• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK SEMARANG"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun oleh :

HERI WAHYU PRATAMA NIM. B.111.14.0285

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Membaca dan Menulis

“Jika rindu tiada maka cinta akan musnah”

Kupersembahkan karya ku ini untuk :

Keluargaku yang ku sayangi (Bapak, Ibuk dan Adik), Teman Heri’s

(8)

viii ABSTRACT

The formulation of the problem of this research is that the location of research is no longer an advantage because consumers have many choices that are so tempting in their grasp, this is what is called competitive competition. Where the focus is looking for the beginning of a marketing strategy that can affect the target market in a complex manner. The purpose of this study is to discuss and analyze strategic management in the development of marketing of Semarang batik cluster products.

This research is a qualitative descriptive study. This research was conducted at the Semarang Batik Cluster. The research design used is a case study. The subject of this research is the research of batik businesses that are members of the Semarang Batik Cluster. The object of this research is the process of developing the marketing strategy of Batik Semarangan. Data collection techniques used were observation and interviews. The instrument of data collection consists of a collection of observations and interview guidelines. Data analysis was carried out descriptively using data analysis techniques modeled by Miles and Huberman. The data analysis phase includes data reduction, data display, and conclusion / verification.

Commercially available products are realized in Batik Semarangan, achieving market maturity is a balanced value of marketing development. Furthermore, Semarang Batik is a market trend with its cluster business market mix. Convenience of the business environment, the flow of in and out marketing strategies according to the wishes of the inside and outside the industry Batik Semarang, the value will appear if there is a marketing media requested correctly. Not only developing more sophisticated methods, such as online sales. More about the system, but also management that continues to transform the flow into a marketing development strategy that is cultured and in harmony with the wider community. Regarding the development of marketing no longer takes the side of the marketing strategy through the internet network, but rather in the process of negotiation and utilization of the analysis of social needs of the community. "Millennials are not allowed to negotiate with traditional markets", the argument is a sign that the hedonism zone has developed into a renewal of consumers in carrying out daily consumption.

(9)

ix ABSTRAK

Rumusan masalah penelitian ini adalah Ketika lokasi tidak lagi menjadi keunggulan kompetitif karena konsumen memiliki banyak pilihan yang begitu menggiurkan dalam genggamannya, maka inilah yang disebut persaingan kompetitif. Dimana pesaing mencari permulaan strategi pemasaran yang dapat mempengaruhi target pasarnya secara kompleks. Tujuan dalam penelitian ini adalah memahami dan menganalisis manajemen strategis dalam pengembangan pemasaran produk cluster batik semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Cluster Batik Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Subjek penelitian ini adalah pelaku usaha batik yang tergabung di Cluster Batik Semarang. Objek penelitian ini adalah proses strategi pengembangan pemasaran Batik Semarangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara. Instrumen pengumpulan data terdiri atas pedoman pengamatan dan pedoman wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan teknik analisis data model Miles and Huberman. Tahap analisis data tersebut mencakup data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Produk yang dapat dikomersilkan telah tersedia terwujud dalam Batik Semarangan, mencapai kematangan pasar adalah nilai keseimbangan pengembangan pemasaran. Selanjutnya Batik Semarang menjadi trending market dengan bauran pasar bisnis clusternya. Kenyamanan lingkungan bisnis, arus masuk dan keluar strategi pengembangan pemasaran sesuai keinginan pihak dalam dan luar industri. Batik Semarang, nilai itu akan muncul jika ada media pemasaran yang membawanya dengan benar. Tidak hanya sekedar mengembangkan pada metode yang lebih canggih, misalnya penjualan online. Lebih dari sekedar sistem namun juga manajemen yang terus menerus mengubah tekanan menjadi arus strategi pengembangan pemasaran yang membudaya dan selaras dengan lingkungan masyarakat secara luas. Kesimpula mengenai pengembangan pemasaran tidak lagi berpihak pada strategi pemasaran melalui jaringan internet semata, namun lebih mengarahkan pada proses negosiasi dan pemanfaatan analisa kebutuhan sosial masyarakat. “Generasi milenial tidak boleh alergi dengan pasar tradisional”, ungkapan tersebut menjadi pertanda bahwa hedonisme zone telah berkembang menjadi jangkauan pendapat konsumen dalam melakukan konsumsi sehari – hari.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena limpahan rahmat hidayah-Nya, serta nikmat kesehatan dan rizqi yang cukup sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK SEMARANG”.Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi S1 Manajemen di Universitas Semarang (USM).

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaika rasa terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Andy Kridasusila, SE.,M.M. selaku Rektor Universitas Semarang. 2. Yohanes Suhardjo, S.E., M.Si., Ak. CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Semarang.

3. Sugeng Rianto, S.E., M.M.Selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

4. Teguh Ariefiantoro, S.E., M.M. Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

5. Dr. Drs. Djoko Santoso, Msi Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dari awal hingga akhir kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Totok Wibisono, SE, MM Selaku Dosen Wali.

7. Segenap staf pengajar dan karyawan Universitas Semarang yang telah memberikan dukungan, dorongan dan semangatnya yang sangat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga yang selalu mendoakan saya, mendukung dan memberikan semangat yang tak pernah ada hentinya. Terima Kasih untuk kedua orang tua ku Bapak Rusmanhaji dan Ibu Sri Wahyuni serta Adik Tercinta Ivan.

(11)

xi

Kehangatan keluarga kecil ini mampu memberikan kepercayaan kepada penulis bahwa belajar adalah jalan terbaik dalam meraih harapan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala bantuan baik moril maupun materil. Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapatkan limpahan dan balasan dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan yang semakin luas bagi pembaca dan peneliti berikutnya.

Semarang, 23 Januari 2019

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... i

Persetujuan Laporan Skripsi ... ii

Pengesahan Laporan Skripsi ... iii

Pernyataan Orisinalitas Skripsi ... iv

Pengesahan Kelulusan Ujian ... v

Pengesahan Revisi Kelulusan ... vi

Moto dan Persembahan ... vii

Abstract ... viii

Abstraksi ... xi

Kata Pengantar ... x

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 13

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1Landasan Teori ... 16

2.1.1 Konsep Industri ... 16

(13)

xiii

2.2 Konsep Strategi Pemasaran ... 27

2.2.1 Strategi Pemasaran ... 27

2.2.2 Tujuan Strategi Pemasaran ... 28

2.2.3 General Marketing Strategy ... 29

2.2.4 Bauran Pemasaran ... 32

2.3 Pengembangan Industri Batik ... 35

2.3.1 Segmentasi Pasar ... 36

2.3.2 Penetapan Pasar Sasaran (Target Marketing) ... 43

2.4 Integrate Consuling Media ... 51

2.4.1 Promosi ... 54

2.4.2 Produksi ... 59

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 64

3.2 Penelitian Kualitatif ... 64

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 65

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ... 66

3.5 Desain Penelitian ... 66

3.6 Jenis Dan Sumber Data Penelitian ... 68

3.6.1 Jenis Data Penelitian ... 68

3.6.2 Sumber Data Penelitian... 69

3.7 Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian ... 69

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 69

(14)

xiv

3.8 Teknik Analisis Data ... 84 3.9 Kredibilitas Penelitian ... 89 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Strategi Pengembangan Pemasaran

di Cluster Batik Semarang ... 92 4.1.1 Pengembangan Pemasaran Batik Semarangan ... 93 4.1.2 Kualitas Pelayanan

Unit Usaha Cluster Batik Semarang... 101 4.2 Pengembangan Strategi Pemasaran Cluster Untuk Batik

Semarang ... 114 4.2.1 Mengubah Langkah Strategi Pemasaran

Dari Getting Customer menjadi

Improve Competitive Situation ... 117 4.2.1.1 Unit Usaha Baru dari Proses Kolaborasi ... 121 4.2.1.2 Kerjasama Instansi Terkait

Untuk Mencapai Nilai Branding

yang Positif ... 122 4.2.1.3 Mengikuti Gelar Karya ... 123 4.2.1.4 Workshop dan

Galeri Batik Semarang ... 124 4.2.2 Efektivitas Membangun Brand Image Batik Semarangan

dengan lingkaran Kerjasama Cluster Yang

Berkesinambungan ... 125 4.3 Pembentukan Target Pasar Yang Sesuai Dengan

Strategi Pemasaran

(15)

xv

4.3.1 Ketersediaan Produk Untuk Memenuhi Kebutuhan

Konsumen ... 135 4.3.2 Keserasian Antara Kebutuhan Perdagangan dari

Pemerintah dengan Strategi Cluster

Batik Semarang ... 143 4.3.3 Patronage Buying Motives (Motif pembelian terpola)

dari Sebuah Evidence Of Service (Orang, Proses, dan Bukti fisik) ... 149 4.3.4 Melangkah Menuju Digital Marketing

untuk Kemudahan Akses Transaksi dalam

Meningkatkan Margin Pasar ... 150 4.4 Upaya Menyeimbangkan Antara Kebutuhan Konsumen

dengan Upaya Pemenuhan Kebutuhan Produksi di

Cluster Batik Semarang ... 152 4.5 Mengembangkan Kreativitas dan Inovasi Jaringan

Pemasaran di Cluster Batik Semarang ... 174 4.6 Tindak Lanjut Pemasaran ... 193 4.6.1 Pengukuran ... 194 4.6.2 Langkah – Langkah Tindakan

Public Relations ... 195 4.6.3 Market Exhibition (Peragaan Pasar) ... 196 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 199 5.2 Saran ... 202 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 203

(16)

xvi

5.4 Agenda Penelitian Yang Akan Datang ... 204 DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pengrajin dan Pelaku Usaha Batik di Semarang ... 4

Tabel 3.1 Informan Penelitian Cluster Batik Semarang ... 79

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Komponen dalam analisis data (Interactive model)... 84

Gambar 4.1 Kegiatan Membatik di Workshop Batik Semarang 16 ... 94

Gambar 4.2 Galeri Batik Ngesti Pandowo Bapak Tri Utomo ... 96

Gambar 4.3 Pelatihan Membatik ... 102

Gambar 4.4 Produk Workshop Cluster Batik Semarang ... 103

Gambar 4.5 Kegiatan Komunikasi Pemasaran ... 109

Gamabr 4.6 Galeri Aneka Produk Batik ... 113

Gambar 4.7 Galeri Batik UMKM Center Semarang ... 115

Gambar 4.8 Gelar Karya Batik Semarang 16 ... 122

Gambar 4.9 Produk Batik Siap di Pasarkan ... 154

Gambar 4.10 Motif Kain Batik Semarangan ... 155

Gambar 4.11Proses Produksi Batik Semarangan ... 157

Gambar 4.12 Produksi Batik oleh Batik Semarang 16 ... 158

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Coding Hasil Wawancara

Lampiran 2 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Lampiran 3 : Second Paper Preference

Lampiran 4 : Surat Keterangan Riset

(20)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri merupakan salah satu aktivitas ekonomi non pertanian yang memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan. Mengingat hampir sebagian besar penduduk Indonesia masih tinggal di wilayah perdesaan, industri khususnya Industri Kecil Menengah/Usaha Kecil Menengah (IKM/UKM) memiliki andil yang cukup besar dalam membuka lapangan kerja. Di negara-negara berkembang seperti di Indonesia, UKM sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial, seperti tingginya angka kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran dari golongan pendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, pembangunan tidak merata, dan urbanisasi dengan segala efek negatifnya.

UKM di Negara berkembang memiliki peran penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Hal ini didasarkan pada kenyataaan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat melimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, sehingga usaha besar (UB) tidak sanggup menyerap semua pencari kerja, dan ketidak sanggupan usaha besar dalam menciptakan kesempatan kerja dalam ruang lingkup yang besar disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya. Selain itu, pada umunya usaha besar membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi dan pengalaman kerja yang cukup,

(21)

Sedangkan UKM khususnya usaha kecil, sebagian pekerjanya berpendidikan rendah. (Tambunan, 2002: 21-22). Silalahi (dalam FIGUR, 2008: 18) dalam analisisnya, menjelaskan permasalahan utama yang dihadapi industri kecil dan menengah (IKM) yaitu sulitnya mendapatkan akses permodalan, tidak terjadi backward linkage yaitu keterkaitan yang erat antara IKM dengan industri besar, dan permasalahan IKM biasanya dirumuskan secara subjektif oleh pemerintah. Dengan adanya otonomi daerah, sesungguhnya penanganan dari permasalahan industri kecil dan menengah (IKM) dapat didesentralisasikan. Pemerintah bisa menciptakan kompetisi antar daerah dalam pemberdayaan IKM atau UKM dan memberikan reward bagi daerah yang berhasil.

UNESCO (United Nations Educational, Scientific And Cultural Organization) 2009 menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Indonesia

yang layak untuk dimasukkan dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity, artinyabahwa batik telah memperoleh

pengakuan internasional sebagai salah satu mata budaya Indonesia, sehingga diharapkan dapat memotivasi dan mengangkat harkat para perajin batik dan mendukung usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat (Nurhidayat, 2010: 15). Keberadaan batik di Indonesia dapat ditelusuri dari sejarah perkembangannya. Menurut salah satu literatur, sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat Indonesia khususnya suku Jawa adalah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Melalui

(22)

akulturasi budaya masyarakat pesisir dengan beberapa etnis yang mempengaruhi pembatikan di Semarang hingga perkembangannya masih bisa dirasakan sampai saat ini.

Salah satu yang memiliki sejarah pembatikan di Pulau Jawa adalah Semarang. Meskipun belum bisa dibandingkan dengan daerah-daerah pusat batik seperti Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, dan Solo, namun dari observasi dan informasi awal diketahui bahwa kegiatan pembatikan di Semarang sudah dilakukan sejak lama dan turun temurun. Robyn Maxwell, seorang peneliti tekstil di Asia Tenggara, menjumpai sebuah sarung di Tropenmuseum Amsterdam yang di buat di Semarang.

Dalam bukunya Textiles of Southeast Asia: Tradition, Trade and Transformation (2003:386), Maxwell menyebut sebuah kain produksi

Semarang berukuran 106,5×110 cm yang terbuat dari bahan katun dengan dekorasi dari warna alam memiliki motif yang sangat berbeda dengan motif Surakarta atau Yogyakarta. Sentra batik di Semarang yang pernah mengalami kejayaan pada Zaman Belanda yaitu Kampung Batik Semarang. Tak hanya kampung batik yang merupakan tempat perajin batik semarang tetapi terdapat di beberapa daerah seperti Bugangan, Rejosari, Kulitan, Dan Kampung Melayu.

Motif naturalis (ikan, kupu – kupu, bunga, pohon, bukit, dan rumah) menjadi ciri khas batik semarang tempo dulu. Ciri itu selanjutnya dimaknai sebagai karakter masyarakat pesisir yang lebih terbuka dan ekspresionis. Berdasarkan data dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang mencatat

(23)

jumlah pengrajin dan pelaku usaha batik dengan berbagai macam jenis produk olahan batik, perajin dan pelaku usaha batik mengalami perkembangan yang fluktuatif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Pengrajin Dan Pelaku Usaha Batik Di Semarang

Tahun Jumlah Skala

2007 9 Unit UMKM 2008 5 Unit UMKM 2009 5 Unit UMKM 2010 15 Unit UMKM 2011 35 Unit UMKM 2012 18 Unit UMKM 2013 16 Unit UMKM 2014 30 Unit UMKM 2015 25 Unit UMKM 2016 22 Unit UMKM 2017 26 Unit UMKM

Sumber : Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang

Penyebaran pengrajin dan pelaku usaha batik yang terdapat di seluruh wilayah Semarang Jawa Tengah pada skala usaha mikro kecil dan menengah dengan total asset 50 – 500 juta rupiah dan omset 300 juta rupiah sampai 5 miliar rupiah. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah pengrajin dan pelaku

(24)

usaha batik di Semarang menunjukkan gejolak perkembangan yang fluktuatif, tak banyak yang mengetahui para pengrajin dan pelaku usaha batik beralih bidang usaha karena dirasa pasar batik yang tak menentu. Bersamaan dengan itu minat masyarakat terhadap batik kurang, Batik hanya dibeli untuk memenuhi keperluan pekerjaan bukan untuk menikmati kebutuhan positif yang ada dalam normatif satu produk batik. Ungkapan Ibu Ririn Prabandari pemilik Praba Cempaka Batik bertempat di Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang, “penjualan batik disini belum menggembirakan, masyarakat lebih mengenal batik solo dan batik pekalongan yang ramai terjual jenis batik yang banyak diketahui konsumen, untuk mengeluarkan kain batik motif khas semarangan masih sulit dari pakaian jadi saja presentasinya masih kecil kebanyakan yang terjadi penjualan batik dipadukan dengan produk lain seperti sepatu, tas, dan olahan pangan untuk menangkat penjualan batik” (hasil wawancara 10 juli 2018) .

Sementara Ibu Zazilah pemilik Zie Batik beralamatkan di Kampung Malon Gunung Pati Semarang, menuturkan “Produksi batik sudah banyak yang bisa kita jumpai di Semarang, mulai dari Batik 99 di Banyumanik, Batik Semarangan Godhong Asem di kelurahan Bendungan, Batik Sikandi Pantura hingga ke Kampung Batik Semarang, Tapi penyaluran produk ke konsumen yang belum efektif dan pada akhirnya konsumen lebih mengenalnya batik solo, batik jogja, batik pekalongan, batik cirebon dan batik – batik lain ketimbang batik semarang” (hasil wawancara 12 juli 2018).

(25)

Mengingat kembali bahwa batik telah ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia yang diakui dunia internasional tentunya batik memiliki nilai lebih, seharusnya budaya batik yang normatif menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Menyikapi situasi sosial kurang baik yang sedang berkembang di masyarakat, para pengusaha batik yang berada di Semarang mengisyaratkan pembentukan konsentrasi penumbuhan daya tarik masyarakat terhadap batik untuk menangani permasalahan ini. Akses yang luas pada IKM ataupun UKM menjadi jendela edukatif bagi penggiat batik dan pemerintah daerah untuk membentuk kontinuitas kecintaan masyarakat terhadap batik.

Mencermati pada usaha mikro di Jawa Tengah tak berkembang dan bahkan mati, kekhawatiran ini muncul setelah pemerintah menerapkan Undang Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Sesuai aturan tersebut ada pembagian kewenangan pembinaan, usaha mikro dibina kabupaten, usaha kecil di provinsi dan usaha menengah di pusat. Padahal 90% usaha di Jawa Tengah adalah usaha mikro dan menyumbang PDB (Produk Domestik Bruto) 38%. Kalau kemampuan kabupaten tak sama, usaha mikro di kabupaten yang memiliki anggaran pendampingan kecil terancam tak berkembang.

Pembentukan kelompok kerja mulai di asumsikan mampu memberikan strategi yang logis dalam penumbuhan perekonomian satu kegiatan usaha. Dengan konsep kerja gotong royong membangun produk yang mempunyai nilai lebih untuk di lepas di pasar bebas dengan strategi market yang dinamishingga pada akhirnya ditempatkan di berbagai perubahan zaman

(26)

masih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, mengangkat perekonomian dengan cepat. Yang ternyata isyarat ini disikapi dengan baik oleh Pemerintah Kota Semarang, Didalam binaan Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Kota Semarang membentuk Cluster Batik Semarang.

Pembentukan Cluster juga di definisikan sebagai proses dari unit – unit usaha dan faktor – faktor terkait untuk membangun usahanya pada lokasi yang sama dalam area geografis tertentu, yang selanjutnya bekerja sama dalam lingkungan fungsional tertentu, dengan mewujudkan keterkaitan dan kerjasama yang erat untuk meningkatkan kemampuan kompetisi bersama dalam suatu pertalian usaha.

Istilah Klaster (Cluster) mempunyai pengertian harfiah sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan objek tertentu yang memiliki kesamaan atau atas dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi atau bisnis, Industrial Cluster merupakan terminologi yang mempunyai pengertian khusus tertentu, Dapat diartikan sebagai kelompok industri dengan focal atau core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk

partnership pada daerah tertentu, baik itu dengan supporting industry, related industry maupun landasan gagasan yang sama atas lembaga – lembaga

ekonomi yang terspesialisasi. Ditemukan alur yang sama dalam definisi Porter (1990) menekankan pada konsep pertalian usaha yang bernilai (value chain) dalam rangka menghasilkan suatu jenis produk. Kedekatan jarak antar kelompok usaha selanjutnya dapat diterjemahkan menjadi ukuran pengoptimalan nilai tambah karena adanya aglomerasi.

(27)

Cluster menjadi bagian dan tempat dimana proses produk mulai di

tumbuh kembangkan dengan kreativitas, inovasi, dan pemasaran Cluster Batik Semarang demi memberikan perluasan konsumen. Geliat dan semangat pengusaha batik dalamCluster Batik Semarang menumbuhkan pesan yang positif untuk kemajuan produk lokal pada setting pengelompokan kerja ini. Para Pengusaha yang tergabung dalam Cluster Batik Semarang adalah mereka penggiat bisnis batik Indonesia khususnya Batik Semarangan Khas Semarang Jawa Tengah yang memiliki porsi konkret dalam berkegiatan usaha dibidang batik semarangan dengan memiliki keinginan untuk lebih mengembangkan batik melalui konsep bisnis Clustering yang telah diterapkan di negara – negara maju hingga mendapatkan intensitas produk dan strategi wirausaha yang tepat untuk mengangkat batik di pasar dunia.

Memiliki visi dan misi yang sama, yaitu ingin memberikan dampak yang potensial untuk konsumsi batik semarangan pada umumnya dan mendapatkan strategi pemasaran batik yang dinamis pada khususnya. Target dibentuk Cluster Batik Semarang untuk mencapai market yang telah direncanakan, salah satu target tersebut adalah menghadirkan pemasaran produk yang tepat melalui kreativitas dan inovasi jaringan pasar terkini. Di dalam kegiatan pengusaha batik Cluster Batik Semarang memberikan proyeksi diskusi dan workshop antar anggota, mencari ide – ide baru supaya permintaan masyarakat terhadap batik terus meningkat, dengan visi sederhana dan tersedianya pelaku usaha batik di Semarang yang melimpah akan menjadi simply progres yang menguntungkan bagi Cluster Batik Semarang untuk terus

(28)

dapat memberikan manfaat untuk semua pihak di dalamnya. Hingga pada akhirnya Cluster Batik Semarang menjadi wadah yang kondusif untuk mereka pengusaha batik semarangan untuk mendapatkan percepatan ekonomi yang di unduh bersama –sama dengan cara masing – masing yang pengalokasiannya telah di backup dengan proyeksi pengerjaan dengan Konsep Cluster.

Berdasarkan data empiris Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Jawa Tengah mengungkap adanya kelemahan dalam daya beli batik oleh masyarakat, dinilai masyarakat jenuh dengan penyajian produk batik yang belum sesuai dengan harapan masyarakat luas. Pada perkembangan era yang sekarang ini kita hidup dalam lingkup teknologi yang berkembang, berbeda dengan era 90 dan 80 an dimana teknologi masih pada tahap rintisan untuk bisa disebut berkembang. Jauhnya pandangan pada satu nilai sekarang ini sudah bisa kita mulai aplikasikan melalui berbagai kecanggihan teknologi. Tentu terdapat perantara dalam situasi seperti ini, Media menjadi perantara terbaik dalam menjembatani gagasan dan didukung dengan kecanggihan teknologi untuk kemudahan akses bagi siapapun yang ingin menikmatinya.

Tersebar luas media untuk segala jenis kebutuhan manusia, mulai dari media belajar, media berkreasi, hingga media berekspresi semua dikemas apik dalam satu genggaman yang mudah di akses oleh masyarakat yang ingin memperoleh nilai guna di dalamnya. Media dapat menjadi sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh bagi mereka yang dapat memahami kegunaannya dan dapat memberikan dampak yang monoton bagi mereka yang belum dengan tepat memanfaatkannya. Bagi para pelaku usaha seharusnya kehadiran

(29)

bermacam – macam media memberikan peluang besar untuk perkembangan kegiatan usaha.

Perkembangan media yang objektif, memudahkan masyarakat mengakses informasi untuk memenuhi kebutuhan nya. Ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pemasaran yang kompetitif untuk meraih daya tarik masyarakat. “Menurut Bapak Sumadi pengrajin batik era 80 an memberikan satu dari sahasra cita yang dimilikinya untuk strategi pemasaran kegiatan usahanya, melalui media yang mampu menggerakkan naluri masyarakat luas untuk memenuhi kebutuhan, Media sebagai pancingannya untuk meraih keaktifan konsumen mau bersinggungan dengan produk batik kami” (Hasil wawancara 1 Juni 2018).

Menjadi bagian dalam pemanfaatan konektifitas media untuk batik sehingga menjadi pengaruh yang positif dan signifikan pada penjualan produk batik dalam ruang lingkup yang luas, meskipun sebelum ini sudah terlebih dahulu memasarkan hasil dari kegiatan usaha masing – masing pengrajin batik pada media yang di anggap secara aktif berpengaruh signifikan terhadap penjualan. Pengolahan issue pada jejaring sosial akhir – akhir ini menjadi perbincangan hangat dalam lingkungan masyarakat dunia. Kecenderungan masyarakat mengakses segala sesuatu yang menjadi Tranding Topic, Konten menarik dan Hot Issue memberi dampak yang luar biasa terhadap ketertarikan masyarakat dalam mengartikan gambaran yang ada dalam nalarnya untuk segera mungkin diwujudkan.

(30)

Proses yang menarik untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan pelaku – pelaku usaha untuk menggiatkan usahanya demi kepentingan mengembangkan progres kelompok usaha. Mempersiapkan konten – konten menarik untuk dipakai pada Progres yang dinamis dalam memanfaatkan media untuk sarana strategi dan pengembangan usaha.

Mengasumsikan bahwa media masa kini dengan perkembangan kecanggihan teknologi dapat berpengaruh positif bagi produk asli negeri sendiri yaitu batik. Sejalan dengan pendapat “Bapak Warsono pengamat perekonomian Jawa Tengah, pihaknya menyambut baik sistem informasi di era yang saat ini kehadiran sistem informasi dari berbagai macam media dapat mendorong pertumbuhan perekonomian dari berbagai sektor tak terkecuali batik, Pengusaha batik atau Klaster Batik harus mengikuti perkembangan, saya setuju dengan media online yang beragam tinggal nanti bentuknya bagaimana action praktisnya seperti apa, jelasnya” Kompas Jawa Tengah diterbitkan 27 Juni 2018.

Sejarah dan filosofis batik dapat diangkat sebagai konten yang menarik untuk dapat mempengaruhi minat beli masyarakat dunia dengan penempatan konten batik pada media yang tepat. Hingga pada akhirnya produk masif ini dapat berkembang aktif pada kemasan pemasaran produk yang aktual dan secara berkelanjutan memberikan manfaat bagi Perekonomian Cluster Batik tersebut.

Strategi pemasaran dalam kegiatan usaha berperan penting untuk kemajuan usaha. Adanya Cluster akan memberikan ruang komunikasi pasar

(31)

yang konkret sesama pelaku usaha di bidang yang sama untuk mencapai final yang diinginkan pada kelompok atau Cluster tersebut. Tentu ada kesenjangan antara siklus hidup industri menuju pelepasan produk di masyarakat. Dibutuhkan perantara untuk melengkapi perputaran kedua roda itu, Ditariklah komposisi pembelian masyarakat dunia itu pada perantara sehingga strategi pemasaran yang berkembang dan terus aktif didapatkan untuk pergerakan perekonomian yang berkelanjutan. Sebagai salah satu daerah sentra batik, Semarang memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan batik sebagai produk normatif yang mendunia asli karya Indonesia. Artinya harus ada penggalian kreatifitas dalam penyajian produk agar Cluster Batik Semarang menjadi wadah yang signifikan dalam pertumbuhan perekonomian, dalam rangka pengenalan produk batik melalui pengusaha batik yang mendapatkan optimalisasi langkah pemasaran yang strategis. Maka dari itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul ”Strategi Pengembangan Pemasaran Cluster Batik Semarang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di dalam situasi sosial yang ada, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana sinergi media dalam memberikan strategi yang tepat guna, untuk pengembangan strategi pemasaran produk batik pada Pengusaha Cluster Batik Semarang. Berdasarkan situasi sosial tersebut, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

(32)

2. Bagaimana mengembangkan strategi pemasaran Cluster untuk Batik Semarang ?

3. Bagaimana pembentukan target pasar yang sesuai dengan strategi pemasaran Cluster Batik Semarang ?

4. Bagaimana upaya menyeimbangkan antara kebutuhan konsumen akan batik dengan upaya pemenuhan kebutuhan produksi batik di Cluster Batik Semarang ?

5. Bagaimana mengembangkan kreativitas dan inovasi jaringan pemasaran di Cluster Batik Semarang ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan :

1. Memahami kegiatan usaha para pengusaha batik Di Cluster Batik Semarang untuk selanjutnya mendapatkan pengembangan strategi pemasaran yang efektif dan efisien

2. Memahami pengembangan strategi pemasaran di Cluster Batik Semarang 3. Menganalisis pembentukan strategi pemasaran melalui target pasar yang

tepat di Cluster Batik Semarang

4. Menganalisis upaya penyeimbangan antara produksi batik dengan kebutuhan masyarakat luas akan konsumsi batik

5. Menganalisis pengembangan kreativitas dan inovasi para pengusaha batik di Cluster Batik Semarang

(33)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan di bidang keilmuan Geografi, khususnya Geografi Ekonomi dan Geografi Industri

b. Sebagai sumber informasi untuk pihak – pihak yang ingin mengadakan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Yayasan Alumni Universitas Diponegoro Universitas Semarang penelitian ini dapat menambah pengayaan disiplin ilmu ekonomi dalam bidang strategi pemasaran produk masif sehingga dapat digunakan sebagai sasaran acuan dalam meningkatkan dan menambah wawasan. b. Bagi pengusaha batik Di Cluster Batik Semarang penelitian

ini dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan - permasalahan dalam industri batik, serta upaya-upaya strategis pemasaran yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sentra industri batik Semarangan. c. Bagi lembaga terkait penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai industri beserta permasalahannya dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan selanjutnya.

(34)

3. Manfaat Dalam Bidang Pendidikan

Berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII, dengan Standar Kompetensi: Memahami kegiatan ekonomi masyarakat dan lebih mengacu pada Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi, maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan untuk mendukung pembelajaran.

(35)

16

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1Konsep Industri

A. Pengertian Industri

Industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barangdengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin. (KamusBesar Bahasa Indonesia, 2000: 430).Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian pasal satu“Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi, menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri”.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa industrimerupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan dan/ataubarang dengan menggunakan sarana dan peralatan sehingga dapat menghasilkan suatu barang baru yang memiliki nilai yang tinggi dari sebelumnya. Kesadaran masyarakat dunia terhadap teknologi menjadikan industri dunia dalam berbagai sektor menunjukkan perkembangan yang baik.

B. Klasifikasi Industri

Secara garis besar, industri dapat diklasifikasikan sebagaiberikut: BAB II

(36)

1) Industri dasar atau hulu

Industri hulu mempunyai sifat sebagai berikut: padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri dan umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan. Industri hulu membutuhkan perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunannya, mulai perencanaan sampai operasional. Di sudut lain juga dibutuhkan pengaturan tata-ruang, rencana pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan kerusakan lingkungan, dan lain-lain. Pembangunan industri ini dapat mengakibatkan perubahan lingkungan, baik dari aspek sosial-ekonomi dan budaya maupun pencemaran. Terjadi perubahan tatanan sosial, pola konsumsi, tingkah laku, sumber air, kemunduran kualitas udara, penyusunan sumber daya alam, dan sebagainya.

2) Industri hilir

Industri ini merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu diusahakan dekat pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji, padat karya.

3) Industri kecil

Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan, memiliki peralatan sederhana. Walaupun hakikat produksinya sama dengan industri hilir yaitu mengolah dan perpanjangan proses industri, tetapi sistem pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik maupun pengolahan limbah belum mendapat perhatian. Sifat industri ini padat karya, Sesuai dengan program pemerintah, untuk lebih memudahkan pembinaannya, industri dasar dibagi lagi

(37)

menjadi industri kimia dasar dan industri mesin dan logam dasar, sedangkan industri hilir sering juga disebut dengan aneka industri. (Philip Kristanto, 2004: 156-157). Adapun penggolongan industri berdasarkan SK Menteri Perindustrian Nomor 19/M/I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan adalah sebagai berikut:

1) Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut: Industri kimia organik, Industri kimia anorganik, Industri agrokimia, Industri selulosa dan karet

2) Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE) Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut: Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, Industri alat-alat berat/konstruksi, Industri mesin perkakas, Industri elektronika, Industri mesin listrik, Industri keretaapi, Industri kendaraan bermotor (otomotif), Industri pesawat, Industri logam dan produk dasar, Industri perkapalan, Industri mesin dan peralatan pabrik.

(38)

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam - macam barang kebutuhan hidup sehari – hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut: Industri tekstil, Industri alat listrik dan logam, Industri kimia, Industri pangan, Industri bahan bangunan dan umum,

4) Industri Kecil (IK)

Merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah). 5) Industri pariwisata

Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya, wisata pendidikan wisata alam dan wisata kota.

Penggolongan industri berdasarkan tenaga kerja, dapat di bedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:

1) Industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang 2) Industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang

3) Industri sedang dan menengah dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang

(39)

Irsan Azhary Saleh (1986: 51) menggolongkan industri berdasarkan ekstensi dinamisnya menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Industri lokal adalah jenis industri yang menggantungkan kelangsungan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas serta relatif tersebar dari segi lokasinya, skala usahanya kecil, pemasarannya terbatas dan ditangani sendiri sehingga jumlah pedagang perantara kurang.

2) Industri sentra adalah jenis industri yang menghasilkan barang sejenis, target pemasarannya lebih luas sehingga peran pedagang perantara cukup menonjol.

3) Industri mandiri adalah jenis industri yang masih memiliki sifat-sifat industri kecil tetapi telah mampu mengadaptasi teknologi industri yang canggih, pemasaran hasil produksi sudah tidak tergantung pada pedagang perantara. Berdasarkan kategori diatas, maka cluster industri batik dapat dikategorikan sebagai industri sentra, dimana industri batik ini merupakan kelompok industri yang membentuk suatu pengelompokkan atau kawasan produksi yang menghasilkan barang sejenis, serta para pekerja berasal dari penduduk yang ada di sekitar sentra industri.

C. Peranan Industri

Undang-undang No.5 Tahun 1984 BAB II pasal 3, menyebutkan bahwa pembangunan industri bertujuan untuk:

(1) Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/ atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; (2)

(40)

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi tumbuhnya industri pada khususnya; (3) Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional; (4) Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, termasuk perajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan industri; (5) Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan peranan peranan koperasi industri; (6) Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamakan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri; (7) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang pembangunan daerah dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara; (8) Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangkja memperkokoh ketahanan nasional. (http://www.penataanruang.net/taru/hukum/UU_No5-1984.pdf) diakses 20 Juli 2018 pukul 17.14 WIB)

Sektor Industri bagi negara berkembang seperti Indonesia, merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan pembangunan dan juga merupakan mesin pertumbuhan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama dalam kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja baru untuk mengurangi tingkat

(41)

pengangguran yang masih cukup tinggi. Pembangunan sektor industri ini diarahkan pada peningkatan kemajuan serta kemandirian perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat, memperkokoh struktur ekonomi nasional juga mendorong pengembangan wilayah dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pembinaan pelaku industri untuk semua jenis pengetahuan baru menjadi penting dilakukan sehingga unit usaha, kelompok usaha hingga industri dapat memperoleh peluang untuk masuk pada pasar khusus persaingan pasar dunia dan menemukan langkah strategis dalam memenuhi permintaan dan penawaran pasar bebas.

Industri batik di Semarang termasuk dalam kategori usaha mikro kecil dan menengah berusaha menunjukkan identitas batik nya sebagai batik khas daerah Semarang Jawa Tengah. Usaha mikro kecil dan menengah bagi masyarakat memilikibeberapa keunggulan juga kelemahan. Hadi Prayitno (dalam Dian, 2011: 20), keunggulan usaha mikro kecil dan menengah antara lain, yaitu:

1) Mengurangi laju urbanisasi.

2) Sifatnya yang padat karya akan menyerap tenaga kerja yang lebih besar per unit yang diinvestasikan.

3) Masih dimungkinkan lagi tenaga kerja yang terserap untuk kembali ke sektor pertanian khususnya menjelang saat-saat sibuk karena letaknya yang berdekatan.

4) Penggunaan teknologi yang sederhana mudah dipelajari dan dilaksanakan.

Selain memiliki keunggulan, usaha mikro kecil dan menengah juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Tawang (dalam Dian, 2011: 20-21),

(42)

industri kecil dan industri rumah tangga pada masyarakat indonesia memiliki beberapa kelemahan, antara lain yaitu: (1) Tipe kepemilikan perseorangan; (2) Jumlah anggota relatif kecil; (3) Menggunakan energi tradisional; (4) Teknologi sederhana dan tradisional; (5) Output merupakan barang tradisional yang relatif kecil; (6) Pemasaran pada pasar lokal yang terbatas; (7) Biasanya bersifat informal; (8) Pola kegiatan tidak teratur baik dalam arti waktu atau pemasaran; (9) Tidak mempunyai tempat usaha yang permanen, biasanya tidak terpisah dari tempat tinggal. Apabila dapat mengoptimalkan beberapa keunggulan bukan tidak mungkin dapat menutup sebagian besar kelemahan dari suatu bentuk industri yang sedang dikerjakan.

2.1.2 Klaster (Cluster)

Klaster didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dan terkait dalam suatu bidang khusus. Elemen – elemen dalam klaster meliputi pemasok bahan baku dan pemasok lainnya yang mendukung terciptanya sebuah produk dari klaster. Klaster termasuk lembaga pemerintah, asosiasi bisnis, penyedia jasa atau penelitian, dan lembaga – lembaga lainnya yang mendukung. Klaster (Cluster) tidak hanya menjadi model pengembangan industri lokal saja, namun klaster telah menjadi model pengembangan industri nasional jangka panjang. Hal ini disebabkan karena klaster dapat meningkatkan daya saing industri, dimana dalam klaster terjadi hubungan yang saling mendukung antara industri inti, industri penunjang, dan industri terkait. (sumber: Jurnal penelitian oleh Jumie Sephy Rahayu, Bambang

(43)

Syairudin, dan Sri Gunani Pertiwi, dalam perancangan strategi untuk meningkatkan kinerja inovasi pada klaster industri kreatif batik laweyan, 2015).

Dengan sebuah kawasan klaster diharapkan setiap stakeholder dapat lebih aktif berpartisipasi sesuai dengan peran masing – masing. Manfaat klaster diperkuat dengan pendapat Scorsone dalam (Bhinuki, 2011) klaster industri yang berbasis pada komunitas publik memiliki manfaat baik bagi industri itu sendiri maupun bagi perekonomian di wilayahnya. Bagi industri, klaster membawa keuntungan sebagai berikut : (1) Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan memanfaatkan kedekatan lokasi, industri yang menggunakan input (informasi, teknologi atau layanan jasa) yang sama dapat menekan biaya perolehan dalam penggunaan jasa tersebut; (2) Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut, sehingga memudahkan industri pelaku klaster untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya dan mengurangi biaya pencarian tenaga kerja; (3) Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. Industri yang tergabung dalam klaster dapat dengan mudah memonitor dan bertukar informasi mengenai kinerja supplier dan nasabah potensial. Dorongan untuk inovasi dan teknologi akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan perbaikan produk; (4) Produk komplemen. Karena kedekatan lokasi, produk dari satu pelaku klaster dapat memiliki dampak penting bagi aktivitas usaha industri yang lain. Disamping itu kegiatan usaha yang saling melengkapi ini dapat bergabung dalam pemasaran bersama.

Terdapat 7 (tujuh) kriteria yang dipilih untuk menentukan jenis komoditas produk unggulan di Jawa Tengah yaitu terkait dengan jenis komoditas produk

(44)

yang diinterfensi oleh pemerintah berupa adanya kebijakan pemerintah, infrastruktur yang baik, Lokasi yang strategis, Akses pasar mudah dan luas, bernilai ekonomi tinggi dipasaran, produk yang memiliki daya saing tinggi dipasaran, melibatkan SDM yang banyak, dan produk yang ketersediaannya melimpah serta ramah lingkungan. Terkait dengan penentuan jenis klaster industri yang dapat dikembangkan di Jawa Tengah yaitu : (1) Klaster Peternakan; (2) Klaster Pertanian; (3) Klaster Perikanan; (4) Klaster Perkebunan; (5) Klaster Pariwisata; (6) Klaster Industri Pengolahan dan (7) Klaster Perdagangan Besar dan Eceran. Kota Semarang sebagai pengisi salah satu daerah klaster di jawa tengah memiliki beberapa fokus klaster potensial dari segi ekonomi, sosial dan budaya yang dapat dikembangkan di Semarang, Klaster industri pengolahan dengan segala produk turunannya termasuk di dalamnya yaitu klaster batik merupakan perkumpulan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) batik yang memiliki permasalahan – permasalahan sejenis yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Semarang. Kemudian Pemerintah Kota Semarang memberikan wewenang kepada Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Semarang untuk melakukan program pemberdayaan UMKM sesuai dengan anggaran yang diturunkan oleh anggaran pendapatan, dan belanja daerah Kota Semarang.

Lai et al (2013), menyatakan beberapa penelitian tentang klaster telah banyak dilakukan, diantaranya hubungan antara manajemen pengetahuan pada klaster industri dan inovasi (Arikan, 2009; Connel & Voola, 2013; Lissoni, 2001; Tallman et al., 2004), hubungan dan pengaruh di antara sistem inovasi dan klaster (Bell, 2005; Gnywali & Srivastava, 2013), dan pengaruh klaster industri terhadap

(45)

daya saing perusahaan (Bell et al., 2009). pengaruh manajemen pengetahuan klaster industri pada kinerja inovasi diteliti oleh Lai et al (2013). Hasil penelitian menunjukkan kinerja inovasi dipengaruhi oleh klaster industri dan manajemen pengetahuan, dimana klaster industri terdiri dari aspek sumber daya dan hubungan interaksi antar elemen, sedangkan manajemen pengetahuan terdiri dari penciptaan dan penerimaan pengetahuan serta penyebaran dan penyimpanan pengetahuan.

Liao (2010) melakukan penelitian yang menguji keterkaitan dan peranan sumber daya, pengetahuan, dan kepercayaan terhadap kinerja klaster. Hasil penelitian menghasilkan faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja klaster adalah sumber daya, pengetahuan, kepercayaan, kreatifitas, serta adanya interaksi sumber daya dalam klaster. Yesil et al (2013) menyatakan proses transfer pengetahuan (knowledge shating processes) berpengaruh pada kemampuan melakukan inovasi. Sedangkan kemampuan inovasi akan mempengaruhi kinerja inovasi. Kreativitas yang menciptakan nilai tambah disebut inovasi, Dhewanto et al (2012) membuat konseptual framework dimana kemampuan inovasi dipengaruhi oleh teknologi, kemampuan pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan klaster (rantai nilai klaster, competition klaster, dan pembagian sumber daya klaster). Sedangkan kinerja bisnis dipengaruhi oleh kemampuan inovasi dan klaster. Penciptaan inovasi akan meningkatkkan produktivitas klaster sehingga produk klaster dapat bersaing dipasaran lokal maupun pasar global. Chen dan Xiangzhen (2010) menghasilkan suatu model sistem manajemen pengetahuan untuk memajukan kompetensi inti pada klaster industri. Sugiarto et al (2012) menghasilkan model

(46)

pemilihan strategi pengembangan klaster dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).

Beberapa penelitian dengan objek Batik Semarang dilakukan oleh Widodo (2011) melakukan identifikasi bentuk penerapan eko-efisiensi, Permatasari (2011) melakukan analisis rantai nilai untuk memberikan strategi pada produk batik. Widyaningrum (2014) melakukan penelitian tentang strategi pemasaran, dan Cahyo Uji Pernanto, Margareta Suryaningsih, Kismartini (2016) tentang implementasi program pemberdayaan usaha mikro batik dalam lingkup klaster batik kota Semarang yang mendapati masih ada faktor penghambat klaster batik untuk mengembangkan diri seperti kontrol tidak rutin, sumber daya manusia, sarana dan prasarana belum memadai. Selain itu terdapat faktor pendukung implementasi pemberdayaan yaitu kontribusi, komitmen, kesiapan, kompetensi, finansial instansi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, hubungan sosial dan derajat keterlibatan anggota klaster yang baik.

2.2 Konsep Strategi Pemasaran 2.2.1 Strategi Pemasaran

Menurut para ahli dalam peranan strategisnya, pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara industri dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah, dibagi menjadi dua penentuan pokok yaitu pertama, fokus usaha apa yang digeluti pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki pada masa yang akan datang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang

(47)

kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, promosi, dan distribusi (bauran pemasaran) untuk melayani pasar sasaran.

DefinisiStrategiPemasaranMenurut PhilipKotler(2004,81) Strategi Pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran dan besarnya pengeluaran pemasaran. Menurut tjiptono ( 2002, 6 ) Strategi pemasaran adalah alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan yang mengarah pada kegiatan atau usaha pemasaran, dari suatu perusahaan, dalam kondisi persaingan dan lingkungan yang selalu berubah agar mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi dalam penetapan strategi pemasaran yang akan dijalankan kelompok usaha, industri ataupun perusahaan haruslah terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi pasar serta menilai posisinya dipasar. Dengan mengetahui keadaan dan situasi serta posisinya di pasar dapat ditentukan kegiatan pemasaran yang harus dilaksanakan.

2.2.2 Tujuan Strategi Pemasaran

Membuat penjualan bukan fokus perlakuan lagi adalah tujuan pemasaran. Penjualan dan iklan hanyalah bagian dari bauran pemasaran yang lebih besar seperangkat sarana pemasaran yang bekerja sama untuk memuaskan kebutuhan

(48)

pelanggan dan menciptakan hubungan dengan pelanggan. Satu industri yang sudah mulai mengenal dan memahami bahwa pemasaran merupakan faktor penting dalam mencapai kesuksesan perusahaan konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Pemasaran adalah suatu orientasi terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan, didukung oleh suatu pemasaran secara terpadu yang ditujukan untuk membangkitkan kepuasan pelanggan sebagai kunci untuk memenuhi tujuan – tujuan organisasi. Sebagai bagian dari konsep pemasaran berpandangan bahwa kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value) kepada pasar sasarannya secara lebih efektif dibandingkan pada pesaing. Tujuan akhir pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuannya, tujuan utama dalam industri dan perusahaan adalah mencari laba sedangkan tujuan lainnya adalah mendapatkan dana yang memadai untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial dan pelayanan publik (Kotler, 2008:6).

2.2.3General Marketing Strategy

Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di perusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan ketika divisi – divisi yang berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan. Jenis – jenis strategi adalah sebagai berikut :

(49)

1. Strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok atau pesaing.

2. Strategi intensif penetrasi pasar dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha – usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.

3. Strategi diversifikasi terdapat tiga jenis yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Sedangkan Penambahan produk baru dan dipasarkan pada pasar baru yang tak terkait dengan yang ada saat ini disebut diversifikasi konglomerat.

4. Strategi defensif disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dana untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya

(50)

dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi, divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam industri dan perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar.

5. Strategi umum menurut Porter, ada 3 (tiga) landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan ketiganya strategi umum, keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan

(51)

jasa yang dianggap unik di seluruh industri selanjutnya ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen (David, 2004 ; 231).

2.2.4 Bauran Pemasaran

Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran pemasaran (Marketing mix) yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen agar dapat membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk dapat memuaskan para konsumen. Pengertian bauran pemasaran menurut Alma (2007:130) “Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan – kegiatan marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendapatkan hasil yang paling memuaskan”. Menurut Zeithaml dan Bitner (2008:48) “Bauran pemasaran adlah elemen – elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan tamu dan untuk memuaskan tamu”. Menurut Kotler dan Amstrong (2012;92) “Bauran pemasaran adalah alat pemasaran yang baik yaitu terdiri dari produk, harga, promosi, distribusi, lalu dikombinasikan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dari target pasar”.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan alat pemasaran yang benar yang berada dalam suaru industri, perusahaan ataupun kelompok usaha dimana penggerak usaha mampu

(52)

mengendalikannya agar dapat mempengaruhi respon pasar sasaran. Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal dalam istilah 4P, yaitu produk, harga, tempat atau saluran distribusi, dan promosi, sedangkan dalam pemasaran jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan seperti orang, fasilitas fisik, dan proses, sehingga dikenal dengan istilah 7P menurut Kotler dan Amstrong (2012:62). Berikut adalah unsur – unsur bauran pemasaran :

1. Produk

Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan mengubah produk atau jasa yang ada dengan menambah dan mengambil tindakan yang lain mempengaruhi bermacam – macam produk atau jasa.

2. Harga

Suatu sistem manajemen bisnis yang akan menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus menentukan strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos angkut dan berbagi variabel yang bersangkutan.

3. Distribusi

Memilih dan mengelola saluran perdagangan yang dipakai untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga melayani pasar sasaran, serta mengembangkan sistem distribusi untuk mengirim dan perniagaan produk secara fisik.

(53)

Suatu unsur yang digunakan untuk memberitahukan dan merajuk pasar tentang produk atau jasa yang baru pada atau produk lama yang telah dikembangkan oleh perusahaan, industri dan kelompok ataupun unit usaha melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, maupun publikasi.

5. Sarana Fisik

Sarana fisik merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi kepuasan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya.

6. Orang

Diartikan sebagai semua pelaku yang memainkan peranan penting dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli, elemen dari orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan customer lain. Semua sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian karyawan dan penampilan karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa.

7. Proses

Semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam

(54)

jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan senang merasakan sistem penyerahan jasa itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai bauran pemasaran, maka dapat ditarik kesimpulanbahwa bauran pemasaran yang memiliki elemen – elemen yang sangat berpengaruh dari input hingga output penjualan karena elemen tersebut dapat mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.

2.3 Pengembangan Industri Batik

UNESCO 2009 telah mematenkan batik sebagai salah satu warisan budaya milik Indonesia. Dampak positif dari hal tersebut adalah semakin terbuka lebar peluang pemasaran batik secara global. Produsen batik harus banyak memperkaya informasi, membaca peluang pasar dan tentunya mampu bersaing untuk menciptakan karya-karya terbaik terutama dari motif batik dan warna-warna yang sedang digemari pasar saat ini, baik lokal, nasional maupun internasional. Mencari pengembangan strategi pemasaran melalui kreativitas dan inovasi produk dan media menjadi hal utama bagi kemajuan industri di pasar modern. Freddy Rangkuti (2005: 18), menyampaikan pengelompokan Analisis SWOT, dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Tujuannya untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), serta meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan dan industri.Menurut Lutfi Muta’ali (2003: 12.7-12.8), untuk membuat strategi yaitu dengan mengawinkan

(55)

elemen internal dengan eksternal, sehingga didapatkan empat alternatif strategi sebagai berikut:

A. Strategi SO (Strengths Opportunities)

Jika ditinjau dari segi keuangan strategi ini yang paling murah karena dengan bekal yang paling sedikit dapat didorong kekuatan yang sudah ada untuk maju (mengandalkan keunggulan komparatif).

B. Strategi ST (Strengths Threats)

Strategi ini lebih mahal dalam segi keuangan karena dengan bekal yang paling sedikit dapat diatasi ancaman yang sudah ada untuk maju sehingga harus dilakukan mobilisasi.

C. Strategi WO (Weakness Opportunities)

Adalah strategi investasi atau divestasi yang juga agak lebih sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah tetapi dimanfaatkan untuk mengangkat peluang. D. Strategi WT (Weakness Threats)

Merupakan strategi yang lebih rumit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah atau paling terancam sehingga yang dilakukan adalah mengontrol kerusakan.

2.3.1 Segmentasi Pasar

Pasar terdiri dari banyak pembeli, dan para pembeli berbeda dalam satu atau beberapa hal. Misalnya berbeda dalam keinginan, lokasi, sikap pembelian,

(56)

dan praktek pembelian yang dilakukan. Tidak dapat dipunkiri bahwa setiap individu adalah unik, setiap individu tetap memiliki kemauan, kebutuhan, motivasi yang beraneka ragam atau unik. Selera konsumen selalu berubah begitupun dengan struktur harga yang ditetapkan. Sementara pada saat yang sama terobosan baru di bidang teknologi informasi bermunculan. Persaingan semakin tajam, tidak hanya produk dari dalam negeri saja tetapi juga produk dari luar negeri, bahkan yang lebih rumit lagi adalah semakin banyaknya konsumen yang membeli produk semakin kompleks permintaan dan penawaran yang harus pelaku usaha hadapi.

Jelaslah bahwa strategi menjadi faktor utama untuk menghadapi perilaku konsumen yang beraneka ragam. Strategi pemasaran harus sesuai dengan dinamika pasar, dengan visi dan realitas yang tengah berlangsung. Disamping itu, strategi harus mudah dipahami sehingga memacu para personil untuk melakukannya. Untuk memahami perilaku konsumen terlebih dahulu pemasar harus dapat membuat strategi pemasaran pasar. Memilah milah konsumen ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan kebutuhan. Kemudian memilih salah satu pasar sasaran yang bisa diidentifikasikan dari berbagai sudut pandang seperti demografi, perilaku dan psikografi. Segmentasi pasar merupakan strategi yang sangat penting dalam pengembangan program pemasaran, dengan adanya segmentasi pasar diharapkan usaha pemasaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Strategi segmentasi yang tepat dapat mengurangi tekanan persaingan ketika persaingan tidak dapat memenuhi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan segmen yang khusus. Pesaing yang

(57)

hanya memiliki satu produk untuk memenuhi kebutuhan umum akan kalah dengan perusahaan yang memiliki banyak produk dan dapat memenuhi kebutuhan segmen khusus.

Pada hakikatnya perusahaan tidak dapat melayani seluruh pelanggan, apalagi terdapat pesaing yang memiliki posisi lebih baik di pasar tertentu. Oleh karena itu, perusahaan biasanya memilih bagian pasar yang paling efektif untuk dimasuki. Ada perusahaan yang mempunyai pola pikir melalui 3 tahap, yaitu :

1. Pemasaran Massal

Pada tahap ini perusahaan memproduksi, mendistribusikan, dan mempromosikan secara besar – besaran. Akan tetapi hanya satu jenis produk untuk seluruh pembeli.

2. Pemasaran Aneka Produk

Pada tahap ini perusahaan memproduksi dua atau lebih jenis produk yang masing – masing berlainan dalam mode, ukuran, dan kualitas dari produk tersebut.

3. Pemasaran Sasaran

Pada tahap ini pasar mulai dipisahkan secara jelas ke dalam banyak segmen pasar, kemudian memilih satu atau lebih segmen, memproduksi dan mengembangkannya dengan bauran pemasaran yang dirancang secara khusus untuk masing-masing segmen.

Gambar

Tabel 1.1 Pengrajin dan Pelaku Usaha Batik di Semarang ............................  4  Tabel 3.1 Informan Penelitian Cluster Batik Semarang .............................
Tabel 3.1 Informan Penelitian Cluster Batik Semarang
Gambar 3.1 Bagan Komponen dalam analisis data (Interactive model)  a.  Data Reduction (Reduksi Data)
Gambar 4.1 Kegiatan membatik di workshop Batik Semarang 16
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika dirasa sudah mampu untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler orkestra, siswa dapat diterima untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler orkestra tersebut dan

Kegiatan yang telah dilakukan antara lain: dimulai dengan pembuatan modul mengenai deteksi dini stunting serta stimulasi tumbuh kembang, pelatihan bagi para

Arsitektur bisnis merupakan komponen yang berdasarkan pada strategi bisnis, tujuan, prioritas dan proses yang dijalankan oleh sebuah perusahaan yang akan melakukan pengembangan

Sarana sosialisasi menjadi penting baik bagi Panitia Pelaksana Pencalonan dan Pemilihan Kepala Desa maupun bagi masyarakat Mamuya pada umumnya, tahapan-

 Perencenaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan program kegiatan pengendalian pembentukan opini publik.  Perencanaan penggalangan dengan media cetak dan media

Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan basil penelitian ditemukan bahwa variabel remunerasi, motivasi dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

[r]

Pada penelitiannya selanjutnya diharapkan dapat menentukan pengaruh penambahan aditif PEG dengan berat molekul yang lain, diutamakan lebih rendah dari PEG 6000, dan