• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP DESAIN. 22 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. KONSEP DESAIN. 22 Universitas Kristen Petra"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

3. KONSEP DESAIN

3.1. Tinjauan Visual

3.1.1. Tinjauan Tentang Unsur Gambar 3.1.1.1. Garis (Line)

Garis adalah tanda yang dibuat untuk menggambar melewati permukaan. Alat yang dipakai untuk menggambar tersebut antara lain pensil, ballpoint,pointed brush, keyboard, mouse dan sebagainya. Garis juga merupakan potongan di permukaan yang keras yang biasa disebut grafir. Garis juga didefinisikan sebagai titik-titik yang bergerak. Selain itu, garis juga disebut sebagai jalur terbuka. Garis dikategorikan berdasarkan tipe, arah dan kualitasnya (Suyanto 37-38) .

- Tipe Garis

Tipe garis merujuk pada gerakan garis dari awal hingga akhir. Tipe garis ini dapat berupa garis lurus, lengkung, atau siku-siku.

- Arah

Arah garis menggambarkan hubungan antar garis terhadap halaman. Arah garis ini dibedakan menjadi 3, yaitu garis horisontal, garis vertikal, dan garis diagonal. Garis horisontal bergerak melintasi halaman dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri; dari barat ke timur atau timur ke barat. Garis vertikal bergerak dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas; dari utara keselatan atau selatan ke utara. Garis diagonal adalah garis yang bergerak sudut menyudut, dari sudut kiri ke atas menuju sudut kanan bawah atau dari kanan bawah menuju sudut kiri atas; dari sudut kanan atas menuju sudut kiri bawah.

- Kualitas Garis

Kualitas garis merujuk pada bagaimana garis itu digambar. Kualitas garis dapat diserupakan dengan kualitas suara atau musik. Menilai kualitas garis lebih banyak menggunakan perasaaan.

(2)

3.1.1.2. Kualitas Terang Gelap (Value)

Value adalah warna yang memberi kesan gelap terang ayau gejala warna dalam perbandingan hitam dan putih. Apabila suatu warna ditambah dengan warna putih, maka valuenya akan bertambah, namun bila ditambah hitam akan melemahkan value nya.

Gambar 3.1. Bentuk aplikasi value Sumber : Mengambar Arsitektur (2009, par.1 )

3.1.1.3. Bentuk dan Ruang

Shape merupakan sebuah bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah garis atau dibatasi pula oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono 98) .

(3)

1. Stilisasi

Merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan obyek dan atau benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada objek atau benda tersebut. Contoh karya seni yang banyak menggunakan bentuk stilisasi adalah penggambaran ornamen untuk motif batik dan lukisan Bali.

2. Distorsi

Adalah penggambaran bentuk yang menekan kan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar. Contohnya adalah penggambaran topeng yang menggunakan warna merah dan mata melotot untuk melebihkan bentuk karakter figur tokoh Angkara Murka pada topeng raksasa.

Gambar 3.2. Salah satu topeng asal Bali

Sumber : http://kabarsoloraya.com/2009/08/14/solo- unik -topeng-klasik-dari-jatisobo

(4)

3. Transformarsi

Penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara memindahkan wujud atau figure dari objek lain ke objek yang digambar. Contohnya adalah penggambaran manusia berkepala binatang pada pewayangan.

4. Disformasi

Merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter dengan cara mengubah bentuk objek dengan menggambarkan objek tersebut dengan pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang sifatnya sangat hakiki. Perubahan ini banyak dijumpai pada seni lukis modern.

Sedangkan yang dimaksud dengan ruang adalah jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainya, yang dimana pada praktek desain dapat dijadikan uns ur untuk memberi efek estetika desain. Contohnya, tanpa ruang Anda tidak akan tahu mana kata dan mana kalimat atau paragraf. Tanpa adanya ruang Anda tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya, pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu objek dan latar belakang (Purwosuwito, par.4) .

3.1.1.4. Pola (Patern)

Menurut Mendelowitz dan Wakeham, permukaan gelap terang yang rata dan tidak teratur lebih berfungsi sebagai pola daripada bentuk. Penggunaan pola seringkali dikaitkan dengan kualitas dekoratif. Saat suatu pola berfungsi sebagai unsur dekoratif, fungsinya lebih sebagai penghias daripada sebagai perwakilan atau simbol akan sesuatu (dalam Wiyono 29)

(5)

3.1.1.5. Tekstur

Tekstur merupakan kualitas permukaan atau kualitas papan atau kertas atau halaman elektronik. Didalam seni, tekstur dikategorikan menjadi dua, yaitu teksture tactile dan tekstur visual. Tekstur tactile adalah nyata, kita dapat merasakan permukaannya tersebut dengan jari kita. Sedangkan tekstur visual adalah ilusi, tekstur tersebut memberikan impresi yang sederhana dari tekstur yang nyata (Suyanto 50).

Gambar 3.3. Bentuk aplikasi tekstur Sumber : Mengambar Arsitektur (2009, par.2 )

3.1.1.6. Warna

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan

(6)

atau membedakan sifat dari bentuk -bentuk bentuk visual secara jelas (Purwosuwito par.6).

a. Klasifikasi Warna berdasarkan Spektrum Warna

Menurut teori warna pigmen dari Brewster terdapat warna primer yang dibentuk dari warna -warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna -warna primer. Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah:

- Merah (seperti darah) - Biru (seperti langit atau laut) - Kuning (seperti kuning telur)

Gambar 3.4. Warna Primer

Sumber : http://tentangdesaingrafis.blogspot.com/2011/02/tentang-warna.html

Ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tertier. Akan tetapi secara teknis, merah - kuning - biru, sebenarnya bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan. (Wijanarko, par.2 ) .

Warna juga selalu melibatkan tiga unsur, yaitu: cahaya, objek dan pengamat. Hal yang menarik adalah bahwa ketiga unsur dari warna tersebut melibatkan tiga buah bidang ilmu yang berbeda, apabila kita berbicara tentang bagaimana cahaya mempengaruhi warna maka kita akan membahas aspek fisika dari warna, bila kita membicarakan bagaimana sebuah benda dapat mempengaruhi cahaya maka kita membicarakan aspek kimia dari molekul dan atom benda dalam menyerap cahaya sedangkan bila kita membicarakan bagaimana

(7)

pengamat melihat warna, kita menemukan diri kita membicarakan biologi karena hal tersebut maka warna adalah hal yang cukup kompleks. Penglihatan kita terhadap warna dapat dimanipulasi dengan merubah ketiga unsur warna ini (“Teori Warna &Color Management”, par. 2-5 ) . Warna primer additive

Terdiri atas merah, hijau dan biru dimana warna sekunder didapat dengan penambahan dari ketiga warna primer. Warna ini biasanya dihasilkan oleh tiga sumber cahaya dengan panjang gelombang te rtentu (merah, hijau dan biru). Warna primier additive ini dimulai dengan warna hitam yang didapatkan dengan tidak memakai semua panjang gelombang yang ada (tidak ada cahaya), seiring dengan penambahan panjang gelombang maka akan tercipta warna antara yang nantinya diakhiri dengan warna putih dimana semua panjang gelombang dipakai secara maksimal (merata).

Gambar 3.5. Warna Additive

(8)

Warna primer subtractive

Gambar 3.6. Warna Subtractive

Sumber : http://tentangdesaingrafis.blogspot.com/2011/02/tentang-warna.html

Terdiri dari tiga warna yaitu cyan, magenta, yellow. Pencampuran warna substractive dikenal juga dengan nama “Pencampuran Pigmen” yang biasa dijumpai ketika kita melukis dengan cat air atau cat minyak. Disebut warna primer subtractive karena alih-alih menamb ahkan panjang gelombang, mereka menyerap panjang gelombang tertentu dan meneruskan panjang gelombang yang lain dari sebuah sumber cahaya. Jadi apabila kita menyebut warna cyan, hal ini berarti pigmen warna cyan menyerap panjang gelombang yang panjang dari cahaya atau red substractor. Magenta menyerap panjang gelombang sedang atau green substractor dan Yellow menyerap panjang gelombang pendek atau blue substractor. Dari sini kita bisa melihat bahwa warna primer additive maupun substractive bekerja dengan memanipulasi panjang gelombang cahaya yang memasuki retina mata kita sebagai pengamat.

b. Klasifikasi Warna berdasarkan Ilustrasinya

Secara garis besar pewarnaan dalam gambar ilustrasi terbagi menjadi dua (Wiyono 31), yaitu:

(9)

• Monochrome

Gambar 3.7. Monochrome

Sumber : http://www.webdesignerdepot.com/2009/03/50-monochromatic -website-designs

Pewarnaan monochrome hanya menggunakan satu warna saja dimana warna yang bergantung pada intensitasnya. Warna monochrome memberikan kesan volume pada sebuah warna, memberikan kesan longgar dan kebebasn bagi pengamatnya.

• Polychrome

Menggunakan banyak warna dalam komposisinya yang membuat objek yang digambarkan menjadi lebih realis dan ekspresif.

c. Klasifikasi Warna berdasarkan Sensasi

Warna adalah sesuatu yang berhubungan dengan emosi manusia dan dapat menimbulkan pengaruh psikologis. Sebagai contoh, kita dapat merasa nyaman dengan adanya warna. Kita dapat merasakan sesuatu seperti ketena ngan, bebas, bahkan kita bisa merasakan panas atau tertekan sesuai dengan karakter warna itu sendiri. Pembagian warna dibagi atas : warna sejuk, hangat, dan netral (“Makna”, par.2) .

(10)

• Warna Sejuk

Biru, Hijau, Ungu, Pirus dan Perak adalah warna -warna sejuk . Warna-warna sejuk cenderung berpengaruh memberikan perasaan tenang bagi yang melihatnya. Meskipun digunakan sendiri, warna-warna ini bisa mempunyai rasa dingin. Berikut beberapa makna dari beberapa warna sejuk: Biru (keheningan, mencintai, kesetiaan, percaya, intelligence, kedinginan, ketakutan, kejantanan); Hijau (uang, pertumbuhan, kesuburan, kesegaran, iri hati, kecemburuan, kesalahan, kekacauan; Perak (glamor, tinggi, anggun, pengkhayal, tidak tulus).

• Warna Hangat

Merah, merah muda, kuning, orange, warna ungu, dan emas adalah warna hangat. Warna hangat cenderung mempunyai suatu efek kegairahan bagi yang melihatnya. Bagaimanapun ketika warna ini digunakan sendiri dapat menstimulasi, membangitkan emosi kekerasan/ kehebatan dan kemarahan. Ketika memilih nada hangat, menambahkan warna dari kelompok yang lain akan membantu ke arah menyeimbangkan ini. Berikut beberapa makna dari beberapa warna hangat: Merah (cinta, energi, kuasa, kekuatan, penderitaan, panas, kemarahan, bahaya, peringatan, ketidaksabaran); Merah muda (sehat, bahagia, feminin, rasa kasihan, manis, suka melucu, kelemahan, kewanitaan, ketidak dewasaan); Kuning (energi, matahari, kreativitas, akal, bahagia, penakut, tidak bertanggungjawab, tidak stabil); Orange (keberanian, kepercayaan, kehangatan/keramahan, keakraban, sukses,ketidak-tahuan, melempem, keunggulan).

• Warna Netral

Berwarna coklat, gading, kelabu, putih dan hitam adalah warna netral. Berikut beberapa makna dari beberapa warna netral: Hitam (perlindungan, dramatis, serius, formalitas, kerahasiaan, kematian); Kelabu (keamanan, keandalan, kecerdasan, padat, muram, sedih, konservatif); Cokelat (ramah, bumi, keluar rumah, umur panjang,

(11)

konservatif); Gading (ketenangan, kenyamanan, kebersihan/kesucian, hangat, lemah, tidak stabil); Putih (kebaikan, keadaan tak bersalah, kemurnian, segar, gampang, bersih, dingin).

d. Klasifikasi Warna berdasarkan Karakteristik

Karakter warna dapat ditentukan oleh hal- hal berikut (Dameria 20) : Hue : adalah corak atau nada warna, yaitu kesan pertama terhadap suatu warna dengan mengabaikan value dan intensitas warna. Contoh Hijau daun.

Value : adalah nilai terang gelap warna, diukur terhadap hitam dan putih

dengan mengabaikan hue dan intensitas warna. Contoh warna kuning jeruk.

Intensitas : adalah kuat dan lemahnya warna diukur terhadap warna abu-abu yang netral. Kekuatannya akan bertambah ke arah paling terang. Intensitas menunjukan jumlah hue yang bebas dari unsur putih.

e. Klasifikasi Warna berdasarkan Kualitasnya

Berdasarkan kualitasnya, klasifikasi warna dibagi dalam beberapa bagian yaitu hue (warna), value (nada), chroma (intensitas).

Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna atau bisa juga kualitas atau sifat dari suatu warna, sehingga dapat mempermudah seseorang dalam membedakan warna yang satu dengan yang lainnya. Hue adalah suatu cara menggunakan dan cara menyusun warna dengan memainkan warna-warna pelangi dan turunannya atau campuran-campurannya. Dalam hue tidak ada putih dan hitam karena keduanya tidak termasuk warna. Putih merupakan gabungan warna pelangi atau merupakan sinar terang siang hari, sedangkan hitam adalah ketidakadaan spectrum atau gelap malam (Sanyoto 61).

Value adalah nilai dari suatu warna yang diukur dengan jenjang gelap dan terang, melalui kandungan warna putih atau hitam. Nilai dari sebuah warnan itu tergantung dari cerah dan redupnya. Bukan diukur dari

(12)

luas dan kekuatannya. Contohnya : warna merah tua itu berbeda kualitasnya dengan warna merah (Mudjiono dan Irawan 23).

Chroma atau intensitas adalah bagian yang menunjukkan kekuatan warna yang diukur dengan banyak sedikitnya pigmen warna. Desain yang ditimbulkan merupakan perbedaan banyak sedikitnya pigmen atau keluasan objek dalam warna yang sama (Mudjiono dan B.Irawan 23). Dengan kata lain intensitas atau chroma ini juga adalah bagian yang menyatakan daya pancar warna dan kemurnian warna. Intensitas dapat menyebabkan warna itu berbicara, berteriak atau berbisik dalam nada yang lembut. Dua warna mungkin akan sama dari segi nama dan nilai, tetapi kedua warna tersebut dapat memiliki perbedaan dari segi intensitasnya, yang satu mungkin lebih kuat dari yang lainnya. Warna yang penuh intensitasnya akan sangat menarik perhatian atau menonjol dan memberikan penampilan yang cemerlang. Sedangkan warna yang intensitasnya rendah akan menimbulkan kesan halus atau lembut.

Perubahan intensitas sebuah warna akan mungkin melalui pencampuran dengan salah satu dari warna kontrasnya atau warna komplemennya (Darmaprawira 61).

f. Klasifikasi Warna berdasarkan Makna

Warna di tengah masyarakat memiliki makna yang berbeda beda. Di setiap daerah memiliki makna warna yang berbeda-beda. Dalam masyarakat tertentu warna digunakan dalam konteks perlambangan. Di masa lampau penggunaan warna selalu diasosiasikan dengan hubungan-hubungan yang sifatnya supranatural dan dihubungkan dengan kekuatan tertentu yang menguasai bagian-bagian dari alam raya.

Warna merah putih yang sekarang dipergunakan sebagai warna bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, rupanya telah dikenal ribuan tahun oleh masyarakat leluhur bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada upacara- upacara adat tradisional peninggalan kepercayaan Animisme, dalam upacara tersebut terdapat bermacam- macam makanan yang diberi warna merah putih seperti : pepeda marah putih di Irian Jaya,

(13)

carai merah putih di Flores, bubur merah putih dari beras di Jawa Barat, dan jenang merah putih di Jawa Tengah. Selain dalam makanan pada upacara tradisional warna merah putih juga ditemukan dalam cerita Jawa kuno yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih.

Dalam perkawinan Sunda di Jawa Barat ada yang dinamakan upacara ngeureuhan (seureuh-sirih). Dalam hal ini sirih dan perangkatnya seperti pinang, gambir, kapur, bila dimakan akan menjadi merah warnanya yang berarti meminang. Dalam upacara ngeureuhan itu yang dilambangkan adalah warna gambir yang merah melambangkan sifat pria yang berani dan bernafsu, dan bahan kapur sirih yang berwarna putih melambangkan kesucian serta kepasrahan wanita.

Selain warna merah putih, yang sering digunakan terutama dalam karya seni kerajin an primitif adalah warna hitam. Nama -nama warna pertama yang dikenal orang adalah warna hitam, putih, dan merah, bahkan merah digolongkan dalam warna hitam. Tenunan poleng dari Bali yang bercorak papan catut, berwarna hitam putih sebagai lambang dan ungkapan spiritual. Kain tersebut biasa digunakan pada patung-patung yang tersebar disekitar pura ketika diadakan upacara inisiasi. Kain dari Irian Jaya terbuat dari kulit kayu diberi corak pilin berganda yang mirip corak parang pada batik di Jawa, diberi warna hitam putih juga. Kombinasi-kombinasi hitam, merah, dan putih ini juga sering digunakan dalam topeng hiasan perahu atau hiasan perisai di Irian Jaya dan pedalaman Kalimantan.

Di Tanah Toraja, Sulawesi Selatan warna hitam dan putih merupakan warna dominan yang dipergunakan oleh suku Toraja. Hal tersebut tampak pada karya seni bangunan mereka, seni ukir, serta pakaian pada upacara kebesaran mereka. Pada karya kerajinan topeng di Jawa dan Cirebon, topeng warna merah diperuntukkan bagi peran-peran yang tidak ba ik. Tokoh-tokoh buruk berwarna merah dan untuk tokoh baik, arif, dan bijaksana menggunakan warna putih. Topeng tersebut diambil dari cerita Minakjinggo raja Blambangan. Dalam tokoh-tokoh wayang juga demikian, secara garis besar ada dua kelompok yang

(14)

bertentangan, di panggung sebelah kanan adalah kelompok yang membela kebenaran dan di panggung sebelah kiri adalah kelompok yang jahat. Warna dominan untuk muka jahat adalah merah dan muka untuk kelompok kebaikan biasanya menggunakan warna putih.

Bila di Barat pendekatan warna dilakukan berdasarkan fisik dan psikis, maka di Timur umumnya ditambah dengan unsur simbolis yang bersifat adikodrati (supernatural). Pendekatan susunan warna di Bali bisa dilakukan dari ketiga hal tersebut. Pada jaman kerajaan Bali abad ke-15 telah dikenal falsafah mengenai warna. Mungkin falsafah tersebut telah berumur lama sebagaimana di Yunani, karena falsafah Bali kemungkinan besar berasal dari falsafah Hinduisme dari India yang telah mengalami perkembangan dan perjalanan panjang.

Falsafah warna di Bali disebut dengan Panca Maha Butha. Aristoteles mengatakan bahwa unsur warna itu mengandung api, air, udara, dan tanah, sedangkan di Bali ditambah satu unsur, yaitu akasa atau aether atau angkasa. Susunan warna di Bali dinamakan Rajah Nawasanga yang terdiri dari sembilan warna yang dihubungkan dengna nama dewa dan arah mata angin. Nawasanga bisa diartikan sembilan warna atau sembilan mata angin. Bentuk visual Nawasanga berupa bunga teratai atau cakra. Disebut dengan Rajah Nawasanga karena warna oleh mereka masih dihubungkan dengan hal ihwal yang supernatural, sering dipakai dalam acara ritual, hal- hal gaib, dan dipakai sebagai tumbal. Perbedaan antara warna di Bali (di Timur pada umumnya) dan di Barat adalah bahwa warna hitam dan putih menur ut pemikiran orang barat tidak dimasukkan dalam golongan warna (pendekatan fisika), karena putih adalah campuran seluruh warna, sedangkan hitam adalah ketiadaan warna. Di Bali hitam dan putih digolongkan sebagai warna dan perannya cukup penting, sama halnya dengan di Jepang.

Kain tradisional di Bali yang disebut kain prada dan kain gringsing dipergunakan untuk upacara-upacara, susunan warna yang digunakan adalah sesuai dengan warna-warna yang ada pada rajah Nawasanga. Warna untuk kain prada adalah warna yang murni (tingkat kecerahannya

(15)

tinggi), seperti biru, merah, emas, kuning, dan hijau. Jika untuk kepentingan dagang seperti untuk turis, lebih menggunakan warna -warna yang meriah dan bervariasi, dan tidak berketentuan dalam rajah Nawasanga. Pada sesajen yang biasa digunakan oleh orang di Bali, warna buah-buahan serta bunga -bungaan semuanya tersusun dengan panca-puspa atau lima macam warna, yaitu putih, merah, kuning, biru, dan hitam sesuai dengan kepercayaan Hindu Bali, yaitu untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa : Isywara, Brahma, Mahadewa, Sambu, dan Wishnu. Pengecatan lembu peti jenazah yang akan dipakai untuk upacara Ngaben menggunakan warna putih mempunyai maksud simbolis. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenazah berasal dari golongan putih (Brahmana atau kesatria) bukan dari golongan orang kebanyakan (Darmaprawira, 154-157).

Selain masyarakat di Bali, masyarakat di Jawa juga memiliki susunan warna, terutama di sekitar Yogyakarta dan Solo. Di daerah kedua kesultanan ini memiliki peraturan etika dan estetika serta kepercayaan yang berakar dari kebudayaan Hindu. Yogyakarta dan Solo juga memiliki ikatan kebudayaan yang ketat, halus, dan semua terstruktur dengan cermat. Penggunaan warna di kedua daerah tersebut juga telah terpola oleh peraturan. Seperti warna kuning adalah lambang dari keraton atau sultan, yang dinyatakan pada warna payung kebesaran yang berwarna kuning emas. Bila raja atau sultan sedang tidak ada di tempat, biasanya bendera kuning dipancarkan di halaman istana. Pada batik tradisional warna yang digunakan adalah warna hitam, cokelat, putih atau biru tua. Warna lainnya kebanyakan digunakan pada pewarnaan wayang kulit atau simbol-simbol lain, yang biasanya dimunculkan pada kostum wayang orang. Dalam pertunjukan wayang kulit, warna merah dan putih dilambangkan sebagai arena pertunjukkan, merah melambangkan blencong sebagai alat penerang dan putih sebagai lambang layar atau kelir tempat bayangan (Darmaprawira, 158, 160).

Susunan warna di daerah Pekalongan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing seper ti Cina, Arab, India, dan Eropa. Banyak

(16)

penduduk di Pekalongan yang dipengaruhi oleh warna-warna yang dibawa orang-orang asing, baik berupa barang dagangan maupun barang yang digunakan oleh mereka. Keterbukaan masyarakat pesisir dalam menerima pengaruh budaya luar menambah kekayaan koleksi corak warna. Di Pekalongan hal tersebut tercermin pada produk seni batik yang sangat jauh berbeda dengan seni batik yang dibuat di daerah lainnya. Kain batik Pekalongan lebih kaya dalam corak maupun warna, di dalamnya tampak unsur Cina, Eropa, dan Persia. Warna-warna yang dinamis pun bermunculan. Warna -warna pada batik Pekalongan tersebut tidak muncul dalam seni batik tradisi di Jawa (Darmaprawira, 160).

Warna sebagai symbol tidak hanya terdapat pada masyarakat tradisional yang selalu dihubungkan dengan hal- hal yang sifatnya adikodrati. Pada masyarakat modern pun simbol-simbol warna dipergunakan walaupun nilainya berhubungan dengan kepentingan umum yang rasional. Pada masyarakat dengan penduduknya masih ada yang buta aksara, petunjuk berupa warna akan bersifat komunikatif dan menolong sekali. Demikian pula bagi masyarakat yang telah maju, warna digunakan sebagai simbol dan merupakan alat yang sangat menolong untuk keamanan serta keefektifan kerja. Warna juga berfungsi untuk member arah, petunjuk, perintah, serta peringatan yang semuanya dimaksudkan untuk kepentingan umum. Ada yang telah bersifat internasional, tetapi ada yang hanya bersifat lokal saja. Beberapa contoh yang telah menjadi kesepakatan dunia, antara lain : warna merah yang berarti berhenti, warna jingga atau kuning yang berarti berhati-hati dan warna hijau yang berarti aman.

Dari segi praktis, tanda-tanda dengan warna lebih efisien daripada membaca huruf- huruf terutama untuk pekerjaan yang sifatnya harus segera. Melihat keadaan seperti itu jelaslah bahwa seseorang desainer tidak sekedar mengubah suatu desain, tetapi ia juga membentuk tingkah laku masyarakat dan kepada siapa desain tersebut dipersembahkan. Contohnya adalah simbol warna untuk lalu lintas.

(17)

3.1.2. Tinjauan Unsur Komposisi 3.1.2.1. Penataan Layout

a. Komposisi secara Umum

Untuk mendapatkan penataan komposisi yang serasi dan seimbang, seorang seniman atau desainer perlu memperhatikan elemen-elemen dasar desain. Elemen-elemen tersebut antara lain : kesatuan (unity), keseimbangan (balance), proporsi (proportion), irama (rhythm ), dan dominasi (domination).

Kesatuan (unity) merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa. Setiap karya seni harus menyatu, utuh, tampak seperti menjadi satu, unsur-unsur yang disusun satu sama la in tidak dapat dipisahkan, semua menjadi satu unit atau utuh. Tanpa adanya kesatuan, suatu karya seni akan terlihat tercerai-berai, kacau-balau, kalang-kabut, berserakan. Akibatnya karya tersebut tidak enak dilihat. Prinsip kesatuan sesungguhnya adalah adanya saling hubungan antar unsur yang disusun. Jika satu atau beberapa unsur dalam susunan terdapat saling berhubungan maka kesatuan telah dapat dicapai (Sanyoto 233).

Keseimbangan (balance) harus dimiliki oleh sebuah karya desain. Dengan adanya keseimbangan dalam karya desain maka karya tersebut akan terlihat tenang, tidak berat sebelah dan tidak menggelisahkan. Keseimbangan dalam desain memiliki pengertian yaitu suatu keadaan ketika disemua bagian pada karya tidak ada yang lebih terbebani. Jadi sebuah kar ya dikatakan seimbang ketika pada karya bebannya sama, sehingga pada gilirannya akan membawa rasa tenang dan enak dilihat (Sanyoto 259).

Proporsi dapat diartikan sebagai kesebandingan atau kesepadanan. Proporsi juga merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa. Prinsip proporsi adalah untuk mencapai keserasian. Untuk memperoleh keserasian diperlukan perbandingan-perbandingan atau proporsi yang tepat. Proporsi pada dasarnya menyangkut perbandingan ukuran yang sifatnya matematis. Yang menjadi masalah adalah bahwa karya seni

(18)

berangkat dari ras, sehingga sangat sulit menetapkan ukuran perbandingan yang sifatnya matematis ke dalamnya (Sanyoto 273-274).

Irama merupakan prinsip yang hakiki pada semua karya desain, termasuk seni rupa dan desain. Kesemuanya mempunyai basis yang sama, hanya berbeda pada medium yang digunakan. Irama dalam seni rupa dan desain adalah gerak pengulangan atau gerak mengalir yang runtut, teratur, dan terus - menerus (Sanyoto 182).

Dominasi dalam karya seni disebut penjajahan atau yang menguasai. Namun, dominasi juga bisa disebut keunggulan, keistimewaan, keunikan, serta penyimpangan. Setiap karya seni harus memiliki dominasi agar terlihat menarik. Dominasi digunakan sebagai daya tarik. Dominasi harus mempunyai tujuan tertentu yaitu untuk menarik perhatian, untuk menghilangkan kebosanan, untuk memecah keberaturan atau rutinitas (Sanyoto 247-248).

b. Perkembangan Komposisi

Komposisi banyak dilanggar untuk mencapai bentuk yang lebih menarik. Komposisi yang beraneka ragam terjadi sejak ditemukannya kamera sehingga orang mulai berani untuk melakukan manipulasi komposisi. Hal ini dapat dilakukan dengan permainan grid sebagai garis bantu sehingga objek dapat berada pada tempat yang unik dan menarik namun tetap memiliki keseimbangan yang dapat membuat objek tersebut terlihat menarik.

c. Warna dalam Komposisi

Komposisi warna adalah prinsip -prinsip dasar seni yang menyangkut keselarasan, irama, kesatuan, dominasi, keseimbangan, dan proporsi. Keselarasan warna dapat diperoleh dengan memperhatikan irama. Irama adalah gerak dari satu warna ke warna lain. Dengan irama yang baik maka keselarasan warna yang dihasilkan juga akan baik (Sanyoto 37-39). Kesatuan warna dapat diperoleh jika warna-warna yang digunakan saling ada hubungan. Terdapat dua kemungkinan hub ungan,

(19)

yaitu kesamaan dan kemiripan. Kesamaan warna artinya semua warna yang digunakan sama persis, sedangkan kemiripan warna artinya warna-warna yang digunakan mempunyai unsur yang membuat mereka hampir sama (Sanyoto 49). Proporsi warna adalah menyangkut warna. Untuk memperoleh komposisi yang sebanding diperlukan perbandingan keluasan warna yang digunakan. Perbandingan keluasan antar warna dalam sebuah susunan warna yang seimbang bukan merupakan perhitungan yang bersifat eksak, namun sekedar sebagai pedoma n atau pertimbangan rasa. Disamping itu ada pedoman lain yang lebih mudah untuk diingat yaitu hukum keluasan yang berbunyi semakin luas suatu area sebaiknya menggunakan warna yang semakin tenang dan semakin sempit suatu area sebaiknya menggunakan warna yang semakin kuat (Sanyoto 51).

Warna dapat berfungsi sebagai dominasi ketika warna tersebut lain dari yang umum. Penggunaan warna -warna analogus untuk suatu komposisi akan menimbulkan dominasi terhadap suatu karya desain. Dalam sebuah karya desain juga harus memiliki keseimbangan dalam warna. Keseimbangan dalam warna dapat diperoleh hanya dengan cara mengadakan pengulangan-pengulangan warna yang sama di berbagai bagian dari susunan. Cara ini sering disebut dengan crossing balance yang memberi tendensi untuk tercapainya keseimbangan (Sanyoto 52-54).

3.1.2.2. Tinjauan Teori Perspektif

Pengertian perspektif adalah cara menggambarkan kembali penglihatan mata pada suatu bidang datar dari suatu objek yang dilihat. Perspektif berasal dari bahasa Latin perspicere yang berarti to see through atau melihat melalui sesuatu. Sesuatu yang dimaksud adalah bidang khayalan yang transparan. Bidang khayalan yang disebut dengan bidang gambar (picture plane) biasanya tegak lurus dengan bidang dasar (ground plane) (“Menggambar”, par.3).

(20)

Pada prinsipnya dalam menggambar perspektif ada tiga macam cara penggambarannya yaitu : perspektif satu titik hilang, perspektif dua titik hilang, dan perspektif tiga titik hilang. Perspektif tiga titik hilang ini jarang sekali digunakan didalam lapangan pekerjaan.

Ketika seseorang memperhatikan sebuah kubus secara tegak lurus berhadapan dengan salah satu sisi permukaan kubus, garis-garis vertikal dan horisontal yang sejajar dalam sisi kubus atau dalam bidang gambar tetap terlihat vertikal dan horisontal. Garis-garis horizontal atau vertikal yang sejajar dengan pusat pandangan akan tampak bertemu pada titik pusat pandangan. Inilah yang disebut dengan perspektif satu titik hilang (“Dasar”, par.2).

Perspektif satu titik hilang biasanya digunakan untuk menggambarkan pandangan seni ruang dalam (interior) dan seni luar ruangan (eksterior).

Gambar 3.8. Perspektif satu titik hilang

Sumber : http://happysunnystory.blogspot.com/2010/07/quickpost.html

Agar dalam penggambaran perspektif satu titik hilang dapat mendekati pandangan yang sebenarnya, maka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan yang dapat mempengaruhi, antara lain :

- Letak Bidang Gambar

Dalam penggambaran perspektif satu titik hilang letak benda yang digambar tidak terlalu menentukan sekali. Peletakan bidang gambar dalam penggambaran biasanya tergantung pada penggambaran itu sendiri yaitu sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Letak bidang gambar

(21)

dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengukuran tinggi, panjang dan lebar suatu objek yang akan digambar.

Gambar 3.9. Letak bidang gambar di muka objek Sumber : Menggambar dasar perspektif, 2010 (par.5)

Gambar 3.10. Letak bidang gambar tepat pada objek Sumber : Menggambar dasar perspektif, 2010 (par.5)

(22)

- Arah Pandangan

Arah pandangan mata disesuaikan dengan kehendak dari orang yang melihat, yaitu hasil gambar berbentuk simetris atau tidak simetris. Sedangkan garis yang dibentuk oleh station point (SP) dan vanishing point (VP) tetap tegak lurus terhadap garis horizon atau cakrawala.

- Jarak Orang Melihat

Sebaiknya jarak orang melihat atau jarak station point (SP) terhadap bidang gambar sesuai dengan sudut batas pandangan pada objek. Biasanya besar sudutnya melebihi dari 30°

- Tinggi Horison

Tinggi horison biasanya sesuai dengan tinggi orang yang melihat ± 1,60 meter. Tetapi dalam penggambaran dapat dilaksanakan sesuai selera atau kesan yang dicapai terhadap objek yang dilihat. Sehingga letak horison dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah.

- Titik Hilang (Vanishing point)

Titik hilang pada perspektif ini hanya terdapat satu saja, karena letak bidang objeknya ada yang sejajar dengan b idang gambar. Akibatnya bidang objek yang sejajar dengan bidang gambar tidak mempunyai titik hilang menurut penglihatan mata seseorang. Tetapi bidang objek yang tegak lurus dengan bidang gambar mempunyai empat garis sejajar dan garis tersebut bila dilihat semakin jauh seakan-akan menjadi satu titik yang disebut titik hilang dan titik tersebut memotong garis horison.

- Penentuan Skala

Hasil gambar perspektif dapat sesuai dengan skala yang ditentukan. Jika menggunakan skala gambar objek yang kecil dapat dibuat menjadi lebih besar. Oleh karena itu skala merupakan hal yang sangat penting dalam gambar perspektif. Agar mudah dalam mengalikannya, maka factor kelipatan yang digunakan sebaiknya dibuat dengan menggunakan skala yang bulat (“Menggambar”, par.4-11).

Perspektif dua titik hilang memiliki dasar penggambaran yang sama dengan perspektif dua titik hilang. Perbedaannya dalam perspektif

(23)

dua titik hilang terdapat batas pandangan atau titik hilang sebanyak dua buah yang letaknya pada garis horison. Faktor-faktor yang memperngaruhi penggambaran perspektif dua titik hilang antara lain : - Letak Bidang Gambar

Dalam penggambaran perspektif dua titik hilang, peletakan objek terhadap bidang gambar akan menentukan besar kecilnya hasil gambar, yaitu : § objek di- belakang bidang gambar, hasil gambarnya akan menjadi kecil § objek tepat di bidang gambar, hasil gambarnya akan sama dengan objek

sebenarnya terutama garis-garis objek yang memotong bidang gambar. § Objek di depan bidang gambar, hasil gambarnya akan menjadi lebih

besar.

Letak bidang gambar yang praktis biasanya letaknya menyinggung salah satu titik sudut atau salah satu sisi dari objek tersebut.

- Batas Penglihatan Mata

Batas penglihatan mata atau batas pandangan pada suatu objek mempunyai sudut pandang yang terbatas. Batas pandangan ini berupa lingkaran yang sama dengan dasar sebuah kerucut yang mempunyai puncak dengan sudut 30°. Sedangkan mata pandangan normal sebenarnya juga mendekati sudut 30°. Untuk itu bila suatu gambar perspektif melebihi sudut pandangan 30°, maka hasilnya sudah tidak tepat lagi.

Gambar 3.12. Batas sudut penglihatan mata Sumber : Menggambar dasar perspektif, 2010 (par.14)

(24)

- Arah Pandangan Mata

Usahakan arah pandangan mata tegak lurus teerhadap bidang gambar dan objek yang utama.

- Jarak Orang Melihat

Jarak orang melihat ke bidang gambar sesuai dengan ketentuan dari sudut batas pandangan mata pada objek ± 30°. Tetapi bila menghendaki gambar dengan pandangan yang agak lebar atau luas, maka diusahakan hanya sampai dengan batasan pandangan dengan sudut 50°.

- Tinggi Horison

Tinggi atau letak dari horison untuk orang dewasa ± 1,60 meter, yang diukur dari garis dasar atau garis tanah. Yang perlu diingat adalah dalam peraturan tinggi horison tidak harus selalu 1,60 meter, tetapi tergantung dari kesan penglihata n yang akan diambil atau diinginkan. Dengan demikian pengambilan tinggi horison dapat lebih tinggi ataupun sampai menempel tanah bahkan dapat diambil dari ataas yang melebihi tinggi objek.

- Titik Hilang (vanishing point)

Titik hilang dalam perspektif dua titik hilang ini terdapat dua buah. Oleh karena itu perspektif dua titik hilang ini sering digunakan untuk menggambar pandangan untuk bangunan karena bangunan biasanya mempunyai bidang dengan dua arah yang membentuk sudut 90 °. Sehubungan dengan itu mengakibatkan kedua garis titik mata yaitu titik berdirinya seseorang menuju kedua titik hilang di garis horison juga membentuk sudut 90 ° (“Menggambar, par.12-18).

(25)

Gambar 3.13. Perspektif dua titik hilang Sumber : Mata Kuliah Menggambar II, 2010 (par.3)

3.1.2.3. Tinjauan Teori Tata Cahaya

Teori pencahayaan di dalam gambar atau ilustrasi berkaitan dengan kualitas gelap terang (value). Hal ini dikarenakan aspek cahaya menentukan kualitas gradasi suatu objek. Dengan adanya kualitas gelap terang ini maka gambar atau ilustrasi yang dihasilkan akan menampakkan bentuk tiga dimensi, sehingga gambar atau ilustrasi tersebut tampak lebih riil. Salah satu pelukis yang menerapkan kontras antara gelap dan terang dalam karya ilustrasinya adalah Rembrant. Menurut Rembrant kontras antara gelap dan terang dapat memberikan sensari yang berbeda terhadap suatu gambar atau ilustrasi.

Ada beberapa elemen cahaya yang dapat digunakan untuk menentukan skala suatu gradasi yaitu :

a. Highlight

Highlight adalah bagian dari objek yang memiliki warna yang paling ringan atau paling terang dibandingkan dengan bagian lainnya dan biasanya muncul dari permukaan yang paling halus dan mengkilap. Highlight ini berupa bintik sinar yang kuat dan mengena pada bagian puncak dari permukaan yang menghadap ke arah sumber cahaya.

(26)

Light dan Shadow merupakan kualitas gelap dan terang yang paling luas areanya, berada diantara highlight dan juga pusat dari bayangan.

c. Core of shadow

Core of shadow adalah area dimana cahaya dipantulkan kembali dari permukaan yang tidak seberapa jauh, serta berfungsi untuk membuat sebuah objek menjadi semakin jelas bentuknya.

3.1.3. Tinjauan Ilustrasi

Ilustrasi memiliki arti menerangi atau menghias. Suatu penghias buku yang berasal dari dunia tumbuhan dan hewan, peggambarannya berdasarkan naskah yang menyertainya. Sedangkan dalam pengertian umum, ilustrasi berarti gambar atau foto yang menyertai naskah dalam buku, majalah, atau media masa untuk lebih menjelaskan naskah tersebut (Purnomo 35-39) .

Tujuan ilustrasi sendiri adalah untuk menyampaikan indfor masi atau pesan yang akan disampaikan. Oleh karena itu pemahaman audience akan teks yang disajikan akan lebih mudah diterima bila didampingi sebuah foto ataupun ilustrasi.

3.1.3.1. Gambar Ilustrasi berdasarkan Bidang Kajian 1. Ilustrasi Editorial

Ilustrasi ini sering dijumpai di novel, buku bacaan ataupun buku olahraga dan sebagainya. Ilustrasi ini berguna untuk menarik konsumen.

2. Ilustrasi Periklanan

Ilustrasi ini bertujuan untuk promosi dan pemasaran. 3. Ilustrasi Media

Menggambarkan berbagai macam dalam bidang kedokteran, seperti penggambaran anatomi tubuh, bakter, jamur dan sebagainya. 4. Ilustrasi Ilmiah

Menggambarkan berbagai macam hal yang berhubungan dengan bidang kajian yang sangat membutuhkan ketepatan, kejelasan dan kerapian.

(27)

3.1.3.2. Gambar Ilustrasi berdasarkan Sifat da n Fungsi Berdasarkan sifat dan fungsi ilustrasi dibedakan menjadi :

1. Gambar ilustrasi dengan tujuan menggambarkan keadaan yang dilihat, baik berupa sketsa kasar ataupun garis yang cepat ataupun gambar yang detail. Contohnya adalah sketsa cepat atau bahan photo realism, yaitu penggambaran objek yang mirip foto dengan detail yang akurat.

2. Gambar ilustrasi yang menggambarkan sesuatu yang diimajinasikan, yaitu penggambaran dimana objek yang digambar dalam keadaan tidak ada didalam kenyataan. Penggambaran dapat berupa penggambaran abstrak.

3. Gambar ilustrasi yang berfungsi untuk menghias atau sebagai dekoratif sehingga mempunyai daya tarik.

4. Gambar ilustrasi yang menggambarkan dan menjelaskan yang berfungsi sebagai jembatan penjelas bahasa verbal. Biasanya ilustrasi ini dan verbalisasi berdampingan dan saling mendukung mengarahkan pembaca sesuai dengan keinginan penulis, dimana ilustrasi dapat memperluas cerita dan mempermudah pemahaman atas sesuatu yang abstrak.

3.1.3.3. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Alat

Dalam ilustrasi juga memerlukan beberapa alat-alat yang mendukung. Dalam membuat suatu sketsa diperlukan pensil 2B dan HB, charcoal atau pensil arang, technical pen, ballpoint, dan penghapus pensil. Dalam pewarnaan dari ilustrasi tersebut dapat menggunakan berbagai macam media warna seperti misalnya cat air, marker, pensil warna, spidol, cat minyak, crayon, dan pastel. Untuk bidang kertas, media pewarnaan ilustrasi yang digunakan adalah cat air pensil, crayon, pastel, dan sebagainya. Sedangkan untuk bidang kanvas menggunakan media cat minyak.

Selain itu alat yang digunakan untuk menggambar ilustrasi adalah kuas. Kuas ada beberapa macam, antara lain : kuas yang berujung bulat dan kuas yang berujung datar dengan berbagai macam ukuran yang sangat beragam. Untuk kuas yang berujung bulat, apabila dalam keadaan

(28)

basah maka ujung akan meruncing yang cukup baik untuk menciptakan detail serta mampu menahan banyak cat dan air sekaligus. Sedangkan pada kuas yang berujung datar, tidak dapat menahan air dan cat yang begitu banyak. Kuas ini sangat baik apabila digunakan untuk menciptakan efek semburan cat.

Untuk dapat membuat campuran warna dari cat yang dikehendaki diperlukan palet dan air. Air digunakan untuk mengurangi kepekatan campuran cat tersebut. Dalam ilustrasi digital, per lengkapan yang diperlukan adalah graphic tablet, mouse, printer, scanner, dan program pendukung seperti Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, PaintShop Pro, serta Corel Draw.

3.1.3.4. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Teknik

Ada beberapa teknik untuk dapat menghasilkan sebuah ilustrasi yang baik, antara lain : Manual, komputer, fotografi, dan kubuisme sintetik atau photomontage.

Manual merupakan teknik gambar yang hanya dapat dihasilkan dengan ketrampilan dan kreatifitas tangan, yang dapat menciptakan kekhasan dan keunikan gaya masing- masing seniman yang tercermin dalam gaya dan ciri khas goresan.

Gambar 3.14. Ilustrasi manual

Sumber : http://dgi-indonesia.com/retrospektif-wedha-ilustrasi-keluarga-cemara/

(29)

Oleh karena itu teknik ini memiliki kelebihan dalam hal nilai estetisnya dibanding dengan menggunakan komputer. Teknik komputer merupakan teknik menggambar yang berbasiskan teknologi. Dengan teknik adanya penggunaan komputer maka secara perlahan teknik manual menjadi tergeser karena sifatnya yang serba otomatis dan terkontrol cepat.

Gambar 3.15. Ilustrasi komputer

Sumber : http://paragraphworld.deviantart.com/art/Ilustrasi-buku-anak/

Teknik fotografi merupakan teknik ilustrasi yang dipergunakan sejak ditemukan alat atau kamera yang diperlukan untuk memotret pada tahun1665. Yang merupakan penggambaran atau melukis objek dengan menggunakan cahaya. Fotografi terbagi menjadi dua macam yaitu : fotografi dokumentasi dan fotografi piktoral. Fotografi dokumentasi adalah fotografi yang memotret objek atau peristiwa penting tanpa memperhatikan segi estetisnya. Fotografi piktoral adalah fotografi yang memperhatikan segi estetis dan keindahan dari objek yang akan dipotret serta hasil dari fotografi tersebut. Sehingga foto tersebut dapat menjadi

(30)

Gambar 3.16. Ilustra si fotografi

Sumber : http://www.youthedesigner.com/2008/06/18/10grand graphic -designers

Kubuisme sintetik atau kolase atau photomontage adalah teknik yang mempergunakan kertas, kain, gambar, dan bermacam- macam benda lainnya yang ditempelkan pada satu permukaan dan menjadi satu kesatuan.

Gambar 3.17. Photomontage Sumber :

http://www.bideford.devon.sch.uk/art/gcse07/viewpoints/slides/photo%2 0montage%20by%20david%20hockney.html

(31)

3.1.3.5. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Goresan

Ada beberapa macam goresan yang digunakan untuk membentuk ilustrasi yang menarik. Arsir merupakan teknik yang menggambarkan bentuk objek dengan mengisi daerah-daera h yang tidak terkena cahaya atau bayangkan objek sehingga volume tiga dimensi dari objek dapat dideskripsikan, teknik arsir dibedakan menjadi arsir garis lurus dan arsir mengikuti bentuk atau melengkung.

Gambar 3.18. Ilustrasi dengan arsiran

Sumber : http://duniagambar.blogspot.com/2008/09/galeri.html

Arsir garis lurus antara lain : garis-garis pararel (hatching) yaitu goresan garis dengan pola sejajar, garis-garis berpotongan (cross hatching) yaitu pola garis yang memotong garis-garis sejajar lainnya, garis bervariasi (scibbling) yaitu garis-garis bersifat abstrak dan acak ke segala arah. Lalu arsir mengikuti bentuk atau melengkung antara lain : garis-garis kontur (contour hatching) berupa garis-garis lengkung yang mengikuti perubahan objek baik bentuk melingkar maupun perspektifnya, serta garis-garis kontur yang saling mendorong (cross contour hatching) yang mendeskripsikan volume dan detail-detail dari suatu benda.

Selain arsir ada goresan dengan sebutan dry brush, teknik menggambar dry brush ini adala h teknik menggambar dengan sapuan kuas yang setengah kering atau tanpa campuran air hanya menggunakan kepekatan cat saja, hal ini dilakukan dengan cara menyapukan kuas tanpa

(32)

air ke permukaan kertas yang kasar. Dengan menggunakan dry brush ini akan dapat menghasilkan efek pecah-pecah atau tidak rata, sehingga dapat menimbulkan tekstur dari suatu gambar.

Gambar 3.19. Dry brush

Sumber : http://www.watercolor-painting-tips.com/dry-brush-watercolor.html

Wet brush merupakan teknik menggambar dengan menyapukan air dahulu ke permukaan kertas sebagai dasarnya. Setelah itu baru menyapukan kuas yang sudah mengandung cat. Dengan wet brush ini dapat menghasilkan efek halus yang tidak kaku karena cat meresap mengikuti air dan tekstur kertas. Hasil yang didapatkan bisa terlihat lebih artistik dan tidak terduga.

Gambar 3.20. Wet brush

(33)

http://krystyna81.blogspot.com/2009/04/figure-drawing-Blocking atau disebut dengan pengecatan plakat yang menggunakan jenis cat poster. Pewarnaan dengan menggunakan cat poster ini berkesan datar, sedikit, tanpa gradasi, dan pada umumnya minim ornamen. Hal ini bertujuan untuk memusatkan perhatian pada objek utama sederhana yang ingin ditonjolkan.

Gambar 3.21. Blocking

Sumber : http://lotusgreenfotos.blogspot.com/2010/04/serie-du-barbier-calendars.html

Dan yang terakhir adalah pointillism atau tekstur, yang merupakan gaya penggambaran dengan memanfaatkan kualitas permukaan suatu bidang, baik kasar maupun halus, keras maupun lembut. Teknik ini bersifat ekspresif, representasional, dan inovatif yang ditentukan oleh material, teknik, serta kreatifitas seniman. Pada bidang gambar diberikan titik berwarna, sesuai dengan bentuk objeknya yang dari kejauhan seakan-akan menyatu, yang dapat mencapa i tiga dimensi yang dapat menggambarkan cahaya dan bayangan serta suasana melalui pewarnaan kuat dan lemah, bahkan tidak menggunakan outline pada objek. Bentuk pola tekstur yang terkenal adalah pointillism oleh Georges Seurat.

(34)

Gambar 3.22. Pointillism

Sumber : http://blogs.princeton.edu/wri152-3/dlieber/archives/002188.html

3.1.3.6. Gambar Ilustrasi berdasarkan Gaya Gambar 1. Realis

Salah satu gaya gambar yang menggunakan kesesuaian dengan keadaan yang sesungguhnya dalam kehidupan nyata. Realisme yang sempurna memiliki tingkat kemiripan yang akurat dengan obyek aslinya.

2. Dekoratif

Merupakan teknik gambar yang penuh dengan ornamen. Namun tidak semuanya memiliki kegunaan karena hanya memenuhi fungsi estetis atau penghias.

3. Kartun

Gambar ini bersifat menghibur. 4. Karikatur

Teknik penggambaran teknik ini hampir sama dengan teknik gambar kartun, bahkan sering dikategorikan sebagai bagian dari kartun. Karikatur mempunyai sifat yang lucu dan menghib ur karena dalam penggambarannya bersifat kocak dan tidak memperhatikan ukuran yang proposional.

(35)

3.2. Konsep Kreatif Perancangan Buku Cerita Bergambar 3.2.1. Khalayak Sasaran 3.2.1.1. Sasaran Primer a. Demografis • Anak-anak • Usia: 3-5 tahun

• Jenis kelamin: Laki-laki dan perempuan

• Tingkat pendidikan: playgroup dan taman kanak-kanak b. Geografis

• Kota besar di Indonesia c. Behavioural

• Ingin mengetahui tentang kehidupan makhluk hidup lain selain dirinya.

d. Psikografis • Suka bermain

• Memiliki rasa ingin tahu tentang hal baru 3.2.1.2. Sasaran Sekunder

a. Demografis

• Orangtua yang memiliki anak berusia 3-5 tahun • Jenis kelamin: Pria dan Wanita

• Tingkat pendidikan: semua tingkat pendidikan • Tingkat ekonomi: menengah ke atas

b. Geografis

• Kota besar di Indonesia c. Behavioral

• Orangtua yang menganggap keluarga paling utama d. Psikografis

• Orangtua yang ingin berkomunikasi dan berinteraksi yang lebih mendalam dengan anak-anaknya.

• Orangtua yang ingin mengajarkan pesan moral kepada anaknya menggunakan media cerita tentang kehidupan binatang.

(36)

3.2.2. Tujuan Kreatif

Tujuan dari perancangan buk u dongeng fabel interaktif ini adalah untu menyajikan buku yang dapat:

• Menanamkan nilai moral kepada anak-anak sejak dini melalui cerita yang diangkat.

• Memperkenalkan hal-hal baru secara visual yang bermanfaat untuk anak-anak, misalnya hewan dan tumbuhan, serta lingkungan sekitar • Menjadi sarana untuk mengharmoniskan keluarga

3.2.3. Strategi Kreatif

Buku dirancang dalam 2 seri awal, yaitu Tiga Sekawan dan Kelinci Sombong dan Kura-Kura. Kedua judul ini adalah dongeng yang jalan ceritanya sederhana dan mudah dimenge rti oleh anak berusia 3-5 tahun. Selain itu, dalam cerita juga terkandung pesan-pesan moral yang secara tidak langsung dapat tertanam dalam benak anak.

Dalam buku cerita bergambar tersebut terdapat banyak visual yang dapat membuat anak belajar mengenai hal- hal baru, misalnya binatang seperti babi, serigala, kelinci, dan kura-kura, serta pohon, buah, rumah, dan sebagainya. Jadi anak-anak juga bisa mendengarkan dongeng sambil belajar.

Buku cerita bergambar ini dibuat interaktif agar terjadi hubungan antara anak yang mendengarkan dongeng dengan orangtua yang membacakan dongeng. Dengan begitu, anak akan merasa lebih dekat dengan orangtuanya, begitu juga sebaliknya. (kostum)

3.3. Konsep Rancangan Buku Cerita Bergambar 3.3.1. Judul Rancangan Buku Cerita Bergambar

Judul Utama Cergam

Buku I : Tiga Anak Babi dan Serigala Jahat Buku II : Kelinci Sombong dan Kura-Kura

(37)

3.3.2. Tema Cerita

• Dalam buku berjudul Tiga Ekor Babi, tema yang diangkat adalah persaudaraan. Dalam cerita ini diperlihatkan bagaimana hubungan persaudaraan yang baik, dengan cara saling membantu satu dengan yang lainnya, sehingga jika ada masalah dapat diselesaikan dengan baik. Jika terpecah-pecah, maka masalah akan menjatuhkan kita dengan mudahnya. • Dalam buku berjudul Kelinci dan Kura-Kura Sombong, tema yang diangkat adalah kesombongan. Bagaimana sikap kita yang benar jika memiliki kelebihan, harusnya saling membantu bukannya menghina yang lebih lemah. Dengan kesombongan dapat menghancurkan orang itu sendiri.

3.3.3. Maksud dan Tujuan

• Tiga Sekawan / Tiga Ekor Babi

Maksud dan tujuan dari cerita ini adalah untuk mengajarkan pada anak-anak agar mereka tidak malas dalam mengerjakan segala sesuatu, supaya hasilnya baik dan tidak sia -sia. Selain itu, anak-anak juga diajarkan untuk saling membantu satu dengan yang lainnya, terutama dengan saudara mereka. Dengan saling membantu, permasalahan dapat dipecahkan dengan baik.

• Kelinci Sombong dan Kura-kura

Dalam cerita ini terdapat pesan bahwa kita tidak boleh sombong meskipun kita memiliki kelebihan dari orang lain. Jangan merasa paling heba t dan lebih baik daripada orang lain. Kesombongan hanya akan menjerumuskan kita ke dalam hal yang buruk. Meskipun orang lain memiliki keterbatasan, kita tidak boleh meremehkan mereka, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna.

Selain itu, janganlah merasa rendah diri jika memiliki kekurangan, asalkan melakukan segala sesuatu dengan penuh ketekunan dan kesabaran, pekerjaan yang dilakukan akan terselesaikan dengan baik.

(38)

3.3.4. Bentuk Penyajian dan Variasi Tampilan

Buku ini disajikan dalam bentuk buku cerita bergambar, Gambar-gambar tersebut menjelaskan sebuah setting cerita dalam 2 halaman yang bersebelahan. Teks akan diberikan pada bagian kosong yang ada di gambar tersebut. Teks yang digunakan tidak terlalu banyak, namun tetap dapat mewakili isi cerita.

Dalam buk u ini akan ada beberapa variasi sebagai unsur interaktifnya. Misalkan ada yang berupa pop-up, slide, flip, dan sebagainya. Hal ini bertujuan agar anak-anak juga bisa ikut berperan serta saat orangtua membacakan dongeng dan mereka tidak merasa bosan.

3.3.5. Jumla h Seri

Buku ini dibuat dalam 2 judul, dimana masing-masing judul hanya dibuat dalam 1 seri saja.

3.3.6. Ukuran dan Jumlah Halaman

Buku cerita bergambar ini masing-masing dibuat dalam ukuran 20cm x 23cm dengan jumlah halaman sebanyak 25 halaman untuk buku Tiga Ekor Babi dan Serigala jahat, dan 21 halaman untuk buku Kelinci Sombong dan Kura-Kura.

3.3.7. Sinopsis a. Tiga Ekor Babi

Dahulu kala, hiduplah seekor ibu babi dengan 3 anaknya. Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya. Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau bekerja, dan kerjanya hanya makan saja. Anak bungsu rajin bekerja dan baik. Suatu saat, Ibu Babi berkata kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri dan membangun rumah masing-masing. Karena si sulung malas, ketika ia bertemu dengan seseorang yang membawa banyak jerami, ia membeli jerami-jerami itu untuk membuat rumah. Lalu anak kedua mengumpulkan kayu-kayu yang ia temukan di jalan untuk membuat rumah. Si bungsu memberi nasihat kepada kedua

(39)

kakaknya, bahwa rumah jerami akan hancur jika ada angin keras atau hujan, dan rumah kayu akan hancur jika dipukul. Tapi kedua kakaknya marah dan berkata bahwa si bungsu lambat membuat rumah dari batu batanya tersebut. Ketika malam tiba, si bungsu sudah selesai membuat rumah. Esok harinya ibu babi menyuruh anak-anaknya untuk hidup dengan mengolah lading sendiri Kedua babi yang malas menggerutu. Dalam perjalanan pulang ke rumah masing- masing, serigala membuntuti mereka dan ingin menerkam ketiga babi tersebut. Ketiga babi pun bersembunyi di rumah masing-masing. Serigala sampai di rumah si sulung. Ia langsung menendang pintu dan meniup rumah jerami tersebut sampai hancur. Si sulung lari ke rumah adiknya yang kedua. Babi kedua segera mengunci rumahnya, namun serigala mendobrak rumah tersebut sampai hancur. Kedua babi tersebut lari ke rumah si bungsu. Si bungsu segera mengunci pintunya dan tidak khawatir. Ketika serigala sampai, ia menendang, mendobrak, dan memukul rumah si bungsu berkali-kali sampai kesakitan. Ia akhirnya menyerah dan pergi. Sejak saat itu, ketiga babi ini hidup bersama.

Suatu hari mereka pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba serigala itu muncul.. Anak-anak babi langsung naik ke pohon untuk menyelamatkan diri. Serigala tidak dapat memanjat dan menunggu di bawah pohon tersebut. Dengan kecerdikan si bungsu, ia melempar apel ke serigala yang kelaparan tersebut. Serigala itu langsung mengejar apel yang menggelinding, dan mereka bertiga bisa lari ke rumah si bungsu. Lalu serigala itu datang lagi ke rumah si bungsu dengan membawa tangga. Ia memanjat ke cerobong asap. Si bungsu melihat hal tersebut langsung menyuruh kedua kakaknya untuk menyalakan api di perapian. Si bungsu cepat-cepat mengambil kuali yang berisi air panas. Serigala yang di cerobong asap merasa kepanasan dan jatuh tepat ke dalam kuali tersebut. Karena kepanasan, serigala langsung lari terbirit-birit dan tidak berani datang lagi. Sejak saat itu ketiga babi hidup dengan baik, mengelola lading mereka bersama -sama. Kedua babi menjadi rajin

(40)

bekerja. Ibu babi merasa bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.

b. Kelinci Sombong dan Kura-Kura

Di hutan, hiduplah seekor kelinci dan kura-kura. Kelinci pandai melompat dan dapat berlari dengan sangat cepat. Ia menjadi sombong karena merasa paling hebat. Kelinci yang sombong ini suka mengejek hewan lain, sampai-sampai tidak disukai oleh teman-temannya.

Suatu hari, si kelinci bertemu dengan kura-kura yang jalannya sangat lambat. Melihat kura-kura berjalan sangat lambat, kelinci langsung tertawa dan mencemooh. Kelinci itu berkata bahwa kura-kura tidak akan mungkin cepat sampai ke tujuan kalau jalannya seperti itu. Walau diejek, kura-kura tidak mau terpancing emosi dan tetap bersabar agar tidak bertengkar dengan kelinci. Karena kura-kura tidak marah, kelinci semakin mengejeknya. Ia menantang kura-kura untuk lomba lari. Kura-kura pun setuju. Kelinci sangat yakin akan menang, ia terus menerus mengejek kura-kura dan menganggapnya bodoh karena mau menerima tantangan tersebut. Tapi kura-kura tetap tidak membalas. Mereka lalu sepakat garis finish adalah di sebuah pohon mangga yan jaraknya cukup jauh. Perlombaan pun dimulai. Kura-kura langsung berjalan dengan kemampuannya sendiri, dan kelinci langsung melompat jauh meninggalkan kura-kura dalam sekejap. Kelinci terus berlari sehingga kura-kura tak kelihatan di belakangnya. Ia mulai berjalan santai dan yakin bahwa perlombaan ini akan sangat mudah ia menangkan. Ia merasa si kura-kura masih sangat jauh, dan memutuskan untuk bersantai di bawah pohon rindang sambil menunggu kura-kura mendekat. Tiba-tiba ia mengant uk dan tertidur pulas di bawah pohon. Sementara si kura-kura mulai mendekat dan melewati si kelinci yang sedang tertidur. Akhirnya kura-kura pun menjadi pemenang lomba karena ia berhasil mencapai finish terlebih dahulu. Kelinci pun mengakui kekalahannya da n ia meminta maaf kepada kura-kura. Sejak saat itu, kelinci tidak pernah sombong lagi dan bersahabat baik dengan kura-kura.

(41)

3.3.8. Setting Cerita 1. Tiga Ekor Babi

• Di dalam rumah ibu babi • Di bangunan rumah jerami • Di bangunan rumah kayu • Di bangunan rumah bata • Di buk it dan pohon apel • Di ladang

2. Kelinci Sombong dan Kura-Kura • Di hutan

• Lomba lari

• Istirahat di bawah pohon rindang 3.3.9. Konflik

1. Tiga Sekawan

Konflik dimulai saat babi sulung dan babi kedua membangun rumah, dan babi bungsu memberi nasihat kepada mereka. Mereka malah marah dan mengatakan bahwa si bungsu hanya berkomentar saja tetapi tidak cepat-cepat menyelesaikan rumah. Lalu datanglah serigala dan menghancurkan rumah mereka berdua.

2. Kelinci Sombong dan Kura-Kura

Konflik dari cerita ini dimulai ketika kelinci yang sombong menghina teman-temannya sampai-sampai ia tidak disukai hewan-hewan lain di hutan. Lalu ia bertemu dengan kura-kura yang lambat, menghinanya, dan mengajak lomba lari untuk membuktikan kehebatan si kelinci..

3.4. Konsep Karakter Tokoh Cerita a. Tiga Sekawan

Ibu Babi : bijaksana, menyayangi anak-anaknya Babi Sulung : pemalas dan mengabaikan pekerjaannya Babi Tengah : rakus dan malas bekerja

(42)

Babi Bungsu : rajin bekerja dan pandai Serigala : jahat dan rakus

b. Kelinci Sombong dan Kura-Kura

Kelinci : Sombong, merasa d irinya paling hebat Kura – kura : sabar dan pemaaf

3.5. Konsep Dasar Gaya Desain

Konsep dasar gaya design untuk buku ini adalah kartun. Hal ini menyesuaikan dengan karakteristik dari target audience primer, yaitu anak-anak berusia 3-5 tahun. Pada usia ini anak-anak akan lebih tertarik dengan gambar yang lucu, tokoh di dalam cerita yang memiliki ciri khas tersendiri, dan dapat mewakili isi cerita.

3.6. Konsep Warna

Warna -warna yang dipakai untuk tampilan visualnya adalah warna-warna yang cerah agar dapat menarik perhatian anak-anak. Sedangkan untuk background digunakan warna lembut agar tidak terlalu mencolok.

3.7. Teknik Pengerjaan

Pengerjaan buku dongeng ini menggunakan perpaduan antara teknik manual dan komputer. Pertama-tama sketsa akan dibuat secara manual di kertas yang nantinya akan dipindahkan ke komputer untuk proses pewarnaan dan finishing. Teknik manual digunakan untuk membuat thumbnail dari tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita. Setelah terpilih karakter yang akan ditampilkan di buku, lalu dibuatlah gambar tersebut menggunakan komputer dengan program Adobe Photoshop dan Adobe Illustrator.

(43)

3.8. Konsep Font

3.8.1. Font Judul (beri keterangan)

Dalam setiap buku unsur judul selalu memakai huruf yang mudah dibaca, berkuran besar, sehingga menonol. Untuk mencapai tujuan itu, tersedia beberapa jenis font seperti si bawah ini.

a. Jenis Font: Candy Randy

b. Thickhead

c. Porky’s

3.8.2. Font Nama Pengarang

Untuk penulisan nama pengarang digunakan font yang mudah terbaca dan rapi. Oleh sebab itu, tersedia beberapa jenis font seperti di bawah ini.

(44)

b. Impervious

3.8.3. Font Narasi

Untuk font narasi digunakan huruf yang mudah terbaca namun tidak terlalu resmi agar tampilan dalam buku tetap menarik meskipun terdapat tulisan. Karena buku ini ditujukan untuk anak-anak, maka dipilihlah beberapa font yang berkesan lucu dan tidak kaku.

a. Kabel Medium BT

b. VAG Rounded BT

3.8.4. Font Dekoratif

Dalam beberapa bagian dalam buku menggunakan font dekoratif agar buku jadi lebih menarik. Font yang dipilih adalah font yang tidak biasa, terdapat unsur hiasan, dan terlihat beda dari yang lain. Beberapa font yang mendukung adalah:

(45)

b. Conventry Script FLF

3.9. Storyline a. Tiga Anak Babi

• Ada seekor ibu babi yang hidup dengan ketiga anaknya, Baba, Bibi, dan Bubu. Ibu Babi menyuruh ketiga anaknya untuk membangun rumah. • Baba yang malas membangun rumah dari jerami, Bibi membangun

rumah dari kayu, dan Bubu membangun rumah dari batu bata.

• Datanglah serigala jahat menyerang. Ia meniup rumah jerami Baba. Baba bersembunyi ke rumah Bibi.

• Serigala menyerang rumah Bibi. Rumahnya dipukul hingga hancur. Baba dan Bibi berlari ke rumah Bubu.

• Serigala menyerang rumah Bubu. Ia meniup dan menendang rumah itu hingga kesakitan dan rumah itu tetap kokoh. Serigala pun pergi.

• Ketiga saudara babi itu hidup saling menolong dan mengolah ladang bersama. Saat di ladang, si Serigala menyerang lagi.

• Mereka naik ke pohon, si serigala tidak bisa memanjat. Si Bubu melemparkan apel hingga menggelinding, dan serigala mengejar apel itu. Mereka pun berlari ke rumah Bubu.

• Serigala kembali menyerang rumah Bubu. Ia memanjat ke cerobong asap. Bubu menyuruh Baba dan Bibi untuk menyalakan api di perapian. • Bubu mengambil kuali besar berisi air penuh dan diletakkan di

perapian.

• Karena kepanasan, si Serigala jatuh dan masuk ke kuali berisi a ir panas. Ia pun lari terbirit-birit dan tidak berani kembali lagi.

(46)

b. Kelinci Sombong dan Kura-kura

• Di sebuah hutan, tinggalah berbagai jenis hewan yang hidup rukun. Mereka bermain bersama dan saling membantu. Tetapi ada seekor kelinci yang sombong, namanya Si Cici.

• Cici suka mengejek teman-temannya karena ia merasa paling hebat. • Pada suatu hari, Cici bertemu dengan si Kuku Kura-kura. Kuku berjalan

sangat lambat. Cici yang sombong pun mengejek Kura. “Hey, Kura! Kenapa jalanmu lambat sekali?”

• Si Kura hanya diam karena tidak mau bertengkar. Kura terus berjalan. Karena Kura diam saja, Keci terus mengejeknya.

• Si Kura yang sabar pun menjawab dengan tenang, “Tak apa aku jalannya lambat, yang penting sampai dengan selamat. Daripada cepat-cepat nanti aku jatuh dan terluka”.

• Si Cici yang sombong malah menantangnya untuk lomba lari untuk membuktikan kehebatannya. Si Kura namun si Cici tetap memaksa. “Pokoknya besok aku tunggu di sini untuk lomba lari! Siapa yang bisa sampai ke pohon beringin di sana , dialah yang menang!”

• Akhirnya keesokan harinya mereka bertemu di tempat yang sudah dijanjikan. Di sana sudah banyak hewan-hewan lain yang menonton. Pak Beru menjadi wasit di perlombaan mereka.

• Mereka pun memulai perlombaannya. Jelas saja Kuku tertinggal jauh oleh Cici.

• Karena merasa sudah jauh dari Kuku, Cici bersantai-santai dulu di bawah pohon rindang. Tak terasa, ia mulai tertidur

• Setelah beberapa lama Cici terbangun dan melihat Kura sudah mendekati garis finish.

• Cici berusaha menyusulnya tetapi Kuku sudah melewati garis finish terlebih dahulu. Maka Cici kalah.

• Akhirnya Cici meminta maaf karena sudah sombong kepada teman-temannya dan berjanji tidak akan seperti itu lagi.

• Setelah itu, Cici memiliki banyak teman dan mereka rukun bermain bersama.

(47)

3.10. Perencanaan Biaya Rincian produksi adalah:

1. Buku “Tiga Anak Babi dan Serigala Jahat” ukuran 20 x 23cm, terdiri atas:

– Isi dan cover dalam : 24 halaman , bahan kertas Splendorgel 230gr

– Cover : 2 halaman, bahan art paper 120gr, laminasi doff 1 sisi – Tambahan untuk pop-up dll : 8 halaman

2. Buku “Kelinci Sombong dan Kura-Kura” ukuran 20 x 23 cm, terdiri atas:

– Isi dan cover dalam : 20 halaman, bahan art paper 220g – Cover : 2 halaman, bahan art paper 120gr, laminasi doff 1 sisi – Tambahan untuk pop-up dll : 6 halaman

Total : 58 halaman

Cetak : 500 eksemplar masing- masing buku = 1000 eksemplar ( 2 buku) Biaya kertas :

A0 (118 x 84 cm) : 20 x 23 cm = 20 halaman 58 halamaan : 20 = 2.9 A0 à 3 A0 3 x Rp 9.000 x 1000 = Rp 27.000.000,- kertas cover : A0 bisa untuk 5 cover 200 lembar x Rp 3.000 = Rp 600.000,- Biaya cetak buku :

Biaya film : 20 x 2, 23 x 2 à ukuran 40 x 46 Harga film Rp 70/cm

40 x 46 x 70 = Rp 128.800 Set film à 40 : 4 = 15 set

15 x Rp 128.800 = Rp 1.932.000,-

Biaya plat CMYK Rp 25.000/plat = Rp 100.000,- 15 x Rp 100.000 = Rp 1.500.000,-

Biaya laminasi cover : laminasi cover :

(48)

laminasi doff : 200x Rp 5.000 = Rp 1.000.000 ,- Jilid dan Potong : 1000 eks x Rp 3000 = Rp 3.000.000,- Cutting dan pisau : Rp 900.000,-

Total = Rp 35.932.000,-

Designer fee: 15% = Rp 5.390.000

Bonus (pin,pembatas,dll) = Rp 5.000 x 1000 = Rp 5.000.000 Biaya per buku : Rp 46.332,-

Gambar

Gambar 3.1. Bentuk aplikasi value   Sumber : Mengambar Arsitektur (2009, par.1 )
Gambar 3.2. Salah satu topeng asal Bali
Gambar 3.3. Bentuk aplikasi tekstur  Sumber : Mengambar Arsitektur (2009, par.2 )
Gambar 3.5. Warna Additive
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan consideration , gaya kepemimpinan structure , kompleksitas tugas, tekanan anggaran waktu dan budaya

Dalam hubungannya dengan hasil pengujian regresi tersebut di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa pengujian secara parsial dan serempak antara biaya pencegahan, biaya

TABELA 2: Karakteristike podatkov v tabeli dejstev in dimenzijski tabeli Tabela dejstev Dimenzijska tabela Milijoni ali milijarde vrstic Deset do nekaj milijonov vrstic Več

Setelah memadat, diambil 1 ose bakteri yang telah diukur berdasarkan standar Mc.Farland 108 kol/ mL, kemudian digores secara merata pada permukaan medium, kemudian dimasukkan

Hal-hal yang akan menjadi obyek spesifik dalam penelitian ini meliputi: perkiraan ketinggian tsunami, geometri morfologi teluk, run-up jangkauan Tsunami, potensi

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1 guru SD, sebaiknya dapat mengembangkan media gambar seri dalam pembelajaran mengarang, sehingga memudahkan siswa dalam

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

Akan tetapi, pengaruh arus bisa diabaikan untuk kondisi gelombang saat badai, sehingga kebutuhan desain, dalam perhitungan gaya akibat arus dan gelombang yang bekerja pada