• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PUSAT STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN PUSAT STATISTIK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009

P

P

ER

E

RT

TU

UM

MB

BU

UH

HA

AN

N

E

E

KO

K

O

NO

N

OM

MI

I

I

I

ND

N

DO

ON

NE

ES

SI

IA

A

T

T

RI

R

IW

WU

UL

LA

AN

N

I

I

I

I

-

-

2

2

0

0

0

0

9

9

 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2009 mencapai 2,3 persen dibanding triwulan I-2009 (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 mengalami pertumbuhan 4,0 persen (y-on-y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2009 dibandingkan dengan semester I-2008 tumbuh sebesar 4,2 persen.

 Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2009 mencapai Rp1.365,5 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama adalah Rp540,1 triliun.  Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

8,1 persen, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 4,7 persen dan Sektor Pertanian 3,5 persen. Sementara untuk pertumbuhan (y-on-y) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 17,5 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air bersih 15,4 persen dan Sektor Jasa-jasa 7,4 persen.  Struktur PDB triwulan II-2009 masih didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian

dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masing-masing memberikan kontribusi sebesar 26,6 persen, 15,6 persen dan 13,3 persen.

 Pertumbuhan PDB pada triwulan II-2009 dibandingkan dengan triwulan I-2009 (q-to-q) sebesar 2,3 persen ditopang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat sebesar 0,2 persen, sementara pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat 23,7 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,4 persen, ekspor barang dan jasa 7,4 persen, serta impor barang dan jasa 7,8 persen.  Dibandingkan dengan triwulan II-2008 (y-on-y), pertumbuhan ekonomi tumbuh 4,0 persen didukung

pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat 4,8 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 17,0 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,7 persen. Namun, lain halnya dengan ekspor dan impor barang dan jasa yang menurun masing-masing sebesar 15,7 persen, serta impor barang dan jasa 23,9 persen.

 Pertumbuhan ekonomi semester I-2009 terhadap semester I-2008 (c-to-c) sebesar 4,2 persen. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,4 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 18,0 persen, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 3,0 persen, sedangkan ekspor dan impor tumbuh negatif masing-masing 17,2 persen dan 24,9 persen

 Struktur perekonomian Indonesia secara spasial masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,8 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,4 persen, Pulau Kalimantan 9,4 persen, dan Pulau Sulawesi

(2)

I. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2009

Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh perkembangan PDB atas dasar harga konstan 2000, pada triwulan II-2009 meningkat sebesar 2,3 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan ini terjadi pada semua sektor ekonomi.

Sektor Pertanian pada triwulan II-2009 tumbuh 3,5 persen, setelah pada triwulan I-2009 meningkat cukup tajam sebesar 19,7 persen. Pertumbuhan triwulan II didorong oleh Subsektor Tanaman Perkebunan yang bersifat musiman yaitu tumbuh sebesar 60,6 persen, kemudian Subsektor Kehutanan tumbuh sebesar 19,9 persen, Subsektor Perikanan tumbuh sebesar 7,0 persen dan Subsektor Peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 0,9 persen. Sementara pada Subsektor Tanaman Bahan Makanan terjadi penurunan sebesar 8,8 persen.

Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan II ini meningkat sebesar 0,8 persen di mana Subsektor Minyak dan Gas Bumi mengalami penurunan sebesar 1,3 persen, Subsektor Pertambangan Bukan Migas tumbuh sebesar 3,6 persen dan Subsektor Penggalian tumbuh sebesar 2,3 persen. Sektor Industri Pengolahan tumbuh 1,4 persen, bersumber dari kenaikan Subsektor Industri Pengolahan Bukan Migas yaitu sebesar 1,6 persen, sedangkan Subsektor Industri Pengolahan Migas justru mengalami penurunan sebesar 0,3 persen. Selanjutnya Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih meningkat 8,1 persen, Sektor Konstruksi 2,4 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,7 persen, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 4,7 persen, dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 0,6 persen, serta Sektor Jasa-jasa 3,1 persen.

PDB Indonesia pada triwulan II-2009 bila dibandingkan dengan triwulan II-2008 mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi faktor musim (y-on-y). Secara total PDB Indonesia meningkat sebesar 4,0 persen. Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian meningkat masing-masing sebesar 2,4 persen, Sektor Industri Pengolahan 1,5 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 15,4 persen, Sektor Konstruksi 6,4 persen, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 17,5 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,3 persen, serta Sektor Jasa-jasa 7,4 persen. Sedangkan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami penurunan sebesar 0,1 persen.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2009 (y-on-y) dengan kontribusi sebesar 1,4 persen disusul oleh Sektor Jasa-jasa 0,7 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 0,5 persen, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Konstruksi masing-masing 0,4 persen, Sektor Pertanian 0,3 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 0,2 persen serta Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 0,1 persen.

(3)

Tabel 1

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen) Lapangan Usaha Triw I-2009 Terhadap Triw IV-2008 Triw II-2009 Terhadap Triw I-2009 Triw I2009 Terhadap Triw I-2008 Triw II-2009 Terhadap Triw II-2008 Semester I-2009 Terhadap Semester I-2008 Sumber Pertumbuhan Triw II (y-on-y) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan 19,7 3,5 5,2 2,4 3,7 0,3 2. Pertambangan dan Penggalian -0,2 0,8 2,4 2,4 2,4 0,2 3. Industri Pengolahan -0,5 1,4 1,5 1,5 1,5 0,4 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 3,6 8,1 11,4 15,4 13,4 0,1 5. Konstruksi -1,3 2,4 6,3 6,4 6,3 0,4 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran -4,8 2,7 0,5 -0,1 0,2 -0,0 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,5 4,7 17,1 17,5 17,3 1,4 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa

Perusahaan 0,8 0,6 6,3 5,3 5,8 0,5 9. Jasa-jasa 1,3 3,1 6,8 7,4 7,1 0,7

PDB 1,7 2,3 4,4 4,0 4,2 4,0 PDB Tanpa Migas 1,9 2,6 4,8 4,4 4,6 -

Selanjutnya PDB Indonesia semester I-2009 dibandingkan dengan semester I-2008 menunjukkan kenaikan sebesar 4,2 persen dan terjadi di semua sektor. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan Sektor Pertanian sebesar 3,7 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 2,4 persen, Sektor Industri Pengolahan 1,5 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 13,4 persen, Sektor Konstruksi 6,3 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,2 persen, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 17,3 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,8 persen serta Sektor Jasa-jasa 7,1 persen.

II. Besaran PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Triwulan I dan II 2009

Pada triwulan I-2009 PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp1.301,8 triliun, kemudian pada triwulan I2009 mencapai Rp1.365,5 triliun. Sedangkan atas dasar harga konstan 2000, PDB triwulan I-2009 mencapai Rp527,7 triliun dan triwulan II-I-2009 adalah Rp540,1 triliun.

Tabel 2

PDB Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (triliun rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha

Triw I-2009 Triw II-2009 Triw I-2009 Triw II-2009

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 203,5 213,5 73,3 75,8

2. Pertambangan dan Penggalian 118,1 120,2 43,4 43,8

3. Industri Pengolahan 355,3 362,8 138,7 140,8

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 11,2 12,1 4,0 4,3

5. Konstruksi 127,0 136,6 33,5 34,3

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 174,2 181,7 87,5 89,9

7. Pengangkutan dan Komunikasi 84,2 87,0 45,5 47,6

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 98,8 99,6 51,5 51,8

9. Jasa-jasa 129,5 152,0 50,3 51,8

PDB 1 301,8 1 365,5 527,7 540,1 PDB Tanpa Migas 1 207,4 1 263,5 492,3 505,1

(4)

Tabel 2 menunjukkan bahwa atas dasar harga berlaku, tiga sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah bruto terbesar pada triwulan II-2009 adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp362,8 triliun atau 26,6 persen terhadap total PDB, Sektor Pertanian sebesar Rp213,5 triliun (15,6 persen), dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp181,7 triliun (13,3 persen). Urutan terbesar berikutnya yaitu: Sektor Jasa-jasa sebesar Rp152,0 triliun (11,1 persen), Sektor Konstruksi Rp136,6 triliun (10,0 persen), Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp120,2 triliun (8,8 persen), Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan sebesar Rp99,6 triliun (7,3 persen), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp87,0 triliun (6,4 persen), dan terakhir paling kecil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar Rp12,1 triliun (0,9 persen).

Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 urutan tiga terbesarnya adalah Sektor Industri Pengolahan Rp140,8 triliun, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Rp89,9 triliun dan Sektor Pertanian Rp75,8 triliun. Sedangkan urutan enam sektor lainnya yaitu Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Rp51,8 triliun, Sektor Jasa-jasa Rp51,8 triliun, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rp47,6 triliun, Sektor Pertambangan dan Penggalian Rp43,8 triliun, Sektor Konstruksi Rp34,3 triliun, dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Rp4,3 triliun.

III. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008-2009

Seperti telah disebutkan sebelumnya, lebih dari separuh PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2009 berasal dari tiga sektor terbesar yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Masing-masing sektor ini memberikan kontribusi 26,6 persen, 15,6 persen dan 13,3 persen terhadap PDB. Peranan Sektor Konstruksi dan Jasa-jasa pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,7 persen dan 9,9 persen.

Tabel 3

Struktur PDB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008-2009 (persen)

2008 2009

Lapangan Usaha

Triw I Triw II Triw I Triw II

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 14,5 14,5 15,6 15,6

2. Pertambangan dan Penggalian 11,4 11,8 9,1 8,8

3. Industri Pengolahan 27,2 27,2 27,3 26,6

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,8 0,8 0,9 0,9

5. Konstruksi 8,0 8,2 9,7 10,0

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,2 13,8 13,4 13,3

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,4 6,0 6,5 6,4

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,7 7,4 7,6 7,3

9. Jasa-jasa 9,8 10,3 9,9 11,1

PDB 100,0 100,0 100,0 100,0 PDB Tanpa Migas 89,0 88,5 92,8 92,5

(5)

IV. PDB Menurut Penggunaan Triwulan II-2009

PDB menurut penggunaan terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan ekspor-impor. Pengeluaran konsumsi rumah tangga secara riil (atas dasar harga konstan 2000) meningkat sebesar 0,2 persen pada triwulan II-2009 (Rp308,8 triliun) dibandingkan dengan triwulan I-2009 (Rp308,2 triliun). Bila dibandingkan terhadap triwulan II-2008 (y-on-y), konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen dan secara kumulatif (semester I-2009 terhadap semester I-2008) meningkat 5,4 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku sebesar Rp808,4 triliun pada triwulan I-2009 menjadi Rp808,7 triliun pada triwulan II-2009 dengan kontribusi sebesar 59,2 persen.

Pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku sebesar Rp99,9 triliun pada triwulan I-2009 meningkat menjadi Rp135,7 triliun pada triwulan II-I-2009. Sementara pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II-2009 naik sebesar 23,7 persen dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q). Secara y-on-y, konsumsi pemerintah meningkat sebesar 17,0 persen. Demikian pula bila pertumbuhannya ditinjau dari segi kumulatif (c-to-c) mengalami peningkatan sebesar 18,0 persen.

Tabel 4

Laju Pertumbuhan PDB menurut Penggunaan (Persen) Jenis Penggunaan Triw I-2009 Terhadap Triw IV-2008 Triw II-2009 Terhadap Triw I-2009 Triw I-2009 Terhadap Triw I-2008 Triw II-2009 Terhadap Triw II-2008 Semester I-2009 Terhadap Semester I-2008 Sumber Pertumbuhan Triw II (y- on-y) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 0,9 0,2 6,0 4,8 5,4 2,7 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -28,7 23,7 19,2 17,0 18,0 1,3 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -5,4 2,4 3,4 2,7 3,0 0,6 4. Ekspor Barang dan Jasa -16,7 7,4 -18,7 -15,7 -17,2 -8,0 5. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -20,7 7,8 -26,0 -23,9 -24,9 - 9,9

PDB 1,7 2,3 4,4 4,0 4,2 4,0

Pada triwulan II-2009, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp426,7 triliun naik dibanding triwulan I-2009 yang sebesar Rp400,5 triliun. PMTB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II-2009 juga mengalami peningkatan sebesar 2,4 persen bila dibandingkan dengan triwulan I-2009. Peningkatan PMTB atas dasar harga konstan 2000 tersebut terutama terjadi pada alat angkut luar negeri dan lainnya luar negeri. PMTB pada triwulan II-2009 dibanding triwulan yang sama pada tahun 2008 (y-on-y) meningkat sebesar 2,7 persen. Demikian pula secara kumulatif (semester I) menunjukkan peningkatan sebesar 3,0 persen.

Nilai ekspor atas dasar harga berlaku naik dari Rp308,2 triliun pada triwulan I-2009 menjadi Rp322,7 triliun pada triwulan II-2009. Peningkatan ekspor tersebut terjadi pada komoditas barang sedangkan komoditas jasa terjadi penurunan ekspor. Nilai ekspor pada triwulan II-2009 berdasarkan harga konstan 2000 meningkat sebesar 7,4 persen dibanding triwulan I-2009 (q-to-q), yaitu dari Rp207,4 triliun menjadi Rp222,6 triliun. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2008 (y-on-y), nilai ekspor atas dasar harga konstan 2000 triwulan II-2009 turun sebesar 15,7 persen.

(6)

Nilai impor Indonesia atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp267,3 triliun pada triwulan I-2009 menjadi Rp283,2 triliun pada triwulan II-2009. Peningkatan impor tersebut terjadi pada impor barang dan jasa. Sementara itu nilai impor Indonesia atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan sebesar 7,8 persen, dari Rp152,6 triliun pada triwulan I-2009 menjadi Rp164,4 triliun pada triwulan II-2009 (q-to-q). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2008 (y-on-y), nilai impor atas dasar harga konstan 2000 triwulan II-2009 turun sebesar 23,9 persen. Demikian halnya secara kumulatif (c-to-c) impor semester I-2009 dibandingkan dengan semester I-2008 turun sebesar 24,9 persen.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 (y-on-y) sebagian besar bersumber dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen terbesar PDB yaitu sebesar 2,7 persen. Sumbangan terbesar kedua (1,3 persen) bersumber dari komponen pengeluaran konsumsi pemerintah. Pembentukan modal tetap bruto memberikan kontribusi relatif kecil terhadap total pertumbuhan PDB sebesar 0,6 persen. Sedangkan komponen ekspor memberikan kontribusi negatif (-8,0 persen) terhadap total pertumbuhan PDB.

Tabel 5

PDB Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (triliun rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan Jenis Penggunaan

Triw I-2009 Triw II-2009 Triw I-2009 Triw II-2009

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 808,4 808,7 308,2 308,8 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 99,9 135,7 38,3 47,4 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 400,5 426,7 121,1 124,1 4. a. Perubahan Inventori -3,0 2,8 -1,5 0,8 b. Diskrepansi Statistik -44,9 -47,9 6,8 0,8 5. Ekspor Barang dan Jasa 308,2 322,7 207,4 222,6 6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 267,3 283,2 152,6 164,4

PDB 1301,8 1365,5 527,7 540,1

Tabel 6

Struktur PDB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Penggunaan Triwulan I dan II Tahun 2008-2009 (persen)

2008 2009

Jenis Penggunaan

Triw I Triw II Triw I Triw II

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 62,9 60,0 62,1 59,2 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,9 8,5 7,7 9,9 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 26,1 26,7 30,7 31,3 4. a. Perubahan Inventori 0,7 0,2 -0,2 0,2 b. Diskrepansi Statistik 0,0 4,1 -3,5 -3,5 5. Ekspor Barang dan Jasa 31,0 30,7 23,7 23,6 6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 27,6 30,2 20,5 20,7

(7)

V. Profil Spasial Ekonomi Indonesia Menurut Kelompok Provinsi Triwulan II -2009

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II 2009 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,8 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,4 persen, Pulau Kalimantan 9,4 persen, dan Pulau Sulawesi 4,5 persen dan sisanya 4,9 persen di pulau-pulau lainnya.

Berdasarkan perbandingan provinsi-provinsi di Indonesia, tiga provinsi penyumbang terbesar dari sisi kontribusi adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dimana ketiganya memberikan konstribusi 45,7 persen terhadap Indonesia.

Di Pulau Jawa, tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar adalah DKI Jakarta (16,4 persen), Jawa Timur (15,2 persen), dan Jawa Barat (14,1) persen. Sedangkan dari Pulau Sumatera tiga provinsi terbesar adalah Riau (6,9 persen), Sumatera Utara (5,1 persen), dan Sumatera Selatan (2,9 persen).

Provinsi penyumbang terbesar di Pulau Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar 6,2 persen, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Pulau Sulawesi adalah Sulawesi Selatan sebesar 2,2 persen.

Tabel 7

Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB-Nasional (persen) 2009 Wilayah/Pulau 2007 2008 Triw I Triw II (1) (2) (3) (4) (5) Sumatera 23,0 23,5 23,5 23,4 Jawa 59,0 57,4 58,4 57,8 Bali dan Nusa Tenggara 2,7 2,5 2,5 2,6 Kalimantan 9,1 10,5 9,2 9,4 Sulawesi 4,1 4,2 4,3 4,5 Maluku dan Papua 2,1 1,9 2,1 2,3

Gambar

Tabel 2 menunjukkan bahwa atas dasar harga berlaku, tiga sektor  ekonomi  yang  mempunyai  nilai  tambah  bruto  terbesar  pada  triwulan  II-2009  adalah  Sektor  Industri  Pengolahan  sebesar  Rp362,8  triliun  atau 26,6 persen terhadap total  PDB, Sekto

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik dan impak yang optimal serta mengetahui kemampuan serap bunyi dan koefisien serap bunyi dari

1) Proses APO08 - (Mengelola Hubungan) berada pada level 3, sedangkan target yang ingin dicapai yaitu level 5 yang artinya implementasi layanan m-banking untuk

terhadap Kitab Suci al-Qur‟an menitik beratkan kepada metode tahlili , dalam artian ia menafsirkan ayat al-Qur’an secara runtut dan komprehensif dengan beraneka

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Adakah perbedaan yang signifikan kemampuan penalaran

Alat ini bekerja dengan baik dengan mengenali E-KTP yang telah terkonfigurasi dalam database, sehingga secara otomatis kunci sepeda motor akan hidup (ON) dan motor dapat

Fitur ciri kemudian diuji untuk proses klasifikasi menggunakan Jaringan Saraf Tiruan metode Learning Vector Quantization (LVQ). LVQ mengklasifikasikan vektor uji

Tersedianya data dan informasi jumlah gabah yang digiling dan stok gabah dan beras di penggilingan untuk bahan analisis.. AKP

Memanfaatkan perkembangan aplikasi smartphone berbasis android dan arduino, maka dapat dibuat sebuah alat pengendali seperti saklar elektronik yang membantu masyarakat