• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DARI KLIEN KEPADA PERUSAHAAN FACTOR DALAM KEGIATAN ANJAK PIUTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DARI KLIEN KEPADA PERUSAHAAN FACTOR DALAM KEGIATAN ANJAK PIUTANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DARI KLIEN

KEPADA PERUSAHAAN FACTOR DALAM KEGIATAN

ANJAK PIUTANG

Oleh:

Anak Agung Putu Krisna Putra1, I Made Udiana2

Abstrack

The Presidential Regulation Number 9 of 2009 on Financing Agency described the sense of factoring is financing activities in the form of purchases of short -term trade receivables of a company following the maintenance on these receivables. Factoring activity can be used as an alternative for businesses to help finance company which can facilitate the flow of funds so that the company run can run well so as to compete to improve the quality and quantity of the products to be supplied. The parties involved in the transaction of business activities factoring namely client, customer and company factors. Clients are companies that sell short-term accounts receivable financing company. Customer is the parties receivables owed to the seller ( client ). While the Company Factor, which are companies that do business financing in the form of purchase and / or transfer and maintenance of accounts or short- term bills of a company from trading operations within or outside the country. In the factoring activity when clients transfer or sell their receivables to the factor company must observe the considerations used . The sales transaction to the company’s accounts receivable factor by the client without the knowledge of the customer will have an impact on the law of each parties. Responsibility for the factoring agreement is when the customer is unable to meet its obligations to the company factor.

Keywords : factoring, financing, transfer of receivables.

Abstrak

Peraturan Presden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan menjelaskan pengertan dar anjak putang yatu kegatan pembayaan dalam bentuk pembelan putang dagang jangka pendek suatu perusahaan berkut pengurusan atas putang tersebut. Kegatan anjak putang n dapat djadkan alternatf bag pelaku bsns untuk membantu pembayaan perusahaan untuk memperlancar alran pendanaan sehngga perusahaan dapat berjalan dengan bak mampu bersang untuk menngkatkan kualtas maupun kuanttas produk yang akan dberkan. Phak-phak yang terlbat dalam transaks kegatan usaha anjak putang yatu Klen, customer dan perusahaan factor. Klen merupakan perusahaan yang menjual putang dagang jangka pendek kepada perusahaan pembayaan. Customer adalah phak yang berhutang kepada penjual putang (klen). Sedangkan Perusahaan Factor, yatu perusahaan yang melakukan usaha pembayaan dalam bentuk pembelan dan/atau pengalhan serta pengurusan

1 Mahasswa Magster Ilmu Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, Bal. Jl. Kapten Japa

Gg. XVIII No. 4 Denpasar. Emal : krs_dugonk@yahoo.com

2 Dosen Magster Ilmu Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, Bal. Jl. Wr Supratman Gg. Swadaya

(2)

putang atau taghan jangka pendek suatu perusahaan dar transaks perdagangan dalam atau luar neger. Dalam kegatan anjak putang ketka klen mengalhkan atau menjual putangnya kepada perusahaan factor harus tetap memperhatkan pertmbangan-pertmbangan yang dgunakan. Transaks penjualan putang kepada perusahaan factor oleh klen tanpa sepengetahuan customer akan berdampak hukum pada masng-masng phak. Tanggung jawab dalam perjanjan anjak putang n adalah ketka phak customer yang tdak mampu memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor.

Kata Kunc : anjak putang, pembayaan, pengalhan putang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Duna bsns tetap bersang secara sehat antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lannya. Semakn besar persangan tersebut membuat setap perusahaan memberkan pelayanan terbak kepada para pelanggannya. Perkembangan dbdang ekonom tersebut demkan atraktf, dnams, sangat prospektf dan penuh persangan.3 Kegatan

yang terjad dalam duna bsns dapat menmbulkan permasalahan hukum yang akan dhadap oleh berbaga perusahaan. Bantuan dana dapat dperoleh melalu pnjaman dar lembaga pembayaan sehngga suatu perusahaan dapat berjalan dengan lancar meningkatkan produktifitas agar mampu bersang dalam duna bsns.

Lembaga pembayaan sudah datur dalam Peraturan Presden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan dan Peraturan Menter Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembayaan. Lembaga pembayaan merupakan

badan usaha yang melakukan kegatan pembayaan, dengan tdak menark dana secara langsung dar masyarakat. Lembaga pembayaan dsn antara lan melput perusahaan pembayaan merupakan badan usaha khusus ddrkan untuk melakukan kegatan usaha dantaranya yatu anjak putang. Peraturan Presden Republk Indonesa Nomor 9 Tahun 2009, menjelaskan pengertan anjak putang adalah kegatan pembayaan dalam bentuk pembelan putang dagang jangka pendek suatu perusahaan, berkut pengurusan atas putang tersebut. Perusahaan yang melakukan anjak putang dsebut penganjak putang (factor) yatu phak yang mempunya kegatan membel putang dar phak lan.4 Kegatan usaha n

bsa djadkan alternatf bag pelaku bsns untuk membantu pembayaan perusahaan untuk memperlancar alran pendanaan sehngga perusahaan yang djalankan dapat berjalan dengan bak sehngga mampu bersang untuk

menngkatkan kualtas maupun

kuanttas produk yang akan dberkan.

3 Syarn Nahasy, 2007, Hukum Bisnis (Business

Law), Mda Pustaka, Yogyakarta, hlm. 7

4 Rnus Pantouw, 2006, Hak Tagih Factor Atas

Piutang Dagang, Kencana Prenanda Meda

(3)

Phak yang terlbat dalam transaks anjak putang, sebaga berkut:

1. Klen, yatu phak yang

mempunya putang, yang akan djual atau dalhkan kepada perusahaan factor.

2. Customer, yatu phak yang

berhutang kepada penjual putang (klen).

3. Perusahaan Factor, yatu

perusahaan yang memberkan jasa anjak putang, dalam hal n perusahaan factor bertndak sebaga phak pembel putang. Transaks anjak putang mencakup pengalhan putang oleh klen sebaga pemlk putang kepada perusahaan factor. Mengngat putang klen dalhkan kepada perusahaan

factor, maka selanjutnya perusahaan factor yang mempunya hak untuk

menagh putang tu kepada customer. Dalam anjak putang ketka klen mengalhkan atau menjual putangnya kepada perusahaan factor, harus tetap memperhatkan

pertmbangan-pertmbangan yang dgunakan.

Transaks penjualan putang kepada perusahaan factor oleh klen yang tanpa sepengetahuan customer akan berdampak hukum pada masng-masng phak. Tanggung jawab dalam perjanjan anjak putang n adalah ketka phak customer yang tdak mampu memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagamanakah pengaturan

pengalhan atau penjualan putang

dar klen kepada perusahaan

factor tanpa sepengetahuan customer ?

2. Bagamanakah tanggung jawab klen apabla customer tdak dapat memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ngn dcapa, yatu:

1. Untuk mengetahu dan

memaham pengaturan

pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor tanpa sepengetahuan customer.

2. Untuk mengetahu dan

memaham tanggung jawab klen apabla customer tdak dapat memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor.

II. METODE PENELITIAN

Dalam peneltan n dgunakan metode peneltan hukum normatf yang merupakan peneltan mengena substans hukum yang terdr dar norma, peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum dan doktrn.5

Peneltan menggunakan

pendeka-tan perundang-undangan (the

statute approach) serta analss konsep

hukum (analitical and conceptual

approach). Pendekatan

perundang-undangan merupa-kan pendekatan yang dlakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang

5 Mukt Fajar dan Yulanto Achmad, 2010,

Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm.

(4)

6 Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi

Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada,

Jakarta, hlm. 115.

7 Mukt Fajar dan Yulanto Achmad, Op.cit,

hlm. 160.

berhubungan dengan perusahaan pembayaan anjak putang. Pendekatan analss konsep hukum dlakukan dengan menggunakan konsep dan prnsp-prnsp hukum serta menelusur art dar stlah hukum yang terdapat dalam perundang-undangan.

Sumber bahan hukum dalam peneltan n terdr dar bahan hukum prmer yatu bahan hukum yang mempunya kekuatan hukum mengkat, antara lan UUD 1945, Ktab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Presden RI No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan dan Peraturan Menter Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembayaan. Bahan hukum sekunder yang dgunakan terdr dar lteratur-lteratur, buku lmu hukum, jurnal hukum, dan artkel hukum. Bahan hukum terser dgunakan untuk melengkap bahan hukum prmer dan sekunder, berupa kamus Bahasa Indonesa.

Dalam pengumpulan bahan hukum dlakukan menggunakan teknk stud kepustakaan yatu melakukan penelusuran mengena bahan-bahan hukum terkat dengan permasalahan yang hendak dtelt.6 Penelusuran

tersebut dlakukan dengan membaca ataupun melhat melalu meda nternet yang kemudian dicatat, diidentifikasi dan di klasifikasikan berdasarkan mater yang hendak dtelt.7

Teknk analss bahan hukum menggunakan teknk deskrps yatu dengan memberkan gambaran, dengan sstemats menyeluruh terhadap suatu permasalahan dan danalss kemudan menark suatu kesmpulan berdasarkan permasalahan peneltan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengaturan Pengalihan

Piutang Dari Klien Kepada Perusahaan Factor Tanpa Sepengetahuan Customer

Perusahaan pembayaan anjak putang n dapat mengatas kendala yang dalam oleh suatu perusahaan. Kehadran perusahaan pembayaan anjak putang n bsa membantu

mengatas permasalahan dalam

mengelola kredt, sehngga klen bsa berkosentras untuk menngkatkan produk maupun penjualannya. Akan tetap tdak semua putang dapat djual kepada perusahaan factor karena perusahaan factor telah memlk patokan atau pedoman tersendr secara khusus.

Pasal 1338 KUHPerdata menen-tukan bahwa setap perjanjan yang dbuat secara sah sebaga undang-undang, bag para phak yang membuat perjanjan. Suatu perjanjan

merupakan perstwa dmana

seseorang berjanj kepada orang lan untuk melaksanakan dan melakukan sesuatu hal.8 Perjanjan tu kemudan

menmbulkan hubungan hukum antara klen dan customer. Hubungan hukum

8 Subekt, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata,

(5)

tersebut kemudan tmbul hak dan kewajban. Kewajban merupakan keha-rusan untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu.9

Dalam pengalhan putang, debtur (customer) memang tdak memlk peran yang aktf akan tetap dalam ketentuan pengalhan putang telah djelaskan secara jelas mengacu pada Pasal 613 KUHPerdata. Dengan melhat Pasal 613 KUHPerdata tersebut, maka pengalhan putang haruslah dlakukan dengan membuat akta otentk, dan tdak akan berakbat bag s berutang jka belum ada pembertahuan atau secara tertuls dsetuju serta daku. Begtupun dengan pengalhan putang yang ada pada kegatan anjak putang n, pengalhan tersebut harus dlaksanakan sesua dengan aturan yang terdapat dalam KUHPerdata.

Berkatan dengan ketentuan

perundang-undangannya apabla

pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor tanpa sepengetahuan

customer, memang tdak terdapat

ketentuan pengaturan khusus yang

mengatur mengena pengalhan

putang dalam perjanjan anjak putang. Namun terdapat ketentuan perundang-undangan yang dapat djadkan dasar ketentuan hukum mengena jual bel dan pengalhan putang tersebut yatu dalam Pasal 613 KUHPerdata.

Dalam kegatan anjak putang terdapat dua jens pembertahuan

pengalhan putang yatu Disclosed

Factoring dan Undisclosed Factoring.10 Disclosed factoring

merupakan pengalhan putang oleh klen kepada perusahaan factor dengan persetujuan dan dketahu phak

customer.11 Sedangkan undisclosed

factoring adalah pengalhan putang

oleh klen kepada perusahaan

factor tanpa membertahukan phak customer.12 Dalam jens pengalhan

putang undisclosed factoring n pada hakkatnya tdak sesua dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 613 KUHPerdata. Sepert yang datur dalam Pasal 613 KUHPerdata yakn pengalhan putang baru mengkat debtur (customer) apabla pengalhan putang tersebut dbertahukan kepada debtur (customer) dsetuju dan daku olehnya secara tertuls. Mengena pengalhan putang dalam anjak putang haruslah dbertahukan kepada

customer karena jka

terjad sesuatu hal yang tdak dngnkan dlakukan oleh customer, akan menmbulkan akbat hukum kepada customer.

3.2. Tanggung Jawab Klien

Apabila Customer Tidak Dapat

Memenuhi Kewajibannya

Kepada Perusa-haan Factor

Pengertan tanggung jawab secara gars besar yatu adanya kesadaran dar seseorang terhadap perbuatannya

10 Sunaryo, 2009, Hukum Lembaga Pembiayaan,

Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 82.

11 Mranda Nashn, 2012, Segala Hal Tentang

Hukum Lembaga Pembiayaan, Buku Pntar,

Yogyakarta., hlm. 61

12 Ibid, hlm. 60 9 Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum

Indonesia Terpadu, PT. Ctra Adtya Bakt,

(6)

bak tu secara kesengajaan ataupun tdak. Tanggung jawab secara sempt yatu kepercayaan seseorang yang damanatkan kepada orang lan yang harus dlakukan. Tanggung jawab juga dartkan sebaga usaha dar seseorang untuk melakukan amanat secara cermat dan telt.13

Tanggung jawab hukum adalah keterkatan, artnya tanggung jawab tu karena adanya hubungan hukum dantara para phak. Hubungan hukum n adalah hubungan antara hak dan kewajban phak yang satu dengan lannya.14 Apabla dkaj lebh dalam,

tanggung jawab merupakan beban yang wajb dpenuh sebaga akbat dar perbuatan yang dlakukan. Dalam hal n klen sebaga phak yang menerma jasa dar anjak putang menjual barang secara kredt jangka pendek kepada customer, sedangkan

customer mempunya kewajban

untuk membayar utang jangka pendek tersebut.

Dsn kewajban bag

klen karena telah menerma dan memanfaatkan jasa anjak putang tersebut adalah membayar baya anjak putang, yang terdr dar baya penggunaan jasa untuk mengelola pembukuan penjualan dar transaks penjualan, serta baya karena klen memperoleh pembayaan dana tuna

dar lembaga anjak putang. Apabla

customer tdak mengaku kebenaran

putang dan jumlah putang yang dmlk oleh klen, atau customer

mengalam kebangkrutan sehngga tdak dapat melunas taghan, maka phak klen harus membayar kepada perusahaan factor nla putang yang djualnya tersebut.16

Dalam hal mengetahu bagamana tanggung jawab klen apabla customer

tdak dapat memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor adalah tergantung dar jens perjanjan yang dsepakat oleh para phak (klen dan perusahaan factor). Terdapat dua jens perjanjan anjak putang yatu with recourse dan without recourse. With recourse adalah perjanjan apabla

perusahaan factor tdak mendapatkan taghannya dar customer, maka

klen selaku penjual putang tetap bertanggung jawab untuk melunas taghan tersebut.17 Sedangkan Without

Recourse merupakan perjanjan apabla terjad kegagalan dalam hal penaghan putang kepada customer,

tu merupakan tanggung jawab dar phak perusahaan factor sendr.18

Apabla dalam perjanjan tersebut segala sesuatunya telah datur dan dsepakat, termasuk kesepakatan tentang jens anjak putang yang

13 M.Yatmn Abdullah, 2006, Pengantar Stud

Etika, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 271.

14 R. Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum,

Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 269

15 Khotbul Umam, 2010, Hukum Lembaga

Pembiayaan : Hak dan Kewajiban Nasabah Pengguna Jasa Lembaga Pembiayaan,

Pustaka Yustsa, Yogyakarta, hlm. 31.

16 Sunaryo, Op.cit, hlm. 91. 17 Mranda Nashn, Op.cit, hlm. 63. 18 Ibid, hlm. 64.

(7)

dplh dengan konsekwens sapa yang memkul rsko dalam hal gagalnya penaghan putang dagang atau phak

customer tdak dapat memenuh

kewajbannya, maka perjanjan yang dsepakat tu mengkat para phak sepert halnya undang-undang. Perjanjan anjak putang memang tdak secara tegas dan khusus datur dalam KUHPerdata, namun dalam Pasal 1320 KUHPerdata djelasakan tentang syarat sahnya suatu perjanjan. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata juga menjelaskan semua perjanjan yang dbuat secara sah berlaku sebaga undang-undang bag mereka yang membuatnya.

Jens perjanjan anjak putang yang djelaskan datas sudah menjad konsekwens hukum dar mengkatnya suatu perjanjan anjak putang bag para phak apabla sudah dbuat secara sah menurut hukum dengan dasar ketentuan Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata. Berdasarkan pemaparan datas dalam hal perjanjan anjak putang tersebut, maka tanggung jawab phak klen sudah jelas ddasarkan pada perjanjan (perkatan) yang telah dsepakatnya oleh perusahaan factor. Apabla yang dsepakat jens perjanjan anjak putang dengan with recourse maka

phak klen yang bertanggung jawab apabla tdak terbayarnya putang oleh customer kepada perusahaan factor. Sebalknya apabla yang dsepakat jens perjanjan anjak putang dengan

without recourse maka perusahaan

factor yang menerma rsko tdak

terbayarnya putang oleh customer.

IV. PENUTUP 4.1. Simpulan

1. Pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor

tanpa sepengetahuan customer dalam peraturan perundang-undangan tdak datur secara khusus ketentuan yang mengatur tentang pengalhan putang dalam perjanjan anjak putang. Akan tetap dalam KUHPerdata terdapat ketentuan pengalhan putang dalam Pasal 613 yatu pengalhan putang baru mengkat debtur apabla pengalhan putang tersebut dbertahukan kepada debtur dsetuju dan daku olehnya secara tertuls. Jad customer hanya dapat

terkat untuk memenuh

kewajbannya apabla drnya telah mengetahu dan menyetuju adanya pengalhan putang dar klen kepada perusahaan

factor. Namun apabla customer

tdak mengetahu adanya pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor, maka

customer tdak berkewajban

untuk memenuh taghan secara langsung kepada perusahaan

factor selaku klen baru.

2. Tanggung jawab klen apabla

customer tdak memenuh

kewajbannya kepada perusahaan

(8)

jens perjanjan anjak putang yang telah dsepakat. Apabla jens perjanjan anjak putang yang dsepakat adalah with recourse maka dsn klen

selaku penjual putang tetap

bertanggung jawab untuk

melunas utang customer kepada

perusahaan factor apabla terjad kegagalan dalam hal penaghan putang. Sebalknya, apabla jens perjanjan anjak putang yang dsepakat adalah without recourse maka perusahaan factor

yang menanggung seluruh rsko tdak tertaghnya putang.

4.2. Saran

1. Sebaknya dalam proses

pengalhan putang dalam

kegatan anjak putang

wajb dbertahukan kepada

customer, dsetuju dan daku

oleh customer secara tertuls, sehngga pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor

tu mengkat phak customer.

2. Dengan belum adanya

ketentuan yang mengatur tentang pengalhan putang dalam kegatan anjak putang, maka perlu kranya dbuatkan suatu ketentuan khusus yang secara rnc mengatur tentang pengalhan putang tersebut. Hal n cukup pentng mengngat perlu adanya suatu kepastan hukum terutama mengena pengalhan putang serta untuk

memberkan perlndungan

hukum bag para phak yatu klen, customer dan perusahaan factor.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum

Indonesia Terpadu, PT. Ctra

Adtya Bakt, Bandung.

Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi

Penelitian Hukum, RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

Khotbul Umam, 2010, Hukum

Lembaga Pembiayaan : Hak dan Kewajiban Nasabah Pengguna Jasa Lembaga Pembiayaan,

Pustaka Yustsa, Yogyakarta. Mranda Nashn, 2012, Segala Hal

Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan, Buku Pntar,

Yogyakarta.

Mukt Fajar dan Yulanto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian

Hukum Normatif dan Empiris,

PT Pustaka Pelajar, Yogyakarta. M.Yatmn Abdullah, 2006, Pengantar

Studi Etika, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Rnus Pantouw, 2006, Hak Tagih Factor Atas Piutang Dagang,

Kencana Prenanda Meda Group, Jakarta

Subekt, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta.

Sunaryo, 2009, Hukum Lembaga

Pembiayaan, Sinar Grafika,

(9)

Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu

Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Syarn Nahasy, 2007, Hukum Bisnis (Business Law), Mda Pustaka,

Yogyakarta.

Peraturan Perundang Undangan :

Ktab Undang-Undang Hukum

Perdata.

Peraturan Presden Repulk Indonesa No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan.

Peraturan Menter Keuangan No.

84/PMK.012/2006 tentang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa performa pertumbuhan, distribusi ukuran dan sintasan calon induk udang windu transgenik Pm AV turunan F0 tidak

Sebagai sumbangan pemikiran atau bahan masukan yang positif bagi Kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Karanganyar dalam mengelola

Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa setelah menerapkan model PBL, sesuai dengan indikator berpikir kritis (1) kemampuan mengidentifikasi asumsi yang

Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.  Perubahan-perubahan degeneratif

Menururt Caruana (2002) pengulangan pembelian pada pelanggan merupakan bagian terpenting loyalitas pelanggan, jadi pelanggan atau dalam hal ini nasabah yang sudah setia terhadap

Pelaporan hasil tes yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan level pencapaian kompetensi siswa terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) laporan kepada sekolah yang meliputi:

Meskipun sebelumnya terjadi masalah multikolinearitas solusi untuk mengatasinya dengan menghilangkan empat variabel yang mempunyai korelasi tinggi yaitu Nilai Tukar,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisisfaktor risiko usia, jenis kelamin, kolesterol total, kadar trigliserida, hipertensi, dan diabetes