• Tidak ada hasil yang ditemukan

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA

NOMOR 15 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA

TAHUN 2011

(2)

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA

NOMOR 15 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI PIDIE JAYA,

Menimbang : a. bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 mengakui

dan menghormati satuan pemerintahan daerah yang

bersifat khusus dan istimewa dan dalam rangka

pelaksanaan Mou Helsinki 15 Agustus 2005 antara

Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka

(GAM), yang menegaskan komitmen untuk menyelesaikan

konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan

dan bermartabat bagi semua, dan para pihak bertekat

untuk menciptakan kondisi, sehingga pemerintahan rakyat

Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang

demokratis dan adil dalam negara kesatuan dan

konstitusi Republik Indonesia;

b. bahwa untuk melaksanakan Pasal 150 ayat (3) huruf a

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa

kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan

Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,

yang mengamanatkan bahwa rancangan akhir Rencana

Pembangunan

Jangka

Panjang

Daerah

(RPJPD)

disampaikan ke DPRD dalam Bentuk Rancangan

Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam)

bulan sebelum berakhir RPJPD yang sedang berjalan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, perlu membentuk Qanun Kabupaten Pidie

Jaya tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Pidie Jaya Tahun 2005-2025;

(3)

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa

Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3893);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 144);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4633);

7. Undang-Undang

Nomor

7

Tahun

2007

tentang

Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4633);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 47);

9. Undang-Undang Nomor 25 tentang Pelayanan Publik

Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 112, Tambahan lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5038)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang

Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

(4)

dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN PIDIE JAYA

dan

BUPATI PIDIE JAYA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA TENTANG RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Qanun ini, yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia.

2. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah

provinsi dalam sistem negara kesatuan Republik

Indonesia yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dilaksanakan oleh pemerintah daerah Aceh dan Dewan

Perwakilan Rakyat Aceh sesuai dengan fungsi dan

kewenangan masing-masing.

3. Daerah adalah Kabupaten Pidie Jaya.

4. Kabupaten adalah kabupaten Pidie Jaya yang

merupakan bagian dari daerah provinsi Aceh yang

dipimpin oleh seorang Bupati.

(5)

yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pidie Jaya sesuai

dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.

6. Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggaraan

pemerintahan kabupaten yang terdiri atas bupati dan

perangkat kabupaten.

7. Bupati adalah Kepala Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya

yang dipilih sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

8. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya

disingkat DPRK adalah unsur penyelengaraan

pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya yang anggotanya

dipilih melalui pemilihan umum sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

9. Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang selanjutnya

disingkat SKPK adalah unsur penyelengara Pemerintah

Kabupaten Pidie Jaya.

10. Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Pidie.

11. Qanun adalah Peraturan Perundang-undangan sejenis

peraturan daerah yang mengatur penyelenggaraan dan

kehidupan masyarakat.

12. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan

secara terus menerus dan terencana oleh seluruh

komponen di daerah untuk mewujudkan visi daerah.

13. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang

diinginkan pada akhir periode perencanaan.

14. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya

yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

15. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan

tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,

dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

16. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang

selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen

perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua

puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah

pembangunan jangka panjang Kabupaten Pidie Jaya.

17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009-2014 yang

selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah rencana

pembangunan daerah yang merupakan dokumen

perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5

(lima) tahun.

18. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya

disebut

RKPD

adalah

dokumen

perencanaan

pembangunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

19. Rencana...

(6)

menggambarkan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,

program dan kegiatan.

20. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang

selanjutnya disebut Renja SKPK adalah rencana

pembangunan tahunan SKPK yang merupakan dokumen

perencanaan SKPK untuk periode 1 (satu) tahun.

BAB II

KEDUDUKAN

Pasal 2

RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya merupakan:

a. penjabaran visi, misi dan arah kebijakan pembangunan

daerah selama 20 tahun yang mengacu kepada RPJP Aceh

dan RPJP Nasional;

b. dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah

sekaligus

acuan

bagi

seluruh

komponen

pelaku

pembangunan daerah dalam mewujudkan pembangunan

daerah yang berkesinambungan.

BAB III

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 3

(1) Maksud penetapan RPJP Daerah adalah merupakan

dokumen perencanaan sebagai pedoman dalam :

a. penyusunan RPJM Daerah dari Bupati dan Wakil Bupati

Terpilih;

b. penyusunan RKPD tahunan;

c. penyusunan Renstra SKPK; dan

d. penyusunan Renja SKPK.

(2) Tujuan penetapan RPJP Daerah adalah untuk :

a. melaksanakan visi, misi dan arah pembangunan jangka

panjang Daerah;

b. menetapkan pedoman dalam penyusunan RPJMD,

RKPD, Renstra SKPK, Renja SKPK, dan Perencanaan

Penganggaran; dan

c. mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang

sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan

Nasional, Provinsi dan Kabupaten yang berbatasan.

(7)

Pasal 4

Sistematika RPJP Daerah meliputi :

BAB I

Pendahuluan,

memuat

uraian

tentang

Latar

Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan

Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana

Pembangunan

Daerah

Lainnya,

Sistematika

Penulisan, Maksud dan Tujuan;

BAB II Gambaran

Umum

Kondisi

Daerah,

memuat

penjelasan umum mengenai kondisi Geografi dan

Demografi, Pelaksanaan Syariat Islam, Kesejahteraan

Masyarakat, Pelayanan Umum dan Daya Saing

Daerah;

BAB III Analisis Isu-isu Strategis, memuat uraian tentang

Permasalahan Pembangunan Daerah dan Isu-isu

Strategis baik di tingkat nasional, provinsi dan di

Kabupaten Pidie Jaya;

BAB IV Visi dan Misi Daerah, memuat visi pembangunan

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2025, dan misi

pembangunan yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan Visi yang terbagi dalam 4 periode

pembangunan 5 tahunan;

BAB V Arah Kebijakan Pembangunan, memuat penjelasan

tentang Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan

Pembangunan serta Tahapan dan Skala Prioritas

Rencana Pembangunan Jangka Panjang;

BAB VI Kaidah Pelaksanaan, memuat tentang Tatacara

Pelaksanaan, Organisasi Pelaksana, Monitoring dan

Evaluasi serta Bagian dan Mekanisme Pengawasan.

BAB V

ISI DAN URAIAN RPJM DAERAH

Pasal 5

Isi beserta uraian RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada

Pasal 4, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Qanun ini.

(8)

BAB VI

PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 6

(1) Pemerintah Kabupaten melakukan pengendalian dan

evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah.

(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan

RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB VII

KETENTUAN LAIN –LAIN

Pasal 7

RPJP Daerah dijadikan dasar evaluasi terhadap RPJMD setiap

Bupati terpilih dalam jangka 20 tahun dari tahun 2005

sampai dengan tahun 2025.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Dengan berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang

bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini sepanjang

mengenai peraturan pelaksanaannya akan lebih lanjut diatur

dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam

Lembaran Daerah Kabupaten Pidie Jaya.

(9)

pada tangggal 2013 M

1434 H

BUPATI PIDIE JAYA,

Drs. H. M. GADE SALAM

Diundangkan di Meureudu

pada tanggal 2013 M

1434 H

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA,

RAMLI DAUD, S.H, M.M

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

NOMOR…….

(10)

RANCANGAN QANUN PIDIE JAYA

NOMOR TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005 – 2025

I. UMUM

RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan pembangunan

daerah untuk kurun waktu 20 tahun, yang digunakan sebagai acuan

dalam penyusunan RPJMD Bupati Terpilih untuk 5 (lima) tahunan,

acuan dalam penyusunan RKPD untuk setiap jangka waktu 1 (satu)

tahun. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, RPJP

Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan arah pembangunan

daerah; RPJP Daerah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam

penyusunan RPJMD, acuan penyusunan RKPD, yang merupakan

rencana pembangunan tahunan daerah, serta memuat prioritas

pembangunan daerah, gambaran umum kondisi daerah, analisis dan

arah kebijakan pembangunan. Kurun waktu RPJP Daerah adalah 20

tahun. Pelaksanaan RPJP Daerah Tahun 2005-2025 terbagi dalam

tahapan perencanaan pembangunan pada periodisasi perencanaan

pembangunan 5 (lima) tahunan yang dituangkan dalam :

a. RPJPD periode 5 Tahun Pertama Tahun 2005-2010;

b. RPJPD periode 5 Tahun Kedua Tahun 2010-2015;

c. RPJPD periode 5 Tahun Ketiga Tahun 2015-2020;

d. RPJPD periode 5 Tahun Keempat Tahun 2020-2025;

Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan RPJP Daerah, sangat

tergantung dari kesepakatan, kesepahaman dan komitmen bersama

antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah

Provinsi Aceh serta pemangku kepentingan di Pidie Jaya.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 2

Cukup Jelas

Pasal 3

Cukup Jelas

(11)

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9

Cukup Jelas

Pasal 10

Cukup Jelas

(12)

i Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, maka Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 – 2025 ini dapat tersusun sesuai dengan amanat Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dokumen RPJP ini memuat rencana pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan yang memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya dengan memperhatikan RPJP Aceh dan Nasional serta RTRWN, RTRW Aceh dan RTRW Kabupaten Pidie Jaya. Sesuai dengan amanat perundang–undangan yang berlaku, penyusunan dokumen perencanaan ini dilakukan dengan menggali aspirasi masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang dijaring melalui kegiatan Fokus Grup Diskusi (FGD) pada tingkat desa, kecamatan, forum SKPD hingga diskusi dalam bentuk musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di tingkat kabupaten. Keseluruhan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat tersebut dilakukan oleh tim penyusun dari Bappeda Kabupaten Pidie Jaya bekerja sama dengan unsur Perguruan Tinggi Negeri di wilayah Provinsi Aceh. Dengan sistem pendekatan penyusunan Dokumen RPJP Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 – 2025 yang dilakukan, kiranya dokumen ini dapat memuat aspirasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya ke depan.

Akhirnya, dengan telah tersusunnya Dokumen RPJPa Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 – 2025 ini, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada seluruh stake hoder, para tokoh masyarakat, Perangkat Pemerintah Gampong, Perangkat Pemerintah Kecamatan, Forum SKPD, serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah turut berpartisipasi dalam penyusunan dokumen ini. Semoga dokumen ini dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya dimasa mendatang.

Sekian dan Terimakasih.

Meureudu, November 2011

BUPATI PIDIE JAYA

(13)

ii Halaman Rancangan Qanun Kabupaten Pidie Jaya ...

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii Daftar Tabel ... iv Daftar Gambar ... v BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Dasar Hukum Penyusunan ... 2

1.3 Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya ... 4

1.4 Sistematika Penulisan ... 4

1.5 Maksud dan Tujuan ... 5

1.5.1 Maksud ... 5

1.5.2 Tujuan ... 5

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ... 1

2.1 Kondisi Geografi dan Demografi ... 1

2.1.1 Kondisi Geografi ... 1 2.1.2 Kondisi Topografi ... 1 2.1.3 Kondisi Klimatologi ... 3 2.1.4 Kondisi Geologi ... 3 2.1.5 Kondisi Hidrologi ... 4 2.1.6 Pemanfaatan Lahan ... 8

2.1.7 Potensi Pengembangan Wilayah ... 16

2.1.8 Wilayah Rawan Bencana ... 19

2.1.9 Demografi ... 36

2.2 Pelaksanaan Syariat Islam ... 38

2.3 Kesejahteraan Masyarakat ... 40

2.3.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ... 40

2.3.2 Kesejahteraan Sosial ... 45

(14)

iii

2.4.2 Pelayanan Penunjang ... 58

2.5 Daya Saing Daerah ... 66

2.5.1 Kemampuan Ekonomi Daerah ... 66

2.5.2 Fasilitas Wilayah / Infrastruktur ... 73

2.5.3 Sumberdaya Manusia ... 74

2.5.3 Sumberdaya Energi dan Mineral ... 75

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ... 1

3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah ... 1

3.1.1 Bidang Ekonomi ... 1

3.1.2 Bidang Infrastruktur ... 2

3.1.3 Bidang Sosial dan Budaya ... 3

3.2 Isu Strategis ... 5

3.2.1 Isu-isu Strategis di Tingkat Nasional ... 5

3.2.2 Isu-isu Strategis di Tingkat Provinsi ... 7

3.2.3 Isu-isu Strategis di Kabupaten Pidie Jaya ... 12

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH ... 1

4.1 Visi Kabupaten Pidie Jaya ... 1

4.2 Misi Kabupaten Pidie Jaya ... 4

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ... 1

5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan ... 1

5.2 Tahapan dan Skala Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ... 16

5.2.1 Periode RPJP 5 Tahun Pertama Tahun 2005-2010 ... 17

5.2.2 Periode RPJP 5 Tahun Kedua Tahun 2010-2015 ... 17

5.2.3 Periode RPJP 5 Tahun KetigaTahun 2015-2020 ... 18

5.2.4 Periode RPJP 5 Tahun Keempat 2020-2025 ... 20

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN ... 1

6.1 Pelaksanaan ... 1

6.2 Organisasi Pelaksana ... 1

6.3 Monitoring dan Evaluasi ... 1

(15)

iv Halaman TABEL 2.1 Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya ... 8 TABEL 2.2 Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2010 ... 12 TABEL 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan

Dari Tahun 2004 s/d 2009 ... 16 TABEL 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan

Dari Tahun 2005 s/d 2009 ... 17 TABEL 2.5 Kepadatan Penduduk dan Prosentase Jumlah Jiwa/KK

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009 ... 18 TABEL 2.6 Jumlah Tempat Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2008 ... 19 TABEL 2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009

Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Pidie Jaya ... 21 TABEL 2.8 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009

Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya ... 22 TABEL 2.9 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009

Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten

Pidie Jaya ... 22 TABEL 2.10 Tingkat Inflasi di Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Propinsi Aceh

Dan Nasional selama 2005 – 2010 ... 23 TABEL 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006 s/d 2009

Kabupaten Pidie Jaya ... 24 TABEL 2.12 Angka Melek Huruf Dewasa Tahun 2007 s/d 2009

Kabupaten Pidie Jaya ... 27 TABEL 2.13 Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2004-2008 ... 39 TABEL 2.14 Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Mata Pencaharian

Tahun 2004-2008 ... 40 TABEL 2.15 Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 ... 40 TABEL 2.16 Luas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 dan 2009 ... 49 TABEL 2.17 Jumlah Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2008 ... 50 TABEL 2.18 Jumlah Sentra Industri, Tenaga Kerja dan Produksi Di Kabupaten

(16)

v Halaman GAMBAR 2.1 Pendapatan Regional per Kapita tahun 2006 – 2009

(jutaan rupiah) ... 25 GAMBAR 2.2 Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA ... 27 GAMBAR 2.3 Perkembangan Nilai UAN dan UAS untuk SD/MI dan SMP/MTs ... 30 GAMBAR 2.4 Grafik Produksi Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Pidie Jaya

(17)

(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi kewenangan kepada Kepala Daerah untuk melakukan koordinasi perencanaan, pengawasan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota yang berdasarkan pada kewenangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dimana terdapat urusan wajib dan urusan pilihan sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sejalan dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Daerah dituntut untuk melaksanakan perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005-2025.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan makro yang berisi visi, misi dan arah pembangunan jangka waktu 20 tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. Dokumen RPJP merupakan kesepakatan/komitmen kebijakan yang pasti namun fleksibel dalam tahapan pelaksanaannya. Tahapan RPJP seharusnya menjadi dasar bagi siapapun pelaku pembangunan termasuk para calon pemimpin dalam membuat visi dan misi yang akan dibawakan dalam kampanye periodeisasi politik. Dengan demikian melalui dokumen RPJP pelaksanaan pembangunan akan dapat terintegrasi dan secara jelas akan menunjukkan arah pembangunan yang pasti. Muatan RPJP akan diterjemahkan dalam penyusunan dokumen perencanaan yang lain, baik perencanaan jangka menengah (RPJM, 5 tahunan) maupun perencanaan jangka pendek (RKPD, 1 tahun).

Selanjutnya pada akhir Tahun 2025 diharapkan dapat terwujud sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing antara lain ditandai oleh sumber daya manusia yang berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif dan berakhlak mulia. Kegiatan usaha yang berdaya saing antara lain ditandai oleh berkembangnya usaha dan investasi di Kabupaten Pidie Jaya, sejalan dengan itu pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan dapat dicapai sehingga pendapatan per kapita pada Tahun 2025 mencapai kesejahteraan setara dengan daerah berpendapatan menengah dengan tingkat pengangguran terbuka

(18)

(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

2 yang semakin rendah dan jumlah penduduk miskin yang makin dapat ditekan, pelayanan pendidikan yang berkualitas dengan pelaksanaan manajemen pendidikan yang maju, peningkatan kualitas pendidikan secara kompetitif dan terpadu, pelayanan kesehatan yang berkualitas ditandai dengan meningkatnya pelayanan kesehatan pada semua akses serta pelayanan kesehatan yang dikekola secara profesional, terpadu dan kompetitif. Mewujudkan Kabupaten Pidie Jaya nyaman dan indah ditandai dengan dapat terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud Kabupaten/Kota tanpa permukiman kumuh.

Untuk mewujudkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 – 2025 yang disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi serta RTRW Provinsi dan Kabupaten. Penyusunan RPJPD ini juga memperhatikan karakteristik dan potensi Kabupaten Pidie Jaya yang diwujudkan dalam visi, misi dan arah pembangunan sebagai cerminan cita-cita bersama yang akan dicapai yaitu terciptanya masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera. Selanjutnya RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya menjadi dasar bagi Bupati dan Wakil Bupati dalam membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah selama masa jabatan 5 (Lima) Tahun.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

(19)

(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

3 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;

9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4683);

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 12. Undang-Undang Nomor 25 tentang Pelayanan Publik Tahun 2009;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

21. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

22. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(20)

(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

4 1.3 Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan

Daerah Lainnya

1 Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Oleh karena itu, penyusunan RPJPD Kabupaten Pidie Jaya 2005 – 2025 mengacu pada RPJP Nasional 2005 – 2025 yang telah ditetapkan dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 dan Draft RPJPD Aceh 2005 – 2025. 2 Penyusunan RPJPD Kabupaten Pidie Jaya 2005 – 2025 memperhatikan Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang telah disusun sebelumnya, agar sinergis dan konsisten dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya 20 tahun ke depan. 3 RPJPD sebagai dokumen perencanaan berwawasan dua puluh tahun, yang memuat

visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang yang di jabarkan dalam RPJMD yang memuat visi, misi, strategi, kebijakan, dan indikasi rencana program lima tahunan, yang selanjutnya dijadikan pedoman penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) masing-masing SKPD rangka memenuhi target capaian setiap SKPD.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan RPJPD sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

1.3 Hubungan antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Pembangunan Daerah Lainnya

1.4 Sistematika Penulisan 1.5 Maksud dan Tujuan

Bab II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Kondisi Geografi dan Demografi 2.2 Pelaksanaan Syariat Islam 2.3 Kesejahteraan Masyarakat 2.4 Pelayanan Umum

2.5 Daya Saing Daerah

Bab III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah 3.2. Isu-isu Strategis

(21)

(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

5 Bab IV VISI DAN MISI DAERAH

4.1 Visi Kabupaten Pidie Jaya 4.2. Misi Kabupaten Pidie Jaya

Bab V ARAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PAANJANG DAERAH

5.1 Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah untuk masing-masing misi

5.2 Tahapan dan Prioritas

5.2.1 Periode RPJP 5 Tahun Pertama 2005-2010 5.2.2 Periode RPJP 5 Tahun Kedua 2010-2015

5.2.3 Periode RPJP 5 Tahun Ketiga Tahun 2015-2020 5.2.4 Periode RPJP 5 Tahun Keempat 2020-2025 Bab VI KAIDAH PELAKSANAAN

6.1 Pelaksanaan

6.2 Organisasi Pelaksana 6.3 Monitoring dan Evaluasi

6.4 Bagian dan Mekanisme Pengawasan

1.5 Maksud dan Tujuan 1.5.1 Maksud

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2005 - 2025, disusun dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama

1.5.2 Tujuan

Tujuan penyusunan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah didasarkan pada karakteristik Kabupaten Pidie Jaya, sinergis, koordinatif dan sustainable dalam pelaksanaan serta terarah menuju Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang diinginkan selama 20 tahun ke depan adalah :

1. Menjadi acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah kabupaten Pidie Jaya, DPRK Pidie Jaya, dunia usaha, dan elemen masyarakat dalam menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Pidie Jaya.

(22)

(RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2005-2025

6 2. Menjadi pedoman berwawasan jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang sesuai potensi dan kondisi riil serta proyeksinya pada masa yang akan datang.

3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar SKPK, antar pemerintahan, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintahan

4. Menjawab tantangan dan isu-isu strategis pembangunan daerah yang diperkirakan akan menghambat pelaksanaan good governance dan pembangunan daerah yang berkelanjutan.

5. Mewujudkan kehidupan yang demokratis, transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, tidak dikriminatif, dan memberi perhatian kepada

(23)

1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan kondisi geografis, perkembangan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), hukum dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup. Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya selain menunjukkan berbagai kemajuan yang telah dicapai, ternyata juga cukup banyak tantangan atau masalah yang belum sepenuhnya terselesaikan. Karenanya, masih diperlukan upaya untuk mengatasinya dalam pembangunan daerah 20 tahun ke depan.

2.1 Kondisi Geografi dan Demografi 2.1.1 Kondisi Geografi

Kabupaten Pidie Jaya terletak di 140 km arah tenggara ibu kota Provinsi Aceh, berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Bakosurtanal, luas wilayah 1.162,84 km2 yang terdiri dari luas wilayah darat 952,0 km2 dan luas wilayah laut 210,84 km2. Secara geografis Kabupaten Pidie Jaya terletak di 04,910 0 – 05,300 0 Lintang Utara dan 96,020 0 – 96,360 0 Bujur Timur.

Batas wilayah Kabupaten Pidie Jaya dapat dirinci sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bireuen,

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Tangse, kecamatan Geumpang, dan kecamatan Mane),

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Geuleumpang Tiga, kecamatan Geuleumpang Baro, dan kecamatan Keumbang Tanjong).

2.1.2 Kondisi Topografi

Kondisi topografi kabupaten Pidie Jaya relatif tidak datar dengan ketinggian bervariasi antara 0 – 8 mdpl (meter diatas permukaan laut) hingga >1500 mdpl. Luas dataran dengan ketinggian 0 – 8 mdpl 28,53% dari luas keseluruhan kabupaten, sedangkan sisanya berada di daerah selatan mempunyai kontur ketinggian permukaan tanah yang sangat variatif atau perbukitan dengan tingkat kemiringan lereng antara 25 – 40%.

(24)

2

Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan.

Kemiringan lerengmerupakan faktor utama yang menentukan suatu daerah apakah layak untuk dibudidayakan atau tidak. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan di bawah 15%, sedangkan lahan dengan kemiringan di atas 40% akan sangat sesuai untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan.

Kemiringan lahan dikelompokkan kedalam 5 lereng yaitu:

Kemiringan lereng 0 – 8 % (kelerengan tingkat I). Lahan dengan kemiringan seperti ini dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan yang kecil. Kemiringan lereng 8 – 15 % (kelerengan tingkat II/landai). Lahan dengan

kemiringan lereng seperti ini dapat digunakan untuk kegiatan pemukiman dan pertanian, tetapi bila terjadi kesalahan dalam pengelolaan masih mungkin terjadi erosi.

Kemiringan lereng 15 – 25 % (kelerengan tingkat III/agak curam) kemungkinan terjadi erossi lebih besar.

Kemiringan lereng 25 – 45 % (kelerengan tingkat IV/curam), jika tumbuhan menutupi permukiman lahan ditebang, maka lereng akan mudah tererosi. Kemiringan lereng 45 % (kelerengan tingkat V/sangat curam), kelerengan

yang sangat peka terhadap erosi, kegiatan harus bersifat nonbudidaya. Apabila terjadi penebangan hutan, akan membawa pengaruh yang besar terhadap lingkungan yang lebih luas.

Gambaran kondisi kelerangan Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat melalui Table 2.1 Berikut ini.

Tabel 2.1

Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya

No Kecamatan Lereng Kelas

(0 – 3)% (4 – 8)% (9 – 15)% (16 - 25)% (26 - 40)% >40% 1 Bandar Baru 22.36 29.24 16.63 12.23 9.28 10.26 2 Panteraja 44.01 46.41 9.58 3 Trienggadeng 44.01 46.41 9.58 4 Meureudu 4.82 10.39 11.12 2.20 40.74 30.74 5 Meurah Dua 4.82 10.39 11.12 2.20 40.74 30.74

(25)

3

6 Ulim 59.02 19.44 12.55 3.39 2.58 3.01

7 Jangka Buya

8 Bandar Dua 8.34 7.88 4.05 5.71 11.56 54.46 Sumber : Atlas Pengembangan Kakao Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2010

2.1.3 Kondisi Klimatologi

Kondisi rata-rata curah hujan di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 1.708 mm/tahun dengan rata-rata hujan 98 hari/tahun, bulan kering (curah hujan 60 mm) rata-rata 1,7 bulan per tahun dan bulan basah (curah hujan 90 mm.bln) rata-rata 6.8 bulan per tahun. Berdasarkan jumlah bulan kering dan bulan basah maka tipe curah hujan di Kabupaten Pidie Jaya adalah tipe A sesuai rumus Schmidt dan Ferguson. Temperatur berkisar dari suhu minimum 19 °C – 22 °C sampai dengan suhu maksimum 30 °C – 35 °C.

Menurut Atlas Curah Hujan Bakosurtanal, Kabupaten Pidie Jaya dibagi menjadi 4 kawasan curah hujan, yaitu :

a. Wilayah pantai utara mempunyai curah hujan 1.500 mm/tahun;

b. Wilayah daratan rendah dengan ketinggian 50 – 100 mdpl bercurah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun;

c. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 100 – 200 mdpl bercurah hujan 2.000 – 2.500 mm/tahun;

d. Wilayah dataran tinggi dengan ketinggian >400 mdpl bercurah hujan 2.500 – 3.000 mm/tahun.

2.1.4 Kondisi Geologi

Jenis Geologi yang menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari batuan sedimen kuarter dan tersier yang berada di bagian utara Pidie Jaya serta batuan sedimen pra tersier yang umumnya berada di bagian selatan Pidie Jaya. Susunan formasi batuan dan endapan yang menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari aluvium, campuran estuarin dan marin yang masih muda, aluvium sungai muda, gambut yang berada di bagian tengah Pidie Jaya (di sepanjang jalan arteri), aluvium, endapan laut yang muda (pasir-pasir pantai, kerikil) yang berada di bagian utara Pidie Jaya serta formasi batuan basalt, andesit, tefra berbutir halus dan tefra berbutir kasar yang berada di bagian selatan Pidie Jaya

Jenis tanah yang terdapat di Pidie Jaya sangat beragam. Sebagian besar merupakan jenis tanah kambisol yang bercampur dengan jenis tanah lainnya, seperti gleisol, regosol, andosol, aluvial dan podsolik.

Tanah Gleisol, yang terdiri atas Gleisol Eutrin, Gleisol Fleirik, dan Gleisol Halik

(26)

4

unsur besi (fe). Umumnya dijumpai pada dataran datar. Umumnya dijumpai pada tanah datar. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng.

Tanah Alluvial, merupakan jenis tanah timbunan sehingga belum mempunyai

perkembangan horizon lebih lanjut. Lapisan atasnya masih selalu mendapat bahan tambahan yang kadang-kadang mengandung zat organik. Di Kabupaten Pidie Jaya, jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Trienggadeng, Panteraja dan Bandar Baru.

Tanah Regosol, merupakan tanah yang terdiri dari lapisan gambut (bahan organik)

di atas tanah mineral yang mengalami gleisasi. Ditemukan di daerah rawa-rawa yang terus menerus tergenang atau daerah yang lebih tinggi yang drainasenya sangat buruk dengan curah hujan yang tinggi. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu.

Tanah Podsolik, berwarna merah sampai kuning dengan perkembangan yang

sedang dan kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini umumnya ditemukan pada wilayah yang mempunyai ketinggian 50-1.000 meter dari permukaan laut. Jenis tanah ini ditemukan di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya.

Tanah Latosol, adalah tanah yang mempunyai distribusi kadar liat yang tinggi

dengan tingkat kelapukan yang telah lanjut. Stabilitas agregat adalah tinggi dengan tanah warna merah , coklat kemerahan, coklat kekuningan atau kuning. Tanah ini banyak ditemukan pada tanah yang mempunyai ketinggian 0 – 900 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah ini terdapat pada Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng.

Tanah Komplek Podsolik Merah Kuning dan Litosol, merupakan gabungan dari

sifat-sifat tanah di atas. Jenis tanah ini dijumpai di wilayah tengah sampai pegunungan, seperti di Kecamatan Bandar Baru, Meuredu dan Bandar Dua.

Tanah Komplek Rendzina dan Litosol, merupakan jenis tanah gabungan antara

jenis tanah rendzina dan litosol. Tanah Rendzina merupakan tanah yang mempunyai horizon permukaan mollik dan dibawahnya langsung berupa batu kapur. Sedangkan jenis tanah litosol adalah tanah dangkal yang berada di atas batu keras sampai dengan kedalaman 20 cm dari permukaan tanah serta belum ada perkembangan profil lebih lanjut akibat pengaruh erosi yang kuat. Jenis tanah komplek rendzina dan litosol ini ditemukan di kecamatan Bandar Baru walaupun dalam luasan yang relatif kecil.

2.1.5 Kondisi Hidrologi

Kabupaten Pidie Jaya mempunyai area konservasi air yang cukup luas yaitu di area hutan lindung atau hutan produksi yang berada pada sisi barat yaitu deretan pengunungan Bukit Barisan. Areal pertanian tanaman pangan atau persawahan ada di lembah atau bagian timur yang bertopografi datar. Area perkebunan ada di perbukitan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, oleh karena itu fungsi hutan sebagai penyangga sumber daya alam

(27)

5

dan sumber daya air bagi wilayah permukiman dan pertanian mempunyai arti yang sangat penting. Secara Geografis, potensi Sumber Daya Air di Kabupaten Pidie Jaya, sangat dimungkinkan untuk membangun satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), dan Tower air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat perkotaan/pedesaan, perumahan, perkantoran, dan zona Industri dalam kurun waktu 5 s.d 20 tahun ke depan.

Pemanfaatan lahan dataran lereng pegunungan dan dataran tinggi untuk tanaman perkebunan yang mempunyai arti penting karena selain penghasil bahan industri atau bahan ekspor juga berperan dalam hidrologi wilayah. Sungai besar maupun kecil yang mengarah ke timur, mata airnya ada di areal hutang lindung.

Adapun sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Pidie Jaya adalah sungai Krueng Kalla di Kecamatan Bandar Baru perbatasan dengan Kabupaten Pidie, sungai Krueng Cubo berada di Kecamatan Panteraja dan Kecamatan Trienggadeng, Krueng Beuracan yang membelah Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu, Krueng Meureudu yang membelah Kecamatan Meureudu dengan Kecamatan Meurah Dua, Krueng Ulim yang melintas Kecamatan Ulim dan Krueng Jeulanga yang melintas Kecamatan Bandar Dua dan Jangka Buya.

Air permukaan yang terdapat di wilayah kota Meureudu adalah sungai Krueng Beuracan dan sungai Krueng Meureudu. Sungai Krueng Meureudu ini mempunyai panjang 45 Km, dengan luas DAS 3.770 Km2. Dewasa ini penggunaan badan air tersebut hanya terbatas untuk menampung dan mengalirkan aliran drainase. Sejalan dengan rencana penerapan sempadan sungai dan perlakuan yang baik terhadap sungai diharapkan kualitas air sungai dapat diperbaiki.

Daerah irigasi Pidie Jaya terbagi menjadi 4 lokasi: 1) Daerah Ulim seluas 115 ha; 2) Beuracan seluas 813 ha; 3) Meureudu dengan luas 1729 ha; dan 4) Cubo-Trienggadeng seluas 1.546 ha. Irigasi ini di kategorikan tipe A1 tipe B. Sistem jaringan irigasi di Kabupaten Pidie Jaya yaitu berasal dari 5 aliran sungai besar yang masih alami, dan di daerah ini terdapat sebuah bangunan bendungan irigasi tepatnya di daerah Beuracan yang masih perlu untuk dikembangkan agar mampu mengairi seluruh daerah pertanian di wilayah Kabupaten Pidie Jaya guna terwujudnya percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.

Pemanfaatan daerah irigasi meliputi:

1. Daerah Irigasi lintas kabupaten kewenangan provinsi meliputi:

a)

Daerah Irigasi Cubo/Trienggadeng seluas kurang lebih seribu sembilan ratus sembilan (1.909) hektar;

b)

Daerah Irigasi Samalanga seluas kurang lebih dua ribu seratus empat belas (2.114) hektar;

(28)

6

2. Daerah irigasi kewenangan provinsi di kabupaten berupa Daerah Irigasi Meureudu seluas kurang lebih 1.729 (seribu tujuh ratus dua puluh sembilan) hektar

3. Daerah irigasi di Kabupaten meliputi:

a)

Daerah Irigasi Alue Demam seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar;

b)

Daerah Irigasi Alue Sane seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

c)

Daerah Irigasi Beuracan seluas kurang lebih 863 (delapan ratus enam puluh tiga) hektar;

d)

Daerah Irigasi Blang Beurasan seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) hektar;

e)

Daerah Irigasi Blang Geulumpang seluas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar;

f)

Daerah Irigasi Drien Bungong seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

g)

Daerah Irigasi Keumba seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) hektar;

h)

Daerah Irigasi Kiran seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

i)

Daerah Irigasi Kuta Krueng seluas kurang 300 (lebih tiga ratus) hektar;

j)

Daerah Irigasi Paya Trieng seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;

k)

Daerah Irigasi Lhok Pisang seluas kurang lebih 28 (dua puluh delapan) hektar;

l)

Daerah Irigasi Paya Reulet seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;

m)

Daerah Irigasi Alue Drien seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;

n)

Daerah Irigasi Muka Blang seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

o)

Daerah Irigasi Lhok Puuk seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

p)

Daerah Irigasi Pante Breuh seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) hektar;

q)

Daerah Irigasi Tgk. Chik Disintheu seluas kurang lebih 233 (dua ratus tiga puluh tiga) hektar;

r)

Daerah Irigasi Uten Pantang seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;

s)

Daerah Irigasi Lhok Ugop seluas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) hektar;

t)

Daerah Irigasi Lueng Paya seluas kurang lebih 100 (seratus) hektar;

u)

Daerah Irigasi Lueng Paloh seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;

(29)

7

w)

Daerah Irigasi Pulo Perlak seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar;

x)

Daerah Irigasi Palong seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;

y)

Daerah Irigasi Uten Bayu seluas kurang lebih 103 (seratus tiga) hektar;

z)

Daerah Irigasi Meugit seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;

aa)

Daerah Irigasi Ulee Glee seluas kurang lebih 596 (lima ratus sembilan puluh enam) hektar;

bb)

Daerah Irigasi Lhok Sandeng seluas kurang lebih 252 (dua ratus lima puluh dua) hektar;

cc)

Daerah Irigasi Blang Beudarah seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;

dd)

Daerah Irigasi Blang Lubok seluas kurang lebih 44 (empat puluh empat) hektar;

ee)

Daerah Irigasi Ulim seluas kurang lebih 324 (tiga ratus dua puluh empat) hektar;

ff)

Daerah Irigasi Panton Kulat seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

gg)

Daerah Irigasi Panton Pupu seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

hh)

Daerah Irigasi Teurace seluas kurang lebih 12 (dua belas) hektar;

ii)

Daerah Irigasi Panton Limeng seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar;

jj)

Daerah Irigasi Paya Cirieh seluas kurang lebih 65 (enam puluh lima) hektar;

kk)

Daerah Irigasi Waduk Alue seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;

ll)

Daerah Irigasi Tgk. Leman seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;

mm)

Daerah Irigasi Waduk Baro seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;

nn)

Daerah Irigasi Waduk Weu seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;

oo)

Daerah Irigasi Paya Baru seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;

pp)

Daerah Irigasi Teupin Raya KR seluas kurang lebih 350 (tiga ratus lima puluh) hektar;

qq)

Daerah Irigasi Teupin Raya KN seluas kurang lebih 450 (empat ratus lima puluh) hektar;

(30)

8

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk dalam melangsungkan kegiatan sehari-hari, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/penduduk di Kabupaten Pidie Jaya harus dengan kapasitas yang optimum. Ketersediaan Air bersih sangat tergantung pada sumber air yang dapat di olah dan dimanfaatkan.

Sistem distribusi dalam pengadaan air bersih di Kabupaten Pidie Jaya masih mengikuti pola lama yaitu pada saat masih dalam bagian wilayah Kabupaten Pidie, didistribusikan dengan 2 cara yaitu: melalui jaringan sistem perpipaan PDAM, dan sistem non perpipaan (swadaya masyarakat).

Kondisi sekarang ini, pusat pelayanan PDAM di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di beberapa tempat yaitu: Meureudu, Panteraja, Ulim, dan PDAM Pidie. Sedangkan untuk daerah-daerah yang belum terlayani oleh PDAM, kebutuhan air bersih pada umumnya diambil dari sumur galian, mata air dan sungai. Sasaran akhir RPJP Kabupaten Pidie Jaya tahun 2025 dalam hal ini daerah perkotaan di Pidie Jaya dapat terlayani jaringan sistem perpipaan PDAM.

2.1.6 Pemanfaatan Lahan

A. Rencana Kawasan Lindung

1. Kawasan hutan lindung merupakan kawasan hutan yang karena keadaan sifatnya diperuntukan guna pengaturan tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

Kriteria hutan lindung:

a. kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung; b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng > 65%; c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian >2000m dpl; d. kawasan yang memiliki ketinggian >2000 dan kelerangan >40%

Kawasan Hutan Lindung yang berada di bagian selatan Kabupaten Pidie Jaya seluas 50.277,08 hektar meliputi:

1) Kecamatan Ulim; 2) Kecamatan Meureudu; 3) Kecamatan Meurah Dua; 4) Kecamatan Bandar Dua; dan 5) Kecamatan Bandar Baru.

2. Kawasan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Pidie Jaya terdiri dari sempadan pantai, sempadan sungai.

a. Sempadan pantai adalah kawasan di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Keserasian

(31)

9

dan keseimbangan lingkungan pantai berawal dari dukungan wilayah pesisir, dimana wilayah pesisir merupakan pergerakan aktivitas (atau peralihan) antara laut dan darat. Penentuan sempadan pantai di wilayah perencanan adalah daratan sepanjang tepian pantai dengan lebar proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Wilayah sempadan pantai di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di sepanjang Pantai Timur seluas 120,70 hektar meliputi:

1) Kecamatan Ulim;

2) Kecamatan Trienggadeng; 3) Kecamatan Pante Raja; 4) Kecamatan Meureudu; 5) Kecamatan Meurah Dua; 6) Kecamatan Jangka Buya; dan 7) Kecamatan Bandar Baru.

b. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai yang bermanfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan lindung, atau sempadan sungai ini hampir ada di setiap kecamatan seluas 323,52 hektar, yaitu meliputi kawasan sekitar Krueng Cubo, Krueng Ulim, Krueng Meuredu, Krueng Pante Raja di Kecamatan:

1) Kecamatan Ulim; 2) Bandar Dua;

3) Kecamatan Trienggadeng; 4) Kecamatan Pante Raja; 5) Kecamatan Meureudu; 6) Kecamatan Meurah Dua; 7) Kecamatan Jangka Buya; dan 8) Kecamatan Bandar Baru.

3. Kawasan bencana alam meliputi rawan bencana banjir dan angin kencang. Kawasan rawan bencana berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. wilayah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak; b. wilayah yang dilalui oleh patahan aktif;

c. wilayah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter;

d. wilayah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk;

(32)

10

e. wilayah yang memiliki kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini;

f. wilayah dengan kerentanan tinggi terkena gelombang pasang dan banjir. Berikut ini merupakan kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Pidie Jaya a. Kawasan bencana banjir meliputi:

1) Kecamatan Meureudu; 2) Kecamatan Panteraja; 3) Kecamatan Bandar Dua; 4. Kawasan cagar alam geologi

a. kawasan rawan bencana alam geologi

1) kawasan rawan gerakan tanah/longsor meliputi: a) Kecamatan Bandar Baru

b) Kecamatan Meurah Dua

2) kawasan bencana gunung berapi di Kecamatan Meurah Dua. 3) kawasan rawan bencana abrasi di kawasan pesisir

B. Rencana Kawasan Budidaya

Pengembangan kawasan pemanfaaatan ruang pada kawasan budidaya bertujuan untuk menjaga kualitas daya dukung Kabupaten Pidie Jaya di lingkungan wilayah perencanaan, menciptakan lapangan kerja, terciptanya keserasian dengan rencana struktur ruang yang dikembangkan.

1. Hutan Produksi

Hutan Produksi seluas kurang lebih 4.738,52 hektar meliputi: a) Kecamatan Ulim;

b) Kecamatan Meureudu; c) Kecamatan Meurah Dua; d) Kecamatan Bandar Baru; dan e) Bandar Dua.

2. Hutan Rakyat

Hutan Rakyat seluas kurang lebih 1.391,76 meliputi: a) Kecamatan Meurah Dua;

b) Kecamatan Bandar Dua; c) Kecamatan Bandar Baru; d) Kecamatan Meureudu; dan e) Kecamatan Ulim.

(33)

11

Pemanfaatan ruang kawasan pertanian dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut:

tetap terjaganya kualitas lingkungan;

terciptanya pertumbuhan perekonomian wilayah yang berbasiskan perekonomian lokal;

pengembangan kualitas dan kuantitas produksi pertanian agar dapat mencapai hasil yang optimal.

Pemanfaatan ruang kawasan pertanian ini meliputi pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering.

Secara potensi, Kabupaten Pidie Jaya memiliki lahan yang potensial bagi kegiatan ekonomi (basis sector). Luas lahan untuk kegiatan ini direncanakan akan terus meningkat sampai akhir tahun perencanaan, selain karena merupakan kegiatan unggulan, lahan yang sesuai dengan kegiatan pertanian pangan (cadangan) masih sangat tersedia.

a. Kawasan pertanian lahan basah seluas 7.167,63 hektar meliputi: 1) Kecamatan Bandar Baru

2) Kecamatan Pante Raja 3) Kecamatan Trienggadeng 4) Kecamatan Meureudu 5) Kecamatan Meurah Dua 6) Kecamatan Ulim

7) Kecamatan Jangka Buya 8) Kecamatan Bandar Dua

b. Kawasan pertanian lahan kering seluas 601,53 hektar meliputi: 1) Kecamatan Bandar Baru

2) Kecamatan Pante Raja 3) Kecamatan Trienggadeng 4) Kecamatan Meureudu 5) Kecamatan Meurah Dua 6) Kecamatan Ulim

7) Kecamatan Jangka Buya 8) Kecamatan Bandar Dua 4. Kawasan peruntukan perkebunan

Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan/tanaman tahunan adalah kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

(34)

12

b. kawasan dengan kemiringan 25-40%;

c. kawasan dengan kedalaman efektif tanah >30cm;

d. memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan perkebunan serta kebutuhan lahan untuk menyerap tenaga kerja optimal. Berdasarkan pertimbangan tersebut, rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan/tanaman tahunan adalah 19.595,94 hektar berupa peruntukan perkebunan rakyat di seluruh kecamatan.

5. Kawasan peruntukan peternakan

Pemanfaatan ruang untuk kawasan peternakan memiliki kriteria sebagai berikut: Kawasan dengan ketinggian <1.000 m dpl;

Kawasan dengan kemiringan 15 %;

Kawasan dengan jenis tanah /iklim sesuai untuk padang rumput;

Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan peternakan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal. Rencana penyedian ruang untuk kegiatan peternakan, diarahkan kepada lahan yang mempunyai kesesuaian sebagai peternakan sapi.

Kawasan peternakan seluas 700,70 hektar berada di Kecamatan Trienggadeng (gampong tampui), Kecamatan Meureudu (gampong geuleumpang tutong), Kecamatan Ulim (gampong alue keumiki), Kecamatan Meurah Dua (gampong lhoksandeng), Kecamatan Bandar Baru (gampong langien), Kecamatan Panteraja (gampong panteraja tunong) dan Kecamatan Bandar Dua (gampong kumba).

6. Kawasan peruntukan perikanan Pemanfaatan ruang untuk kawasan perikanan baik di darat maupun di laut berdasarkan kriteria sebagai berikut:

kawasan dengan kelerengan <8%; persediaan air cukup;

memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan perikanan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal. Sektor perikanan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya berpotensi dikembangkan baik budidaya perikanan tawar maupun laut. Budidaya tambak udang dan ikan dapat dikembangkan di sepanjang pantai di wilayah Kabupaten Pidie Jaya.

Kawasan peruntukan perikanan tambak seluas kurang lebih 2.161,98 hektar, meliputi:

(35)

13

1) Kecamatan Ulim;

2) Kecamatan Trienggading; 3) Kecamatan Pante Raja; 4) Kecamatan Meureudu; 5) Kecamatan Meurah Dua; 6) Kecamatan Jangka Buya; dan 7) Kecamatan Bandar Baru.

7. Kawasan peruntukan pariwisata

Kabupaten Pidie Jaya memiliki potensi pariwisata yang beragam. Perencanaan pariwisata hingga tahun 2031 akan mengembangkan potensi alam, budaya, dan minat khusus yang memiliki daya tarik untuk dikembangkan. Pengelolaan pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut:

pengembangan infrastruktur yang mendukung terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya;

pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan obyek wisata di Kabupaten Pidie Jaya;

pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Pidie Jaya dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatan pameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni, lomba-lomba wisata, dan lain-lain) untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten Pidie Jaya.

Rencana peningkatan penambahan lokasi wisata di Kabupaten Pidie Jaya, adalah sebagai berikut:

a. Objek wisata budaya meliputi:

1) Kecamatan Bandar Baru berupa Makam Tengku Abdullah Syafi’ie; 2) Kecamatan Bandar Baru berupa Benteng Pertahanan Perang Belanda; 3) Kecamatan Bandar Baru berupa Makam Teungku Ja (Teungku Idris); 4) Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Lima;

5) Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Tumanah; 6) Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Melayu;

7) Kecamatan Meureudu berupa Makam Teungku Di Pucok Krueng Beuracan;

8) Kecamatan Meureudu berupa Benteng Kuta Batee (Sultan Iskandar Muda);

(36)

14

9) Kecamatan Meureudu berupa Makam Meurah Pupok;

10) Kecamatan Meureudu berupa Makam Teungku Dayah U Paneuk; 11) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Japakeh; 12) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Julok; 13) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Sampurna; 14) Kecamatan Ulim berupa Makam Teungku Dipasi;

15) Kecamatan Ulim berupa Makam Malem Dagang;

16) Kecamatan Bandar Dua berupa Makam Teungku Pante Geulima;

b. Objek wisata Buatan meliputi:

1) Kecamatan Bandar Baru meliputi: a) Irigasi Jim Jim

b) Krueng Cubo c) Waduk Musa

2) Kecamatan Panteraja meliputi:

a)

Waduk Uteun Pantang

3) Kecamatan Trienggadeng meliputi:

a)

Waduk Peulandok

b)

Pantai Kuthang

4) Kecamatan Meureudu meliputi:

a)

Irigasi Leubok/Lhok Badeuk;

b)

Irigasi Beuracan; dan

5) Kecamatan Bandar Dua berupa Irigasi Lhok Gugob/Kumba c. Objek Wisata Alam meliputi:

1) Kecamatan Ulim meliputi berupa Air terjun Pucok Krueng Ulim; 2) Kecamatan Panteraja berupa pantai Panteraja Pasi

3) Kecamatan Jangka Buya meliputi :

a)

Pantai Pasi Aroen

b)

Pantai Pasi Kiran

4) Kecamatan Meureudu berupa Pantai Manohara (Meureudu)

d. Objek wisata khusus atau minat meliputi:

1) Objek Wisata Religi Kecamatan Meureudu meliputi:

a)

Masjid Kuno Beuracan;

b)

Guci Keuramat; dan

(37)

15

2) Objek Wisata Religi Kecamatan Meurah Dua meliputi: a) Mimbar Kuno Madinah;

b) Masjid Kuno Madinah; dan c) Monumen Meurah Doe.

3) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Bandar Baru berupa Rapa I Grimpheng

4) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Trienggadeng meliputi: a) Geudeu-Geudeu;

b) Rapa I Bubee, Jeu Ee; c) PM Toh; dan

d) Tari Seudati.

5) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Meureudu meliputi: a) Geudeu-Geudeu;

b) Rapa I Dabus; c) Biola Aceh; d) Tari Seudati; dan e) Poh Katok.

6) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Meurah Dua berupa Meureukon.

7) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Bandar Dua berupa Rabbani Wahid.

8. Kawasan peruntukan permukiman

Kawasan peruntukan permukiman seluas 7.437,99 Hektar terdiri atas:

a. kawasan permukiman perkotaan seluas 3.279,57 Hektar meliputi kawasan pusat-pusat permukiman di seluruh kecamatan.

b. kawasan permukiman perdesaan seluas 4.158,42 Hektar berupa desa-desa yang tidak termasuk kedalam ibukota kecamatan.

9. Kawasan peruntukan lainnya meliputi:

a. Kawasan pertahanan dan keamanan seluas 23,470 hektar meliputi: 1) Polres di Kecamatan Trienggading;

2) Kodim seluas berada di Kecamatan Bandar Baru; 3) Koramil berada di seluruh kecamatan;

b. Transmigrasi Lokal seluas 670,08 hektar meliputi: 1) Kecamatan Bandar Dua;

2) Kecamatan Bandar Baru; 3) Kecamatan Ulim;

(38)

16

4) Kecamatan Meurah Dua; dan 5) Kecamatan Trienggadeng.

2.1.7 Wilayah

Pengembangan wilayah di Kabupaten Pidie Jaya sepenuhnya mengacu pada RTRW Kabupaten Pidie Jaya dan RTRW Provinsi Aceh. Sebagai upaya pengendalian terhadap perizinan pemanfaatan ruang, telah dibuat kriteria lokasi dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang yang menetapkan secara rinci aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan peruntukan ruang di lokasi yang akan dimamfaatkan. Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Pidie Jaya mencakup pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya. Sebagaian besar wilayah disebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Pidie menjadi kawasan lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya.

Secara umum, tata ruang Kabupaten Pidie Jaya terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya.

a. Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya yang terdiri atas penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong, pemukiman, sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Luasan untuk kegiatan kebun campuran 30.833 Ha (49,61 %), pemukiman 8.045 Ha (12.94 %), Pekarangan 8.888 Ha (14,30 %), Sawah Irigasi 7.524 Ha (12,11 %), sawah tadah hujan 594 Ha (0,96 %), Sawah terlantar 24 Ha (0,04 %), Hutan 2.143 Ha (3.45 %), Industri 131 Ha (0.21 %) tanah kosong 2.026 Ha (3,26 %), Lain – lain 1.944 Ha (3,13 %). Masalah yang dihadapi adalah meningkatnya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian yaitu alih fungsi lahan menjadi areal permukiman, pertokoan, terminal dan pusat perkantoran pemerintah.

b. Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk menjadi perkotaan, pusat pemerintahan dan permukiman baru dalam kurun waktu 4 tahun sejak tahun 2007 sampai dengan 2011.

c. Kondisi pelayanan transportasi darat, belum selesainya pembangunan terminal bus, sehingga aktivitas bongkar muat barang dan pemberhentian bus masih berada ditengah kota. Kondisi ini membuat pusat perkotaan sangat semrawut.

Referensi

Dokumen terkait

Ide cerita pada video clip animasi ini adalah membuat suatu video clip band dengan menggunakan animasi kartun agar terlihat berbeda dengan video-video clip band lainnya

Abu ampas tebu merupakan pozzolan sesuai penelitian yang dilakukan oleh Haryono dan Sudjatmiko (2011).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya

Berdasarkan keempat pengujian dengan menggunakan citra uji maka dapat disimpulkan bahwa persentase tertinggi adalah pada saat menggunakan jaringan yang telah

- Selama periode Oktober 2016 – September 2017, CV Graha Papan Lestari melakukan pembelian bahan baku kayu gergajian yang seluruhnya berasal dari hutan rakyat dengan

Capacity building yang dilakukan selama enam minggu mulai 6 Agustus 2018 hingga 15 September 2018 dengan tatap muka yang terjadwal selama dua tahap (tahan Penelitian

Gap yang tinggi akan menyebabkan godaan untuk melakukan korupsi menjadi besar, mengingat pegawai pemeriksa dan pemungut pajak akan berusaha untuk memaksimalkan

Sumber Es Makmur juga memiliki Tujuan yaitu untuk menjadikan satu-satunya perusahaan yang menghadirkan kembali kenangan tempo dulu dengan produk unggulan es lilin

Meskipun sistem interkoneksi merupakan suatu metode yang handal dan memadai dalam pengaturan sistem tenaga listrik dengan tingkat kompleksitas beban yang cukup tinggi