• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agamaku, Surga-Neraka dan Puasaku III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agamaku, Surga-Neraka dan Puasaku III"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Agamaku, Surga-Neraka dan

Puasaku III

UNAIR NEWS – Dua kalimat syahadat saja aku tak benar-benar serius. Aku tak bisa berbahasa Arab, akupun tak mampu membaca samudera luas yang bernama Al-Qur’an itu. Sholatku hanya sebatas ritual, doaku adalah rengekan rapal yang tak jarang hanya sekedar kulafalkan tanpa arti. Dan ketika kuketuk pintu di dalam hatiku, aku jadi sangat ragu.

“Bagaimana aku sedang berpuasa, sementara daging dan jiwaku saja tidak serius menghamba kepada-Mu.”

Aku tak pandai sebagaimana Engkau hadir kepada hamba-Mu dengan rahman dan rahim-Mu. Engkau Maha Berpuasa, mengesampingkan seluruh kemungkinan-Mu untuk hadir dalam sifat-Mu yang Maha Adil lagi Maha Kuasa di dunia yang kami alami ini.

Begitulah, hingga aku tak akan lulus memperoleh pahala dari puasa yang Engkau wajibkan atas kami sebagaimana Engkau wajibkan kepada ummat sebelum kami.

Aku sendiri tak sempat memahami puasaku kecuali pikiranku tentang rasa lapar dan haus saja. Aku tak sempat berpuasa kecuali yang kupikirkan hanyalah hadiah-hadiah, seakan-akan aku hanya memposisikan Tuhanku sebagai mandor yang mempekerjakanku sebagai kuli. Sehingga puasa kujadikan sebagai sistem semester pendek untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya, serakus-rakusnya kekayaan pahala. Berhubung Tuhanku sedang mendistribusikan kenaikan jumlah pahala yang tidak main-main berlipatnya.

Tanpa kuberfikir bahwa kekayaan pahala itu, amatlah tidak cukup kalau kita gunakan untuk membeli satu kavling surga-Nya Allah. Sebab nikmat yang turun kepada kita, jika dinominalkan dalam kekayaan pahala, jumlahnya masihlah sangat kurang. Hutang kita kepada Allah tak tertebus oleh seluruh amal

(2)

rekadaya kita, jika hanya berharap pamrih. Apa yang bisa kita andalkan kecuali Rasulullah.

Puasa ini, untukku sulit kupersembahkan kepada-Nya. Walau puasa oleh Allah disebutkan hanya untuk-Nya. Tapi seluruh cela, kekurangan, dan kenaifan pikiran, daging, dan hatiku, teramat berat jika harus dinilai oleh Allah sendiri. Aku tak akan punya wajah, tak akan tega, jika Rasulullah dalam tatapan kasihnya kemudian menemukan orang sepertiku yang mengaku-aku sebagai ummatnya.

Tapi entah kenapa, aku begitu menikmati puasa dan bulan Puasa melalui tatapan bahagia, ekspresi-ekspresi syukur, dan kreatifitas tradisi, yang praktis hanya ada di bulan ini. Pemandangan di kota-kota, di desa-desa dan di masjid-masjid terasa hidup. Mereka semua terhanyut dalam suasana untuk kembali meninggikan Tuhan—walau uforia masjid menjadi ramai, biasanya hanya sejenak pada minggu-minggu awal puasa. Tapi itu bukti, bahwa jerat rantai di kaki iblis dan setan, memang sangat terasa. Karena, mereka tetap tak akan menghapuskan naluri dasar manusia untuk kembali kepada Tuhannya. Try out Iblis sia-sia saja tak akan sempurna untuk menghitam legamkan kertas kosong bernama manusia itu. [ * ]

Penulis: Sukartono (Alumni Matematika UNAIR)

Berpesta Dengan Duka II

UNAIR NEWS – Laki-laki itu membuatku penasaran, untuk apa pesta ini diadakan. Sebelum aku bertanya pada Durja dan Lukas, aku mengingat obrolan kami suatu siang saat jam istirahat kerja. Aku, Durja, dan laki-laki itu menghabiskan sisa jam istirahat di sebuah balkon tempat kami bekerja.

(3)

Laki-laki itu mengawali pembicaraan kami di tengah siang yang tak seterik kemarin.

“aku ingin berpesta” kalimat itu disambung hisapan batang rokok yang cukup panjang.

Saat itu aku baru satu bulan mengenal mereka, maka aku pun bingung menjawabnya. Durja yang melihat kebingunganku, akhirnya angkat bicara menanggapi perkataan laki-laki itu. “bukannya satu bulan yang lalu saat istrimu keguguran kau sudah berpesta?”

Keguguran? Pesta? Pesta setelah istrinya keguguran? Apa sudah gila laki-laki ini? Aku pun menyela pembicaraan itu.

“maaf bung, maksudnya berpesta saat istri bung keguguran itu bagaimana?”

“dia itu kalau berpesta mana pernah melihat-lihat situasi” Durja menjawab sebelum laki-laki memberi penjelasan panjang pada kami.

“ya, betul. Memang, seperti itu. Aku merayakan kehamilan istriku yang gugur. Jadi, ya itu caraku menghibur diri. Sebab kesedihan itu harus dirayakan kawan. Kau pernah lihat adat orang Toraja ketika ada yang meninggal? Mereka tak meratapi dengan tangisan dan diam di rumah. Kalau kita meratapi, kesedihan justru tinggal lebih lama, kawan. Kau akan sulit keluar dari kesedihan itu. Kebahagiaanmu bakal semakin jauh.” “ah masak begitu bung Durja?” aku hanya berpura-pura meminta pendapat Durja, karena sungguh ini pertama kalinya aku bertemu seseorang yang berpesta ketika seharusnya ia berkabung.

Durja mengangkat bahu, ia menyalakan batang rokok yang kedua. Masih ada sepuluh menit kira-kira jam istirahat yang tersisa. “bung, nanti kalau aku membuat pesta, datanglah. Biar kita bisa merayakan kesedihan bersama-sama.”

(4)

Aku mengangguk berkali-kali dengan ragu-ragu. Laki-laki itu ternyata mengerti ketidakterimaanku.

“kenapa kau tampak ragu-ragu kawan? Ayolah, kita itu harus berpikir ke depan. Kesedihan itu kan bukan untuk diratapi, ditangisi berhari-hari. Kalau kita sedih terus, ia akan tertawa melihat kita. Semakin betah ia bersama kita. Kebahagiaan perlu dijemput.” Lalu ia melangkah masuk, meninggalkan aku dan Durja.

“kau mungkin berpikir bahwa dia gila, tapi dia pernah lebih gila lagi dari pesta sebulan yang lalu”

“maksudmu Ja?”

“Sebelum aku kenal dia, ada yang bercerita padaku seperti aku bercerita ini padamu. Waktu mertuanya meninggal, ia pun berpesta, tepat satu hari setelah pemakaman.”

“istrinya tak tau soal pesta itu?”

“entahlah bung, yang jelas menurut cerita itu juga, rumah tangganya masih baik-baik saja. Tapi mereka memang sering bertengkar. Setiap habis bertengkar dengan istrinya, dia pasti mengajak kami minum. Dia yang mentraktir.”

Satu minggu setelah pembicaraan kami siang itu, aku diundang berpesta di rumah barunya. Ini baru masuk akal, pikirku.

Aku datang pada pukul delapan malam, saat itu kulihat Durja sudah asyik dengan makanan dan minuman di hadapannya. Di sebelah Durja, duduk seseorang perempuan, dialah Maria. Ia menggunakan tanktop yang dibalut jaket kulit hitam, aku tau itu karena ia sempat melepaskan jaketnya. Roknya sepuluh senti di atas lutut, rambutnya terurai dan bergelombang, danjari-jari lentiknya yang berkutek merah lincah memainkan batang rokok. Wanita ini misterius. Ia tak banyak bicara, bicaranya sedikit-sedikit atau ia hanya akan bicara bila perlu, bila ditanyai. Itulah yang membuatku semakin ingin mengenalnya. Di

(5)

pesta berikutnya, malam ini, aku sudah lebih banyak berbincang dengannya.

***

Lukas pergi mengambil minum. Hingga tinggal aku dan Durja, lalu Durja mencondongkan badannya ke arahku, dan berbicara dengan sedikit berbisik,

“kau belum tau? Istrinya sudah pergi ke rumah mertuanya. Maksudku dia pulang ke rumahnya. Kemarin mereka bercerai.”

Penulis: Zumrotul Fatma Rahmayanti (Mahasiswi S1 Sastra Indonesia Universitas Airlangga)

Agamaku, Surga-Neraka dan

Puasaku II

UNAIR NEWS – Alasanku masih memegang agama adalah untuk menuju pada ketenangan diri. Aku yakin Islam adalah pintu selamat, pintu ketenangan, keteduhan dan kasih sayang. Di dalam ketenangan itulah aku menemukan surga. Dan di dalam kasih sayanglah, aku menemukan bidadari-bidadari yang sedang merayu, menggoda dan membawaku pada kepuasan rohaniah imajiner yang tiada ukurnya.

Aku yakin iman itulah yang akan mempertemukanku setiap waktu memandang wajah Tuhanku. Dan dengan jalan berpasrah kepada-Nya, senatiasa syukur serta tawakal. Dari situlah letak aliran sungai di dalam surga dapat kunikmati, kupegang, dan ku kendalikan.

(6)

Senatiasa ku sadari, bahwa kelemahan, rasa lupa bahkan dosa dan nista sering kulakoni. Aku juga tak akan lepas dari siksa-siksa neraka. Aku bukan orang suci.

Sedikit saja aku menggantungkan diri pada orang lain, pada dunia, dan pada rasa cinta yang berlebih-lebihan. Maka dosa kekafiran memanggangku, mengintai pada rasa kecewa di kemudian hari. Perasaan kecewa, susah, sedih inilah yang lekat dalam ingatan, menusukkan siksa tanpa mampu membunuhku sekejap saja—bisa menghantui lama. Hidup tak mati-mati dalam siksaan. Bahkan aku terasa takut dalam era ini. Sangat sedemikian takut. Dosaku, nistaku, dan kesalahanku, janganlah dikekalkan di alam IT. Sehingga anak, cucu, buyut, canggah dan keturunanku sewaktu-waktu tak terjebak dalam aib. Ikut melaknatku, dan yang kutakut ialah mereka menolak mengakui garis darahku.

Era informasi ini bagiku jebakan, tapi juga peluang. Era ini lebih kekal dan mengekalkan segala hal di dunia, baik keburukan maupun kebaikan. Bahkan, laknat kepada Fir’aun, Qarun, Abu Lahab dan Abu Jahal bisa saja digantikan oleh nama-nama baru ke dalam dunia segenggaman tangan itu. Itulah neraka yang harus diwaspadai bersama. Maka berhati-hatilah dengan dunia yang tak kenal tega ini. Untuk menjadi baik, baiklah tanpa takut sendiri. Kalau memilih menjadi buruk, tanggunglah sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berkenaan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode student project 64,5% mahasiswa telah tuntas belajar berdasarkan

Hasil peneltian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2015) tentang hubungan lingkungan tempat tinggal dengan tingkat kontrol asma pada

Sehingga menjadi suatu hal yang sangat penting untuk melakukan penelitian mengenai pengelolaan obat terutama penyimpanan obat di puskesmas untuk mengetahui seberapa

bassiana 3 kali selama periode pembentukan buah, pengendalian penyakit karat daun dan anrtraknose dengan pemangkasan bagian tanaman yang terserang, aplikasi fungisida

• Dapat bekerja dengan Query didalam OpenOffice Base dengan file DBase Mimbar kelas Papan tulis, OHP dan Komputer ♦ Latihan ♦ Tugas [3] 10. BEKERJA

Perdarahan di daerah korteks lebih sering disebabkan oleh sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, malformasi pembuluh darah otak yang pecah, atau penyakit

Grameen Bank hanya mengenal tiga jenis kredit yaitu kredit untuk menciptakan pendapatan (income generating) yang produktif, kredit untuk membangun rumah, dan kredit