• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELEKSI TANAMAN GENERASI F1 HASIL PERSILANGAN HEMEROCALLIS KULTIVAR AFTER THE FALL DENGAN HAPPY RETURN ILAH SITI MUTHMAINAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELEKSI TANAMAN GENERASI F1 HASIL PERSILANGAN HEMEROCALLIS KULTIVAR AFTER THE FALL DENGAN HAPPY RETURN ILAH SITI MUTHMAINAH"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI TANAMAN GENERASI F1 HASIL PERSILANGAN

HEMEROCALLIS KULTIVAR “AFTER THE FALL”

DENGAN “HAPPY RETURN”

ILAH SITI MUTHMAINAH

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SELEKSI TANAMAN GENERASI F1 HASIL PERSILANGAN

HEMEROCALLIS KULTIVAR “AFTER THE FALL”

DENGAN “HAPPY RETURN”

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ILAH SITI MUTHMAINAH

105095003132

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

SELEKSI TANAMAN GENERASI F1 HASIL PERSILANGAN

TANAMAN HEMEROCALLIS KULTIVAR “AFTER THE

FALL” DENGAN “HAPPY RETURN”

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ILAH S. MUTHMAINAH

105095003132

Menyetujui :

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Ir. Darliah, M.S. Dasumiati, M.Si

NIP. 19570111 198203 2 003 NIP. 19730923 199903 2 002

Mengetahui :

Ketua Program Studi Biologi

DR. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. NIP.150375182

(4)

ABSTRAK

ILAH SITI MUTHMAINAH Seleksi Tanaman Generasi F1 Hasil Persilangan Hemerocallis Kultivar “After The Fall” dengan “Happy Return” . Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.

Peningkatan keragaman genetik tanaman hias Hemerocallis dapat dilakukan dengan hibridisasi dan kriteria seleksi pada generasi F1, tetua yang digunakan adalah kultivar “After The Fall” dan “Happy Return”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keragaman genetik Tanaman Hias Hemerocallis dan untuk mendapatkan klon terseleksi pada generasi F1. Pengamatan dilakukan pada karakter kualitatif dan kuantitatif sedangkan Kriteria seleksi didasarkan pada karakter untuk tanaman pot yaitu diameter batang, panjang batang, jumlah kuntum pertangkai, lebar daun, panjang daun dan diameter bunga. Data dikelompokkan menggunakan analisis gerombol dengan metode hirarki. Dari hasil persilangan didapatkan keragaman genetik yang luas , terbukti dengan warna bunga dan tinggi tanaman yang sangat beragam serta didapatkan 11 klon hasil persilangan “Happy Return” sebagai induk betina dan “After The Fall” sebagai induk jantan, dari 10 klon yang berbunga, terseleksi 1 klon. Sedangkan dari 44 klon hasil persilangan “After The Fall” sebagai induk betina dan “Happy Return” sebagai induk jantan terdapat 27 klon yang berbunga dan terseleksi 7 klon dan didapatkan 8 klon terseleksi menurut kriteria seleksi untuk tanaman pot yaitu klon 382, 392, 398, 400, 409, 418, 419 dan 421..

Kata Kunci : Tanaman Hias, Hemerocallis Kultivar “After The Fall”, Hemerocallis Kultivar “Happy Return”, Hibridisasi.

(5)

ABSTRACT

ILAH SITI MUTHMAINAH The Selection of F1 Plant Generation Resulted from Hybridization Between “After The Fall” and “ Happy Return” Cultivar of Hemerocallis”. A thesis. Biology Department Program. Faculty of Science and Technology. Islamic State University Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.

Increasing variety of Hemerocallis genetic could be conducted hybridization and selection the parental using “After the Fall” and “Happy Return” cultivar. The purpose of this research was to increase variety of Hemerocallis genetic and to find selected clon on FI generation. The observation was conducted on the qualitative and qualitative character and criteria selection was based on the characters of pot plant, they are: neck diameter, neck length, flower number/neck, leaf length, leaf width and flower diameter. Data were processed by using cluster analysis with hierarchy method. From the crossing above, it is found broad genetic variety. It was proven by the research resulted color and length variety of the plant. The research resulted that the crossing between “happy return” as main female and “After the Fall” as main male resulted 11 klons: 10 klons are bloomy and 1 klon is selected. Otherwise the crossing between “Happy Return” as main male and “After the Fall” as main female resulted 44 klons: 27 klon are bloomy and 7 klon are selected. Therefore the writer found 8 klons which selected based on selection criteria of pot plant, they were number of klon 382, 392, 398, 400, 409, 418, 419 and 421.

Key words: Ornamental plant, Hemerocallis culltivar of “After the Fall”, Hemerocallis cultivar of “Happy Return”, Hybridization.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 4 1.3. Hipotesis ... 4 1.4. Tujuan Penelitian ... 5 1.5. Manfaat Penelitian ... 5 1.6 Kerangka Berfikir ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Hemerocallis... 6

2.1.1 Deskripsi ... 6

2.1.2 Syarat tumbuh... 7

2.1.3 Manfaat ... 8

2.2 Keragaman Genetik... 9

2.3 Pemuliaan Tanaman ... 10

(7)

2.3.2 Seleksi... 15

2.3.3 Hibridisasi ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 19

3.2. Bahan dan Alat... 19

3.3. Metode Penelitian... 19 3.4. Pelaksanaan Percobaan... 20 3.4.1. Persiapan ... 20 3.4.2. Penanaman Tanaman ... 20 3.4.3. Pemeliharan Tanaman ... 20 3.5. Pengamatan ... 21 3.7. Analisi Data ... 23

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penelitian ... 24

4.2. Deskripsi Tanaman Hemerocallis ... 25

4.2.1 Tetua “After The Fall”... 25

4.2.2.Tetua “Happy Return” ... 26

4.2.3. Generasi F1 Hasil Persilangan “ After The Fall ♂ ” X “Happy Return ♀ ” ... 27

4.2.4. Generasi F1 Hasil Persilangan “ After The Fall ♀ ” X “Happy Return ♂ ” ... 33

(8)

4.2.6 Analisis Gerombol... 41

4.3. Kriteria dan Hasil Seleksi ... 43

4.3.1. Kriteria Seleksi... 43

4.3.2. Hasil Seleksi... 45

4.4. Perbandingan Tetua dengan Hasil Seleksi... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 52

5.2. Saran ... 52

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Deskripsi Morfologi Hemerocallis ...7

Gambar 2. Hemerocallis Kultivar “After The Fall” ...26

Gambar 3. Hemerocallis Kultivar “Happy Return”...27

Gambar 4. Dendogram Karakter Kuantitatif...42

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Klon yang Terbentuk dari kedua Persilangan……….. 25

Tabel 2. Data Sebaran Hasil Persilangan “ After The Fall ♂ ” X “Happy

Return ♀ ” dan Kedua

Tetua…..………. 28

Tabel 3. Data Sebaran Hasil Persilangan “ After The Fall ♀ ” X “Happy Return ♂ ” dan Kedua Tetua...……….. 35

Tabel 4. Korelasi Antar Karakter Karakter Kuantitatif ………. 40

Tabel 5. Nilai Kisaran untuk Karakter dalam Kriteria Seleksi……… 44

Tabel 6. Data Rata-Rata Kriteria

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Iklim ... 56 Lampiran 2. Data Karakter Kuantitatif ... 57 Lampiran 3. Data Karakter Kualitatif ... 59 Lampiran 4. Rataan dan Simpangan Baku Karakter Tiap Gerombol untuk

Karakter Kuantitatif ... 61 Lampiran 5. Gambar Klon Hasil Persilangan “After The Fall” dengan

“Happy Return” dan Persilangan Baliknya. ... 62 Lampiran 6. Gambar Klon Yang Terseleksi... 63 Lampiran 7. Rataan dan Simpangan Baku Karakter Tiap Gerombol untuk

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman hias adalah bagian yang unik dalam hortikultura di Indonesia dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi serta banyak dibutuhkan oleh masyarakat modern. Tanaman hias mempunyai kemampuan menghasilkan bunga dengan berbagai macam bentuk, ukuran, warna dan aroma. Bunga juga mempunyai andil besar dalam mempercantik lingkungan dan membuat suasana rumah menjadi lebih indah dan semarak (Gunawan, 1991)

Sejak lima tahun terakhir ini permintaan tanaman hias

Indonesia semakin meningkat, seiring dengan semakin

meningkatnya kesadaran manusia akan keindahan dan kesehatan lingkungan. Peningkatan permintaan tanaman hias yang tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang mencukupi, menyebabkan pemerintah melakukan impor yang intensitasnya meningkat tiap tahun. Saat ini permintaan tanaman hias di pasar mencapai 70%. Permintaan dalam negeri (DN) mencapai 250 juta, baru dipasok 158 juta (63,20%) (Anonim, 2004).

(13)

Hemerocallis adalah salah satu tanaman hias yang penting dan menarik secara ekonomi. Hemerocallis juga merupakan salah satu tanaman yang sering disilangkan semenjak 60 tahun yang lalu, yaitu sejak American Hemerocallis Society memulai aksinya menjadi pusat dari kultivar Hemerocallis pada tahun 1947. Lebih dari 4000 persilangan sedang diproses, untuk memperkirakan efek dari persilangan yang intensif terhadap peningkatan kultivar, dan untuk mempelajari hubungan antar spesies yang berbeda (Tomkins et al, 2001).

Hemerocallis adalah tanaman herba tahunan, sangat mudah untuk dibudidayakan, berbunga dengan masa yang panjang (Pennisi, 2004). Hemerocallis relatif bebas dari hama, toleran terhadap kekeringan dan banjir, tahan terhadap panas, toleran pada semua tanah dan tumbuh baik pada matahari penuh ataupun teduh (Russ, 1999), sehingga tanaman ini sangat baik untuk dikembangkan.

Hemerocallis mengandung polifenol dan saponin yang berfungsi sebagai antioksidan. Menurut penelitian Klumpp et al (1995), Hemerocallis bisa dijadikan bioindikator lingkungan dari polusi flourida. Di Cina, Hemerocallis digunakan sebagai obat dan makanan (Li, 1959).

(14)

Hemerocallis belum dikenal secara luas oleh masyarakat karena penyebarannya yang masih terbatas di daerah dataran tinggi, selain itu Hemerocallis yang banyak ditanam hanya mempunyai bunga dengan warna yang terbatas yaitu warna kuning dan jingga saja. Hemerocallis yang ada hanya berupa tanaman taman, tidak ditanam didalam pot. Dengan demikian diperlukan usaha untuk memperluas keragaman genetik untuk menghasilkan variasi warna, ukuran dan bentuk.

Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk mendapatkan variasi dengan karakter-karakter yang unggul dan dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan menjadi tanaman budidaya (Poehlman, 1979). Untuk mandapatkan hibrida baru yang memiliki kualitas unggul harus melalui tahap teknik pemuliaan yang benar yaitu pemilihan tetua, teknik penyilangan dan metode seleksi yang benar (Allard, 1992).

Seleksi merupakan inti dari pemuliaan tanaman, dengan adanya kegiatan seleksi maka pemulia bisa mendapatkan variasi yang diinginkan sesuai kriteria. Untuk melakukan kegiatan seleksi, diperlukan variasi genetik yang tinggi sehingga seleksi bisa berhasil.

Kegiatan seleksi dilakukan untuk memperbesar peluang

mendapatkan varietas/klon unggul sehingga perlu dilakukan uji sebanyak mungkin terhadap genotip-genotip baru. Perbaikan

(15)

fenotip tanaman pada dasarnya tergantung pada tersedianya suatu populasi yang individunya memiliki susunan genetis berbeda dan keefektifan seleksi terhadap populasi tersebut (Makmur 1992).

Tetua yang dipakai yaitu Hemerocallis kultivar “After The Fall” dan “Happy Return” , disebut kultivar karena varietas jenis ini telah dibudidayakan sejak lama. Hemerocallis kultivar “After The Fall” mempunyai kelebihan warna cokelat dengan bercak, diameter bunga yang besar, daun lebar dan panjang tangkai bunga kokoh, sedangkan kekurangannya adalah bunga dalam satu tangkai sedikit dan jumlah rumpun banyak. Hemerocallis kultivar “Happy Return” mempunyai kelebihan warna kuning terang, jumlah bunga dalam satu tangkai banyak dan jumlah rumpun sedikit, sedangkan kekurangannya diameter bunga kecil, daun kecil dan pendek, tangkai bunga lemah dan pendek.

Karakter yang ingin didapat dari persilangan ini yaitu karakter untuk tanaman pot berupa warna bunga yang bervariasi, diameter bunga sedang, daun lebar dan pendek,tangkai bunga kokoh dan pendek, jumlah rumpun sedang dan jumlah bunga banyak. Kriteria seleksi dilakukan berdasarkan perbandingan dengan tetua Hemerocallis kultivar “Happy Return”.

1.2 Perumusan Masalah

(16)

1. Apakah akan diperoleh keragaman genetik yang luas dengan persilangan Hemerocallis kultivar “After The Fall” dan “Happy Return”.

2. Apakah akan diperoleh tanaman klon baru hasil seleksi generasi F1 persilangan Hemerocallis kultivar “After The Fall” dan “Happy Return” untuk tanam pot.

1.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah

1. Akan diperoleh tanaman generasi F1 hasil persilangan

Hemerocallis kultivar “After The Fall” dan “Happy Return” yang memiliki keragaman yang luas.

2. akan diperoleh tanaman klon baru hasil seleksi generasi F1 hasil persilangan Hemerocallis kultivar “After The Fall” dan “Happy Return” untuk tanaman pot.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah

1. Untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman Hemerocallis.

2. Untuk mendapatkan tanaman klon baru hasil seleksi generasi

F1 hasil persilangan Hemerocallis kultivar “After The Fall” dan “Happy Return” untuk tanaman pot.

(17)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah didapatkannya klon baru yang bisa diusulkan ke Komisi Tim Pelepasan Varietas untuk menjadi varietas unggul baru tanaman pot Hemerocallis.

1.6 Kerangka Berfikir Import Produksi dalam negeri kurang secara kualitas dan kuantitas mah al Peningkatan secara kualitas dan kuantitas

bioteknolog i hibridisasi seleksi konvension al Permintaan tanaman hias meningkat, Tanaman hias Ex ; Hemerocallis Tanaman pot

Diperlukan seleksi F1 hasil persilangan tanaman

hias Hemerocallis Tanaman Taman Keragaman

genetik sempit

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Hias Hemerocallis

2.1.1. Deskripsi

Hemerocallis sp. merupakan tanaman herba tahunan dari famili Liliaceae, sangat mirip dengan lili dalam ukuran, warna dan keindahannya (Stout 1935). Dengan deskripsi sebagai berikut : Habitus berupa herba, tinggi 0,5-1 m. Batang semu, bulat, dan lunak. Daun tunggal, berseling, lanset, tepi rata, ujung runcing, pangkal meruncing, panjang 0,5-1 m, lebar 2-5 cm, permukaan kasar, pertulangan sejajar, berwarna hijau, majemuk, berbentuk tandan, tangkai silindris, panjang 0,5-1 m, hijau, Benang sari panjang 4-7 cm, jumlah enam, kuning, putik silindris, berjumlah satu panjang ± 8 cm, kuning, mahkota halus, lonjong, tiga helai. Kelopak berseling dengan mahkota, tiga helai, buah berbentuk kotak, bulat panjang, beruang tiga. Biji berbentuk bulat telur, permukaan berkerut, hitam. Akar berbentuk serabut. Bunga bisa berbau atau tidak (Stout, 1925).

Hemerocallis berasal dari kata Hemero yaitu sehari dan callis yaitu indah sehingga dikenal juga dengan nama daylily atau tanaman mekar sehari. Keunikan tanaman ini yaitu banyaknya kuntum bunga dari setiap rumpun yang muncul secara bergantian (Fawnia, 2006).

Tanaman berbunga dengan bentuk lonceng terbalik itu pun populer sebagai tanaman taman (landscape) atau sebagai tanaman pembatas atau bedding plants di taman. Hemerocallis tidak terbatas sebagai elemen taman, tapi juga tampak cantik

(19)

dalam pot, dengan demikian bagi para pecinta tanaman hias yang tidak punya lahan, dapat memajang pot Hemerocallis. Pot sebagai tempat tumbuh tanaman tersebut cukup besar agar tidak menghambat perkembangan rizoma (Fawnia,2006).

Gambar 1. Deskripsi morfologi Hemerocallis sp. (University Of Georgia, 2004)

2.1.2. Syarat Tumbuh

Hemerocallis merupakan tanaman hias yang sangat mudah tumbuh pada semua temperatur dan relatif bebas dari hama serangga dan jamur. Selalu menghasilkan satu bunga dalam satu hari dan layu pada hari berikutnya, tapi dalam satu tangkai dapat menghasilkan banyak bunga sehingga dapat berbunga dalam beberapa hari (Stout, 1925).

(20)

Hemerocallis bisa diperbanyak baik secara vegetatif maupun generatif. Secara vegetatif yaitu dengan pemisahan anakan, proliferasi dan kultur jaringan, sedangkan perbanyakan secara generatif dilakukan dengan biji yaitu dengan persilangan untuk mengevaluasi hasil persilangan oleh para pemulia (Dunwell, 2000). Persilangan Hemerocallis juga sudah dilakukan baik secara interspesifik ataupun intraspesifik (Tomkins et al, 2001).

Sebenarnya Hemerocallis relatif bebas dari hama, juga toleran terhadap kekeringan dan banjir, juga tahan terhadap panas, toleran pada semua tanah dan tumbuh baik pada matahari penuh ataupun teduh (Russ, 1999). Tetapi untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimal, Hemerocallis harus mendapatkan cahaya matahari penuh atau setidaknya setengah hari dengan kisaran pH ideal 6-6,5 (Pennisi, 2004).

2.1.3. Manfaat

Kandungan kimia daun, akar dan bunga Hemerocallis mengandung saponin dan polifenol, yang merupakan antioksidan. Di samping itu akarnya juga mengandung antrakinon dan daunnya mengandung flavonoida. Akar Hemerocallis berkhasiat sebagai obat demam, obat diare dan obat rematik.

Menurut penelitian Klumpp et. al (1995), Hemerocallis bisa dijadikan bioindikator lingkungan dari polusi flourida pada daerah tropis. Di Cina Hemerocallis selalu tersedia pada toko-toko herbal sebagai obat.

(21)

Bunganya dijadikan obat berbagai penyakit, ektrak dari bunga digunakan untuk agen pemurni darah dan untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh dari darah melalui ginjal. Penelitian dan analisis dari para ilmuwan menyatakan bahwa tanaman tersebut merupakan tanaman obat yang mengandung vitamin, protein, dan lemak yang dikenal sebagai Asparagin yaitu obat penurun rasa sakit. (Li, 1959), karena kandungannya tersebut maka bunga dari Hemerocallis dapat digunakan sebagai makanan di daerah oriental seperti dijadikan sebagai sup, beberapa jenis sajian makanan, atau bisa juga disajikan dengan mie (Stout, 1933).

2.2. Keragaman Genetik

Keragaman genetik terjadi akibat dari tanaman mempunyai karakter genetik yang berbeda. Umumnya keragaman genetik dapat dilihat bila varietas-varietas yang berbeda ditanam pada lingkungan yang sama. Dalam menilai keragaman genetik dalam spesies, terdapat pertentangan bentuk dari suatu sifat atau karakter tanaman seperti tinggi dan rendahnya tanaman, warna, umur tanaman, tinggi rendahnya hasil dan sebagainya. Karakter tersebut ditentukan oleh gen-gen tertentu yang terdapat pada kromosom, interaksi gen-gen atau gen-gen dengan lingkungan. Keragaman genetik biasanya menjadi permasalahan utama para

(22)

pemulia tanaman. Permasalahannya adalah seberapa jauh suatu karakter disebabkan faktor genetik sebagai interaksi gen, dan seberapa jauh disebabkan oleh faktor lingkungan (Makmur, 1992).

Adanya keragaman satu karakter pada suatu populasi berarti terdapat suatu keragaman dalam populasi tersebut. Keragaman yang luas pada karakter-karakter yang diamati merupakan syarat utama dalam keberhasilan program seleksi. Keragaman yang luas juga akan mempermudah diperolehnya varians dari suatu karakter yang diinginkan. Dengan demikian suatu karakter pada populasi yang memiliki keragaman genetik yang luas akan memberikan harapan yang besar bahwa pekerjaan seleksi terhadap karakter yang diinginkan dapat berhasil dengan baik. Sebaliknya keragaman genetik yang sempit berarti populasi tersebut homogen sehingga program perbaikan tanaman dengan cara seleksi hasilnya kurang efektif (Falconer,1981).

Menurut Makmur (1992) pengertian heritabilitas sangat penting dalam pemuliaan dan seleksi karakter kuantitatif. Nilai heritabilitas menentukan efektif atau tidaknya seleksi tanaman yang berdaya hasil tinggi dari sekelompok populasi. Hal ini tergantung pada seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan faktor genetik yang nantinya diwariskan kepada keturunannya dan seberapa

(23)

jauh pula keragaman hasil yang disebabkan oleh lingkungan tumbuh tanaman.

Hemerocallis belum dikenal secara luas oleh masyarakat karena penyebarannya yang masih terbatas di daerah dataran tinggi, selain itu Hemerocallis yang banyak ditanam hanya mempunyai bunga dengan warna yang terbatas yaitu warna kuning dan jingga saja. Hemerocallis yang ada hanya berupa tanaman taman, tidak ada tanaman untuk pot. Dengan demikian diperlukan usaha untuk memperluas keragaman genetik sehingga menghasilkan variasi warna dan karakter-karakter yang luas (fawnia, 2006)

2.3. Pemuliaan Tanaman

Didasari pada pernyataan bahwa setiap anggota individu tanaman memiliki perbedaan antara tanaman yang satu dan yang lainnya berdasarkan sifat yang dimiliki. Keragaman sifat individu setiap populasi tanaman tersebut dinamakan variabilitas. Variabilitas mempunyai arti yang sangat penting. Besar kecilnya variabilitas dan tinggi rendahnya rata-rata populasi tanaman yang digunakan sangat menentukan keberhasilan pemuliaan tanaman (Mangoendidjojo, 2003).

Dalam pemuliaan tanaman, perkawinan antara varietas adalah suatu cara yang banyak dilakukan untuk meningkatkan keragaman

(24)

genetik bahan pemuliaan. Seleksi dari bahan-bahan tersebut telah banyak menghasilkan varietas-varietas unggul yang memiliki gabungan sifat-sifat baik dari tetuanya dan bahkan memiliki sifat lebih baik dari pada tetuanya ( Darjanto dan Satifah, 1984).

Peningkatan hasil secara genetis hanya dapat diusahakan dengan jalan pemuliaan tanaman (Lamadji,1980). Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, misalnya adanya perbedaan warna bunga, daun dan bentuk biji. Namun, ada pula variasi yang memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi tanaman dan.atau lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dibedakan adanya variasi sifat yang kualitatif dan kuantitatif (Mangoendidjojo, 2003).

Sifat kualitatif adalah sifat yang secara kualitatif berbeda sehingga mudah dikelompokkan dan biasanya dinyatakan dalam kategori. Sifat ini dapat dibedakan secara tegas atau descrete karena dikendalikan oleh satu gen, sedangkan sifat kuantitatif tidak dapat dibedakan secara tegas karena dikendalikan oleh banyak gen yang menunjukkan distribusi yang kontinyu. Dengan adanya pengaruh lingkungan akan menambah pengaburan perbedaan genetika tersebut (Poespodarsono, 1988). Menurut Makmur (1988) karakter kuantitatif tidak diwariskan secara sederhana karena karakter yang diwariskan akan berbeda dari suatu tanaman kepada tanaman lainnya dengan perbedaan yang sangat kecil dan dapat diukur, yang distribusinya mendekati distribusi normal.

(25)

Pada dasarnya, pemuliaan tanaman bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul yang baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas yang sudah ada. Metode pemuliaan tanaman berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang pada hakikatnya dapat dilakukan dengan cara pemilihan dari keragaman populasi baik yang alami, hasil persilangan, penggandaan kromosom, dan mutasi, serta yang secara inkonvensional dengan cara rekayasa genetika. Dalam prakteknya, cara-cara tersebut saling terkait satu sama lain (Mangoendidjojo, 2003).

Metode pemuliaan tanaman dengan cara mutasi dapat terjadi secara alami maupun buatan. Mutasi secara alami berlangsung terus menerus di alam dan membutuhkan waktu yang sangat lama, sedangkan mutasi buatan dapat terjadi menggunakan mutagen dengan dosis dan waktu tertentu. Mutagen adalah substansi atau bahan yang dapat mengakibatkan mutasi seperti mutagen kimia dan fisika. Mutagen kimia seperti EMS (Etil methane sulfonat), MMS (Metil methane sulfonat), colcisin dll, sedangkan mutagen fisika seperti sinar gamma, beta dan neutron (Soeranto, 2000).

Bioteknologi tanaman pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu kultur in vitro dan rekombinasi DNA. Perbaikan

(26)

genetik tanaman melalui kultur in vitro atau kultur jaringan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain peningkatan keragaman somaklonal, penyelamatan embrio, fertilisasi in vitro, kultur haploid berupa kultur anther, dan fusi protoplas (hibridisasi somatik) (Lauterboom, 2005). Metode-metode ini mempunyai sifat dan spesifikasinya masing masing, misalnya kultur jaringan digunakan untuk teknik perbanyakan yang membutuhkan bahan

tanam dalam jumlah sedikit dalam waktu singkat dan

menghasilkan bibit dalam jumlah banyak (Priyono et al, 2000).

2.3.1. Domestikasi dan Introduksi

Proses pemilihan tanaman yang dikehendaki dari populasi tanaman yang liar untuk dibudidayakan secara menetap dan berlanjut disebut domestikasi, sedangkan introduksi adalah mendatangkan suatu kultivar tanaman ke dalam suatu wilayah yang baru (Mangoendidjojo, 2003). Dengan mengintroduksi tanaman, disamping menambah spesies tanaman di daerah tertentu juga menambah ragam plasma nutfah. Sebagai bahan pemuliaan, tanaman atau varietas introduksi dapat menjadi bahan yang baik untuk meningkatkan keunggulan varietas yang sudah ada dengan kemajuan yang meningkat (Poespodarsono, 1988).

(27)

Fungsi introduksi tanaman antara lain adalah untuk memperoleh kultivar baru. Tanaman introduksi setelah melalui proses adaptasi dan seleksi dapat dijadikan sebagai bahan persilangan dengan kultivar yang sudah beradaptasi dengan baik. Suatu kultivar dikatakan unggul bila telah memiliki daya hasil tinggi, kualitas buah baik, tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman, dan mampu beradaptasi pada berbagai lingkungan tumbuh (Yusdar et al. 1992 dalam Lutfy et al, 2004).

Tanaman introduksi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu introduksi tanaman yang memang merupakan tanaman baru di suatu wilayah, introduksi tanaman yang merupakan suatu varietas baru dan introduksi tanaman karena tanaman atau varietas ini mempunyai keunggulan tertentu. Itroduksi tanaman di suatu wilayah dapat digunakan sebagai usaha diversifikasi pertanian atau sebagai tanaman pengganti dari tanaman yang sudah ada yang dipandang kurang menguntungkan (Mangoendidjojo, 2003).

Persoalan yang muncul dengan adanya kegiatan introduksi yang perlu mendapat perhatian serius adalah ikut sertanya hama dan penyakit. Bila tidak hati-hati maka dapat menimbulkan hama dan penyakit baru yang sering sulit penanggulangannya. Oleh karena itu, jika ingin mengintroduksi tanaman dari daerah atau negara lain harus dikarantinakan terlebih dahulu (Poespodarsono, 1988).

(28)

Hemerocallis sebenarnya berasal dari kawasan Asia subtropik seperti Jepang, Cina, dan Siberia. Dua spesies Hemerocallis telah diintroduksi dari daerah oriental ke daerah Eropa untuk ditanam sebagai tanaman obat dan sebagai objek penelitian (Stout,1935). Hemerocallis yang ada di Indonesia, diduga dibawa Belanda pada masa penjajahan. Karena berasal dari negeri 4 musim, Hemerocallis lokal itu beradaptasi dengan iklim tropis. Hemerocallis itu terutama berkembang di dataran tinggi (Fawnia, 2006). Menurul Li (1959) Hemerocallis di introduksi dari Cina ke Eropa barat melalui jalur sutra selatan melewati Asia tengah.

Pada awal abad ke- 20, bibit Hemerocallis dibawa ke Amerika Serikat dan Eropa, berkembang terutama sejak tahun 1930-an. Kini, di Amerika, hampir setiap nurseri mengembangkan Hemerocallis dengan berbagai tipe perilaku tumbuh, musim berbunga, warna, ukuran dan bentuk bunga dengan ketinggian tanaman mulai dari 10 cm sampai 1 m. Musim berbunga mulai dari Mei sampai Oktober. Warna bunga kuning, jingga sampai merah. Tipe liar dari Hemerocallis merupakan materi yang menarik untuk hibridisasi dan persilangan selektif (Strout, 1935).

2.3.2 Seleksi

Menurut Allard (1992) bahwa dalam seleksi, ada dua hal yang sangat penting yaitu : (1) seleksi dapat bekerja secara efektif hanya dalam perbedaan karakter yang dapat diwariskan : (2) seleksi tidak

(29)

dapat menciptakan variabilitas tetapi hanya bekerja pada sifat yang telah ada.

Dalam program pemuliaan tanaman, kegiatan seleksi dimaksudkan untuk memperbesar peluang mendapatkan kultivar/klon unggul sehingga perlu dilakukan uji sebanyak mungkin terhadap genotip-genotip baru. Perbaikan genotip tanaman pada dasarnya tergantung pada tersedianya suatu populasi yang individunya mempunyai susunan genetis yang berbeda dan keefektifan seleksi terhadap populasi tersebut.

Seleksi merupakan kegiatan utama dalam setiap program pemuliaan tanaman, seperti memilih plasma nutfah yang digunakan sebagai tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat, memilih genotip yang akan diuji, memilih cara pengujian yang akan dipakai, dan memilih klon yang akan dilepas (Makmur, 1992).

Agar seleksi dapat memberikan hasil yang diharapkan, maka populasi yang akan di seleksi, harus mempunyai keragaman genetik yang cukup besar, dan terdapat anggota-anggota populasi yang mempunyai sifat tertentu yang lebih baik daripada varietas yang sudah diusahakan, atau ukuran populasi cukup besar sehingga memberikan keleluasaan untuk memilih atau menyeleksi. Agar proses seleksi dapat berjalan dengan baik kearah sasaran yang diharapkan, diperlukan pengetahuan tentang sifat-sifat daripada varietas-varietas yang akan dijadikan tetua persilangan (Lamadji, 1980).

(30)

2.3.3 Hibridisasi

Menurut Darjanto dan Satifah (1987) secara garis besar penyerbukan silang buatan meliputi beberapa tahap yaitu persiapan, kastrasi, pengambilan serbuk sari dan melakukan penyerbukan.

1. Persiapan

Hibridisasi buatan meliputi persiapan peralatan dan tanaman. Persiapan peralatan untuk persilangan ini berupa gunting kecil, pisau, pinset, loupe, kuas, buku catatan dan plastik, sedangkan persiapan tanaman meliputi pemilihan tetua jantan dan betina dengan sifat-sifat yang dimilikinya (Rockwell dan Grayson, 1966).

2. Kastrasi

Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang benang sari yang masih muda atau kuncup bunga dari tanaman induk betina dengan tujuan agar tidak terjadi penyerbukan sendiri (Darjanto dan Satifah, 1987).

Merujuk pada kastrasi mawar menurut Crockett (1974), tetua betina dipersiapkan beberapa hari sebelum bunga itu mekar. Pada saat itu bunga belum matang dan masih steril dan petal pun masih menutupi putik dan benangsari dan di cabut dengan tangan atau pinset, dan benang sari bunga tersebut dicabuti dengan pinset

(31)

sehingga bunga hanya memiliki putik. Lalu bunga dibungkus menggunakan plastik agar terhindar dari gangguan dari luar.

Menurut Darjanto dan Satifah (1987) peralatan untuk kastrasi harus bersih. Oleh karena itu peralatan dicelupkan ke dalam alkohol 75%-85% untuk menghindari adanya mikroorganisme yang

mungkin bisa merusak hasil kastrasi. Untuk memudahkan

pengamatan digunakan label sebagai tanda.

3. Pengambilan Serbuk Sari

Serbuk sari diambil dari benang sari yang segar dari bunga sedang mekar, karena diperkirakan pada saat itu mempunyai daya kecambah yang tinggi (Darjanto dan Satifah, 1987). Biasanya bila tersentuh sedikit saja serbuk sari langsung pecah dan mengeluarkan serbuk sari (Sukarno dan Nampiah, 1997).

4. Penyerbukan.

Menurut Darjanto dan Satifah (1987) yang harus diperhatikan pada saat penyerbukan adalah pada saat tanaman sedang berbunga lebat, sebab tanaman yang baru berbunga atau hampir habis bunganya sering mengecewakan. Suhu udara yang baik untuk melakukan penyerbukan adalah sekitar 200 sampai 250 C

sebab kepala putik cepat mengering pada suhu yang terlalu tinggi. Bunga yang telah dibungkus saat kastrasi dibuka untuk memastikan apakah kepala putik dari tetua betina tersebut sudah

(32)

siap atau belum dengan melihat kepala putik yang berlendir berwarna keputihan mengkilap dan lengket (masa resesif). Bila hal ini terjadi, maka bunga siap untuk diserbuki.

Serbuk sari yang terdapat pada kepala sari ditempelkan pada kepala putik yang berlendir tadi dengan cara serbuk sari dioleskan dengan kuas pada kepala putik. Untuk mengetahui serbuk sari

apakah sudah cukup diberikan, dapat dilihat dengan

menggunakan kaca pembesar (Sukarno dan Nampiah, 1997). Setelah penyerbukan, bunga ditutup kembali selama beberapa hari. Pada mawar, jika persilangan berhasil, maka dasar bunga akan membengkak dan disebut dengan hip dan jika persilangan gagal maka dasar bunga tersebut akan mengering dan gugur (Crockett, 1974).

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2009, di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cipanas, Cianjur Jawa Barat pada ketinggian 1100 di atas permukaan laut (dpl). Tipe iklim di lokasi ini menurut Smith dan Ferguson bernomor A yang termasuk sangat basah dan jenis tanah Andosol dengan kisaran pH antara 5,5 sampai 5,6.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, penggaris, jangka sorong, kaca pembesar, patok, label, Royal Horticulture Society colour chart, background, kamera, keranjang, pinset, plastik, dan kuas.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman Hemerocallis tetua yaitu kultivar “After The Fall” dan “Happy Return”, dan tanaman F1 hasil persilangan, pupuk NPK, pupuk daun, insektisida, dan fungisida.

3.3 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi langsung dan deskripsi pada tanaman induk berupa

(34)

Hemerocallis kultivar “After The Fall” dan “Happy Return” dan tanaman F1 hasil persilangan Hemerocallis. Terdapat dua persilangan yaitu antara Hemerocallis kultivar “Happy return” sebagai tetua jantan X “After the fall” sebagai tetua betina dengan jumlah 11 tanaman hasil silangan dan antara Hemerocallis kultivar “After the fall” sebagai tetua jantan X dan“Happy return” sebagai tetua betina dengan jumlah 44 tanaman hasil silangan sehingga jumlahnya 55 tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap 5 kuntum bunga (pengulangan) setiap individu tanaman.

3.4 Cara Kerja 3.4.1 Persiapan

Rumah beratap plastik digunakan sebagai tempat penelitian ini, terbuat dari besi dengan atap plastik UV, dan dikelilingi oleh paranet. Pengolahan tanah dimulai dengan membersihkan gulma, kemudian dicangkul dan dibalik lalu dicampur dengan pupuk kandang berupa kotoran kuda sebanyak 30 ton/ha. Lahan dibuat empat bedengan dengan ukuran 2000 cm x 70 cm, tinggi bedengan 30 cm dan jarak antar bedengan 80 cm.

3.5.2 Penamanam Tanaman

Setiap bedengan terdapat dua baris tanaman secara berselang, tanaman ditanam dengan jarak tanam 30 x 30 cm dengan bentuk segitiga sama sisi. Jarak antar tanaman sekitar 30

(35)

cm. Tanaman Hemerocallis ditanam pada lubang tanam, lalu disiram sampai media tanam basah. Pemeriksaan tanaman dilakukan seminggu sekali untuk mengetahui tanaman yang mati. 3.4.3 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan agar tanaman tumbuh dengan optimal, yang terdiri dari penyemprotan hama baik pestisida, fungisida atau akarisida seminggu sekali tergantung hama yang ada, dan pemberian pupuk baik berupa pupuk daun dan pupuk buatan berupa NPK, untuk pupuk daun diberikan dengan dosis 2 cc/L seminggu sekali dan untuk pupuk NPK 2-5

g/tanaman sebulan sekali. Penyiangan dilakukan dengan

membuang tanaman pengganggu dan daun-daun yang sudah kering.

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap tanaman “After The Fall” dan “Happy Return” dan tanaman generasi F1 hasil persilangan dan persilangan balik kedua tetua. Dari setiap tanaman diamati 5 kuntum bunga. Karakter-karakter yang diamati berupa karakter kuantitatif dan kualitatif.

Pengamatan yang dilakukan terhadap karakter kuantiitatif meliputi :

(36)

1. Diameter bunga, diukur pada bagian bunga yang memiliki mahkota terlebar dengan menggunakan jangka sorong. 2. Panjang sepal, diukur mulai dari dasar bunga sampai ujung

sepal.

3. Panjang petal, diukur mulai dari menempelnya petal sampai ujung petal.

4. Lebar sepal, diukur secara horizontal dari bagian tengah sepal.

5. Lebar petal, diukur secara horizontal dari bagian tengah petal.

6. Panjang stamen, diukur mulai dari menempelnya stamen

sampai ujung stamen.

7. Panjang pistil, dukur sepanjang pistil.

8. Panjang tangkai, diukur mulai dari tempat menempelnya tangkai pada batang sampai pada menempelnya bunga pertama. Tangkai yang dipilih yaitu tangkai yang bunganya dipakai untuk pengamatan kualitatif lainnya.

9. Diameter tangkai, diukur pada bagian tengah tangkai.

10. Jumlah kuntum bunga per tangkai, dihitung semua bunga yang ada pada satu tangkai yang bunganya diukur untuk pengamatan kualitatif lainnya.

(37)

11. Panjang daun, diukur mulai dari melekatnya daun pada rizome sampai pada ujung daun. Daun yang diambil yaitu daun dewasa yang nampak paling panjang diantara daun yang lainnya.

12. Lebar daun, diukur secara horizontal dari bagian tengah daun.

13. Jumlah daun, diukur dengan menghitung seluruh daun pada

satu anakan.

14. Jumlah anakan, dihitung semua rimpang yang terdapat

dalam satu rumpun.

Pengamatan yang dilakukan terhadap karakter kualitatif meliputi :

1. Warna bunga, diamati dengan cara membandingkan warna

utama petal bunga dengan warna-warna pada colour chart dari Royal Horticulture Society (RHS).

2. Warna daun, diamati dengan cara membandingkan warna

daun dengan warna-warna pada colour chart dari Royal Horticulture Society (RHS). Daun yang diambil yaitu daun dewasa yang nampak paling panjang diantara daun yang lainnya.

(38)

3. Bentuk daun, diamati dengan membandingkan pada bentuk dasar daun

4. Bentuk ujung daun, diamati dengan membandingkan pada bentuk dasar ujung daun.

5. Pertulangan daun diamati dengan melihat pertulangan pada

daun

6. Permukaan daun diamati dengan perabaan tekstur

permukaan.

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara deskripsi dan diolah dengan menggunakan software SPSS. Nilai yang dicari berupa analisis statistik deskriptif yaitu rataan, standar deviasi, varian atau ragam, korelasi tiap karakter dan analisis gerombol berupa dendogram.

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan pertama adalah dengan mencari korelasi antar karakter, lalu karakter tersebut dikelompokkan menggunakan metode gerombol (Cluster) yaitu dengan menggunakan metode hirarki. Untuk mengetahui

(39)

karakter mana yang berpengaruh dilakukan analisis ragam (Anova).

Analisis gerombol (Cluster) merupakan suatu analisis yang mengelompokkan objek ke dalam sebuah gerombol, sehingga setiap objek akan mempunyai keragaman yang lebih homogeny bila dibandingkan dengan objek pada gerombol lain. Dalam analisis gerombol terdapat dua metode yaitu berhirarki dan tidak berhirarki. Metode berhirarki biasanya digunakan bila penentuan jumlah gerombol tidak dilakukan sebelumnya. Sedangkan jika

banyaknya gerombol telah ditentukan sebelumnya maka

digunakan metode tidak berhirarki (Suharti, 2001). Analisis gerombol ini digunakan bila objek yang akan dikelompokkan berjumlah kecil , biasanya jumlah objek kurang dari 100 (Yamin, 2009).

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009. Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika setempat pada saat penelitian menunjukkan bahwa curah hujan berkisar antara 219-424 mm per bulan, dengan curah hujan

(41)

terbanyak pada bulan April, setelah bulan April curah hujan terus menurun karena memasuki musim kemarau. Lama penyinaran rata-rata per bulan antara 8,57- 50,6%, dengan penyinaran terbanyak pada bulan Juni. Kelembaban cukup tinggi yaitu berkisar antara 67,1-88,6 %. Suhu rata-rata per hari adalah 200C perhari, pada pagi hari sekitar 180C, pada

siang hari 230C dan 210C pada sore hari. Data iklim pada saat penelitian

dapat dilihat pada lampiran 1.

Klon yang terseleksi diharapkan berupa tanaman yang bisa dibudidayakan di dalam pot dengan variasi bunga yang menarik dan tinggi bunga yang tidak terlalu tinggi, klon yang terseleksi dibandingkan dengan tetua “Happy Return karena tetua ini biasa dibudidayakan di dalam pot. Terdapat 11 klon hasil persilangan “Happy Return” sebagai induk betina dan “After The Fall” sebagai induk jantan, dari 10 klon yang berbunga, terseleksi 1 klon. Dari 44 klon hasil persilangan “After The Fall” sebagai induk betina dan “Happy Return” sebagai induk jantan terdapat 27 klon yang berbunga dan terseleksi 7 klon. Dengan demikian didapatkan 8 klon terseleksi menurut kriteria seleksi. Kriteria seleksi didasarkan pada karakter yang berkorelasi terhadap tinggi tanaman, dalam hal ini adalah panjang tangkai yaitu diameter tangkai, jumlah kuntum, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, jumlah anakan dan diameter bunga. Tabel 1 memperlihatkan klon yang terbentuk dari kedua persilangan.

Tabel 1. Daftar Klon yang Terbentuk dari Kedua Persilangan

(42)

Klon hasil persilangan “ After The Fall ♂ ” X “Happy Return ♀ ”

Klon hasil persilangan “ After The Fall ♀ ” X “Happy Return ♂ ” 381, 382, 383, 384, 385, 386, 387, 388, 389, 390, dan 391 392, 393, 394, 395, 396, 397, 398, 399, 400, 401, 402, 403, 404, 405, 406, 407, 408, 409, 410, 411, 412, 413, 414, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 421, 422, 423, 424, 425, 426, 427, 428, 429, 430

Tidak ditemukan penyakit yang mengganggu pertumbuhan tanaman, namun ditemukan beberapa jenis hama. Hama yang terdapat pada tanaman diantaranya adalah serangga jenis Aphid dari ordo Hymenopthera dan beberapa spesies dari ordo Lepidopthera serta keong. Hama tidak terlalu mengganggu penelitian karena umumnya hilang dengan dilakukannya penyemprotan insektisida seminggu sekali dengan pergantian jenis insektisida sebulan sekali. Penggantian jenis insektisida ini dilakukan agar hama tidak resisten.

4.2 Deskripsi Tanaman Hemerocallis

4.2.1. Tetua “ After The Fall”

Kultivar“ After The Fall” merupakan varietas yang mempunyai tanaman yang tinggi, dilihat dari panjang tangkai berkisar antara 53-61 cm dengan panjang daun 63 cm dan lebar daun 2 cm serta jumlah anakan yang relatif banyak yaitu 37 anakan, sehingga mudah untuk dibudidayakan. Kultivar ini juga mempunyai jumlah kuntum per tangkai

(43)

yang banyak yaitu 16 kuntum dan diameter bunga 8,06 cm serta warna bunga yang menarik yaitu orange kecoklatan serta mempunyai eye atau bercak pada tengah petal. Data deskriptif tetua“ After The Fall” terlampir pada lampiran 2.

Karakter yang diinginkan untuk diturunkan pada generasi F1 yaitu berupa tangkai yang kokoh dengan jumlah kuntum per tangkai banyak, daun yang lebar, bunga mempunyai diameter yang besar serta warna yang bervariasi. Gambar dari tetua “ After The Fall” dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Hemerocallis kultivar “After The Fall” (http.davegarden.com/members/dorotian)

4.2.2. Tetua “Happy Return”

Kultivar ini termasuk ke dalam Hemerocallis kerdil dengan warna kuning lemon yang terang, dibudidayakan sebagai tanaman pot, bisa

(44)

hidup pada berbagai jenis tanah dan iklim, sangat mudah dibudidayakan dan relatif bebas dari hama. Kultivar ini hidup pada daerah yang mempunyai penyinaran matahari penuh atau teduh, bunga mekar bisa sampai 4 minggu.

Diameter bunga mekar tetua “Happy Return” 8 cm, yang relatif kecil dan mempunyai perhiasan dan organ kelamin bunga yang kecil pula, mempunyai panjang daun 25 cm dan lebar 1,2 cm, jumlah daun 10, jumlah kuntum dalam satu tangkai 9 dan tangkai bunga 25cm. Karakter yang diinginkan pada klon hasil persilangan yaitu tangkai yang pendek, daun pendek serta variasi bunga yang terjadi. Data kuantitatif tetua “Happy Return” terdapat pada lampiran 2,sedangkan gambar dari tetua “Happy Return” dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Hemerocallis kultivar “Happy Return” (http.davegarden.com/members/jody)

(45)

4.2.3. Generasi F1 Hasil Persilangan “ After The Fall ♂ ” X “Happy Return ♀ ”

Terdapat 10 klon hasil persilangan antara “ After The Fall ” sebagai tetua jantan X “Happy Return ” sebagai tetua betina yaitu klon 381, 382, 383, 384, 385, 386, 387, 388, 389, 390, dan 391. Tapi klon 387 tidak berbunga hingga akhir penelitian. Identifikasi yang dilakukan untuk menggambarkan deskripsi tanaman hasil persilangan ini berupa karakter kuantitatif dan kualitatif.

Karakter Kuantitatif

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat bunga mekar sempurna, diperoleh nilai sebaran setiap karakter kuantitatif generasi F1 hasil persilangan “ After The Fall ♂ ” X “Happy Return ♀ ” dan kedua tetua yang dapat dilihat pada tabel 1, dan nilai untuk masing-masing klon dan kedua tetua disajikan pada lampiran 2, sedangkan gambar semua klon dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 2. Nilai Sebaran Hasil Persilangan “ After The Fall ♂ ” X “Happy Return ♀ ” dan Kedua tetua

Hasil Silangan “After The Fall” “Happy Return” Karakter Rataan Raga m Min Ma x Rataan Raga m Rataan Raga m Diameter Bunga (cm) 6,86 ± 1,00 1,01 5,5 8,5 8.06±0.16 0.143 7.76±0.11 0.063

(46)

Panjang Petal (cm) 7,24 ± 0,91 0,83 6 8,5 8.74±0.11 0.063 7.72±0.13 0.097 Panjang Sepal (cm) 5,60 ± 0,81 0,66 4,5 7 7.76±0.11 0.063 5.68±0.13 0.097 Panjang Stamen Panjang (cm) 4,10 ± 0,30 0,09 3,5 4,5 4.80±0.09 0.045 4.80±0.11 0.065 Panjang Stamen Pendek (cm) 3,57 ± 0,27 0,07 3 4 4.14±0.12 0.073 4.30±0.09 0.045 Panjang Pistil (cm) 5,61 ± 0,54 0,30 5 6,5 5.82±0.10 0.057 6.88±0.18 0.167 Lebar Sepal (cm) 2,04 ± 0,29 0,08 1,5 2,5 2.38±0.27 0.377 1.90±0.04 0.010 Lebar Petal (cm) 3,54 ± 0,41 0,17 2,5 4 4.24±0.12 0.073 3.38±0.13 0.092 Panjang Tangkai (cm) 41,05 ± 7,80 60,96 26 52 54.00±2.3 0 26.50 0 23.00±1.51 11.50 0 Jumlah Kuntum (buah) 7,10 ± 2,92 8,54 3 12 13.40±1.0 7 5.800 7.60±0.74 2.800 Jumlah Daun (lembar) 10,10 ± 2,23 4,98 7 14 20.20±1.4 2 10.20 0 9.80±0.66 2.200 Lebar Daun (cm) 1,59 ± 0,27 0,07 1,1 2 1.94±0.05 0.013 1.06±0.04 0.008 Panjang Daun (cm) 50,01 ± 7,26 52,73 35,4 62 56.20±2.7 0 36.70 0 18.48±4.33 94.05 Jumlah Anakan (buah) 10,50 ± 2,36 5,61 7 13 37 - 4 -

Semua data yang ada hampir semua klon mendekati tetua “Happy return”, karena tetua “Happy return” merupakan tetua betina

(47)

karena selain materi genetik dari inti sel gamet betina juga memberikan sejumlah sitoplasma dan benda-benda dalam siotoplasma yang mengandung materi genetik yang diwariskan kepada zigot atau keturunannya (Cowder,1988). Diameter bunga berkisar antara 5,5-8,5 cm dan rata-rata 6,86 cm, yang mempunyai diameter bunga terlebar terdapat pada klon 383, sedangkan klon 391 mempunyai diameter bunga terkecil, diameter bunga untuk tetua “Happy return” adalah 7,76 cm dan tetua “After The Fall” adalah 8,06 cm, sehingga semua klon mempunyai kemiripan dengan kedua tetua.

Petal dan sepal berjumlah tiga helai, tekstur halus, bentuk lonjong, petal berseling dengan sepal dan warna yang bervariasi. Panjang petal 6-8,5 cm dan rata-rata 7,24 cm, klon 385 mempunyai petal terpanjang, untuk klon 388 mempunyai petal terpendek, mendekati nilai dari tetua “Happy return” yang mempunyai panjang petal 7,72 cm. Lebar petal yaitu 2,5-4 cm dengan rata-rata 3,54 cm, dibawah tetua “Happy return” yaitu 3,38 cm, sedangkan panjang sepal 4,5-7 cm dan rata-rata 5,60 cm dengan sepal terpanjang terdapat pada klon 390 dan sepal terpendek terdapat pada klon 382, 388, dan 392, sedangkan untuk lebar sepal 1,5-2,5 cm dengan rata-rata 2,04 cm dan lebar sepal tetua “Happy return” berada ditengahnya yaitu 1,9 cm, dengan sepal terlebar terdapat pada klon 385 dan 391, dan sepal terpendek terdapat pada klon 381.

Stamen pada bunga Hemerocallis terdapat 6 buah, 3 panjang dan 3 pendek berseling, dengan kedudukan pistil berada di tengah

(48)

berjumlah 1. Panjang stamen baik stamen yang panjang maupun pendek 3-4,5 cm dengan rata-rata 4,10 cm, mendekati panjang stamen kedua tetua yaitu 4-4,5 cm. klon 382 mempunyai stamen terpendek dan klon 388 mempunyai stamen terpanjang. Panjang pistil 5-6,5 cm dan rata-rata 5,61 cm yang mendekati tetua “After The Fall” 5,82 cm, klon 381 dan 388 mempunyai pistil terpendek sedangkan klon 384 dan 385 mempunyai pistil terpanjang.

Panjang tangkai 26-52 cm dengan rata-rata 41,05 cm, mendekati panjang tangkai tetua “After The Fall” yaitu 54 cm sedangkan tetua “Happy return” hanya mempunyai panjang 23 cm. Klon 382 mempunyai tangkai terpendek sedangkan klon 390 dan 391 mempunyai tangkai terpanjang. Jumlah kuntum per tangkai 3-12 kuntum per tangkai dan rata-rata 7,10 kuntum per tangkai mendekati tetua “Happy return” menpunyai jumlah kuntum per tangkai 7,6. Klon yang mempunyai kuntum paling sedikit yaitu klon 386 sedangkan klon yang mempunyai jumlah kuntum paling banyak terdapat pada klon 384.

Jumlah daun 7-14 daun dengan rata-rata 10,10 daun, hampir sama dengan tetua “Happy return” yang berjumlah 9,8 daun, klon 383 mempunyai jumlah daun paling sedikit sedangkan klon 390 mempunyai jumlah daun paling banyak. Panjang daun 35,4-62 cm dengan rata-rata 50,01 cm, mendekati tetua “After The Fall” yang mempunyai panjang daun 56,2 cm, sedangkan tetua “Happy Return” hanya mempunyai panjang daun 18,48 cm. Terlihat dari data ini menunjukkan bahwa

(49)

karakter panjang daun ini melampaui tetua “Happy return”, tapi lebih mendekati tetua “After the Fall”. Lebar daun 0,9-1,1 cm dengan rata-rata 1,59 cm, lebih mendekati tetua “After the Fall” yaitu 1,9 cm, sedangkan tetua “Happy return” hanya mempunyai lebar daun 1,09 cm.

Jumlah anakan pada tanaman klon hasil persilangan berkisar antara 7-13 dengan rata-rata 10,50 anakan, klon 385 dan 388 merupakan klon yang mempunyai anakan terbanyak sedangkan klon 381 merupakan klon yang mempunyai anakan paling sedikit. Tetua “Happy return” hanya 4 anakan sedangkan tetua “After the Fall” mempunyai 37 anakan.

Setiap karakter pada tanaman klon hasil persilangan memiliki ragam yang lebih tinggi dari kedua tetuanya (tabel 2). Nilai ragam ini berkisar antara 0,07-60,96. Panjang tangkai merupakan karakter yang memiliki ragam paling tinggi, sedangkan panjang stamen dan lebar daun memiliki ragam yang kecil. Keragaman sangat ditentukan oleh adanya interaksi antara faktor lingkungan dengan faktor genetik, genotip yang berbeda akan menunjukkan penampilan yang berbeda pula setelah berinteraksi dengan lingkungan tertentu (Mursito, 2003).

Dengan tingginya nilai ragam pada tanaman klon hasil persilangan membuktikan bahwa persilangan antara “After The Fall” dengan “Happy Return” dapat meningkatkan atau memperluas keragaman karakter. Ini merupakan salah satu bukti bahwa persilangan yang dilakukan berhasil dengan baik. Nilai ragam yang tinggi merupakan

(50)

salah satu syarat dapat dilakukannya seleksi pada generasi F1. Berdasarkan nilai ragam ini juga dapat ditentukan karakter yang akan menjadi kriteria seleksi. Karakter yang menjadi kriteria seleksi ini adalah karakter yang memiliki nilai ragam yang tinggi.

Karakter Kualitatif

Selain karakter kuantitatif diamati juga karakter kualitatif. Karakter yang diamati meliputi bentuk daun, bentuk ujung daun pertulangan daun, permukaan daun, warna daun dan warna bunga. Pada karakter bentuk daun, bentuk ujung daun, pertulangan daun dan permukaan daun, semua klon dan tetua mempunyai bentuk yang sama yaitu bentuk daun linear, bentuk ujung daun acutus, pertulangan daun sejajar dan permukaan daun agak kasar. Karakter pertulangan daun sejajar karena hemerocallis merupakan tanaman monokotil (Stot 1925). Data karakter kualitatif dapat dilihat pada lampiran 3.

Pengamatan warna daun dan warna bunga dilakukan dengan membandingkan warna daun dan warna bunga semua klon dan tetua dengan Royal Horticulture Society Color Chart. Karakter warna daun untuk tetua dan semua klon tidak terlalu berbeda yaitu berwarna hijau hanya gradasinya saja yang berbeda. Dan hampir semua klon mewarisi genotip dari tetua “After The Fall” yaitu green group 137A dan ada beberapa klon yang mewarisi genotip tetua “Happy Return” yaitu green

(51)

group 137B, juga ada beberapa klon yang tidak mirip kedua tetuanya yaitu klon 400, 418 dan 421.

Warna petal bunga terbagi dalam tiga bagian yaitu bagian bawah, tengah dan ujung sedangkan warna sepal sesuai dengan ujung petal saja. Warna bunga yang terbagi dalam tiga bagian ini seseuai dengan tetua “After The Fall”, tetapi ada juga yang hanya mempunyai satu warna saja dari bawah sampai ujung petal dan sepal, klon ini mempunyai sifat yang sama dengan tetua “Happy Return”. Semua klon mempunyai warna yang sangat beragam walaupun banyak yang tidak mirip dengan kedua tetua. Warna petal beragam mulai dari kuning, orange, merah, ungu serta campuran dari semua warna tersebut.

Tetua “After The Fall” mempunyai tiga warna pada petal, bagian bawah petal berwarna Yellow orange group 17A, bagian tengah petal mempunyai warna Yellow orange group 17C dan bagian atas petal berwarna Orange group 26A. sedangkan tetua “Happy Return” hanya mempunyai satu warna yaitu Yellow group 12B. Klon yang hanya mempunyai satu warna yaitu klon 381, 384 dan 386, tetapi semuanya tidak ada yang sama warnanya dengan tetua “Happy Return”. Klon 388, 390 dan 391 mempunyai tiga warna pada petal, tetapi tidak ada yang sama warnanya dengan tetua “After The Fall”, sedangkan untuk klon 382, 383, 385 dan 389 mempunyai dua warna.

Semua klon tidak ada satupun yang mempunyai warna yang sama dengan kedua tetua, hanya klon 382, 383, 385 yang warna petal

(52)

bagian bawahnya sama dengan tetua “After The Fall”, ini membuktikan bahwa warna bunga setiap klon yang terbentuk sangat bervariasi.

4.2.4. Generasi F1 Hasil Persilangan “ After The Fall ♀ ” X “Happy Return ♂ ”

Ada 44 klon hasil persilangan antara “ After The Fall ” sebagai tetua betina dan “Happy Return ” sebagai tetua jantan, tetapi hanya 27 klon yang berbunga sampai akhir penelitian yaitu klon 392, 393, 395, 396, 397, 398, 399, 400, 401, 404, 406, 407, 408, 409, 415, 417, 418, 419, 420, 421, 422, 423, 425, 426, 427, 428 dan 430.

Karakter Kuantitatif

Data karakter kuantitatif dapat dilihat pada lampiran 2, sedangkan data sebaran karakter kuantitatif disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Data sebaran Hasil Persilangan “ After The Fall ♀ ” X “Happy Return ♂ ” dan Kedua Tetua.

Karakter Hasil Silangan “After The Fall” “Happy Return” Rataan Raga

m

Min Max Rataan Raga m Rataan Raga m Diameter Bunga (cm) 8,51± 1,98 3,95 5,5 12 8.06±0.16 0.143 7.76±0.11 0.063 Panjang Petal (cm) 8,36±1,89 3,58 6 12 8.74±0.11 0.063 7.72±0.13 0.097 Panjang Sepal (cm) 6,80± 1,63 2,65 4,5 10,4 7.76±0.11 0.063 5.68±0.13 0.097

(53)

Panjang Stamen Panjang (cm) 4,30± 0,89 0,8 3 6,30 4.80±0.09 0.045 4.80±0.11 0.065 Panjang Stamen Pendek (cm) 3,71± 0,86 0,74 2 5,60 4.14±0.12 0.073 4.30±0.09 0.045 Panjang Pistil (cm) 5,98± 1,33 1,78 4 8,50 5.82±0.10 0.057 6.88±0.18 0.167 Lebar Sepal (cm) 2,18± 0,44 0,2 1,1 3,00 2.38±0.27 0.377 1.90±0.04 0.010 Lebar Petal (cm) 3,76± 0,88 0,78 1,7 5 4.24±0.12 0.073 3.38±0.13 0.092 Panjang Tangkai (cm) 39,51± 7,07 50,02 20 53 54.00±2.30 26.500 23.00±1.5 1 11.500 Jumlah Kuntum (buah) 8,59± 4,18 17,48 2 22 13.40±1.07 5.800 7.60±0.74 2.800 Jumlah Daun (Lembar) 11,51± 2,34 5,49 8 15 20.20±1.42 10.200 9.80±0.66 2.200 Lebar Daun (cm) 1,57± 0,49 0,24 1 3 1.94±0.05 0.013 1.06±0.04 0.008 Panjang Daun (cm) 46,65± 12,53 157,16 25, 8 69,3 56.20±2.7 36.700 18.48±4.3 3 0.063 Jumlah Anakan (buah) 12,40± 2,45 6,02 5 18 37 - 4 -

Diameter bunga berkisa antara 5,5-12 cm dengan rata-rata 8,51 cm, sedangkan tetua “After The Fall” mempunyai diameter bunga 8,06 cm, klon 393 mempunyai diameter bunga terpanjang sedangkan klon 428 mempunyai diameter paling pendek. Panjang petal berkisar antara 6-12 cm dengan rata-rata 8,36 cm diatas tetua “After The Fall” yang

(54)

mempunyai panjang petal 8,74 cm, klon yang mempunyai petal terpanjang yaitu klon 393, 395 dan klon 415 mempunyai petal terpendek, sedangkan lebar petal 1,7-5 cm dengan rata-rata 3,76 cm mendekati tetua “Happy Return” yang mempunyai lebar petal 3,38 cm. Klon yang terlebar adalah 393, 396 dan klon 428 mempunyai lebar petal terpendek.

Panjang sepal 4,5-10,4 cm dengan rata-rata 6,8 cm mendekati tetua “Happy Return” dengan panjang sepal 5,68 cm, sedangkan tetua “After The Fall” mempunyai panjang sepal 7,76 cm. Klon yang mempunyai sepal terpanjang adalah klon 392 dan 415 sedangkan klon yang mempunyai sepal terpendek adalah klon 395. Lebar sepal 1,1-3 cm dengan rata-rata 2,18 cm mendekati tetua “After The Fall” yang mempunyai lebar sepal 2,38 cm dan berada diantara panjang sepal tetua “Happy Return” yaitu 1,9 cm. Klon 428 mempunyai sepal terlebar dan klon 393 mempunyai lebar terpendek.

Panjang stamen baik yang pendek maupun yang panjang 2-6,3 cm dengan rata-rata 4,30 cm mendekati tetua “After The Fall” yang mempunyai panjang stamen 4,8 cm dan 4,14 cm. Klon 417 mempunyai stamen terpendek sedangkan klon 395 mempunyai stamen terpanjang. Panjang pistil 4-8,5 cm dengan rata-rata 5,98 cm, mendekati panjang pistil tetua “After The Fall” yaitu 5,82 cm. Klon 415 merupakan klon yang mempunyai pistil terpendek dan klon 396 merupakan klon yang mempunyai pistil terpanjang.

(55)

Panjang tangkai dari semua klon 20-53 cm dengan rata-rata 39,51 cm tetua “After The Fall” mempunyai panjang tangkai 54 cm dan tetua “Happy Return” mempunyai panjang tangkai 23 cm. Tetua “After The Fall” merupakan tanaman taman sehingga mempunyai tangkai yang panjang, semua klon tidak ada yang mempunyai panjang tangkai yang mendekati keduanya tetapi berada diantara kedua tetua. Klon yang mempunyai tangkai terpanjang adalah klon 404 sedangkan klon 428 mempunyai tangkai terpendek. Kuntum bunga 2-22 per tangkai dengan rata-rata per klon yaitu 8,59 cm, mendekati tetua “Happy Return” yaitu 7,6 kuntum per tangkai dan berada diatas tetua “After The Fall” mempunyai 13,4 kuntum bunga per tangkai. Klon yang mempunyai jumlah kuntum paling banyak adalah klon 420, sedangkan yang mempunyai kuntum per tangkai paling sedikit adalah klon 428.

Karakter vegeratif tanaman terdiri dari jumlah daun, panjang dan lebar daun serta jumlah anakan. Pengamatan dilakukan pada saat bunga mekar sempurna. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis, sehingga jumlah, panjang dan lebar daun sangat berpengaruh terhadap fase generatif tanaman nantinya. Menurut Setyati (1989) jika suatu tanaman didominasi oleh fase reproduktif maka akan diikuti oleh sedikit fase vegetatif, begitu sebaliknya jika fase vegetatif lebih dominan maka maka akan diikuti pula oleh sedikit fase reproduktif.

Jumlah daun semua klon berkisar antara 8-15 daun per tanaman dengan rata-rata daun per tanaman adalah 11,51.mendekati tetua

(56)

“Happy Return” yaitu 9,8 daun. Jumlah daun pada tetua “After The Fall” adalah 20,20 daun, jumlah yang sangat banyak untuk ukuran tanaman hemerocallis. Klon 388, 389, 392, 406 dan 423 mempunyai 8 daun dan klon 396, 419, dan 430 mempunyai 15 daun. Panjang daun berkisar antara 25,8- 69,30 cm dengan rata-rata 46,65 cm, mendekati tetua “After The Fall” yang mempunyai panjang daun 56 cm. klon 415 mempunyai panjang daun 69,3 cm melebihi tetua “After The Fall” , sedangkan klon 400 mempunyai panjang 25,8 cm hampir menyamai tetua “Happy Return”. Lebar daun mempunyai kisaran antara 1-3 cm dengan rata-rata 1,57 cm sedangkan tetua “After the Fall” mempunyai lebar daun 1,9 cm. Klon 400, 407, 408, dan 423 mempunyai lebar daun terpendek dan klon 415 mempunyai daun terlebar.

Karakter jumlah anakan berkisar antara 5-18 anakan per klon dengan rata-rata 12,40 anakan per klon, sedangkan tetua “After the Fall” mempunyai 37 anakan. Tidak ada satupun klon yang mempunyai anakan sebanyak tetua “After the Fall”, klon 393 memppunyai anakan yang paling sedikit mendekati tetua “Happy Return” yang hanya mempunyai 4 anakan, sedangkan klon 419 mempunyai anakan yang paling banyak.

Ragam dari beberapa karakter sangat bervariasi dengan keragaman tertinggi terdapat pada karakter panjang tangkai yaitu 157,16 dan ragam terendah terdapat pada karakter lebar sepal yaitu 0,2. Tetua “After The Fall” mempunyai keragaman yang besar pada karakter panjang daun dengan nilai 39,7, sedangkan keragaman yang sempit

(57)

terdapat pada karakter lebar daun yaitu 0,013 Tetua “Happy Return” juga mempunyai keragaman yang besar pada karakter panjang daun dengan nilai 94,05 dan keragaman yang sempit pada karakter lebar daun sebesar 0,008.

Karakter Kualitatif

Karakter bentuk daun, bentuk ujung daun pertulangan daun, permukaan daun, warna daun dan warna bunga yang berupa karakter kualitatif juga diamati. Karakter bentuk daun, bentuk ujung daun, pertulangan daun dan permukaan daun, semua klon dan tetua mempunyai bentuk yang sama yaitu bentuk daun linear, bentuk ujung daun acutus, pertulangan daun sejajar dan permukaan daun agak kasar. Data karakter kualitatif terlampir pada lampiran 3.

Warna daun untuk tetua “After The Fall” adalah green group 137A dan tetua “Happy Return” adalah green group 137B. Hampir semua klon sama dengan tetua “After The Fall” dan sebagian dari tetua “Happy Return” dan ada juga yang tidak mirip dengan kedua tetua.

Tetua “After The Fall” mempunyai tiga warna pada petal, bagian bawah petal berwarna Yellow orange group 17A, bagian tengah petal mempunyai warna Yellow orange group 17C dan bagian atas petal berwarna Orange group 26A, sedangkan tetua “Happy Return” hanya mempunyai satu warna yaitu Yellow group 12B. Klon yang hanya mempunyai satu warna yaitu klon 407, 408, dan 422, sedangkan klon 392,

(58)

400, 418, 419, dan 427 mempunyai tiga warna, sisanya mempunyai dua warna pada petal.

4.2.5 Korelasi

Korelasi antar karakter-karakter kuantitatif disajikan pada tabel 4. Berdasarkan korelasi antara diameter bunga, panjang tangkai, jumlah kuntum, jumlah daun dan jumlah anakan, terdapat korelasi yang sangat signifikan antara jumlah kuntum dengan panjang tangkai bahwa tangkai yang panjang mempunyai jumlah kuntum yang banyak dan sebaliknya tangkai yang pendek mempunyai kuntum yang sedikit, terbukti dengan beberapa klon yang bertangkai panjang mempunyai jumlah kuntum yang banyak yaitu pada klon 420 dengan pajang tangkai 48 cm dan 22 kuntum per tangkai, klon 404 mempunyai panjang tangkai 53 dan 18 kuntum per tangkai dan tetua “After The Fall” dengan panjang tangkai 61 dan 16 kuntum per tangkai.

(59)

Diamet er Bunga Panjan g Tangk ai Jumla h Kuntu m Jumla h Daun Panjan g Daun Lebar Daun Jumla h Anaka n Diamet er Bunga 0 Panjan g Tangkai 0,279 0 Jumlah Kuntum 0,160 0,529** 0 Jumlah Daun 0,279 0,404* 0,299 0 Panjan g Daun 0.097 0.551** 0,130 0,332* 0 Lebar Daun 0,153 0,359* 0,224 0,271 0,720** 0 Jumlah Anakan 0,216 0,523** 0,352* 0,658** 0,238 0,226 0 Ket : * = signifikan pada taraf 0,05 (5%)

** = signifikan pada taraf 0,01 (1%)

Menurut Handayani dalam Ahmadi (1999) korelasi pada penelitian tanaman gandum tergolong dalam kriteria sedang jika nilainya berkisar antara 0,31-0,75 dan termasuk besar bila bernilai antara 0,76-1,00. Korelasi antara panjang tangkai dengan jumlah daun berkorelasi positif signifikan pada taraf 5% yaitu sebesar 0,404. Ini terbukti pada sebagian besar klon dan juga tetua “After The Fall” dengan jumlah daun 24 dan panjang

(60)

tangkai 61 cm. Menurut Setyati (1989) pertumbuhan tinggi tanaman akan diikuti pula oleh pertumbuhan jumlah daun. Panjang tangkai dengan jumlah anakan juga berkorelasi positif sangat signifikan pada taraf 1% sebesar 0,523, dengan bertambahnya panjang tangkai maka bertambah pula jumlah anakan, ini terbukti pada sebagian besar klon, terutama pada tetua “After The Fall”.

Sedangkan untuk jumlah kuntum dengan jumlah anakan juga mempunyai korelasi positif yang signifikan pada taraf 5% yaitu sebesar 0,352. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya anakan maka bertambah pula jumlah kuntumnya, sedangkan untuk jumlah daun dengan jumlah anakan berkorelasi positif. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya jumlah anakan bertambah pula jumlah daunnya.

Lebar dan panjang daun berkorelasi positif , keduanya juga berkorelasi positif terhadap panjang tangkai, sedangkan panjang daun juga berkorelasi positif dengan jumlah daun, hal ini nenyebabkan apabila bertambahnya jumlah daun maka bertambah pula panjang daun. Data korelasi ini dijadikan dasar untuk penentuan kriteria seleksi. Apabila panjang tangkai yang ingin di seleksi maka karakter yang berkorelasi positif dengan panjang tangkai akan dijadikan kriteria seleksi yaitu karakter jumlah daun, jumlah kuntum, lebar dan panjang daun serta jumlah anakan.

(61)

4.2.6 Analisis Gerombol

Berdasarkan dendogram untuk karakter kuantitatif terbentuk VII gerombol. Hasil analisis gerombol terdapat pada gambar 4. Dari data tersebut, semua klon tidak ada yang mewarisi sifat dari tetua “After The Fall” karena tetua “After The Fall” berada sendiri pada gerombol VII , sedangkan tetua “Happy Return” termasuk ke dalam gerombol VI dan ada empat klon yang termasuk ke dalam gerombol ini yaitu klon 381, 408, 428, 392. Ini membuktikan bahwa hanya empat klon saja yang mempunyai kemiripan fenotipik terhadap tetua “Happy Return”, sedangkan gerombol lain membuktikan bahwa keragaman genetik dari silangan antara Hemerocallis varietas “After The Fall” dan “Happy Return” adalah besar, variasi genetik sangat penting dalam seleksi karena efektifitas seleksi tergantung pada besarnya variasi genetik (Hallauer, 1987).

Gambar

Tabel  1.  Daftar  Klon  yang  Terbentuk  dari  kedua
Gambar 1. Deskripsi morfologi Hemerocallis sp. (University Of  Georgia, 2004)
Gambar 2. Hemerocallis kultivar “After The Fall”
Gambar 3. Hemerocallis kultivar “Happy Return”
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari tradsi lisan pada waktu Pakata Pakata (Armada Laut Tobelo ) yang terkuat dan gagah perkasa itu menyerang Kerajaan Banggai dan pada saat itu rakyat telah siap

Dari tradsi lisan pada waktu Pakata Pakata (Armada Laut Tobelo ) yang terkuat dan gagah perkasa itu menyerang Kerajaan Banggai dan pada saat itu rakyat telah siap

Skripsi ini berjudul “ Analisis Pengaruh Rasio Solvabilitas dan Rasio Likuiditas Terhadap Pertumbuhan laba pada Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Besar yang terdaftar

Risiko-risiko yang teijadi dalam suatu perusahaan semakin kompleks. Fungsi auditor internal sebagai mitra manajemen dalam pada perusahaan dinilai tidak sesuai lagi dengan kondisi

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa inokulasi bakteri endofit diikuti dengan 75% dan 100% aplikasi pupuk urea memiliki berat kering total bibit yang lebih tinggi dibandingkan

a) Menurut MaZhab Hanafi, penggarapan tanah harus mendapat izin dari pemerintah. Apabi la pemerintah tidak mengizinkan, maka seseorang tidak boleh langsung

Proses yang disajikan dalam SOP dapat dijadikan tolak ukur kualitas pengendalian internal dalam proses bisnis perusahaan, yang akan berdampak terhadap kualitas pelayanan hotel