• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MUTU BERBASIS PRAKTEK, INTERVENSI PENINGKATAN MULTIMODAL UNTUK GASTROENTERITIS PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS MUTU BERBASIS PRAKTEK, INTERVENSI PENINGKATAN MULTIMODAL UNTUK GASTROENTERITIS PADA ANAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MUTU BERBASIS PRAKTEK, INTERVENSI

PENINGKATAN MULTIMODAL UNTUK GASTROENTERITIS

PADA ANAK

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manejemen

Disusun Oleh:

BIYANTI DWI WINARSIH (1006800724)

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA 2011

(2)

EFEKTIVITAS MUTU BERBASIS PRAKTEK, INTERVENSI

PENINGKATAN MULTIMODAL UNTUK GASTROENTERITIS

PADA ANAK

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka kematian dan kesakitan pada anak tinggi. Letak geografis Indonesia menyebabkan masih banyaknya anak menderita penyakit infeksi. Salah satu penyakit yang banyak terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun adalah gastroenteritis. Penyakit tersebut bisa menyebabkan kondisi dehidrasi maupun mal nutrisi. Hal ini akan membuat resiko kematian yang tinggi.

Gastroenteritis dapat dicegah agar tidak terjadi dehidrasi maupun mal nutrisi. tersebut adalamenunjukkan bahwa sebagian besar dari rawat inap dapat dihindari. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan rehidrasi oral. Di beberapa rumah sakit belum menerapkan pemberian oral rehidration therapy secara maksimal tetapi lebih mengedepankan obat – obatan antidiare.

Di Amerika dikembangkan perawatan anak dengan gastroenteritis menggunakan praktek berbasis mutu dan intervensi multimodal pada penderiata gastroenteritis pada anak. Sistem ini melibatkan multidisiplin yang saling membantu untuk informasi maupun penanganan gastroenteritis. Sistem yang diberikan adalah dengan pendidikan kesehatan pasien, umpan balik kinerja tim dan berpartisipasi dalam tindak lanjut melalui konferensi tim.

Hasil yang di dapatkan lama rawat anak lebih pendek dan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dapat lebih ditekan. Hal ini sesuai dengan kondisi anak Indonesia terutama pada keluarga tidak mampu maupun dengan ekonomi yang baik. Apabila strategi ini dikembangkan pada setiap rumah sakit terutama di ruang rawat inap akan mencegah anak terjadi dehidrasi yang bisa memperparah kondisi anak

(3)

A. LATAR BELAKANG

Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah 5 tahun. Di Amerika terdapar 37 juta kasus gastroenteritis akut setiap tahun. Di Indonesia merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak – anak. Rotavirus adalah penyebab dari 35 % sampai 50 % hospitalisasi karenan gastroenteritis akut, antara 7% dan 17 % disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan bakteri. Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita gastroenteritis akut daripada bayi yang mendapat susu formula. (Wong, 2007)

Orang tua yang mempunyai anak menderita gastroenteritis mengalami ketakutan dengan kondis anaknya. Bahkan perawatan ataupun pencegahan yang dilakukan tidak sesuai dan memperparah kondisi anak. Sebagai contoh adalah anak tidak diberikan minum mapun makan karena takut akan buang air terus. Kondisi ini membuat anak menjadi dehidrasi bahkan mal nutrisi.

Salah satu strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan perawatan untuk Gastroenteritis adalah meningkatkan penggunaan yang tepat dari rehidrasi oral terapi (ORT). ORT memiliki banyak keuntungan dibandingkan terapi intravena, termasuk biaya yang lebih rendah dan aplikasi di beragam pengaturan (termasuk rumah pasien). Dalam pengaturan rawat jalan di mana terapi intravena tidak tersedia, keputusan untuk mengobati dengan intravena terapi mungkin memerlukan rawat inap. ORT digunakan dalam penanganan darurat adalah setara dengan intravena terapi dalam meningkatkan dehidrasi pada 2 jam, dimulai lebih cepat, dan dapat menurunkan rawat inap.

Upaya pemberian ORT belum bisa terlaksana dengan baik karena dianggap terlalu lama untuk kesembuhan anak. Orang tua lebih senang jika anaknya mendapatkan obat – oabat yang mampu menghentikan diare dengan segera. Kadang perawat maupun dokter lebih berorientasi pada pemberian cairan intravena saja. Akibatnya anak terlalu lama dirawat dan bisa terjadi beberapa komplikasi yaitu : dehidrasi berat, syok hipovolemik, kedang

(4)

demam dan bakteriemi. Lama rawat dengan terjadi penurunan imunitas akan mudah terserang penyakit lain.

Untuk mengoptimalkan pemberian ORT maka dibuat suatu siatem yaitu intervensi multimodal dimana bisa mengontrol pemberian serta pemberian umpan balik dari intervensi yang diberikan. Perlu dibahas lebih lanjut bagaimana sistem intervensi multimodal ini dilakukan oleh dokter, perawat maupun admistrasi serta bagaiman penerapannya di rumah sakit.

(5)

B. KAJIAN LITERATUR

Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Peningkatan Intervensi Multimodal untuk Gastroenteritis merupakan jaringan AccessCare termasuk praktek pediatrik yang melayani jumlah terbesar dari pendaftar Medicaid di North Carolina. Populasi target praktek adalah pasien anak – anak dibawah 5 tahun . Tujuan Intervensi adalah untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya terkait dengan perawatan gastroenteritis untuk anak-anak dalam jaringan AccessCare. Tujuan kedua adalah untuk menunjukkan efektivitas

intervensi yang telah dilakukan oleh pelaksana intervensi multimodal.

Pada intervensi multimodal ini menerapkan proyek dalam 2 tahap. Tiga praktek intervensi dipilih untuk berpartisipasi dalam intervensi intensitas tinggidan praktek - praktek intervensi yang mencakup belajar dari praktek berbasis pengembangan praktek intensitas tinggi. Semua praktek-praktek berpartisipasi dalam AccessCare dimasukkan dalam intervensi program. Kepemimpinan dan manajemen di AccessCare melakukan intervensi multimodal berdasarkan kriteria berikut: (1) memiliki seorang pemimpin yaitu dokter yang bersedia untuk berpartisipasi, (2) adanya rumah sakir atau rawat inap yang bisa memberikan perawatan gastroenteritis. (3) adanya klinik – klinik rawat jalan di setiap daerah yang siap menerapkan intervensi multimodal. (Adam, 2007)

Intervensi multimodal untuk penanganan anak dengan gastroenteritis adalah pemberian ORT diruang tunggu, umpan balik kinerja dari ORT dan pendidikan kesehatan kepada orang tua. Apabila ada anak datang dengan diare maka langsung diberikan oralit secara gratis di ruang tunggu sambil menunggu antrean pemeriksaan. Setelah itu diperiksa kondisi anak setelah minum oralit. Pendidikan kesehatan diberikan kepada orang tua untuk melanjutkan pemberian oralit di rumah. Semua pasien tersebut didokumentasikan oleh bagian administrasi.

(6)

Aplikasi strategi intervensi multimodal adalah dimulai proses pemetaan dan analisis meliputi mendokumentasikan, mendiskusikan, dan mengubah proses perawatan. Proses kedua kontrol lokal perbaikan perencanaan oleh tim praktik interdisipliner. Program yang diberikan: (1) pendidikan tentang aplikasi berbasis bukti pedoman; (2) pembinaan dalam perbaikan proses, dan (3) contoh alat klinis dan petunjuknya. Infrastruktur untuk interaksi ini meliputi: (1) kunjungan ke lokasi oleh pimpinan intervensi multimodal untuk memimpin proses latihan pemetaan; (2) konferensi bulanan untuk semua praktek berfokus pada topik perbaikan klinis atau proses, serta seperti berbagi kemajuan praktik

Diskusi difokuskan pada keberhasilan dan pelajaran dalam intensitas tinggi praktek, serta menggambarkan penggunaan sejumlah alat berbasis praktik dikembangkan untuk membantu pelaksanaan kantor. Ini alat termasuk warna-kode diagram untuk menjelaskan kantor aliran untuk pasien gastroenteritis, penilaian dehidrasi, pasien pendidikan informasi, dan ORT instruksi untuk dokter dan orang tua. (Carolyn, 2003)

Intervensi multimodal tersebut merupakan serangkaian cara yang dilakukan oleh dokter dan perawat dibantu oleh administrasi yang selalu mengevaluasi semua tindakan yang sudah diberikan. Tindakan yang diberikan selalu terdokumentasi sehingga bisa dievaluasi setiap bulan dan dicari solsi untuk peningkatan intervensi. Dalam keperawatan anak lebih mengutamakan pemberian tindakan yang tidak menyebabkan trauma pada anak. Anak yang menderita gastroenteritis lebih baik mendapat ORT dan zinkid yang bisa membantu mencegah terjadinya dehidrasi tanpa terjadi tindakan invasif.

(7)

C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Penerapan intervensi multimodal memerlukan kesiapan dari pelaksana. Kesiapan tersebut berupa kemampuan perawat dalam pemberian tindakan dan kemapuan dalam pemberian pendidikan kesehatan serta kemampuan administrasi untuk melakukan pendokumentasian. Kerjasama yang baik dengan dokter dan administrasi. Adanya sistem pendokumentasian pada setiap klinik yang berada dibawah pengawasan pimpinan. Dengan cara ini keberhasilan penanganan gastroenteritis dapat dilihat disetiap klinik yang berada daerah jaringan accescare.

Proses intervensi multimodal ini dapat diterapkan di Indonesia terutama pada klinik anak. Di Indonesia penerapan intervensi multimodal ini hampir sama dengan penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Bedanya adalah kalau MTBS meliputi lima penyakit yang bisa menyebabkan kematian pada anak dan intervensi multimodal hanya pada anak dengan gastroenteritis saja. Beberapa kendala yang dihadapi adalah ketersediaan oralit dengan rasa yang disukai anak masih sangal minimal, Orang tua lebih menginginkan obat anti diare daripada mendapat ORT dan pendidikan kesehatan.

2. Rekomendasi

a. Adanya kerjasama antara perawat, dokter dan administrasi dalam pemberian asuhan kepada anak dengan gastroenteritis.

b. Adanya kebijakan dari dinas kesehatan setempat untuk memberikan ORT pada anak dengan gastroenteritis dan pendidiukan kepada orang tua untuk pencegahan.

c. Tersedianya sistem dokumentasi yang bisa diisi oleh perawat dengan tidak terlalu menambah beban kerja perawat.

(8)

D. DAFTAR PUSTAKA

Adam J. Zolotor, Greg D. Randolph. Et al. (2007) Effectiveness of a Practice-Based, Multimodal Quality Improvement Intervention for Gastroenteritis Within a Medicaid Managed Care Network, American Journal of Pediatrics ;120;e644-e650

Ball, Jane, dkk. (2003). Pediatric nursing caring for children. Third edition. New Jersey : Prentis hall

Calep K.King, Roger Glass, et all. (2003) Managing Acut Gastroenteritis Among Children, Oral Rehydration, Maintenance and Nutryonal therapy, MMWR, vol 52, No. RR 16.

Carolyn Gallagher, 2003. A guidelines-based approach for managing acute gastroenteritis in children, Journal for Specialists in Pediatric Nursing; Jul-Sep 2003

Hockenberry.Marilyn J, Wilson David, (2009) Essentials Pediatric Nursing Eighth Edition, Mosby Elsevier, St Louis.

James.Susan Rowen, Ashwill.Jean Weiler. (2007) Nursing Care of Children Principles & Practice Third Edition, Saunders Elsevier, Philadelphia

F. Kita MS, Y. Shibata_ BS, 2008 Prescription trends for treatment of paediatric gastroenteritis at a Japanese hospital between 1997 and 2007, Journal of Clinical Pharmacy and Therapeutics (2010) 35, 87– 92

Robert Hofmann. 2010, Remarks and questions on the article “Prospective randomized double-blind trial of racecadotril comparedwith loperamide in elderly people with gastroenteritis living in nursing homes” J Clin Pharmacol (2010) 66:839

Robert Hofmann. 2010. Remarks and questions on the article “Prospective randomized double-blind trial of racecadotril compared with loperamide in elderly people with gastroenteritis living in nursing

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional kemampuan yang harus dicapai pada anak usia 5-6 tahun pada aspek bahasa diantaranya yaitu

Pada poin-poin diatas (yang berwarna merah) pihak paramedis diduga tidak melakukan prosedur tranfusi darah dengan baik dan benar, yaitu pada kasus ini pihak

Selain gerak Totokng Pangalima dan gerak Totokng Anak Kayo, gerak yang memiliki simbol dan makna juga diwujudkan lewat gerak Nyambah.Gerak tari ini dilakukan setelah kepala hasil

Ditinjau dari hasil tes kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 1 Koto XI Tarusan dengan menggunakan teknik SQ3Rlebih tinggi dibandingkan tanpa

Berdasarkan komponen asam lemak yang terdapat pada bahan yang digunakan, cocoa butter  memerlukan nilai HLB 6, minyak zaitun 7, di dalam minyak kelapa

Perjanjian tersebut harus memasukkan isi dari Memorandum of Understanding dengan demikian ia mempunyai kekuatan mengikat”.103 Ciri-ciri Memorandum of understanding adalah

Hasil pengujian menunjukkan bahwa watermark hasil ekstraksi tidak mengalami perubahan dari watermark asal yang disisipkan pada semua jenis audio dan semua variasi

Perusahaan yang menerapkan Just In Time (JIT) Purchasing akan berubah dari pembelian tradisional menuju pembelian dengan kontrak jangka panjang. Kontrak jangka