• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Geografis Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Geografis Penelitian"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

26

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Setting Penelitian

4.1.1. Gambaran Geografis Penelitian

Gambar 1. Peta Desa Bukit Rawi

Desa Bukit Rawi (Gambar 1) merupakan salah satu desa di kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Desa ini berjarak ± 17 km dari kota Palangkaraya ke arah hulu sungai

(2)

Kahayan. Dari kota Palangkaraya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jika ingin menuju Bukit Rawi dari Palangkaraya sebelumnya melewati beberapa desa terlebih dahulu. Dari arah Palangkaraya melewati jembatan Kahayan dan ketika sampai di pertigaan terminal titik nol, belok ke kiri. Selanjutnya tinggal menempuh jalan lurus melalui jalan Trans-Kalimantan hingga sampai di Desa Bukit Rawi. Bukit Rawi sendiri memiliki luas wilayah ± 1.350 ha, pada bagian utara desa berbatasan dengan Desa Tuwung, selatan dengan Desa Penda Barania, barat dengan Desa Petuk Katimpun, dan timur berbatasan dengan Desa Lahei yang merupakan bagian dari Kabupaten Kapuas. Seperti yang ditunjukkan pada peta Desa Bukit Rawi pada lampiran 5.

4.2. Karakteristik Partisipan

Sebelum melakukan wawancara pada partisipan, peneliti terlebih dahulu mencari calon partisipan yang bersedia untuk diwawancarai. Para calon partisipan ada yang merupakan rekomendasi dari beberapa orang dan ada juga yang partisipan langsung datangi untuk dimintai ikut menjadi partisipan penelitian. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Bukit Rawi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 5 orang.

(3)

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan No Inisial Umur (Thn) Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Terakhir P1 Nn. M 24 P Relawan D III P2 Tn. M 29 L Pendeta S 1 P3 Ny. E 54 P Guru S 1 P4 Nn. R 20 P Mahasiswa SMA P5 Tn. A 30 L Polisi SMK 4.3. Hasil Penelitian

a. Kualitas Hidup Berhubungan Dengan Bencana Asap Hasil penelitian untuk tujuan pertama disusun berdasarkan aspek-aspek kualitas hidup menurut WHOQOL (Larasati, 2012) yang terdiri dari kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan.

(4)

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Aspek Kualitas Hidup

Parameter Sub Parameter Hasil

Kesehatan Kesehatan fisik 100% terganggu Perbandingan kesehatan

fisik tahun 2014 dan 2015

2014 :

20 % terganggu 80 % tidak terganggu

2015 : 100 % terganggu Psikologis Kondisi psikologis 100% terganggu

Perbandingan kondisi psikologis tahun 2014 dan

2015

2014 : 100 % tidak terganggu

2015 : 100 % terganggu

Interaksi social Interaksi social 60% terganggu 40 % tidak terganggu Perbandingan Interaksi

sosial tahun 2014 dan 2015

2014 : 100 % tidak terganggu

2015 : 60 % terganggu dan 40 % tidak terganggu

Lingkungan Kondisi Lingkungan 100 % terganggu Perbandingan kondisi

lingkungan tahun 2014 dan 2015

2014 : 100 % tidak terganggu

(5)

Dari hasil yang terdapat pada tabel di atas, terlihat bahwa dalam aspek kesehatan fisik pada tahun 2015, sebanyak 5 partisipan merasakan gangguan berupa seperti sesak napas, mata perih, batuk, dan flu sedangkan pada tahun 2014 hanya 1 partisipan yang merasakan gangguan kesehatan fisik.

Pada aspek kondisi psikologis, pada tahun 2015 sebanyak 5 partisipan merasakan gangguan seperti seperti khawatir, risih, tidak konsentrasi, takut, dan was-was, sedangkan di tahun 2014 5 partispan tersebut tidak merasakan gangguan dalam aspek kondisi psikologis.

Dari aspek interaksi sosial, tahun 2015 sebanyak 3 partisipan merasakan gangguan seperti tidak bisa beraktivitas di luar rumah seperti biasa sehingga interaksi dengan tetangga sekitar menjadi berkurang dan 2 partisipan lainnya tidak merasakan gangguan, sedangkan pada tahun 2014 5 partisipan tidak merasakan gangguan.

Dalam aspek lingkungan pada tahun 2015, 5 partisipan merasakan ganggguan seperti asap tebal, kualitas udara, jarak pandang yang terganggu, lingkungan hijau yang berkurang, dan air di parit yang kering, sedangkan pada tahun 2014 5 partisipan tidak merasakan gangguan.

(6)

b. Upaya Masyarakat Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Berhubungan Dengan Bencana Asap

Dari wawancara yang dilakukan dengan partisipan penelitian, didapatkan hasil tentang upaya yang dilakukan partisipan untuk meningkatkan kualitas hidup berhubungan dengan bencana asap di Desa Bukit Rawi, Palangkaraya adalah sebagai berikut :

Grafik 4.1 Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Partisipan Berhubungan Dengan Bencana Asap 2015

Terdapat 6 upaya yang dilakukan oleh partisipan, yaitu memakai masker, mengisi baskom dengan air, membatasi aktivitas outdoor, tidak membakar sampah sembarangan, mendatangi posko kesehatan, dan melakukan sosialisasi.

(7)

4.4. Pembahasan

a. Kualitas Hidup Partisipan Berhubungan Dengan Bencana Asap

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 5 partisipan, didapatkan bahwa kelima partisipan mengalami gangguan bencana asap dalam aspek kehidupannya, yaitu aspek kondisi kesehatan, psikologis, interaksi sosial, dan lingkungan yang berkaitan dengan aspek dalam kualitas hidup dalam WHOQOL yang terdiri dari aspek kondisi kesehatan, psikologis, interaksi sosial, dan lingkungan (Larasati, 2012). Terlihat bahwa partisipan merasa kualitas hidupnya menjadi terganggu ketika mengalami bencana asap di tahun 2015.

Dari segi kondisi kesehatan, semua partisipan menyatakan bahwa mengalami salah satu atau lebih gangguan kesehatan seperti sesak napas, mata perih, batuk, dan flu. Partisipan 1 mengatakan :

“Kalau saya merasakan gangguan sulit bernapas, mata perih, dan aktivitas terganggu” (P1.18)

“Ada, terkena sakit flu” (P1.22)

(8)

“Yang pertama, 2015 bencananya lebih besar dan signifikan bagi masyarakat, segala sesuatu tidak bisa dikerjakan, pekerjaan dan sebagainya, terganggagu keadaannya, baik mobilitas pekerjaan ke Palangkaraya dan Bukit Rawi, juga masalah kesehatan masyarakat tidak berani berangkat karena gangguan kesehatan, jadi sangat mengganggu pekerjaan, apalagi orang Bukit Rawi banyak yang bekerja di Palangkaraya, karena jarak pandang & kualitas udara sangat mengganggu, selama kurang lebih 2 bulan dampaknya sangat mengganggu” (P2.W1.10)

“Terganggu di bagian pernapasan” (P2.W1.12)

“Iya pas pelayanan, waktu itu pelayanan juga padat dan sangat mengganggu. Kan kita pakai masker, jadi tidak mungkin khotbah pakai masker pasti dilepas dulu, dan kita menghirup asap kita batuk, tapi syukur jemaat mengerti keadaan walaupun itu mungkin menggaggu waktu pelayananan/khotbah. Gangguannya yang lebih terasa ya pernapasan aja” (P2.W1.22)

Partisipan 3 mengatakan :

“Cuma sesak aja, cuma terasa aja di rumah” (P3.8)

(9)

“Napas terasa seperti sesak” (P4.6) “Iya, agak pedas rasanya” (P4.8)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau kondisi kesehatan yang dirasakan, kan asapnya pekat jadi ngerasa gangguan pernapasan, batuk, mata pedas, dan juga istri kemaren sampai ke rumah oksigen atau posko karena asapnya yang terlalu pekat” (P5.8).

Dibandingkan dengan tahun 2014, hanya 1 partisipan yang mengalami gangguan kesehatan, Seperti yang dikatakan tiap partisipan dalam wawancara. Partisipan 1 mengatakan :

“Waktu 2014 itu masih sehat lah, dari segi kesehatan tidak terlalu karena antibodi masih kuat, tapi ketika 2015 asapnya lebih banyak lagi, apalagi 2015 jalan tidak kelihatan kalau 2014 masih kelihatan jalannya” (P1.26)

“Iya, 2015 lebih parah, mata juga perih, kalau waktu 2014 mata tidak perih dan jalan juga masih terlihat jelas” (P1.28)

(10)

“Kondisi kesehatan pada tahun 2015 lebih parah dari 2014, kalau 2014 masih bisa ditoleransi. Di Bukit Rawi juga jarak pandang bisa tidak terlihat” (P2.W1.16)

Partisipan 3 mengatakan :

“Lebih parah 2015 dari tahun 2014” (P3.10)

“Tidak ada, soalnya tidak terlalu parah” (P3.12)

Partisipan 4 mengatakan :

“Sama aja rasanya, kayak batuk gitu” (P4.10)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau 2014 biasa aja, yang lebih parah 2015 kemaren” (P5.10)

Dalam menjalani kehidupan, jika mengalami gangguan pada kondisi fisik mengakibatkan menurunnya fungsi diri seseorang dan mengganggu aktivitas kehidupannya. Sejalan dengan pernyataan Cella & Tulsky (Larasati, 2012) tentang persepsi subjektif seseorang dalam melakukan kemampuan mereka sendiri dan membandingkannya dengan standar kemampuan internal yang mereka miliki agar dapat merealisasikan sesuatu menjadi lebih ideal dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dari hasil

(11)

penelitian terlihat bahwa partisipan mengalami gangguan dalam melakukan fungsi kemampuan diri sendiri dikarenakan gangguan pada aspek kesehatan fisik.

Dari segi psikologis, semua partisipan menyatakan bahwa mengalami salah satu atau lebih gangguan seperti khawatir, risih, tidak konsentrasi, takut, dan was-was. Seperti yang dikatakan para partisipan. Partisipan 1 mengatakan :

“Saya merasa risih, terganggu karena menghambat perjalanan.” (P1.30)

“Iya, takut ketika berkendara di jalan karena waktu bencana asap 2015 kemarin banyak terjadi kecelakaan, seperti ada waktu itu ada pasien masuk karena mengalami kecelakaan gara-gara asap”(P1.32)

“Terganggu, karena dari kesehatan juga sudah terganggu dan menggangu konsentrasi juga” (P1.38)

Partisipan 2 mengatakan :

“Kalau dari saya, yang dikhawatirkan itu dari sisi kesehatan walaupun saat ini tidak dirasakan mungkin saja efeknya di masa yang akan datang karena di dalam asap bukan Cuma ada asapnya saja tapi

(12)

mungkin ada zat-zat lain yang bisa mengganggu kesehatan. Ibaratkan secara perlahan mengurangi usia kita. Secara psikologi pasti kita berpikir itu ada dampaknya walaupun tidak kita rasakan saat ini” (P2.W1.20)

Partisipan 3 mengatakan :

“Ya merasa was-was aja takut terkena penyakit, gangguan yang lain. Khawatir juga saat melakukan perjalanan, terganggu, was-was apa nanti bisa sampai gak di tujuan. Waktu mau wisuda anak saya kemarin juga ada yang gagal perjalanannya/ penerbangan dari Palangkaraya ke Jakarta. Tertunda perjalanannya.” (P3.16)

Partisipan 4 mengatakan :

“Iya, takut ketika perjalanan jauh kan jalannya gak terlalu kelihatan” (P4.12)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau dari sisi psikologis, kan kabut asap kan mempengaruhi kesehatan dan juga ketika bekerja jadi tidak konsentrasi, apabila kita mengendarai motor kan otomatis mengganggu jarang pandang

(13)

penglihatan jadi lebih was-was, ya yang lebih rawan itu ya kesehatan” (P5.12)

Dibandingkan dengan tahun 2014, tidak ada partisipan yang mengalami gangguan dalam aspek psikologis. Seperti yang dikatakan setiap partisipan. Partisipan 1 mengatakan :

“Lebih enak ketika 2014, karena tidak terlalu parah” (P1.40)

Partisipan 2 mengatakan :

“Tidak ada gangguan, biasa saja” (P2.W1.24)

Partisipan 3 mengatakan :

“Kalau 2014 tidak terlalu terasa, kalau 2015 lebih parah sampai penerbangan pesawat ada yang ditunda” (P3.18)

Partisipan 4 mengatakan :

“Memang yang lebih parah itu 2015, juga asapnya lebih lama, kalau 2014 tidak ada masalah” (P4.14)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau di tahun 2014 sih tidak terlalu terganggu” (P5.14).

(14)

Kesehatan psikologis merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Keduanya harus sama-sama dijaga. Kesehatan psikologis yang seseorang miliki tidak selalu sama. Dapat berubah karena adanya perubahan lingkungan serta seseorang yang terus bergerak melewati tahapan kehidupan yang berbeda. Sejalan dengan dengan pendekatan konseptual untuk mengukur kualitas hidup menurut Stiglitz (2010) tentang gagasan kesejahteraan subjektif. Pendekatan ini terkait erat dengan tradisi utilitarian, yang menyatakan bahwa mengupayakan manusia untuk ‘bahagia’ dan ‘puas’ dengan hidup mereka merupakan tujuan universal eksistensi manusia. Dalam hasil penelitian terlihat bahwa dalam upaya mereka untuk “bahagia” dan “puas” tidak bisa dicapai secara maksimal terkait dengan gangguan pada aspek psikologis para partisipan.

Dari segi interaksi sosial, tidak semua partisipan menyatakan mengalami gangguan. Ada dua partisipan yang menyatakan tidak mengalami gangguan yaitu partisipan 3 dan 4. Partisipan 3 menyatakan biasa saja dalam hal interaksi sosial walaupun sedang terjadi bencana asap, partisipan 4 mengatakan tidak

(15)

mengalami gangguan karena memang aktivitas perkuliahan yang membuatnya kurang berinteraksi dengan tetangga sekitar. Tiga partisipan lain yaitu partisipan 1, 2, dan 5 mengatakan mengalami gangguan karena bencana asap yang mengakibatkan tidak bisa beraktivitas di luar rumah seperti biasa sehingga interaksi dengan tetangga sekitar menjadi berkurang. Seperti yang dikatakan para partisipan. Partisipan 1 mengatakan :

“Kalau di tahun 2014 kan, tidak terlalu parah jadi lebih enak kalau keluar rumah, kalau 2015 jarak pandang juga tidak terlihat sehingga malas keluar rumah, jadi dengan orang lain malas berkumpul...kalau sore seperti sekarang kan enak karena terang, karena takut terganggu kesehatan dan pada saat itu terkena flu dan takut menularkan ke orang lain” (P1.42)

Partisipan 2 mengatakan :

“Iya pas pelayanan, waktu itu pelayanan juga padat dan sangat mengganggu. Kan kita pakai masker, jadi tidak mungkin khotbah pakai masker pasti dilepas dulu, dan kita menghirup asap kita batuk, tapi syukur jemaat mengerti keadaan walaupun itu mungkin menggaggu

(16)

waktu pelayananan/khotbah. Gangguannya yang lebih terasa ya pernapasan aja” (P2.W1.22)

“Iya, ini juga salah satu dampak yang signifikan juga, kita tidak mungkin seperti biasa keluar rumah dan hanya berdiam diri di rumah, pasti berkurang sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Walaupun kalau memang ada program pelayanan mau tidak mau, dan kalau tidak perlu lebih baik di dalam rumah saja , itu dampaknya mengurangi interaksi dengan warga lain.” (P2.W1.26)

“Keadaan lingkungan, secara umum karena asap aktivitas berkurang karena aktivitas berkurang interaksi antar warga juga berkurang , warga yang suka jalan-jalan seperti biasa juga berkurang, karena setiap orang lebih berdiam diri di rumah , malas keluar, jadi akibat asap mengganggu interaksi dan pergaulan kehidupan sehari-hari , baik masalah pekerjaan maupun hubungan antar warga seperti saat sore-sore bertamu ke rumah tetangga, seperti saya sebagai pendeta, biasanya bertamu ke ruma tetangga minimal 1 orang, karena adanya asap jadi dikurangi, itu yang mebuat interaksi jadi malas keluar rumah” (P2. W1.30)

(17)

“Oh, kalau itu sih relatif, kita santai aja. Tetap aja sering ketemu dengan tetangga. Tetap aktivitas di luar” (P3.20)

Partisipan 4 mengatakan :

“Jarang keluar dari rumah” (P4.16)

“Memang jarang keluar, karena kan lagi kuliah juga jadi kadang baru pulang sore” (P4.20)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau waktu asap kemaren sih gak terlalu ada kegiatan di luar, lebih banyak diam di rumah. Kan kalau keluar rumah pasti asap, jadi aktivitas di luar kurang” (P5.16)

Sedangkan pada tahun 2014 tidak ada partisipan yang mengalami gangguan dalam aspek interaksi sosial, seperti yang dikatakan setiap partisipan. Partisipan 1 mengatakan :

“Kalau di tahun 2014 kan, tidak terlalu parah jadi lebih enak kalau keluar rumah, kalau 2015 jarak pandang juga tidak terlihat sehingga malas keluar rumah, jadi dengan orang lain malas berkumpul...kalau sore seperti sekarang kan enak karena terang, karena

(18)

takut terganggu kesehatan dan pada saat itu terkena flu dan takut menularkan ke orang lain” (P1.42)

Partisipan 2 mengatakan :

“Masih bisa, kalau 2015 itu tidak bisa apalagi ada anak di rumah” (P2. W1.28)

Partisipan 3 mengatakan :

“Ya sama aja dengan 2015” (P3.22)

Partisipan 4 mengatakan :

“Sama aja, jarang keluar juga” (P4.18)

Partisipan 5 mengatakan :

“Tidak ada terganggu, biasa aja” (P5.18)

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dari hubungan interpersonal inilah yang nantinya juga bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Di mana menurut Cohen & Lazarus (Larasati, 2012), mengatakan kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut salah satunya

(19)

dilihat dari hubungan interpersonal. Jika hubungan interpersonal terganggu maka kualitas hidupnya pun terganggu.

Dari segi lingkungan, semua partisipan menyatakan bahwa mengalami salah satu atau lebih gangguan, seperti asap tebal, kualitas udara, jarak pandang yang terganggu, lingkungan hijau yang berkurang, dan air di parit yang kering. Gangguan yang dialami oleh partisipan dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Seperti yang dikatakan para partisipan. Partisipan 1 mengatakan :

“Asapnya lebih tebal dan pekat 2015 dari 2014, terus titik api 2015 lebih banyak dari tahun 2014, juga lebih lama pemadaman 2015 karena titik apinya lebih banyak dari 2014, dan di tahun 2015 hampir sepanjang jalan ke arah bukit rawi , di belakang SD Bukit Rawi juga ada titik api sehingga lebih terasa dampaknya” (P1.44)

Partisipan 2 mengatakan :

“Yang pertama, 2015 bencananya lebih besar dan signifikan bagi masyarakat, segala sesuatu tidak bisa dikerjakan, pekerjaan dan sebagainya, terganggagu keadaannya, baik mobilitas pekerjaan ke Palangkaraya dan Bukit Rawi, juga masalah kesehatan masyarakat

(20)

tidak berani berangkat karena gangguan kesehatan, jadi sangat mengganggu pekerjaan, apalagi orang Bukit Rawi banyak yang bekerja di Palangkaraya, karena jarak pandang & kualitas udara sangat mengganggu, selama kurang lebih 2 bulan dampaknya sangat mengganggu” (P2. W1.10)

“Kondisi kesehatan pada tahun 2015 lebih parah dari 2014, kalau 2014 masih bisa ditoleransi. Di Bukit Rawi juga jarak pandang bisa tidak terlihat” (P2. W1.16)

“Iya sepanjang hari, kalau sore hari saja agak berkurang sedikit” (P2. W1.18)

Partisipan 3 mengatakan :

“Biasa-biasa aja sih, ya sama aja 2015 dan 2014 sama aja keamanan dan yang lainnya” (P3.26)

“Oh kalau itu ada gangguan, Ya terhambat perjalanannya, kita lihat dulu keadaan asapnya apakah masih tebal atau tidak. Dibandingkan dengan 2014 tidak terlalu terasa” (P3.28)

Partisipan 4 mengatakan :

“Kalau di daerah dalam desa sih gak ada, adanya di jalan luar sana” (P4.24)

(21)

“Asapnya tebal terus sepanjang hari” (P4.26)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau 2015 kemaren kan kemaraunya panjang, otomatis kan tidak ada melihat yang hijau-hiaju gitu, air di parit kering, asap juga tebal” (P5.20)

Sedangkan pada tahun 2014 tidak ada partisipan yang mengalami gangguan dalam aspek lingkungan, seperti yang dikatakan setiap partisipan. Partisipan 1 mengatakan :

“Asapnya lebih tebal dan pekat 2015 dari 2014, terus titik api 2015 lebih banyak dari tahun 2014, juga lebih lama pemadaman 2015 karena titik apinya lebih banyak dari 2014, dan di tahun 2015 hampir sepanjang jalan ke arah bukit rawi , di belakang SD bukit rawi juga ada titik api sehingga lebih terasa dampaknya” (P1.44)

Partisipan 2 mengatakan :

“Kalau perbandingan kan tergantung, seperti yang saya bilang kemaren itu kan dampaknya 2015 yang lebih parah daripada 2014, jadi sangat-sangat berbeda, kalau tahun 2014 itu kan masih bisa melakukan aktivitas dan 2015 itu semua masyarakat istirahat total karena kabut

(22)

asapnya lebih besar dan lebih tebal dari tahun 2014.” (P2.W2.11)

“Dari lingkungan sekitar rumah, itu kan seperti yang saya bilang kalau 2014 kan masih bisa orang sekitar jalan-jalan, bekerja, ngobrol-ngobrol di luar. Kalau 2015 kemaren tidak berani keluar rumah gara-gara jarak pandang dengan tetangga juga tidak terlihat. Jadi gangguan lebih terasa di tahun 2015.” (P2.W2.13)

Partisipan 3 mengatakan :

“Oh kalau itu ada gangguan, Ya terhambat perjalanannya, kita lihat dulu keadaan asapnya apakah masih tebal atau tidak. Dibandingkan dengan 2014 tidak terlalu terasa” (P3.28)

Partisipan 4 mengatakan :

“Kalau di tahun 2014 tidak terlalu tebalnya” (P4.28)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau 2014 biasa aja, malah lebih ke banjir di tahun 2014” (P5.22)

Menurut WHOQOL (Larasati, 2012) lingkungan merupakan salah satu aspek dalam kualitas hidup. Lingkungan di sini terdiri dari kebebasan;

(23)

keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang untuk memperoleh keterampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan peluang untuk berekreasi, aktivitas di lingkungan, dan transportasi. Jika salah satu komponen dalam lingkungan tersebut terganggu, maka kualitas hidup seseorang pun akan terganggu.

b. Upaya Masyarakat Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Berhubungan Dengan Bencana Asap

Ada beberapa upaya yang telah dilakukan masyarakat Desa Bukit Rawi selama bencana asap seperti memakai masker, mengisi baskom dengan air, membatasi aktivitas outdoor, tidak membakar sampah sembarangan, mendatangi posko kesehatan, dan melakukan sosialisasi. Seperti yang dikatakan tiap partisipan. Partisipan 1 mengatakan :

“Lebih khusus ke kesehatan, seperti menggunakan masker, terus jika asap sedang tebal tidak berani berpergian keluar, lebih banyak di rumah, dan membatasi aktivitas di luar” (P1.46)

(24)

“Kemarin sih ada sosialisasi, tentang mengisi baskom dengan air untuk mengumpulkan awan, menangkap asap, dan mengurangi asap” (P1.48)

“Menurut saya yang paling penting upayanya adalah dimulai dari hal kecil seperti tidak membakar sampah sembarangan” (P1.52)

Partisipan 2 mengatakan :

“Tidak, karena langsung ditangani oleh posko kesehatan, oleh RSJ kerjasama dengan puskesmas, walaupun agak terlambat sedikit karena tidak mungkin melakukan persiapan sebelumnya, tapi menurut saya mereka sudah tanggap bencana, dan juga petugas melakukan keliling dengan ambulan dan jika ada masyarakat yang sakit langsung dibawa ke posko, dan juga kemaren sempat diberi obat karena kesehatan yang terganggu” (P2.W1.14)

“Menurut saya pribadi, yang lebih diutamakan kita belajar dari kabut asap. Kita biasanya kalau ada asap baru kita bergerak, tapi lebih kepada antisipasi dari sebelumnya. Saya setuju dengan program pemerintah 2016 yang bukan tanggap darurat, apa ya namanya yang mengantisipasi sebelumnya, sebelum terjadi asap

(25)

kita sudah bertindak agar tidak ada asap yang muncul” (P2.W1.34)

“Iya, tindakan pencegahan, bukan menanggapi tapi mencegah bencana” (P2.W1.36)

“Pertama, karena saya pendeta saya mengimbau di dalam renungan, khotbah selama asap itu bercerita tentang keadaan lingkungan, walaupun secara konkret kita juga membantu terutama karena area bukit rawi merupakan area kebakaran. Dan di dalam renungan yang saya tekankan adalah alam bisa hidup tanpa manusia, tapi coba rasakan kita hidup tanpa alam yang bersahabat. Inti saya menekankan kalau manusia tidak bisa hidup tanpa adanya alam tapi kalau alam lebih mantap hidupnya jika tanpa manusia. Nah, jika kita tidak menjaga alam, kita juga yang rugi, dari situ saya mengambil momen untuk menyadarkan diri tentang lingkungan” (P2.W1.38)

“Tiap waktu selama asap, saya biasanya pergi ke palangkaraya beli masker yang banyak dan membagi masker ke warga sekitar dan masih banyak sisanya di mobil itu.” (P2.W1.40)

(26)

“Iya pencegahannya yang paling penting, apalagi kita ini belum menghadapi untuk tahun sekarang, jangan kita lupa berapa banyak bayi yang meninggal di tahun lalu, yang tidak bisa bekerja , berapa banyak kita menderita dan kerugian kita. Walau saat itu kita merasa baik-baik saja lalu kita berbuat semena-mena tapi dampaknya di kemudian hari dan baru kita terkejut lagi, jadi jangan sampai kita menjadi orang yang ceroboh pada hal yang sama, saya lebih menekankan pada seminar/khotbah tentang pencegahan, dan syukur juga ada bantuan dari pemerintah seperti mesin pompa air dan pembuatan sumur bor di titik-titik yang diperlukan. Itu bukan buat ketika terjadi asap tapi ketika belum ada asap itu disiram lingkungan seluruh lahan yang ada di bukit rawi melalui bantuan pemerintah” (P2.W1.42)

“Iya ada, kemarin baru saja ada sosialisasi tentang penjagaan alam dan pencegahan bencana alam, langsung dengan sosialisasi tentang peraturan pemerintah tentang hukuman/denda/sanksi pembakaran lahan apapun bentuknya. Walalupun terkadang bagi kita orang dayak, orang dayak tidak bisa tidak membakar. Permasalahnya aturan ada tapi tidak ada solusinya, jadi kadang pemerintah harus berpikir

(27)

tentang solusi bagi masyarakat. Tapi mengingat yang terjadi tahun kemarin ya mungkin itu langkah terbaik yang dilakukan pemerintah, harus tegas membuat peraturan bahwa apapupun dalam bentuk apapun segala bentuk kegiatan masyarakat jangan sampai membakar karena kita sama-sama merasakan dampak baik dalam hal kesehatan dan juga interaksi sosial dalam masyarakat.” (P2.W1.44)

Partisipan 3 mengatakan :

“Oh kalau itu ada gangguan, Ya terhambat perjalanannya, kita lihat dulu keadaan asapnya apakah masih tebal atau tidak. Dibandingkan dengan 2014 tidak terlalu terasa” (P3.28)

“Menggunakan masker, kan di samping asap juga ada debu yang berterbangan” (P3.30)

“Ya terbatas aktivitas, ya diam di rumah saja kadang-kadang malas keluar kalau tidak perlu yang tinggal di rumah aja” (P3.32)

“Ya lebih ke diri kita sendiri dulu mengamankan, ya kalau nunggu dari pemerintah kayak nunggu masker ya nanti pasti lambat” (P3.34)

(28)

“Untuk tidak terulang lagi ya pasti pencegahannya, seperti tidak membakar lahan semaunya” (P3.36)

Partisipan 4 mengatakan :

“Oh iya, perlu lah pakai masker, apalagi dari pemerintah. Biasanya yang ngasih masker itu dari mahasiswa-mahasiswa aja” (P4.32)

“Hanya menggunakan masker saja” (P4.34)

“Yang paling penting, ya menjaga kesehatan, menggunakan masker dan juga jangan terlalu banyak beraktivitas di luar ruangan” (P4.38)

“Lebih cepat menanggulangi kebakaran, kan setiap tahun selalu terulang” (P4.40)

“Sama saja mungkin seperti yang saya katakan tadi, seperti menjaga kesehatan, menggunakan masker dan juga jangan terlalu banyak beraktivitas di luar ruangan” (P4.40)

Partisipan 5 mengatakan :

“Kalau upaya saya, sebagai kepala keluarga otomatis menjaga keluarga kita, bagaimana dia tetap sehat, kan karena faktor cuaca yang buruk kita otomatis tetap diam di rumah. Pas kemaren itu parah,

(29)

sekitar 2 hari itu kabutnya parah sampai mata pedas dan batuk, kita pergi ke rumah oksigen itu” (P5.24)

“Kalau pakai masker itu otomatis, pake yang b59 itu” (P5.26)

“Pakainya di luar aja, kalau di rumah tidak pakai” (P5.28)

“Kalau upaya dari diri sendiri, kalau saya pengennya pergi dari palangkaraya, kalau punya uang banyak ya saya tinggal di banjar. Kebanyakan orang palangkaraya lari ke banjar semua. Cari tempat yang aman” (P5.30)

“Kalau dari pemerintah sendiri kan, kemaren itu kan kabut asap mendadak terjadi, ototmatis dari pemerintah belum ada persiapan jadi cuma persiapan posko oksigen aja. Kalau 2016 ini sudah ada program, itu mereka beli alat-alat yang bagus mesin yang dari luar yang bisa nyedot air dan tembakannya besar.” (P5.32)

Dari semua upaya yang sudah dilakukan oleh para partisipan merupakan tindakan yang baik dan menunjukkan kesedaran masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka selama bencana asap terjadi. Walaupun ada salah satu

(30)

upaya yang dilakukan kurang bisa membantu dalam hal peningkatan kualitas hidup yaitu mengisi air dengan baskom. Upaya tersebut menunjukkan masih perlunya sosialisasi yang tepat bagi masyarakat dalam hal menangani bencana asap yang terajadi. Partisipan sudah melakukan beberapa mitigasi berhubungan dengan kebakaran hutan/lahan seperti yang dipaparkan Sukandarrumidi (2010) :

1. Segera mematikan sumber kebakaran dengan mematikan titik-titik api.

2. Menyiram dengan air dari udara sumber kebekaran dan daerah yang sudah terlanjur terbakar, dengan memanfaatkan pesawat udara. 3. Mengulangi menyiramkan air ke sumber

kebakaran melalui daratan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kayu yang sudah terbakar kemungkinan masih menyala dan belum padam karena siraman air dari udara.

4. Mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Memakai kacamata untuk melindungi mata. Sejauh memungkinkan, menghindarkan diri segera dari daerah rawan asap.

(31)

5. Masyarakat diimbau untuk membatasi diri atau tidak keluar rumah apabila asap masih tebal.

Dari hasil dan pembahasan yang ada didapatkan bahwa kelima partisipan kualitas hidup mereka dalam beberapa aspek kehidupannya terganggu selama bencana asap. Berhubungan dengan gangguan pada kualitas hidup mereka, kelima partisipan pun mempunyai beberapa upaya dalam hal meningkatkan kualitas hidup mereka selama bencana asap terjadi.

Gambar

Gambar 1. Peta Desa Bukit Rawi
Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan  No  Inisial  Umur  (Thn)  Jenis  Kelamin  Pekerjaan  Pendidikan Terakhir  P1  Nn
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Aspek  Kualitas Hidup
Grafik 4.1 Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Partisipan  Berhubungan Dengan Bencana Asap 2015

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan komparasi dilakukan dengan membandingkan undang-undang negara Inggris, Belanda, Filipina dan Korea Selatan yang berkaitan dengan kewenangan ombudsman dalam

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

Peserta dalam video yang diunggah pada portal youtube dengan judul sesuai juknis LKSN PDBK Tahun 2021 dan dikirimkan melalui portal aplikasi registrasi LKSN PDBK Tahun 2021 merupakan

2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal. Gangguan pertukaran

Dalam penerapannya, muqarnas dapat bertransformasi menjadi bentuk yang benar- benar tiga dimensional, seperti yang terdapat pada kubah-kubah dan relung pintu gerbang, dapat

I-2 : Citra CP Prima yang sedang menurun memang membutuhkan proses atau waktu yang tidak singkat untuk mengembalikannya seperti sebelumnya tetapi saya sangat yakin bahwa

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan