• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG GALAH DENGAN KEPADATAN BERBEDA BERBASIS INTEGRATED MULTI TROPHIC AQUACULTURE MUHAMMAD ANGGA SAPUTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBAIKAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG GALAH DENGAN KEPADATAN BERBEDA BERBASIS INTEGRATED MULTI TROPHIC AQUACULTURE MUHAMMAD ANGGA SAPUTRA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG

GALAH DENGAN KEPADATAN BERBEDA BERBASIS

INTEGRATED MULTI TROPHIC AQUACULTURE

MUHAMMAD ANGGA SAPUTRA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perbaikan Kualitas Air pada Pembesaran Udang Galah dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Muhammad Angga Saputra NIM C14110010

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD ANGGA SAPUTRA. Perbaikan Kualitas Air pada Pembesaran Udang Galah dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan LIES SETIJANINGSIH.

Perbaikan kualitas air pada pembesaran udang galah dapat dilakukan dengan sistem Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA). Sistem IMTA merupakan sistem budidaya yang menggunakan komoditas dengan tingkatan trofik level berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kualitas air, sintasan, pertumbuhan dan hasil produksi pembesaran udang galah dengan kepadatan berbeda pada sistem IMTA. Penelitian ini terdiri atas dua perlakuan padat tebar

yaitu GH15TB35 udang galah 15 ekor/m2 dan ikan tambakan 35 ekor/m2 serta

GH15TB70 udang galah 15 ekor/m2 dan ikan tambakan 70 ekor/m2 dengan

masing-masing tiga ulangan. Hasil pengukuran kualitas air pada perlakuan GH15TB35 memiliki nilai yang lebih baik dari perlakuan GH15TB70, meliputi oksigen terlarut (4,03-6,30 mg/L), amonia (0,001-0,015 mg/L), nitrit (0,036-0,167 mg/L). Perbaikan kualitas air tersebut berpengaruh terhadap parameter biologis udang galah dan ikan tambakan, yaitu memiliki sintasan, laju pertumbuhan harian, dan hasil produksi yang lebih baik.

Kata kunci: kualitas air, Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA), padat tebar, udang galah

ABSTRACT

MUHAMMAD ANGGA SAPUTRA. An Improvements Water Quality in the Growing Out of Freshwater Giant Prawn with Different Density Based Integrated Multi Trophic Aquaculture. Supervised by EDDY SUPRIYONO and LIES SETIJANINGSIH.

An improvement of water quality in the growing out of freshwater giant prawn could be done by the system Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA). Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) system is a culture system using commodity with different levels of trophic levels. The objectives of this study was to assess the quality of the water, survival rate, growth and production of freshwater giant prawn with different densities on IMTA system. This study consisted of two

treatment toward stocking density was GH15TB35 15 prawns/m2 and 35 kissing

gourami/m2 and GH15TB70 15 prawns/m2 and 70 kissing gourami/m2 at each of

the three replications. The results of water quality measurements at treatment GH15TB35 had better value than the treatment GH15TB70, including dissolved oxygen (4,03-6,30 mg/L), ammonia (0,001-0,015 mg/L), nitrite (0,036-0,167 mg/L). An improvement of the water quality which affected the biological parameters of freshwater giant prawn and kissing gourami, which had survival rate, daily growth rate, and yield better production.

Keywords: water quality, Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA), stocking density, freshwater giant prawn

(5)

PERBAIKAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG

GALAH DENGAN KEPADATAN BERBEDA BERBASIS

INTEGRATED MULTI TROPHIC AQUACULTURE

MUHAMMAD ANGGA SAPUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbaikan Kualitas Air pada Pembesaran Udang Galah dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture”. Penulisan skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2014 di Kelompok Multi Tani Sejahtera, jalan HMD Curug, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Bogor, Jawa Barat. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc dan Ibu Ir Lies Setijaningsih, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan serta bimbingan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir Yani Hadiroseyani, MM. selaku dosen penguji dan Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum SSi, MSi selaku komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan. Ketiga, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak H. Mufthid selaku pihak Kelompok Multi Tani Sejahtera, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Bogor yang telah membantu dan memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini, dan juga kepada orang tua serta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sukri sebagai partner dalam penelitian, teman-teman BDP 48 yang telah memberikan kenangan, dukungan, dan pengalaman yang berkesan, teman-teman Laboratorium Lingkungan khususnya kepada Bianingrum, sahabat-sahabat Dian, Tika, Aulia, Siska, Zulva, Agus, Taofik, Rizki, serta sahabat-sahabat Wapemala Sumedang yang selalu menghibur dan memberikan motivasi kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ………. vi

DAFTAR GAMBAR ………. vii

DAFTAR LAMPIRAN ………. vii

PENDAHULUAN ………. 1

Latar Belakang ………. 1

Tujuan Penelitian ……….. 2

METODE ……….. 2

Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 2

Rancangan Penelitian ………... 2

Prosedur Penelitian ………... 2

Parameter Penelitian ………. 3

Analisis Data ……….... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 5

Hasil ………. 5

Pembahasan ……….. 11

KESIMPULAN DAN SARAN ………. 15

Kesimpulan ……….. 15 Saran ………. 15 DAFTAR PUSTAKA ……… 16 LAMPIRAN ……….. 18 RIWAYAT HIDUP ………... 22

DAFTAR TABEL

1 Parameter kualitas air ………... 3

2 Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 ……… 6

3 Parameter biologis udang galah pada sistem IMTA dengan perlakuan padat tebar yang berbeda ………... 11

4 Parameter biologis ikan tambakan pada sistem IMTA dengan perlakuan padat tebar yang berbeda ………... 11

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Suhu pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan

perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ……….. 6

2 Nilai pH pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ………. 7

3 Kadar oksigen terlarut pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ….. 7

4 Kadar amonia pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ………... 8

5 Kadar nitrit pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ………... 8

6 Kadar nitrat pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ………... 9

7 Nilai alkalinitas pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ….. 9

8 Total P pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ……….. 10

9 Total N pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 ………... 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kolam pembesaran udang galah dan ikan tambakan dengan sistem IMTA 18 2 Wadah kangkung dengan substrat batu apung ……….. 18

3 Uji statistik parameter biologis udang galah ………. 19

4 Uji statistik parameter biologis ikan tambakan ………. 20

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu jenis udang air tawar yang berpotensi untuk dikembangkan dalam skala besar karena udang ini bernilai ekonomis tinggi dimana nilai jual saat ini mencapai Rp75.000/kg, serta permintaan pasar dalam negeri mencapai 20 ton/hari (KKP 2014). Produksi udang galah di dunia tahun 2012 mencapai 214.840 ton sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu 203.299 ton (FAO 2015). Produksi udang galah di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 1.328 ton dan pada tahun 2011 mengalami penurunan mencapai 617 ton (KKP 2013). Penurunan produksi tersebut dapat disebabkan oleh masa pertumbuhan udang galah yang relatif lambat dan tingkat kelangsungan hidupnya rendah (Fatagar 2014). Hal tersebut salah satunya dapat disebabkan oleh pengelolaan kondisi lingkungan yang belum optimal.

Budidaya udang galah perlu dikembangkan, khususnya pada fase pembesaran hingga mencapai ukuran konsumsi. Namun, pada kondisi lapangan belum tersosialisasikan sistem budidaya yang dapat digunakan dalam pembesaran udang galah sehingga umumnya para petani masih menggunakan sistem tradisional. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan padat tebar komoditas tersebut. Padat penebaran yang dianjurkan pada pembesaran udang galah yaitu

5-10 ekor/m2 (Hadie dan Hadie 2002). Tingginya padat penebaran pada budidaya

udang dan ikan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air akibat dari limbah aktivitas budidaya sehingga berpengaruh terhadap produksi. Limbah budidaya berupa partikel organik yang larut maupun tidak larut dalam air, yang berasal dari feses, urin, residu pakan, respirasi dan osmoregulasi bahkan mikroorganisme yang mati seperti bakteri, alga, dan jamur serta substansi toksik lainnya yang berasal dari hasil penguraian bahan organik (Sumoharjo 2010). Selanjutnya pengembangan budidaya tersebut dapat dilakukan pada kondisi lahan dan air yang terbatas, yaitu dengan penerapan sistem Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA). Sistem IMTA merupakan sistem budidaya yang menggunakan komoditas dengan tingkatan trofik yang berbeda. Penggunaan sistem IMTA dapat membantu dalam menjaga keseimbangan ekosistem karena setiap spesies tertentu memiliki fungsi yang berbeda seperti karnivora, herbivora, dan filter feeder sehingga keseimbangan ekosistem mampu terjaga dengan baik. Prinsip dari sistem IMTA yaitu mendaur ulang limbah dari proses budidaya yang dihasilkan oleh spesies utama menjadi sumber energi dan nutrien bagi komoditas lainnya sehingga menghasilkan produk yang dapat dipanen dan dapat mengurangi dampak lingkungan (Ren et al. 2012). Sistem IMTA sudah banyak diterapkan dalam akuakultur pada air laut maupun air tawar. Ghifarini (2013) menyebutkan bahwa sistem IMTA pada budidaya udang

galah dengan kepadatan 10 ekor/m2 merupakan perlakuan paling baik dengan

perpaduan ikan nilem. Pemeliharaan udang galah dapat dipadukan dengan komoditas lainnya yang trofik levelnya lebih rendah dan memiliki nilai ekonomis, misalnya ikan tambakan.

Ikan tambakan (Helostoma temminckii) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis, bersifat plankton feeder, bernilai ekonomis tinggi dan digemari oleh masyarakat di Indonesia. Keunggulan ikan tambakan yaitu

(12)

2

memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap perairan dengan kadar oksigen terlarut yang rendah. Ikan tambakan ukuran 12-15 cm diminati sebagai ikan hias karena memiliki kebiasaan menempelkan bibir pada pasangannya. Namun produksi ikan tambakan hingga saat ini masih mengandalkan dari hasil tangkapan di alam (Joko et al. 2013).

Tanaman yang digunakan sebagai biofilter dalam sistem IMTA adalah kangkung. Tanaman kangkung mudah dibudidayakan dengan waktu panen yang relatif singkat dan dapat menyerap unsur hara yang memiliki potensi sebagai polutan bagi organisme akuatik. Penggunaan kangkung mampu mereduksi amonia dengan menyerap air buangan budidaya dengan menggunakan akar tanaman (Dauhan et al. 2014). Komoditas yang digunakan dalam sistem IMTA ini adalah udang galah dan ikan tambakan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas air, sintasan, pertumbuhan dan hasil produksi pembesaran udang galah secara terpadu (ikan tambakan dan tanaman kangkung) dengan kepadatan yang berbeda pada sistem IMTA.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga November 2014 di Kelompok Multi Tani Sejahtera, jalan HMD Curug, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Bogor, Jawa Barat.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan budidaya dengan sistem terpadu yang terdiri atas dua perlakuan dengan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang diberikan berupa udang galah (GH) yang dipadukan dengan padat tebar ikan tambakan (TB) yang berbeda. Berikut perlakuan dan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini:

a. GH15TB35, yaitu udang galah 15 ekor/m2 dan ikan tambakan 35 ekor/ m2

b. GH15TB70, yaitu udang galah 15 ekor/m2 dan ikan tambakan 70 ekor/ m2

Prosedur Penelitian Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah udang galah dengan bobot awal 5,84±1,08 g/ekor yang berasal dari Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi, dan ikan tambakan dengan bobot awal 9,50±0,83 g/ekor dari pembudidaya di

(13)

3

Parung. Jumlah total udang galah yang digunakan sebanyak 2.250 ekor dan ikan tambakan sebanyak 7.875 ekor.

Wadah Pemeliharaan

Wadah yang digunakan adalah kolam tanah ukuran luas 25 m2 yang dilapisi

plastik terpal dengan kedalaman air 80 cm sebanyak 6 kolam (Lampiran 1). Wadah untuk kangkung dibuat menggunakan bambu ukuran 4 m x 0,45 m x 0,3 m yang dilapisi plastik terpal dan digunakan batu apung sebagai substrat dengan ketinggian 25 cm (Lampiran 2). Setiap kolam terdapat shelter yang terbuat dari bambu ukuran 1,2 m x 0,6 m dan daun kelapa yang berfungsi sebagai tempat berlindung udang galah. Shelter tersebut diletakkan di tengah kolam. Air dialirkan dari kolam udang galah dan ikan tambakan menuju wadah kangkung dengan menggunakan pompa air. Air dari outlet wadah kangkung dialirkan kembali secara gravitasi ke dalam wadah pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan.

Pemeliharaan Hewan Uji

Udang galah dan ikan tambakan dipelihara pada wadah yang sudah disiapkan. Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari dan sampling dilakukan setiap 10 hari. Udang galah selama pemeliharaan diberi pakan komersial dengan kadar protein 30% sedangkan ikan tambakan termasuk plankton feeder sehingga tidak memerlukan pakan buatan. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan feeding rate sebesar 5%.

Parameter Penelitian Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengambilan air sampel dilakukan pada pagi hari. Parameter kualitas air yang diukur diantaranya suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, alkalinitas, Total P, dan total nitrogen (Total N). Tabel 1 menunjukkan peralatan yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air.

Tabel 1 Parameter kualitas air

No. Parameter Satuan Alat

1. Suhu (0C) Termometer

2. pH pH-meter

3. Oksigen terlarut mg/L DO-meter

4. Amonia mg/L Spektrofotometer

5. Nitrit mg/L Spektrofotometer

6. Nitrat mg/L Spektrofotometer

7. Alkalinitas mg/L CaCO3 Alat Titrasi

8. Total P (air) mg/L Spektrofotometer

9. Total N (air) mg/L Labu destilasi

Pengukuran suhu, pH, dan oksigen terlarut dilakukan secara in situ, pengukuran Total N dilakukan di Laboratorium Nutrisi, sedangkan pengukuran amonia, nitrit, nitrat, akalinitas, dan Total P dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

(14)

4

Parameter Biologis

Parameter biologis udang galah dan ikan tambakan yang diukur meliputi sintasan, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot mutlak, bobot akhir, efisiensi pemberian pakan, dan hasil produksi. Sampling hewan uji dilakukan setiap 10 hari sekali dengan menggunakan timbangan digital.

Sintasan

Sintasan merupakan presentase jumlah udang maupun ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Sintasan dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendi 2004):

S = Nt/No x 100 Keterangan:

S = Sintasan (%)

Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

No = Jumlah ikan awal (ekor)

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian dihitung untuk mengetahui presentase pertambahan bobot setiap harinya selama pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991):

Keterangan:

LPH = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan(g) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g)

t = Waktu pengamatan (hari)

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot hewan uji selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):

Wm = Wt – Wo Keterangan:

Wm = Bobot mutlak (g)

Wt = Bobot rata-rata individu pada waktu t (g)

Wo = Bobot rata-rata individu pada awal percobaan (g) Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)

Efisiensi pemberian pakan menujukkan besarnya rasio perbandingan antara pertambahan bobot udang yang didapatkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi udang. Semakin besar nilai pertambahan bobot maka efisiensi pakan semakin besar.

LPH = ln Wt −ln Wo

(15)

5

EPP dihitung untuk mengetahui jumlah pakan yang dimanfaatkan oleh udang. EPP dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):

EPP = Wt - Wo x 100 F

EPP = Efisiensi pemberian pakan (%)

F = Jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan (g)

Wt = Biomassa akhir (g)

Wo = Biomassa awal (g)

Hasil Produksi

Hasil produksi merupakan biomassa akhir udang galah dan ikan tambakan selama pemeliharaan. Hasil produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi 2004):

P = W x N Keterangan :

P = Hasil produksi (g)

W = Bobot rata-rata akhir (g)

N = Jumlah populasi akhir (ekor)

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS Statistics 22 yang meliputi Independent T-Test pada selang kepercayaan 95%. Software tersebut digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan antar perlakuan yang diberikan terhadap sintasan, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot mutlak, bobot akhir, efisiensi pemberian pakan, dan hasil produksi. Data kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, alkalinitas, Total P, dan Total N dalam air) dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang terukur selama pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan disajikan pada Tabel 2. Kualitas air yang terukur selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran optimal budidaya udang galah maupun ikan tambakan. Kualitas air pada perlakuan GH15TB35 umumnya memiliki kadar yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70.

(16)

6

Tabel 2 Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70

Parameter Satuan Perlakuan

GH15TB35 GH15TB70 Suhu (0C) 26,33-30,33 26-30 pH 6,77-8,07 6,60-7,40 Oksigen terlarut mg/L 4,03-6,30 3,87-6,57 Amonia mg/L 0,001-0,015 0,001-0,088 Nitrit mg/L 0,036-0,167 0,046-0,169 Nitrat mg/L 0,111-0,380 0,080-0,524 Alkalinitas mg/L CaCO3 38,705-109,333 32,032-96 Total P mg/L 0,368-1,301 0,347-1,380 Total N mg/L 0,078-0,095 0,096-0,146

Berikut ini dinamika parameter kualitas air selama pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan:

Suhu

Suhu dari perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 nilainya hampir sama dan cenderung mengalami penurunan pada hari ke-30 dan seterusnya. Suhu pada akhir pemeliharaan cenderung mengalami peningkatan (Gambar 1).

Keterangan : (---) menunjukkan kisaran optimum untuk budidaya udang galah

Gambar 1 Suhu pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70

pH

Nilai pH pada kedua perlakuan pada awal pemeliharaan menurun, akan tetapi mengalami peningkatan pada hari ke-20. Nilai pH pada hari ke-30 hingga akhir pemeliharaan cenderung konstan (Gambar 2).

0 5 10 15 20 25 30 35 0 10 20 30 40 50 60 Su hu ( oC) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70

(17)

7

Keterangan : (---) menunjukkan kisaran optimum untuk budidaya udang galah

Gambar 2 Nilai pH pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70

Oksigen Terlarut

Kadar oksigen terlarut pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 memiliki pola yang berbeda. Kadar oksigen terlarut mengalami peningkatan selama pemeliharaan kemudian cenderung menurun pada akhir pemeliharaan (Gambar 3).

Keterangan : (---) menunjukkan kisaran optimum untuk budidaya udang galah

Gambar 3 Kadar oksigen terlarut pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 Amonia

Kadar amonia pada perlakuan GH15TB70 lebih berfluktuasi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB35. Kadar amonia pada hari ke-20 dan hari ke-40 mengalami peningkatan dan cenderung menurun pada akhir pemeliharaan (Gambar 4). 0 2 4 6 8 10 0 10 20 30 40 50 60 pH Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 10 20 30 40 50 60 O k sig en T er la rut ( m g /L ) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70

(18)

8

Gambar 4 Kadar amonia pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70

Nitrit

Kadar nitrit pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 cukup tinggi di awal pemeliharaan kemudian mengalami fluktuasi hingga akhir pemeliharaan (Gambar 5). Kadar nitrit kedua perlakuan hampir sama pada akhir pemeliharaan.

Gambar 5 Kadar nitrit pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70

Nitrat

Kadar nitrat pada perlakuan GH15TB70 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB35. Kadar nitrat mengalami fluktuasi dari awal pemeliharaan hingga akhir pemeliharaan (Gambar 6). Kadar nitrat pada perlakuan GH15TB35 pada akhir pemeliharaan mengalami penurunan sedangkan perlakuan GH15TB70 mengalami peningkatan. 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0 10 20 30 40 50 60 Nit rit ( m g /L ) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0 10 20 30 40 50 60 Am o nia ( m g /L ) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70

(19)

9

Gambar 6 Kadar nitrat pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70

Alkalinitas

Nilai alkalinitas pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 mengalami fluktuasi hingga akhir pemeliharaan. Nilai alkalinitas cukup rendah pada awal pemeliharaan kemudian mengalami peningkatan pada hari ke-20, pada akhir pemeliharaan perlakuan GH15TB35 nilainya meningkat sedangkan perlakuan

GH15TB70 cenderung menurun (Gambar 7).

Keterangan : (---) menunjukkan kisaran optimum untuk budidaya udang galah

Gambar 7 Nilai alkalinitas pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70 Total P

Total P pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 mengalami peningkatan pada sampling ke-2 dan mengalami penurunan di akhir pemeliharaan (Gambar 8). 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0 10 20 30 40 50 60 Nit ra t (m g /L ) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70 0 20 40 60 80 100 120 0 10 20 30 40 50 60 Alk a lin it a s (m g /L Ca CO 3 ) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70

(20)

10

Gambar 8 Total P pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70

Total N

Total N pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 lebih tinggi di akhir pemeliharaan dibandingkan dengan awal pemeliharaan (Gambar 9).

Gambar 9 Total N pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70

Parameter Biologis

Parameter biologis udang galah selama pemeliharaan pada sistem IMTA dengan perlakuan padat tebar yang berbeda disajikan dalam Tabel 3. Perlakuan GH15TB35 memiliki sintasan, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot mutlak, bobot akhir, efisiensi pemberian pakan, dan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70. Uji statistik menyatakan bahwa kedua perlakuan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) terhadap setiap parameter biologis udang galah tersebut.

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 0 30 60 T o ta l P ( m g /L ) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0 30 60 T o ta l N ( m g /L ) Hari Ke -GH15TB35 GH15TB70

(21)

11

Tabel 3 Parameter biologis udang galah pada sistem IMTA dengan perlakuan padat tebar yang berbeda

Parameter Perlakuan GH15TB35 GH15TB70 Sintasan (%) 84,18±3,74a 69,96±4,67b LPH (%) 2,69±0,07a 2,43±0,06b Bobot mutlak (g) 23,50±1,27a 19,21±0,87b Bobot akhir (g) 29,34±1,27a 25,05±0,87b EPP (%) 45,84±0,16a 28,22±0,38b Hasil produksi (g) 27.765,21a 19.722,82b

Keterangan : Huruf yang berbeda (*) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Parameter biologis ikan tambakan selama pemeliharaan pada sistem IMTA dengan perlakuan padat tebar yang berbeda disajikan dalam Tabel 4. Perlakuan GH15TB35 memiliki sintasan, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot mutlak, dan bobot akhir ikan tambakan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70. Uji statistik menyatakan bahwa kedua perlakuan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot mutlak, bobot akhir maupun hasil produksi ikan tambakan, sedangkan sintasan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05).

Tabel 4 Parameter biologis ikan tambakan pada sistem IMTA dengan perlakuan padat tebar yang berbeda

Parameter Perlakuan GH15TB35 GH15TB70 Sintasan (%) 89,60±4,60a 80,72±3,12a LPH (%) 1,82±0,02a 1,47±0,05b Bobot mutlak (g) 18,77±0,36a 13,40±0,72b Bobot akhir (g) 28,27±0,36a 22,90±0,72b Hasil produksi (g) 66.518,87a 96.969,76b

Keterangan : Huruf yang berbeda (*) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Pembahasan

Integrated Multi Trophic Aquaculture atau IMTA merupakan salah satu sistem terpadu yang digunakan dalam budidaya laut maupun budidaya air tawar yang memanfaatkan organisme trofik rendah untuk mereduksi limbah dari organisme tingkat trofik tinggi. Salah satu kegiatan budidaya yang dapat menerapkan sistem IMTA ini yaitu pembesaran udang galah dan ikan tambakan. Kegiatan pembesaran ini menggunakan padat tebar yang cukup tinggi atau intensif

yaitu padat tebar udang galah 15 ekor/m2 serta ikan tambakan 35 ekor/m2 dan 70

ekor/m2. Budidaya ikan secara intensif akan memberikan dampak yang kurang baik

terhadap organisme karena dapat mengakibatkan stress sehingga daya tahan tubuhnya akan menurun. Faktor yang mempengaruhi stress yaitu kualitas air, khususnya kadar oksigen terlarut dan amonia (Setiawan 2009).

Suhu merupakan salah satu parameter fisik air yang berperan penting dalam

aktivitas kimia dan biologis perairan. Menurut Effendi (2003), organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. Kisaran suhu selama pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan yaitu 26–30,33ºC. Udang

(22)

12

galah dapat hidup pada suhu 22-32 ºC dan suhu idealnya adalah 26-30 ºC (Spotts 2001). Suhu selama pemeliharaan sedikit mengalami fluktuasi (Gambar 1), tetapi masih dalam kisaran optimal udang galah. Ikan tambakan pun masih dapat hidup dengan baik pada kisaran suhu selama pemeliharaan tersebut. Suhu berhubungan dengan kadar oksigen terlarut di dalam air, apabila suhu semakin meningkat maka kadar oksigen terlarut akan berkurang karena dengan peningkatan suhu maka metabolisme udang galah dan ikan tambakan akan meningkat sehingga tingkat konsumsi oksigennya semakin tinggi.

Nilai pH merupakan parameter kualitas kimia air yang sangat penting bagi kehidupan organisme akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH, kisaran optimum pH yaitu sekitar 7-8,5 (Effendi 2003). Nilai pH selama pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan berkisar antara 6,60-8,07. Nilai pH tersebut masih dapat ditoleransi oleh udang galah dan ikan tambakan karena menurut Pillay (2004), titik lethal asam dan basa untuk organisme budidaya adalah pH 4 dan 11. Selama penelitian, nilai pH cenderung konstan hingga akhir pemeliharaan, pH meningkat pada hari ke-20 akan tetapi masih berada dalam kisaran yang baik bagi udang galah dan ikan tambakan.

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk organisme akuatik dalam bentuk gas yang terlarut dalam perairan. Budidaya intensif memerlukan oksigen terlarut yang cukup karena konsentrasi yang terlalu rendah dapat mempengaruhi kesehatan ikan. Kadar oksigen terlarut di awal pemeliharaan terlihat lebih rendah yaitu 3,87-4,03 mg/L, kemudian semakin meningkat di hari-hari berikutnya hingga hari ke-50 dan kadar oksigen terlarut menurun di akhir pemeliharaan (Gambar 3). Kadar oksigen terlarut yang terukur selama penelitian berkisar antara 3,87-6,57 mg/L. Kadar oksigen terlarut tersebut masih berada dalam kisaran optimal budidaya udang galah, karena menurut New (2002), kisaran optimum oksigen terlarut udang galah yaitu 3-7 mg/L dengan batas lethal kurang dari 1 mg/L. Oksigen terlarut dalam perairan dapat bersumber dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis dari fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang meningkat diduga disebabkan oleh meningkatnya kelimpahan fitoplankton dalam air kolam. Kadar oksigen terlarut yang berkurang diiringi dengan suhu yang meningkat di akhir pemeliharaan, hal tersebut dapat disebabkan oleh metabolisme udang galah dan ikan tambakan yang meningkat sehingga lebih banyak mengkonsumsi oksigen.

Amonia merupakan salah satu bentuk senyawa nitrogen dalam air yang sangat penting dalam kegiatan pembesaran terutama dalam sistem intensif. Kadar amonia yang terukur pada perlakuan GH15TB70 sedikit mengalami fluktuasi, kadarnya meningkat pada hari ke-20 dan hari ke-40 kemudian menurun di akhir pemeliharaan, sedangkan perlakuan GH15TB35 lebih stabil (Gambar 4). Peningkatan kadar amonia dapat disebabkan oleh sisa metabolisme ikan (feses) dan pakan yang tidak termakan sehingga tersuspensi di dasar kolam (Dauhan et al. 2014). Kadar amonia yang terukur selama pemeliharaan berkisar antara 0,001-0,088 mg/L. Kadar tersebut masih berada dalam kisaran optimal udang galah dan ikan tambakan. Kadar amonia ideal bagi udang galah berkisar antara 0,1-0,3 mg/L (Boyd dan Zimmerman 2000). Kadar amonia yang rendah ini menunjukkan bahwa tanaman kangkung berperan dalam penyerapan terhadap amonia.

Nitrit merupakan bentuk pertengahan dari proses nitrifikasi dan denitrifikasi, yaitu peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat

(23)

13

dengan gas hidrogen (denitrifikasi). Kadar nitrit pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 mengalami fluktuasi selama pemeliharaan, akan tetapi di akhir pemeliharaan kadarnya menurun (Gambar 5). Kadar nitrit yang menurun erat kaitannya dengan proses penguraian nitrit menjadi nitrat pada proses nitrifikasi. Perlakuan GH15TB70 memiliki kadar nitrit yang dominan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB35, hal tersebut diduga karena perlakuan GH15TB70 memiliki padat tebar yang lebih tinggi sehingga meningkatkan limbah dari aktivitas budidaya. Kadar nitrit yang optimal bagi udang galah yaitu 0,1-0,7 mg/L (Boyd dan Zimmerman 2000). Kadar nitrit yang terukur selama pemeliharaan berkisar antara 0,036-0,169 mg/L, kadar tersebut berada dalam kisaran optimal sehingga udang galah dan ikan tambakan dapat hidup dengan baik.

Nitrat merupakan senyawa yang dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Kadar nitrat pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 mengalami fluktuasi dari awal hingga akhir pemeliharaan (Gambar 6). Perlakuan GH15TB70 memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kadar nitrat sangat meningkat pada hari ke-30. Kadar nitrat pada perlakuan GH15TB35 mengalami penurunan di akhir pemeliharaan. Peningkatan dan penurunan kadar nitrat ini berkaitan dengan fitoplankton. Menurut Djokosetiyanto et al. (2006), peningkatan kadar dapat terjadi karena fitoplankton tidak memanfaatkan nitrat sehingga dapat meningkatkan kadar nitrat. Penurunan nitrat diduga karena fitoplankton memanfaatkan nitrat untuk pertumbuhannya. Kadar nitrat selama pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan yaitu berkisar antara 0,080-0,524 mg/L. Udang galah dan ikan tambakan dapat tumbuh dengan baik pada kadar tersebut. Nilai nitrat standar untuk kualitas media budidaya perairan yaitu kurang dari 3 mg/L (Lawson 1995).

Alkalinitas adalah gambaran konsentrasi total substansi alkalin (basa) terlarut dalam air dan kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan. Nilai alkalinitas pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 cukup tinggi dan meningkat pada hari ke-30 (Gambar 7). Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berkisar antara

32,032-109,333 mg/L CaCO3. Nilai tersebut berada dalam kisaran ideal budidaya

udang galah dan ikan tambakan. Menurut New (2002), nilai alkalinitas optimum

bagi udang galah adalah 20-60 mg/L CaCO3. Selain itu, alkalinitas yang

direkomendasikan pada budidaya ikan intensif adalah 100-150 mg/L CaCO3 untuk

mencegah fluktuasi pH yang lebar. Nilai alkalinitas yang terukur selama pemeliharaan yang didukung dengan pH yang relatif stabil menunjukkan alkalinitas dapat menyangga pH.

Total P menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik (Effendi 2003). Total P tidak bersifat toksik bagi udang dan ikan, akan tetapi apabila kadar Total P di perairan berlebih dapat mengakibatkan terjadinya blooming alga. Total P pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 mengalami kenaikan pada hari ke-30 kemudian menurun di akhir pemeliharaan (Gambar 8). Kenaikan kadar tersebut diduga karena Total P tidak termanfaatkan oleh fitoplankton dan tanaman kangkung, kadar yang menurun di akhir pemeliharaan mengindikasikan Total P termanfaatkan oleh fitoplankton dan tanaman kangkung. Kadar Total P selama pemeliharaan berkisar antara 0,347-1,380 mg/L.

Total nitrogen merupakan penjumlahan dari nitrogen anorganik yang berupa amonia, amonium, nitrit, dan nitrat yang bersifat larut dan nitrogen organik

(24)

14

yang berupa partikulat yang tidak larut dalam air (Effendi 2003). Sumber nitrogen organik dapat berasal dari proses pembusukan organisme air. Total N selama pemeliharaan terlihat meningkat di sampling ke-2 kemudian menurun di akhir pemeliharaan (Gambar 9). Menurut Jannah (2003), peningkatan N-total merupakan akibat penguraian protein menjadi asam amino oleh mikroorganisme, kemudian asam amino mengalami amonifikasi menjadi amonium selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat. Penggunaan kangkung diduga dapat menyerap nitrogen sehingga jumlahnya berkurang di akhir pemeliharaan. Kadar Total N yang terukur selama pemeliharaan yaitu berkisar antara 0,078-0,146 mg/L dengan kadar tertinggi terdapat pada perlakuan GH15TB70, hal tersebut dikarenakan padat tebar ikan tambakan yang lebih tinggi sehingga konsentrasi nitrogennya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB35.

Perbaikan kualitas air dapat berpengaruh terhadap sintasan udang galah dan

ikan tambakan. Sintasan udang galah pada perlakuan GH15TB35 sebesar

84,18±3,74% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70 sebesar 69,96±4,67% (Tabel 3). Uji statistik sintasan udang galah menunjukkan padat penebaran pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 memberikan hasil berbeda nyata (P<0,05) (Lampiran 3). Menurut Hadie dan Hadie (2002), pembesaran udang

galah dengan padat tebar 10 ekor/m2 yang dipelihara selama 5 bulan memiliki

sintasan 75%. Sintasan udang galah pada penelitian ini tergolong baik karena waktu pemeliharaannya 60 hari dan lebih padat dikarenakan terdapat ikan tambakan dalam satu wadah. Sintasan ikan tambakan pada perlakuan GH15TB35 sebesar 89,60±4,60% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70 yaitu 80,72±3,12% (Tabel 4). Uji statistik sintasan ikan tambakan menunjukkan padat penebaran pada perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70 memberikan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 4). Perbedaan sintasan tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan padat tebar ikan tambakan. Padat tebar ikan tambakan yang lebih tinggi akan mempengaruhi konsentrasi amonia, nitrit, nitrat, dan total N dalam air sehingga mengakibatkan sintasannya lebih rendah.

Laju pertumbuhan harian udang galah pada perlakuan GH15TB35 sebesar 2,69±0,07% sedangkan perlakuan GH15TB70 sebesar 2,43±0,06%. Laju pertumbuhan harian ikan tambakan pada perlakuan GH15TB35 sebesar 1,82±0,02% sedangkan perlakuan GH15TB70 sebesar 1,47±0,05%. Menurut Hadie dan Hadie (2002), laju pertumbuhan udang galah tergantung beberapa faktor yaitu padat tebar, adanya predator, pakan, dan suhu air. Perlakuan GH15TB70 memiliki laju pertumbuhan yang lebih lambat karena padat tebar ikannya lebih tinggi sehingga pertumbuhannya mengalami penurunan. Peningkatan kepadatan harus disesuaikan dengan daya dukung (carrying capacity), seperti kualitas air, pakan,

dan ukuran organisme. Pertumbuhan bobot mutlak udang galah pada perlakuan

GH15TB35 sebesar 23,50±1,27 g dengan bobot akhir 29,34±1,26 g, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70 sebesar 19,21±0,87 g dengan bobot akhir 25,05±0,87 g. Uji statistik menunjukkan kedua perlakuan berbeda nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot mutlak, dan bobot akhir udang galah maupun ikan tambakan. Pembesaran udang galah dengan padat

tebar 40 ekor/m2 yang dipelihara selama 30 hari menghasilkan bobot rata-rata

sebesar 9,81 g dan pertumbuhan bobot mutlak 5,5 g (Iswandi et al. 2015).

Efisiensi pemberian pakan merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui banyaknya pakan yang dimanfaatkan oleh udang untuk pertumbuhan

(25)

15

bobot udang tersebut. Efisiensi pemberian pakan menunjukkan besarnya rasio perbandingan antara pertambahan bobot udang yang didapatkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi udang. Efisiensi pakan pada perlakuan GH15TB35 sebesar 45,84±0,16%, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70 yaitu sebesar 28,22±0,38%. Efisiensi pemberian pakan udang galah kedua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Perlakuan GH15TB70 padat tebarnya lebih tinggi sehingga buangan dari hasil metabolismenya pun tinggi. Hal tersebut menyebabkan udang stress serta nafsu makan berkurang. Efisiensi pakan yang tinggi dapat mempengaruhi hasil produksi. Hasil produksi udang galah pada perlakuan GH15TB35 sebesar 27.765,21 g, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70 yaitu sebesar 19.722,82 g. Hasil produksi ikan tambakan pada perlakuan GH15TB35 sebesar 66.518,87 g, sedangkan perlakuan GH15TB70 sebesar 96.969,76 g. Hasil produksi udang galah maupun ikan tambakan kedua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Sistem IMTA yang diterapkan pada pembesaran udang galah dapat memperbaiki kualitas air, hal tersebut dapat ditunjukkan dari nilai kualitas air yang berada dalam kisaran optimal. Kadar amonia, nitrit, dan nitrat berada dalam kisaran optimal serta kadar Total N dan P cenderung menurun di akhir pemeliharaan. Hal tersebut diduga karena tanaman kangkung dapat menyerap unsur hara yang berasal dari air kolam serta adanya substrat berupa batu apung yang berfungsi sebagai tempat menempelnya bakteri nitrifikasi. Perlakuan GH15TB35 merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan GH15TB70, hal tersebut didukung dengan kualitas air yang lebih baik dan parameter biologis udang galah maupun ikan tambakan. Selain itu, perlakuan GH15TB35 memiliki keuntungan sebesar Rp 916.625,5 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan GH15TB70 sebesar Rp 877.210,5 (Lampiran 5).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil pengukuran kualitas air pada perlakuan GH15TB35 memiliki nilai

yang lebih baik dari perlakuan GH15TB70, meliputi suhu (26,33-30,33 oC), pH

(6,77-8,07), oksigen terlarut (4,03-6,30 mg/L), amonia (0,001-0,015 mg/L), nitrit (0,036-0,167 mg/L), nitrat (0,111-0,380 mg/L), alkalinitas (38,705-109,333 mg/L

CaCO3), Total P (0,368-1,301 mg/L), dan Total N (0,078-0,095 mg/L). Perbaikan

kualitas air tersebut berpengaruh terhadap parameter biologis udang galah dan ikan tambakan, masing-masing: sintasan (84,18% dan 89,60%), laju pertumbuhan harian (2,69% dan 1,82%), pertumbuhan bobot mutlak (23,50 g dan 18,77 g), EPP (45,84%), dan hasil produksi (27.765,21 g dan 66.518,87 g).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem IMTA dengan perluasan biofilter, yaitu jumlah luasan dan biofilter yang lebih bervariasi.

(26)

16

DAFTAR PUSTAKA

Boyd C, Zimmerman S. 2000. Grow-out systems–water quality and soil management. Di dalam: New MB, Valenti WC, editor. Freshwater Prawn Culture: The Farming of Macrobrachium rosenbergii. Oxford (GB). Blackwell Publishing Ltd. hlm 221-238.

Dauhan R, Efendi E, Suparmono. 2014. Efektifitas sistem akuaponik dalam mereduksi konsentrasi amonia pada sistem budidaya ikan. e-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan. 3(1):297-302.

Djokosetiyanto D, Sunarma A, Widanarni. 2006. Perubahan amonia (NH3-N), nitrit (NO2-N) dan nitrat (NO3-N) pada media pemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis sp.) di dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(1):13-20.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

[FAO] Food and Agriculture Organization of United Nations. 2015. Species Fact

Sheets: Macrobrachium rosenbergii (De Man, 1879).

http://www.fao.org/fishery/species/2608/en [31 Mei 2015].

Fatagar SH. 2014. Jumlah konsumsi pakan udang galah Macrobrachium rosenbergii yang diberi pakan dengan jenis atraktan yang berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ghifarini AF. 2013. Kualitas media budidaya dan produksi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yang dipelihara pada sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) dengan kepadatan berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hadie W, Hadie LE. 2002. Budi Daya Udang Galah GIMacro di Kolam Irigasi, Sawah Tambak, dan Tambak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Iswandi N, Rusliadi, Putra I. 2015. Growth and survival rate of giant prawns (Macrobrachium rosenbergii De Man) on different stocking density. JOM

[Internet]. [diunduh 2015 Apr 30]; 2(1):1-8. Tersedia pada:

http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERIKA/article/view/4254.

Jannah M. 2003. Evaluasi kualitas kompos dari berbagai kota sebagai dasar dalam pembuatan SOP (Standard Operating Procedure) pengomposan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Joko, Muslim, Ferdinand. 2013. Pendederan larva ikan tambakan (Helostoma temmincki) dengan padat tebar yang berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 12 (2):59-67.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Data statistik kelautan dan

perikanan: statistik perikanan budidaya kolam.

http://www.statistik.kkp.go.id [30 Juni 2015].

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Budidaya udang galah tingkatkan kesejahteraan pembudidaya. http://www.djpb.kkp.go.id/ [16 Oktober 2014].

Lawson TB. 1995. Fundamentals of Aquacultural Engineering. New York (US): Chapman & Hall.

(27)

17

New MB. 2002. Farming Freshwater Prawns: A Manual for Culture of The Gaint River Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Roma (IT): Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Pillay TVR. 2004. Aquaculture and the Environment. Ed ke-2. Oxford (GB): Blackwell Publishing.

Ren JS, Dozey JS, Plew DR, Fang J, Gall M. 2012. An ecosystem model for optimising production in integrated multitrophic aquaculture systems. Ecological Modelling. 246:34-46.

Setiawan B. 2009. Pengaruh padat penebaran 1, 2 dan 3 ekor/L terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan maanvis Pterophyllum scalare. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Spotts D. 2001. Introducing Macrobrachium rosenbergii. www.miami-aquaculture.com. [27 April 2015]

Sumoharjo. 2010. Penyisihan limbah nitrogen pada pemeliharaan ikan nila Oreochromis niloticus dalam sistem akuaponik: konfigurasi desain bioreactor. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Zooneveld NE, Huisman A, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Imas T, Tjitrosomo SS, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Principle of Fish Culture.

(28)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kolam pembesaran udang galah dan ikan tambakan dengan sistem IMTA

(29)

19

Lampiran 3 Uji statistik parameter biologis udang galah

Independent Samples Test

Uji Levene’s untuk

kehomogenan ragam Uji-t untuk kesamaan nilai tengah

F P-value T db P-value (2-arah) Rataan perbedaan/se lisih Std. Eror perbedaan/ selisih Selang kepercayaan 95% bawah atas

Bobot Mutlak Diasumsikan ragam

homogen ,280 ,625 4,853 4 ,008 4,29333 ,88471 1,83699 6,74968

Diasumsikan ragam

tidak homogen 4,853 3,549 ,011 4,29333 ,88471 1,70897 6,87770

Sintasan Diasumsikan ragam

homogen ,094 ,774 4,117 4 ,015 14,22000 3,45389 4,63045 23,80955 Diasumsikan ragam tidak homogen 4,117 3,817 ,016 14,22000 3,45389 4,44616 23,99384 LPH Diasumsikan ragam homogen ,155 ,714 4,721 4 ,009 ,26333 ,05578 ,10847 ,41820 Diasumsikan ragam tidak homogen 4,721 3,813 ,010 ,26333 ,05578 ,10543 ,42124

EPP Diasumsikan ragam

homogen ,035 ,861 7,048 4 ,002 17,62799 2,50119 10,68358 24,57240

Diasumsikan ragam

tidak homogen 7,048 3,962 ,002 17,62799 2,50119 10,65693 24,59906

Hasil produksi Diasumsikan ragam

homogen 1,041 ,365 6,988 4 ,002 2680,80000 383,61975 1615,70082 3745,89918

Diasumsikan ragam

tidak homogen 6,988 3,501 ,004 2680,80000 383,61975 1553,00438 3808,59562

Bobot Akhir Diasumsikan ragam

homogen ,290 ,619 4,847 4 ,008 4,29369 ,88576 1,83442 6,75296

Diasumsikan ragam

(30)

20

Lampiran 4 Uji statistik parameter biologis ikan tambakan

Independent Samples Test

Uji Levene’s untuk

kehomogenan ragam Uji-t untuk kesamaan nilai tengah

F P-value T db P-value (2 arah) Rataan perbedaan/selis ih Std. Eror perbedaan Selang kepercayaan 95% bawah atas

Bobot Mutlak Diasumsikan ragam

homogen 2,968 ,160 11,545 4 ,000 5,37000 ,46512 4,07863 6,66137

Diasumsikan ragam

tidak homogen 11,545 2,928 ,002 5,37000 ,46512 3,86886 6,87114

Sintasan Diasumsikan ragam

homogen ,943 ,387 2,763 4 ,051 8,87333 3,21159 -,04346 17,79013 Diasumsikan ragam tidak homogen 2,763 3,519 ,059 8,87333 3,21159 -,54574 18,29240 LPH Diasumsikan ragam homogen 4,966 ,090 10,198 4 ,001 ,34667 ,03399 ,25229 ,44105 Diasumsikan ragam tidak homogen 10,198 2,560 ,004 ,34667 ,03399 ,22717 ,46617

Hasil produksi Diasumsikan ragam

homogen 9,895 ,035 -12,433 4 ,000 -10150,29667 816,40321 -12416,99536 -7883,59797

Diasumsikan ragam

tidak homogen -12,433 2,135 ,005 -10150,29667 816,40321 -13458,90193 -6841,69140

Bobot Akhir Diasumsikan ragam

homogen 2,987 ,159 11,575 4 ,000 5,37109 ,46402 4,08277 6,65941

Diasumsikan ragam

(31)

21

Lampiran 5 Analisa usaha

Perlakuan

GH15TB35 GH15TB70

Komponen Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah Total biaya (Rp) Jumlah Total biaya (Rp)

A. Pengeluaran

Udang galah ekor 250 375 93.750 375 93.750

Ikan tambakan ekor 80 875 70.000 1.750 140.000

Kangkung kg 15.000 0,3333 4.999,5 0,3333 4.999,5 Pakan kg 18.000 15,5 279.000 15,4 277.200 Listrik bulan 15.000 2 30.000 2 30.000 Total 477.749,5 545.949,5 B. Penerimaan Udang galah kg 65.000 9,255 601.575 6,574 427.310

Ikan tambakan ekor 450 784 352.800 1.413 635.850

Kangkung ikat 10.000 44 440.000 36 360.000

Total 1.394.375 1.423.160

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Juni 1993 dari bapak Koswara dan ibu Yenny Sumiati. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal pada tahun 2011 di SMA Negeri Situraja, Sumedang, Jawa Barat. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui SNMPTN jalur undangan tahun 2011 pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan di berbagai organisasi, meliputi LISES Gentra Kaheman sebagai anggota tahun kepengurusan 2011, Warga Pelajar Mahasiswa Lingga (WAPEMALA) periode 2012-2013, dan Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) divisi Pengembangan Riset dan Keilmuan periode 2013-2014. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air semester ganjil 2014/2015 dan Fisika Kimia Perairan semester genap 2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti magang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo pada tahun 2013 dan melakukan Praktik Lapangan Akuakultur (PLA) di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tahun 2014. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Perbaikan Kualitas Air pada Pembesaran Udang Galah dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture”.

Gambar

Tabel 1 Parameter kualitas air
Tabel  2  Kisaran  kualitas  air  pada  media  pemeliharaan  udang  galah  dan  ikan  tambakan perlakuan GH15TB35 dan GH15TB70
Gambar  2  Nilai  pH  pada  media  pemeliharaan  udang  galah  dan  ikan  tambakan  dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70
Gambar 4 Kadar amonia pada media pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan  dengan perlakuan padat tebar GH15TB35 dan GH15TB70
+4

Referensi

Dokumen terkait

pekerja diantaranya adalah konflik yang sering terjadi pada proyek konstruksi.. Pihak-pihak tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda,

Informasi tentang proses pengembangan media diorama papercraft yang diperoleh dari deskripsi masing-masing tahap pengembangan, Informasi tentang kualitas media diorama

atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat

Dari hasil observasi, hasil penilaian kemampuan membaca permulaan, dan hasil belajar pada siklus II, selanjutnya dievaluasi untuk melakukan tindakan bahwa aktivitas

2.3.2. This site provides useful information about ASP such as overview of ASP, creating ASP pages, using COM components and writing my own components. This tutorial

Kalau Anda bisa menabung Emas kemudian Emas Anda dapat 200 gram, maka mau tahun 2017, lima tahun yang akan datang, atau tahun 2020, mau sepuluh tahun, mau 20 tahun yang akan

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN TANJUNG PALAS BARAT, TANJUNG PALAS UTARA, TANJUNG PALAS TIMUR, TANJUNG SELOR, TANJUNG

Kejadian demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengamatan selama kurun waktu 20 sampai 25 tahun sejak awal ditemukan kasus DBD