• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN LOTION .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN LOTION .docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

BAB 1 PENDAHULUANPENDAHULUAN 1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada kulit mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada kulit akan menggangu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu akan menggangu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan munculnya keriput, sisik, kering dan pecah

munculnya keriput, sisik, kering dan pecah

 – 

 – 

  pecah, maka kulit membutuhkan  pecah, maka kulit membutuhkan suatu produk untuk mempertahankan kelembaban kulit, atau menjaga kulit dari suatu produk untuk mempertahankan kelembaban kulit, atau menjaga kulit dari kekeringan, melembutkan kulit dan kerusakan kulit.

kekeringan, melembutkan kulit dan kerusakan kulit. produk tersebut yaituproduk tersebut yaitu lotion.lotion.  Lotion

 Lotion adalah sediaan kosmetik emilien (pelembut) yang mengandung air adalah sediaan kosmetik emilien (pelembut) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab  bagi

 bagi kulit,memberi kulit,memberi lapisan lapisan minyak minyak yang yang hampir hampir sama sama dengan dengan sebum, sebum, membuatmembuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan.

dioleskan. Hand  Hand and and body body lotionlotion  (losio tangan dan badan) merupakan sebutan  (losio tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995).

umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995).  Lotion

 Lotion  didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang  didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya  berupa

 berupa air. air. Biasanya Biasanya ditambah ditambah gliserin gliserin untuk untuk mencegah mencegah efek efek pengeringan,pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah  produk kosmetik

 produk kosmetik yang umumnya berupa emulsiyang umumnya berupa emulsi, terdiri , terdiri dari sedikitnya dari sedikitnya dua cairdua cairanan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang sehat.

sehat.

 Lotion

 Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada  permukaan

 permukaan kulit, kulit, sehingga sehingga mudah mudah menyebar menyebar dan dan dapat dapat segera segera kering kering setelahsetelah  pengolesan

(2)

al., 1994). Kulit membutuhkan produk lotion, maka diperlukan formulasi lotion yang baik bagi kulit, oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:

1. Untuk mengetahui lotion yang dihasilkan dengan perlakuan perbedaan minyak terhadap kualitas lotion.

2. Untuk mengetahui nilai viskositas lotion  yang dihasilkan pada masing

 – 

masing perlakuan

3. Untuk mengetahui stabilitas emulsi lotion yang dihasilkan pada masing

 – 

masing perlakuan.

(3)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lotion

 Lotion adalah sediaan kosmetik emilien (pelembut) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab  bagi kulit,memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat

tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion  (losio tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995).

 Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek  pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982, menyebutkan lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang sehat.

 Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada  permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah  pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et

al., 1994). Syarat mutu pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-1996. Tabel 1. Syarat mutu pelembab kulit

No. Kriteria Satuan Syarat

1 Penampakan - Homogen

2 pH - 4,5-8

3 Bobot Jenis - 0,5-1,05

4 Viskositas cP 2000-50.000

5 Cemaran Mikroba Koloni/gram Maksimum 102 Sumber : SNI 16-4399 (1996).

(4)

2.2 Definisi dan Kegunaan Bahan dalam Pembuatan Lotion

2.2.1 Vaselin ( Petrolatum)

 Petrolatum  merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari hidrokarbon (jumlah karbon lebih dari 25).  Petrolatum  (vaselin), misalnya vaselin album, diperoleh dari minyak bumi. Titik cair 10-50°C apat mengikat kira-kira 30% air. Vaselin album adalah golongan lemak mineral yang dapat mengikat 30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak (Djuanda, 14; Sharma, 2008).

Petrolatum (C33H70) dapat digunakan dalam pembuatan krim atau lotion yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembutkan kulit (emollient ). Minyak ini merupakan pelembut kulit yang sangat baik karena  bersifat tidak aktif dan tidak menembus kulit. Sunsmart (1996) menyatakan  bahwa petrolatum sering digunakan dalam formulasi kosmetika dan efek  pemakaiannya dipertimbangkan sebagai occlusive emollient . Selain itu, bahan ini dapat berfungsi sebagai antioksidan dan pengemulsi. Petrolatum memiliki warna dari transparan sampai kekuningan dan merupakan campuran semi solid hidrokarbon, dapat terbakar, titik leleh berkisar beberapa derajat dibawah 100oF (37oC), serta tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, benzene dan karbon disulfida.

2.2.2 Aquades

Aquades merupakan komponen yang paling besar persentasenmya dalam pembuatan skin lotion. Aquades merupakan substansi yang paling reaktif diantara bahan-bahan penyusun produk kosmetik. Pada kosmetik, aaquades merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya dibandingkan bahan baku lainnya, tetapi aquades memiliki sifat korosi (Wilkinson et al. 1962). Pada sistem emulsi air juga berperan penting sebagai emolien yang efektif dan sebagai fase pendispersi dalam tipe air dalam minyak serta satu-satunya plasticizer pada stratum corneum. (Barnett 1962). 2.2.3 Pewangi

Hampir setiap jenis kosmetik menggunakan zat pewangi yang terutama berguna untuk menambah nilai estika produk yang dihasilkan.

(5)

Pewangi yang biasa digunakan adalah minyak ( essential oil ). Minyak parfum yang digunakan biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi (Schueller dan Romanowski, 1999). Penambahan  pewangi pada produk merupakan upaya agar produk mendapatkan tanggapan yang positif. Pewangi sensitif terhadap panas, oleh karenanya bahan ini ditambahkan pada temperatur yang rendah (Rieger 2000). Jumlah pewangi yang ditambahkan harus serendah mungkin yaitu berkisar antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan  skin lotion  pewangi dicampurkan pada suhu 35oC agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk (Schmitt 1996).

2.2.4 Minyak kelapa

Minyak kelapa mempunyai sifat sebagai antioksidan yang setara dengan vitamin E (Herrera, 2005). Kandugan asam lemak jenuh pada minyak kelapa adalah sebesar 90% yang berupa lemak jenuh rantai sedang atau MCFA ( Medium Chain Fatty Acid) dan kandungan asam lemak jenuh rantai  panjang hanya sekitar 8%. Kandungan terbesar adalah asam laurat (50%) dan asam kapriat (7%). Keduanya merupakan antimikroba (antibakteri dan antijamur) yang dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya mengandung asam lemak (Sutarmi dan Rozaline, 2006). Dengan demikian, minyak kelapa dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkal penuaan dini dan keriput sekaligus pengawet yang dapat menjaga stabilitas fisis lotion.

2.2.5 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid. Di dalam minyak kelapa sawit, asam lemak yang dominan adalah asam lemak palmitat (Mitsui, 1997).

2.2.6 Vitamin E

Vitamin E (tocopherol ) berfungsi untuk melembutkan, menghaluskan dan mencegah pengerutan kulit serta anti anti penuaan pada kulit (Ikrawan, 2005)

(6)

2.2.7 Cocoa Butter (lemak kakao)

Lemak kakao disebut sebagai minyak Theobroma, adalah lemak alami yang diperoleh dari nib kakao ( cotyledone) hasil pemisahan dengan proses  pengempaan hidrolik atau expeller. Lemak kakao memiliki sifat khas yakni  bersifat plastis dan memiliki kandungan lemak pada yang relatif tinggi. Lemak kakao sebagian besar tersusun dari lemak jenuh tetapi lemak kakao adalah lemak nabati yang tidak mengandung kolestrol. Secara umum lemak kakao terdiri dari beberapa asam lemak yaitu asam palmitat 24,3%, asam stearat 35,4%, asam oleat 38,2% asam linoleat 2,1% (Ikrawan, 2005).

2.2.8 Olive Oil  (Minyak Zaitun)

Minyak zaitun digunakan karena mengandung kelompok lipofilik (Barnett, 1972). Minyak zaitun adalah sumber utama lemak dari makanan dalam diet Mediterania, dan konsumsi minyak zaitun yang teratur memiliki  berbagai efek menguntungkan pada kesehatan manusia. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi diet mediterania, yang biasanya mencakup asupan 25-50 ml minyak zaitun per hari dengan lebih rendahnya insiden penyakit kardiovaskular, penurunan kognitif degeneratif, dan beberapa jenis kanker (Corona et al., 2009).

2.3 Manfaat Body Lotion

 Lotion  adalah emulsi encer yang didesain untuk penggunaan luar. Biasanya lotion digunakan pada daerah-daerah yang sering mengalami gesekan atau gososkan seperti bagian antar jari, paha dan lengan (Allen, 1999 dalam  Ningrum, 2011).  Hand lotion  merupakan salah satu produk kosmetik berbasis

lotion. Hand lotion berfungsi menjaga kelembapan kulit tangan agar tetap sehat (Tatum, 2011 dalam Ningrum, 2011).  Hand lotion  mencegah terjadinya dryness, premature aging, cracked skin  yang dapat meyebabkan ketidaknyamanan (Warta, 2011 dalam Ningrum, 2011).

2.4 Mekanisme yang Terjadi pada Pembuatan Lotion

 Lotion merupakan salah satu jenis emulsi minyak dalam air. fase minyak dan fase air yang terpisah disatukan dengan pemanasan dan  pengadukan. Fase minyak mengandung komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada

(7)

suhu yang sama dengan fase minyak kemudian disatukan (Rieger, 2000). Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75oC. Proses emulsifikasi pada pembuatan skin lotion adalah pada suhu 70oC (Mitsui, 1997). Waktu pengadukan juga mempengaruhi emulsi yang dihasilkan Pengadukan yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus dihindari, karena akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel. Lamanya pengadukan tidak dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat diketahui secara empiris. Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan mempengaruhi viskositas emulsi yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel akan menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi (Rieger, 2000).

Pada pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak  bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat

kekuatan yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi  partikel

 – 

 partikel yang lebih kecil. Kekuatan ini disebut tegangan antar muka.

Zat-zat yang dapat meningkatkan penurunan tahanan tersebut akan merangsang suatu cairan untuk menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan zat-zat ini sebagai zat-zat pengemulsi dan zat-zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antarmolekul dari masing-masing cairan (Ansel, 1989). Zat pengemulsi mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.

(8)

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat 1. Beaker Glass 2. Hot plate 3. Sendok 4. Panci 5. Mixer 6. Termometer 3.1.2 Bahan 1. Vaselin 2. Aquades 3. Cocoa Butter 4. Minyak Sawit 5. Vitamin E 6. Minyak kelapa 7. Minyak zaitun 8. Pewangi

(9)

3.2 Skema Kerja

Air dalam panci

Emulsifier dan minyak zaitun dalam

 beaker lass

Ditunggu hingga mendidih

Beaker glass diangkat

Dimasukkan dalam microwave 100oC selama ½ jam

Pendinginan

Pencampuran 10 menit

Air 

1 kapsul Vit E + tetes  bibit min ak wan i

(10)

BAB 4 HASIL PENGAMATAN 4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Viskositas

Nama Sampel

Kontrol Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

Yanuar 5 2 4 3 1 Erna 5 3 4 4 4 Mila 5 4 3 2 1 Dini 5 3 4 2 1  Nur Hanif 5 1 4 3 2 Fauzan 5 1 2 4 3 Jumanah 5 3 2 1 4 Diyana 5 2 4 1 3 4.1.2 Stabilitas Emulsi Nama Sampel

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

Yanuar 1 3 2 4 Erna 2 1 3 4 Mila 2 1 3 3 Dini 1 3 2 3  Nur Hanif 1 2 3 4 Fauzan 2 1 3 3 Jumanah 1 2 3 4 Diyana 1 3 2 4 Keterangan :

Kelompok 1 : Minyak Zaitun Kelompok 2 : Minyak Kelapa

Kelompok 3 : Minyak Kelapa Sawit Kelompok 4 : Cocoa Butter 

4.1 Hasil Perhitungan

Parameter Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kontrol

Viskositas 2,375 3,375 2,5 2,375 5

(11)

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh bahan yang digunakan terhadap viskositas Lotion

Viskositas merupakan parameter penting dalam suatu emulsi karena kestabilan emulsi dipengaruhi oleh viskositas emulsi tersebut. Semakin tinggi viskositas produk. Nilai viskositas berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu bahan yang artinya berkaitan dengan nilai stabilitas emulsi. Rata

 – 

  rata nilai viskositas lotion dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini.

Gambar 1. Hasil Rata

 – 

 Rata Nilai Viskositas Uji Organoleptik

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa viskositas pada kontrol lebih disukai (tertinggi) oleh  panelis yaitu diperoleh nilai rata

 – 

  rata viskositas = 5, pada kelompok 1 dengan  bahan minyak zaitun diperoleh nilai rata

 – 

 rata viskositas = 2,375, pada kelompok 2 dengan bahan minyak kelapa diperoleh nilai rata

 – 

 rata viskositas sebesar 3,375,  pada kelompok 3 dengan bahan minyak kelapa sawit diperoleh nilai kesukaan  panelis viskositas terendah yaitu 2,5, pada kelompok 4 dengan menggunakan  bahan cocoa butter diperoleh nilai rata

 – 

 rata viskositas yaitu sebesar 2,375.

Viskositas yang baik akan memiliki nilai yang tinggi. Ketika didinginkan, minyak zaitun menjadi keruh sekitar 10oC, dan menjadi massa seperti butter pada 0 oC (Rowe et al, 2003). Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh hidroksida alkali karena mengandung asam lemak tak jenuh dalam kadar tinggi, minyak

0 1 2 3 4 5 6 Kontrol minyak kelapa minyak zaitun minyak sawit cocoa butter    R    a    t    a   -   R    a    t    a    N    i     l   a    i    U    j    i    O    r    g    a    n    i     l   e    p    t    i     k Perlakuan viskositas

(12)

zaitun rentan terhadap oksidasi dan tidak kompatibel dengan agen oksidasi (Rowe et al, 2003).

 Lotion  minyak kelapa adalah yang paling mendekati viskositas lotion kontrol, diikuti lotion minyak kelapa sawit ,lotion minyak zaitun dan lotion cocoa butter. Faktor yang mempengaruhi viskositas adalah stabilitas emulsi (Anita, 2008). Kestabilan berkaitan dengan nilai HLB ( hydrophilic Licophilic balace)  bahan. HLB merupakan sistem keseimbangan dua fase yang diemulsikan. Jenis HLB yang dapat menghasilkan kestabilan yang tinggi pada pembuatan lotion adalah golongan hidrofilik yaitu dengan nilai 8-18 (Zaelani, 2007). Berdasarkan komponen asam lemak yang terdapat pada bahan yang digunakan, cocoa butter  memerlukan nilai HLB 6, minyak zaitun 7, di dalam minyak kelapa kandungan utama didalamnya adalah asam laurat yang memiliki HLB 16, kandungan minyak kelapa sawit dengan komponen utama palmitat memiliki HLB sebesar 18,975 (Ristati, dan Sitti., 2010).

Waktu pengadukan mempengaruhi emulsi yang dihasilkan Pengadukan yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus dihindari, karena akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel. Lamanya pengadukan tidak dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat diketahui secara empiris. Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan mempengaruhi viskositas emulsi yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel akan menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi (Rieger 1994).

Pada emulsi minyak dalam air, fase minyak dan fase air yang terpisah disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak mengandung komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak kemudian disatukan (Rieger 2000). Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75 oC. Proses emulsifikasi pada pembuatan  skin lotion adalah pada suhu 70 oC (Mitsui 1997).

(13)

5.2 Stabilitas emulsi Lotion

Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang terdapat dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan  partikel lain dan membentuk lapisan yang terpisah. Rata - rata nilai stabilitas

emulsi lotion dapat dilihat pada gambar 2. berikut ini:

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa stabilitas emulsi lotion yang disukai panelis ( tertinggi) yaitu pada penggunaan bahan cocoa butter yaitu sebesar 3,625, sedangkan stabilitas emulsi lotion yang tidak disukai panelis ( terendah) yaitu pada penggunaan bahan minyak kelapa yaitu sebesar 2.

Menurut Suryani et al, (2000), emulsi yang tidak stabil dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan  bahan, kecepatan dan pencampuran yang tidak tepat, tidak sesuai rasio antara fase

air dan fase minyak, pemanasan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan  pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, guncangan mekanik atau getaran, ketidakseimbangan densitas, ketidak murnian emulsi, reaksi antara dua atau lebih komponen dalam sistem dan penambahan asam atau senyawa elektrolit.

Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena  pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Kestabilan berkaitan dengan

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

minyak kelapaminyak zaitun minyak sawit cocoa butter 

   R  a    t  a   -  r   a    t  a  n    i    l  a    i    S    t  a    b    i    l    i    t  a  s   e   m   u    l  s    i    L  o    t    i  o  n Perlakuan

(14)

nilai HLB (hydrophilic Licophilic balace) bahan. HLB merupakan sistem keseimbangan dua fase yang diemulsikan. Jenis HLB yang dapat menghasilkan kestabilan yang tinggi pada pembuatan lotion adalah golongan hidrofilik yaitu dengan nilai 8-18 (Zaelani, 2007).

(15)

BAB 6. PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dihasilkan maka dapat disimpulkan sebagai  berikut:

1. Viskositas pada kontrol lebih disukai (tertinggi) oleh panelis yaitu diperoleh nilai rata

 – 

  rata viskositas = 5, pada minyak kelapa sawit diperoleh nilai kesukaan panelis pada viskositas terendah yaitu 2,5.

2. Minyak yang digunakan untuk pembuatan lotion  berpengaruh terhadap stabilitas emulsi lotion yang dihasilkan. Stabilitas emulsi yang disukai  panelis (terbesar) yaitu pada penggunaan cocoa butter  yaitu sebesar 3,625 sedangkan stabilitas emulsi lotion yang tidak disukai panelis ( terendah) yaitu pada penggunaan bahan minyak kelapa yaitu sebesar 2.

3. Pada pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak  bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat kekuatan yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel

 – 

partikel yang lebih kecil.

6.2 Saran

Sebaiknya dalam prakatikum dilakukan perlakuan penambahan bahan yang sesuai dengan standar sehingga lotion agar tidak terjadi iritasi pada kulit

(16)

DAFTAR PUSTAKA Anief, 1984. Ilmu Farmasi . Jakarta : Ghalia Indonesia.

Anita, S. B. 2008. Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion. Skripsi. Bogor: IPB.

Ansel, H. C. 1989.  Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ibrahim F, penerjemah. Jakarta: UI-Press

Barnett G. 1962. Cosmetics and Science Technology. Volume 1. New York: Willey Interscience,

Corona,G., Spencer, J.P.E., Dessì, M.A. 2009.  Extra virgin olive oil phenolics: absorption, metabolism, and biological activities in the GI tract . Toxicol  Ind Health; 25: 285.

Djuanda A. 1994.  Pengobatan Topikal dalam Bidang Dermatologi. Jakarta: Yayasan Penerbitan IDI.

Herrera, F.B. 2005. The Antioxidant Effect of Virgin Coconut Oil on Lipid Peroxidation. Philippine Journal of Internal medicine, 43(4), 199.

Lachman et al, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid II, Edisi III . Jakarta : Universitas Indonesia.

Lachman et al., 1994. Soaps and Detergent . New York: Mac Nair Dorland Company.

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. NewYork: Elsevier.

 Ningrum, Ayu Asmoro. 2011. Optimasi proses pencampuran hand lotion dengan kajian kecepatan putar mixer, suhu dan waktu pencampuran menggunakan metode desain faktorial.  Skripsi. Yogyakarta: Fakultas farmasi Univ. Sanata Dharma.

Ristanti, E.Y. Sitti, R. 2010. Formulasi Hand and Body Lotion dari Lemak Kakao. Jurnal Industri Hasil Perkebunan. Vol. 5 (2): 92-97.

Sutarmi dan Rozaline, H. 2006. Taklukkan Penyakit dengan VCO. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rieger, M. 2000.  Harry’s Cosmeticology. Ed ke-8. New York: Chemical Publishing Co Inc.

Rowe, R.C et al, 2003,  Handbook of Pharmaceutical Excipient , 4th ed, Pharmaceutical Press, Washington, DC. 219-221.

Schueller, R., and Romanowski, P. 1999. Conditionng Agent for Hair and Skin .  New York: Marcel Dekker.

(17)

Standar Nasional Indonesia. 1996. Sediaan Tabir Suya. SNI 16-4399-1996. Badan Standardisasi Nasional.

Sunsmart. 1996.  Petrolatum: a usefull classic. Journal Cosmetics and Toiletries.  Newyork: Sunsmart Inc.

Suryani, A., I. Sailah., E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor: Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam: DF Williams and WH Schmitt (Ed). 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries  Industry. Ed ke-2. London: Blackie Academy and Profesional.

Sularto,et al,1995.  Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi Gliserin dalam Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya.  Laporan Penelitian, LP UNPAD Bandung : Universitas Padjajaran .

Wilkinson 1982 . Herry’s Cosmeticology. London : George Godwin.

Wilkinson J B., R Clark E. Green, T P M. 1962. Modern Cosmeticology. Volume I. Leonard Hill, London

Zaelani, A. 2007. Sintesis Mono dan Diasilgliserol dari Refined Bleached  Deodorized Palm Oil (RBDPO) dengan Cara Gliserolisis Kimia . Skripsi.

(18)

LEMBAR PERHITUNGAN 1. Viskositas Lotion Kelompok 1 = ++4+++++ 8 = 2,375 Kelompok 2 = 4+4++4+4+++4 8 = 3,375 Kelompok 3 = +4++++4++ 8 = 2,5 Kelompok 4 = +4+++++4+ 8 = 2,375 Kontrol = +++++++ 8 = 5

2. Stabilitas Emulsi Lotion

Kelompok 1 = +++++++ 8 = 1,375 Kelompok 2 = +++++++ 8 = 2 Kelompok 3 = +++++++ 8 = 2,625 Kelompok 4 = 4+4+++4++4+4 8 = 3,625

Gambar

Tabel 1. Syarat mutu pelembab kulit
Gambar 1. Hasil Rata  –   Rata Nilai Viskositas Uji Organoleptik

Referensi

Dokumen terkait

Komponen asam lemak pada minyak inti sawit lebih mirip dengan minyak. kelapa dibanding dengan minyak sawit kasar,

Komponen utama penyusun minyak kelapa sawit adalah trigliserida, yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak, dan senyawa nontrigliserida dalam jumlah

Minyak zaitun dikenal sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung , karena kandungan asam lemak tak jenuh tunggal yang tinggi (Orey,2008).Asam lemak tak jenuh tunggal yang

Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa... Minyak inti sawit

 Hidrogenasi parsial minyak inti sawit RBDPKO dan RBDPKOlein dapat membentuk lemak kakao (cocoa butter substitute) yang kaya akan asam laurat (C12) sebagai

hewan dan mentega, sedangkan lemak tidak jenuh banyak terdapat pada minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak wijen, minyak zaitun dan lemak yang berasal. dari

Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam

Bahan minyak dan lemak yang digunakan pada percobaan di antaranya minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam oleat, dan asam stearat.. Komposisi