• Tidak ada hasil yang ditemukan

Khalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni Made Esti Nurmani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Khalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni Made Esti Nurmani"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI BESAR

TERHADAP PERKEMBANGAN PERUMAHAN

DI KABUPATEN TANGERANG

(Studi Kasus : Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa)

Khalid Fikri Fiddien

Indarti Komala Dewi Ni Made Esti Nurmani

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Pakuan

e-mail: kfiddien@gmail.com

Kawasan industri besar memberikan pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hunian di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa pada tahun 2005 dan tahun 2013, mengetahui perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa pada tahun 2005 dan 2013 serta mengetahui pengaruh kegiatan industri terhadap perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Penelitian ini menggunakan analisa Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisa deskiptif. Analisa SIG dilakukan dengan teknik overlay atau tumpang tindih peta, data yang digunakan adalah peta penggunaan lahan tahun 2005 dan tahun 2013. Analisa deskriptif adalah hasil jawaban berdasarkan kuesioner yang ditabulasikan dengan metode deskirptif dengan teknik cross tabulation atau tabulasi silang yang didukung dengan analisa SIG.Berdasarkan hasil analisa SIG perkembangan industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa tahun 2005 dan tahun 2013 adalah sebesar 840,88 Ha atau 6,5% dari luas keseluruhan Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa sedangkan perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa tahun 2005 dan tahun 2013 adalah sebesar 861,80 Ha atau 6,7% dari luas keseluruhan Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Pengaruh kegiatan industri besar terhadap perkembangan perumahan adalah luas penggunaan lahan untuk perumahan secara spasial bertambah. Perkembangan perumahan didominasi oleh perumahan swadaya dengan luas sebesar 521,65 Ha atau 4% dari luas keseluruhan wilayah Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Sedangkan perkembangan perumahan developer tahun 2005 dan 2013 adalah 117,12 Ha atau 2,7% dari luas keseluruhan wilayah Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Pola persebaran industri dan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa mengikuti pekembangan industri.

Kata Kunci : Industri, Perumahan dan Pola Persebaran.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu Kabupaten yang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam pembangunannya. Salah satu penyebabnya adalah letak wilayahnya yang merupakan kawasan hinterland dari Ibu Kota Jakarta, letaknya yang strategis ini membuat Kabupaten Tangerang menjadi salah satu Kabupaten tujuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bentuk kebutuhan yang dapat dipenuhi di Kabupaten Tangerang adalah kebutuhan akan lapangan kerja. Keberadaan kawasan industri memberikan berbagai trend positif bagi kemajuan kesejahteraan masyarakat lokal maupun masyakat pendatang. Dengan tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat, aktivitas dan perkembangan wilayah, maka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal maupun masyarakat

pendatang akan tercapai. Kegiatan industri yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tangerang tentunya berpengaruh pada perubahan penggunaan lahan. Bentuk perubahan yang terjadi adalah adanya perubahan penggunaan lahan sektor agraris menjadi industri yang sangat signifikan di Kabupaten Tangerang.

Salah satu kawasan industri yang memberikan pengaruh besar terhadap perubahan penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Tangerang adalah di kawasan industri besar yang berada di Kecamatan Balaraja, Cikupa, dan Tigaraksa. Perkembangan industri besar di 3 (tiga) Kecamatan tersebut dari masa-kemasa telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan dan perubahan berbagai kegiatan masyarakat khususnya di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Sebagai kawasan industri, berbagai kegiatan pun ikut tumbuh, antara lain adalah munculnya peluang bisnis untuk

(2)

masyarakat pemilik modal untuk membangun rumah-rumah kontrakan disekitar kawasan industri atau didekat perusahaan industri.

Perencanaan kawasan industri yang tidak komperhensif dengan perencanaan penataan ruang yang buruk akan menimbulkan masalah-masalah penataan ruang. Selain itu, arus urbanisasi dan keterbatasan ketersediaan fasilitas tempat tinggal/hunian mendorong tenaga kerja untuk bertempat tinggal didekat kawasan industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa dengan pola tinggal yang tidak terencana dan sporadis. Hal ini, menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, kesehatan kota dan produktifitas kegiatan industri itu sendiri. Oleh karena itu penyediaan fasilitas hunian sangat diperlukan untuk menciptakan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perkembangan industri Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa pada tahun 2005 dan 2013.

2. Mengetahui perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa pada tahun 2005 dan 2013.

3. Mengetahui pengaruh kegiatan industri besar terhadap perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian dan Pengelompokan Industri

Menurut UU RI No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi.

Menurut Hendro (2000, dalam Abdullah 2010:35) Industri merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau sistem mata pencaharian dan merupakan suatu usaha manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Sedangkan zona Industri adalah merupakan bentangan lahan yang diperuntukan

bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah atau Kota yang bersangtkutan.

Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri. Perusahaan Industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang usaha Industri di wilayah Indonesia. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Menurut International Standar of Industrial Classification (ISIC) pengklasifikasian industri adalah berdasarkan pengorganisasian industri yang terdiri atas : a. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki

ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal).

b. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala regional).

c. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional.

2.2. Dampak Industri Terhadap

Perkembangan Perumahan

Soemarwoto (2003: 183) dan Kristanto (2004: 300) menjelaskan dampak dari pembangunan industri berdampak langsung pada lahan melalui tahap persiapan, berupa kenaikan kepadatan penduduk, penurunan produksi pertanian, penggusuran penduduk, dan konstruksi prasarana dan kompleks industri.

Alih fungsi lahan adalah sebuah mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran terhadap lahan dan menghasilkan kelembagaan lahan baru dengan karakteristik sistem produksi yang berbeda. (Nugroho, 2004: 155).

Secara garis besar, alih fungsi lahan dapat berjalan secara sistematis dan sporadis. Peralihan secara sistematis memuat karakter perencanaan dan keinginan publik sehingga luasan lahan hasil

(3)

peralihan lebih terkendali dan terkonsolidasi dalam kerangka perencanaan tata ruang. Mekanisme ini terlihat dalam pembangunan kawasan industri, pemukiman, dan sarana infrastrukturnya. Peralihan secara sporadis memuat karakter lebih individual atau oleh sekelompok masyarakat sehingga luasan hasil peralihan tidak dapat diprediksi dan menyebar tidak terkonsolidasi (Nugroho, 2004: 155).

Adapun dampak industri terhadap perkembangan perumahan memiliki dua dampak yaitu dampak perkembangan perumahan secara positif dan perkembangan negatif. Perkembangan negatif dari pengaruh kegiatan industri adalah munculnya perumahan-perumahan kumuh di zona industri.

2.3. Pengertian Perumahan dan Sarana Prasarana Perumahan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, menyebutkan bahwa perumahan dan kawasan permukiman adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan berpeningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan sistem pembiayaan serta peram masyarakat.

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Daerah perumahan harus disediakan saran-sarana seperti pendidikan, kesehatan, peribatan, perdagangan dan jasa, rekreasi dan lainnya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan penduduk yaitu sebagai berikut (Nathan Jimbro, 2010): a. Sarana pendidikan.

b. Sarana perdagangan dan jasa.

c. Sarana olahraga dan ruang terbuka hijau. d. Jalur hijau.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini terdapat di 3 (tiga) Kecamatan yang termasuk kawasan industri Kabupaten Tangerang yaitu

Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Latar belakang penetapan ruang lingkup wilayah studi adalah ketentuan RTRW Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031 dan perkembangan industri yang secara fisik lebih pesat dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Tangerang. Untuk lebih jelasnya mengenai ruang lingkup wilayah dapat dilihat pada Gambar 1.

Lingkup pembahasan materi pada kegiatan penelitian ini dibatasi pada pembahasan sebagai berikut :

1. Jenis industri dalam penelitian ini adalah industri besar.

2. Kawasan industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah zone industri yang berada di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa.

3. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer : pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara, dokumentasi dan penyebaran quesioner kepada masyarakat di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tiagaraksa Kabupaten Tangerang.

2. Data Sekunder : Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan mencari data dari instansi terkait, baik instansi pemerintahan maupun instansi swasta.

3. Metode Pengambilan Sample Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode random sampling (Sugiarto dalam Gunawan 2014) dengan rumus sebagai berikut :

(4)

Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengembilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan peneliti dapat didekati. kategori sample adalah sebagai berikut :

1. Tenaga kerja industri 2. Mayarakat

3. Pengelola industri

4. Pemerintah Kabupaten Tangerang

3.3. Metode Analisa

Dalam penelitian ini analisa yang digunakan adalah analisa Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan teknik Overlay untuk mengetahui perkembangan industri dan perkembangan perumahan di Kabupaten Tangerang secara spasial.

Overlay adalah analisa spasial yang mengombinasikan dua layer tematik yang menjadi masukannya. Dengan menggunakan metode Overlay, kedua layer yang digabungkan akan menghasilkan layer baru berdasarkan informasi masukannya. Secara umum, teknis mengenai analisa ini terbagi ke dalam format datanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Sedangkan untuk mengetahui pengaruh indusri terhadap perkembangan perumahan analisa data deskriptif yang didasari untuk mengetahui keadaaan sesuatu yang bersifat kualitatif dengan penafsiran persentase data kualitatif melalui metode pengumpulan data yakni berupa angket (kuesioner).

Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel, ringkasan statistik (mean, median, modus, standar deviasi, etc), distribusi, dan representasi bergambar (grafik), tanpa rumus probabilistik apapun

(Walpole, 1993; Correa-Prisant, 2000; Dodge, 2006).

Crosstabs atau tabulasi silang digunakan untuk memperoleh jumlah pada nilai-nilai lebih dari satu variabel. Apabila analisis statistik deskriptif sebelumnya mengolah data secara keseluruhan dalam setiap variabel dengan menghitung perhitungan statistik seperti mean, standar deviasi, kurtosis, dan lainnya.

4. ANALISA PENGARUH KEGIATAN

INDUSTRI BESAR TERHADAP

PERKEMBANGAN PERUMAHAN DI KABUPATEN TANGERANG

4.1. Identifikasi Perkembangan Industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa Tahun 2005 dan 2013

a. Analisa Perkembangan Industri Tahun 2005 dan 2013

Berdasarkan hasil analisa SIG perkembangan industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa adalah sebesar 840,88 Ha. Perkembangan industri terbesar terdapat di Kecamatan Cikupa dengan luas perkembangan industri sebesar 512,29 Ha, disusul oleh Kecamatan Balaraja dengan luas perkembangan industri sebesar 251,18 Ha, dan Kecamatan Tigaraksa dengan luas perkembangan industri sebesar 76,42 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan industri di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3.

Tabel 1

Luas Perkembangan Industri Tahun 2005 dan 2013 No. Kecamatan Luas Lahan Tahun 2005 (Ha) Luas Lahan Tahun 2013 (Ha) Luas Perkembangan Lahan (Ha) 1. Balaraja 214,61 465,75 252,18 2. Cikupa 728,57 1233,73 512,29 3. Tigaraksa 58,82 134,88 76,42 Jumlah 1002,25 1834,36 840,88

Sumber : Hasil Analisa 2014

Gambar 2 : Analisa Overlay

(5)

Perkembangan industri yang terjadi di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa sudah sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031 pasal 53 huruf (a) menyebutkan bahwa, kawasan industri besar dikembangkan di Kecamatan Pasar Kemis, Cikupa, Jambe, Tigaraksa, Sepatan, dan Balaraja.

b. Perubahan Penggunaan Lahan Industri

Berdasarkan hasil analisa SIG, perubahan penggunaan lahan menjadi industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa adalah sebesar 840,88 Ha. Perubahan lahan terbesar menurut jenis penggunaan lahan adalah tegalan menjadi industri, dengan luas sebesar 402,03 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 4.

Tabel 2

Perubahan Penggunaan Lahan Industri Tahun 2005 dan 2013 No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Keterangan Tahun 2005 Tahun 2013

1. Perkebunan Industri 24,62 Berubah 2. Perumahan Industri 225,04 Berubah 3. RTH Industri 88,95 Berubah 4. Sawah Industri 100,24 Berubah 5. Tegalan Industri 402,03 Berubah Jumlah 840,88 Berubah Sumber : Hasil Analisa 2014

4.2. Identifikasi Perkembangan Perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa Tahun 2005 dan 2013

a. Analisa Perkembangan Industri Tahun 2005 dan 2013

Secara keseluruhan perkembangan perumahan tahun 2005 dan 2013 terjadi di seluruh wilayah di Kecamatan Balaraja, Cikupa

dan Tigaraksa. Berdasarkan hasil analisa SIG perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa adalah sebesar 861,80 Ha. Perkembangan industri terbesar terdapat di Kecamatan Cikupa dengan luas perkembangan perumahan sebesar 496,78 Ha, disusul oleh Kecamatan Tigaraksa dengan luas perkembangan perumahan sebesar 232,22 Ha, dan Kecamatan Balaraja dengan luas perkembangan perumahan sebesar 132,80 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 5.

Tabel 3

Luas Perkembangan Perumahan Tahun 2005 dan 2013 No. Kecamatan Luas Lahan Tahun 2005 (Ha) Luas Lahan Tahun 2013 (Ha) Luas Perkembangan Lahan (Ha) 1. Balaraja 659,71 765,41 132,80 2. Cikupa 1.324,89 1.625,12 496,78 3. Tigaraksa 933,17 1.164,29 232,22 Jumlah 2.917,73 3.554,83 861,80 Sumber : Hasil Analisa 2014

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031 pasal 55 huruf (a) menyebutkan bahwa permukiman perkotaan dengan kepadatan tinggi dengan luas kurang lebih 27.937 Ha meliputi 20 Kecamatan. Salah satu permukiman perkotaan dengan kepadatan tinggi adalah Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa yang merupakan Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Oleh karena itu perkembangan perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa sudah sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Tangerang.

Gambar 4 : Peta Perubahan Lahan Industri Tahun 2005 dan 2013

(6)

b. Perubahan Penggunaan Lahan Perumahan

Berdasarkan hasil analisa SIG, perubahan penggunaan lahan menjadi perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa adalah sebesar 861,80 Ha. Sedangkan akibat perkembangan industri pula terjadi pengurangan lahan perumahan sebesar 225,04 Ha. Perubahan lahan terbesar adalah RTH menjadi perumahan, dengan luas sebesar 322,32 Ha. Sedangkan perubahan penggunaan lahan terkecil adalah danau/kolam menjadi perumahan sebesar 12,72 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 5 dan Gambar 6.

Tabel 4

Perubahan Penggunaan Lahan Perumahan Tahun 2005 dan 2013

No.

Jenis Penggunaan Lahan Luas

(Ha) Keterangan Tahun 2005 Tahun

2013

1. Danau/Kolam Perumahan 8,76 Bertambah 2. Industri Perumahan 12,72 Bertambah 3. Perkebunan Perumahan 49,72 Bertambah 4. RTH Perumahan 322,32 Bertambah 5. Sawah Perumahan 258,16 Bertambah 6. Tegalan Perumahan 210,11 Bertambah Jumlah 861,80 Bertambah Sumber : Hasil Analisa 2014

4.3. Identifikasi Pengaruh Kegiatan Industri

Besar Terhadap Perkembangan

Perumahan di Kabupaten Tangerang

a. Pengaruh Terhadap Perkembangan Luas Perumahan dan Jenis Perumahan

Berdasarkan hasil analisa spasial, perkembangan perumahan pada tahun 2005 dan 2013 adalah sebesar 861,80 Ha atau 6,7% dari luas keseluruhan Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Sementara trend perkembangan perumahan tahun 2005 dan 2013 didominasi oleh

perumahan swadaya dengan luas luas perkembangan 521,65 Ha atau 4% dari luas keseluruhan wilayah. Sedangkan perkembangan perumahan developer tahun 2005 dan 2013 adalah 117,12 Ha atau 2,7% dari luas keseluruhan wilayah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6

Luas dan Jenis Perkembangan Perumahan

No .

Jenis Perumahan

Luas Penggunaan

Lahan (Ha) Luas

Perkembangan (Ha) (%) Tahun 2005 Tahun 2013 1. Perumahan Swadaya 2535,16 3056,81 521,65 4,0 2. Perumahan Developer 384,35 501,47 117,12 2,7 Jumlah 2917,73 3554,83 861,8 6,7

Sumber : Hasil Analisa 2014

Hal ini menunjukan bahwa perumahan swadaya atau perumahan yang didirikan atas prakarsa masyarakat lebih berkembang dibandingkan perumahan developer, perkembangan industri menyebabkan arus urbanisasi yang tinggi di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa.

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tangerang, jumlah perusahaan industri Tahun 2013 adalah 3079 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 210.254 jiwa. Dengan adanya pendatang maka kebutuhan akan perumahan akan meningkat dan berdampak pada terjadinya pembangunan kontrakan oleh masyarakat pemilik modal untuk membangun kontrakan disekitar zona industri.

Berdasarkan analisa, maka diperoleh informasi bahwa lama kontrakan berdiri 1-5 tahun dengan jumlah responden 18 unit berlokasi di Kecamatan Balaraja 17%, Kecamatan Cikupa 56%, dan Kecamatan Tigaraksa 28%. Lama kontrakan berdiri 6-10 tahun responden 38 unit berlokasi di Kecamatan Balaraja 39%, Kecamatan Cikupa 34%, dan Kecamatan Tigaraksa 26%. Lama kontrakan yang berdiri 11-15 tahun dengan jumlah responden 31 jiwa berlokasi di Kecamatan Balaraja 55%, Kecamatan Cikupa 26% dan Kecamatan Tigaraksa 19%. Lama kontrakan yang berdiri 16-20 tahun dengan jumlah responden 10 jiwa berlokasi di Kecamatan Balaraja 60%, Kecamatan Cikupa 30% dan Kecamatan Tigaraksa 10% sedangkan lama kontrakan yang berdiri lebih dari 20 tahun dengan jumlah persentase 3 jiwa berlokasi di Kecamatan Balaraja 100%. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 7.

Gambar 6 : Peta Perubahan Penggunaan Lahan Perumahan Tahun 2005 dan 2013

(7)

Tabel 7

Lama Kontrakan Berdiri dengan Lokasi Kontarakan

Lama Kontarakan

Berdiri

Lokasi Kontrakan (Kecamatan)

Balaraja Cikupa Tigaraksa

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 - 5 tahun 3 17 10 56 5 28

6 - 10 tahun 15 39 13 34 10 26

11 - 15 tahun 17 55 8 26 6 19

16 - 20 tahun 6 60 3 30 1 10

> 20 tahun 3 100 0 0 0 0

Sumber : Hasil Analisa 2014

Hal ini menunjukan bahwa, perkembangan perumahan marak terjadi pada 6-10 tahun yang lalu. Keberadaan industri dan perkembangannya merupakan daya tarik dan peluang bisnis bagi masyarakat pemilik modal untuk membuat usaha kontrakan dan membantu para tenaga kerja dalam pemenuhan kebutuhan hunian.

Berdasarkan hasil analisa maka diperoleh informasi lama kontrakan berdiri dari 1-5 tahun dengan jumlah responden 18 jiwa dengan keadaan lahan sebelumnya berupa lahan kosong sebesar 50%, Kebun sebesar 22%, lainnya 28%. Lama kontrakan berdiri dar 6-10 tahun dengan jumlah responden 38 jiwa dengan keadaan lahan sebelumnya berupa lahan kosong sebesar 55%, kebun 18%, dan lainnya 26%. Lama kontrakan berdiri dari 11-15 tahun dengan jumlah responden 31 jiwa dengan keadaan sebelumnya berupa lahan kosong 39%, kebun 32%, dan lainnya 39%. Lama kontrakan berdiri dari 16-20 tahun dengan jumlah responden 10 jiwa dengan keadaan sebelumnya berupa lahan kosong sebesar 90% dan lainnya sebesar 10%. Sedangkan lama kontrakan berdiri lebih dari 20 tahun dengan jumlah responden 3 jiwa dengan keadaan lahan sebelumnya berupa lahan kosong sebesar 33% dan kebun sebesar 67%. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 8.

Tabel 8

Lama Kontrakan Berdiri dengan Keadaan Lahan Sebelumnya

Lama Kontrakan

Berdiri

Keadaan Lahan Sebelumnya

Lahan Kosong Kebun Lainnya

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 - 5 tahun 9 50 4 22 5 28

6 - 10 tahun 21 55 7 18 10 26

11 - 15 tahun 12 39 10 32 9 29

16 - 20 tahun 9 90 0 0 1 10

> 20 tahun 1 33 2 67 0 0

Sumber : Hasil Analisa 2014

Hal ini menunjukan bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Perkembangan industri membuka peluang bisnis bagi masyarakat pemilik modal untuk menginvestasikan uangnya dan membangun kontrakan. Disisi lain, munculnya kontrakan-kontrakan tersebut sedikit banyak membantu pada tenaga kerja industri khususnya para pendatang untuk memenuhi kebutuhannya berupa hunian.

Berdasarkan hasil analisa, maka diperoleh informasi bahwa perusahaan industri yang berdiri dari 6-10 tahun dengan jumlah responden 1 unit berlokasi di Kecamatan Balaraja. Perusahaan industri yang berdiri 11-15 tahun dengan jumlah responden 2 unit berlokasi di Kecamatan Balaraja sebesar 50%, dan Kecamatan Cikupa sebesar 50%. Sedangkan perusahaan industri yang berdiri dari 16-20 tahun dengan jumlah responden 7 unit berlokasi di Kecamatan Balaraja sebesar 57%, Kecamatan Cikupa 29% dan Kecamatan Tigaraksa 14%. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 9.

Tabel 9

Lama Industri Berdiri dengan Lokasi Industri

Lama Industri

Berdiri

Lokasi Industri (Kecamatan)

Balaraja Cikupa Tigaraksa

Jumla

h % Jumlah % Jumlah %

6 - 10 tahun 1 100 0 0 0 0

11 - 15 tahun 1 50 1 50 0 0

16 - 20 tahun 4 57 2 29 1 14

Sumber : Hasil Analisa 2014

Hal ini menunjukan bahwa kegiatan industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa didominasi oleh perusahaan industri yang sudah berdiri dari 16-20 tahun. Perusahaan industri tersebut merupakan perusahaan yang dapat bertahan dalam keadaan ekonomi yang tidak stabil, hal ini tidak terlepas dari managerial perusahaan industri yang baik (Bonavite).

b. Pengaruh Industri Terhadap Pola Persebaran Perumahan

Berdasarkan hasil analisa SIG, pola penggunaan lahan industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa mengikuti koridor jalan raya Serang yang merupakan jalan utama atau jalan arteri. Selain itu jalan utama atau jalan arteri tersebut sudah terintegrasi oleh jalan tol. Hal ini merupakan faktor pendukung perkembangan industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa. Penempatan lokasi industri yang dekat dengan jalan membuat

(8)

industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa dapat menekan biaya distribusi hasil produksi (weight lossing).

Dengan berkembangnya industri disepanjang jalan arteri maka pola persebaran perumahan pun mengikuti arah perkembangan industri. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan industri berpengaruh terhadap pola persebaran perumahan di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa, kecenderungan tenaga kerja industri yang memilih bertempat tinggal di dekat zona industri di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa menjadi penyebab terbentuknya pola perumahan yang berada di dekat zona industri. Sedangkan wilayah selatannya lebih dikembangkan untuk pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yaitu Kecamatan Tigaraksa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Berdasarkan hasil analisa maka diperoleh informasi bahwa, tenaga kerja industri yang bekerja dan bertempat tinggal di Kecamatan Cikupa persentasenya 67%, disusul oleh kriteria bekerja dan bertempat tinggal di Kecamatan Balaraja persentasenya 22% dan kriteria bekerja dan bertempat tinggal di Kecamatan Tigaraksa persentasenya 11%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10

Tempat Bekerja dengan Tempat Tinggal

Tempat Bekerja

Tempat Tinggal (Kecamatan)

Balaraja Cikupa Tigaraksa

Juml ah % Juml ah % Juml ah % Balaraja 22 100 0 0 0 0 Cikupa 0 0 67 100 0 0 Tigaraksa 0 0 0 0 11 100

Sumber : Hasil Analisa 2014

Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja di Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa lebih memilih bertempat tinggal di dekat lokasi industri dimana mereka bekerja karena dinilai dapat menghemat biaya.

Berdasarkan hasil analisa, tenaga kerja industri kriteria dekat tempat kerja dengan jarak kurang dari 5 Km adalah 57%, kriteria jarak sedang dengan jarak 5 Km adalah 42%, kriteria jauh dari tempat kerja dengan jarak lebih dari 5 Km adalah 1%. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 11.

Tabel 11

Pertimbangan Tempat Tinggal dengan Jarak Tempat Kerja

Pertimbangan Tempat Tinggal

Jarak Tempat Bekerja Kurang dari 5 KM 5 KM Lebih dari 5 KM Jumla h % Jumla h % Jumla h %

Dekat tempat kerja 57 57 0 0 0 0

Jaraknya sedang 0 0 42 42 0 0

Jauh dari tempat

kerja 0 0 0 0 1 1

Sumber : Hasil Analisa 2014

Berdasarkan hasil analisa, maka diperoleh informasi bahwa tenaga kerja yang bekerja di Kecamatan Balaraja dengan jumlah responden 22 jiwa berbanding alasan tinggal akses mudah memiliki persentase 91%, alasan harga sewa rumah murah memiliki persentase 4,5%, kriteria mudah mendapatkan tempat tinggal memiliki persentase 4,5%. Tenaga kerja yang bekerja di Kecamatan Cikupa dengan jumlah responden 67 jiwa berbanding alasan tinggal akses mudah memiliki persentase 91%, harga sewa rumah murah memiliki persentase 3% dan alasan mudah mendapatkan tempat tinggal memiliki persentase 6%. Tenaga kerja yang bekerja di Tigaraksa dengan jumlah responden 11 jiwa berbanding alasan tempat tinggal akses mudah memiliki persentase 73% dan mudah mendapatkan tempat tinggal memiliki persentase 27%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12

Berdasarkan Tempat Tinggal dengan Alasan Tempat Tinggal

Tempat Bekerja

Alasan Bertempat Tinggal

Akses Mudah Harga Sewa

Murah

Mudah Mendapatkan Tempat Tinggal

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Balaraja 20 91 1 5 1 5

Cikupa 61 91 2 3 4 6

Tigaraksa 8 73 0 0 3 27

Sumber : Hasil Analisa 2014

Alasan tenaga kerja industri menjawab akses mudah dikarenakan Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa dilewati oleh jalan arteri primer dan jalan tol yang dapat diakses melalui pintu tol Balaraja Barat, pintu tol Balaraja Timur, pintu tol Pasar Kemis dan pintu tol Bitung.

(9)

Selain itu, ketersediaan moda transportasi yang baik sangat mendukung tenaga kerja industri dalam melakukan kegiatan terkait dengan pekerjaan yang mereka geluti, tenaga kerja industri dapat menggunakan moda transportasi yang tersedia. Untuk lebih jelasnya mengenai moda transportasi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kode dan Rute Trayek

No. Kode

Trayek Rute

1. A.02 Balaraja – Cimone 2. A.07 Curug – Bitung – Balaraja 3. A.09 Balaraja – Cibadak – Tigaraksa –

Daru

4. E.01 Balaraja – Cikande – Gintung 5. E.04 Balaraja – Cisoka

4. E.05 Balaraja – Cikupa – Pasar Kemis 5. G.07 Kota Bumi – Bitung – Cikupa – Balaraja Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Tangerang

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa trayek-trayek tersebut melewati rute kawasan industri. Hal ini merupakan suatu keuntungan bagi pihak pengusaha industri maupun tenaga kerja industri itu sendiri. Bila ditelaah lebih dalam keuntungan untuk tenaga kerja industri adalah kemudahan mengakses jalan dan kemudahan mendapatkan moda transportasi sehingga dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efektif. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana transportasi dapat dilihat pada Gambar 8.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Perkembangan industri tahun 2005 dan 2013 adalah sebesar 840,88 Ha atau 6,5% dari luas wilayah studi. Perkembangan perumahan tahun 2005 dan 2013 adalah sebesar 861,80 Ha atau 6,7% dari luas wilayah studi. Pengaruh

kegiatan industri besar terhadap perkembangan perumahan adalah luas penggunaan lahan untuk perumahan secara spasial bertambah. Perkembangan perumahan tahun 2005 dan 2013 didominasi oleh perumahan swadaya dengan luas 521,65 Ha dan perumahan developer dengan luas117,12 Ha. Pola persebaran industri dan perumahan mengikuti jalan arteri. Sementara kemampuan tenaga kerja yang terbatas menyebabkan ketidakmampuan untuk mendapatkan rumah yang layak sehingga terjadi perumahan kumuh disekitar zona industri.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisa perumahan yang disarankan adalah rumah susun sederhana sewa (RUSUNAWA). Pengembangan tersebut sebaiknya lebih banyak diarahkan ke selatan yakni Kecamatan Tigaraksa, karena berdasarkan RTRW Kecamatan Tigaraksa diarahkan untuk permukiman padat selain itu ketersediaan lahan memungkinkan untuk membangun rumah susun sederhana sewa (RUSUNAWA). Luas lahan pembangunan RUSUNAWA berdasarkan standar dan ketentuan dari Kementerian Pekerjaan Umum yaitu luas lahan bangunan RUSUNAWA 50m² x 100m² =5000 m² dengan luas satuan unit 24m². Harga sewa Rp 300.000-Rp 400.000 sesuai dengan kemampuan ekonomi tenaga kerja di Kabupaten Tangerang. Untuk mendukung pembangunan tersebut, maka harus dilengkapi oleh sarana berupa akses jalan dan fasilitas transportasi berupa angkutan umum.

DAFTAR PUSTAKA

[1] [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang. 2011. Rencana Tata Ruang Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2013. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011.

[2] Abdullah. 2010. Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan Di Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. [Tesis]. Semarang : Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

[3] UU RI No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

[4] Undang-Undang No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman [5] Gunawan. 2014. Identifikasi Wisata Kuliner

Kota Bogor. [Tugas Akhir]. Bogor : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pakuan.

(10)

[6] Nurmani, Ni Made Esti. 2007. Keterkaitan Pajak Lahan Dengan Penggunaan Lahan (Studi Kasus : Kecamatan Cibinong, dan Cileungsi Kabupaten Bogor). [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

[7] [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. 2014. Tangerang. Tangerang Dalam Angka Tahun 2013, Kecamatan Balaraja Dalam Angka Tahun 2010-2013, Kecamatan Cikupa Dalam Angka Tahun 2010-2013, Kecamatan Tigaraksa Dalam Angka Tahun 2010-2013, Statistik Dearah Kecamatan Balaraja Tahun 2013, Statisk Daerah Kecamatan Cikupa Tahun 2013, Statistik Daerah Kecamatan Tigaraksa Tahun 2013.

[8] [Disnakertran] Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Tangerang. 2014. Tangerang. Data Perusahaan dan Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

[9] [Dishubkominfo] Dinas Perhubungan dan Komunikasi Informasi Kabupaten Tangerang. 2014. Tangerang. Data Trayek dan Anguktan Kabupaten Tangerang. [10] (Walpole, 1993; Correa-Prisant, 2000;

Dodge, 2006).

PENULIS :

1. Khalid Fikri Fiddien, S.T. (Alumni) 2014 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak.

2. Dr. Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si, Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak.

3. Ir. Ni Made Esti Nurmani, M.Si, Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak.

Gambar

Gambar 1 : Peta Ruang Lingkup Wilayah Penetiltian
Gambar 2 : Analisa Overlay
Gambar 4 : Peta Perubahan Lahan Industri Tahun 2005 dan 2013
Gambar 7 : Peta Pola Persebaran Industri dan Perumahan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu asas penting yang wajib diperhatikan adalah bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut

Semua setelan akan dihapus ketika Anda melakukan jenis reset ini, yang terkadang diperlukan jika Anda ingin menyetel ulang jam atau alarm atau menghapus informasi penyandingan di

Puji Syukur tak terhingga penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis sehingga

Ketidakbermaknaan korelasi tingkat gejala adiksi internet dengan aktivitas yang dilakukan jika tidak tersedia dana, dapat dijelaskan karena sebagian besar

Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a bersama V Alat/Bahan/Sumber Belajar:.. A Kerja logam,

Semasa pemain daripada pasukan lawan yang dibenarkan berada dalam kawasan itu membuat hantaran percuma, bola tidak boleh dibaling melebihi kawasan gelanggang

Infrastruktur yang ada pada organisasi/perusahaan, telah mencakup lapisan transport yang merupakan lapisan yang menyediakan kemampuan jaringan/networking dan

Dengan ini penulis akan mencoba merancang, membuat serta mengimplementasikan sistem pengambilan keputusan ke dalam bentuk yang terkomputerisasi yaitu dalam bentuk