Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh: Siti Aisyah NIM. 11160110000015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020
v
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 96 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana pembinaan akhlak siswa melalui kegiatan keagamaan di SMP Negeri 96 Jakarta. (2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak jujur dan disiplin siswa SMP Negeri 96.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data dilakukan melalui ketekunan pengamatan dan triangulasi data. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan beberapa tahap dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian dalam skrpipsi ini adalah (1) Pembinaan akhlak siswa melalui kegiatan keagamaan di SMP Negeri 96 terbagi menjadi tiga bagian. Pertama yang dilakukan setiap hari, kedua dilakukan seminggu sekali, dan dilakukan setiap tahun.Untuk pembinaan akhlak yang dilakukan setiap hari yaitu terdiri dari membaca Doa sebelum dan sesudah pembelajaran, salat zuhur berjama‟ah, zikir bersama setelah salat zuhur berjama‟ah, kultum, dan juga tadarus Al-Qur‟an. Untuk pembinaan akhlak yang dilakukan seminggu sekali, terdiri dari kegiatan hafalan juz‟amma, infak, dan juga rohis. Untuk kegiatan tahunan, ada peringatan hari besar Islam. Misalnya: Isra‟ Mi‟raj. (2) faktor pendukung kegiatan keagamaan di SMP Negeri 96 Jakarta adalah kultur sekolahnya yang sudah terbiasa dengan disiplin dan dari pihak orang tua yang sangat mendukung dengan diadakannya kegiatan keagamaan ini. Lingkungan sekolah yang religius dan siswa yang masuk ke SMP Negeri 96 Jakarta sudah mempunyai keingin tahuan dan mayoritas siswa memang dari lingkungan religius, sehingga inputnya sangat mendukung untuk pembinaan akhlak jujur dan disiplin siswa melalui kegiatan keagamaan ini. (3) faktor penghambat kegiatan keagamaan di SMP Negeri 96 Jakarta terletak pada siswa itu sendiri. Terkadang siswa yang kurang pengetahuan keagamaan atau membaca Al-qur‟an sibuk dengan kegiatan lainnya, sehingga guru atau pembinanya masih bingung untuk mengatur waktu ulang. Dan sifat siswa yang terkadang malas ketika ingin diberi pembinaan. Kata Kunci: Pembinaan Akhlak, Kegiatan Keagamaan, Disiplin dan Jujur
vi
conducted at SMP Negeri 96 Jakarta, aims to find out (1) how to build students' morals through religious activities at SMP Negeri 96 Jakarta. (2) This is to determine the supporting and inhibiting factors in fostering honest and disciplined morals for students of SMP Negeri 96.
The research method used in this study uses a qualitative approach with descriptive research type. The data collection techniques used in this study were observation, interviews, and documentation. Checking and checking the validity of the data is carried out through persistence of observation and data triangulation. While the data analysis technique was carried out in several stages starting from data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The results of the research in this thesis are (1) Developing students' morals through religious activities at SMP Negeri 96 is divided into three parts. The first is done every day, the second is done once a week, and is done every year. For moral development that is carried out every day, which consists of reading the Prayer before and after learning, praying noon in congregation, joint dhikr after the midday prayer in congregation, cult, and also the Qur'anic tadarus. For moral development which is carried out once a week, it consists of memorizing juz'amma, infaq, and also spiritual activities. For annual activities, there are Islamic holidays. For example: Isra 'Mi'raj. (2) the supporting factor for religious activities at SMP Negeri 96 Jakarta is the school culture that is accustomed to discipline and from the parents who are very supportive of the holding of this religious activity. The school environment is religious and students who enter SMP Negeri 96 Jakarta already have a curiosity and the majority of students are indeed from a religious environment, so the input is very supportive for fostering honest morals and discipline of students through this religious activity. (3) the inhibiting factor for religious activities at SMP Negeri 96 Jakarta lies in the students themselves. Sometimes students who lack religious knowledge or read Al-quran are busy with other activities, so that the teacher or coach is still confused about how to reset the time. And the nature of students who are sometimes lazy when they want to be given guidance.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah rabbil „alamin segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, Islam, dan ikhsan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan semoga memberi manfaat bagi yang membacanya.
Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir dan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Agama Islam Strata S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat do‟a, perjuangan, kesungguhan hati, dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penu lis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidaatullah Jakarta serta Dosen Penasihat Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama ini dalam menempuh program studi Pendidikan Agama Islam.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama menjalankan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
ix
6. Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam Bu Farah Agustina, S. Sos yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi dan memberikan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Dr. Dimyati, M. Ag selaku dosen pembimbing yang membimbing selama skripsi 8. Royanih, S. Pd selaku guru pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 96 Jakarta. 9. Siswa-siswi SMP Negeri 96 Jakarta yang telah memberikan waktu dan
pengalaman serta pembelajaran kepada penulis saat penelitian berlangsung. 10. Jariyah selaku ibu yang terus mendoakan saya dan menyemangati
11. Fuja Atmawijaya sahabat yang terus membantu memberikan semangat
12. Putri Komala, S.Pd yang telah membantu dan memotivasi agar cepat terselesaikannya skripsi saya.
13. Teman-teman Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2016 terutama kelas B
Ucapan terimakasih juga dihaturkan kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak dapat membalasnya dengan apapun, semoga Allah SWT yang akan membalas dengan balasan sebaik-baiknya di dunia dan akhirat.
Demikianlah skripsi ini dibuat, walaupun penulis sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk meminimalisir kekurangan akan tetapi pasti ditemukan kekurangan dan kelemahan. Harapan besar semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya, serta penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga terjadi satu sinergi yang pada akhirnya akan dapat lebih baik lagi di masa yang akan mendatang.
Jakarta, 11 Desember 2019 Penulis
x DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Pembatasan Masalah ... 7 D. Rumusan Masalah ... 7 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A. Kajian Teori ... 8
1. Pembinaan Akhlak Jujur dan Disiplin ... 8
a. Pengertian Pembinaan ... 8
b. Tujuan Pembinaan ... 8
c. Pengertian Akhlak ... 9
d. Ruang Lingkup Akhlak... 10
e. Kedudukan Akhlak ... 12
f. Tujuan Akhlak ... 13
g. Kedudukan dan Asas Akhlak... 13
2. Jujur ... 14
xi
b. Macam-macam Bentuk Jujur ... 16
c. Keutamaan Jujur ... 18
d. Ruang Lingkup Jujur ... 19
3. Disiplin ... 20 a. Pengertian Disiplin... 20 b. Fungsi Disiplin ... 21 c. Bentuk-bentuk Disiplin ... 21 d. Tujuan Disiplin ... 22 e. Faktor-faktor Disiplin ... 22
f. Cara Terbentuknya Disiplin ... 23
3. Kegiatan Keagamaan ... 23
a. Pengertian Kegiatan Keagamaan ... 24
b. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan ... 24
B. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 48
C. Hasil Yang Relevan ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 57
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 57B. Latar Penelitian (Setting) ... 57
C. Metode Penelitian ... 57
D. Prosedur engumpulan dan Pengolahan Data ... 58
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ... 61
F. Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
A. Deskripsi Data SMP Negeri 96 Jakarta ... 65
B. Pembahasan ... 71
1. Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di SMP Negeri 96 Jakarta ... 71
xii
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Membina Akhlak Jujur dan
Disiplin Siswa di SMP Negeri 96 Jakarta... 78
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ... 59
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 60
Tabel 3.3 Kisi-kisi Dokumentasi ... 61
Tabel 4.1 Data Pendidik ... 67
Tabel 4.2 Data Tenaga Kependidikan ... 68
Tabel 4.3 Data Peserta Didik ... 69
Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana ... 70
Tabel 4.5 Data Ekstrakurikuler ... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Siswa sedang Melakukan Tadarus Bersama ... 74
Gambar 4.2 Siswa sedang Melaksanakan Zikir dan Kultum ... 75
Gambar 4.3 Siswa sedang Melaksanakan LDKR ROHIS ... 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara siswa
Lampiran 3 Hasil Wawancara Guru endidikan Agama Islam Lampiran 4 Hasil Wawancara Siswa
Lampiran 5 Hasil Observasi Kegiatan Keagamaan Lampiran 6 Profil Sekolah Sekolah
Lampiran 7 Jadwal Tadarus Al-Qur‟an Lampiran 8 Jadwal Zikir, Do‟a, Kultum
Lampiran 9 Surat Keterangan Sekolah Sudah Penelitian Lampiran 10 Lembar Uji Referensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan ialah sebuah aktivitas yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hakikat dan tujuan pendidikan erat hubungannya dengan tanggapan hidup dan cara-cara melakukan pendidikan dalam praktik.1 Pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani.2 Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia, kelompok masyarakat, atau bangsa. Oleh karena itu pendidikan perlu secara terus menerus ditumbuh kembangkan secara sistematis, terpadu, dan terencana oleh para pengambil kebijakan yang berwenang di bidang pendidikan, sehingga pendidikan sebagai salah satu pembangunan yang bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia benar-benar dapat memberikan sumbangan yang riil, positif, dan signifikan dalam usaha turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang termuat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadardan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.3
Pada saat ini manusia dihadapkan pada persoalan moral dan akhlak yang serius. Jika dibiarkan akan menghancurkan masa depan agama dan bangsa. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan
1
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 21.
2 Nurkholis, “Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi”, Jurnal Kependidikan,
Vol 1, No. 1, 2013, h9
3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I Ketentuan Umum BAB 1 Pasal 1, h. 2.
juga perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk maka disebut akhlak yang buruk, begitupun sebaliknya. Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syari‟ah. Oleh karena itu, akhlak merupakan pola tingkah laku sehingga tergambarkan dalam perilaku yang baik.4Akhlak adalah tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai baik atau sebaliknya bernilai buruk. Yang dinilai disini adalah tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni melakukan ibadah dalam berhubungan dengan sesamanya.5
Misi utama Rasulullah saw., diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Seseorang dapat dikatakan berakhlak, apabila ia mendasarkan perilakunya pada ajaran Islam, yang bersumber pada wahyu. Rasulullah saw., menunjukkan kesadaran terhadap keberadaan Allah Swt., di setiap saat, menyadari bahwa Allah Swt., mengetahui segala perbuatan, sehingga segala aktivitas kehidupan adalah untuk beribadah kepada Allah Swt.6 Sebagaimana terdapat dalam firman Allah Swt.,
ۡنَمِّل ٌةَنَسَح ٌةَوۡسُا ِهّللّا ِلۡوُسَر ِۡفِ ۡمُكَل َناَك
ۡدَقَل
َهّللّا اوُجۡرَ ي َناَك
ا ۡيِۡثَك َهّللّا َرَكَذَو َرِخه
ۡلۡا َمۡوَ يۡلاَو
ً
Yang artinya: “ Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).7
Permasalahan akhlak harus menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat, khususnya lembaga pendidikan Islam yang lebih banyak berisi tentang agama, sehingga diwajibkan untuk selalu menanamkan budi pekerti atau akhlak kepada
4
Syarifah Habibah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1, No. 4, 2015, h. 74.
5 Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, ( Yogyakarta: Debut Wahana Pres, 2009), h. 9. 6 Nadwa, “Akhlak Mulia dalam Pandangan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, No.
2, 2014, h. 262.
7
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakarta: CV ustaka Jaya Ilmu 2016), h 108.
siswa dan banyak berisikan unsur-unsur pendidikan rohani, pendidikan akal, pendidikan jasmani, dan pendidikan agama. Akhlak dalam peradaban Islam merupakan pagar yang membatasi sekaligus dasar yang diatasnya kejayaan Islam. Nilai-nilai akhlak dalam Islam masuk dalam setiap aturan kehidupan, baik secara individu maupun masyarakat.8
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Akhlak yang mulia dalam agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban, menjauhi segala larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, makhluk, sesama manusia dan alam sekitar dengan sebaik-baiknya.9 Salah satu akhlak yang baik adalah kejujuran. Kejujuran ini sangatlah mahal harganya saat ini. Jujur merupakan modal dasar dalam kehidupan bersama dan kunci menuju keberhasilan. Melalui kejujuran kita dapat mempelajari, memahami, dan mengerti tentang melakukan sesuatu hal dengan apa adanya. Jujur terhadap peran pribadi, jujur tehadap hak dan tanggung jawab, jujur terhadap tatanan yang ada, jujur dalam berfikir, bersikap, dan bertindak.10 Perilaku jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Melalui pembinaan perilaku jujur siswa dapat mempunyai banyak teman.11
Penanaman akhlak jujur pada anak saat ini sangat penting dilakukan untuk bisa membentuk masa depan generasi penerus bangsa yang jujur dan tidak berperilaku menyimpang dalam kehidupan dirinya sendiri maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itulah, peran guru sangatlah penting dalam membina akhlak jujur siswa. Ada banyak langkah yang bisa dijalankan, dan yang paling penting adalah bagaimana menanamkan kesadaran yang utuh kepada anak agar menjadikan kejujuran sebagai sebuah hal yang positif bagi
8 Syamsul Rizal Mz, “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf”, Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 07, No. 1, h. 70.
9 Yatimin Abdullah, Op. Cit., h. 1. 10
Nina Sultonurrohmah, “Strategi Penanaman Nilai Karakter Jujur dan Disiplin Siswa”,
Al-Ibtida‟, Vol. 5, No. 2, 2017, h. 11. 11
kehidupannya, sehingga siswa mampu memiliki pemahaman akan perbedaan akhlak baik dan buruk serta apa konsekuensinya dalam kehidupan.12
Selain jujur, siswa juga harus disiplin. Melalui penerapan kedisiplinan, sekolah tidak sekedar mengembangkan kemampuan intelektual pada siswa, melainkan juga memberikan pembelajaran bagi persiapan moral anak didiknya dalam kehidupannya.13 Nilai disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan setiap individu belajar yang teratur, serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin adalah bagian dari mentalitas dan kebiasaan yang harus dibangun dengan landasan cinta dan kasih sayang. Budaya disiplin tidak akan terwujud manakala guru justru sering melanggarnya. Guru harus menjadi teladan sebagai sosok yang dapat dicontoh dalam hal kedisplinannya.14
Disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta perilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkaran tertentu.15 Dalam membina disiplin siswa, guru bertanggungjawab mengarahkan dan berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan siswa dengan kasih sayang, terutama disiplin diri. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.16 Keteladanan ini merupakan perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan dan dijadikan contoh bagi orang yang mengetahui atau melihatnya. Pada umumnya keteladanan ini berupa contoh tentang sikap yang mengarah kepada perbuatan baik untuk ditiru
12
Nikmah Rochmawati, “Peran Guru Dan Orang Tua Membentuk Karakter Jujur Pada Anak”, Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, 2018, h. 11.
13 Nina Sultonurrohmah, Op. Cit., h. 12. 14 Ibid., h. 12.
15
Sugeng Haryono, “Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 3, No. 3, 2016, h. 264.
16
Sugeng Haryono, “Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 3, No. 3, 2016, h. 266.
atau dicontoh.17 Oleh sebab itu peran guru sangat penting dalam melakukan pembinaan kepada siswanya, karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah.
Sekolah merupakan sebuah organisasi, yakni unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam melakukan pekerjaannya untuk mencapai tujuan bersama.18 Unsur tujuan dalam sekolah diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan sekolah. Salah satu yang ingin dicapai di sekolah yakni terbentuknya akhlak terpuji, diantaranya jujur dan disiplin.
SMP Negeri 96 Jakarta adalah salah satu sekolah menengah pertama yang menerapkan kegiatan keagamaan dalam membina akhlak disiplin dan jujur siswa. Terletak di daerah Jakarta Selatan, Pondok Labu, Komplek Timah. Sebagaimana sekolah ini mempunyai visi yaitu “Visi SMP Negeri 96 Jakarta adalah mewujudkan sekolah berkualitas, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan yang dilandasi iman dan takwa.” Berdasarkan dari visi sekolah diatas pada kalimat “yang dilandasi iman dan takwa” SMP Negeri 96 Jakarta menerapkan pembinaan akhlak melalui kegiatan keagamaan agar terciptanya akhlak disiplin dan jujur “yang dilandasi iman dan takwa” seperti visi SMP Negeri 96 Jakarta.19
Melihat pentingnya sekolah sebagai tempat menimba ilmu yang mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan Islam khususya dalam hal akhlak disiplin dan jujur, maka SMP Negeri 96 Jakarta telah mengupayakan berbagai cara dalam membentuk akhlak disiplin dan jujur siswa melalui kegiatan keagamaan yang diadakan di SMP Negeri 96 Jakarta. Salah satu guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 96 Jakarta mengatakan bahwa kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di SMP Negeri 96 Jakarta untuk pembinaan akahlak disiplin dan jujur siswa diantaranya adalah tadarus Al-Qur‟an, dzikir dan doa, kultum, salat zuhur berjama‟ah, ROHIS. Kegiatan keagamaan merupakan usaha yang dilakukan
17
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 93.
18
Marnah, “Implementasi Pendidikan Agama Dalam Keluarga dan Kegiatan Keagamaan Di Sekolah Menengah Kejurusan Setia Budhi Rangkas Bitung Banten, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 10, No. 2, 2016, h. 78.
secara terus menerus oleh seseorang atau sekelompok orang yang ada hubungannya dengan nilai-nilai keagamaan.20 Program kegiatan keagamaan yang dilaksanakan cukup efektif, yang mana siswa secara perlahan mulai menyadari akan pentingnya disiplin dan juga jujur.21
Kegiatan-kegiatan ini diterapkan dan di jadwalkan sedemikian rupa oleh guru Pendidikan Agama Islam dan pengurus keagamaan. Di sekolah SMP Negeri 96 Jakarta, sangat mementingkan pendidikan karakter dan juga akhlak. Baik dalam hal kedisiplinan atau dalam hal kejujuran. Kegiatan keagamaan ini dilakukan guna memberikan pembelajaran kepada siswa agar terbinanya akhlak yang mulia dan juga dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di SMP Negeri 96 Jakarta masih terdapat siswa yang kurang disiplin dan jujur. Terlihat dari siswa yang masih terlambat masuk sekolah dan, mencontek, dan membawa HP ke sekolah. Padahal terdapat kegiatan keagamaan sebelum jam pembelajaran dimulai yaitu tadarus Al-Qur‟an dan masih terdapat siswa yang kurang tanggung jawab mengenai tugas nya dalam kegiatan zikir dan doa serta kultum, dikarenakan ketidaksiapan siswa yang mendapat giliran bertugas.22
Dari urian uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait pembinaan akhlak disiplin dan jujur siswa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Akhlak Jujur dan Disiplin Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di SMP Negeri 96 Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di identifikasikan beberapa masalah diantaranya yaitu:
1. Masih kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya akhlak di sekolah
20
Fitri Rayani Siregar, “Nilai-nilai Budaya dalam Pembinaan Aktivitas Keagamaan siswa SD IT Bunayya Padangsidimpuan, Jurnal Pusat Studi Gender dan Anak, Vo;. 1, No. 1, 2017, h. 5.
21 Argarry Akbar, Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta Selatan, Wawancara Observasi, 13 Januari 2020.
22
Argarry Akbar, Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta Selatan, Wawancara
2. Masih kurangnya kedisiplinan siswa dalam mematuhi peraturan yang ada di sekolah.
3. Masih terdapat siswa yang belum menerapkan akhlak jujur di sekolah. C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Pembinaan Akhlak dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti yaitu tentang Disiplin dan Jujur.
2. Kegiatan keagamaan dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti yaitu tadarus Al-Qur‟an, zikir dan doa, kultum, salat dzuhur berjama‟ah, ROHIS.
3. Siswa dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti yaitu kelas VII.3 SMP Negeri 96 Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembinaan akhlak disiplin dan jujur siswa melalui kegiatan keagamaan di SMP Negeri 96 Jakarta?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan dalam membina akhlak jujur dan disiplin siswa kelas VII.3 di SMP Negeri 96 Jakarta?
E. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pembinaan akhlak siswa kelas VII.3 melalui kegiatan keagamaan di SMP Negeri 96 Jakarta.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak jujur dan disiplin siswa kelas VII.3 SMP Negeri 96 Jakarta
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis, antara lain:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan teori baru terkait religius dan sosial siswa dalam pembinaan akhlak jujur dan disiplin siswa.
2. Sebagai landasan pendidik dalam membina akhlak peserta didik di SMP Negeri 96 Jakarta
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah secara teoritis.
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori
1. Pembinaan Akhlak Jujur dan Disiplin a. Pengertian Pembinaan
Pembinaan adalah proses perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Setiap pengalaman yang dilalui siswa, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterima akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.1Pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara formal dan non formal dalam rangka mendayagunakan semua sumber, baik berupa manusiawi maupun non manusiawi dimana dalam proses kegiatannya berlangsung upaya membantu, membimbing, dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga pada akhirnya tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai secara efektif dan efesien.2
b. Tujuan Pembinaan
Dalam melaksanakan pembinaan, kita haruslah tahu apa tujuan untuk melakukan pembinaan ini, menurut Oemar Hamalik, yang dikutip oleh Susi Hendriani dkk, yang berjudul: “Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan dalam menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai” mengungkapkan bahwa tujuan dari melakukan pembinaan yaitu upaya meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung jawab dan proaktif serta sehat jasmani dan juga sehat rohani.
1
Lina Hadiawati, “Pembinaan Keagamaan Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran Siswa Melaksanakan Ibadah Salat”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 02, No. 01, 2018, h. 19.
2 Selly Sylviyanah, “Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar”, Jurnal Tarbawi,
c. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab “Khuluqun” yang berarti perangai, tabiat, adat atau “khalqun” yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau system perilaku yang di buat.3
Kata lain dari akhlak yang biasa kita kenal dengan etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, Etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin juga, mores, yang juga memiliki arti kebiasannya.4 Akhlak secara terminologi adalah tingkah laku yang melekat pada jiwa, sehingga timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh manusia. Apabila tingkah laku itu menimbulkan perbuatan yang baik dan terpuji oleh akal dan syara‟, maka tingkah laku itu dinamakan akhlak yang baik. Demikian pula sebaliknya, bila perbuatan- perbuatan yang buruk maka tingkah laku itu dinamakan akhlak yang buruk. Oleh karena itu, dapatlah dipahami bahwa akhlak disebut tingkah laku yang melekat pada diri seseorang karena telah dilakukan berulang-ulang atau terus-menerus.5
Akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia.6Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku manusia tidak luput dari kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan. Perbuatan manusia adakalanya baik dan buruk. Allah menciptakan sesuatu selalu berpasang-pasangan, baik dalam penciptaan alam semesta ini maupun dalam segi perbuatan makhluknya.7
3
Syaepul Manan, “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan”,
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 15, No. 1, 2017, h. 52.
4 Syarifah Habibah, Akidah Akhlak Etika Islam, (Banda Aceh: Bina Karya Akademika,
2018), h. 169.
5
Munirah, “Akhlak Dalam Perspetif Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 4, No. 2, 2017, h. 42.
6
Selly Sylvianah, Op. Cit., h 195.
7
d. Ruang Lingkup Akhlak
Seacara umum akhlak dalam Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia dan akhlak tercela. Akhlak mulia harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan akhlak tercela harus dijauhi jangan sampai dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari ruang lingkupnya, akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT) dan akhlak terhadap makhluk (Ciptaan Allah).8
Ruang lingkup akhlak diantaranya: 1) Akhak Kepada Allah SWT
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji. Bertasbih kepada-Nya. Memuji kepada-Nya. Bertakwa kepada Allah, Bersyukur kepada Allah, Bersabar atas segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah.
2) Akhlak Terhadap Rasulullah
Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat menghindari perbuatan dosa, sangat sabar, sangat pemalu melebihi gadis pingitan, berbicara sangat fasih da jelas.9 Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada baginda Rasulullah Saw. sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia ke jalan yang benar. Berakhlak kepada Rasulullah perlu kita lakukan sebagai berikut:
a) Rida dan Beriman Kepada Rasulullah
Ridha dan beriman kepada Rasulullah merupakan sesuatu yang harus kita nyatakan. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya.
b) Menaati dan Mengikuti Rasulullah
8
Nurhasan, “Pola Kerjasama Sekolah dan Keluarga Dalam Pembinaan Akhlak”, Jurnal
Al-Makrifat, Vol. 1, No. 3, 2018, h. 101. 9
Menaati dan mengikuti Rasulullah merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Allah Swt menempatkan orang-orang yang menaati Allah dan Rasulnya pada derajat yang tinggi dan mulia. Selain itu, mereka juga dicintai Allah Swt, sehingga Allah mudah mengampuni dosa orang-orang yang menaati Allah dan rasulullah. Barang siapa yang menaati Rasul berarti menaati Allah.
c) Mencintai dan Memuliakan Allah
Keharusan yang kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada rasul adalah mencintai beliau dan ahlul bait nya setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.
d) Mengucapkan Shalawat dan Salam kepada Rasulullah
Perintah Allah kepada makhluk Nya untuk mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. mengucapkan shalawat dan salan kepada Rasulullah merupakan tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya.
e) Melanjutkan Misi Rasulullah
Misi Rasulullah adalah menyebarluaaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Inilah tugas-tugas kita selanjutnya sebagai seorang muslim.10
3) Akhlak Mulia dalam Ber-hablun Minannas
Hablun minannas adalah berhubungan antar sesama manusia. Sebagai umat beragama, setiap orang harus menjalin hubungan baik antar sesamanya setelah menjalin hubungan baik dengan tuhannya. 4) Akhlak terhadap Diri Sendiri
Untuk membekali kaum muslim dengan akhlak mulia terutama terhadap dirinya, diantara bentuk akhlak mulia ini adalah memelihara kesucian diri baik lahir maupun batin. Orang yang dapat memelihara dirinya dengan baik akan selalu berupaya untuk berpenampilan sebaik-baiknya di hapadan Allah, khususnya dan di hadapan manusia
pada umumnya dengan memperhatikan bagaimna tingkah lakunya, bagaimana penampilan fisiknya, dan bagaimana pakaian yang dipakainya.
Setelah penampilan fisiknya baik dan akalnya sudah di bekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, maka yang berikutnya harus diperhatikan adalah bagaimana menghiasi jiwanya dengan berbagai tingkah laku yang mencerminkan akhlak mulia. Disinilah seseorang dituntut untuk berakhlak mulia di hadapan Allah dan Rasulnya, di hadapan orang tua nya, di tengah-tengah masyarakat, bahkan dirinya sendiri.
5) Akhlak dalam Lingkungan Keluarga
Di samping harus berakhlak mulia terhadap dirinya, setiap muslim harus berakhlak mulia dalam lingkungan keluarganya. Pembinaan akhlak mulia dlam lingkungan keluarga meliputi hubungan seseorang dengan orang tuanya, termasuk dengan guru-gurunya, hubunganny dengan orang yang lebih tua atau dengan yang lebih muda, hubungan dengan teman sebayanya. Menjalin hubungan dengan orang tua dan guru memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam pembinaan akhlak mulia di lingkungan keluarga.11
e. Kedudukan Akhlak
Kedudukan akhlak dalam Islam menjadi sangat utama, akhlak menjadi rujukan untuk menentukan seseorang baik dan buruk, seseorang disebut baik apabila mencerminkan dalam perilaku dan kehidupannya nilai-nilai dan budaya akhlak yang tinggi. Akhlak memiliki kedudukan yang sangat fundamental hal ini dibuktikan dengan keterikatan seseorang dengan akhlak, bahkan akhlak dijadikan barometer kesempurnaan keimanan.12
11 Ibid., h.101-103
12 M. Dahlan, Konsep Pembelajaran Aqidah Akhlak, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), h.
f. Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah terciptanya perbuatan atau tingkah laku sesuai dengan tuntunan Al-Qur‟an. Menurut Ali Abdul Halim dalam buku M. Dahlan terdapat ada tujuh tujuan akhlak, diantaranya sebagai berikut:
1) Menjadi manusia yang beriman yang selalu beramal saleh, tidak ada sesuatupun yang menyamai amal saleh dalam menerminkan akhlak mulia 2) Menjadi manusia yang saleh yang menjalankan roda kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang agama
3) Menjadi manusia yang mampu berinteraksi secara baik dengan sesamanya, baik dengan sesama muslim maupun non muslim
4) Menjadi manusia yang mampu mengajak orang lain kepada jalan Allah Swt
5) Menjadi manusia yang bangga dengan persaudaraan sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan tersebut
6) Menjadi mansia yang merasa sebagai bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai daerah, suku dan bahasa
7) Menjadi manusia yang bangga dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi.13
g. Sumber dan Asas Akhlak
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan sumber yang absolut. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tida bertentangan dengan apa yang telah digariskan dalam sumber tersebut. Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran yang tidak pernah berubah berubah karena situasi dan kondisi, maka sumber akhlak haruslah yang tetap dan tidak berubah.14 Sumber akhlak adalah al-qur‟an dan sunnah. Keduanya merupakan ajaran yang paling mulia dari segala
13
Ibid., h. 103.
14
ajaran manapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Di dalam Islam terkait erat dengan ajaran dan sumber Islam yaitu wahyu. Sehingga sikap dan penilaian akhkak selalu dihubungkan dengan ketentuan syari‟ah dan aturannya.
Berkenaan dengan ini Abu A‟la al maududi sebagaimana dikutip Yatimin Abdullah dalam buku M. Dahlan mengatakan bahwa sumber akhlak itu terdiri dari:
1) Bimbingan Tuhan, sebagai sumber pokok, bimbingan Tuhan adalah al-qur‟an dan sunnah Nabi Muhammad Saw.
2) Pengalaman rasio dan intuisi manusia, sebagai sumber tambahan atau sumber pembantu.15
2. Jujur
a. Pengertian Jujur
Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap orang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam perilaku sehari-hari. Nilai jujur penting untuk ditumbuhkan sebagai karakter karena sekarang ini kejujuran semakin terkikis.16 Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, tentu sesuai dengan apa yang ada di dalam batinnya.17
Jujur merupakan keadaan yang dapat disambungkan dengan kelurusan hati untuk berbuat benar. Bukanlah hal yang mudah untuk melakukan pembiasaan kejujuran agar melekat kepada diri seseorang. Pembiasaan ini dilaksanakan di sekolah, namun harapan guru, juga dapat diterapkan dalam kehidupa sehari-hari, baik di rumah ataupun di masyarakat. Jujur memiliki sikap yang berani menyatakan sesuatu keyakinan pribadi seseorang. Menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Kejujuran dianggap sebagai salah
15 Ibid., h. 128.
16 Ngainun Naim, Character Building, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 132. 17 Markas, “Urgensi Sifat Jujur Dalam Berbisnis”, Jurnal Pilar, Vol. 2, No.2, 2014, h
satu modal dasar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Ketidakjujuran akan berdampak kepada tatanan sosial masyarakat karena akan menimbulkan permasalahan yang merugikan pihak tertentu maupun diri sendiri.18
Sebagaimana terdapat di dalam firman Allah Swt:
َلَ َو ۖ ِطْضِقْنبِث َءاَذَهُش ِ َّ ِلِلّ ٍَيِيا َّىَق اىَُىُك اىَُُيآ ٍَيِز َّنا بَهُّيَأ بَي
ۖ ٰي َىْقَّتهِن ُة َشْقَأ َىُه اىُنِذْعا ۚ اىُنِذْعَت َّلََأ ًَٰهَع ٍو ْىَق ٌُآََُش ْىُكََُّي ِشْجَي
ٌَىُهًَْعَت بًَِث ٌشيِجَخ َ َّاللَّ ٌَِّإ ۚ َ َّاللَّ اىُقَّتا َو
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencian kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-maidah (5): 8).19
Melalui ayat tersebut, Allah Swt memerintahkan kepada orang beriman agar menjadi penegak keadilan dengan berkata jujur dalam persaksian. Saat menjadi saksi seorang muslim harus menyampaikan segala kebenaran yang ia ketahui. Seorang muslim tidak diperbolehkan berlaku tidak adil kepada orang lain atau kelompok tertentu, hanya karena kebencian, kekecewaan, atau kemarahan di dalam hati. Ayat tersebut juga mengingatkan manusia untuk menegakkan kebenaran karena Allah Swt. menunjukkan keikhlasan hati seorang muslim.20
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan jujur adalah jika kehendak, tujuan dan permintaannya benar baik pada perkataan maupun pada perbuatan. Maka orang mukmin dituntut untuk berlaku dan berkata benar. Sedangkan orang yang suka berdusta dalam menyampaikan infirmasi dan
18
Sulastri dkk, “Peningkatan Karakter Jujur Melalui Kegiatan Role Play pada anak di TK Aisyiah 4 Beringin Sakti Pagar Alam Selatan”, Al-athfal jurnal pendidikan, Vol. 1, No. 1, 2019, h 75.
19 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakart:
CV Pustaka Jaya Ilmu 2016), h 108.
20
dalam perbuatannya, seperti suka memamerkan perbuatan baiknya kepada orang lain.21 Sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah Swt:
ُعِدبَخُي ٍَيِقِفبًَُُْنا ٌَِّإ
ِح َلََّصنا ًَنِإ اىُيبَق اَرِإ َو ْىُهُعِدبَخ َىُه َو َ َّاللَّ ٌَى
ميِهَق َّلَِإ َ َّاللَّ ٌَو ُشُكْزَي َلَ َو َسبَُّنا ٌَوُءا َشُي ًَٰنبَضُك اىُيبَق
ا“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya‟ (ingin dipuji) di hadapan
manusia.” (S. An-nisa: 142).22
b. Macam-macam Bentuk Jujur
Di dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan yang harus dilakukan dengan perbuatan jujur. Menurut A. Tabrani Rusyan, didalam jurnal Markas yang berjudul “ Urgensi sifat jujur dalam berbisnis”, terdapat macam-macam jujur diantaranya:23
1) Jujur dalam Niat dan Kemauan
Dalam Islam setiap aktivitas senantiasa didasarkan kepada niat orang yang melakukan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, sesuatu kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah itu adalah yang niatnya tulus karena Allah Swt. niat adalah inti dari segala kegiatan, sementara berkata jujur merupakan kunci utamanya. Jika sesuatu amal yang sudah tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunnya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana terdapat dalam kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seseorang mujahid, seseorang ari‟, dan seseorang yang dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan kepada perbuatan mereka tetapi kepada niat dan maksut dari mereka bertiga.
21Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tazkiyatun Nafs Menyucikan Jiwa dan Menjernihkan Hati, (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2008), h 89.
22
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakart: CV Pustaka Jaya Ilmu 2016), h 101.
23
Niat memiliki keududukan penting dalam tindakan seseorang muslim. Jujur dalam niat artinya kehendak hati yang tertuju hanya mencari keridoan Allah Swt. sehingga condong kepada kebenaran. Seseorang yang jujur dalam niat tidak akan terperdaya oleh bisikan-bisikan setan untuk melakukan perbuatan tercela. Ia akan melakukan segala sesuatu dengan niat ikhlas karena Allah Swt.24
2) Jujur dalam Ucapan
Nabi mengatakan bahwasanya salah satu yang bisa menyelamatkan manusia adalah ketika manusia itu bisa menjaga lisannya. Artinya bahwa jujur dalam ucapan merupakan alat yang bisa menjaga manusia dari kebinasaan. Sangat wajib bagi setiap hamba agar senantiasa selalu menjaga lisannya, dan selalu berkata benar alias berkata jujur apa adanya. Sseorang yang terbiasa berkata bohong atau dusta akan selalu berupaya menutupi kebohongan sebelumnya dengan kebohongan lainnya. Akibatnya, ia termasuk golongan orang munafik dan merugi. Jujur dalam perkataan atau ucapan artinya mengatakan sesuatu sesuai dengan berita yang diterima atau kenyataan.25
3) Jujur dalam tekad dan Menepati Janji
Seperti contohnya ucapan seseorang. “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta.
4) Jujur dalam Perbuatan
Yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin. Yazid bin Haris berkata: “Apabila kata hati dengan perbuatannya sama, itulah keseimbangan. Apabila hatinya lebih baik daripada hatinya, ia melakukan kemaksiatan.” Sesuai perkataan Yazid bin Haris tersebut, seseorang harus berperilaku sesuai syariat Islam. Jujur dalam perbuatan merupakan perilaku
24
Topandi Pandu Barudin, Perilaku Jujur, (Klaten: Penerbit Cempaka Putih, 2010), h 3.
25
sungguh dalam mengerjakan sesuatu sesuai keadaan atau pengakuan dalam hatinya.26
5) Jujur dalam Kedudukan Agama
Ini adalah kedudukan tertinggi di dalam macam-macam jujur. Sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawwakal. Hal ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang iniadalah benar dan jujur.
c. Keutamaan Jujur
Di dalam Islam diajarkan untuk setiap hambanya berkata jujur dalam segala perkataan apapun, nabi pun juga mengajarkan dan menganjurkan umatnya untuk selalu jujur, karena kejujuran merupakan awak suatu akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya akhlak tersebut. Terdapat beberapa ketumaan jujur, diantaranya:27
1) Menentramkan hati.
Rasulullah Saw bersabda: “Jujur itu merupakan ketentraman hati”. 2) Membawa berkah.
Rasulullah Saw bersabda: “Dua orang yang jual beli itu boleh pilih-pilih selama belum berpisah. Jika dua-duanya jujur dan terus terang, mereka akan diberkahi dalam jual belinya, dan jika dua-duanya bohong dan menyembunyikannya, hilanglah berkah jual beli mereka.”
3) Meraih kedudukan yang syahid.
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang meminta syahid kepada Allah dengan sungguh-sungguh (jujur), maka Allah akan menaikannya ke tempat para syuhada meskipun mati ditempat tidrunya.”.
4) Mendapat keselamatan.
Dusta juga dalam hal-hal tertentu diperbolehkan, jika jujur ketika itu bisa menimbulkan kekacauan.
26 Ibid., h 5.
d. Ruang Lingkup Jujur
Di dalam perilaku jujur, di dalamnya terdapat ruang lingkup yang dibagi menjadi lima bagian:
1) Benar Perkataan (Bidq al-hadis)
Terlihat, hal ini karena terlihat dalam benar tidaknya seseorang dalam menyampaikan informasi, menjawab pertanyaan, melarang, dan memerintah ataupun yang lainnya.
2) Benar Pergaulan (Bidq Al-mu‟amalah)
Benar pergaulan ini adalah sikap benar dalam bermu‟amalah, tidak menipu, tidak khianat, tidak memalsu, sekalipun kepada non muslim. Sikap benar ini akan menjauhkan seseorang yang memliki sifat sombong, serta membuatnya untuk selalu berbuat baik dan benar kepada siapapun tanpa memandan status ekonomi maupun sosial.
3) Benar Kemauan (Bidq Al- azam)
Hal penting bagi seseorang dalam mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan sebelum melakukannya, apakah yang akan dilakukannya itu benar dan terdapat manfaatnya atau jusru sebaliknya. Benar kemauan akan mendorong seseorang muslin melakukan perbuatan dengan sungguh-sungguh dan tanpa ada keraguan sedikitpun, dan tanpa terpengaruh oleh pihak manapun. Akan tetapi sikap seperti ini bukan berarti mengabaikan kritik, selama kritik tersebut masih bersifat argumentif dan konstruktif.
4) Benar Janji (Bidq al-wa‟dua)
Seseorang muslim akan senantiasa menepati janjinya sekalipun dengan musuh dan anak yang lebih muda daripadanya. Termasuk dalam menepati janji adalah mewujudkan „azam (ketetapan hati) untuk melakukan sesuatu kebaikan.
5) Benar Kenyataan (Bidq al-hal)
Seseorang muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Seseorang muslim bukan orang yang memiliki kepribadian ganda atau sikap bermuka dua. Tidak menipu akan kenyataan, tidak
memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula mengada-ngada.28
3. Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Salah satu kelemahan masyarakat kita adalah disiplin. Disiplin adalah kesadaran untuk memiliki sesuatu hal dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa mendapat paksaan dari pihak manapun.29 Disiplin merupakan sesuatu hal yang sangat mutlak dalam kehidupan manusia. Tanpa kita menerapkan kedisiplinan di dalam kehidupan kita, akan merusak pola hidup sehari-hari kita. Dengan tidak disiplin manusia tidak akan teratur dalam kehidupan sehari-harinya. Diadakannya sikap disiplin untuk melatih manusia untuk mematuhi aturan dengan menggunakan hukuman untuk memperbaiki ketidakpatuhan.30
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku.31 Pengertian yang filosofis, disiplin adalah sikap mental manusia untuk membuat hari esok lebih baik daripada sekarang dan membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin.32
Menurut Handoko di dalam buku Guru Profesional karya Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, “ bahwa Disiplin memiliki dua tipe kegiatan kedisiplin:
28 Siti Yumnah, “Pendidikan Karakter Jujur dalam Persepektif Al-qur‟an”, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, N0. 1, 2019, h 34.
29 Eka S. Ariananda dkk, “Pengaruh Kedisiplinan Siswa di Sekolah Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Teknik Pendingin”, Journal of Mechanical Engineering Education, Bandung, Vol 1, No. 2, 2014, h 234.
30
Firman Nahrowi dkk, Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Kegiatan Tadarus Al-Qur‟an di SDN Kotabatu 08 Tahun Ajaran 2017-2018 Kecamatan Ciomas Bogor, Prosiding AL-hidayah, Bogor, E-ISSN: 2654-3753, h 196.
31 Ibid., h. 143.
32 Pupuh Fathurrohman dkk, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.
1) Disiplin Preventif
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawannya untuk mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga penyelenggaraan penyelewengan dapat dicegah.
2) Disiplin Korektif
Kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut.33
b. Fungsi Disiplin
Adapun fungsi-fungsi disiplin adalah: 1) Menata Kehidupan bersama
2) Membangun kepribadian 3) Melatih kepribadian 4) Pemaksaan
5) Hukuman
6) Menciptakan lingkungan yang kondusif.34 c. Macam-macam Bentuk Disiplin
Telah kita ketahui bahwasanya disiplin adalah hal yang penting dalam segala kegiatan dan bentuk aktifitas. Dalam pembahasan kedisiplinan disini, disiplin sendiri memiliki berbagai macam kedisiplinan, diantaranya:
1) Disiplin diri
Disiplin diri yaitu apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu hanya berlaku bagi diri seseorang. Misalnya, disiplin belajar, disiplin bekerja, dan juga disiplin beribadah.
2) Disiplin sosial
Disiplin sosial adalah apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan itu harus dipatuhi oleh banyak orang atau masyarakat. Misalnya, disiplin lalu lintas, dan disiplin menghadiri rapat.
33 Ibid., h. 97-98. 34
Partono dkk, “Pengaruh Disiplin dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi”, Staf Pengajar Jurusan FE UNNES, h 209.
3) Disiplin Nasional
Disiplin Nasional adalah apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu merupakan tata laku bangsa atau norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyat. Misalnya, disiplin membayar pajak dan disiplin mengikuti upacara bendera.35
d. Tujuan Disiplin
Menurut Maman Rachman didalam jurnal Ika Irnawati, yang berjudul “Pengaruh Layanan Informasi dan Bimbingan Pribadi Terhadap Kedisiplinan Siswa kelas XII MA Cokroaminoto Wanadi Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015”, ada beberapa tujuan disiplin, yaitu:
1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang 2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar
3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah
4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk menaati segala hal yang cermat dan tertib.36
e. Faktor-faktor Disiplin
Disiplin merupakan suatu sikap dan perilaku, faktor yang mempengaruhi untuk pembentukan akhlak disiplin, diantaranya:
1) Faktor kepribadian
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut. Sistem nilai dalam hal ini yang bersangkutan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang diajarkan atau ditanamkan orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan sebagai kerangka acuan bagi penerapan disiplin di sekolah maupun masyarakat. Sistem nilsi sksn terlihat dari sikap seseorang.
35 Ika Irnawati, “Pengaruh Layanan Informasi dan Bimbingan Pribadi Terhadap
Kedisiplinan Siswa kelas XII MA Cokroaminoto Wanadi Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015”,
Jurnal Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2016, ISSN.2541-6782, h 8 36 Ibid., h 7.
2) Faktor Lingkungan
Disiplin yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang continue atau terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten, adil, bersikap positif, dan terbuka.37
f. Cara Terbentuknya Disiplin
Setelah kita mengetahui apa itu disiplin, kita juga harus mengetauhi bagaimana cara afar dapat terbentuknya kedisiplinan. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (2004:15) didalam jurnal Ika Irnawati, yang berjudul “Pengaruh Layanan Informasi dan Bimbingan Pribadi Terhadap Kedisiplinan Siswa kelas XII MA Cokroaminoto Wanadi Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015”, dikatakan ada beberapa cara, diantaranya:
1) Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan hukuman serta dengan bentuk perbuatan dalam memberikan sanksi. 2) Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk kepada kaidah-kaidah proses belajar
3) Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya.38
4. Kegiatan Keagamaan
a. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan adalah salah satu faktor untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kemerosotan iman, dan bagi seseorang yang selalu menghiasi dirinya dengan kegiatan yang bersifat keagamaan maka mereka akan senantiasa mendapatkan petunjuk dan rahmat dari Allah SWT. Kegiatan keagamaan adalah proses pemberian
37
Avin Fadilla Helmi, “Disiplin Kerja”, Buletin Psikologi, Tahun IV, No. 2, 1996, h 37-38.
pemahaman agama tentang bagaimana perilaku-perilaku terpuji yang dapat membentuk pribadi sebagai manusia yang lebih baik dan berkualitas, serta mampu mengimplementasikan nilai-nilai agama pada kehidupan sehari-hari.39 Sumber akhlak adalah al-qur‟an dan sunnah. Keduanya merupakan ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan manusia.
b. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan di masing-masing sekolah sudah pasti berbeda-beda. Di SMP Negeri 96 Jakarta mempunyai beberapa kegiatan keagamaan yang akan penulis bahas. Diantaranya adalah:
1) Zikir
a) Pengertian Dzikir
Zikir Menurut bahasa adalah mengingat. Zikir berasal dari pecahan kata dzakara-yadhkuru-dkiran. Dari kata tersebut secara Bahasa memiliki arti seperti menyebut, mengingat, menuturkan, menjaga, memperhatikan, mengenang, mengenal, mengambil pelajaran.40 Sedangkan secara istilah adalah membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah SWT.41
Dzikir ialah menyebut, menuturkan, mengingat, mengerti, ucapan lisan, getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan oleh agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.42
Dzikir juga disebut dengan wirid. Zikir artinya ingat kepada Allah SWT dilakukan dengan hati dan lisan, melalui bacaan kalimah Tayyibah berupa, tasbih, tahmid, takbir,
39 Herman pelani Dkk, “Kegiatan Keagamaan Sebagai Pilar Perbaikan Perilaku
Narapidana Di lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa”, Jurnal
Diskursus Islam, Vol. 06, No. 3, 2018, h. 448-449.
40 Mujaddihul Islam Mafa, Menyibak kedahsyatan zikir, (Lumbung Insani: Lumbung
Insani, 2009), h. 18.
41 Ridha Sucinindyasputeri dkk, “Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Penurunan Stres Pada
Mahasiswa Megister Profesi Psikologi”, Inquiry Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 8, No. 1, 2017, h. 32.
42 Jasmadi dkk, “Hubungan Kualitas Dzikir dengan Kebahagiaan Pada Mahasiswa
dan asmaul husna (nama-nama baik yang dimiliki Allah).43
Dzikir sendiri merupakan doa dimana akan mengingat dan mengungkapkan perasaan, kemauan, dan keinginan. Sehingga dzikir orang akan memperoleh ketenangan jiwa dan kelegaan batin, karena ia akan mengingat dirinya dan merasa diingatkan oleh Allah SWT.
Zikir pada hakikatnya adalah adalah mengingat Allah SWT dan melupakan apa saja selain Allah. Dzikir juga merupakan bentuk kesadaran seorang muslim dan muslimah yang wajib untuk mengingat Allah SWT dalam bentuk lisan dan juga hati yang salah satunya dengan berdzikir. Dzikir biasa dilakukan dengan merenung dan mengucapkan lafadz-lafadz Allah. Dzikir juga dapat dikatakan latihan spiritual untuk menghadirkan Allah dalam hati manusia dengan menyebut-nyebut nama dan sifat Allah sambil mengenang keagungan Allah.44
Zikir juga bisa sebagai obat untuk hati yang keras. Sebagaimana perkataan seorang laki-laki kepada Hasan, “Wahai Abu Sa‟id, aku ingin mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku. “Lalu, Hasan berkata, “Lembutkan dia dengan zikir.” Makhul berkata, “Zikrullah adalah obat, dan mengingat manusia adalah penyakit.45 Sesungguhnya zikir merupakan makanan pokok bagi hati dan ruh manusia. Apabila seorang hamba betul-betul memahaminya, maka zikir itu seperti makanan bagi tubuh yang memberikan kekuatan. Diantara kekuatan zikir adalah ia akan dapat mengusir setan, mengendalikan dan menghancurkanya, mengundang keridhaan Allah, menghilangkan gundah gulana dalam hati, serta menerangi hati dan wajah.46
43 Kusaiyin Wardani, “Peningkatan Kemampuan Peserta Didik Dalam Membaca Dzikir
dan Doa Sesudah Sholat Melalui Media Card Short Pada Siswa Kelas IV MI Darul Falah Sumberwono Bangsal Kabupaten Mojokerto”, Tasyri‟, Vol. 25, No. 1, 2018, h. 91.
44 Olivia Dwi Kumala dkk, “Efektivitas Pelatihan Dzikir dalam Meningkatkan
Ketenangan Jiwa padaLansia Penderita Hipertensi”, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 4, No. 1, 2017, h. 58.
45 Ahmad Farid, Tazkiyah An-Nafs, (Sukoharjo: Shafa publishing, 2008), h. 64. 46
Membaca zikir itu sangat di anjurkan karena dengan memperbanyak zikir maka seseorang akan terasa lebih dekat dengan yang maha pencipta yaitu Allah SWT. Selain itu dengan zikir kita tidak menjadi orang yang kufur nikmat tetapi kita menjadi orang yang syukur nikmat.47
Sebagaimana dalam firman Allah Swt:
ْىُك ْشُكْرَأ يَِو ُشُكْربَف
“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya aku ingat (pula) kepadamu.” (QS. Al-baqarah(2): 152).48
b) Macam-macam Zikir
Zikir ada beberapa macam, diantaranya adalah menyebut nama-nama Allah dan sifat-sifat Nya, seperti mengucapkan, Subhanallah, Alhamdulillah, dan La ilaha ilallah. Kedua, menyebut tentang hal-hal yang berkaitan dengan nama-nama dan sifat-sifat Nya, seperti Allah mendengar suara para hamba Nya dan memperhatikan gerak-geriknya. Ketiga, mengingat perintah atau larangan Allah.49
Di dalam buku Keakhwatan Menumbuhkan potensi Fitrah Memberdayakan Ptensi Iman karangan Cahyadi Takariawan dkk, macam-macam zikir ada empat. Tiga diantaranya sama dengan Ahmad Farid, dan satu lagi yaitu ingat akan nikmat-nikmat dan kebaikan Nya. Zikir itu bisa dengan hati atau bisa dengan lisan, tetapi zikir yang paling utama adalah zikir yang antara hati dan lisan itu sinkron.50
c) Keutamaan Zikir
Keutamaan zikir banyak sekali, beberapa di antaranya adalah:51
(1) Terlindung dari bahaya godaan setan
47 Nur Afifah, Zikir dan Do‟a, (Semarang: Penerbit Mutiara Aksara, 2019), h. 6. 48 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakart:
CV Pustaka Jaya Ilmu 2016), h 23.
49 Ahmad Farid, Op. Cit., h. 66. 50
Cahyadi Takariawan dkk, Keakhwatan Menumbuhkan potensi Fitrah Memberdayakan
Ptensi Iman, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2010), h. 126.
51 Saiful Amin Ghofur, Rahasia Zikir dan Do‟a, (Jogjakarta: Ar – Ruz Media, 2012), h.
Setan adalah makhluk Allah yang menyatakan diri sebagai musuh manusia yang abadi. Setan tak akan pernah berhenti untuk menggelincirkan manusia dari ridho Allah SWT. Segala bentuk godaan akan di umpamakan kepada manusia agar lalai dan terlena. Karena itu dengan berzikir kita memohin kepada Allah supaya terlindung dari godaan setan yang terkutuk. Tidak mudah menyerah dan putus asa. Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan. Adanya permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan seseorang. Berputus asa adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam. Sifat putus asa merupakan sifat lemah dan tidak mencerminkan kepribadian muslim yang berkualitas.
(2) Memberi ketenangan jiwa dan hati
Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Karena itu, untuk meraih ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir.
(3) Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah
Allah memberi sifat Al- rahman dan Al- Rahim. Kedua kata ini berasal dari suku kata al – rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah terhadap hamba Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah harus kita raih dengan memperbanyak zikir.
(4) Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan
Hidup di dunia hanya sementara. Begitupun segala hal yang diraih dalam kehidupan dunia. Kenikmatan dunia adalah fana. Tak abadi. Segala kesenangan dan kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak disikapi dengan bijaksana. Dengan kejernihan hati dan senantiasa mengingat Allah melalui zikir,
kenikmatan dunia itu bisa menjadi perantara untuk meraih kebahagiaan akhirat.
d) Waktu dan Tempat untuk berzikir
Seyogyanya seseorang yang ingin berzikir terlebih dahulu mengetahui dan memperhatikan waktu yang utama. Waktu-waktu yang sangat diperbolehkan untuk berzikir adalah sebagai berikut: (1) Di waktu pagi hari sebelum terbit matahari, seusai mengerjakan
shalat subuh.
(2) Di waktu petang, sesuai mengerjakan shalat ashar sebelum terbenamnya matahari.
(3) Setelah tergelincirnya matahari, sesuai mengerjakan shalat dzuhur.
(4) Ketika rembang matahari.
(5) Ketika bangun dari tidak dan ketika terbenam bintang. (6) Sesudah mengerjakan shalat-shalat fardhu.52
e) Manfaat Zikir
Berikut beberapa manfaat zikir seseorang dalam kehidupannya sehari-hari:
(1) Mendapat ketenangan hati dan bebas dari perasaan cemas, sedih, duka, dendam, dan stress berkepanjangan.
(2) Dikeluarkan oleh Allah dari kegelapan (hidup yang penuh kesukaran, kesempitan, kepanikan, ketakutan, kehinaan, dan serba kekurangan) kepada cahaya yang terang benderang (hidup bahagia, nyaman, aman, mulia, sejahtera, dan berkecukupan). (3) Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan
mungkar.
(4) Terpelihara dari kelicikan dan tipu daya setan yang menyesatkan.
(5) Selalu mendapatkan jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang menghadang dan mendapat rezeki dari tempat yang tidak
pernah diduga, serta selalu dicukupkan semua kebutuhan hidupnya.
(6) Selalu mendaptkan perhatian istimewa dari Allah SWT dimanapun ia berada, selama ingat kepada Nya.
(7) Terhindar dari beban hidup yang berat dan tidak sanggup dipikul serta terhindar dari siksa dan azab yang melampaui batas.
(8) Diampuni segala dosanya, dihapuskan segala kesalahannya, dan diwafatkan bersama orang yang berbuat kebaikan.
(9) Mendapat kehidupan yang baik sampai datang ajal yang telah ditetapkan.
(10) Dibalas dan dilipatgandakan amal kebaikannya dengan ayng lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.53
f) Tata Cara Zikir (1) Niat
Sebelum berzikir kita harus memulainya dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah SWT, tanpa ada maksud erta tujuan yang lainnya.
(2) Bersikap Tadaru‟ dan Khifah
Tadaru‟ berarti kita harus bersikap rendah diri di hadapan Allah SWT.
Manusia di hadapan Allah hanyalah makhluk hidup yang sama dengan makhluk hidup yang sama dengan makhluk hidup ciptaan Allah yang lainnya, tetapi tidak kita lebih sempurna dibandingkan yang lainnya.
(3) Sesuai dengan bacaan dari Rasulullah
Bacaan yang dibaca pada saat dzikir hendaknya seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Apabila kita tmengerjakan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, berarti kita termasuk orang yang bertakwa dan dengan demikian kita akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.