• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai Tahun 2016"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

73

LAMPIRAN 1

KUESIONER FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA SISWI SMP

NEGERI 1 SEI RAMPAH TAHUN 2016 A. IDENTITAS RESPONDEN

a. Apakah anda sudah mengalami menstruasi ?

b. Jika iya pada umur berapa Anda mengalami menstruasi pertama : ... tahun

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

DAFTAR PUSTAKA

Aishah, S. 2011. Hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche pada Siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyah Medan Tahun 2011. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Alison TS, MD., Jules EH, MD. 2013. Breast Cancer Risk Factors. Medscape Journal. Diakses pada 15 Februari 2016.

Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Amalia, K. 2010. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMPN 155 Jakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Amaliah, N. 2012. Status Tinggi Badan Pendek Beresiko Terhadap Keterlambatan Usia Menarche Pada Perempuan Remaja Usia 10 – 15 Tahun. Penelitian Gizi Makan 2012.

Amanda, RF. 2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 Dan 2 Medan Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Andrew EG, MD. 2013. Ovarian Cancer. Medscape Journal. Diakses pada 16 Februari 2016.

Brown, EJ. 2005. Nutrition Throught the Life Cycle : Second Edition. Thomson Wadswot. USA.

Bustan, MN. 2007. Epidemilogi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.

Candra, B. 2008. Metodologi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Chiang, J.W. 2008. Premaligmant Lesions of the Endometrium. Stanford University School of Medicine. Available from http://www.emedicine.medscape.com/

(39)

69

Fidrin, ES. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Pada Siswi SMP Negeri 3 Sumbul Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Guyton, AC., Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisilogi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hawari, D.2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. FK. UI. Jakarta.

(40)

Joel MD. 2011. Girls are Reaching Puberty Earlier Than Ever. Available From : http://www.diseaseproof.com/choldren-girls-are-reaching-puberty-earlier-than-ever.html. Diakses pada 19 Februari 2016.

Karapanou, O., Anatasios, P. 2010. Determinants of menarche. Reproductive Biology and Endocrinology. Http:www.rb&e.com. http://www.ncbi.nml.nih.go/pmc/articles/PMC2958977/ (Diakses 25 Februari 2016).

Kementrian Kesehatan RI , 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Khomson, A. dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Depok, Jakarta.

Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika. Jakarta.

Lameshow, S., David W., Hosmer Jr., Janelle K. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Lestari, TW., Elisa U., Suparmi. 2014. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi

Berbasis Kompetensi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Luigi, F Rigon, dkk. 2010. Update on Age at Menarche in Italy. Toward the Leveling Off the Seculat Trend. Journal of Adolescent Health . Italia. Lusiana, SA., Dwirani, CM. 2007. Usia Menarche, Konsumsi Pangan, dan

Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan.

Manuaba, IBG. dkk. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. CV Trans Info Media. Jakarta Timur.

. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

(41)

Al-71

Proverawati A., Maisaroh. 2009. Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna. PT. Nuha Medika. Yogyakarta.

Putri, AK. 2009. Hubungan Antara Status Gizi, Status Menarche Ibu, Media Massa dan Aktivitas Olahraga Dengan Status Menarche Siswi Islam Al-Azhar Rawamangun Jakarta Timurtahun 2009. Skripsi FKM UI. Ramaiah. 2006. Gangguan Menstruasi. Digiosa Media. Yogyakarta.

Rokade, SA., Mane AK. 2009. A Study Of Age Menarche, The Secular Trend And Factors Associated With It. The Internet Journal Of Biological Antropology Volume 3 Number 2.

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Erlangga. Jakarta.

Saragih, ID. 2014. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Di SD Harapan 3 Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Sharkey, B.J.2003. Kebugaran dan Kesehatan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta

Saryono. 2008. Biokimia Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika. Jakarta.

Silvana, S. 2008. Pemodelan Usia Menarche Dengan Regresi Logistik Ordinal dan Metode CHAID Pada Siswi SMP di Kota Depok. Tesis Institut Pertanian Bogor

Siti, NM. 2013. Menopause. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sri, Kusuma, dkk. 2010. Anatomi dan Fisiogi Terapan dalam Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Suparisida, IDN. 2008. Penilaian Status Nutrisi. EGC. Jakarta.

(42)

Warita P. 2009. Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri di SMP Syafiatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. Skripsi Universitas Sumaeta Utara.

Widyastuti, Y., Anita, R., Yuliasti, EP. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional, yang mengukur variabel dependen dan independen secara bersamaan (Candra,B. 2008).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sei Rampah yang berada di Jalan Stasiun Kampung Keling Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai. Alasan memilih lokasi tersebut karena belum pernah dilakukan penelitian tentang menarche di sekolah tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Juni 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah , dari kelas VII – VIII yang telah mengalami menstruasi.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah yang yang berada pada kelas VII dan VIII sudah mengalami menstruasi.

(44)

n= Dimana :

n : Besar sampel minimal

Z1-α/2 : Nilai baku distribusi normal pada tingkat kemaknaan α = 0,05, sehingga Z1-α/2 = 1,96

Z1-β/2 : Nilai Z pada kekuatan uji β 80 %, maka Z1-β = 0,842 Po : Proporsi siswi menarche di populasi (0,5)

Pa : Perkiraan proporsi siswi menarche pada populasi yang diteliti yaitu 0,63 Pa– Po : selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi sebesar 0,13

Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas, maka :

n=

=

= 114 siswi

Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka didapatkan sampel penelitian sebanyak 114 responden.

(45)

30

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi responden

2. Siswi yang telah mengalami menstruasi 3. Siswi yang ibu kandungnya masih hidup 3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

(46)

umur menarche ibu, aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara sedangkan untuk pola makan siswi dilakukan melalui proses wawancara dengan menggunakan formulir food frequency.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sekolah tempat dilakukannya penelitian yaitu dari daftar nama siswi kelas VII dan VIII di SMP Negeri 1 Sei Rampah.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah : a. Kuesioner, yang berisi data karakteristik siswi dan pertanyaan tentang umur

menarche, umur menarche ibu, status gizi, pola makan dan aktivitas fisik. b. Timbangan analog dan meteran.

c. Tabel Frekuensi Makanan. 3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan komputer melalui tahapan editing, coding, dan entry data. Jenis analisis data yang dilakukan adalah :

3.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

(47)

32

terikat umur menarche, dengan menghitung ratio prevalence (umur menarche ibu, status gizi, aktivitas fisik, pola makan). Untuk mengetahui kemaknaan dilakukan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Pengukuran ratio prevalence dengan menggunakan rumus : RP = A / (A+B) : C / (C+D)

Keterangan :

A : Subjek dengan faktor resiko yang mengalami menarche dini B : Subjek dengan faktor resiko yang tidak mengalami menarche dini C : Subjek tanpa resiko yang mengalami menarche dini

D : Subjek tanpa faktor resiko yang tidak mengalami menarche dini

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

3.7 Definisi Operasional

3.7.1 Menarche adalah haid atau menstruasi yang pertama kali.

3.7.2 Umur rata-rata menarche adalah rata-rata umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016

3.7.3 Umur menarche adalah umur pertama menstruasi dari siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016, melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, yang dapat dikategorikan sebagai (Wiknjosastro, 2008) :

1. Dini : < 12 tahun 2. Normal : ≥ 12 tahun

(48)

2016, dengan wawancara menggunakan tabel frekuensi makan, dengan kategori (Saragih, 2014).

1. Buruk : Bila skor yang diperoleh ≥ 72 2. Baik : Bila skor yang diperoleh < 72 Pemberian Skor dilakukan dengan cara : - Frekuensi makan ≥ 1 kali/hari diberi skor 3 - Frekuensi makan 1 – 5 kali/minggu diberi skor 2 - Frekuensi makan ≤ 2 kali/bulan diberi skor 1 - Frekuensi makan tidak pernah diberi skor 0

3.7.5 Status gizi adalah keadaan gizi individu pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2), dapat dikategorikan atas (Almatsier, 2010) :

1. Kurus bila IMT ≤18,5 kg/m2 2. Normal bila IMT 18,6 - 25,0 kg/m2 3. Obesitas bila IMT >25,0 kg/m2.

Untuk analisa statistik, maka status gizi dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Obesitas bila IMT > 25 kg/m2 2. Tidak obesitas bila IMT ≤ 25 kg/m2

(49)

34

3.7.8 Umur menarche ibu adalah umur pertama menstruasi ibu yang masih hidup dari siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016, yang dapat dikategorikan sebagai :

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah. SMP Negeri 1 Sei Rampah awalnya adalah SMP Swasta Sei Rampah yang berdiri tahun 1955 berlokasi di jalan Stasiun Kampung Keling Kec. Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P.D dan K No. 105/SK/B/III/65-66, tanggal 29 Februari 1966. 1 Januari 1966 SMP Swasta Sei Rampah di negerikan menjadi SMP Negeri 1 Sei Rampah.

SMP Negeri 1 Sei Rampah merupakan sebuah sekolah yang bergerak di bidang pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. SMP Negeri 1 Sei Rampah berstatus sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Pada Tahun 2015-2016 Jumlah siswi kelas VII dan VIII yang berjumlah 414 orang, yang terdiri dari siswi kelas VII sebanyak 206 orang dan kelas VIII sebanyak 208 orang.

(51)

36

4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Umur Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan umur pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Pada Siswi

SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Umur Siswi Frekuensi Proporsi (%)

11 3 2,6

12 20 17,5

13 55 48,2

14 36 31,7

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada kelompok umur 13 tahun yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), umur 14 tahun sebanyak 36 orang (31,7%), umur 12 tahun sebanyak 20 orang (17,5%), dan paling sedikit pada kelompok umur 11 tahun sebanyak 3 orang (2,6%).

4.2.2 Suku

Distribusi proporsi responden berdasarkan suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Suku Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

(52)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada suku jawa yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), Batak sebanyak 32 orang (28,1%), melayu dan padang sebanyak 10 orang (8,8%), dan paling sedikit pada suku Banjar sebanyak 7 orang (6,1%).

4.2.3 Umur Menarche Siswi

Penelitian yang dilakukan terhadap 114 siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, diperoleh proporsi umur menarche. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Umur Menarche Frekuensi Proporsi (%)

10 5 4,4

11 32 28,1

12 47 41,2

13 30 26,3

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur menarche di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada kelompok umur 12 tahun yaitu sebanyak 47 orang (41,2%), umur 11 tahun sebanyak 32 orang (28,1%), umur 13 tahun sebanyak 30 orang (26,3%), dan paling sedikit pada kelompok umur 10 tahun sebanyak 5 orang (4,4%).

(53)

38

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur menarche setelah dikategorikan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada umur menarche normal yaitu sebanyak 77 orang (67,5%), dan paling sedikit pada umur menarche dini sebanyak 37 orang (32,5%).

4.2.4 Umur Rata-Rata Menarche

Tabel 4.5 Rata – Rata Umur Menarche siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Variabel Min Max Mean

Umur Menarche 10 13 11,89

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan program komputer, maka didapat rata-rata umur menarche siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 11,89 tahun dengan umur terendah 10 tahun dan umur tertinggi 13 tahun. 4.2.5 Pola Makan Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan pola makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pola Makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Pola makan Frekuensi Proporsi (%)

Buruk 75 65,8

Baik 39 34,2

Jumlah 114 100,0

(54)

4.2.6 Status Gizi Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan status gizi di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Status Gizi Frekuensi Proporsi (%)

Obesitas 14 12,3

Tidak Obesitas 100 87,7

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada status gizi tidak obesitas yaitu sebanyak 100 orang (87,7%), dan yang paling sedikit pada status gizi obesitas yaitu 14 orang (12,3%).

4.2.7 Aktifitas Fisik Siswi

Distribusi proporsi responden berdasarkan aktifitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan aktivitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Aktivitas fisik Frekuensi Proporsi (%)

Tidak Cukup 40 35,1

Cukup 74 64,9

Jumlah 114 100,0

(55)

40

4.2.8 Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Umur Menarche Ibu

Distribusi proporsi responden berdasarkan umur menarche ibu di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Ibu

Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 setelah dikategorikan

Umur Menarche Frekuensi Proporsi (%)

Dini 23 20,2

Normal 91 79,8

Jumlah 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan umur Menarche ibu pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 setelah dikategorikan, paling banyak pada kelompok umur normal yaitu 91 orang (79,8%), dan paling sedikit pada kelompok umur dini yaitu 23 orang (20,2%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche

Hubungan pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.10

4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

(56)

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai pola makan buruk sebanyak 30 orang

(40,0%), sedangkan siswi yang mempunyai pola makan baik sebanyak 7 orang (17,9%). Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang mempunyai pola makan buruk sebanyak 45 orang (60,0%), sedangkan pada siswi yang mempunyai pola makan baik sebanyak 32 orang (82,1%).

RP siswi yang mempunyai pola makan buruk dibandingkan dengan siswi yang mempunyai pola makan baik terhadap umur menarche adalah 2,229 dengan 95 % CI (1,087-4,606), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1,artinya pola makan buruk merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,017. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

4.3.2 Hubungan Status Gizi dengan Umur Menarche

Hubungan status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.11

4.11 Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

(57)

42

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui hubungan status gizi dengan

umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 yang menunjukkan pada status gizi obes 64,3% mengalami menarche dini dan 35,7% pada umur menarche normal. Pada status gizi tidak obes 28,0% mengalami menarche pada umur dini sedangkan 72% pada umur normal.

RP siswi dengan status gizi obesitas dibandingkan dengan siswi berstatus gizi tidak obesitas dihubungkan dengan kejadian menarche pada siswi adalah 2,296 dengan 95 % CI (1,391-3,790), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1, artinya status gizi obes merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini

(58)

4.3.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche

Hubungan aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.12

4.12 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Aktivisik

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi dengan siswi dengan aktivitas fisik tidak cukup

sebanyak 20 orang (50,0%), sedangkan aktivitas fisik cukup sebanyak 17 orang (23,0%). Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi dengan aktivitas fisik tidak cukup sebanyak 20 orang (50,0%), sedangkan pada siswi dengan aktivitas fisik cukup sebanyak 57 orang (77,0%).

(59)

44

aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

4.3.4 Hubungan Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche

Hubungan Umur Menarche Ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.13

4.13 Tabulasi Silang Hubungan Umur Menarche Ibu Dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Umur

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini

sebanyak 18 orang (78,3%), sedangkan siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal sebanyak 19 orang (20,9%). Prevalens rate kejadian menarche

normal pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini sebanyak 5 orang (21,7 %), sedangkan pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal sebanyak 72 orang (79,1%).

(60)

kepercayaan mencakup 1 artinya ibu dengan umur menarche dini merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

(61)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Proporsi Umur Responden

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Responden Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.1 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan umur pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada kelompok umur 13 tahun yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), umur 14 tahun sebanyak 36 orang (31,7%), umur 12 tahun sebanyak 20 orang (17,5%), dan paling sedikit pada kelompok umur 11 tahun sebanyak 3 orang (2,6%).

(62)

5.1.2 Proporsi Suku

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Suku Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada suku jawa yaitu sebanyak 55 orang (48,2%), Batak sebanyak 32 orang (28,1%), melayu dan padang sebanyak 10 orang (8,8%), dan paling sedikit pada suku Banjar sebanyak 7 orang (6,1%).

(63)

48

5.1.3 Proporsi Umur Menarche

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.3 diatas dapat dilihat bahwa adanya variasi distribusi umur menarche pada siswi SMP Negeri 1Sei Rampah tahun 2016. Proporsi yang terbesar pada umur 12 tahun sebesar 41,2% dan proporsi terendah pada umur 10 tahun sebesar 4,4%.

Awal pubertas seorang remaja ditandai oleh menarche. Menarche merupakan menstruasi pertama sekali yang dialami oleh seorang remaja. Umur menarche pada remaja rata – rata terjadi pada umur12 tahun. Namun, dewasa ini banyak remaja putri yang mengalami menarche dini < 12 tahun, menarche nornal ≥ 12 tahun (Wiknjosastro, 2008).

(64)

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Maka dipandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut, terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial.

Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab.

(65)

50

5.1.4 Proporsi Umur Menarche Setelah Dikategorikan

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Menarche Setelah Dikategorikan Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi kejadian menarche normal pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 67,5%, sedangkan kejadian menarche dini adalah 32,5%.

Semakin dini seorang remaja mendapatkan menarche, maka faktor resiko untuk mengalami penyakit keganasan seperti kanker payudara, kanker serviks, mioma uteri, dan kista ovarium akan semakin tinggi (Proverawati, 2009). Umur menarche yang semakin dini memungkinkan remaja putri lebih cepat mengalami

(66)

5.1.5 Umur Rata-Rata Menarche

Gambar 5.5 Diagram Bar Umur Rata-rata Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.5 didapat bahwa rata-rata umur menarche siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 11,89 tahun dengan umur terendah 10 tahun sebanyak 5 orang (4,4%), dan umur tertinggi 13 tahun sebanyak 30 orang (26,3%). Penelitian yang dilakukan Amanda (2014), menunjukkan rata – rata umur menarche siswi SMP Harapan 1 dan 2 Medan adalah 11,11 ± 0,80 tahun, dengan distribusi kejadian menarche dini sebanyak 79 orang (60,3%), dan distribusi proporsi menarche normal sebanyak 52 orang (39,7%).

(67)

52

didalam tubuh yang merupakan ciri biologi dan kematangan seksual (Santrock,2002).

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi umur menarche seorang remaja, antara lain faktor genetik, psikologis , status gizi, pola makan, dan aktifitas fisik. Peristiwa menarche dini merupakan faktor resiko dari beberapa penyakit keganasan, diantaranya kanker payudara, kanker ovarium, mioma uteri ( proverawati, 2009).

5.1.6 Proporsi Berdasarkan Pola Makan

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.6 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan pola makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, pada pola makan buruk adalah 65,8%, dan paling sedikit pola makan baik adalah 34,2%.

(68)

memilih makanan yang bergizi dan berguna bagi tubuh. Selain itu, sekolah memiliki fasilitas pelayanan kantin sekolah.

Secara fisik, kantin sekolah hanya berupa ruangan kecil yang berfungsi

sebagai penyedia makanan pilihan yang diizinkan oleh sekolah. Disinilah peran

sekolah dalam mengatur dan memanajemen kantin sehingga kantin sekolah tidak

hanya sebatas fisik saja. Keberadaan kantin di sekolah, tidak hanya sekedar

untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum warga sekolah semata, namun

juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik warga sekolah tentang

kesehatan, dan kebersihan.

Kebanyakan pola konsumsi makan seorang remaja lebih suka pada makanan yang cepat saji, makanan yang mengandung lemak seperti gorengan, bakso, coklat, bersantan, dan minuman yang bersoda. Frekuensi dari pola makan seseorang adalah adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Frekuensi makan, terkait dengan variasi makanan diperkirakan dapat mengurangi resiko terhadap penyakit. Namun, pola makan yang buruk bagi seorang remaja menjadi faktor resiko terjadinya menarche dini.

(69)

54

massa seprti televisi perlu diawasi oleh pemerintah. Anak – anak memiliki kemampuan kognitif yang terbatas dan sangat mudah berpikir bahwa makanan dan minuman yang berada di iklan adalah makanan dan minuman sehat.

Tanpa regulasi pemerintah dan intervensi dari orang tua, anak – anak akan tetap salah paham terhadap pemahamannya yang dapat berakibat terbentuknya pola makan yang salah. Anak – anak sering membawa kebiasaan pola makan yang tidak sehat hingga dewasa tanpa memikirkan risiko terhadap berkembangnya komplikasi penyakit dan gangguan kesehatan.

5.1.7 Proporsi Berdasarkan Status Gizi

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

(70)

status gizi tidak obes adalah 87,7%, dan yang paling sedikit yaitu status gizi obes adalah 12,3 %.

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat – zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi 3 kategorik : status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2010).

(71)

56

5.1.8 Proporsi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Grafik 5.8 di atas dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan aktivitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, paling banyak pada aktivitas fisik tidak cukup adalah 64,9%, dan paling sedikit pada aktivitas fisik cukup adalah 35,1%.

Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot – otot rangka sebagai salah satu pengeluaran tenaga meliputi pekerjaan , waktu senggang, dan aktivitas sehari – haari. Aktifitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang, dan berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan jika dilakukan secara teratur (Sharkey, 2003).

(72)

produksi hormon esterogen, sehingga menghambat kematangan endometrium (manuaba, 2010).

5.1.9 Proporsi Berdasarkan Umur Menarche Ibu

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Ibu Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.9 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan umur Menarche ibu pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 paling banyak pada kelompok umur menarche normal adalah 79,8%, dan paling sedikit pada kelompok umur menarche dini 20,2%.

(73)

58

(2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan umur menarche ibu (umur menstruasi pertama ibu) dengan umur menarche pada anak.

Umur menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor keturunan (genetik). Pengaruh faktor genetik pada umur menarche dibuktikan dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa umur menarche ibu dapat memprediksi umur menarche pada anak perempuannya (Karapanou, 2010). 5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche

Gambar 5.10 Diagram Bar Hubungan Pola Makan dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

(74)

RP siswi yang mempunyai pola makan buruk dibandingkan dengan siswi yang mempunyai pola makan baik terhadap umur menarche adalah 2,229 dengan 95 % CI (1,087-4,606), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1,artinya pola makan buruk merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,017. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

Kualitas asupan makanan mempengaruhi umur menarche. Hormon leptin adalah hormon yang berhubungan menimbulkan rasa kenyang dihasilkan oleh sel lemak yang mungkin dapat menjadi penghubung antara berat badan dan pubertas. Lemak tubuh merupakan determinan yang penting dalam sistem reproduksi karena lemak tubuh berhubungan dengan produksi hormon estrogen.

(75)

60

Penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2014), terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian menarche pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 dengan p= 0,042.

5.2.2 Hubungan Status Gizi dengan Umur Menarche

Gambar 5.11 Diagram Bar Hubungan Status Gizi dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

(76)

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,007. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

RP siswi dengan status gizi obes dibandingkan dengan siswi berstatus gizi tidak obes dihubungkan dengan kejadian menarche pada siswi adalah 2,296 dengan 95 % CI (1,391-3,790), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup angka 1, artinya status gizi obes merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini

Hal ini sesuai dengan penelitian Sylvia (2012) pada remaja putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung dengan desain penelitian cross sectional dan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p yang didapatkan adalah 0,001. Hal ini berarti p < 0,05, maka ini menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna yang signifikan antara status gizi dengan umur menarche.

Hasil penelitian Amanda (2014) pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan, dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan umur menarche.

(77)

62

memiliki status gizi kurang, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa yang mereka punya menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda. Mereka yang memiliki status gizi lebih atau diatas normal akan mendapat menarche di umur yang cepat, sedangkan mereka yang memiliki status gizi kurang atau dibawah normal mengalami menarche di umur yang lebih lambat. Lalu, mereka dengan status gizi yang normal mengalami menarche di umur yang juga normal.

5.2.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche

Gambar 5.12 Diagram Bar Hubungan Aktifitas Fisik dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016

(78)

RP siswi dengan aktivitas fisik cukup dibandingkan dengan siswi dengan aktivitas fisik tidak cukup terhadap umur menarche adalah 2,176 dengan 95 % CI (1,294-3,660), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayan mencakup angka 1, artinya aktifitas fisik tidak cukup merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,003. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna

antara aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fidrin (2014), yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan umur menarche (p = 0,65).

(79)

64

Berdasarkan gambar 5.13 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi menarche dini terjadi pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini yaitu 78,3%, dan terendah pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal yaitu 20,9%. Proporsi tertinggi menarche normal terjadi pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal yaitu 79,1% dan terendah pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini 21,7%.

RP Ibu yang mempunyai umur menarche dini dibandingkan dengan Ibu yang mempunyai umur menarche normal terhadap umur menarche siswi adalah 3,478 dengan 95 % CI (2,380-5,904), karena nilai rasio prevalens >1 dan interval kepercayaan mencakup 1 artinya ibu dengan umur menarche dini merupakan faktor resiko untuk terjadinya menarche dini.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,0001. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara umur menarche ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

(80)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dengan judul Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Umur Menarche Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah :

1. Distribusi umur responden pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada umur 13 tahun.

2. Distribusi proporsi Suku pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada suku jawa.

3. Distribusi proporsi umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada umur menarche normal.

4. Umur rata – rata menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 adalah 11,89 tahun dengan umur terendah 10 tahun dan umur tertinggi 13 tahun.

5. Distribusi proporsi pola makan siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 tertinggi pada pola makan buruk.

6. Distribusi proporsi status gizi siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016, tertinggi pada status gizi tidak obes.

(81)

66

9. Terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

10. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

11. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

12. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur menarche ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016.

6.2 Saran

Saran pada penelitian ini adalah :

1. Diharapkan kepada siswi yang mengalami menarche dini untuk menerapkan pola makan gizi seimbang salah satunya dengan cara lebih banyak mengkonsumsi protein nabati seperti tahu tempe dibandingkan dengan protein hewani, serta mengurangi makanan sumber lemak seperti ayam goreng cepat saji, KFC, bakso, coklat, dan makanan gorengan. 2. Diharapkan kepada siswi untuk melakukan olahraga secara teratur agar

memiliki indeks massa tubuh ideal sehingga tidak memperbesar faktor resiko untuk menderita penyakit keganasan setelah mengalami menarche dini.

(82)

penyakit kanker payudara, kanker ovarium, mioma uteri, dan menopause bisa diperkecil.

4. Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat memberikan penyuluhan kepada siswi tentang masalah kesehatan reproduksi khususnya tentang menstruasi, membuat kantin sekolah sehat.

(83)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pubertas

Pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan, yang terjadi karena adanya aktivasi hormon gonadotropin pada hipofisis, dan juga hormon steroid terkait seks, yang menimbulkan perubahan dan karakteristik seksual pada manusia, secara primer dan sekunder. Secara klinis, pubertas dimulai dengan timbulnya ciri – ciri kelamin sekunder dan berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pada perempuan, pubertas terjadi kira – kira pada umur 8 – 14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun (Lestari, TW. dkk. 2014).

Kejadian yang penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri – ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis. Pubertas pada wanita dimulai dengan awal berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi mantap dan teratur. Dengan demikian, puberstas dapat diartikan sebagai tahap ketika seorang remaja, memasuki masa kematangan seksual dan ketika organ reproduksi mulai berfungsi (Widyastuti, Y. dkk. 2009).

Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-ciri

kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia, pertumbuhan fisik dan

perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini dirangsang oleh peningkatan

FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu kepekaan reseptor LH sehingga

terjadi peningkatan LH yang mempercepat perkembangan folikel yang menghasilkan

(84)

2.2 Menstruasi

2.2.1 Defenisi Menstruasi

Menstruasi merupakan siklus yang kompleks meliputi psikologis, pancaindra, korteks serebri, hipofisis (ovarial aksis), dan endorgan (uterus-endometrium,dan alat seks sekunder). (Manuaba, Ida.dkk. 2009). Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan yang terjadi secara periodik kecuali pada saat kehamilan (Proverawati A, Maisaroh. 2009).

Menstruasi pertama sekali yang dialami seorang remaja putri disebut menarche yang terjadi rata – rata pada usia 12 tahun. Namun dewasa ini banyak dari remaja putri yang mengalami menarche dini (<12 tahun) dan ada juga yang mengalami keterlambatan usia menarche (>14 tahun) yang disebabkan oleh berbagai faktor (Norwitz E, Jhon Schorge. 2008).

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

Faktor – faktor yang memegang peranan penting dalam proses terjadinya menstruasi, (Kusmiran E. 2011) yaitu :

a. Faktor hormonal

Proses terjadinya menstruasi pada seorang wanita dipengaruhi oleh empat hormon, antara lain : Follice Stimulating Hormone (FSH) dan Luteneizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, hormon estrogen dan progesteron

(85)

8

b. Faktor enzim

Enzim hidrolik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

c. Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri – arteri, vena – vena dan hubungan diantara keduanya.

d. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan menstruasi. 2.2.3 Fisiologi menstruasi

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikelurkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel – folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun perkembangannya dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang dan menghasilkan estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.

(86)

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentulkah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (leutropic hormones, suatu hormon gonadotrofik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium (Saryono. 2008).

2.2.4 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah lamanya atau jarak waktu mulainya menstruasi sampai ke menstruasi selanjutnya. Panjang siklus haid yang normal ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup beragam antara 21 – 35 hari. Lama menstruasi setiap wanita cenderung bervariasi namun biasanya antara 3 – 7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 25 – 60 cc/ siklus, dimulai dengan perdarahan sedikit diikuti hari kedua dan ketiga banyak , selanjutnya sedikit dan berhenti (Manuaba, Ida.dkk 2010).

(87)

10

Siklus utama menstruasi dibedakan dalam 4 tahap (Syaifuddin. 2009), yaitu :

a. Stadium menstruasi atau desquamasi

Pada masa ini, endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan , hanya lapisan tipis yang tertinggal disebut stratum basale . stadium ini berlangsung selama 2 – 8 hari. Pada stadium ini yang keluar berupa darah dan potongan – potongan endometrium, serta lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku oleh karena adanya fermen (bikatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan – potongan mukosa. Banyaknya perdarahan selama haid ± 50 cc.

b. Stadium post menstruum atau stadium regenerasi

Luka yang terjadi karena endometrium terlepas berangsur – angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yangberasal dari sel epitel kelenjar endometrium. Pada masa ini, tebal endometrium ± 0,5 mm. Stadium ini berlangsung selama 4 hari.

c. Stadium inter menstruum atau proliferasi

Pada stadium ini endometrium tumbuh dan mempunyai ketebalan ± 3,5 mm kelenjar – lelenjarnya tumbuh lebih ceppat daripada jaringan yang lain. Stadium ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 haid pertama.

d. Stadium pra menstruum

(88)

sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini dilakukan untuk mempersiapkan endometrium dalam menerima sel telur.

Lapisan endpmetrium dapat terlihat yaitu lapisan atas yang padat (strarum kompaktum) yang hanya dapat ditembus oleh saluran – saluran keluar dari kelenjar. Lapisan startum stratum songeosum memiliki banyak lubang – lubang karena terdapat rongga dari kelenjar, sedangkan lapisan bawah disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14 – 28 hari. Jika tidak terjadi kehamilan, maka endometrium dilepas kembali dan perdarahan berulang (siklus berulang kembali).

2.3 Menarche

2.3.1 Definisi Menarche

Menarche adalah menstruasi pertama yang berlangsung sekitar umur

10-11 tahun. Rangsangan pancaindra diblok pubertas inhibitor (nukleus amigdale) melalui stria terminalis, menuju hipotalamus sehingga terhindar dari pubertas prekoks. Hormon estrogen sebelum menarche berfungsi meningkatkan kematangan alat seks sekunder (pembesaran mamae, depositas lemak sesuai pola wanita, pertumbuhan bulu, tumbuh-kembang uterus dan endometrium) ( Sri, Kusuma, dkk. 2010). Menarche merupakan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa reproduksi.

Menarche terjadi akibat peningkatan FSH (foccille stimulating hormone

(89)

12

dan proliferasi sel. Hampir semua perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Guyton AC, Hall JE. 2007). 2.3.2 Umur Menarche

Masa remaja merupakan usia diantara masa anak – anak dan dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 – 19 tahun. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama kali. Biasanya umur menarche dini < 12 tahun, dan umur menarche normal ≥ 12 tahun (Wiknjosastro, H. 2008).

Menarche mengacu kepada menstruasi pertama hanyalah merupakan salah

satu tanda pubertas. Umur menarche semakin lama semakin menurun, dimana umur rata-rata menarche adalah antara 12 sampai 13 tahun, tetapi pada sebagian kecil anak perempuan yang tampaknya normal, menarche terjadi paling cepat pada usia 10 tahun atau paling lambat di usia 16 tahun.

Menurut Bustan (2007), terjadinya menarche dini dapat menjadi suatu faktor resiko terjadinya penyakit keganasan, seperti kanker payudara Namun menurut Proverawati (2009) menarche dini tidak hanya menjadi faktor resiko penyakit kanker payudara tetapi juga sebagai faktor resiko dari kanker serviks dan mioma uteri.

(90)

dan menjadi seorang ibu di usia muda semakin besar. Hal ini berkaitan dengan budaya nikah muda di masyarakat. Selain itu menarche dini merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara dan mioma uteri (Helm, C.W. 2010).

Sebaliknya, menarche yang lambat juga berdampak terhadap lambatnya kematangan fisik, baik hormon maupun organ tubuh yang dapat menyebabkan kegagalan penimbunan mineral pada tulang dan menurunkan kepadatan mineral tulang. Akibat keadaan ini resiko osteoporosis menjadi lebih besar dikemudian hari (Chiang, J.W. 2008).

Dalam keadaan normal, menarche biasanya diawali dengan periode pematangan yang dapat memakan waktu sekitar 2 tahun. Pada awalnya, sebagian besar anak perempuan mengalami menstruasi yang tidak teratur, tetapi setelah ovarium memproduksi estrogen siklik yang adekuat menstruasi pada seorang perempuan akan lebih menjadi teratur.

2.3.3 Faktor Penyebab Kejadian Menarche

Kejadian menarche dan menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :

1. Pola Makan

(91)

14

Pola konsumsi remaja dewasa ini kaya akan makanan olahan, susu, daging olahan serta makanan cepat saji yang dapat mengganggu proses perkembangan tubuh serta menyebabkan pubertas yang lebih awal. Konsumsi junk food pada remaja berpengaruh terhadap peningkatan gizi remaja. Umumnya makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asamkorbat, kalsium, dam folat (Khomsan, 2004). Remaja putri dengan kelebihan nutrisi (kelebihan lemak dan berat badan), menarche juga terjadi lebih dini. Nutrisi mempunyai pengaruh terhadap kematangan seksual manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon terhadap Luetinizing Hormone (LH), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda – tanda seks sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi. Beberapa studi telah menemukan hubungan antara remaja yang mempunyai indeks massa tubuh yang tinggi dengan kejadian menstruasi yang lebih awal. Kelebihan lemak tubuh mengubah tingkat hormon insulin, leptin serta estrogen. Hormon leptin merupakan hormon yang dihasilkan oleh jaringan lemak sebagai penghubung antara pubertas dan berat badan. Oleh sebab itu, faktor – faktor diyakini bertanggung jawab menghubungkan obesitas sebagai penyebab percepatan umur menarche.

(92)

wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarche. Pola konsumsi remaja zaman sekarang yang banyak mengkonsumsi protein hewani dan makanan yang mengandung lemak, menjadi salah satu faktor terjadinya menarche dini.

Survey konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam pemantauan status gizi perorangan atau kelompok. Survei ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi, baik pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan. Ada beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang dapat digunakan, antara lain : metode recall 24 jam, metode estimed food records, metode penimbangan makanan, metode dietary history, dan metode frekuensi makanan. Apabila tujuan penelitian hanya untuk mengetahui kebiasaan atau pola konsumsi dari sekelompok masyarakat, maka metode frekuensi makanan yang dapat dilakukan ( Supariasa, IDN. 2008).

Pola makan seorang remaja dapat dilihat dari jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsinya. Semakin banyak seorang remaja mengkonsumsi makanan yang mengandung protein hewani, makanan berlemak, makanan cepat saji, dan minuman yang menggadung soft drink maka akan semakin cepat seorang remaja mendapatkan menarche.

(93)

16

Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, serta dukungan sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan yang sehat yang dapat diterapkan dalam jangka waktu yang lama. Peran dari lingkungan sekolah salah satunya dapat menyediakan kantin yang sehat, serta menggiatkan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan olahraga.

2. Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi 3 kategori yaitu ; status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih (Almatsier. 2010).

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami defisiensi zat – zat yang diperlukan oleh tubuh. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kesehatan semaksimal mungkin. Sedangkan status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan (Silvana S. 2008).

(94)

Nutrisi merupakan proses total yang terlibat dalam konsumsi dan penggunaan zat makanan.Penggunaan makanan meliputi cara pemakaian gizi oleh proses-proses dalam tubuh seperti pertumbuhan,penggantian jaringan yang sudah aus,pemeliharaan kegiatan dalam tubuh secara keseluruhan dan bekerja sebagai bahan bakar untuk menghasilkan panas dan energi (Varney, Helen dkk. 2007).

Masa remaja adalah suatu masa terjadinya peningkatan kebutuhan energi dan nutrien yang berarti.Remaja menjadi tanda periode siklus kehidupan yang mempunyai kebutuhan nutrisi total tertinggi dan periode pertumbuhan fisik kedua selama tahun pertama kehidupan. Nutrisi memengaruhi dan dipengaruhi oleh siklus menstruasi (Mulastin. 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Lusiana SA, dan Dwirani CM. (2007) Menarche merupakan salah satu perkembangan reproduksi dipengaruhi status

gizi. Status tinggi badan yang pendek akan mempengaruhi perkembangan reproduksinya. Remaja putri yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa sebelum pubertas (pra pubertas) dibandingkan dengan remaja yang kurang gizi. Remaja yang kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama karena itu menarche juga tertunda.

(95)

18

Status gizi tersebut dapat dikaategorikan atas :

1. Kurus Bila IMT ≤ 18,5 kg/m2

2. Normal bila IMT 18,6 – 25,0 kg/m2 3. Obes bila IMT > 25,0 kg/m2

Gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat menarche lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat

menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama. Sebaliknya, pada remaja yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan daripada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Amanda (2014) menunjukkan rata – rata umur menarche siswi SMP Harapan 1 dan 2 Medan adalah 11,11 ± 0,80 tahun, dengan distribusi kejadian menarche dini sebanyak 79 orang (60,3%), dan distribusi proporsi menarche normal sebanyak 52 orang (39,7%). Kemudian dari 131 responden paling banyak pada status gizi normal sebanyak 78 orang (59,5%), status gizi kurus dan gemuk sebanyak 14 orang (10,7%), obesitas sebanyak 13 orang (9,9%), dan status gizi kurus sekali sebanyak 12 orang (9,2%). 3. Aktivitas Fisik

(96)

Aktivitas responden yang jarang melakukan olahraga sebelum mengalami menarche mendukung analisis faktor untuk menjadikan olahraga sebagai salah

satu variabel yang dominan pada kejadian menarche dini. Olahraga yang berlebihan bisa mengakibatkan menurunkan produksi hormon estrogen, sehingga waktu untuk menstruasi bisa lambat.

Menurut WHO/FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu 24 jam dinyatakan dalam PAL (physical activity level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang

dikeluarkan dalam kkal per kilogram berat badan dalam 24 jam. Rumus yang digunakan untuk menentukan PAL yaitu : (FAO, 2001)

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level ( tingkat aktivitas fisik )

PAR : Physical Activity Ratio ( jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu )

W : alokasi waktu tiap aktivitas

Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL: a) Ringan (sedentary lifestyle) = 1.40-1.69

(97)

20

Tabel 2.1 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi Untuk Aktifitas Ringan

7. unakan kendaraaan yang dilakukan sambil duduk (naik motor,

Tabel 2.2 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi Untuk Aktifitas Sedang

(98)

Tabel 2.3 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi Untuk

5. pertanian (berkebun, menanam bunga, menyiram tanaman)

(99)

22

2.3.4 Dampak Menarche Dini

Dampak menarche dini antara lain : a. Kanker Payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bias menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah siklus menstruasi berhubungan dengan meningkatnya resiko kejadian kanker payudara. Umur menarche dini dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, karena

pada keadaan tersebut terdapat paparan hormon estrogen yang terus-menerus pada sel-sel kelenjar atau saluran kelenjar pada payudara yang akan menyebabkan pertumbuhan tidak normal pada sel-sel tersebut. Wanita yang mengalami menarche pada usia kurang dari 12 tahun resikonya 1,7 hingga 3,4 kali lebih

tinggi daripada wanita dengan menarche yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun (Hawari, D.2004).

(100)

b. Kanker Ovarium

Paritas merupakan faktor resiko penting pada kasus kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam. Resiko kanker ovarium meningkat pada wanita yang belum memiliki anak dan pada wanita yang mengalami menstruasi dini atau terlambat menopause.

Teori gonadotropin menjelaskan bahwa stimulasi terus menerus dari ovarium oleh gonadotropin lalu ditambah dengan efek lokal dari hormon endrogen mengakibatkan kenaikan permukaan epitel proliferasi dan aktivitas mitos berikutnya. Dengan demikian kemungkinan kanker ovarium berhubungan dengan jumlah siklus ovulasi dan kondisi yang menekan siklus ovulasi mungkin memainkan peran protektif ( Andrew E Green, MD. 2013).

c. Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak (neoplasma) dari sel-sel otot polos rahim.Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leimioma, ataupun fibroid.

(101)

24

d. Menopause

Menarche adalah umur pertama menstruasi sebaliknya makin lambat

menarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada sekarang ini umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Siti, 2013). Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada umur 55 tahun ke atas. Salah satu yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah estroen juga dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel – sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Brown, 2007).

2.3.5 Pencegahan Menarche Dini

Menurut Joel MD (2011), ada beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah menarche dini, diantaranya :

a. Pencegahan Primer

1) Makanan yang dikonsumsi anak – anak sebaiknya mengutamakan pada makanan yang berasal dari nabati daripada makanan hewani. Hal ini akan membuat asupan protein yang masuk kedalam tubuh pada jumlah yang aman.

2) Mendorong anak – anak untuk berolahraga

(102)

dapat mengakibatkan anak – anak mengalami obesitas serta penyakit lainnya.

4) Asupan makanan pada anak – anak harus mencakup berbagai macam makanan yang berasal dari nabati alami termasuk didalamnya, sayuran hijau, jagung, wortel, tomat, bawang, jamur, kacang – kacangan, biji – bijian, alpukat, kacang – kacangan, buah – buahan dan biji – bijian. Ini berarti bahwa makan sehat merupakan hal yang penting dalam siklus kehidupan.

b. Pencegahan sekunder

Upaya yang dilakukan kepada remaja yang sudah mengalami menarche dini agar tidak terjadi peningkatan faktor resiko kanker payudara, kanker servix, kista ovarium, mioma uteri, menopause adalah :

1) Dengan cara menjaga pola konsumsi makan yang mengandung nabati dan tinggi asupan serat seperti : beras, sayuran, dan buah – buahan.

2) Memelihara berat badan yang ideal dengan cara melakukan olahraga rutin. 3) Mengurangi asupan lemak jenuh dan daging

4) Meningkatkan makanan yang mengandung asupan asam folat seperti sayur berdaun hijau, kacang – kacangan, dan jeruk.

(103)

26

c. Pencegahan Tersier

Remaja yang mengalami menarche dini cenderung belum siap secara psikologis dalam mengalami pubertas. Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan orang tua, guru, maupun lingkungan sekitar untuk mendukung dan membimbing remaja menghadapi masa pubertsas yang dialaminya dengan waktu yang cenderung lebih cepat daripada teman sebaya. Hal itu dapat berupa pendidikan seks dan pemantauan pergaulan.

(104)

2.4 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep pada penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan umur menarche pada siswi di SMP Negeri 1 Sei Rampah tahun 2016.

Variabel Independen Variabel

Dependen

Keterangan : Kerangka konsep diatas menjelaskan apakah ada hubungan pola makan, status gizi, aktifitas fisik, dan umur menarche ibu dengan umur menarche pada siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah.

1. Pola Makan 2. Status gizi 3. Aktivitas Fisik 4. Umur Menarche Ibu

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Pada Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Umur Menarche Pada   Siswi SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 setelah
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pola Makan di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016 Pola makan Frekuensi Proporsi (%)
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan aktivitas fisik di SMP Negeri 1 Sei Rampah Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur pengeluaran kas SMP Negeri 1 Sei Rampah meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi atau

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendidikan anak karyawan PT. PP Lonsum Rambung Sialang Desa Rambung Sialang Tengah Kecamatan. Sei Rampah Kabupaten

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan usia menarche ibu di SMP Negeri 3 Sumbul tahun 2014, paling banyak pada kelompok umur normal yaitu

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model usia menarche siswi SMP Negeri di Kota Palu berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis narasi dengan menggunakan media gambar yang dimiliki siswa kelas VIII (delapan) SMP Swasta Kartini Utama Sei Rampah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan menemukan gagasan utama dalam wacana argumentasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sei Rampah Kabupaten Serdang

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada siswi SMP Negeri 1 Kunto Darussalam tahun 2016. Yang menjadi tujuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan menemukan gagasan utama dalam wacana argumentasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sei Rampah Kabupaten Serdang