PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN DIETANOLAMIDA DARI
RBDPs(Refined Bleaching Deodorized Palm Stearin)DAN DIETANOLAMIN KAPASITAS12.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
DARWIS S. HUTAPEA
100425002
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Dietanolamida dari RBDPs dan Dietanolamin dengan Kapasitas 12.000 Ton/Tahun. Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai syarat untuk kelulusan dalam sidang sarjana.
Selama mengerjakan Tugas akhir ini penulis begitu banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Hamidah Harahap, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan masukan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai Dosen Pembimbing II sekaligus
koordinator tugas akhir yang telah memberikan arahan selama menyelesaikan
tugas akhir ini.
3. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani
studi.
4. Para pegawai administrasi Departemen Teknik Kimia yang telah memberikan
bantuan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di Deparetemen Teknik
Kimia.
5. Yang teristimewa Orang tua penulis yaitu Ibu K br.Sitinjak dan Bpk W.Hutapea
,yang tidak pernah lupa memberikan motivasi semangat, moril dan kepada
penulis.
6. Adikku tercinta Saad Hamonangan Hutapea, Juniarti br. Hutapea, Citra br.
Hutapea dan Roma Ito br. Hutapea yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat.
7. Teman-teman Team Chapel, UKMK USU, Perkantas, Kost Gg Sehati no. 18 dan
teknik kimia stambuk‘10 tanpa terkecuali. Terimakasih buat doa dan semangatnya.
8. Seluruh Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang juga turut
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2012
Penulis,
INTISARI
Dietanolamida diperoleh melalui reaksi antara RBDPs dan dietanolamin
dengan bantuan katalis natrium metoksida di dalam reaktorFlat six –blade turbine
pada temperatur 75oC dan tekanan 1 atm .
Pabrik pembuatan dietanolamida ini direncanakan berproduksi dengan
kapasitas 12.000 ton/tahun dengan masa kerja 330 hari dalam satu tahun. Lokasi
pabrik direncanakan di daerah Kuala Tanjung, Sumatera Utara dengan luas areal
20.670 m2. Tenaga kerja yang dibutuhkan 156 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur dengan struktur organisasi sistem staff dan garis.
Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan dietanolamida ini adalah sebagai
berikut:
Modal Investasi : Rp
294.116.323.212,- Biaya Produksi : Rp
182.237.090.992,- Hasil Penjualan : Rp357.225.955.719
,- Laba Bersih : Rp
174.988.864.728,- Profit Margin : 48.74 %
Break Event Point : 34.37 % Return of Investment : 42.62 % Return on Network : 77.24 % Pay Out Time : 2.35 tahun Internal Rate of Return : 56.41
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik Pembuatan
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR...i
INTISARI...iii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Perumusan Masalah ... I-4
1.3 Tujuan dan manfaat Pra Rancangan Pabrik ... I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES... II-1 2.1 Minyak Sawit ... II-1
2.2 RBDPs ... II-2
2.3 Alkanolamida ... II-4
2.4 Dietanolamida ... II-6
2.5 Sifat-sifat Kimia dan Fisika Bahan Baku ... II-7
2.5.1 RBDPs ... II-7
2.5.2 Dietanolamin ... II-7
2.5.3 Dietil eter ... II-8
2.5.4 Natrium Metoksida ... II-9
2.6 Sifat-sifat Produk ... II-9
2.6.1 Dietanolamida... II-9
2.6.2 Gliserol ... II-10
2.7 Proses Pembuatan Alkanolamida ... II-10
2.8 Seleksi Proses ... II-12
2.9 Deskripsi Proses ... II-12
2.9.1 Tahap Pengolahan Awal... II-12
2.9.2 Tahap Sintesa ... II-12
BAB III NERACA MASSA...III-1 3.1 Neraca Massa Pada Mixer 1 (M-140)...III-1
3.2 Neraca Massa Pada Mixer 2 (M-150)...III-1
3.3 Neraca Massa Pada Reaktor (R-210)...III-2
3.4 Neraca Massa Pada Separator (H-310)...III-2
3.5 Neraca Massa Pada Ekstraktor (H-330)...III-3
3.6 Neraca Massa Pada Dekanter (H-340) ...III-3
3.7 Neraca Massa Pada Vaporizer (V-350) ...III-4
BAB IV NERACA PANAS...IV-1 4.1 Neraca Panas Pada RBDPs (F-110)...IV-1
4.2 Neraca Panas Pada Reaktor (R-210) ...IV-1
4.3 Neraca Panas Pada Vaporizer (V-350) ...IV-2
4.4 Neraca Panas Pada Cooler 1 (E-211)...IV-2
4.5 Neraca Panas Pada Cooler 2 (E-331)...IV-2
4.6 Neraca Panas Pada Cooler 3 (E-351)...IV-2
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN... V-1 5.1 Tangki RBDPs (F-110) ... V-1
5.2 Tangki Dietanolamin (F-120)... V-1
5.3 Tangki Metanol sementara (F-220) ...V-2
5.4 Tangki Penyimpanan Metanol (F-130)...V-2
5.5 Mixer 1 (M-140)...V-2
5.6 Mixer 2 (M-150)...V-3
5.7 Tangki Dietil eter sementara (F-360) ...V-4
5.8 Tangki Penyimpanan Dietil eter (F-160) ...V-4
5.9 Tangki Gliserol (F-320) ... V-4
5.10 Tangki Dietanolamida (F-370)... V-5
5.11 Reaktor (R- 210)...V-5
5.12 Separator (H-310) ...V-6
5.13 Ekstraktor (H-330)...V-6
5.14 Dekanter (H-340)...V-7
5.16 Cooler 1 (E-211)...V-8
5.17 Cooler 2 (E-331)...V-8
5.18 Cooler 3 (E-351)...V-9
5.19 Pompa 1 (L-111)... V-10
5.20 Pompa 2 (L-121)... V-10
5.21 Pompa 3 (L-221)... V-10
5.22 Pompa 4 (L-131)... V-11
5.23 Pompa 5 (L-141)... V-11
5.24 Pompa 6 (L-151)... V-12
5.25 Pompa 7 (L-360)... V-12
5.26 Pompa 8 (L-160)... V-12
5.27 Pompa 9 (L-212)... V-13
5.28 Pompa 10 (L-311)... V-13
5.29 Pompa 11 (F-321)... V-14
5.30 Pompa 12 (F-331)... V-14
5.31 Pompa 13 (F-341)... V-14
5.31 Pompa 14 (F-371)... V-15
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA...VI-1 6.1 Instrumentasi...VI-1
6.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja...VI-11
6.2.1 Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Ledakan ...VI-12
6.2.2 Alat Perlindungan Diri ...VI-13
6.2.3 Keselamatan Kerja Terhadap Listrik ...VI-13
6.2.4 Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan ...VI-13
6.2.5 Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis ...VI-14
BAB VII UTILITAS... VII-1 7.1 Kebutuhan Uap (Steam)... VII-1 7.2 Kebutuhan Air... VII-2
7.2.1 Screening... VII-7
7.2.2 Klarifikasi... VII-7
7.2.3 Filtrasi ... VII-8
7.2.4 Demineralisasi ... VII-9
7.2.4.2 Penukar Kation (Cation Exchanger) ... VII-11 7.2.5 Deaerator ... VII-12
7.3 Kebutuhan Bahan Kimia... VII-13
7.4 Kebutuhan Listrik... VII-13
7.5 Keperluan Energi Bahan Bakar... VII-14
7.6 Unit Pengolahan Limbah ... VII-16
7.6.1 Bak Penampungan ... VII-16
7.6.2 Bak Pengendapan Awal ... VII-17
7.6.3 Bak Netralisasi... VII-17
7.6.4 Pengolahan Limbah dengan Sistem
Activated Sludge... VII-18 7.6.5 Tangki Sedimentasi... VII-21
7.6.6 Pompa Limbah (PL-01) ... VII-22
7.7 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-24
7.7.1 Screening (SC)... VII-24
7.7.2 Bak Sedimentasi (BS) ... VII-25
7.7.3 Clarifier (CL)... VII-25
7.7.4 Sand Filter (SF) ... VII-26
7.7.5 Tangki Utilitas 1 (TU-01) ... VII-26
7.7.6 Tangki Utilitas 2 (TU-02) ... VII-26
7.7.7 Cation Exchanger (CE) ... VII-27
7.7.8 AnionExchanger (AE) ... VII-27 7.7.9 Tangki Pelarutan Alum/Al2(SO4)3(TP-01)... VII-28
7.7.10 Tangki Pelarutan Soda Abu / Na2CO3(TP-02) ... VII-28
7.7.11 Tangki Pelarutan Asam Sulfat / H2SO4(TP-03) ... VII-28
7.7.12 Tangki Pelarutan NaOH (TP-04)... VII-29
7.7.13 Tangki Pelarutan Kaporit / Ca(ClO)2(TP-05) ... VII-29
7.7.14 Unit Refrigerasi(UR) ... VII-30 7.7.15 Deaerator (DE) ... VII-30
7.7.16 Ketel Uap (KU) ... VII-30
7.7.17 Tangki Bahan Bakar(TB-01)... VII-31
7.7.18 Pompa Screening (PU-01)... VII-31
7.7.20 Pompa Clarifier (PU-03) ... VII-31
7.7.21 Pompa Filtrasi (PU-04) ... VII-32
7.7.22 Pompa Utilitas (PU-05)... VII-32
7.7.23 Pompa H2SO4(PU-06)... VII-32
7.7.24 Pompa Kation Exchanger (PU-07) ... VII-33
7.7.25 Pompa Anion Exchanger (PU-08) ... VII-33
7.7.26 Pompa Utilitas (PU-09)... VII-33
7.7.27 Pompa Utilitas (PU-10)... VII-33
7.7.28 Pompa Utilitas (PU-11)... VII-34
7.7.29 Pompa Utilitas (PU-12)... VII-34
7.7.30 Pompa Deaerator (PU-13)... VII-34
7.7.31 Pompa Kaporit (PU-14) ... VII-34
7.7.32 Pompa Alum (PU-15) ... VII-35
7.7.33 Pompa Soda Abu (PU-16)... VII-35
7.7.34 Pompa NaOH (PU-17) ... VII-35
7.7.35 Pompa Bahan Bakar (PU-18) ... VII-35
7.7.36 Pompa Bahan Bakar (PU-19) ... VII-36
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK... VIII-1 8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1
8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-3
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN...IX-1 9.1 Bentuk Hukum Badan Usaha...IX-1
9.2 Organisasi Perusahaan...IX-2
9.3 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ...IX-4
9.3.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ...IX-4
9.3.2 Dewan Komisaris...IX-4
9.3.3 Direktur ...IX-4
9.3.4 Staf Ahli ...IX-5
9.3.5 Kabag Keselamatan Kerja...IX-5
9.3.6 Sekretaris...IX-5
9.3.7 Manajer Produksi...IX-5
9.3.8 Manajer Teknik...IX-5
9.3.10 Manajer Pembelian dan Pemasaran ...IX-6
9.5 Sistem Kerja...IX-6
9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ...IX-7
9.7 Sistem Penggajian ...IX-9
9.8 Fasilitas Tenaga Kerja ...IX-10
BAB X ANALISA EKONOMI...X-1 10.1 Modal Investasi ...X-1
10.1.1 Modal Investasi Tetap/Fixed Capital Investment...X-1 10.1.2 Modal Kerja/Working Capital...X-2 10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/Total Cost(TC)... X-4 10.2.1 Biaya Tetap/Fixed Cost(FC) ...X-4 10.2.2 Biaya Variabel/Variable Coat(VC) ... X-4 10.3 Total Penjualan (Total Sales)... X-5 10.4 Bonus Perusahaan ...X-5
10.5 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5
10.6 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5
10.6.1 Profit Margin(PM)... X-5 10.6.2 Break Event Point... X-5 10.6.3 Return on Investment(RON)...X-6 10.6.4 Pay Out Time(POT) ... X-7 10.6.5 Return On Network(RON) ...X-7 10.6.6 Internal Rate of Return(IRR)...X-7
BAB XI KESIMPULAN...XI-1
DAFTAR PUSTAKA... xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Kebutuhan impor dietanolamida di Indonesia... I-1
Tabel 1.2 Data indeks peningkatan impor dietanolamida ... I-2
Tabel 1.3 Tabel Produksi CPO dan RBDP Stearin Indonesia ... I-3
Tabel 1.4 Kebutuhan impor Dietanolamin di Indonesia ... I-3
Tabel 2.1 Komposisi dari RBDPs ... II-3
Tabel 2.2 Komposisi asam lemak dari minyak sawit, fraksi olein, dan
fraksi stearin dari minyak sawit serta minyak inti sawit... II-4
Tabel 2.3 Beberapa sifat produk dietanolamida... II-6
Tabel 3.1 Neraca Massa di Mixer 1 (M-140) ...III-1
Tabel 3.2 Neraca Massa di Mixer 2 (M-150) ...III-1
Tabel 3.3 Neraca Massa di Reaktor (R-210) ...III-2
Tabel 3.4 Neraca Massa di Separator (H-310)...III-2
Tabel 3.5 Neraca Massa di Ekstraktor (H-330) ...III-3
Tabel 3.6 Neraca Massa di Dekanter (H-340) ...III-3
Tabel 3.7 Neraca Massa di Vaporizer (V-350) ...III-4
Tabel 4.1 Neraca PanasTangki RBDPs2 (F - 110) ...IV-1 Tabel 4.2 Neraca Panas Reaktor (210) ...IV-1
Tabel 4.3 Neraca Panas Vaporizer (V-350)...IV-2
Tabel 4.4 Neraca Panas Cooler 1 (E-211) ...IV-2
Tabel 4.5 Neraca Panas Cooler2 (E-331)...IV-2 Tabel 4.6 Neraca Panas Cooler 3 (E-351) ...IV-2
Tabel 6.1 Daftar Penggunaan Instrumentasi Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Dietanolamida
Tabel 7.1 Kebutuhan uap sebagai media pemanas... VII-1
Tabel 7.2 Kebutuhan Air Pendingin... VII-2
Tabel 7.3 Pemakaian air untuk berbagai kebutuhan ... VII-5
Tabel 7.4 Kualitas Air Sungai, Daerah Kawasan Kuala Tajung... VII-5
Tabel 7.5 Komposisi limbah cair dari proses produksi ... VII-16
Tabel 7.6 Spesifikasi Pompa Limbah... VII-24
Tabel 8.1 Perbandingan Lokasi Pendirian Pabrik Dietanolamida ... VIII-1
Tabel 9.1 Susunan Jadwal Shift Karyawan ...IX-7
Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya ...IX-8
Tabel 9.3 Perincian Gaji Karyawan ...IX-9
Tabel LA.1 Tabel BM Senyawa - senyawa Kimia yang digunakan ... LA-2
Tabel LA.2 Menghitung BM rata-rata RBDPs ... LA-3
Tabel LA.3 Menghitung BM rata-rata Dietanolamida ... LA-3
Tabel LB.1 Kontribusi Estimasi Kapasitas Panas Elemen
atom berupa padatan ...LB-1
Tabel LB.2 Kontribusi Estimasi Kapasitas Panas berupa Cairan ...LB-2
Tabel LB.3 Data Cp Beberapa Senyawa ...LB-3
Tabel LB.4 Kontribusi Estimasi Panas Pembentukan Standar ...LB-5
Tabel LB.5 Panas Penguapan ...LB-7
Tabel LC.1 Analog perhitungan untuk tiap tangki dengan tutup datar ...LC-7
Tabel LC.2 Analog perhitungan untuk tiap tangki dengan
tutup ellipsoidal ...LC-13
Tabel LC.3 Analog perhitungan untuk tiap cooler...LC-18
Tabel LC.4 Analog perhitungan untuk tiap pompa...LC-22
Tabel LC.5 Analog perhitungan untuk tiap mixer ...LC-31
Tabel LD.1 Analog perhitungan Tangki Utilitas (TU-02)...LD-10
Tabel LD.2 Analog perhitungan untuk tangki pelarut...LD-18
Tabel LD.3 Analog perhitungan pompa utilitas...LD-27
Tabel LD.4 Analog perhitungan pada tangki bahan bakar ketel uap ...LD-31
Tabel LE.1 Perincian Harga Bangunan, dan Sarana Lainnya ... LE-2
Tabel LE.2 Harga Indeks Marshall dan Swift ... LE-3
Tabel LE.3 Estimasi Harga Peralatan Proses ... LE-7
Tabel LE.4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas dan
Pengolahan Limbah ... LE-8
Tabel LE.5 Biaya Sarana Transportasi... LE-10
Tabel LE.6 Perincian Gaji Pegawai ... LE-14
Tabel LE.7 Perincian Biaya Kas... LE-16
Tabel LE.8 Perincian Modal Kerja ... LE-17
Tabel LE.9 Aturan Depresiasi Sesuai UU Republik Indonesia
Tabel LE.10 Perhitungan Biaya Depresiasi Sesuai UURI No. 17
Tahun 2000... LE-19
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 6.1 Skema Dasar Sistem Kontrol ...VI-1
Gambar 6.2 Instrumentasi pada pompa ...VI-6
Gambar 6.3 Instrumentasi pada tangki berpengaduk ...VI-7
Gambar 6.4 Instrumentasi pada tangki bahan baku/produk...VI-7
Gambar 6.5 Instrumentasi pada reaktor ...VI-8
Gambar 6.6 Instrumentasi padaheater...VI-9 Gambar 6.7 Instrumentasi padacooler...VI-9 Gambar 6.8 Instrumentasi pada dekanter...VI-10
Gambar 6.9 Instrumentasi padaDryer/Vaporizer...VI-10 Gambar 8.1 Peta Lokasi Pabrik Pembuatan Dietanolamida ... VIII-3
Gambar 8.2 Tata Letak Pabrik Dietanolamida... VIII-6
Gambar 9.1 Struktur Organisasi Pabrik Pembutan Dietanolamida
dari RBDP Stearin dan Dietanolamin... IX-12
Gambar LD.1 Siklus unit pendinginan ...LD-27
Gambar LE.1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan (Storage)
dan Tangki Pelarutan ... LE-5
Gambar LE.2 GrafikBreak Event Point(BEP) Pabrik Dietanolamida
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA... LA-1
LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS ...LB-1
LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN...LC-1
LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI ALAT UTILITAS ... LD-1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian di
Indonesia yang pertumbuhanya sangat cepat dan mempunyai peranan strategis dalam
perekonomian Nasional. Crude Palm Oil (CPO) dapat diolah menghasilkan produk
yang lebih bernilai, salah satunya adalah Dietanolamida.
Dietanolamida diperoleh dengan mereaksikan asam lemak dengan senyawa
yang mengandung gugus atau atom nitrogen seperti dietanolamin. Industri
dietanolamida banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kegunaan
dietanolamida antara lain:
- Sebagai surfaktan
- Sebagai bahan baku pembuatan produksi karet ( Ketaren, 2005).
Saat ini kebutuhan dietanolamida masih bergantung pada impor dari negara produsen
dietanolamida seperti Cina dan Malaysia. Adapun kebutuhan impor dietanolamida
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel I.1 Kebutuhan impor dietanolamida di Indonesia.
Tahun Jumlah (Kg) Nilai (US $)
2005 2.785.087 3.038.642
2006 2.730.728 4.669.670
2007 2.219.123 2.899.965
2008 2.838.366 4.363.125
2009 2.266.480 3.430.474
2010 3.259.780 3.346.423
(Sumber : Biro Pusat Statistik Indonesia, 2012)
Persentase kenaikkan kebutuhuhan akan dietanolamida tiap tahunnya ditunjukkan
Tabel I. 2 Data indeks peningkatan impor dietanolamida
Tahun Jumlah (Kg) Persentase
Kenaikan (%)
2005 2.785.087 0
2006 2.730.728 -1,95
2007 2.219.123 -18,74
2008 2.838.366 27,90
2009 2.266.480 -25,23
2010 3.259.780 43,83
Rata-rata 2.683.260,667 4,30
Dari tabel di atas, rata-rata kenaikan impor dietanolamida sebesar 4,3% tiap
tahunnya. Pada tahun 2013 yang akan datang dapat diprediksikan peningkatan impor
Indonesia akan dietanolamida sebesar 3.900.999 kg dan pada tahun 2014 meningkat
menjadi 4.068.815 kg.
Meningkatnya kebutuhan akan dietanolamida setiap tahunnya dan melihat
potensi akan komoditi kelapa sawit di Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat
memungkinkan pendirian pabrik pembuatan dietanolamida. RBDP stearin
diperolehdari produksi turunan CPO. Menurut National Distribution network Fraksi
Stearin sebesar 19,70213% dari CPO. Produksi CPO di Indonesia diperlihatkan pada
tabel I.3
Tabel I. 3 Tabel Produksi CPO dan RBDP Stearin Indonesia
Tahun
CPO (ton)
RBDP Stearin (ton)
1993 3.421.000 6.74009,7872
2000 7.000.000 1.379.148,936
2007 17.373.000 3.422.850,638
2008 19.200.000 3.782.808,511
2012 22.520.829* 4.437.082,48*
2013 23.598.062* 4.649.320,3*
2014 24.675.295* 4.861.558,121*
Keterangan : *) estimasi
(Sumber : Oil World dan MPOB, 2012)
Tabel diatas menunjukkan produksi RBDP Stearin yang terus meningkat setiap
tahunnya sehingga kebutuhan RBDP stearin yang diinginkan sebagai bahan baku
Pembuatan dietanolamida menggunakan senyawa yang mengandung atom
atau senyawa nitrogen yaitu dietanolamin. Bahan baku dietanolamin diperoleh dari
impor luar negeri. Berdasarkan data badan pusat statistik Indonesia impor
dietanolamin meningkat setiap tahunnya.
Tabel I.4 Kebutuhan impor Dietanolamin di Indonesia Tahun Jumlah (Kg) Persentase kenaikan
(%)
2005 83.664.535.894 0
2006 83.808.866.126 0,17
2007 89.935.580.813 7,31
2008 98.664.341.959 9,71
2009 91.354.405.895 -7,41
2010 110.701.002.318 21,18
2011 116.845.321.218 5,56
Rata-rata 96.424.864.889 5,22
(sumber : Biro Pusat Statistik Indinesia, 2012)
Rata-rata peningkatan kebutuhan impor akan dietanolamin sebesar 5,22%
pertahunnya. Pada tahun 2013 dan 2014 dengan persentase kenaikan rata-rata
tersebut dapat diperkirakan ketersediaan akan dietanolamin sebesar
125.653.359.836,28 kg dan 132.206.617.228,53 kg.
Berdasarkan ketersidiaan akan bahan baku dietanolamin tersebut serta bahan
baku RBDP Stearin maka Pra Perancangan Pabrik pembuatan dietanolamida perlu
untuk dipertimbangkan.
1.2 Perumusan Masalah
Dari tahun ketahun kebutuhan akan dietanolamida di Indonesia masih
tergantung pada impor dari negara lain dan kebutuhannya akan meningkat setiap
tahunnya. Indonesia memiliki komoditi kelapa sawit yang perkembangannya sangat
cepat yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan alkanolamida.
Berdasarkan hal itu, dengan pemanfaatan RBDP Stearin yang merupakan hasil
produk dari komuditi kelapa sawit, maka pendirian pabrik pembuatan dietanolamida
1.3 Tujuan dan Manfaat Pra Rancangan Pabrik
Tujuan Perancangan Pabrik pembuatan dietanolamida dari RBDP Stearin dan
dietanolamin adalah untuk mengaplikasikan ilmu teknik kimia yang meliputi neraca
massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi teknik kimia, utilitas dan bagian
ilmu teknik kimia lainnya, juga memenuhi aspek ekonomi dalam pembiayaan pabrik
pembuatan dietanolamida dari RBDP Stearin dan dietanolamin.
Maanfaat yang diperoleh dari Pra Prancangan Pabrik Pembuatan
Dietanolamida dari RBDPS (Rifined Bleached and Deodorized Palm Stearin) dan
dietanolamin adalah memberikan gambaran kelayakan pabrik ini dikembangkan di
Indonesia. Dimana gambaran tersebut menjadi acuan untuk pengambilan keputusan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Sawit
Kelapa sawit (Elaeis Guineesis Jacq) merupakan salah satu tanaman
perkebunan Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa
sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh
Darussalam. Namun, sekarang telah berkembang ke berbagai daerah, seperti Riau,
Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan
Papua. Bagian Kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buah yang tersusun
dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS ( tandan buah segar). Buah sawit
dibagian sabut (daging buah atau mesocarp) menghasilkan minyak sawit kasar (crude
palm oil atau CPO) sebanyak 20 – 24 %. Sementara itu, bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil atau PKO) 3–4 % (Sunarko, 2006). Potensi CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sangat besar dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan produksi CPO menjadi 19,2 juta ton pada
tahun 2008. Jumlah tersebut melampaui Malaysia yang hanya memiliki tingkat
produksi sebesar 17,08 juta ton. Hal ini membuat Indonesia menjadi penghasil CPO
nomor satu diduni. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu sumber menyak
nabati relatif cepat diterima oleh pasar domestic dan pasar dunia. CPO yang
dihasilkan sebanyak 5-5,5 juta ton diserap pasar domestic, dan sekitar 4 juta ton
diantaranya diproses menjadi minyak goreng. Pada saat ini kapasitas terpakai industri
CPO baru mencapai 54 %, (pahan, I. 2006).
Minyak sawit dikelompokkan menjadi dua, yaitu minyak sawit kasar (CPO)
dan minyak inti sawit (PKO). Minyak sawit kasar mengandung asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh dengan persentase yang hampir sama. Asam palmitat
dan asam oleat merupakan asam lemak yang dominan terkandung dalam minyak
sawit, sedangkan kandungan asam linoleat dan asam stearatnya sedikit. Minyak inti
sawit mengandung asam lemak tidak jenuh sikitar 21 % dan asam lemak jenuh
asam laurat (44-52 %) dan asam miristat (12-17%), sedangkan kandungan asam
palmitat dan asam stearat masing-masing hanya sekitar 6,5–9% dan 1-2,5%.
Ada beberapa cara ekstraksi yang dilakukan untuk mendapatkan minyak dari
kelapa sawit, misalnya perebusan, pemusingan dan pengepresan. Minyak inti sawit
(PKO) diperoleh dari ekstraksi inti sawit dengan metoda pressing (double screw press). Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan filter press dan airnya diuapkan didalam tangki, (Sontag,1979)
Komponen asam lemak pada minyak inti sawit lebih mirip dengan minyak
kelapa dibanding dengan minyak sawit kasar, (Swern, 1979).
2.2 RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)
Minyak sawit memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya. Komposisinya terdiri dari asam lemak jenuh ± 50%, MUFA ± 40%,
serta asam lemak tak jenuh ganda yang relatif sangat sedikit (± 10%),(Darnoko,
2003).
Minyak sawit juga dapat difraksinasikan menjadi 2 bagian , yakni fraksi
padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Karakteristik yang berbeda pada fraksi-fraksi
tersebut menyebabkan aplikasinya sangat luas untuk produk-produk pangan maupun
non pangan. Proses pemisahan asam lemak yaitu stearin dan olein dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain: mechanical pressing, solvent crystalization dan
hydrophilization. (Riegel’s, 1963). Metode machanical pressing merupakan cara
yang paling sederhana dan masih dilakukan di banyak negara. Pada metode ini asam
lemak di didihkan pada sebuah bejana dan kemudian didinginkan. Setelah itu bahan
tersebut akan terbentuk menjadi dua fasa yaitu kristal padat dan cairan. Fasa padat
Reaksinya :
Tabel 2.1 Menunjukkan komposisi dari RBDPs
Jenis Asam
Lemak
RBDPs
(%)
Asam lemak jenuh
C12 : 0 0,1
C14 : 0 1,2
C16 : 0 59,1
C18 : 0 4,6
Asam lemak tak jenuh tunggal
C18 : 1 28,2
Asam lamak tak jenuh ganda
C18 : 2 6,3
C20 0,4
Unknown 0,1
Tabel 2.2. Menunjukkan beberapa komposisi asam lemak dari minyak sawit, fraksi olein, dan fraksi stearin dari minyak sawit serta minyak inti sawit.
Jenis Asam
Lemak CPO Olein Stearin PKO
Asam lemak
jenuh
C6 : 0 - - - 0 - 0,8
C8 : 0 - - - 2,4 - 6,2
C10 : 0 - - - 2,6 - 5,0
C12 : 0 0 - 0,4 0,1 - 0,5 0,1 - 0,4 41,0 - 55,0
C14 : 0 0,6 - 1,7 0,9 - 1,4 1,1 - 1,8 14,0 - 18,0
C16 : 0
41,1
-47,0 38,5 - 41,7 50,5 - 73,8 6,5 - 10,0
C18 : 0 3,7 - 5,6 4,0 - 4,7 4,4 - 5,6 1,3 - 3,0
C20 : 0 0 - 0,8 0,2 - 0,6 0,3 - 0,6
-Asam lemak tak
jenuh tunggal
C16 : 1 0 - 0,6 0,1 - 0,3 <0,05 - 0,1
-C18 : 1
38,2
-43,5 40,7 - 43,9 15,6 - 33,9 12,0 - 19,0
Asam lemak tak
jenuh ganda
C18 : 2
6,6
-11,9 10,4 - 13,4 3,2 - 8,5 1,0 - 3,5
C18 : 3 0 - 0,5 0,1 - 0,6 0,1 - 0,5
-Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003)
2. 3 Alkanolamida
Suatu amida adalah senyawa yang mempunyai nitrogen trivalent yang terikat
pada suatu gugus karbonil. Amida merupakan turunan asam karboksilat, dimana
Sifat fisika : zat padat kecuali formamida yang berbentuk cair, tak berwarna, suku
-suku yang rendah larut dalam air, bereaksi kira – kira netral. Struktur Amida : R –
CONH2,(Fessenden, 1989).
Reaksi asam karboksilat dengan amoniak atau amina
Amida asam lemak dibuat secara sintesis pada industri oleokimia, dimana
ammonia dan asam lemak bebas bereaksi pada suhu 200oC dan tekanan 345 – 690
kpa selama 10 – 12 jam. Dengan proses tersebutlah dibuat seperti lauramida, stearamida serta lainnya. Amida juga dapat di buat dengan mereaksikan ammonia
dengan metil ester asam lemak. Reaksi ini mengikuti konsep HSAB dimana H-dari ammonia merupakan hard-acid yang mudah bereaksi dengan hard-base CH3O-untuk
membentuk methanol. Sebaliknya NH2-lebih soft-base dibandingkan dengan CH3O
-akan terikat dengan R – C+ O yang lebih soft-acid dibandingkan H+ membentuk amida, ( Ismail, 1982). Reaksinya sebagai berikut
Senyawa N-etanol alkil amida (alkanolamida) adalah senyawa yang
termasuk dalam golongan fatty amida yang dapat dimanfaatkan sebagai surfaktan
dalam produk deterjen, kosmetik, tekstil. Senyawa ini dapat dibuat dengan
mereaksikan asam lemak dengan senyawa yang mengandung gugus atau atom
nitrogen seperti alkanolamina, (Herawan, dkk., 1999).
Senyawa alkanolamida merupakan senyawa amida dari asam lemak dengan
mono, diethanolamin, dengan adanya rantai hidrokarbon dari asam lemak. Senyawa
alkanolamida dapat dihasilkan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan cara
mereaksikan etanolamina dengan metil ester, asam karboksilat, asil klorida dan dapat
juga melalui reaksi alkanolamina dengan anhidrida asam, (Fessenden, 1989).
Alkanolamida banyak digunakan sebagai bahan foam boosting dan dalam
dalam pembuatan shampoo. Selain itu alkanolamida merupakan bahan pelembut
rambut, penstabil busa, bahan perekat dan bersama-sama dengan glikol stearat dapat
mengkilaukan rambut, (Said dan Salimon, 2001).
2.4 Dietanolamida
Dietanolamida merupakan surfaktan nonionik, yaitu surfaktan yang
molekulnya tak bermuatan, sifat hidrofilik dan hidrofobiknya ditimbulkan oleh
adanya gugus eter oksigen dan gugus hidrokarbon. Gugus hidrokarbon terdiri dari
ikatan karbon-karbon dan ikatan karbon-hidrogen yang merupakan jenis ikatan
nonpolar. Bagian hidrokarbon ini bersifat hidrofobik. Semakin panjang bagian ini
maka kelarutannya dalam air akan semakin rendah. Menurut Fessenden (1989),
gugus alcohol dan eter terdiri dari molekul polar. Hal ini mengakibarkan gugus eter
oksigen bersifat hidrofilik. Proses amidasi yaitu reaksi pembentukan senyawa amida,
(Kirk Othmer, 1949).Untuk membuat senyawa dietanolamidia dengan menggunakan
dietanolamin melalui reaksi amidasi langsung dengan trigliserida akan menghasilkan
senyawa dietanolamidia yang memiliki dua gugus hidroksil (poliol), (Lee,dkk, 2007 ;
Anasri, 2009). Reaksi Amidasi Trigliserida dengan dietanolamin menjadi
dietanolamidia
Beberapa spesifikasi produk dietanolamida yang beredar di pasaran memiliki
ciri-ciri seperti tertera pada tabel 2.3. R2–C–
O-O
O–C- R1 O
O–C- R3 O
+
HNCH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2 3RC- N
O
+
HO-OH
OH
Tabel 2.3 Beberapa sifat produk dietanolamida
No Spesifikasi Standar
1 Ph 8,5-10a
2 Bj 0,995b
3 Kadar Asam Lemak 3 % MAXc
4 Kadar Amida 85 % MINa
5 Kadar Amina 9 % MAXa
6 Kelembaban 1 % MAXa
7 Wujud Cairan Kuning Jernihb
(Sumber : Hakim, 2005)
Dietanolamida pertama kali diperoleh dengan mereaksikan dua mol
etanolamina dengan satu mol asam lemak. Senyawa ini diberi nama Kritchevsky
amida sesuai nama penemunya. Bahan baku yang digunakan dalam produksi
dietanolamida dapat berupa asam lemak, trigliserida atau metil ester. Dietanolamida
biasanya diproduksi secara kimia konvensional pada temperatur 1500C selama 6-12 jam (Herawan, dkk., 1999).
2.5 Sifat–sifat Kimia dan Fisika Bahan Baku
2.5.1 RBDPs (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) a. Sifat-sifat Fisika
1. Berat molekul : 312 gr / mol
2. Titik leleh : 70,1oC 3. Titik didih : 291oC 4. Berbentuk padatan
5. Berwarna putih kekuningan
6. Berbau khas
(Sumber : Perry,1997 )
b. Sifat–sifat kimia
1. Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin, sangat larut dalam
alkohol panas, dan eter.
2. Dengan alkohol membentuk ester asam lemak menurut reaksi esterifikasi
3. Rantai alkil (R) bisa berupa rantai karbon jenuh atau tak jenuh.
4. Ikatan karbon tak jenuh dapat dihidrogenasi membentuk ikatan jenuh.
5. Ikatan karbon tak jenuh mudah teroksidasi oleh oksigen diudara.
6. Bersifat asam dalam air, dengan air membentuk ion H3O+
7. Bereaksi dengan basa membentuk garam.
(Sumber : Kirk Othmer, 1949)
2.5.2. Dietanolamin a. Sifat–sifat Fisika
1. Berat molekul : 105,14 g/mol
2. Densitas : 1.090 g/cm3
3. Titik lebur : 28 °C, 301 K, 82 °F
4. Titik didih : 268 °C
5. Titik nyala : 166oC
6. Titik beku : 28oC
7. pH : 11
(Sumber : http : // wikipedia. org/diethanolamine.htm.diakses : 17/02/2012)
b. Sifat–sifat Kimia
1. Rumus molekul : (CH2CH2OH)2NH
2. Berbentuk cairan
3. Menyebabkan iritasi terhadap kulit, bahan mudah terbakar
4. Larut dalam air
5. Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara pada pemanasan
terus menerus
6. Menyebabkan kerusakan mata berat,organ-organ
7. Berbahaya jika ditelan.
( Sumber : Dethanolamine lembar data keselamatan bahan, Merck)
2.5.3 Dietil Eter a. Sifat–sifat Fisika
1. Berat molekul : 72,12 g/mol
3. Titik lebur :−116.3 °C (156.85 K)
4. Titik didih : 34.6 °C (307.75 K)
5. Kelarutan dalam air : 6.9 g/100 ml (20 °C)
6. Viskositas : 0.224cPat 25 °C
7. Titik nyala : -45 °C
(Sumber : http : // wikipedia. org/ dietil eter.htm.diakses : 17/02/2012 &
Diethyl ether MSDS,Lab-Scan)
b. Sifat–sifat Kimia
1. Rumus molekul : (C2H5)2O
2. Digunakan sebagai pelarut ekstrasi cair-cair
3. Cairan mudah terbakar, jernih, cairan tak bewarna,berbau khas
4. Berbentuk cairan
5. Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit
6. Tidak larut dengan air
(Sumber : http : // wikipedia. org/ dietil eter.htm.diakses : 17/02/2012 &
Diethyl ether MSDS, Lab-Scan)
` 2.5.4 Natrium Metoksida a. Sifat–sifat Fisika
1 Berat molekul : 54,03 gr/mol
2. Boiling point : 870C
3. pH : 14
4. Titik nyala : 290C
(Sumber : Sodium methylate Solution MSDS, Green Catalyst)
b. Sifat–sifat Kimia
1. Rumus molekul : CH3ONa
2. Berbentuk cairan berwarna putih hingga kuning pucat
3. Berbau soda kaustik
4. Dapat larut dengan baik dalam air
5. Menyebabkan iritasi pada mata dan kulit
2.6. Sifat-sifat Produk
2.6.1 Dietanolamida (RCON(C2H4OH)2)
1. Bentuk : Padatan lunak kekuningan
2. Melting point : 42 - 470C
3. Boiling point : 239–2440C
4. Flash point : > 1000C
5. Kelarutan dalam air : 5-10 g/ml (180C)
6. Spesific gravity : 0,98 - 0,99
7. pH : 10
(Sumber : E. Merck, 2012 & http:www.chemicalland21.com) 2.6.2. Gliserol
a. Sifat–sifat fisika :
1. Berat molekul, (gr / mol) : 92
2. Titik lebur pada 1 atm, (OC) : 17,9
3. Titik didih pada 1 atm, (OC) : 290
4. Densitas, gr / cm3 : 1,26
5.Hof(kcal / mol) : 139,8
(Sumber : Perry, 1997 ; Reklaitis, 1983)
b. Sifat–sifat Kimia :
1. Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya manis
2. Larut dalam air dan alkohol dengan semua perbandingan
3. Tidak larut dalam eter, benzena dan kloroform
4. Senyawa turunan alkohol (polialkohol)dengan tiga gugus OH
5. Dengan asam nitrat membentuk gliserol trinitrat
6. Bersifat higroskopis sehingga digunakan sebagai pelembab
7. Bereaksi dengan kalsium bisulfat membentuk akrolein
2.7 Proses Pembuatan Alkanolamida
Awalnya percobaan ini dimulai oleh Kritchevsky. Percobaan ini melibatkan
reaksi kondensasi dari fatty acid, metil ester, trigliserida, ester, amida, anhirida, dan
halida dengan menggunakan alkanolamin. Reaksi ini berlangsung pada suhu 100-300
o
C pada tekanan atmosfer. Langkah perbaikan penting dibuat oleh Meade
menggunakan metil alkosida sebagai katalis pada suhu 100 oC, tekanan atmosfer. Lebih jauh lagi dibuat oelh Tesoro reaksinya dikondesasi pada suhu 55 – 75 oC dengan tekanan vakum 4– 8 kPa. Schurman membuat alkanolamida dengan proses kontinius yang mana menggunakan film tipis reaktor. Alkanolamida tidak
hanya dihasilkan melalui bahan baku trigliserida saja tapi Ada sedikitnya empat jenis
yang digunakan untuk menghasilkan nya, yaitu :
1. Tipe pertama dihasilkan dari reaksi monoalkanolamin atau dietanolamin
dengan fatty acid dengan rasio perbandingan 1 : 1 pada temperatur 140-160
o
C
2. Tipe kedua yang sering dikenal dengan nama superamida yang dihasilkan
dari metil ester dengan rasio 1 : 1. Pada umumnya produk yang dihasilkan
mencapai 90 %.
3. Tipe ketiga. Produk yang dihasilkan melalui reaksi alkanolamida dan
trigliserida dengan alkanolamin dengan hasil sampingnya gliserin. Yang
direaksikan pada temperatur 70-75oC pada tekanan atmosfer dengan bantuan katalis sodium metoksida 0.2–0.3 % dimana rasio perbandingannya 1 : 3.
+
HNCH -CH -OH2 2
CH -CH -OH2 2
CH -CH -OH2 2
CH -CH -OH2 2
O
+
H-O-HAsam Lemak dietanolamin Dietanolamida Air
O–C-R1
O
HO- R-C-N
+
HNCH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2
O
+
Metilester dietanolamin Dietanolamida Metanol R-C-N
R-C-O-CH3
O
CH3OH
R2–C– O-O
O–C- R1 O
O
+
HNCH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2
CH - CH - OH2 2
CH - CH - OH 3RC- N
O
+
2.8. Seleksi Proses
Pada Perancangan pabrik pembuatan dietanolamida, proses yang dipilih adalah
dengan mereaksikan dietanolamida dengan trigliserida. Adapun pertimbangan
pemilihan proses ini dengan pertimbangan:
Ketersediaan Bahan baku trigliserada jumlahnya brlimpah di indonesia
khususnya RBDPS (refined, Bleache, Diodorized, and Palm Stearin) turunan
minyak sawit.
Penggunaan bahan baku trigliserida RBDPS (refined, Bleache, Diodorized,
and Palm Stearin) memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan
Asam lemak dan Metil ester, karena asam lemak dan Metil ester memerlukan
perlakuan terlebih dahulu untuk memperoleh asam lemak dan metilester
sehingga bahan baku tersebut lebih mahal.
Memiliki produk samping Gliserol yang menambah pendapatan pabrik
dietanolamida nantinya.
2.9. Deskripsi Proses
Proses pembuatan dietanolamida dari RBDPs dan dietanolamin dilakukan
dalam 3 tahap, yaitu :
1. Tahap Pengolahan awal
2. Tahap Sintesa
3. Tahap Pemurnian Hasil/Produk
2.9.1. Tahap Pengolahan Awal
Pada tahap pengolahan awal ini bahan baku RBDPs (cair) dimasukkan
kedalam tangki(F-110)untuk dicairkan dengan pemanas steam pada suhu 110oC dan bahan baku dietanolamin dimasukkan kedalam tangki (F-120) pada suhu 30oC.Untuk katalis Natrium metoksida dicampurkan dengan metanol kedalam tangki pencampur(M-150).
2.9.2 Tahap Sintesa
sampai homogen. Oleh karena methanol sifatnya mudah menguap maka uap
metanol dikeluarkan melalui katup untuk didinginkan dengan cooler1 (E-211)
sehingga akan diperoleh kembali methanol yang disimpan pada tangki
penyimpanan (F-220). Setelah proses reaksi dilakukan maka diperoleh produk dietanolamida kasar dan gliserol sebagai hasil samping. Kemudian
Dietanolamida kasar dan gliserol ini dipompakan ke separator (H-310) untuk mendapatkan gliserol murni yang nantinya dipompakan ke tangki penyimpanan
(F-320). Sementara itu Dietanolamida kasar dan gliserol yang terikut, di pompakan ke tangki pemurnian. Tapi sebelumnya itu, suhunya harus diturunkan
melalui cooler 2(E-331).
2.9.3 Tahap Pemurnian Hasil / Produk
Setelah suhunya diturunkan melalui cooler 2 (E-331) . Kemudian dimurnikan kedalam tangki pemurnian (M-330) dengan penambahan dietil eter sambil diaduk selama ± 30 menit hingga homogen, dimana dietil eter ini akan
digunakan untuk memurnikan dietanolamida dari RBDPs yang tersisa. Setelah
proses pemurnian selesai dilakukan dilanjutkan dengan pemisahan
pengotor-pengotor dengan memompakannya kedalam decanter (H-340) berdasarkan massa jenis. Disini akan terbentuk 2 lapisan, lapisan atas adalah campuran
dietanolamida dengan dietil eter dan yang bawah campuran natrium metoksida
dengan gliserol dan dietanolamin. Kemudian lapisan bawah dibuang ke limbah
sementara lapisan atas diambil dan dipompakan ke Vaporizer (V-350) untuk menguapkan dietil eter dan dipompakan ke tangki penyimpanan dietil eter (F-360) tapi sebelumnya harus melewati cooler 3 (E-351) fungsinya untuk mendapatkan dietil eter dalam bentuk cairan . Setelah dietil eter diuapkan maka
diperoleh Dietanolamida yang lebih murni lalu dipompakan ke tangki
BAB III NERACA MASSA
Hasil perhitungan mundur neraca massa pada proses produksi dietanolamida
dengan hasil sampil berupa gliserol dengan kapasitas bahan baku 12000 ton/tahun,
diuraikan sebagai berikut :
Basis perhitungan = 1 jam operasi
Waktu bekerja/tahun = 330 hari
Satuan operasi = kg/jam
3.1 Mixer (M-140)
Tabel 3.1 Neraca Massa di Mixer 1 (M-140)
Komponen
Masuk Keluar
Alur 6 Alur 7 Alur 8
(kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1)
NaOCH3 - 6.258315692 6.258315692
CH3OH 18.77494708 - 18.77494708
F (kg.jam-1) 18.77494708 6.258315692 25.03326277
Total 25.03326277 25.03326277
3.2 Mixer (M-150)
Tabel 3.2 Neraca Massa di Mixer 2 (M-150)
Komponen
Masuk Keluar
Alur 2 Alur 8 Alur 9 (kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1)
Dietanolamin 570.95372 - 570.9537156
NaOCH3 - 6.25831569 6.258315692
CH3OH - 18.7749471 18.77494708
F (kg.jam-1) 570.95372 25.0332628 595.9869784
3.3 Reaktor (R-210)
Tabel 3.3 Neraca Massa di Reaktor (R-210)
Komponen
Masuk Keluar
Alur 2 Alur 8 Alur 10 Alur 12 (kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1)
RBDPs 1515.1515 - - 75.75757576
Dietanolamin - 570.953716 - 28.54768578
Dietanolamida - - - 1823.38297
Gliserol - - - 158.4169992
NaOCH3 - 6.25831569 - 6.258315692
CH3OH - 18.7749471 18.77494708
-F (kg.jam-1) 1515.1515 595.986978 18.77494708 2092.363546
Total 2111.138494 2111.138494
3.4 Separator (H-310)
Tabel 3.4 Neraca Massa di Separator (H-310)
Komponen
Masuk Keluar
Alur 12 Alur 13 Alur 14 (kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1)
Dietanolamin 28.54768578 - 28.54768578
Dietanolamida 1823.38297 - 1823.38297
Gliserol 158.4169992 150.496149 7.920849959
RBDPs 75.75757576 - 75.75757576
NaOCH3 6.258315692 - 6.258315692
F (kg.jam-1) 2092.363546 150.496149 1941.867397
[image:35.611.189.468.410.612.2]3.5 Ekstraktor (H-330)
Tabel 3.5 Neraca Massa Ekstraktor (H-330)
Komponen
Masuk Keluar
Alur 15 Alur 16 Alur 17 (kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1)
Dietanolamin 28.54768578 - 28.54768578
Dietanolamida 1823.38297 - 1823.38297
Gliserol 7.920849959 - 7.920849959
Dietil eter - 2848.71082 2848.710819
RBDPs 75.75757576 - 75.75757576
NaOCH3 6.258315692 - 6.258315692
F (kg.jam-1) 1941.867397 2848.71082 4790.578216
Total 4790.578216 4790.578216
3.6 Dekanter (H-340)
Tabel 3.6 Neraca Massa di Dekanter (H-340)
Komponen
Masuk Keluar
Alur 17 Alur 18 Alur 19 (kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1)
Dietanolamin 28.54768578 2.85476858 25.6929172
Dietanolamida 1823.38297 - 1823.38297
Gliserol 7.920849959 7.92084996
-Dietil eter 2848.710819 - 2848.710819
RBDPs 75.75757576 - 75.75757576
NaOCH3 6.258315692 6.25831569
-F (kg.jam-1) 4790.578216 17.0339342 4773.544282
[image:36.611.188.468.411.631.2]3.7 Vaporizer (V-350)
Tabel 3.7 Neraca Massa di Vaporizer (V-350)
Komponen
Masuk Keluar
Alur 19 Alur 21 Alur 20 (kg.jam-1) (kg.jam-1) (kg.jam-1)
Dietanolamida 1823.38297 - 1823.38297
Dietil eter 2848.710819 2848.71082
-RBDPs 75.75757576 - 75.75757576
Dietanolamin 25.6929172 - 25.6929172
F (kg.jam-1) 4773.544282 2848.71082 1924.833463
BAB IV NERACA PANAS
Basis perhitungan = 1 jam
Satuan operasi = kJ/jam
Temperatur referensi = 25oC (298 K)
4.1Tangki RBDPs(F - 110)
Tabel 4.1 Neraca PanasTangki RBDPs(F - 110)
Panas Masuk (kJ/Jam) Panas Keluar (kJ/Jam)
Komponen Qin=n.CP.dT Komponen Qin=n.CP.dT
RBDPs 99846.46111 RBDPs 199692.9222
Air Panas 99846.46111
Total 199692.9222 199692.9222
[image:38.611.170.483.432.636.2]4.2Reaktor(R-210)
Tabel 4.2 Neraca Panas Reaktor (210)
Panas Masuk (kJ/Jam) Panas Keluar (kJ/Jam)
Komponen Qin=n.CP.dT Komponen Qin=n.CP.dT
RBDPs 199692.9222 Dietanolamida 236180.4194
Dietanolamin 6928.931163 Gliserol 18577.837
N. Metoksida 42.38233781 N. Metoksida 423.8233781
Metanol 236.6570273 Metanol 73478.01949
Air Panas 134824.8113 Dietanolamin sisa 3464.465581
RBDPs sisa 9984.646111
Δ Hof298 keluar -383.506892
4.3Vaporizer(V-350)
Tabel 4.3 Neraca PanasVaporizer(V-350)
Panas Masuk (kJ/Jam) Panas Keluar (kJ/Jam)
Komponen Qin=n.CP.dT Komponen Qin=n.CP.dT
Dietanolamida 23618.04194 Dietanolamida 103919.3845
Dietil Eter 33485.78198 Dietil Eter 148391.8153
RBDPs sisa 998.4646111 RBDPs sisa 4393.244289
Dietanolamin
sisa 311.8019023 Dietanolamin sisa 1371.92837
Air Panas 199662.282
Total 258076.3725 258076.3725
4.4Cooler 1(E-211)
Tabel 4.4 Neraca PanasCooler 1(E-211)
Panas Masuk (kJ/Jam) Panas Keluar (kJ/Jam)
Metanol 2387.236249 Metanol 236.6570273
Air dingin - Air dingin 2150.579222
Total 2387.236249 2387.236249
4.5Cooler 2(E-331)
Tabel 4.5 Neraca PanasCooler 2 (E-331)
Panas Masuk (kJ/Jam) Panas Keluar (kJ/Jam)
Dietanolamida 236180.4194 Dietanolamida 23618.04194
Gliserol 18577.837 Gliserol 1857.7837
Dietanolamin sisa 3464.465581 Dietanolamin sisa 346.4465581
RBDPs sisa 9984.646111 RBDPs sisa 998.4646111
N.Metoksida 423.8233781 N.Metoksida 42.38233781
Air dingin - Air dingin 241768.0723
4.6Cooler 3(E-351)
Tabel 4.6 Neraca Panas Cooler 2 (E-351)
Panas Masuk (kJ/Jam) Panas Keluar (kJ/Jam)
Dietil Eter 148391.8153 Dietil Eter 33485.78198
Air dingin - Air dingin 114906.0333
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1 Tangki RBDPs (F-110)
Fungsi : menyimpan RBDPs untuk kebutuhan 5 hari
Bentuk : silinder tegak, tutup dan alas datar
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 30oC (303 K)
Tekanan (P) : 1 atm
Laju alir massa (F) = 1515,151515 kg/jam
Volume tangki = 238.0598125 m3
Diameter dalam tangki = 6.104095051 m
Tinggi silinder = 8.138793401 m
Tebal dinding tangki = 1.536358181 in
Tebal Jaket pemanas = 1.540528708 in
5.2 Tangki Dietanolamin (F-120)
Fungsi : menyimpan dietanolamin untuk kebutuhan 30 hari
Bentuk : silinder tegak, tutup dan alas datar
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 30oC (303 K) Tekanan (P) : 1 atm
Laju alir massa (F) = 570.9537156 kg/ jam
Volume tangki = 451.5368515 m3
Diameter dalam tangki = 7.555971748 m
Tinggi silinder = 10.074629 m
5.3 Tangki Metanol sementara (F-220)
Fungsi : menyimpan metanol untuk kebutuhan 1 hari
Bentuk : silinder tegak, alas datar dan tutup ellipsoidal
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 30oC (303 K) Tekanan (P) : 1 atm
Laju alir massa (F) = 450.5987298 kg/hari
Volume tangki = 0.542672095 m3
Diameter dalam tangki = 0.772429512 m
Tinggi silinder = 1.029906016 m
Tinggi tangki = 1.223013393 m
Tebal dinding tangki = 1.272998329 in
5.4 Tangki Penyimpanan Metanol (F-130)
Fungsi : menyimpan katalis KOH untuk kebutuhan 10 hari
Bentuk : silinder tegak, alas datar dan tutup ellipsoidal
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 30oC (303 K) Tekanan (P) : 1 atm
Laju alir massa (F) = 18.77494708 kg/jam
Volume tiap tangki = 5.426720954 m3 Diameter dalam tangki = 1.664148935 m
Tinggi silinder = 2.218865247 m
Tinggi tangki = 2.634902481 m
Tebal dinding tangki = 1.307946638 in
5.5 Mixer 1 (M-140)
Fungsi : mencampurkan metanol dengan katalis natrium metoksida
Jenis : tangki berpengaduk
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutupellipsoidal
Bahan :carbon steelSA-113 Gr.C Kondisi operasi,
Temperatur (T) : 30oC (303 K)
Tekanan (P) : 1 atm
Volume = 0.029438591m3
Tinggi = 0.447001431 m
Tinggi cairan = 0.372501192 m
Tinggihead = 0.070579173 m
Tebal tangki = 1.258701984 in
Diameter pengaduk = 0.308741536 ft
Daya motor = 0.317881184 hp
5.6 Mixer 1I (M-150)
Fungsi : mencampurkan dietanolamin dengan metanol dan katalis
natrium metoksida
Jenis : tangki berpengaduk
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutupellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Bahan :carbon steelSA-113 Gr.C
Kondisi operasi,
Temperatur (T) : 30oC (303 K)
Tekanan (P) : 1 atm
Volumemixer = 0.656573107 m3
Tinggimixer = 1.25824227 m
Tinggi cairan = 1.059572438 m
Tinggihead = 0.198669832 m
Tebal tangki = 1.27623783 in
Diameter pengaduk = 0.869061314 ft
Daya motor = 0.339326722 hp
5.7 Tangki Dietil eter sementara (F-360)
Bentuk : silinder tegak, alas datar dan tutup ellipsoidal
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 30oC (303 K) Tekanan (P) : 1 atm
Laju alir massa (F) = 68369.05965 kg/hari
Volume tangki = 115.0026235 m3
Diameter tangki = 4.60520475 m
Tinggi silinder = 6.140273 m
Tinggi tangki = 7.291574188 m
Tebal dinding tangki = 1.433370694 in
5.8 Tangki Penyimpanan Dietil eter (F-160)
Fungsi : menyimpan dietil eter selama 10 hari
Bentuk : silinder tegak, alas datar dan tutup ellipsoidal
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 30oC (303 K) Tekanan (P) : 1 atm
Laju alir massa (F) = 2848.710819 kg/jam
Volume tangki = 1150.026235 m3
Diameter tangki = 9.921612869 m
Tinggi silinder = 13.22881716 m
Tinggi tangki = 15.70922038 m
Tebal dinding tangki = 1.76069057 in
5.9 Tangki Gliserol (F-320)
Fungsi : menyimpan gliserol selama 10 hari
Bentuk : silinder tegak, tutup dan alas datar
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Laju alir massa (F) = 150.4961492 kg/jam
Volume tangki = 34.53754411m3
Diameter tangki = 3.207424258 m
Tinggi cairan = 3.421252542 m
Tinggi tangki = 4.276565677 m
Tebal dinding tangki = 1.385268469 in
5.10 Tangki Dietanolamida (F-370)
Fungsi : menyimpan dietanolamida selama 10 hari
Bentuk : silinder tegak, tutup dan alas datar
Bahan :carbon steel,SA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 47oC (320 K) Tekanan (P) : 1 atm
Laju alir massa (F) = 1924.833463 kg/jam
Volume tangki = 561.0177162 m3
Diameter tangki = 8.123031124 m
Tinggi cairan = 8.664566532 m
Tinggi tangki = 10.83070816 m
Tebal dinding tangki = 1.88195858 in
5.11 Reaktor (R-210)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi antara RBDPs dan dietanolamin yang
menghasilkan dietanolamida dan gliserol
Jenis : tangki berpengadukflat six blade turbinedengan tutup dan alasellipsoidal
Jumlah : 5 unit
Kondisi operasi : Temperatur (T) : 75oC (348 K) Tekanan (P) : 1 atm
Bahan konstruksi :carbon steel,SA-203, Gr. C Waktu tinggal (τ) : 5 jam
Fmasukumpan total = 2111.138494 kg/ jam
Diameter reaktor = 2.327766617 m
Tinggi cairan = 2.586407352 m
Tinggi reaktor = 3.103688822 m
Tinggi tutupellipsoidal= 0.387961103 m
Tekanan desain = 1.545616638 atm
Tebal silinder = 1.339158115 in
Tebalhead = 1.33907146 in
Diameter pengaduk = 2.545645572 ft
Daya pengaduk = 4.25578718 hp
5.12 Separator (H-310)
Fungsi : untuk mendapatkan gliserol sebagai produk samping
Jenis :tubular bowl centrifuge
Bahan :carbon steelSA-285 Gr. C
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi,
Temperatur (T) : 75oC (348 K)
Tekanan (P) : 1 atm
Daya = 0,073044587 hp
DiamaterBucket = 30 in
RadiusBucket(rp) = 15 in (0,3819 m) Laju putaran (N) = 600 rpm
5.13 Ekstraktor (H-330)
Fungsi : Untuk memurnikan produk
Jenis : tangki berpengaduk
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutupellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Bahan :carbon steelSA-113 Gr.C
Kondisi operasi,
Temperatur (T) : 30oC (303 K)
Tekanan (P) : 1 atm
Volumemixer = 7.146886744 m3
Tinggimixer = 2.788531412 m
Tinggi cairan = 2.323776177 m
Tebalhead = 1.311779495 m
Tebal tangki = 1.311834589 in
Diameter pengaduk = 1.92602397 ft
Daya motor = 3.567834816 hp
5.14 Dekanter (H-340)
Fungsi : memisahkan limbah dari produk
Jenis :continuous gravity decanter
Bentuk : silinder horizontal
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi,
Temperatur (T) : 30oC (303 K)
Tekanan (P) : 1 atm
Volume = 7.621721698 m3
Diameter = 1.428131598 m
Tebalshell =1.342470229 in
ZA1 = 1.138442855 m
ZA2 = 1.141243224 m
5.15Vaporizer(V-350)
Fungsi : menguapkan dietil eter untuk mendapatkan produk murni
Jenis : tangki dengan tutup dan alasellipsoidal
Bahan :carbon steelSA-283 Gr. C
Kondisi operasi,
T : 105oC
P : 1 atm
Laju total umpan masuk = 784.9091601 kg/jam
Volume tangki = 1.172829337 m3
Diameter tangki = 1.038687002 m
Tinggi tangki = 1.211801502 m
Tinggi tutup = 1.283761174 m
Tebal silinder = 1.284 in
Jumlah hairpin = 2 hairpin
5.16 Cooler1 (E-211)
Fungsi : Menurunkan temperatur methanol sebelum dimasukkan ke dalam
tangki penyimpanan sementara
Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
Dipakai : pipa 2 x 114 in IPS, 12 ft hairpin
Jumlah : 1 unit
Fluida panas = air panas
Laju alir fluida masuk = 18.3994 kg/jam = 40.5641 lbm/jam
Temperatur awal (T1) = 75 °C = 167 °F
Temperatur akhir (T2) = 30 °C = 86 °F
Fluida dingin = air pendingin
Laju alir fluida dingin =25.3825 kg/jam = 55.9591 lbm/jam
Temperatur awal (t1) = 20 °C = 68 °F
Temperatur akhir (t2) = 50 °C = 122 °F
Panas yang diserap (Q) = 2150.5792 kJ/jam = 2038.2705 Btu/jam
Panjang = 2 hairpin
5.17 Cooler2 (E-331)
Fungsi : Menurunkan temperatur dari separator sebelum dikirim ke mixer
II
Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
Dipakai : pipa 2 x 1
4
1 in IPS, 20 ft hairpin
Jumlah : 1 unit
Fluida panas = air panas
Laju alir fluida masuk = 2848.7108 kg/jam = 6280.3651 lbm/jam
Temperatur awal (T1) = 75 °C = 167 °F
Fluida dingin = air pendingin
Laju alir fluida dingin =1356.1933 kg/jam = 2989.9100 lbm/jam
Temperatur awal (t1) = 20 °C = 68 °F
Temperatur akhir (t2) = 50 °C = 122 °F
Panas yang diserap (Q) = 114906.0333 kJ/jam = 108905.3486 Btu/jam
Panjang = 11 hairpin
5.18 Cooler3 (E-351)
Fungsi : Menurunkan temperatur dietil eter sebelum dikirim ke tangki
penyimpanan sementara dietil eter
Jenis : Double Pipe Heat Exchanger
Dipakai : pipa 2 x 1
4
1 in IPS, 20 ft hairpin
Jumlah : 1 unit
Fluida panas = air panas
Laju alir fluida masuk = 2092.3635 kg/jam = 4,612.8961 lbm/jam
Temperatur awal (T1) = 75 °C = 167 °F
Temperatur akhir (T2) = 30 °C = 86 °F
Fluida dingin = air pendingin
Laju alir fluida dingin = 2853.4989 kg/jam = 6,290.9210 lbm/jam
Temperatur awal (t1) = 20 °C = 68 °F
Temperatur akhir (t2) = 50 °C = 122 °F
Panas yang diserap (Q) = 241,768.0723 kJ/jam = 229142.3299 Btu/jam
Panjang = 4 hairpin
5.19 Pompa 1 (L-111)
Fungsi : memompakan RBDPs menuju Reaktor (R-210)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 2.702741ft/s Total friksi = 1.37724 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.026101 hp
5.20 Pompa 2 (L-121)
Fungsi : memompakan Dietanolamine menuju Mixer (M-150)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.005126389 ft3/s Diameter pipa = 0.66512503 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 2.429568 ft/s Total friksi = 102.188 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.089946 hp
5.21 Pompa 3 (L-221)
Fungsi : memompakan Metanol (F-220) menuju tangki Metanol
penyimpanan (F-130)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan : commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.000185 ft3/s Diameter pipa = 0.14734635 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 0.46208 ft/s
Total friksi = 0.115411 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.000186 hp
5.22 Pompa 4 (L-131)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.000185 ft3/s Diameter pipa = 0.14734635 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 0.46208 ft/s
Total friksi = 0.170324 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.000109 hp
5.23 Pompa 5 (L-141)
Fungsi : memompakan natrium metoksida dan Metanol yang telah
bercampur menuju Mixer II (M-150)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.00024064 ft3/s Diameter pipa = 0.16643722 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 0.6016 ft/s
Total friksi = 0.115411lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.00627 hp
5.24 Pompa 6 (L-151)
Fungsi : memompakan dietanolamin dengan natrium metoksida dan
Metanol yang telah bercampur menuju Reaktor (R-210)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Diameter pipa = 0.6845214 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 0.2365355 ft/s Total friksi = 0.00611 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.0665145 hp
5.25 Pompa 7 (L-360)
Fungsi : memompakan Dietil eter (3-160) menuju tangki Dietil eter
penyimpanan (F-160)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.039169 ft3/s Diameter pipa = 1.5712776 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 2.770116 ft/s Total friksi = 2.239536 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.092142 hp
5.26 Pompa 8 (L-160)
Fungsi : memompakan Dietil eter (F-160) menuju Ekstraktor (H-330)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.039169 ft3/s Diameter pipa = 1.5712776 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 2.770116 ft/s Total friksi = 3.405983 lbf.ft/lbm
5.27 Pompa 9 (L-212)
Fungsi : memompakan produk menuju Separator (H-310)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.020808458 ft3/s Diameter pipa = 1.049 in
Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 9.861828 ft/s Total friksi = 19.12715 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 1.125441 hp
5.28 Pompa 10 (L-311)
Fungsi : memompakan keluaran Separator (H-310) menuju Ekstraktor
(H-330)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.019320941 ft3/s Diameter pipa = 1.19234809 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 3.220157 ft/s Total friksi = 1.111533 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.351157 hp
5.29 Pompa 11 (L-321)
Fungsi : memompakan gliserol menuju Tangki Gliserol (F-320)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 2.940838 ft/s Total friksi = 7.293766 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.005717 hp
5.30 Pompa 12 (F-331)
Fungsi : memompakan produk yang telah dimurnikan menuju Dekanter
(H-340)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan :commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.058460264 ft3/s Diameter pipa = 1.91095892 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 2.509024 ft/s Total friksi = 0.348378 lbf.ft/lbm
Daya pompa = 0.464403 hp
5.31 Pompa 13 (F-341)
Fungsi : memompakan produk yang terlah dipisahkan dari pengotornya
menuju Vaporizer (H-350)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan : commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.0583234 ft3/s Diameter pipa = 1.90864215 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 2.50315 ft/s
Total friksi = 0.580438 lbf.ft/lbm
5.32 Pompa 14 (F-371)
Fungsi : memompakan produk murni menuju Dietanolamida (F-360)
Jenis : pompa sentrifugal
Bahan : commercial steel
Spesifikasi,
Debit pompa = 0.019153962 ft3/s Diameter pipa = 1.18767972 in Schedule Number = 40
Kecepatan alir = 3.192327 ft/s Total friksi = 26.46964 lbf.ft/lbm
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Sebuah pabrik Kimia (chemical plant) adalah susunan unit-unit proses (reaktor,pompa, kolom destilasi, evaporator, tangki) yang terintegrasi satu sama lain
secara sistematik dan rasional. Obyektif keseluruhan pabrik tersebut adalah untuk
mengubah bahan baku tertentu (input feedstock) menjadi produk yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya energi yang tersedia, dengan cara yang sangat
ekonomis ,(Wahid, 1999).
Selama beroperasi, suatu pabrik harus terpenuhi beberapa kebutuhan yang
ditentukan oleh pendisainnya dan kondisi teknik, ekonomi dan sosial yang umum
terutama dengan adanya pengaruh-pengaruh luar (gangguan) yang sangat menantang.
[image:56.611.137.513.398.662.2]Di antara kebutuhan-kebutuhan tersebut tergambar pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 6.1, (Wahid, 1999).
Dalam melakukan studi proses penting untuk diketahui bahwa proses yang
berlangsung di Industri Kimia sesungguhnya (real world) berjalan secara dinamik, yakni variabel- variabel yang menentukan terjadinya proses itu berubah-ubah
terhadap waktu. Agar proses itu berjalan sesuai dengan target-target yang ditentukan,
maka proses itu harus dikontrol secara automatis. Target-target proses yang tersebut
antara lain adalah:
1. Terjaminnya keselamatan (safety) baik bagi buruh maupun peralatan yang ada.
2. Terjaganya kualitas produk, misalnya komposisi produk, warna, dll. pada
keadaan yang kontinyu dan dengan biaya minimum.
3. Proses berlangsung sesuai dengan batasan lingkungan, maksudnya adalah
limbah yang dihasilkan oleh proses tersebut tidak melebihi ambang batas
lingkungan.
4. Proses berlangsung sesuai dengan batasan-batasan operasinya. Berbagai jenis
peralatan yang digunakan dalam sebuah pabrik kimia memiliki batasan
(constraint) yang inherent untuk operasi peralatan tersebut. Batasan-batasan itu seharusnya terpenuhi di seluruh operasi sebuah pabrik. Contohnya pompa
harus menjada net positive suction head tertentu; tangki seharusnya tidak
overflow atau menjadi kering; kolom distilasi seharusnya tidak terjadi banjir (flood); suhu pada sebuah reaktor katalitik seharusnya tidak melebihi batas atasnya sehingga katalis menjadi rusak.
5. Ekonomis: Operasi sebuah pabrik harus sesuai dengan kondisi pasar, yakni
ketersediaan bahan baku dan permintaan produk akhirnya. Oleh karena itu,
harus seekonomis mungkin dalam konsumsi bahan baku, energi, modal, dan
tenaga kerja. Hal ini membutuhkan pengontrolan kondisi operasi pada tingkat
yang optimum, sehingga terjadi biaya operasi yang minimum, keuntungan
yang maksimum, dan sebagainya. Agar studi proses berhasil dengan baik,
maka perlu dilakukan pemodelan (modeling), yakni dengan membuat suatu persamaan differensial fungsi waktu (dinamik). Untuk dapat melakukan
pemodelan diperlukan penguasaan akan prinsip-prinsip rekayasa proses
(prinsip-prinsip termodinamika, aliran fluida, perpindahan panas, proses
separasi, proses reaksi) dan matematika. Model yang sudah dibangun
Komponen-komponen dasar sistem pengontrolan adalah sebagai berikut :
1. Proses
2. Sensor, disebut juga elemen primer (primary element) Contoh:
suhu: termokopel atau resistance thermometer laju alir: venturi meter
komposisi: gas chromatograph
3. Transduser: untuk mengubah sinyal
4. Transmiter: menguatkan sinyal, disebut juga elemen sekunder
5. Kontroler (otaknya sistem kontrol)
6. Elemen kontrol akhir
7. Recorder
Komponen-komponen di atas melakukan tiga operasi dasar yangharusada di
setiapsistem kontrol. Operasi-operasi ini adalah:
1. Measurment (M) atau pengukuran, yakni mengukur variabel yang dikontrol dengan mengkombinasikan sensor dan transmitter.
2. Decision (D) atau keputusan, didasarkan pada pengukuran; kontroler harus memutuskan apa yang harus dilakukan untuk menjaga variabel tersebut pada
harga yang diinginkan.
3. Action (A) atau aksi, sebagai hasil dari keputusan kontroler, biasanya dilakukan oleh elemen kontrol akhir.
Istilah-istilah Penting
1. Controlled variable (variabel yang dikontrol)
Variabel yang harus dijaga atau dikendalikan pada harga yang diinginkan.
Contoh: laju alir, komposisi, suhu, level, dan tekanan
2. Setpoint
Harga yang diinginkan dari controlled variable
Variabel yang digunakan untuk menjaga contolled variable berada pada
setpointnya; biasanya berupa laju alir dari aliran tertentu yang masuk atau
meninggalkan suatu proses
4. Uncontrolled variable
Variabel di dalam proses yang tidak bisa dikontrol. Contohnya: suhu dari sebuah
tray dalam kolom distilasi
5. Disturbanceatauupset (gangguan)
Variabel yang dapat