8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Public Relations
2.1.1 Definisi Public Relations
Masih terdapat banyak perbedaan dikalangan pakar hingga saat ini mengenai konsep mutlak Public Relations atau biasa disingkat dengan PR, mulai dari pakar teori hingga pakar praktisi memberikan konsep yang berbeda sesuai dengan pemahamannya masing-masing. Namun berkumpulnya para praktisi PR disebuah forum di New York pada tahun 1974 memberikan sendikit gambaran mengenai suatu definisi PR itu sendiri, gagasan yang dikemukakan tersebut merupakan sebuah rumusan Grisworld yang mendefinisikan bahwasanya “PR merupakan salah satu dari bagian fungsi manajemen yang tugasnya memberikan penilaian dari sikap yang ditunjukan oleh publik, menyesuaikan kebijakan organisasi atau perorangan dengan kepentingan public dan melaksanakan berbagai kegiatan guna memperoleh penilaian baik dari public” (dalam Gassing, Suryanto, 2016:7).
Selain hasil diskusi praktisi PR diforum New York, definisi lain juga diungkapkan oleh sebuah asosiasi PR internasional itu sendiri, International Public Relations Associations (IPRA) memberikan sebuah definisi yang mengatakan bahwa PR adalah sebuah fungsi manajemen berdasarkan atas kebijakan berkelanjutan yang dilakukan oleh organisasi, lembaga swasta atau publik guna memperoleh simpati dan dukungan dari
9
lingkungannya (dalam Soemiarti, Ardianto, 2016:14). Pada definisi ini menjelaskan bahwa PR memiliki suatu kebijakan yang kemudian diwujudkan kedalam sebuah program yang berkelanjutan, dan program inilah yang nantinya akan dilaksanakan dipublik tempat perusahaan, organisasi atau lembaga swasta itu berada, yang nantinya lewat program ini dapat memperlihatkan bentuk pandangan baik, simpati bahkan dukungan yang diberikan publik terhadap perusahaan, organisasi atau lembaga swasta tersebut.
Dalam definisi yang lebih kompleks Lattimore, Baskin, Heiman dan Toth mengatakan “Public Relations merupakan suatu fungsi manajemen yang bertujuan sebagai jembatan komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat internal dan eksternal guna meningkatkan hubungan positif antara kedua belah pihak, serta menyelaraskan segala tujuan perusahaan sesuai dengan apa yang diharapan masyarakat” (dalam Public Relations Profesi dan Praktik, 2010:4). Definisi ini semakin memperjelaskan makna dari sebuah PR yang merupakan jembatan antara perusahaan dengan publik atau masyarakat, sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan kepada publik dapat dipahami sepenuhnya publik, dan begitupun sebaliknya. Sehingga hubungan timbal balik antara perusahaan dengan publik dapat terjaga.
2.1.2 Fungsi Public Relations
Setiap bagian dari manajemen memiliki fungsi masing-masing dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan, begitupun dengan PR.
10
Selain menjaga atmosfir perusahaan agar tetap memiliki keharmonisan antara sesama karyawan, PR juga memiliki fungsi lain yang juga berhubungan dengan publik eksternal untuk tetap menjaga tujuan perusahaan sesuai dengan harapan masyarakat. Menurut Cutlip dan Center (dalam Public Relations, 2016:106) terdapat empat fungsi PR yang harus dipahami oleh setiap praktisi PR, yaitu:
1. Melakukan setiap kegiatan yang dapat mencapai tujuan dari perusahaan
2. Menjadi jembatan komunikasi timbal balik antara perusahaan dengan publik
3. Memberikan pelayanan kepada publik serta menjadi masukan bagi pemimpin perusahaan terkait kepentingan umum
4. Membangun hubungan baik antara perusahaan dengan publik.
2.1.3 Aspek-aspek Public Relations
Konsep yang terbangun dalam PR terdiri dari banyak aspek, dan aspek yang paling penting dari PR adalah hubungan yang terbentuk antara perusahaan dengan publiknya. Publik yang dimaksud adalah setiap organisasi, masyarakat, atau lembaga yang memiliki suatu hubungan yang terikat terhadap perusahaan, serta memiliki satu tujuan untuk mencapai sutau kepentingan yang sama. Dalam PRpun dibagi atas dua jenis publik.
Pertama, publik internal perusahaan. Pada publik internal terdapat dua aspek yang harus dijaga hubungan baiknya oleh PR, hubungan
11
dengan karyawan dan hubungan dengan pemangku saham. Pada aspek ini PR dituntut untuk dapat menjaga atmosfir karyawan perusahaan, seperti kerja tim, membangun rasa memiliki atas perusahaan, dan membangun sikap loyalitas terhadap perusahaan. Tetapi lain halnya dengan aspek pemangku saham, pada aspek ini PR dituntut untuk dapat membangun kepercayaan pemangku saham atas perusahaan, dengan membangun rapat rutin dewan dan menjaga hubungan baik diluar perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan dan keharmonisan perusahaan dengan pemangku sahamnya.
Kedua, aspek eksternal, yaitu hubungan yang dilakukan oleh perusahan terhadap pihak-pihak diluar perusahaan yang memiliki kaitan dengan perusahaan. Gassing dan Suryanto (dalam Public Relations, 2016:98) membagi publik eskternal kedalam Sembilan bagian yaitu, customer relations, community relations, government relations, press relations, supplier relations, distributor relations, market relations, educational relations dan banking relations.
Community relations menjadi salah satau satu hal yang paling penting dalam PR, dengan membangun hubungan harmonis deng komunitas yang ada disekitar perusahaan, dapat menjadi perisai sendiri bagi perusahaan ketika diterpa oleh isu-isu nasional maupun internasional. Dan community relations pun saat ini sudah menjadi banyak perhatian praktisi PR dalam menjalin relations diperusahaan mereka bekerja, bahkan Rob Baskin yang merupakan pemilik Coca-Cola mengatakan “membangun hubungan yang harmonis dengan komunitas
12
yang berada dilingkungan perusahaan merupakan public relations terbaik, dan itu merupakan satu hal yang tidak bisa ditinggalkan” (dalam Lattimore, Baskin, Heiman dan Toth, 2010:258)
2.1.4 Community Relations
Menurut Gassing dan Suryanto (dalam Public Relations, 2016:98) community relations merupakan bentuk perusahaan menjaga hubungan dengan komunitas yang berada dilingkungan perusahaan beroperasi. Dalam pengaplikasiannyapun haruslah memperhatikan kaidah-kaidah yang ada dilingkungan perusahaan, dengan memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma yang sudah ada dilingkungan, dapat mempermudah itikad baik perusahaan tersebut dalam membangun hubungan yang harmonis dengan lingkungannya.
Community relations menjadi sangat penting bagi perusahaan itupun didukung oleh pendapat David P. Baron yang merupakan salah satu professor Universitas Stanford, dirinya mengatakan “kesuksesan perusahaan tidak dilihat dari besarannya penjualan atas produk atau jasa, dan juga tidak dilihat dari seberapa efektifnya perusahaan mampu mengoperasikan roda perekonomiannya. Akan tetapi kesuksesan juga ditinjau dari seberapa baiknya mereka membangun hubungan dengan pemerintah, kounitas lokal dan publik. Hal positif yang akan diperoleh lewat hubungan ini yaitu dapat menekan harga pasar, pintu masuk ke target pasar baru, dan menekan persaingan. Hal ini yang menjadi perhatian perusahaan, namun sering selaran dengan yang dituju oleh perusahaan” (dalam Public Relations Profesi dan Praktik, 2010: 257)
13 2.1.5 Tujuan Community Relations
Selain bertujuan untuk meningkakankan hubungan dengan memberi bantuan (filantropi) atau dengan membentuk suatu kerjasama antara perusahan dengan lingkungannya guna meraih hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Menurut Fraser P. Steil (dalam The Practice Of Public Relations, 2002:403) adakala baiknya perusahaan memahami terlebih dahulu tujuan dari community relations, terdapat 14 tujuan yang perlu menjadi perhatian prkatisi PR sebelum melakukan community relations yaitu,
1. Perusahaan haruslah terbuka terhadap lingkungannya mengenai setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan roda bisnisnya.
2. Memperbaiki kesalahan pahaman yang terjadi pada lingkungan, menjawab dari segala kritik serta menyelesaikan permasalah yang menyangkut ketidaksukaan komunitas terhadap perusahaan
3. Membangun komunikasi yang baik antara perusahaan dengan karyawan beserta keluarga, sehingga hal ini dapat menjadi pesan positif berantai kepada lingkungan perusahaan.
4. Menginformasikan masyarakat sekitar perusahaan mengenai program yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan kualitas hidup lingkungan serta program-program yang telah
14
dilaksaknakan bersama pemerintah, hal ini berguna dalam menjaga atmosfir hubungan baik perusahaan dlingkunganya. 5. Menguatkan posisi perusahaan ketika diterpa isu-isu
mengenai kegelisahaan karyawan
6. Mencarai tahu segala bentuk pemahaman yang ada dimasyarakat mengenai perusahaan, alasan dibalik suka atau tidak sukanya terhadap perusahaan
7. Membentuk hubungan secara personal antara para pemimpin perusahaan dengan masyarakat dolingkungan perusahaan 8. Ikut serta dalam kegiatan warga yang bersifat kesetian,
seperti menyediakan tempat-tempat kesenian, pagelaran budaya atau kesenian lainnya
9. Memberikan beasiswa atau bantuan dalam hal yang menunjang kesenian, seperti memperbaiki sekolah atau membangun jembatan menunjang pendidikan
10. Menyediakan tempat-tempat yang dapat menjadi pusat berkumpulnya lingkungan, seperti gelanggang olah raga atau tempat rekreasi
11. Menyediakan tenaga ahli yang dimiliki perusahaan untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dilingkungannya
12. Memfasilitasi komunitas atau lingkungan dengan berbagai fasilitas yang dapat meningkatkan kualitas hidup lingkungan perusahaan
15
13. Membuka lowongan pekerjan bagi masyarakat sekitar perusahaan, yang mana hal ini dapat membantu masyarakat sekitar dalam meningkatkan perekonomiannya
14. Membentuk kerjasama dengan pengusaha lokal untuk meningkatkan perekonomian juga hubungan harmonis 1.1.6 Tanggung Jawab Sosial dan Filantropi Perusahaan
Menurut Dwi Kartini (dalam Corporate Social Responsbility “Transformasi Konsep Sustainable Managemenent dan Implementasi di Indonesia, 2013:69) mengatakan, pada kegiatan tanggung jawab sosial ini perusahaan melakukan suatu bentuk derma atau memberikan sumbangan langsung ke masyarakat tertentu yang sudah menjadi tujuan perusahaan, bantuan yang diberikan pun dapat berbentuk uang tunai, sumbangan berupa barang atau pelayanan gratis. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk itikad baik yang dilakukan oleh perusahaan dalam membangun hubungan yang harmonis antara perusahan dan lingkungan sekitarnya.
Dalam pengaplikasiannya kegiatan ini tidak mencari keuntungan sedikitpun, seluruh proses maupun hasil dari kegiatan ini semata-mata bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungannya. Dalam bukunya (dalam Corporate Social Responsbility “Transformasi Konsep Sustainable Managemenent dan Implementasi di Indonesia, 2013:70).
Dwi Kartini mengungkapkan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan program philantrophy yaitu,
16
1. Dalam melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosialnya perusahaan dapat memberikan bantuan dalam bentuk sumbang uang secara tunai, misalnya pemberan bantuan kepada anak-anak panti asuhan
2. Perusahaan dapat melakukan hibah kepada komunitas masyarakat yang dituju,
3. Memberikan beasiswa kepada siswa/mahasiswa yang memiliki keterbatasan dana pendidikan
4. Memberikan bantuan dalam bentuk produk, seperti bantuan sembako kepada masyarakat disaat akan mendekati lebaran 5. Menyediakan layanan secara gratis bagi setiap masyarakat yang
berada dilingkungan perusahaan
6. Menyediakan tenaga-tenaga ahli guna semakin mempermudah pekerjaan masyarakat yang berada dilingkup perusahaan 7. Memberikan izin dalam penggunakan fasilitas perusahaan yang
digunakan melaksanakan kegiatan sosial
8. Memberikan penawaran penggunaan alat-alat yang dimiliki oleh perusahaan.
Lewat program philantrophy ini diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi antara perusahaan dengan komunitas, lembaga sosial atau masyarakat yang ada dilingkungan perusahaan tersebut beroperasi. Dan juga kegiatan philantrophy ini juga mampu memndatangkan manfaat kepada kedua belah pihak, manfaat inpun dapat semakin mempererat hubungan antara perusahaan dengan lingkungannya (dalam Corporate
17
Social Responsbility “Transformasi Konsep Sustainable Managemenent dan Implementasi di Indonesia, 2013:71), adapun beberapa manfaat tersebut adalah,
1. Mampu menyelesaikan permasalahan sosial yang ada pada komunitas lokal
2. Meningkatkan reputasi perusahaan dikomunitas lokal 3. Memperkuat bisnis perusahaan dimasa mendatanga, lewat
citra baik yang terbentuk dilingkungan perusahaan, hal ini dapat menjadi sebuah investasi baik bagi perusahaan ketika diterpa isu-isu buruk.
1.2 Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan suatu bentuk kondisi internal yang mempengaruhi pilihan indvidu dalam bertindak terhadap peristiwa, objek dan pribadi (Gagne dalam Fitiyah dan Jauhar 2014). Jika dipahami definisi Gagne, sikap merupakan kondisi internal atau kondisi yang sedang berlangsung di dalam diri manusia. Kondisi yang terjadi tersebut dapat berupa pandangan, keyakinan, atau pengetahuan yang berasal dari proses interaksi dari lingkungannya, sehingga dapat menjadi penentu pilihan ketika bertindak bagi individu.
Pada dasarnya, terdapat dua faktor dalam menentukan pilihan sikap, yaitu setuju atau tidak setuju. Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood (dalam Sobur, 2003) mengatakan, sikap individu adalah perasaan menyutujui atau mendukung (favorabel) terhadap suatu objek ataupun
18
perasaan tidak menyetujui atau tidak mendukung (unfavorabel) terhadap objek tersebut. Dalam pengertian lain, Thurstone mendefinisikan sikap dengan lebih spesifik lagi, yaitu sikap positif atau negatif terhadap objek psikologis. Jika dilihat dari proses terbentuknya sikap, dapat dilihat bahwa stimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitar akan diolah terlebih dahulu diotak untuk mengetahui sikap positif atau negatif yang akan dipilih oleh suatu individu, sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk tindakan atau perilaku.
Tokoh lainnya seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Allport (dalam Sobur, 2003) memberi pengertian yang lebih kompleks mengenai sikap yaitu, suatu bentuk kesiapan tindakan terhadap suatu objek, menggunakan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah ketika individu sudah dapat menentukan pilihan dan langkah-langkah dalam bertindak terhadap suatu objek yang di representasikannya. Dalam pelaksanaanya, sikap positif dapat digambarkan dengan bentuk mematuhi, menjalankan dan membantu, sedangkan disisi lain sikap negatif dapat digambarkan dengan kecendrungan untuk menjauhi, menghindari atau merusak objek.
Apabila di gambarkan ke dalam proses pembentukan sikap, Robert A Baron (dalam Social Psychology, 2011) membagi proses terbentuk sikap yaitu: (a) terdapat rangsangan dari stimulus, (b) menimbulkan hasil positif dan mengurangi negatif, (c) belajar melalui proses observasi, dan (d) melakukan perbandingan pandangan individu dengan inividu lainnya. Proses pembentukan sikap ini tidak tejadi kepada individu dalam satu waktu, namun
19
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pembentukan sikap.
Jika dikritisi definisi yang telah diuraikan di atas, sikap merupakan suatu proses pembelajaran yang berasal dari kondisi internal individu dalam menentukan pilihannya untuk mendukung atau menolak suatu objek. Hasil yang berupa sikap ini nantinya akan menentukan individu dalam berprilaku terhadap lingkungan sosialnya.
2.2.2 Ciri-ciri Sikap
Effendy dalam bukunya (Psikologi Manajemen dan Administrasi, 1989) menuliskan beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh sikap, yaitu:
a. Sikap akan terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan dari seorang individu, sikap yang terbentuk memeliki kaitan dengan objek-objek yang ada pada lingkungan individu itu tumbuh, sikap yang ada merupakan bukaan bawaan dari lahir. b. Sikap merupakan hasil belajar individu dari lingkungannya, sehingga
sikap cendrung untuk berubah-ubah sesuai dengan hasil interaksi individu dengan sekelilingnya.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, sikap memiliki banyak relasi dengan berbagai jenis objek yang menjadi perhatian individu.
d. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, sikap akan memiliki kecocokan sewaktu-waktu dengan objek, tidak semua waktu. Tergantu dari kondisi situasidari individu.
20
e. Sikap memiliki perbedaan dengan keadaan yang dibawa individu sejak lahir seperti, lapar, haus atau sakit. Sikap tidak dapat hilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi.
f. Sikap memiliki faktor emosi, hal inilah yang nantinya akan membedakan sikap dengan pengetahuan yang ada pada diri individu. 2.2.3 Komponen sikap
Fitriyah dan Jauhar (dalam Pengantar Psikologi Umum, 2012) mengatakan, terdapat tiga komponen sikap secara umum yaitu:
1. Komponen kognitif
Merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan penilaian individu terhadap suatu objek atau responden. Informasi yang diterima otak melalui berbagai ragam proses akan memunculkan suatu pandangan baru yang akan diasimilaskan dengan pandangan-pandangan lama yang sudah ada di otak manusia. Hasil inilah yang nantinya akan mempengaruhi komponen-komponen afektif yang ada pada dalam diri individu.
2. Komponen afektif
Komponen ini dapat dikatan sebagai emosi yang dimiliki individu terhadap objek adalah, jika berbanding lurus dengan hasil dari penilaiannya.
3. Komponen kecendrungan bertindak
Merupakan komponen akhir dari hasil analisa individu terhadap suatu objek atau responden, individu akan bertindak sesuai dengan pandangan yang dimilikinya. Pandangan yang terbentuk ini dapat
21
berupa sikap poitif atau negatif dengan perwujudan menerima atau menolak objek.
2.2.4 Fungsi Sikap
Rita L. Atkinson (dalam Sobur, 2003) mengatakan, terdapat lima fungsi sikap yang ada pada individu, yaitu:
a. Fungsi Intrumental
Sikap ini merupakan sikap yang membawa individu kearah yang lebih spesifik keinginan umum, yaitu yang berkaitan dengaan manfaat yang akan didapatkan oleh individu dari suatu objek dan memiliki kecendrungan untuk menjauh dari hukuman.
b. Fungsi Pengetahuan
Fungsi ini akan membawa individu untuk lebih memahami informasi dan pengetahuan yang ada, dan kemudian akan disatukan dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh individu. Sikap ini juga berperan penting dalam mengorganisir dan mengolah berbagai informasi yang diproleh individu secara efisien.
c. Fungsi Nilai-Ekspresif
Sikap ini menggambarkan nilai-nilai dan konsep yang sebenernya pada diri individu. Fungsi yang terdapat nilai fundamental dalam membedakan individu dengan individu lainnya dalam melihat suatu pandangan.
d. Fungsi Pertahanan Ego
Fungsi yang merupakan bentuk pertahanan diri individu dari gangguan atau ancaman terhadap harga diri. Fungsi ini dapat
22
menimbulkan sikap bermusuhan pada individu untuk memunculkan pertahanan diri.
e. Fungsi Penyesuaian Sosial
Merupakan fungsi yang dimiliki oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan berbagai lembaga sosial. Sikap yang dimilki dapat membawa individu ke arah penyesuain sosial dengan lembaga sosial yang diinginkannya.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Terdapat berbagai ragam faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap. Namun Fitriyah dan Jauhar (dalam Pengantar Psikologi Umum, 2014) mendefinisikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap individu kedalam enam bagian yaitu:
Pengalaman pribadi, kesan yang kuat terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu dapat menjadi faktor mendasar dalam membentuk sikap individu dan dapat menjadi sikap yang lebih kuat apabila sudah melibatkan perasaan
Kebudayaan, pengaruh besar lingkungan yang membentuk pola perilaku individu turut memberi pengaruh dalam penentuan sikap yang akan diambil oleh setiap individu.
Individu lain yang dianggap penting, sikap ini memiliki kecendrungan untuk menghindri adanya konflik atau pertikaian dengan individu lain yang dianggap penting, sehingga memiliki keinginan yang kuat untuk tetap berafilisasi dengan individu tersebut.
23
Media massa, merupakan salah satu media komunikasi yang dapat mempengaruhi khalayak secara massive. Sehingga dengan media yang sebesar ini dapat dengan mudah untuk lebih mempengaruhi opini dan keyakinan individu, atas dasar informasi dapat menjadi landasan utama untuk dapat memberi pengaruh bagi khalayaknya. Institusi pendidikan dan agama, menjadi sebuah sistem yang besar,
pendidikan dan agama dapat menempatkan konsep pengertian dan konsep moral dalam setiap sistem institusinya, sehingga dapat menjadi pengaruh yang sangat kuat bagi individu dalam pembentukan sikapnya.
Faktor emosi yang ada pada individu, tidak semua sikap dapat dipengaruhi oleh mayoritas faktor-faktor eksternal saja, namun sikap yang bersifat sementara ini akan sangat mudah dipengaruhi emosi suatu kondisi atau pengalaman yang telah dialami sebelumnya.
24 2.3 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Lembaga Penerima Bantuan CSR PT Bentoel
2.4 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 2.3.1 Definisi Konseptual
Merupakan suatu konsep untuk mendefinisikan sesuatu konstruk yang lainnya (Putrinya, 2012 dikutip melalui web.unair.ac.id). Peneliti akan memberi batasan-batasan konsep agar dapat memudahkan dalam penelitian ini, maka peneliti mendefinisikan beberapa konsep dari variabel penelitian sebagai berikut:
a. Program CSR PT Bentoel
Merupakan bentuk tanggungjawab sosial PT Bentoel terhadap lingkungan sosial mereka. Dengan melaksanakan program CSR yang berupa bagi-bagi komputer, PT Bentoel dapat membentuk sikap baru dilembaga terhadap perusahaan, dan juga dapat memperbaiki atau bahkan memperburuk sikap yang sudah ada sebelumnya.
Pengaruh Program CSR terhadap Pembentukan sikap Program CSR (Corporate Social Responsbility) Sikap Lembaga Tanggung jawab sosial perusahan untuk meningkatkan kualitas lingkungan Sebuah penafsiran terhadap stimulus (pesan) yang kemudian di proses di otak menjadi sikap dalam pilihan
setuju atau tidak setuju terhadap suatu
objek Program CSR yang dijalankan dapat membentuk sikap positif atau negatif dilembaga terhadap perusahaan
25
Sebagaimana yang terdapat dalam beberapa point pada manfaat CSR dalam buku Corporate Social Responsbility (dalam Untung, 2009) yaitu :
1. Menyelesaikan permasalahan sosial pada lingkup perusahaan
Perusahaan yang merupakan bagian dari lingkungannya dapat turut membantu lingkungannya dalam menyelesaiakan masalah-masalah sosial yang ada, mulai dari pendidikan, ekonomi atau budaya. Dengan memberikan bantuannya berupa bagi-bagi komputer PT Bentoel turut berusaha dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dilingkungannya. 2. Meningkatnya reputasi perusahaan
Reputasi yang baik akan semakin meningkatkan kepercayaan lingkungan terhadap perusahaan, baik dari regulator, masyarakat, pemasok, konsumen bahkan shareholders. Lewat program CSR yang berupa bagi-bagi komputer PT Bentoel dapat meningatkan reputasi baik di lingkungannya.
3. Memperkuat bisnis perusahaan dimasa akan datang
Selain nama yang baik, program CSR yang dijalankan oleh PT Bentoel turut dapat membentuk citra yang baik terhadap PT Bentoel, sehingga hal ini dapat menunjuang kepercayaan regulator dan pemasok untuk berjalannya bisnis yang baik dimasa akan mendatang.
26 b. Pembentukan Sikap
Sikap merupakan suatu pandangan yang dimiliki oleh individu terhadap lingkungannya. Pandangan yang diperoleh melalui hasil interaksi dan proses pembelajaran terhadap suatu stimulus yang diberikan oleh lingkungan dan kemudian diproses oleh otak, dan selanjutnya inividu akan mengambil keputusan untuk bersikap positif atau negative. Dalam hal ini peneliti mengkaitkan program CSR yang telah dilaksnakan dengan pembentukan sikap pada lembaga lewat komponen-komponen sikap menurut Fitriyah dan Jauhar (dalam Pengatar Psikologi Umum, 2012) yaitu:
1. Komponen kognitif
Disini Fitriyah dan Jauhar telah menempatkan penilaian invidu terkait suatu respon. Informasi yang telah diterimas tersebut kemudian diproses hingga muncul suatu penilaian terkait rangsangan yang diterima oleh individu. Dan program bagi-bagi komputer yang telah dilaksanakan oleh PT Bentoel merupakan suatu bentuk rangsangan kepada lembaga-lembaga penerima bantuan.
2. Komponen afektif
Setelah muncul penilaian-penilaian yang dilakukan oleh individu, pada komponen ini individu mula menempatkan emosionalnya pada setiap respon yang diberikan, emosional disini haruslah berbanding lurus dengan penilaiannya yang sudah dilakukan individu sebelumnya. Emosional yang
27
ditunjukkan oleh lembaga penerima bantuan terhadap program bagi-bagi komputer PT Bentoel haruslah berbanding lurus, apabila lembaga merasakan akan dampak manfaatnya, emosional yang dtunjukkanpun haruslah selaras dengan yang dampak manfaat yang dirasakan, begitupun sebaliknya.
2.4.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan serangkaian langkah-langkah yang sistematis yang menggambarkan kegiatan untuk menemukan eksistensi empiris sebuah konsep (Putrinya, 2012 dikutip melalui web.unair.ac.id).
Tabel 2.1 Operasional Variabel
Variabel Indikator Butir
Pengaruh program CSR PT Bentoel (X)
Menyelesaikan masalah sosial pada lingkup perusahaan
- Bantuan yang diberikan semakin mempermudah pekerjaan lembaga
- Bantuan yang diberikan dapat meningkatkan kesadaran lembaga terhadap kemajuan teknologi Meningkatnya reputasi
perusahaan
- Program CSR dapat membentuk keyakinan lembaga terhadap reputasi baik PT Bentoel
Memperkuat bisnis perusahaan dimasa depan, lewat citra baik yang dibentuk dapat meningkatkan keyakinan stkaeholders terhadap PT Bentoel
- PT Bentoel merupakan perusahaan yang sangat bertanggungjawab terhadap lingkungan
- Program CSR dapat menghilangkan image negatif lembaga terhadap PT Bentoel
28 Pembentuk sikap lembaga penerima bantuan (Y) Komponen kognitif yaitu, penilaian lembaga terhadap program CSR PT Bentoel
- Bantuan CSR yang dilaksanakan tepat sasaran
- Unit perangkat komputer sangat sesuai dengan kebutuhan lembaga Komponen afektif yaitu
emosional yang berbandig lurus dengan penilai yang ditunjukkan oleh lembaga terhadap program CSR PT Bentoel
- Lembaga merasa menjadi bagian dari keberhasilan program CSR yang telah dilaksanakan PT Bentoel
- Lembaga merasa senang dengan program CSR PT Bentoel
- Lembaga merasa puas dengan pihak PT Bentoel yang telah menjalankan program CSR lewat bantuan unit komputer yang diberikan kepada lembaga penerima bantuan
2.5 Hipotesis
Ho : Ada pengaruh program CSR PT Bentoel terhadap pembentukan sikap lembaga Kota Malang.
H1 : Tidak ada pengaruh program CSR PT Bentoel terhadap pembentukan sikap lembaga Kota Malang