• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN ACEH TENGAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN ACEH TENGAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 10

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN ACEH TENGAH SEBELUM

DAN SESUDAH PEMEKARAN WILAYAH

Evaida Ulfha Aunies1, Prof. Dr. Abubakar Hamzah2, Prof. Dr. Mohd Nur Syecalad, MS3

1) Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala 2,3) Dosen Fakultas Ekonomi dan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Abstract: This study aims to analyze the economic growth of Central Aceh District before and after the region proliferation by looking at the effect of Government Expenditure (GE), Population (P), Human Development Index (HDI) and Dummy variable before and after the region proliferation (D) on The Economic Growth and to determine differences in the economic growth of Central Aceh before and after the region proliferation. For purposes of analysis, this study uses time series of annual 20 consisting of 10 years before splitting from 1994 to 2003 and after the region proliferation of 10 years from 2004 until 2013. Multiple regression analysis and test different Independent sample test are used. The results show that the economic growth Central Aceh District before and after the region proliferation is more influenced by government expenditure and HDI. It is seen from the results estimated that government expenditure and HDI variables provide a positive and significant effect, while population and dummy variables provide negative impact and no significant on the economic growth of Central Aceh before and after the region proliferation. The results of different test independent sample test shows that the economic growth of Central Aceh district after the proliferation is not higher than that of before the region proliferation

Keywords : Economic Growth, Government Expenditure, Popupation, Human Development Index, Dummy Variable,

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah dengan melihat pengaruh Pengeluaran Daerah (PD), Jumlah Penduduk (JP), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Dummy variabel (D) sebelum dan sesudah pemekaran (D) terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran. Untuk tujuan analisis, penelitian ini menggunakan data time series sebanyak 20 tahunan yang terdiri dari 10 tahun sebelum pemekaran yaitu tahun 1994 sampai tahun 2003 dan sesudah pemekaran sebanyak 10 tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2013. Pengujian data dilakukan dengan analisis regresi berganda dan uji beda independent sample test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran lebih dipengaruhi oleh pengeluaran daerah dan IPM. Hal ini terlihat dari hasil estimasi bahwa variabel pengeluaran daerah dan IPM memberikan pengaruh yang positif dan signifikan, sedangkan variabel jumlah penduduk dan dummy sebelum dan sesudah pemekaran berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran. Hasil uji beda independent sample test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah antara sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Daerah, Jumlah Penduduk, IPM, Variabel Dummy.

PENDAHULUAN

Salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang melakukan pemekaran adalah Kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten yang beribukota

Takengon ini pada tanggal 8 Desember 2003 mengalami pemekaran. Pemekaran wilayah tersebut menyebabkan perubahan struktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengah secara

(2)

11 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

menyeluruh, yang meliputi: pembagian luas wilayah administrasi, sumber daya, infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi wilayah, serta sektor pemerintahan. Dari aspek ekonomi, pemekaran seyogyanya dapat mendorong kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya melalui optimalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi daerah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari perubahan PDRB yang merupakan keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian. Berikut dapat kita lihat konstribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009 s/d 2013

Gambar 1. Konstribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2009 s/d 2013 (Persen)

Berdasarkan Gambar 1 dapat kita ketahui bahwa PDRB Kabupaten Aceh Tengah selama

tahun 2009 s/d 2013 didominasi oleh lima sektor usaha yaitu pertanian yang memberikan kontribusi rata-rata sebesar 46,02 %, kontruksi 17,01 %, jasa-jasa 15,18 %, perdagangan, hotel, dan restoran 9,63 %, serta pengangkutan dan komunikasi 7,31 %, sedangkan keempat sektor lainnya bila diakumulasikan memberikan konstribusi yang cukup besar yaitu 4,9 %.

Terkait dengan kewenangan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi, kebijakan pemekaran memberikan peluang dan tantangan pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif namun disisi lain Kewenangan otonomi yang luas ini memberikan konsekuensi kewajiban bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata dan berkesinambungan. Kewajiban itu bisa dipenuhi apabila pemerintah daerah mampu mengelola potensi daerahnya, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dan potensi sumber keuangan secara optimal. Lepasnya Bener Meriah dari pemerintahan induknya yang membentuk pemerintahan sendiri dan membentuk Kabupaten Bener Meriah tentunya mengakibatkan terjadinya perubahan sumber-sumber daya dalam perekonomian wilayah dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran 2009 0 10 20 30 40 50 2009 2010 2011 2012 2013

(3)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 12 Wilayah” dengan menganalisis pengaruh

Pengeluaran Daerah, Jumlah Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini memfokuskan masalah mengenai pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini ada dua. Aspek yang pertama adalah kinerja perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Tengah yang dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi yang diinterprestasikan oleh data PDRB Kabupaten Aceh Tengah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang ditentukan dalam penelitian ini adalah data Pengeluaran Daerah, Jumlah Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia. Sedangkan aspek yang kedua melihat apakah ada perbedaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series (runtut waktu) yang diperoleh dari instansi dan dinas-dinas yang terkait dengan penelitian. Data sebelum pemekaran digunakan dari tahun 1994-2003 sementara data setelah pemekaran digunakan data mulai tahun 2004-2013. Data sekunder yang dikumpulkan adalah: data tentang pertumbuhan ekonomi diwakili oleh PDRB Kabupaten Aceh Tengah dan data sekunder lainnya.

Model analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran daerah, jumlah penduduk, indeks pembangunan manusia dan dummy variabel sebelum dan sesudah pemekaran terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah adalah regresi linear berganda:

Y = α + βo X₀ + β X1 + β X2 + β3 X3 +εₒ . (1)

kemudian model tersebut diubah dalam bentuk logaritme sehingga menjadi (Gujarati, 2006:49):

LnPDRB = α + βo LnPD + β LnJP + β LnIPM + β3 D +εₒ .... (2)

Dimana :

PDRB : Laju Pertumbuhan Ekonomi yang diproxy PDRB ADHK (Rupiah) PD : Pengeluaran Derah (Rupiah) JP : Jumlah Penduduk (Jiwa)

IPM : Indeks Pembangunan Manusia (Persen)

D : Dummy variabel (0 = sebelum

pemekaran, 1 = sesudah pemekaran) α : intercept

βo – β3 : koefisien regresi εₒ : variabel penganggu

Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah dilakukan melalui metode uji beda independent sample test.

KAJIAN PUSTAKA

Konsep Pemekaran Wilayah

Menurut Saefulhakim dalam Laim (2010:14), mengatakan pemekaran wilayah harus dilandaskan pada landasan logika pembangunan agar mampu:

(4)

13 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

1. Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan memberikan kewenangan lebih kepada masyarakat lokal untuk mengolah potensi sumberdaya wilayah secara arif dan bijaksana.

2. Partisipasi dan rasa memiliki masyarakat meningkat

3. Efisiensi, produktivitas serta pemeliharaan kelestariannya

4. Akumulasi nilai tambah secara lokal dan kesejahteraan yang berkeadilan lebih tercipta, sehingga ketahanan nasional semakin kuat

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang yang mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Menurut Sukirno (2006:423) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu alat pengukur prestasi dari suatu perkembangan perekonomian. Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian (Mankiw, 2000:174).

Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Beberapa faktor yang dipandang sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan

pertumbuhan ekonomi adalah : tanah dan kekayaan alam lainnya, jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja, barang-barang modal dan tingkat tekhnologi, sistem sosial dan sikap masyarakat dan luas pasar (Sukirno, 2006:429)

Todaro dan Smith (2006:92), menyampaikan ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara. Ketiga faktor tersebut adalah:

1. Akumulasi Modal.

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja 3. Kemajuan Teknologi

Pengeluaran Daerah

Menurut UU No. 33 tahun 2004 Belanja daerah/Pengeluaran Pemerintah dimaksudkan sebagai semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang bersangkutan. Berdasarkan sifat ekonominya belanja daerah terdiri atas belanja pegawai dan belanja barang, subsidi, hibah dan bantuan sosial. Sedangkan berdasarkan fungsinya belanja daerah terdiri dari belanja untuk pembangunan perumahan dan fasilitas umum, peningkatan kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan serta perlindungan sosial.

Jumlah Penduduk

Penduduk termasuk bagian penting dalam perekonomian karena penduduk sebagai pelaku kegiatan ekonomi dan menyediakan tenaga kerja. Todaro dan Smith (2006:93), pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan

(5)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 14 angkatan kerja dianggap sebagai faktor positif

yang memacu pertumbuhan ekonomi karena jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif dan pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik.

Indeks Pembangunan Manusia

Ramirez dalam Sasana (2009:17) berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang diukur dengan pembangunan manusia (human development). Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan. Hal ini menunjukkan pentingnya pembangunan human capital (sumber daya manusia) dalam rangka untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi hingga pada titik yang optimal.

Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengeluaran Daerah (PD), Jumlah Penduduk (JP) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan pengeluaran daerah dapat dilihat dari pernyataan Mankiw yang dikutip dalam Riyad (2012:38) menyatakan bahwa Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan pengeluaran pemerintah dapat dilihat dari nilai PDB

merupakan nilai total pengeluaran setiap unit ekonomi dimana salah satunya adalah pengeluaran pemerintah. Semakin besar pengeluaran pemerintah yang dilakukan akan menimbulkan multiplier effect terhadap perekonomian yang akan memberi manfaat yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan jumlah penduduk dan IPM dapat dilihat dari pernyataan Todaro dan Smith (2004:49) bahwa besar kecilnya potensi pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang tidak hanya berkaitan dengan jumlah penduduk dan tingkat keahliannya saja, namun juga meliputi pandangan hidup mereka, tingkat kebudayaan, sikap-sikap atau penilaian mereka terhadap pekerjaan, akses mereka untuk mendapatkan informasi, dan besar kecilnya keinginan untuk memperbaiki diri secara otonom.

HASIL PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tengah

Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas wilayah 4.318,39 Km² atau 431.839 ha, yang terdiri dari 14 kecamatan, 2 kelurahan dan 295 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 185.733 jiwa pada tahun 2013. Membentang pada ketinggian 200 – 2.600 m diatas permukaan laut. Secara geografis berada pada 4°10´ - 4°58´ Lintang utara dan 96°18´ - 96°22´ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut: sebelah Utara dengan Kabupaten Bener Meriah, sebelah Selatan dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah Timur dengan Kabupaten

(6)

15 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

Aceh Timur dan sebelah Barat dengan Kabupaten Nagan Raya dan Pidie.

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu penghasil pertanian yang sangat penting di Provinsi Aceh, hal ini tidak terlepas dari tofografi Aceh Tengah yang sangat mendukung sebagai daerah pertanian. Topografi yang bergunung-gunung dan tanah yang subur memberikan keuntungan bagi usaha pertanian, Kabupaten ini memang masih menggantungkan ekonominya dari pertanian. Kopi menjadi andalan utama, penanaman kopi memang sudah dikenal penduduk sejak zaman Belanda, bahkan sebagian besar kebun kopi yang ada merupakan peninggalan perkebunan Belanda dengan jenis kopi arabica yang ditanam disini, selain karena cocok tumbuh di daerah yang berhawa sejuk harganya pun relatif lebih tinggi dibanding kopi jenis lain.

Perkembangan Pengeluaran Daerah Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran

Dalam neraca APBD, pengeluaran pemerintah secara garis besar dikelompokkan menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Rata-rata pertumbuhan pengeluaran daerah Kabupaten Aceh Tengah sebelum pemekaran yaitu dari tahun 1994 s/d 2003 adalah sebesar 39,44 persen. Sedangkan setelah dimekarkan yaitu dari tahun 2004 s/d 2013 pengeluaran daerah tumbuh rata-rata sebesar 11,71 persen. Untuk lebih jelas laju perkembangan pengeluaran daerah sebelum dan sesudah pemekaran dapat dilihat pada gambar berikut:

****

Gambar 2. Pertumbuhan Pengeluaran Daerah (PD) Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan pengeluaran daerah Kabupaten Aceh Tengah pada periode penelitian bergerak fluktuatif turun naik. Pertumbuhan pengeluaran daerah tertinggi terjadi pada tahun 1999 yaitu 153,79 persen dan terendah pada tahun 2005 yaitu minus 23,17 persen.

Perkembangan Jumlah Penduduk (JP) Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran

Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan dan perekonomian suatu wilayah. Adapun laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Tengah tahun 1994 s/d 2013 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

7,77 5,7 14,38 45,18 -14,55 153,79 31,25 93,33 24 ,61 32,91 -6,39 -23,17 54,51 41,43 -1,95 -0,75 7,65 28,37 6,65 10,79 -50 0 50 100 150 200 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Pengeluaran Daerah Pertumbuhan (%)

(7)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 16 Gambar 3. Laju Pertumbuhan Penduduk (JP)

Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran

Berdasarkan Gambar 3 dapat kita lihat pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Tengah selama periode penelitian menunjukkan pergerakan yang fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 12,96 persen dan terendah pada tahun 2005 yaitu minus 42,44 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tengah sebelum pemekaran cenderung meningkat dan rata-rata tumbuh sebesar 2,89 persen. Begitu pula setelah dimekarkan yaitu dari tahun 2004 – 2013, jumlah penduduk juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2005 dan 2010. Pada Tahun 2005 jumlah penduduk menurun drastis dari tahun 2004. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh pemekaran Kabupaten Bener Meriah yang memisahkan diri dari Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2003, sehingga menyebabkan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tengah ikut menurun. Rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk setelah pemekaran adalah minus 2,48 persen.

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran

Hakikat pembangunan adalah membentuk manusia-manusia atau individu-individu otonom yang memungkinkan mereka bisa mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal (Basri, 2002:112). Sehingga disadari bahwa manusia merupakan modal utama terbentuknya daya saing nasional dalam menghadapi persaingan internasional. Perkembangan IPM Kabupaten Aceh Tengah selama kurun waktu penelitian dapat dilihat pada Gambar 4:

Gambar 8. Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran

Dari Gambar 4 dapat kita ketahui pencapaian IPM pada kurun waktu penelitian yaitu tahun 1994 s/d 2013 tumbuh rata-rata sebesar 0,68 persen. IPM Kabupaten Aceh Tengah sebelum pemekaran cenderung berfluktuasi turun naik dengan rata-rata pertumbuhan IPM sebesar 0,59 persen. Sedangkan setelah dimekarkan IPM cederung meningkat dan tumbuh rata-rata sebesar 0,77 persen. Pertumbuhan IPM yang tertinggi pada periode 1994 – 2013 adalah sebesar 4,75 persen yaitu pada tahun 2003. Sedangkan yang terendah pada tahun 1999

2 ,4 3 2 ,2 8 2 ,9 9 2 ,6 4 1 ,1 1 0 ,9 3 12 ,9 6 1 ,3 6 0 ,9 1 1 ,2 3 4 ,8 3 -4 2 ,4 4 3 ,8 7 5 ,5 8 2 ,8 3 2 ,1 -7 ,2 7 2,29 2,6 4 0 ,7 8 -60 -40 -20 0 20 1 9 9 4 1 99 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 00 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) 1,36 0,16 1,99 -0,51 -0,1 -2,86 2,29 0,24 -1,37 4,75 0,01 1,31 0,44 1,34 0,97 0,56 0,64 0,66 0,32 1,38 -5 0 5 10

Indeks Pembangunan Manusia

(8)

17 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

yaitu sebesar minus 2,86 persen. UNDP membedakan tingkat IPM berdasarkan empat klasifikasi yakni:low (IPM kurang dari 50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99), upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high (IPM ke atas). Rata-rata pertumbuhan IPM pada periode penelitian adalah sebesar 70,19 dan berada pada kategori upper-medium

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Tengah Sebelum dan Sesudah Pemekaran

PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui peranan dan potensi ekonomi di suatu wilayah. Tinggi rendahnya PDRB sangat menentukan maju mundurnya suatu perekonomian. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Aceh Tengah selama periode penelitian berfluktuasi naik turun. Tahun 1994 laju pertumbuhan

PDRB ADHK adalah 9,37 persen kemudian terus menurun pada tahun-tahun berikutnya menjadi 0,34 persen pada tahun 1999. Seperti yang kita ketahui krisis moneter dan konflik berkepanjangan yang terjadi pada masa tersebut menyebabkan produktivitas masyarakat menjadi rendah yang akhirnya ikut mempengaruhi perekonomian di Provinsi Aceh dan juga Kabupaten Aceh Tengah tentunya. Tetapi pada tahun 2000, laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Aceh Tengah meningkat jauh sebesar 56,65 persen dan merupakan laju pertumbuhan ekonomi yang tertinggi selama periode penelitian ini. Hal ini dipengaruhi oleh produksi pertanian seperti tanaman kopi. Meningkatnya harga jual kopi tentunya berpengaruh pada meningkatnya aktivitas pertanian dan perekonomian masyarakat, karena kopi yang dihasilkan selain untuk dipasarkan ke tingkat lokal juga sebagian besar ada yang diekspor keluar negeri dengan nilai ekspor yang tinggi. Begitu juga dengan tanaman sayur-sayuran, palawija dan holtikultura seperti kentang, tomat, cabai dan lain-lain. (www. kemendagri.go.id). Hal ini tentu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah pada saat itu. Namun seperti yang dapat kita lihat pada gambar 5 pertumbuhan ekonomi kembali menurun pada tahun tahun berikutnya bahkan mencapai minus 8,71 persen pada tahun 2002. Selanjutnya pertumbuhan PDRB ADHK kembali meningkat 3,03 persen pada tahun 2003 dan terus meningkat menjadi 15,38 persen pada tahun 2006. Kemudian PDRB ADHK mulai turun di

9,37 6,51 6,39 4,15 0,27 0,34 56,65 14,53 -8,71 3,03 3,24 9,53 15,38 5,82 4,55 4,27 4,32 4,93 4,38 5,2 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan (%)

(9)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 18 tahun 2007 dan kembali berfluktuasi sampai

tahun 2013. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum pemekaran adalah sebesar 9,46 persen. Sedangkan setelah dimekarkan tumbuh rata-rata sebesar 4,84 persen.

Hasil Analisis Data

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil analisis data yang dilakukan dengan perhitungan Regresi Linear diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:

Ln Y = 23,184 + 0,268 LnPD – 0,147 LnJP + 2,572 LnIPM – 0,050 D

Nilai konstanta sebesar 23,184 berarti tanpa adanya pengeluaran daerah, jumlah penduduk dan IPM maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran adalah sebesar 5140,043 Rupiah. (anti ln dari nilai konstanta 23,184).

Variabel pengeluaran daerah memperlihatkan tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,268. Hal ini berarti apabila pengeluaran daerah meningkat 1 persen maka akan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran sebesar 0,268 persen dengan asumsi variabel lain diluar model penelitian dianggap konstan

Variabel jumlah penduduk memperlihatkan tanda koefisien regresi negatif sebesar 0,147. Hal ini berarti apabila jumlah penduduk bertambah sebesar 1 persen maka akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran

sebesar 0,147 persen dengan asumsi variabel lain diluar model penelitian dianggap konstan

Variabel Indeks Pembangunan Manusia menunjukkan tanda koefisien regresi positif sebesar 2,572. Hal ini berarti apabila IPM meningkat sebesar 1 persen maka akan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran sebesar 2,572 persen dengan asumsi variabel lain diluar model penelitian dianggap konstan.

Variabel dummy sebelum dan sesudah pemekaran menunjukkan tanda koefisien regresi negatif sebesar 0,050 bermakna bahwa pertumbuhan ekonomi setelah pemekaran lebih kecil 0,050 persen dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi sebelum terjadinya pemekaran wilayah

Variabel bebas pada penelitian ini terbebas dari gejala multikolinearitas yang ditunjukkan bahwa semua nilai VIF tidak melebihi 10.00 (VIF < 10) dan semua nilai Tolerence lebih besar dari 10 persen (Tolerence > 0,1)

Uji Autokorelasi diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,053 sedangkan DWtab pada α sebesar 5%, untuk n = 20 dan K = 4 adalah dL = 0,8943; dU = 1,8283; 4 – dL = 3,1057; 4 – dU = 2,1717 jadi dapat dilihat bahwa nilai DWhit lebih besar daripada nilai dU dan lebih kecil dari nilai 4-dU, serta lebih besar daripada nilai dL dan lebih kecil dari nilai 4-dL. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi dalam model regresi yang diprediksi.

(10)

19 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,972 artinya variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) dapat dijelaskan oleh variabel pengeluaran daerah, jumlah penduduk, IPM dan dummy sebelum dan sesudah pemekaran sebesar 97,2 persen dan sisanya sebesar 2,8 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Sementara nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,986 menggambarkan bahwa variabel pengeluaran daerah, jumlah penduduk, IPM dan dummy sebelum dan sesudah pemekaran mempunyai hubungan yang sangat erat dengan variabel pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah yaitu sebesar 98,6 persen sedangkan sisanya sebesar 1,4 persen berhubungan dengan faktor lain di luar cakupan penelitian ini.

Pengujian hipotesis dengan uji t diperoleh bahwa:

Variabel pengeluaran daerah, thit > ttab yaitu 8,434 > 1,753 dan nilai Sig < ɑ yaitu 0,000 < 0,05 ; maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel pengeluaran daerah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran.

Variabel jumlah penduduk, thit < ttab yaitu – 0,792 < 1,753 dan nilai Sig > ɑ yaitu 0,441 > 0,05 ; maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran

Variabel IPM, thit > ttab yaitu 2,231 > 1,753 dan nilai Sig < ɑ yaitu 0,041 < 0,05 ; maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel IPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran

Variabel dummy sebelum dan sesudah pemekaran, thit < ttab yaitu -0,058 < 1,753 dan nilai Sig > ɑ yaitu 0,605 > 0,05 ; maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel dummy sebelum dan sesudah pemekaran tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pemekaran dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah Pengujian hipotesis dengan uji F diperoleh nilai Fhit sebesar 128,639 sedangkan Ftab pada tingkat signifikansi 5% atau 0,05 adalah 3,06. Hal ini menunjukkan bahwa Fhit > Ftab dan Sig.F = 0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa pengeluaran daerah, jumlah penduduk, IPM dan dummy sebelum dan sesudah pemekaran secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah.

2. Analisis Uji Beda Independent Sample Test

Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah digunakan uji beda independent sampel test dan diperoleh hasil output nilai rata-rata (mean)

(11)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 20 untuk pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh

Tengah sebelum pemekaran adalah 9,2543 dan sesudah pemekaran adalah 6,1622. Dari hasil tersebut menunjukkan rata-rata nilai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum pemekaran lebih tinggi dibandingkan setelah adanya pemekaran.

Pada tingkat kepercayaan (Convidence Interval) 95 persen, pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa nilai thit adalah 0,539 dan ttab 1,734, hal ini menunjukkan thit < ttab yaitu 0,539 < 1,734 dan nilai Sig > ɑ yaitu 0,596 > 0,05 ; Hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan setelah pemekaran. Seperti yang dapat kita ketahui bahwa setelah pelaksanaan pemekaran pertumbuhan ekonomi tidak lebih baik dibanding pada masa sebelum pemekaran, dimana dapat kita lihat bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum pelaksanaan pemekaran lebih tinggi dibanding dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sesudah mengalami pemekaran. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pemekaran wilayah yang dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Variabel pengeluaran daerah dan IPM mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran sedangkan variabel jumlah penduduk dan dummy sebelum dan sesudah pemekaran berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Laju pertumbuhan penduduk dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memicu pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain jumlah penduduk dapat menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi bukan sebagai pemacu karena banyak faktor penyebab antara lain ketersediaan lapangan kerja yang tidak mendukung sehingga laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menimbulkan dampak pengangguran dimana pengangguran dapat menyebabkan daya beli masyarakat berkurang sehingga aktivitas ekonomi tidak berjalan lancar yang akhirnya ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji beda Independent sample test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan setelah pemekaran wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa pemekaran wilayah belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah.

Saran

Pengeluaran daerah terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran wilayah, untuk itu pemerintah daerah dengan kewenangan yang dimilikinya harus mampu mengalokasikan belanja daerah secara efisien untuk kebutuhan publik baik

(12)

21 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

penyediaan sarana dan prasarana sesuai dengan potensi daerah

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah, diperlukan kemampuan, kecermatan serta kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakatnya sehingga dapat menciptakan keadaan ekonomi, politik, dan hukum yang kondusif sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anonymous. 2004. Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Basri, F., 2002. Perekonomian Indonesia :

Tantangan Dan Harapan Bagi

Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Badan Pusat Statistik. 1994-2014. Aceh Dalam

Angka. Banda Aceh. BPS Provinsi Aceh

Badan Pusat Statistik. 1994-2014. Aceh Tengah

Dalam Angka. Banda Aceh. BPS Provinsi

Aceh

Gujarati, D.N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Laim, D.J. 2010. Analisis Dampak Pemekaran

Wilayah Terhadap Perkembangan

Perekonomian Wilayah Kabupaten

Kepulauan Aru Provinsi Maluku.

Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Mankiw, N G. 2000. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga..

Riyad, M. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Enam Negara ASEAN Tahun

1990-2009. Fakultas Ekonomi Program

Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik Ekonomi Globalisasi. Tesis.

Universitas Indonesia.

Sukirno, S. 2006. Makro Ekonomi Teori

Pengantar. Jakarta: PT.

RajaGrafindoPersada,

Todaro, M.P., dan Smith, S.C. 2006.

Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga.

Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga

Jurnal

Sasana, H. 2009. Peran Desentralisasi Fiskal

Terhadap Kinerja Ekonomi Di

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro, Semarang.

Web

Gambar

Gambar  1.  Konstribusi  Sektor  dalam  PDRB  Kabupaten    Aceh  Tengah  Tahun  2009  s/d  2013  (Persen)
Gambar  2.  Pertumbuhan  Pengeluaran  Daerah  (PD)  Kabupaten  Aceh  Tengah  Sebelum  dan  Sesudah  Pemekaran
Gambar  3.  Laju  Pertumbuhan  Penduduk  (JP)  Kabupaten  Aceh  Tengah  Sebelum  dan  Sesudah  Pemekaran
Gambar  5.  Laju  pertumbuhan  ekonomi  Kabupaten  Aceh Tengah sebelum dan sesudah pemekaran

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ketentuan kadar Hb 1 g% di atas batas normal (13 g% untuk laki-laki dewasa sehagai cur oflpoir~r anemia) dianggap sebagai batas antara defisisiensi besi dan non

Upaya yang dilakukan untuk melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan Kabupaten Konservasi adalah melakukan

pada Barajana. Dulu ketika kerajaan mendapat gangguan, Barajana datang menyelamatkan. Kini, barangkali dia dapat membantu lagi. Prabu Kretawangsa lalu mengutus Patih

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik, modulus elastisitas dan kekuatan bending dari komposit berpenguat serat daun nanas belum dapat memenuhi standar

TOEFL REVIEW EXERCISES (Skill 1-13): Choose the letter of the word or group of words that best completes the sentence.. variety of flowers in the show, from simple carnationsto

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak,

Heregistrasi/Daftar ulang dapat dilakukan di Bag Keuangan kampus STIEKEN Blitar sejak pengumuman ini dimuat sampai dengan tanggal 31 Juli 2017 (Bagian Keuangan hubungi

[r]