PERAN STANDAR DAN KETERTELUSURAN
PENGUKURAN DALAM KEAMANAN DAN
MUTU PANGAN
KUKUH S. ACHMAD
DEPUTI BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI – BSN / SEKRETARIS JENDERAL – KAN FOODREVIEW INDONESIA SEMINAR BOGOR, 15 MARET 2017OUTLINE
§
Standar dan Kebijakan Pengembangan SNI
§
Standar Pangan dan Mengapa Perlu?
§
PenQngnya Ketertelusuran Pengukuran di
STANDAR DAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN SNI
Standar adalah
persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan
,
termasuk tata cara dan metode yang disusun
berdasarkan
konsensus
semua pihak/Pemerintah/ keputusan internasional
yang terkait dengan memperhaQkan syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan
masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya.
Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah
Standar yang ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
DEFINISI
(UU 20/2014)Prinsip Dasar Perumusan SNI
Coherence Development dimension Openess Transparency Consensus and imparQality EffecQveness and relevance Adapted from the Decision of the WTO-TBT Second triennial review Terbuka bagi siapa saja untuk berparQsipasi dalam proses perumusan SNI Prosesnya dapat diikuQ secara transparan melalui media IT Pelaksanaannya melalui konsensus nasional dan Qdak memihak SNI dibuat sesuai kebutuhan pasar, hasilnya harus efekQf dipakai untuk kebutuhan stakeholder SNI dibuat dgn memperhaQkan keberadaan standar internasional dan diusahakan harmonis dengan standar internasional SNI disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholder sesuai dengan perkembangan iptekUU 20/2014 Pasal 10 Ayat 3 : PNPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan memperha=kan: a. kebijakan nasional Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; b. perlindungan konsumen; c. kebutuhan pasar; d. perkembangan Standardisasi internasional; e. kesepakatan regional dan internasional; f. kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi; g. kondisi flora, fauna, dan lingkungan hidup; h. kemampuan dan kebutuhan industri dalam negeri; i. keyakinan beragama; dan j. budaya dan kearifan lokal.
PROGRAM NASIONAL PERUMUSAN
STANDAR (PNPS)
Pasal 12 Ayat 2 : Perumusan SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperha=kan waktu penyelesaian yang efek=f dan efisien. Pasal 13 Ayat 1 : SNI dirumuskan dengan memperha=kan ketersediaan sumber daya, kepen=ngan nasional, hasil peneli=an, inovasi, dan/atau pengalaman. Pasal 13 Ayat 2 : Dalam hal terdapat standar internasional, SNI dirumuskan selaras dengan standar internasional melalui: a. adopsi standar internasional dengan memper=mbangkan kepen=ngan nasional untuk menghadapi perdagangan global; atau b. modifikasi standar internasional disesuaikan dengan perbedaan iklim, lingkungan, geologi, geografis, kemampuan teknologi, dan kondisi spesifik lain. Pasal 13 Ayat 3 : Untuk kepen=ngan nasional, SNI dapat dirumuskan =dak selaras dengan standar internasional.
PERUMUSAN SNI
Pasal 14 Ayat 3 : Dalam melaksanakan perumusan SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BSN membentuk komite teknis. Pasal 15 Ayat 1 : BSN melakukan jajak pendapat atas rancangan SNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) yang dirumuskan oleh komite teknis. Pasal 15 Ayat 2 : Masyarakat dapat memberikan masukan terhadap rancangan SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 15 Ayat 3 : Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menjadi bahan per=mbangan bagi komite teknis.
PERUMUSAN SNI
Proses Perumusan SNI
Perencanaan Ratek/Rakon Draaing/ Pendapat Jajak Penetapan
Penetapan PNPS Usulan PNPS Draaing Kebutuhan Pasar Verifikasi Jajak Pendapat Jajak Pendapat Ulang* Rancangan Akhir SISNI Pemeliharaan BSN ST AK EH O LD ER Publikasi Kaji Ulang Penetapan KT/SKT* *). KT : Komite Teknis, SKT : Sub Komite Teknis
q
Produsen/Industri paham akan kepas=an
batas/
persyaratan yang diterima pasar.
Ø KepasQan Qngkat mutu Ø Acuan dalam pembinaan/proses produksi o Meningkatkan efisiensi produksi, mutu barang/jasa o Meningkatkan kepas=an, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan, antar produsen, antara produsen dan konsumen qPengguna/Konsumen memperoleh
kepas=an kualitas dan keamanan produk.
qPublik/Masyarakat dilindungi dari segi
keamanan, keselamatan, kesehatan dan
kelestarian lingkungan.
Perlindungan KonsumenManfaat Standar
STANDAR PANGAN DAN
MENGAPA PERLU?
Mengapa perlu Standar Pangan ??
Perlindungan kesehatan konsumen Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawabPersyaratan keamanan,
mutu dan gizi
Codex Alimentarius
• Objec=ve:
– Melindungi kesehatan konsumen
– Memfasilitasi praktek yang fair dalam
perdagangan pangan
• Standar Codex:
– Non-mandatory
– Referensi bagi regulator di =ngkat nasional
– Referensi dalam transaksi perdagangan antar
negara (WTO)
Standar Codex
(Februari 2017)Comodity Standards
Instant Noodles, Wheat Flour, bu]er, mozarella cheese, Fermented Milks, dllCodex Guidelines
Claims, Nutri=on Labelling, the Use of Flavourings, dllCode of PracQces
Desiccated Coconut, Eggs and Egg Products, Fish and Fishery Products, dllMRLs
MRLs for Pes=cides, MRLs for Veterinary Drugs in Food, Extraneous Maximum Residue Limits/(EMRLs)213
76
50
3
Daaar isi
Prakata
1 Ruang lingkup
2 Acuan normaQf
3 IsQlah dan definisi
4 Syarat mutu
5 Pengambilan contoh
6 Cara uji
7 Syarat lulus uji
8 Pengemasan
9 Penandaan
Template Generik
SNI
STATISTIK SNI
(NOVEMBER 2016) Komtek : 116 Sub Komtek : 33 Total : 10.997 Abolisi : 1.904 AkQf : 9.093§ Proses dalam industri makanan § Produk makanan pertanian secara umum § Metode umum untuk pengujian dan analisa produk § Biji-bijian, kacang-kacangan dan prdouk turunan § Buah-buahan, sayur-sayuran § Susu dan produk susu § Daging, produk daging dan produk hewan lainnya § Teh, kopi, kakao § Minuman § Gula, produk gula, tepung § Cokelat § Minyak dan lemak yang dapat dimakan, minyak biji-bijian § Bumbu dan rempah-rempah (bahan tambahan makanan) § Makanan dalam kemasan dan siap olah § Analisis sensory § Bahan dan benda yang bersentuhan dengan makanan § Pabrik dan peralatan industri makanan § Sistem Manajemen
SNI sektor pangan
No Pemanfaatan Uraian 1 Diadopsi sebagai peraturan di Indonesia § Kategori Pangan § Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan § Pengawasan Pangan Iradiasi § Batas Maksimum Penggunaan BTP § Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan § Pengawasan Pangan Olahan Organik Reference § Pengawasan Formula Lanjutan 2 Diadopsi menjadi
SNI SNI CAC/RCP 1:2011, Rekomendasi Nasional Kode Prak=s - Prinsip umum higiene pangan 3 Menjadi referensi atau acuan penyusunan SNI es krim; buah kering marmalade; minuman serbuk berperisa; nanas dalam kaleng; tuna kaleng; sarden dan makarel kaleng; kerupuk ikan, udang, moluska; ikan asin kering; bumbu dan rempah-rempah
Pemanfaatan Standar Codex untuk Memperkuat Sistem
Standardisasi dan Regulasi Pangan Nasional,
antara lain:No Codex Commihee CODEX STAND Pemanfaatan Keterangan
1 Codex Commi]ee on Cocoa Products and Chocolate (CCCPC) 100% (4 dari 4) Diadopsi/referensi 2 Codex Commi]ee on Cereals, Pulses and Legumes (CCCPL) 22% (4 dari 18) Diadopsi/referensi 3 Codex Commi]ee on Fish and Fishery Products (CCFFP) 38% (9 dari 24) Diadopsi/referensi 4 Codex Commi]ee on Fresh Fruits and Vegetables (CCFFV) 56% (20 dari 36) Diadopsi/referensi 5 Codex Commi]ee on Fats and Oils (CCFO) 40% (2 dari 5) Diadopsi/referensi 6 Codex Commi]ee on Milk and Milk Products (CCMMP) 60% (21 dari 35) Diadopsi/referensi 7 Codex Commi]ee on Natural Mineral Waters (CCNMW) 100% (2 dari 2) Diadopsi/referensi 8 Codex Commi]ee on Processed Fruits and Vegetables
(CCPFV) 100% (42 dari 42) Diadopsi/referensi
9 Codex Commi]ee on Processed Meat and Poultry Products
(CCPMPP) 100% (5 dari 5) Diadopsi/referensi
10 Codex Commi]ee on Sugars (CCS) 17% (1 dari 6) Diadopsi/referensi
Jumlah 62% (110 dari 177)
No Codex Commihee CODEX STAND Pemanfaatan Keterangan
1 Codex Commi]ee on Food Addi=ves (CCFA) 67% (2 dari 3) Diadopsi/referensi 2 Codex Commi]ee on Food Labelling (CCFL) 100% (3 dari 3) Diadopsi/referensi 3 Codex Commi]ee on Methods of Analysis and Sampling
(CCMAS) 25% (1 dari 4) Diadopsi/referensi
4 Codex Commi]ee on Nutri=on and Foods for Special Dietary
Uses (CCNFSDU) 67% (6 dari 9) Diadopsi/referensi 5 Codex Commi]ee on Contaminant in Food (CCCF) 100% (1 dari 1) Diadopsi/referensi
Jumlah 65% (13 dari 20)
Codex General Subject Standards
No Codex Commihee CODEX STAND Pemanfaatan Keterangan
1 FAO/WHO CoordinaQng Commihee for Asia (CCASIA) 80% (4 dari 5) Diadopsi/referensi
Jumlah 80% (4 dari 5)
PenQngnya Ketertelusuran
Pengukuran
LABORATORY ACCREDITATION TESTING/CALIBRATION LABORATORY ISO/IEC 17025 MEDICAL LABORATORY ISO 15189 INSPECTION BODY ACCREDITATION INSPECTION BODY ISO/IEC 17020 CERTIFICATION BODY ACCREDITATION CERTIFICATION BODY PERSONNEL
CERTIFICATION CERTIFICATION QMS CERTIFICATION PRODUCT CERTIFICATION HACCP ISO/IEC 17024 ISO/IEC 17021 ISO/IEC 17065
EMS CERTIFICATION TESTING/ CALIBRATION CERTIFICATE INSPECTION CERTIFICATE HACCP CERTIFICATE EMS CERTIFICATE PRODUCT CERTIFICATE PERSONNEL CERTIFICATE Standard Requirement Standard Metode Product ISO 14001 Standard
Requirement ISO 9001 Product Standard SNI 4852
SUPPLIERS/INDUSTRIES PERSONNEL PROFESSION
KOMITE AKREDITASI NASIONAL (KAN)
(ISO/IEC 17011) QMS CERTIFICATE Standard Requirement ISO/IEC 17021 n n ISO/IEC 17021 PROFICIENCY TESTING PROVIDER & REFERENCE MATERIAL PRODUCER ACCREDITATION PTP ISO/IEC 17043 RMP ISO/IEC 17034 PT REPORT & CRM Standard RequirementSISTEM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI DI INDONESIA
§ Ecolabel CB (KAN Guide 801) § Food Safety (ISO 22000) - CB (ISO/IEC 17021) § Organic Foods CB (KAN Guide 901) § Sustainable Forest Management CB (ISO/IEC 17021) § Timber Legality CB (ISO/IEC 17065) § InformaQon Security Management System (ISO 27001) - CB (ISO/IEC 17021) § Medical Devices Quality Management System (ISO 13485) - CB (ISO/IEC 17021) § Green House Gases VerificaQon/ValidaQon Body (ISO 14065) § Energy Management System (ISO 50001) - CB (ISO/IEC 17021) § Security Management System for Supply Chain (ISO 28000) - CB (ISO/IEC 17021) § Tourism Business CB (ISO/IEC 17021) § AnQ Bribery Management System (ISO 37001) - CB (ISO/IEC 17021)
(n) AccreditaQon Schemes
§
Semua peralatan yang digunakan, termasuk peralatan bantu,
yang berkontribusi signifikan terhadap akurasi atau validitas
hasil
harus dikalibrasi
(ISO/IEC 17025, ISO/IEC 17020, ISO
15189, dll)
§
Bila diperlukan untuk memasQkan hasil yang valid, alat
pengukuran
harus dikalibrasi
atau diverifikasi atau kedua-duanya terhadap standar pengukuran yang dapat ditelusuri ke
standar pengukuran internasional atau nasional (ISO 9001, ISO
22001, dll)
5. Persyaratan Teknis
5.1 Umum 5.2 Personel
5.3 Akomodasi dan kondisi lingkungan
5.4 Metoda pengujian, metoda kalibrasi dan validasi metoda 5.5 Peralatan
5.6 Ketertelusuran pengukuran
5.7 Pengambilan sampel
5.8 Penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi 5.9 Jaminan mutu hasil pengujian dan kalibrasi 5.10 Pelaporan hasil
RANTAI KETERTELUSURAN
Definisi Satuan Standar Primer Nasional Standar Primer Negara Lain Standar Acuan Standar Kerja BIPM - CGPM realisasi definisi satuan NaQonal Metrology InsQtutes - pada umumnya negara maju NaQonal Metrology InsQtute (negara sedang berkembang – termasuk Indonesia) laboratorium kalibrasi industri/perusahaan Pengukuran pengguna akhir alat ukur keQdakpasQan pengukuranDefinisi Ketertelusuran Pengukuran
“sifat dari hasil pengukuran atau nilai dari standar yang
dapat
dihubungkan ke acuan tertentu
, biasanya standar nasional atau
internasional melalui rantai perbandingan yang tak terputus
dimana semuanya mempunyai keQdakpasQan tertentu”
“property of the result of a measurement or the value of a
standard whereby it can be related to stated references,
usually na?onal or interna?onal standards, through an
unbroken chain of comparison all having stated uncertain?es”
Interna?onal Vocabulary of Basic and General Terms in Metrology (VIM 1993)BukQ Ketertelusuran Pengukuran untuk Alat Ukur/Alat Uji
KAN mensyaratkan bahwa semua kalibrasi dan verifikasi
alat ukur dan
uji, standar acuan, bahan acuan dan peralatan bantu yang
mempengaruhi hasil uji dan/atau kalibrasi harus dilaksanakan oleh:
§
Laboratorium kalibrasi yang diakreditasi KAN
§
Laboratorium kalibrasi yang diakreditasi oleh badan akreditasi
lain yang menandatangani MRA APLAC/ILAC
§
InsQtusi Metrologi Nasional
§
InsQtusi Metrologi Nasional negara lain penandatangan CIPM
MRA
§
kalibrasi in-house yang memenuhi persyaratan dalam kebijakan
KAN
Kebijakan KAN
Kalibrasi in-House
§ Laboratorium yang melakukan kalibrasi in-house harus memelihara prosedur terdokumentasi dan melaporkan hasil kalibrasinya dengan metode yang memadai § Laboratorium yang melakukan kalibrasi in-house harus memelihara rekaman pelaQhan personil yang menunjukkan kompetensi personil yang melakukan kalibrasi § Laboratorium yang melakukan kalibrasi in-house harus mampu menunjukkan ketertelusuran ke satuan pengukuran SI § Laboratorium yang melakukan kalibrasi in-house harus mempunyai danmenerapkan prosedur evaluasi keQdakpasQan pengukuran dan
memperhitungkan keQdakpasQan dalam mengevaluasi kesesuaian dengan spesifikasi
§ Laboratorium yang melakukan kalibrasi in-house harus me-rekalibrasi-kan
standar acuannya pada interval yang tepat untuk menjaga reliability nilai acuan dan menentukan interval kalibrasi berdasarkan catatan riwayat
ISO/IEC 17025 BuQr 5.6.2
§
Kalibrasi dan pengukuran yang dilakukan harus tertelusur ke
sistem satuan internaQonal (SI).
§
Ketertelusuran ke SI dapat diperoleh dengan mengacu ke
standar primer atau standar sekunder melalui standar
pengukuran nasional.
§
Bila ketertelusuran pengukuran ke SI Qdak mungkin /Qdak
relevan, diperlukan ketertelusuran ke
CRM
, metode atau
standar konsensus.
§ MengesQmasi akurasi dari hasil suatu pengujian atau mengesQmasi validitas/ keabsahan hasil uji suatu contoh § Memvalidasi metoda pengujian/analisis § Mengevaluasi unjuk kerja (akurasi, presisi) suatu metoda pengujian § Memperbaiki atau mengembangkan metoda yang sudah dipunyai laboratorium § Mengevaluasi unjuk kerja analis/laboratorium § Mengkalibrasi atau memeriksa unjuk kerja peralatan § Mengkalibrasi standar lain (yang lebih rendah Qngkat akurasinya), misal standar/bahan acuan sekunder § Mengintegrasikan data uji yang diperoleh dari beberapa metode atau dari banyak laboratorium hingga diperoleh data yang absah.
Kegunaan CRM
hhp://sisni.bsn.go.id/index.php/lembinsp/inspeksi/publik/1/X9/X9/2/X9/X9