• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tinggi keperawatan merupakan bagian dari pendidikan nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tinggi keperawatan merupakan bagian dari pendidikan nasional"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendidikan tinggi keperawatan merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mana pola pendidikan terdiri dari dua aspek yakni pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Telah disepakati oleh semua institusi yang tergabung dalam Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia bahwa lulusan profesi keperawatan yang siap bekerja atau telah memenuhi standar kompetensinya adalah lulusan Ners (Nurhidayah, 2011).

Pendidikan Ners adalah pendidikan yang bersifat Akademik dan Profesi yang dalam pelaksanaannya terdiri dari 2 (dua) tahapan yaitu tahapan pendidikan akademik dan tahapan pendidikan profesi. Program pendidikan ini mengacu pada metaparadigma keperawatan yang di sepakati di Indonesia dan mempunyai landasan ilmu pengetahuan dan landasan keprofesian yang kokoh. Pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh kemampuan pada proses pemahaman dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Pada program pendidikan profesi terdapat masa penyesuaian profesional bagi peserta didik dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar lapangan dengan menggunakan tatanan pelayanan kesehatan nyata, khususnya pelayanan keperawatan firman (2009) dalam Ratna Dewi dan Elva Tirta (2016).

Belajar atau praktik klinik dikatakan sebagai kunci dalam pembentukan mahasiswa keperawatan karena mahasiswa dapat menerapkan teori pengetahuan dan

(2)

2

mengembangkan keterampilan untuk memberikan perawatan kepada pasien mereka secara langsung. Dalam memberikan perawatan kepada pasien, mahasiswa praktik klinik seringkali menghadapi situasi sulit, penderitaan, kecacatan, dan kematian pasien. Hal ini adalah faktor membuat mahasiswa profesi ners menglami stres (Nicholas, et, al, 2013).

Mahasiswa mengalami kesulitan dan mengalami kondisi stress saat menghadapi masalah nyata selama menjalani pembelajaran profesi ners. Hal ini membuat mahasiswa menjadi stres karena kegiatan pada masalah interpersonal, tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan yang tidak sekedar menggambarkan situasi di teori. Saat menjalani program profesi, mahasiswa lebih ditekankan untuk belajar melalui praktik langsung, baik di rumah sakit, puskesmas maupun di komunitas. Menghadapi praktik klinik ini tidak jarang membuat mahasiswa menjadi stress, sebab pada umumnya merupakan pengalaman yang baru bagi mereka. Mahasiswa merasa tidak berdaya ketika harus berhadapan dengan situasi nyata yang mereka hadapi ketika menjalani praktik klinik. Akibatnya muncul rasa tidak percaya diri saat berhadapan dengan kondisi nyata di lapangan dan mahasiswa mudah untuk mengalami stress (Anelia, 2012).

Stress pada mahasiswa perguruan tinggi telah menjadi topik yang menarik setiap tahun. Menurut Labrague (2016) stres dalam pendidikan keperawatan dikenal sebagai salah satu issue yang paling utama di dunia modern. Mahasiswa cenderung akan mudah mengalami stres karena perubahan dari pola hidup. Dimana perubahan pola hidup merupakan salah satu bentuk dari stresor yang dirasakan mahasiswa (Kumar, 2014). Beberapa keadaan stress mungkin akan dihadapi oleh mahasiswa profesi keperawatan, karena pada tahap profesi mahasiswa melakukan asuhan keperawatan dan keterampilan profesionalnya dalam situasi nyata, menampilkan

(3)

3

sikap dan tingkah laku profesional, dan menerapkan hasil belajar di kelas tentang proses keperawatan (Nursalam, 2008).

Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang (Handoko, 2015). Sedangkan menurut Fieldman (2014) stres adalah suatu proses yang menilai peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peritiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stres dapat positif (misalnya : mempersiapkan pernikahan) atau negatif (misalnya : kematian anggota keluarga). Sesuatu dirasakan sebagai peristiwa yang menekan atau tidak tergantung pada respon yang diberikan individu.

Pengelolaan stress yang kurang tepat dapat mengakibatkan berbagai gangguan seperti depresi, insomnia, kebosanan, kinerja yang buruk, pusing, gangguan pencernaan, hubungan yang kurang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya, usus buntu, serangan jantung, kanker, kerusakan saraf, dan mungkin kecemasan yang tidak pernah ada akhirnya sehingga memicu individu untuk melakukan bunuh diri. Hal ini tentu saja tidak hanya merugikan individu, tetapi juga merugikan orang-orang lain di sekitarnya; misalnya lingkungan keluarga, kerja, sekolah, dan masyarakat (Looker dan Gregson, 2015).

Stress dapat berbentuk macam-macam tergantung dari ciri-ciri individu yang bersangkutan, kemampuan untuk menghadapi (coping skills) dan sifat stressor yang dihadapinya. Ditinjau dari segi dinamik menurut Kaplan dan Sadock (2004) dalam Musradinur (2016) hal ini merupakan fungsi dan ego. Mereka menekankan pula adanya sumber- sumber pribadi serta mekanisme pertahanan sebagai ciri yang khusus individu tersebut. Bila ego berfungsi baik maka semuanya berada dalam keseimbangan. Apabila stresor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai tidak akan

(4)

4

timbul stress. Bila terjadi ketidakmampuan, baru akan timbul stress. Tidak selamanya seseorang yang punya kemampuan mengatasi berhasil dengan pengatasan stressor. Sesudah stressor dapat diatasi individu akan cenderung kembali kepada keseimbangan semula. Bila gangguan keseimbangan ini terjadi cukup lama akan timbul ansietas kronik (Musradinur, 2016).

Menurut Lombu (2018) stressor yang paling dominan menyebabkan stres pada mahasiswa profesi ners adalah interaksi dengan anggota tim kesehatan. Interaksi dengan anggota tim kesehatan merupakan area klinik yang paling banyak menyebabkan stress pada mahasiswa. Stress terkait interaksi dengan anggota tim kesehatan yaitu sikap tidak peduli terhadap mahasiswa perawat oleh staf bangsal, staf perawat mendelegasikan tanggung jawab perawatan pasien kepada mahasiswa, tidak mampu menguasai instruksi dari instruktur klinis dan staf bangsal pada waktu yang sama, perilaku yang tidak menyenangkan dari anggota tim kesehatan, staf perawat yang sangat kasar. Berbeda dengan Shaban dalam Lombu (2018) yang mengatakan bahwa stressor yang paling banyak menyebabkan stres pada mahasiswa keperawatan adalah pengkajian dan beban kerja.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Universitas Muhammadiah Malang pada tanggal 10-12 April 2019, bersama 10 responden, yaitu mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Fikes UMM dengan cara wawancara, didapatkan hasil bahwa stressor yang dialami mahasiswa bermacam macam antara lain mahasiswa tersebut mengatakan bahwa 30% orang diantaranya mengalami stress adaptasi dengan lingkungan baru, pembagian shift, baru merasakan praktik di rumah sakit, 30% orang berpendapat karena beban tugas yang belum terselesaikan, 40% orang merasa ada kendala dalam adaptasi dengan kelompok baru disetiap stase, dan lainnya. Sehingga dengan adanya

(5)

5

masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan “Identifikasi Stressor pada Mahasiswa Profesi Ners UMM”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ Apakah Identifikasi Stressor praktik Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang ? ”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stressor mahasiswa Pendidikan profesi ners UMM.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi praktek klinik yang melatarbelakangi stressor praktek mahasiswa profesi ners.

2. Mengidentifikasi interaksi dengan anggota tim kesehatan yang melatarbelakangi stressor praktik mahasiswa profesi ners.

3. Mengidentifikasi beban tugas yang melatarbelakangi stressor praktek mahasiswa profesi ners.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Mahasiswa

Manfaat penelitian ini agar mahasiswa profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Malang dapat mengetahui stressornya sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan pada dirinya ketika melakukan Pendidikan profesi ners.

(6)

6 1.4.2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti dan menjadi pengalaman berharga untuk peneliti dan kemudian sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.

1.4.3. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terbaru terkait masalah yang dialami oleh mahasiswa didik program studi profesi ners sehingga dapat menyesuaikan serta dapat membantu mengatasi masalah atau stressor yang alami.

1.5. Keaslian Penelitian

Jurnal dan buku yang terkait penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Tri Wahyuni (2018), dengan judul Hubungan Stress dengan Kualitas tidur Mahasiswa Profesi Keperawatan Stikes Ranah Minang Padang Tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik menggunakan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependent. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa profesi yang berjumlah 46 orang, dengan Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini hanya mengidentifikasi kualitas tidur yang menjadi salah

(7)

7

satu stressor mahasiswa profesi ners tanpa menghubungkan fariabel berikut.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kawuryan dan Rr. Dwi Astuti (2015) dengan judul Identifikasi Stressor Mahasiswa Universitas Muria Kudus. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muria Kudus yang terklasifikasi dalam enam fakultas, yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas Agroteknologi, dan Fakultas Psikologi yang teridentifikasi mengalami stres. Pemilihan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner untuk menilai tingkat stress dan stressor (stresor fisik-biologik, psikologis, dan sosial budaya).

Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini hanya mengidentifikasi stressor yaitu kualitas tidur, prosedur keperawatan, interaksi dengan anggota tim kesehatan, rotasi klinik dan pengkajian, serta kondisi penyakit yang menjadi stressor mahasiswa profesi ners tanpa menghubungkan variabel tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Skripsi yang berjudul Sikap Keberagamaan dan Perilaku Altruisme Mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Angkatan 2000, Heti berpendapat bahwa sikap

slack dijelaskan secara simultan oleh asimetri informasi, reputasi, etika, risiko, dan self esteem, sisanya yaitu 64,1 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang

Sedangkan kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih

Dalam hal ini The Guiding Principles on Internal Displacement dapat menjadi kerangka acuan untuk melakukan pendekatan kolaboratif yang dilaksanakan oleh berbagai

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektifitas penggunaan iklan Tumbler Day di Instagram dan Line pada konsumen Starbucks Coffee Hermes Medan.. Teori yang

Sistem ini sebaiknya tidak digunakan lagi karena banyak memiliki keterbatasan. Tanggung jawab besar dibebankan pada perawat untuk menginterpretasi order dan

Kedua negara menunjukkan bahwa instrumen regulasi yang ada secara umum, menekankan pada kepatuhan dari pada bisnis perbankan terhadap prinsip- prinsip ajaran Islam minimal dalam

Ini dapat terjadi karena mungkin berkurangnya pekerja atau tenaga kerja yang terserap akibat orang yang berpendidikan tinggi lebih memilih untuk berwirausaha