PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DARI KLIEN
KEPADA PERUSAHAAN FACTOR DALAM KEGIATAN
ANJAK PIUTANG
Oleh:
Anak Agung Putu Krisna Putra1, I Made Udiana2
Abstrack
The Presidential Regulation Number 9 of 2009 on Financing Agency described the sense of factoring is financing activities in the form of purchases of short -term trade receivables of a company following the maintenance on these receivables. Factoring activity can be used as an alternative for businesses to help finance company which can facilitate the flow of funds so that the company run can run well so as to compete to improve the quality and quantity of the products to be supplied. The parties involved in the transaction of business activities factoring namely client, customer and company factors. Clients are companies that sell short-term accounts receivable financing company. Customer is the parties receivables owed to the seller ( client ). While the Company Factor, which are companies that do business financing in the form of purchase and / or transfer and maintenance of accounts or short- term bills of a company from trading operations within or outside the country. In the factoring activity when clients transfer or sell their receivables to the factor company must observe the considerations used . The sales transaction to the company’s accounts receivable factor by the client without the knowledge of the customer will have an impact on the law of each parties. Responsibility for the factoring agreement is when the customer is unable to meet its obligations to the company factor.
Keywords : factoring, financing, transfer of receivables.
Abstrak
Peraturan Presden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan menjelaskan pengertan dar anjak putang yatu kegatan pembayaan dalam bentuk pembelan putang dagang jangka pendek suatu perusahaan berkut pengurusan atas putang tersebut. Kegatan anjak putang n dapat djadkan alternatf bag pelaku bsns untuk membantu pembayaan perusahaan untuk memperlancar alran pendanaan sehngga perusahaan dapat berjalan dengan bak mampu bersang untuk menngkatkan kualtas maupun kuanttas produk yang akan dberkan. Phak-phak yang terlbat dalam transaks kegatan usaha anjak putang yatu Klen, customer dan perusahaan factor. Klen merupakan perusahaan yang menjual putang dagang jangka pendek kepada perusahaan pembayaan. Customer adalah phak yang berhutang kepada penjual putang (klen). Sedangkan Perusahaan Factor, yatu perusahaan yang melakukan usaha pembayaan dalam bentuk pembelan dan/atau pengalhan serta pengurusan
1 Mahasswa Magster Ilmu Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, Bal. Jl. Kapten Japa
Gg. XVIII No. 4 Denpasar. Emal : krs_dugonk@yahoo.com
2 Dosen Magster Ilmu Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, Bal. Jl. Wr Supratman Gg. Swadaya
putang atau taghan jangka pendek suatu perusahaan dar transaks perdagangan dalam atau luar neger. Dalam kegatan anjak putang ketka klen mengalhkan atau menjual putangnya kepada perusahaan factor harus tetap memperhatkan pertmbangan-pertmbangan yang dgunakan. Transaks penjualan putang kepada perusahaan factor oleh klen tanpa sepengetahuan customer akan berdampak hukum pada masng-masng phak. Tanggung jawab dalam perjanjan anjak putang n adalah ketka phak customer yang tdak mampu memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor.
Kata Kunc : anjak putang, pembayaan, pengalhan putang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Duna bsns tetap bersang secara sehat antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lannya. Semakn besar persangan tersebut membuat setap perusahaan memberkan pelayanan terbak kepada para pelanggannya. Perkembangan dbdang ekonom tersebut demkan atraktf, dnams, sangat prospektf dan penuh persangan.3 Kegatan
yang terjad dalam duna bsns dapat menmbulkan permasalahan hukum yang akan dhadap oleh berbaga perusahaan. Bantuan dana dapat dperoleh melalu pnjaman dar lembaga pembayaan sehngga suatu perusahaan dapat berjalan dengan lancar meningkatkan produktifitas agar mampu bersang dalam duna bsns.
Lembaga pembayaan sudah datur dalam Peraturan Presden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan dan Peraturan Menter Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembayaan. Lembaga pembayaan merupakan
badan usaha yang melakukan kegatan pembayaan, dengan tdak menark dana secara langsung dar masyarakat. Lembaga pembayaan dsn antara lan melput perusahaan pembayaan merupakan badan usaha khusus ddrkan untuk melakukan kegatan usaha dantaranya yatu anjak putang. Peraturan Presden Republk Indonesa Nomor 9 Tahun 2009, menjelaskan pengertan anjak putang adalah kegatan pembayaan dalam bentuk pembelan putang dagang jangka pendek suatu perusahaan, berkut pengurusan atas putang tersebut. Perusahaan yang melakukan anjak putang dsebut penganjak putang (factor) yatu phak yang mempunya kegatan membel putang dar phak lan.4 Kegatan usaha n
bsa djadkan alternatf bag pelaku bsns untuk membantu pembayaan perusahaan untuk memperlancar alran pendanaan sehngga perusahaan yang djalankan dapat berjalan dengan bak sehngga mampu bersang untuk
menngkatkan kualtas maupun
kuanttas produk yang akan dberkan.
3 Syarn Nahasy, 2007, Hukum Bisnis (Business
Law), Mda Pustaka, Yogyakarta, hlm. 7
4 Rnus Pantouw, 2006, Hak Tagih Factor Atas
Piutang Dagang, Kencana Prenanda Meda
Phak yang terlbat dalam transaks anjak putang, sebaga berkut:
1. Klen, yatu phak yang
mempunya putang, yang akan djual atau dalhkan kepada perusahaan factor.
2. Customer, yatu phak yang
berhutang kepada penjual putang (klen).
3. Perusahaan Factor, yatu
perusahaan yang memberkan jasa anjak putang, dalam hal n perusahaan factor bertndak sebaga phak pembel putang. Transaks anjak putang mencakup pengalhan putang oleh klen sebaga pemlk putang kepada perusahaan factor. Mengngat putang klen dalhkan kepada perusahaan
factor, maka selanjutnya perusahaan factor yang mempunya hak untuk
menagh putang tu kepada customer. Dalam anjak putang ketka klen mengalhkan atau menjual putangnya kepada perusahaan factor, harus tetap memperhatkan
pertmbangan-pertmbangan yang dgunakan.
Transaks penjualan putang kepada perusahaan factor oleh klen yang tanpa sepengetahuan customer akan berdampak hukum pada masng-masng phak. Tanggung jawab dalam perjanjan anjak putang n adalah ketka phak customer yang tdak mampu memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagamanakah pengaturan
pengalhan atau penjualan putang
dar klen kepada perusahaan
factor tanpa sepengetahuan customer ?
2. Bagamanakah tanggung jawab klen apabla customer tdak dapat memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ngn dcapa, yatu:
1. Untuk mengetahu dan
memaham pengaturan
pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor tanpa sepengetahuan customer.
2. Untuk mengetahu dan
memaham tanggung jawab klen apabla customer tdak dapat memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor.
II. METODE PENELITIAN
Dalam peneltan n dgunakan metode peneltan hukum normatf yang merupakan peneltan mengena substans hukum yang terdr dar norma, peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum dan doktrn.5
Peneltan menggunakan
pendeka-tan perundang-undangan (the
statute approach) serta analss konsep
hukum (analitical and conceptual
approach). Pendekatan
perundang-undangan merupa-kan pendekatan yang dlakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang
5 Mukt Fajar dan Yulanto Achmad, 2010,
Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm.
6 Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi
Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, hlm. 115.
7 Mukt Fajar dan Yulanto Achmad, Op.cit,
hlm. 160.
berhubungan dengan perusahaan pembayaan anjak putang. Pendekatan analss konsep hukum dlakukan dengan menggunakan konsep dan prnsp-prnsp hukum serta menelusur art dar stlah hukum yang terdapat dalam perundang-undangan.
Sumber bahan hukum dalam peneltan n terdr dar bahan hukum prmer yatu bahan hukum yang mempunya kekuatan hukum mengkat, antara lan UUD 1945, Ktab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Presden RI No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan dan Peraturan Menter Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembayaan. Bahan hukum sekunder yang dgunakan terdr dar lteratur-lteratur, buku lmu hukum, jurnal hukum, dan artkel hukum. Bahan hukum terser dgunakan untuk melengkap bahan hukum prmer dan sekunder, berupa kamus Bahasa Indonesa.
Dalam pengumpulan bahan hukum dlakukan menggunakan teknk stud kepustakaan yatu melakukan penelusuran mengena bahan-bahan hukum terkat dengan permasalahan yang hendak dtelt.6 Penelusuran
tersebut dlakukan dengan membaca ataupun melhat melalu meda nternet yang kemudian dicatat, diidentifikasi dan di klasifikasikan berdasarkan mater yang hendak dtelt.7
Teknk analss bahan hukum menggunakan teknk deskrps yatu dengan memberkan gambaran, dengan sstemats menyeluruh terhadap suatu permasalahan dan danalss kemudan menark suatu kesmpulan berdasarkan permasalahan peneltan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengaturan Pengalihan
Piutang Dari Klien Kepada Perusahaan Factor Tanpa Sepengetahuan Customer
Perusahaan pembayaan anjak putang n dapat mengatas kendala yang dalam oleh suatu perusahaan. Kehadran perusahaan pembayaan anjak putang n bsa membantu
mengatas permasalahan dalam
mengelola kredt, sehngga klen bsa berkosentras untuk menngkatkan produk maupun penjualannya. Akan tetap tdak semua putang dapat djual kepada perusahaan factor karena perusahaan factor telah memlk patokan atau pedoman tersendr secara khusus.
Pasal 1338 KUHPerdata menen-tukan bahwa setap perjanjan yang dbuat secara sah sebaga undang-undang, bag para phak yang membuat perjanjan. Suatu perjanjan
merupakan perstwa dmana
seseorang berjanj kepada orang lan untuk melaksanakan dan melakukan sesuatu hal.8 Perjanjan tu kemudan
menmbulkan hubungan hukum antara klen dan customer. Hubungan hukum
8 Subekt, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata,
tersebut kemudan tmbul hak dan kewajban. Kewajban merupakan keha-rusan untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu.9
Dalam pengalhan putang, debtur (customer) memang tdak memlk peran yang aktf akan tetap dalam ketentuan pengalhan putang telah djelaskan secara jelas mengacu pada Pasal 613 KUHPerdata. Dengan melhat Pasal 613 KUHPerdata tersebut, maka pengalhan putang haruslah dlakukan dengan membuat akta otentk, dan tdak akan berakbat bag s berutang jka belum ada pembertahuan atau secara tertuls dsetuju serta daku. Begtupun dengan pengalhan putang yang ada pada kegatan anjak putang n, pengalhan tersebut harus dlaksanakan sesua dengan aturan yang terdapat dalam KUHPerdata.
Berkatan dengan ketentuan
perundang-undangannya apabla
pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor tanpa sepengetahuan
customer, memang tdak terdapat
ketentuan pengaturan khusus yang
mengatur mengena pengalhan
putang dalam perjanjan anjak putang. Namun terdapat ketentuan perundang-undangan yang dapat djadkan dasar ketentuan hukum mengena jual bel dan pengalhan putang tersebut yatu dalam Pasal 613 KUHPerdata.
Dalam kegatan anjak putang terdapat dua jens pembertahuan
pengalhan putang yatu Disclosed
Factoring dan Undisclosed Factoring.10 Disclosed factoring
merupakan pengalhan putang oleh klen kepada perusahaan factor dengan persetujuan dan dketahu phak
customer.11 Sedangkan undisclosed
factoring adalah pengalhan putang
oleh klen kepada perusahaan
factor tanpa membertahukan phak customer.12 Dalam jens pengalhan
putang undisclosed factoring n pada hakkatnya tdak sesua dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 613 KUHPerdata. Sepert yang datur dalam Pasal 613 KUHPerdata yakn pengalhan putang baru mengkat debtur (customer) apabla pengalhan putang tersebut dbertahukan kepada debtur (customer) dsetuju dan daku olehnya secara tertuls. Mengena pengalhan putang dalam anjak putang haruslah dbertahukan kepada
customer karena jka
terjad sesuatu hal yang tdak dngnkan dlakukan oleh customer, akan menmbulkan akbat hukum kepada customer.
3.2. Tanggung Jawab Klien
Apabila Customer Tidak Dapat
Memenuhi Kewajibannya
Kepada Perusa-haan Factor
Pengertan tanggung jawab secara gars besar yatu adanya kesadaran dar seseorang terhadap perbuatannya
10 Sunaryo, 2009, Hukum Lembaga Pembiayaan,
Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 82.
11 Mranda Nashn, 2012, Segala Hal Tentang
Hukum Lembaga Pembiayaan, Buku Pntar,
Yogyakarta., hlm. 61
12 Ibid, hlm. 60 9 Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum
Indonesia Terpadu, PT. Ctra Adtya Bakt,
bak tu secara kesengajaan ataupun tdak. Tanggung jawab secara sempt yatu kepercayaan seseorang yang damanatkan kepada orang lan yang harus dlakukan. Tanggung jawab juga dartkan sebaga usaha dar seseorang untuk melakukan amanat secara cermat dan telt.13
Tanggung jawab hukum adalah keterkatan, artnya tanggung jawab tu karena adanya hubungan hukum dantara para phak. Hubungan hukum n adalah hubungan antara hak dan kewajban phak yang satu dengan lannya.14 Apabla dkaj lebh dalam,
tanggung jawab merupakan beban yang wajb dpenuh sebaga akbat dar perbuatan yang dlakukan. Dalam hal n klen sebaga phak yang menerma jasa dar anjak putang menjual barang secara kredt jangka pendek kepada customer, sedangkan
customer mempunya kewajban
untuk membayar utang jangka pendek tersebut.
Dsn kewajban bag
klen karena telah menerma dan memanfaatkan jasa anjak putang tersebut adalah membayar baya anjak putang, yang terdr dar baya penggunaan jasa untuk mengelola pembukuan penjualan dar transaks penjualan, serta baya karena klen memperoleh pembayaan dana tuna
dar lembaga anjak putang. Apabla
customer tdak mengaku kebenaran
putang dan jumlah putang yang dmlk oleh klen, atau customer
mengalam kebangkrutan sehngga tdak dapat melunas taghan, maka phak klen harus membayar kepada perusahaan factor nla putang yang djualnya tersebut.16
Dalam hal mengetahu bagamana tanggung jawab klen apabla customer
tdak dapat memenuh kewajbannya kepada perusahaan factor adalah tergantung dar jens perjanjan yang dsepakat oleh para phak (klen dan perusahaan factor). Terdapat dua jens perjanjan anjak putang yatu with recourse dan without recourse. With recourse adalah perjanjan apabla
perusahaan factor tdak mendapatkan taghannya dar customer, maka
klen selaku penjual putang tetap bertanggung jawab untuk melunas taghan tersebut.17 Sedangkan Without
Recourse merupakan perjanjan apabla terjad kegagalan dalam hal penaghan putang kepada customer,
tu merupakan tanggung jawab dar phak perusahaan factor sendr.18
Apabla dalam perjanjan tersebut segala sesuatunya telah datur dan dsepakat, termasuk kesepakatan tentang jens anjak putang yang
13 M.Yatmn Abdullah, 2006, Pengantar Stud
Etika, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 271.
14 R. Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum,
Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 269
15 Khotbul Umam, 2010, Hukum Lembaga
Pembiayaan : Hak dan Kewajiban Nasabah Pengguna Jasa Lembaga Pembiayaan,
Pustaka Yustsa, Yogyakarta, hlm. 31.
16 Sunaryo, Op.cit, hlm. 91. 17 Mranda Nashn, Op.cit, hlm. 63. 18 Ibid, hlm. 64.
dplh dengan konsekwens sapa yang memkul rsko dalam hal gagalnya penaghan putang dagang atau phak
customer tdak dapat memenuh
kewajbannya, maka perjanjan yang dsepakat tu mengkat para phak sepert halnya undang-undang. Perjanjan anjak putang memang tdak secara tegas dan khusus datur dalam KUHPerdata, namun dalam Pasal 1320 KUHPerdata djelasakan tentang syarat sahnya suatu perjanjan. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata juga menjelaskan semua perjanjan yang dbuat secara sah berlaku sebaga undang-undang bag mereka yang membuatnya.
Jens perjanjan anjak putang yang djelaskan datas sudah menjad konsekwens hukum dar mengkatnya suatu perjanjan anjak putang bag para phak apabla sudah dbuat secara sah menurut hukum dengan dasar ketentuan Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata. Berdasarkan pemaparan datas dalam hal perjanjan anjak putang tersebut, maka tanggung jawab phak klen sudah jelas ddasarkan pada perjanjan (perkatan) yang telah dsepakatnya oleh perusahaan factor. Apabla yang dsepakat jens perjanjan anjak putang dengan with recourse maka
phak klen yang bertanggung jawab apabla tdak terbayarnya putang oleh customer kepada perusahaan factor. Sebalknya apabla yang dsepakat jens perjanjan anjak putang dengan
without recourse maka perusahaan
factor yang menerma rsko tdak
terbayarnya putang oleh customer.
IV. PENUTUP 4.1. Simpulan
1. Pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor
tanpa sepengetahuan customer dalam peraturan perundang-undangan tdak datur secara khusus ketentuan yang mengatur tentang pengalhan putang dalam perjanjan anjak putang. Akan tetap dalam KUHPerdata terdapat ketentuan pengalhan putang dalam Pasal 613 yatu pengalhan putang baru mengkat debtur apabla pengalhan putang tersebut dbertahukan kepada debtur dsetuju dan daku olehnya secara tertuls. Jad customer hanya dapat
terkat untuk memenuh
kewajbannya apabla drnya telah mengetahu dan menyetuju adanya pengalhan putang dar klen kepada perusahaan
factor. Namun apabla customer
tdak mengetahu adanya pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor, maka
customer tdak berkewajban
untuk memenuh taghan secara langsung kepada perusahaan
factor selaku klen baru.
2. Tanggung jawab klen apabla
customer tdak memenuh
kewajbannya kepada perusahaan
jens perjanjan anjak putang yang telah dsepakat. Apabla jens perjanjan anjak putang yang dsepakat adalah with recourse maka dsn klen
selaku penjual putang tetap
bertanggung jawab untuk
melunas utang customer kepada
perusahaan factor apabla terjad kegagalan dalam hal penaghan putang. Sebalknya, apabla jens perjanjan anjak putang yang dsepakat adalah without recourse maka perusahaan factor
yang menanggung seluruh rsko tdak tertaghnya putang.
4.2. Saran
1. Sebaknya dalam proses
pengalhan putang dalam
kegatan anjak putang
wajb dbertahukan kepada
customer, dsetuju dan daku
oleh customer secara tertuls, sehngga pengalhan putang dar klen kepada perusahaan factor
tu mengkat phak customer.
2. Dengan belum adanya
ketentuan yang mengatur tentang pengalhan putang dalam kegatan anjak putang, maka perlu kranya dbuatkan suatu ketentuan khusus yang secara rnc mengatur tentang pengalhan putang tersebut. Hal n cukup pentng mengngat perlu adanya suatu kepastan hukum terutama mengena pengalhan putang serta untuk
memberkan perlndungan
hukum bag para phak yatu klen, customer dan perusahaan factor.
DAFTAR PUSTAKA Buku
Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum
Indonesia Terpadu, PT. Ctra
Adtya Bakt, Bandung.
Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi
Penelitian Hukum, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Khotbul Umam, 2010, Hukum
Lembaga Pembiayaan : Hak dan Kewajiban Nasabah Pengguna Jasa Lembaga Pembiayaan,
Pustaka Yustsa, Yogyakarta. Mranda Nashn, 2012, Segala Hal
Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan, Buku Pntar,
Yogyakarta.
Mukt Fajar dan Yulanto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian
Hukum Normatif dan Empiris,
PT Pustaka Pelajar, Yogyakarta. M.Yatmn Abdullah, 2006, Pengantar
Studi Etika, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Rnus Pantouw, 2006, Hak Tagih Factor Atas Piutang Dagang,
Kencana Prenanda Meda Group, Jakarta
Subekt, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta.
Sunaryo, 2009, Hukum Lembaga
Pembiayaan, Sinar Grafika,
Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Syarn Nahasy, 2007, Hukum Bisnis (Business Law), Mda Pustaka,
Yogyakarta.
Peraturan Perundang Undangan :
Ktab Undang-Undang Hukum
Perdata.
Peraturan Presden Repulk Indonesa No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembayaan.
Peraturan Menter Keuangan No.
84/PMK.012/2006 tentang