentang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh agroforestri terhadap dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dua faktor dengan enam perlakuan, yaitu sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m; sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m; grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m; grain sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m; no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m; no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m. Ke enam perlakuan diletakkan dalam tiga blok/ kelompok, yaitu blok 1, 2 dan 3.

Dimensi tanaman (diameter pangkal, diameter setinggi dada, tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang tajuk, lebar tajuk) memiliki hasil yang hampir sama untuk setiap variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dimensi tanaman terbaik ditemukan pada perlakuan sweet sorghum dan grain sorghum pada ke dua jarak tanam.

Sistem perakaran memiliki hasil berbeda untuk setiap variabel. Panjang akar horisontal searah larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m, sedangkan untuk kedalamannya yang paling dalam ditemukan pada perlakuan sweet sorghum pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Panjang akar horisontal tegak lurus larikan terpendek ditemukan pada perlakuan no sorghum pada jarak tanam 2,5 x 5 m, sedangkan untuk kedalamannya yang paling dalam ditemukan pada perlakuan grain sorghum yang ditanam pada jarak tanam 2,5 x 5 m.

(31)

SUMMARY

DHINDA HIDAYANTHI. Dimensions and Rooting System of Sentang (Melia excelsa Jack.) in Agroforestry Area. Under Supervision of NURHENI WIJAYANTO.

Agroforestry was had two main components, those are forestry plant and agricultural plant. Plant species which developed in agroforestry area was been expected to give benefits to communities, those are multifunction characteristic and commercial value. One of potential plant to be developed in agroforestry area was Sentang. The objective of this research was to know the effect of agroforestry to the dimension and rooting system of Sentang. This research used Randomized Complete Block Design (RCBD) two factorials with six treatments; those are sweet sorghum in planting space 2.5 x 25 m, sweet sorghum in planting space 2.5 x 5 m, grain sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m, grain sorghum in planting space 2.5 x 5 m, no sorghum in planting space 2.5 x 25 m and no sorghum in planting space 2.5 x 5 m. Those six treatments were located in three blocks; those are block 1, block 2 and block 3.

Plant dimension (bottom diameter, diameter on breast height, total height, branch-free height, crown height, crown length, crown width) has an approximately same result for each variable. Research results show that best plant dimension was obtained in treatment of sweet sorghum and grain sorghum in both of planting space .

Rooting system was had different result for each variable. The shortest horizontal root length towards planting line was found in treatment of no sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m; while the deepest root was found in treatment of sweet sorghum in planting space 2.5 x 2.5 m. The shortest upright root length towards planting line was found in treatment of no sorghum in planting space 2.5 x 5 m; while the deepest root was found in treatment of grain sorghum in planting space 2.5 x 5 m.

(32)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Dimensi dan Sistem

Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri” adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan

belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2012

(33)

Judul Skipsi : Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri

Nama Mahasiswa : Dhinda Hidayanthi

NRP : E44070020

Menyetujui : Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009

Mengetahui:

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009

(34)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Alllah SWT atas segala

curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil

diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan

November 2011-Januari 2012 adalah pengaruh agroforestri terhadap tanaman

sentang, dengan judul Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia

excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri.

Harapan penulis ialah semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan

memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di

bidang kehutanan, khususnya silvikultur.

Bogor, Mei 2012

(35)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS sebagai dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasinya kepada penulis.

2. Ayahanda alm H.M. Yahya Bachri S.E dan ibunda tercinta Hj. Nurhayati

Harahap S.H, M.Hum serta abang, kakak beserta keluarga besar di Medan

yang telah memberikan kasih sayang, semangat serta do‟a kepada penulis.

3. Teman-teman Kos Fricy yang telah memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis.

4. Nunung, Anin, Dana dan Pak Juliao teman satu bimbingan yang selalu

memberikan bantuan serta semangat kepada penulis.

5. Azizah, Miftah, Eka, Pita, Fitri, Laswi, Lilis, Indah, Putri, Nifa, Lilik, Rahmat,

Eri, Yuda beserta keluarga Silvikultur 44 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terima kasih atas bantuan, dukungan serta semangatnya.

6. Keluarga besar IMMAM Bogor (Rizqi Febrina, Rini Utami Mallynur S.Si,

Mahreni Harahap S.E, Mira Ginting S.Pi) serta teman-teman yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi keluarga dan sahabat

terbaik bagi penulis.

7. Fazmi Nawafi S.Si yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada

penulis selama menyusun skripsi serta Andi Rinto Prastiyo Wibowo S.Hut

rekan seperjuangan selama melaksanakan penelitian. Terima kasih atas

bantuan dan bimbingan kepada penulis.

8. Seluruh dosen, staf pengajar dan karyawan maupun karyawati di Departemen

Silvikultur, Fahutan IPB, yang selalu membantu penulis selama masa

(36)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 14 Agustus

1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan alm H.M. Yahya Bachri

S.E dan Hj. Nurhayati Harahap S.H, M.Hum. Pada tahun 2007 penulis lulus dari

SMA Plus Al-Azhar Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis diterima di Departemen

Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi

kemahasiswaan yakni sebagai staf Business Development Tree Grower

Community (TGC) tahun 2009-2010, staf Hubungan Masyarakat (Humas) Ikatan

Mahasiswa Muslim Asal Medan (IMMAM) tahun 2009-2010, Bendahara HMI

Komisariat Fakultas Kehutanan tahun 2010-2011. Selain itu, penulis juga aktif di

kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan. Penulis juga pernah melaksanakan Praktek

Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di jalur Kamojang dan Sancang tahun 2009.

Penulis melaksanakan Praktek Pembinaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi tahun 2010. Penulis juga telah

melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Amal Nusantara di Mamuju,

Sulawesi Barat pada Bulan Juni-Agustus 2011.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Dimensi dan Sistem Perakaran Tanaman Sentang (Melia

excelsa Jack.) di Lahan Agroforestri di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Nurheni

(37)

DAFTAR ISI

3.4.2 Pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman akar 10

3.4.3 Pengambilan contoh tanah dan analisis tanah ... 11

3.5 Analisis Data ... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1 Hasil Penelitian ... 13

4.1.1 Dimensi tanaman ... 13

(38)

4.2 Pembahasan ... 19

4.2.1 Dimensi tanaman ... 19

4.2.2 Sistem perakaran ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

(39)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Kegunaan tanaman sentang ... 7

2 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel dimensi

tanaman dan sistem perakaran ... 13

3 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

diameter pangkal ... 14

4 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

diameter setinggi dada ... 14

5 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

tinggi total ... 15

6 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

tinggi bebas cabang ... 15

7 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

tinggi tajuk ... 16

8 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

panjang tajuk... 16

9 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

lebar tajuk ... 17

10 Tabel rekapitulasi persen penutupan tajuk ... 17

11 Rata-rata panjang akar horisontal searah larikan pada setiap perlakuan . 18

12 Rata-rata kedalaman akar searah larikan pada setiap perlakuan ... 18

13 Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam dan jenis sorgum terhadap

panjang akar horisontal tegak lurus larikan ... 19

(40)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tata letak sentang dan sorgum di lahan agroforestri ... 9

2 Pola penanaman sentang dan sorgum ... 10

(41)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Pengolahan data diameter pangkal ... 28

2 Pengolahan data diameter setinggi dada (dbh) ... 28

3 Pengolahan data tinggi total ... 29

4 Pengolahan data tinggi bebas cabang ... 30

5 Pengolahan data tinggi tajuk ... 30

6 Pengolahan data panjang tajuk ... 31

7 Pengolahan data lebar tajuk ... 32

8 Pengolahan data panjang akar horisontal searah larikan... 32

9 Pengolahan data kedalaman akar searah larikan ... 33

10 Pengolahan data panjang akar horisontal tegak lurus larikan ... 34

11 Pengolahan data kedalaman akar tegak lurus larikan ... 34

(42)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan

lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (tanaman-tanaman, perdu,

jenis-jenis palm, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau

hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau

urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan

ekonomi di antara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair 1989). Pada

dasarnya, agroforestri mempunyai dua komponen penyusun utama, yaitu tanaman

kehutanan dan tanaman pertanian. Kombinasi tanaman kehutanan dan tanaman

pertanian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu bersifat

multifungsi serta memiliki nilai komersial tinggi.

Salah satu jenis tanaman kehutanan yang potensial dikembangkan di lahan

agroforestri adalah sentang. Sentang merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh

, memiliki kayu yang indah serta mudah dikerjakan. Kayunya biasa digunakan

untuk bahan bangunan, mebel, kayu lapis, lantai dan piano. Di Malaysia pucuk

daun dan bunga dimakan sebagai sayuran. Daun dan bunga mengandung zat

azadirachtin yang dapat digunakan sebagai insektisida, selain itu ranting, daun

dan buah hijau dapat digunakan penyubur tanah (Pramono 2001).

Sentang merupakan jenis tanaman unggulan di Malaysia tetapi belum

banyak dikembangkan di Indonesia. Pertumbuhan sentang baik dikembangkan di

lahan agroforestri karena bentuk tajuknya yang kerucut, sehingga memungkinkan

sentang dan tanaman pertaniannya dapat memperoleh sinar matahari dengan baik.

Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindari persaingan antara

tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Sistem perakaran yang dalam

ditumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Berdasarkan uraian di

atas, maka penelitian tentang dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang di

(43)

1.2 Perumusan Permasalahan

Permasalahan yang mendasari penelitian ini antara lain adalah semakin

sempitnya penggunaan lahan untuk pertanian dan kehutanan sehingga diperlukan

adanya sistem agroforestri untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan

mencampurkan tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Selain pengelolaan

yang baik, sistem agroforestri harus memperhatikan atau mengetahui faktor-faktor

pendukung salah satunya adalah sistem perakaran tanaman pokoknya.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh agroforestri terhadap

dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi

karakteristik dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang di lahan agroforestri,

(44)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroforestri

Menurut Winarto (2006), agroforestri (wanatani) merupakan manajemen

pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan cara mengkombinasikan

kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan

memperhatikan kondisi lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat yang

berperan serta. Selain itu juga agroforestri merupakan suatu sistem penanaman

tanaman hutan dengan tanaman tumpang sari tanaman pangan/ perkebunan yang

ditanam.

Andayani (2005) menyatakan bahwa agroforestri dapat diartikan sebagai

suatu bentuk kolektif (collective name) dari sebuah sistem nilai masyarakat yang

berkaitan dengan model-model penggunaan lahan lestari. Oleh karena itu,

agroforestri dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk seperti :

1. Agrisilvikultur, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan

pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian

dari hutan.

2. Sylvopastural, yaitu sistem pengelolaan hutan dimana hutan dikelola untuk

menghasilkan kayu sekaligus juga untuk memelihara ternak.

3. Agrosylvo-pastoral, yaitu sistem dimana lahan dikelola untuk memproduksi

hasil pertanian dan hasil kehutanan secara bersamaan dan sekaligus

memelihara hewan ternak.

4. Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem dimana berbagai

jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu tetapi

juga dedaunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan

makanan manusia maupun dijadikan makanan ternak.

Dalam bahasa Indonesia, kata agroforestri dikenal dengan istilah wanatani

atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan

pertanian. Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem

agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (De Forestra dan Michon

1997).

Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana

(45)

semusim. Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap

yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja

ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola

petani mengikuti pola tanam dan ekosistemnya menyerupai hutan, contoh dari

bentuk agroforestri kompleks adalah kebun dan agroforest.

2.2. Sentang (Melia excelsa Jack.)

2.2.1. Taksonomi

Tanaman sentang merupakan tanaman dari suku Meliaceae yang dikenali

sebagai Melia excelsa Jack. Tanaman ini juga dikenali dengan nama „morenggo‟

di Filipina, sentang di Semenanjung Malaysia, „ranggu‟ di Sarawak dan „thiem‟

atau „elephant neem‟ di Thailand. Sentang adalah jenis tanaman yang tumbuh di

hutan tropika selatan Thailand, Malaysia, Burma, India, Pakistan, Borneo, Filipina

dan Indonesia. Joker (2000) mengemukakan taksonomi dari tanaman sentang

sebagai berikut:

Nama lain : Azadirachta integrifolia Merr., Azedarach excelsa (Jack)

Kuntze, M. excelsa Jack, Trichilia excelsa (Jack) Spreng.

Nama umum : Sentang (nama dagang), kayu bawang (Indonesia)

2.2.2. Penyebaran dan habitat

Sentang merupakan jenis hutan lembab dataran rendah di Asia Tenggara-

Pasifik. Sentang tumbuh di hutan sekunder tua atau hutan yang telah ditebang

lama, juga ditemukan di hutan dipterokarpa primer. Sentang merupakan jenis asli

Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina kepulauan Aru

dan Papua New Guinea. Sentang dapat dijumpai di Jawa Barat, yaitu di Kebun

Percobaan Dramaga, Carita, Pasirhantap, dan Pasirawi. Sentang ditemukan

(46)

tahunan lebih 2.000 mm, suhu rata-rata tahunan 22–27°C, dan musim kering tidak

lebih 2–3 bulan. Selain itu, sentang membutuhkan tanah subur, menyukai tanah

geluh berpasir, drainase dan aerasi baik serta merupakan spesies dataran rendah

dengan pH tanah 5,0–6,5 (Joker 2002).

2.2.3. Deskripsi botani

Pohon merangas dan tidak berbanir. Tinggi pohon mencapai 50 m dengan

diameter sampai 125 cm (Joker 2002). Kulitnya sedikit beralur dangkal dan

mengelupas kecil-kecil tipis. Kulitnya berbau bawang (Prawira dan Oetja 1978).

Pohon sentang memiliki daun majemuk tunggal dengan anak daun tanpa tangkai

daun atau tangkai daun sangat pendek. Anak daun berbentuk bulat telur

memanjang dengan pangkal membulat, tidak simetris dan ujungnya lancip.

Ukuran anak daun dapat mencapai lebar 5 cm dan panjang 11 cm. Poros utama

tempat kedudukan anak-anak daun dapat mencapai panjang 40 cm (Prawira dan

Oetja 1978). Tulang daun berjumlah 6−11 pasang pada setiap sisinya.

Waktu pembungaan dan pembuahan bervariasi. Di Thailand Utara, daun

gugur bulan Januari−Februari, dan daun baru muncul segera sesudahnya,

pembungaan terjadi Februari−Maret. Di Thailand, buah masak antara Juni−Juli

pada lintang rendah berbatasan dengan Malaysia, sedangkan pada lintang yang

lebih tinggi, buah akan masak lebih awal, yaitu pada bulan Mei dan Juni. Produksi

benih melimpah setiap tahun (Joker 2002).

Bunga sentang berwarna putih kehijauan dan berbau, mempunyai 5

kelopak yang berwarna putih berukuran panjang 5−5,6 mm dan lebar 1,5−2,5 mm.

Panjang putik 4 mm. Bagian dalam bunga ditutupi bulu-bulu halus. Ovari terdiri

dari 3 karpel dengan 2 lokus dan 1 kepala putik (Zuhaidi dan Noor 2000).

Bunga-bunga tersusun dalam kedudukan malai. Poros utama serta cabang-cabangnya

ditutupi bulu-bulu halus (Prawira dan Oetja 1978). Panjang malai dapat mencapai

70 cm (Joker 2002).

Buah masak pada bulan Mei sampai Juni. Buah mengandung satu benih,

berbentuk lonjong dengan panjang 2,4−3,2 cm dan lebar 1,3−1,6 cm (Zuhaidi dan

Noor 2000). Buah memiliki kulit buah berdaging. Buah muda berwarna hijau,

berubah kuning jika masak. Panjang benih 20−25 mm, lebar 10−12 mm. Dalam 1

(47)

2.2.4. Teknik silvikultur

Permudaan alam sentang banyak terdapat di hutan primer, terutama di

dekat tanaman induk secara berkelompok atau menyebar (Prawira dan Oetja

1978). Penyebaran buah sentang dibantu oleh burung atau kelelawar. Buah yang

disebarkan oleh agen penyebar dapat mencapai jarak 500−800 m dari tanaman

induk (Zuhaidi dan Noor 2000).

Permudaan buatan sentang dengan biji dapat dilakukan dengan

menaburkan benih di bedeng atau langsung ditanam ke kantong plastik. Jarak

tabur di bedeng adalah 20 cm antar larikan dan 5 cm dalam larikan benih. Setelah

perkecambahan, semai memerlukan 50 % naungan dan kemudian secara bertahap

mulai dikurangi sampai akhirnya tanpa naungan pada saat semai mencapai tinggi

30 cm (Joker 2002).

Permudaan buatan sentang tidak hanya dengan biji, tetapi dapat pula

menggunakan teknik pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif tersebut yaitu

stek, cangkok, sambungan dan kultur jaringan.

2.2.5. Pemanfaatan

Kayu sentang mempunyai berat jenis 0,60 dan tergolong dalam kelas awet

III-IV. Kayu sentang banyak dipergunakan untuk bangunan rumah dan perahu.

Kayu sentang tergolong kuat, awet dan mudah dikerjakan (Prawira dan Oetja

1978).

Kayu sentang sangat berguna untuk konstruksi ringan, mebel, panel dan

vinir. Tunas muda dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Biasanya ditanam

di sepanjang jalan, batas peternakan atau batas kebun karet. Seperti neem, bijinya

mengandung azadirachtin, digunakan sebagai insektisida. Pada agroforestri,

pertanaman M. excelsa muda ditanam tumpangsari dengan padi, kacang tanah,

buncis, kedelai dan sayuran (Joker 2002). Daun sentang dapat digunakan sebagai

obat sakit perut dan gangguan pada suara.

Florido dan Mesa (2001) mengelompokkan kegunaan tanaman sentang

berdasarkan bagian tanaman. Hampir semua bagian tanaman sentang mempunyai

(48)

Tabel 1 Kegunaan tanaman sentang

Bagian tanaman Kegunaan

Kayu Konstruksi, langit-langit, jendela, pintu, meubel dan

ukir-ukiran

Biji Ekstraksi minyak neem, sabun, produk, obat-obatan,

kosmetik dan dipakai pada industri pasta gigi

Daun Insektisida/anti serangga, ekstrak daunnya dapat dipakai

sebagai kontrasepsi laki-laki

Bunga Dapat dimakan, sebagai obat bagi penyakit yang berkaitan

dengan perut dan hidung

Kayu gubal Obat untuk penyakit kantong empedu

Kayu teras Pencegah gangguan penyakit pencernaan

Tanaman Pemecah angin, tanaman pinggir jalan, tanaman pagar dan

(49)

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012.

Lokasi penelitian di lahan agroforestri di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cibadak terletak pada ketinggian antara

300–900 mdpl. Curah hujan rata-rata 3000 mm pertahun dan rata-rata berkisar

antara 20−30º C. Curah hujan tertinggi terjadi pada Oktober sedangkan curah

hujan terendah pada Agustus.

3.2 Alat Dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sentang dan

tanaman sorgum. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang,

cangkul, kaliper, mistar, galah, kantong plastik, densiometer, kompas, pita ukur,

camera digital, dan alat tulis.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Proses

pengumpulan data primer yaitu melalui pengukuran langsung di lapangan seperti

pengukuran dimensi tanaman, pengukuran panjang akar horisontal dan kedalaman

akar, persen penutupan tajuk serta pengambilan contoh tanah.

Data sekunder yang dibutuhkan adalah topografi dan kondisi iklim Desa

Cibadak. Data ini diperoleh dari kantor Kecamatan Ciampea dan wawancara

bebas dengan petugas lapangan. Untuk data-data lain yang terkait dengan

penelitian ini, diperoleh dari studi pustaka serta laporan dan arsip dinas terkait

maupun yang bersumber dari media elektronik.

3.4 Metode Kerja

3.4.1 Pengukuran dimensi tanaman

Pengukuran dimensi tanaman meliputi diameter, tinggi, tajuk dan persen

penutupan tajuk. Diameter, tinggi dan tajuk diukur di plot sedangkan persen

penutupan tajuk diukur di blok. Diameter diukur menggunakan kaliper di dua

Gambar

Tabel 1  Kegunaan tanaman sentang
Gambar 2  Pola penanaman sentang dan sorgum (        =tanaman sentang,         =
Tabel 2   Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel dimensi
Tabel 1  Kegunaan tanaman sentang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Namun berdasarkan hasil penelitian Anwar Sitepu (2014) ada lima faktor yang menyebabkan kesalahan dalam penetapan sasaran, yaitu: 1) basis data terpadu yang digunakan sebagai

penelitian dan pengabdian pada masyarakat dari dosen dan mahasiswa dalam lingkungan kampus adalah.. menjadi tanggung jawab dan tugas pokok dari Lembaga Penelitian dan

Kembali pada fungsi film sebagai media massa dan humor sebagai konten utama film komedi yang mampu menghibur dan menarik perhatian penontonnya, maka hal tersebut kemudian

Album peta ini terbagi atas 4 bagian, yaitu: (1) peta gambaran umum kawasan perdesaan, meliputi Desa Katimpun, Sei Ahas, Katunjung, Tumbang Mangkutup, Tumbang Muroi, Lapetan, dan

Hasil penelitian menunjukan tingkat kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan terhadap aktifitas pesisir sangat dipengaruhi oleh kegiatan reklamasi yang menyebabkan kondisi

Penggunaan Bahan Bakar Alternatif pengganti BBM Pengembangan Teknologi Kendaraan Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan Change Mitigation (2009) dari Tanaman penghasil gula,

Jika debt to equity ratio tinggi maka sebagian besar struktur modal perusahaan terdiri dari pinjaman jangka panjang sehingga risiko finansial perusahaan adalah tinggi dan

Perwakilan Kedua Pihak, atas permintaan tertulis oleh salah satu Pihak melalui lnstansi Berwenang yang ditunjuk , dan dengan semangat kerjasama dan pengertian