• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian

Judul laporan tugas akhir yang dipilih oleh peneliti dapat dijabarkan dan didefinisikan sebagai berikut :

• Bangunan Hijau

Adalah bangunan yang didesain khusus dengan tema yang ramah lingkungan, hemat energi, layout sederhana tapi tidak membosankan, kualitasnya bermutu dan material yang ramah lingkungan. Pelaksanaan green building ini salah satu upaya mencegah pemanasan global yang menyebabkan bumi semakin panas. Green building lebih dimaksudkan pada bentuk fisik bangunan yang berwawasan lingkungan. Upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran. (Aulia Nur Anjainah, 2013)

• Konservasi Energi

Menurut kamus bahasa Indonesia, konservasi berarti pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan/pengawetan. Berdasarkan SNI 03-6389-2000, konservasi energi adalah upaya mengefisiensikan pemakaian energi untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi dapat dihindarkan. Konservasi energi disini mempunyai arti melestarikan/menghemat penggunaan energi listrik yang berasal dari sumber energi yang tidak dapat diperbaharui antara lain energi fosil-minyak bumi, batubara dan gas bumi. Konservasi energi merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk dapat menghemat penggunaan sumber daya fosil yang semakin menipis. (Feri Harianto & Anastasi Gozali, 2013).

• Selubung Bangunan

Elemen bangunan yang menyelubungi bangunan gedung, yaitu dinding dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian besar energi termal berpindah melalui elemen tersebut.

(2)

• Kantor

Secara etimologis kantor berasal dari Belanda: “kantoor”, yang maknanya: ruang tempat bekerja, tempat kedudukan pimpinan, jawatan instansi dan sebagainya. Dalam bahasa inggris “office” memiliki makna yaitu: tempat memberikan pelayanan (service), posisi, atau ruang tempat kerja.

Pengertian kantor dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kantor dalam arti dinamis dan kantor dalam arti statis.

1. Kantor dalam arti dinamis merupakan proses penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian/pendistribusian data/informasi. Atau dapat dikatakan kantor dalam arti dinamis merupakan kegiatan ketatausahaan atau kegiatan administrasi dalam arti sempit.

2. Sedangkan kantor dalam arti statis bisa berarti ruang kerja, kamar kerja, markas, biro, instansi, lembaga, jawatan, badan, perusahaan, serta tempat atau ruangan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan penyampaian/pendistribusian data/informasi. Selain pengertian-pengertian tersebut, ada beberapa pengertian kantor secara statis menurut beberapa ahli diantaranya yaitu:

• Menurut Moekijat (1997:3), kantor adalah setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan tata usaha, dengan nama apapun juga tempat tersebut mungkin diberikan.

• Menurut Atmosudirjo (1982:25), kantor adalah unit organisasi terdiri atas tempat, staf personil dan operasi ketatausahaan guna membantu pimpinan. • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kantor adalah balai (gedung, rumah,

ruang) tempat mengurus suatu pekerjaan atau juga disebut tempat bekerja. 2.1.2. Tujuan dan Fungsi Kantor

Tujuan kantor sebagai pemberi pelayanan komunikasi dan perekaman. Dari definisi tersebut, dapat diperluas menjadi fungsi kantor/pekerjaan yang dilakukan (Pratama, 2013:5-7), yaitu sebagai berikut:

• Menerima informasi

Menerima informasi dalam bentuk surat, penggilan telepon, pesanan, faktur, dan laporan mengenai berbagai kegiatan bisnis.

(3)

Tujuan pembuatan rekaman adalah menyiapkan informasi sesegera mungkin apabila manajemen meminta informasi tersebut. Beberapa rekaman diminta untuk disimpan menurut hokum, atau disimpan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan seperti rincian negoisasi, transaksi, kerespondensi, pesanan, faktur atau ringkasan rincian seperti laporan keuangan, laopran persediaan, dll.

• Mengatur informasi

Informasi yang diakumulasi oleh kantor jarang dalam bentuk yang sama layaknya ketika diberikan, seperti mengumpulkan informasi dan sumber-sumber yang berbeda dan membuat perhitungan/pembukuan. Kantor bertanggungjawab memberikan informasi dalam bentuk terbaik dalam melayani manajemen, seperti penyiapan faktur/kuitansi, penetapan harga, akuntansi, laporan keuangan, dll.

• Memberi informasi

Bila manajemen diminta sejumlah informasi yang diperlukan, kantor memberikan informasi tersebut dari rekaman yang tersedia. Sebagian informasi yang diberikan bersifat rutin, sebagian bersifat khusus. Informasi-informasi tersebut diberikan baik secara lisan maupun tulisan. Contoh informasi tersebut pesanan, anggaran, faktur/kuitansi, laporan perkembangan, laporan keuangan, dll.

• Melindungi aset

Selain empat fungsi di atas, masih ada fungsi lain dari kantor yaitu mengamati secara cermat berbagai kegiatan dalam perusahaan seperti diperlihatkan di dalam rekaman dan mengantisipasi segala hal yang tidak menguntungkan yang mungkin terjadi. Misalnya melaporkan adanya kekurangan persediaan, melaporkan adanya sejumlah hutang yang mungkin tidak terbayar saat akan jatuh tempo, rekaman vital seperti kontrak besar harus dilindungi secara tepat, uang tunai harus disimpan di dalam lemari besi maupun di dalam bank. Kantor harus berhati-hati terhadap makna rekaman dan memperhatikan dengan segera.

2.1.3 Klasifikasi Kantor Sewa

Menurut Hunt W.D. dalam Marlina, 2008 Rental Office adalah suatu bangunan yang mewadahi tansaksi bisnis dan pelayanan secara profesional. Lebih lanjut dalam Marlina (2008:116) memaparkan bahwa kantor sewa merupakan bahwa kantor sewa merupakan fasilitas perkantoran yang berkelompok dalam satu bangunan sebagai respon terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi khususnya di

(4)

kota-kota besar (Perkembangan industri, bangunan/konstruksi, perdagangan, perbankan dan lain-lain).

A. Berdasarkan Organisasi

Berdasarkan organisasinya kantor sewa terbagi atas beberapa poin, yaitu :

1. Commercial office, yaitu seperti perkantoran yang digunakan untuk perdagangan dan asuransi.

2. Industrial office, yaitu jenis kantor ini mempunyai hubungan dengan pabriknya.

3. Professional office, yaitu jenis kantor yang hanya digunakan dalam jangka waktu tertentu saja.

4. Institutional office, yaitu jenis kantor yang digunakan dalam jangka waktu panjang

B. Berdasarkan Sifat dan Tujuan

Berdasarkan sifat dan tujuannya, kantor sewa terbagi atas :

1. Kantor sewa komersil, yaitu kantor sewa yang mempunyai sifat komersil dengan tujuan untuk mencari keuntungan.

2. Kantor sewa non komersil, yaitu kantor sewa yang sifatnya tidak untuk mencari keuntungan.

C. Berdasarkan Sistem Sewa

Kantor sewa memiliki beberapa sistem sewa, yaitu :

1. Net sistem yaitu sistem sewa dengan memperhitungkan luas lantai bersih, sehingga harga sewa per meter persegi tinggi.

2. Gross sistem yaitu sistem sewa dengan memperhitungkan luas lantai kotor, sehingga harga sewa per meter persegi rendah. Dengan sistem seperti ini cocok untuk sewa per lantai.

Jenis sewa terdiri dari:

1. Sewa biasa adalah penghuni membayar uang sewa kepada pemilik bangunan sesuai dengan perjanjian tanpa terikat batas waktu.

2. Sewa beli adalah uang sewa berfungsi sebagai angsuran pembelian, bila angsuran sudah memenuhi harga yang ditetapkan, maka bangunan menjadi milik penghuni.

3. Sewa kontrak adalah penghuni membayar uang sewa secara periodik sesuai dengan persetujuan, apabila masa kontrak berakhir dapat diadakan perjanjian baru.

(5)

D. Berdasarkan Usaha Penyewa

Berdasarkan usaha penyewa, kantor sewa terbagi atas : • Industri (Manufacturing)

• Asuransi (Insurance) • Periklanan (Advertising) • Keuangan (Financial)

• Bursa dagang (Trade association) • Publikasi (Publishing)

• Bank (Banking) • Akuntan (Accountant) • Konsultan (Consultant)

E. Berdasarkan Peringkat Kantor Penyewa

Berdasarkan perigkat kantor penyewa, kantor sewa terbagi atas : • Kantor Pusat (Head Office)

• Kantor Cabang (Branch Office)

• Kantor Perwakilan (Liason Representatif Office) F. Berdasarkan Bentuk Usaha Penyewa

1. Kantor untuk usaha yang sejenis (Single used building)

Adalah kantor yang dipersewakan bagi perusahaan yang sejenis atau bergerak dibidang usaha yang sama. Hal ini timbul karena adanya kemungkinan perusahaan tersebut mengelompok, disebabkan adanya kecenderungan untuk berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

2. Kantor untuk usaha campuran (Mixed used building)

Adalah kantor yang dipersewakan bagi perusahaan dibidang usaha gabungan dari berbagai perusahaan dengan jenis usaha yang berbeda. Bentuk seperti ini sudah hampir bersifat umum dan banyak dijumpai, di lain segi bentuk ini memungkinkan terjadinya hubungan antara berbagai perusahaan dalam satu atap.

2.1.4 Bentuk Ruang Kantor

A. Tata Ruang Kantor Berkamar (Cubical Type Office)

Tata ruang berkamar adalah tata ruang untuk bekerja yang dipisahkan menggunakan sekat/kamar-kamar. Sekat tersebut dapat terbuat dari kayu maupun tembok atau benda keras lainnya. Tata ruang berkamar juga sering disebut tata ruang

(6)

tertutup. Keuntungan tata ruang bersekat atau berkamar ini antara lain adalah sebagai berikut:

• Rahasia pekerjaan lebih terjamin, baik dari segi pembuatan dokumen, pembicaraan maupun aset lainnya yang disimpan seorang pegawai.

• Pekerja menjadi lebih konsentrasi.

• Meningkatkan kewibawaan pekerja karena bekerja di dalam suatu ruangan tersendiri.

• Terasa lebih menghargai tamu.

Sedangkan kerugian tata ruang kantor bersekat adalah sebagai berikut:

• Komunikasi antar pegawai menjadi terhambat karena ada sekat pemisah antara satu pegawai dengan pegawai lainnya.

• Biaya yang dikeluarkan untuk membuat tata ruang berkamar lebih besar ketimbang membuat tata ruang kantor terbuka, karena perlu membuat sekat-sekat kamar setiap ruangannya.

• Membutuhkan ruangan kantor yang lebih luas. • Penggunaan ruangan kurang fleksibel.

• cubical office layout

B. Tata Ruang Kantor Terbuka (Open Plan Office)

Tata ruang kantor terbuka merupakan pengaturan tata ruang kantor dengan menggunakan sebuah ruangan besar untuk bekerja yang ditempat beberapa orang pegawai. Tata ruang terbuka memungkinkan komunikasi antar pegawai menjadi lebih lancar, sehingga mendorong para pegawai lebih komunikatif dan kreatif. Keuntungan tata ruang kantor terbuka adalah sebagai berikut:

• Fleksibel dalam penggunaan seluruh ruangan serta tidak memerlukan biaya tinggi. • Mudah melakukan komunikasi antar pegawai.

• Pemeliharaan peralatan, pemeliharaan kebersihaan ruangan, penggunaan peralatan, menjadi lebih mudah, hal ini akan menghemat biaya perusahaan. • Menghemat penggunaan cahaya penerangan.

• Biaya instalasi pertama lebih murah dibanding tata ruang berkamar. Sedangkan kerugian tata ruang kantor terbuka adalah sebagai berikut:

• Kegaduhan sering muncul disebabkan komunikasi yang sangat lancar dan intens. • Konsentrasi pegawai terkadang buyar melihat banyak orang hilir mudik.

(7)

• Pemandangan kurang baik karena tumpukan dokumen para pegawai menjadi tidak rapi.

• Kurang efektif diterapkan bagi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi. C. Tata Ruang Kantor Berpanorama (Landscape Office)

Tata ruang kantor berpanorama adalah tata ruang kantor yang dihiasi oleh taman, dekorasi, dan hiasan lainnya. Bentuk ruangan ini bertujuan agar tampilan kantor menjadi nyaman selayaknya diluar ruangan.

Keuntungan tata ruang kantor berpanorama adalah sebagai berikut: • Pegawai merasa nyaman dan betah bekerja di dalam ruangan. • Pemandangan kantor terlihat segar dan hijau.

• Udara menjadi lebih segar, serta suplai oksigen semakin banyak.

• Tidak membutuhkan pencahayaan tinggi karena desain ini juga menggunakan penerangan dari alam.

• Produktivitas kerja meningkat, karena pekerjaan dilaksanakan dengan efisien. Sedangkan kerugian tata ruang kantor berpanorama adalah sebagai berikut:

• Biaya pembuatannya tinggi, karena selain membuat ruangan kantor juga membuat panorama, atau taman dan dekorasi lainnya.

• Biaya perawatan menjadi lebih tinggi.

• Membutuhkan tenaga ahli dalam perancangan tata ruang kantor.

• Konsentrasi berkurang ketika terjadi sesuatu hal yang aneh diluar ruangan. • office landscape layout

D. Tata Ruang Kantor Gabungan (Mixed Office)

Tata ruang kantor gabungan berarti gabungan antara ketiga bentuk tata ruang sebelumnya. Penggunaan tata ruang kantor ini perlu dipertimbangkan untuk meminimalkan kerugian dan memanfaatkan keuntungan dari ketiga tata ruang sebelumnya.

2.2 Tinjauan khusus

2.2.1 Teori tentang OTTV (SNI 03-6389-2000)

OTTV (overall thermal transfer value) adalah angka yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk selubung bangunan yang dikondisikan. Selubung bangunan yang dimaksudkan adalah elemen bangunan yang menyelubungi bangunan gedung, yaitu dinding luar dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian besar energi termal berpindah melalui elemen tersebut.Untuk membatasi

(8)

perolehan panas akibat radiasi matahari lewat selubung bangunan, maka ditentukan nilai perpindahan termal menyeluruh untuk selubung bangunan tidak melebihi 45 watt/m.

Rumus perhitungan OTTV:

Nilai OTTV untuk setiap bidang dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, dapat dihitung dengan persamaan 1:

(9)

Tabel 3. Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap tak tembus cahaya

Sumber: Badan Standarisasi Nasional SNI 03-6389-2000

Tabel 4. Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaaan dinding luar

Sumber: Badan Standarisasi Nasional SNI 03-6389-2000

2.2.2 Aspek Perancangan Konservasi Energi (Sukawi, 2010) A. Matahari dan Pembayangan

Orientasi bangunan sebagai salah satu faktor utama untuk meminimalkan konsumsi energi pada bangunan. Di wilayah iklim tropis lembab lebih diutamakan orientasi bangunan mengarah ke utara, selatan dan timur, untuk pembukaan yang memadai sebagai penangkap angin dalam meningkatkan pendinginan didalam ruangan dan penggunaan terang alami yang memadai untuk kegiatan di dalam ruang.

(10)

Jumlah panas yang berlebihan di iklim tropis belum dimanfaatkan secara optimal oleh beberapa perancang pada bangunan tinggi. Pada kenyataannya mayoritas bangunan rendah maupun tinggi justru memiliki desain bangunan yang mengeliminasi terang alami dan menggunakan sebanyak mungkin lighting. Oleh karenanya kondisi padatnya bangunan tinggi di perkotaan harus diimbangi dengan pengurangan efek pembayangan sekitar yang berakibat munculnya ruang-ruang yang terjebak oleh gelap dan meningkatnya konsumsi energi untuk lighting.

Dalam sun path diagram dapat diketahui posisi matahari berdasarkan tanggal, bulan dan waktu siang hari untuk mendapatkan besarnya sudut ketinggian matahari atau disebut sebagai altitude, dengan besaran sudut berkisar antara 0

O

hingga 90 O

. Seperti contohnya bila sebuah kota yang berada diatas lintasan khatulistiwa atau berada tepat di atas jalur ekuator, maka garis lintang matahari berada di 0

O

, kota di Indonesia yang berada posisi ini sebutlah kota Pontianak bila menunjukan jam 12 siang di bulan September dan Maret maka matahari akan berada tepat di atas ketinggian altitude 90

O

atau posisi matahari berada tegak lurus dengan permukaan bumi. Hal demikian akan terjadi juga pada garis lintas matahari akan berada tepat di atas kepala untuk kota-kota yang berada di atas permukaan bumi dengan garis lintang 23-24

O

LS pada tanggal 22 Desember tepat menunjukan waktu jam 12 siang.

Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005).

Bila melihat pada beberapa desain bangunan tropis, sebenarnya masyarakat Indonesia cukup mengenal bagaimana dan apa yang dimaksud dengan “hijau” demi kepentingan dan kenyamanan hidup. Bagaimana pun terbatasnya lahan yang dimiliki, tetap diupayakan agar rumah dan lingkunganya tetap nyaman untuk ditinggali. Macam-macam cara yang d i lakukan, misalnya teras depan digunakan untuk menggantung dan menanam berbagai macam tanaman sehingga menyerupai tembok tanaman yang berefek pada pengurangan panas. Disamping itu daun yang hijau dalam proses fotosintesis bisa menghasikan udara yang lebih baik bagi kesehatan lingkungan. Inisiatif yang ditempuh oleh masyarakat untuk menerapkan

(11)

konsep ekologis bagi lingkunganya merupkan suatu upaya yang sederhana dalam mewujudkan keberlanjutan.

Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2005).

Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun pasif. Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantisipasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan pendekatan aktif mutlak memerlukan kolaborasi perancang dan engineering melalui solusi teknologi. B. Selubung bangunan

Selubung bangunan (building envelope) memiliki peran penting dalam menjawab masalah iklim dan penghematan energi, seperti radiasi matahari, hujan, kecepatan angin , tingginya kelembaban serta pemanfaatan potensi alam antara lain dengan memanfaatakan cahaya alami untuk penerangan ruang serta penghawaan alami baik melalui dinding maupun atap , serta memilih material yang memiliki perambatan panas relatif kecil Faktor panas yang berasal dari luar bangunan akan masuk kedalam ruang melalui selubung bangunan, baik melalui dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang harus dinetralisir oleh sistem pendingin (AC) dengan menggunakan energi.

Untuk itu dalam rangka pemikiran penghematan energi, maka perolehan panas tersebut harus dibatasi. Perambatan panas (Heat Transfer) adalah proses perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas. Terdapat tiga cara perambatan panas:

• Perambatan Panas konduktif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas melalui kontak (sentuhan).

• Perambatan panas konvektif : perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas melalui aliran angin (atau zat alir lainnya)

• Perambatan panas radiatif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas dengna cara pancaran.

(12)

C. Pengurangan Radiasi Matahari

Radiasi sinar matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan sebagian besar melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakkan bidang kaca pada daerah yang terlindung oleh bidang penangkal sinar matahari (sun shading device), atau bahkan tidak terkena matahari secara langsung sama sekali. Lebar sirip penghalang sinar matahari tergantung pada jam perlindungan yang dikehendaki dan letak lintang daerah tersebut.

Secara nyata lebar bidang penangkal dapat didesain dengan menggunakan Diagram Matahari dan Pengukur Sudut Bayangan, dengan perbandingan sebagai berikut:

• Sinar matahari yang langsung mengenai bidang kaca akan merambatkan panas sebesar 80% - 90%.

• Pemasangan tabir matahari di sebelah dalam akan mengurangi panas, sehingga tinggal 30% - 40%.

• Pemasangan tabir matahari di luar jendela akan mengurangi masuknya panas, sehingga tinggal 5%- 10%.

Untuk mengurangi radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:

• Pembayangan / Shading untuk mematahkan sinar matahari, dengan prinsip payung atau perisai yang dilakukan dengan cara seperti: penanaman vegetasi berupa pohon-pohon tinggi di dekat bangunan, penggunaan jendela-jendela rapat / blinden, penggunaan papan atau bidang yang dapat disetel pada poros vertikal, kerai, tenda jendela dan jerambah, penjulangan atap pada cucuran (tritisan), gimbal atap dan galery, atap rapat pada rumah, selasar, galery dan doorloop • Penyaringan / Filtering, untuk memperlembut sinar matahari, terutama siang

hari yang masuk agar tidak terlalu menyilaukan, dilakukan dengan cara: penanaman vegetasi berupa tanaman, bunga, perdu, krepyak, louvre, jalousie, kisi-kisi, kerawang / roster, kerai, pergola, horisontal overhangs.

2.2.3 Beban Pendinginan (SNI 03-6572-2001)

Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus dihilangkan dalam satuan waktu dari ruangan yang diinginkan.Beban panas external untuk seluruh gedung akibat konduksi dan radiasi dapat Beban Pendinginan (SNI 03-6572-2001) dihitung dengan persamaan 4,5,6,7,8 :

(13)

Konduksi melalui atap, dinding dan kaca :

2.3 Studi Banding

2.3.1 Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta

Gedung utama Kementerian PU baru yang terletak di Jl. Pattimura no. 20, Kebayoran Baru Jakarta tersebut meemang biaya pembangunannya lebih mahal 10-15%, karena menggunakan konsep green building. Pada bangunan ini, listrik bisa dihemat sampai 44 % dan penggunaan air juga bisa dihemat sampai 81% pada musim hujan dan 63% di musim kemarau, hal ini dikarenakan pada musim hujan semua air hujan ditampung, dan recycle sehingga bisa digunakan kembali. Bangunan gedung ini dibangun berdasarkan satu masterplan yang ditandatangani oleh menteri

(14)

PU Sunarno di tahun 2003, atas dasar masterplan itu kita teruskan. Sementara itu kaitannya dengan konsep green building, bangunan gedung ini di desain secara green yang mendapat sertifikat platinum dari Green building Council, yang merupakan sertifikat tertinggi.

Gedung PU merupakan Pilot project sejati dari GREENSHIP NB 1.0. gedung yang dibangun bersama-sama dengan penyusunan GREENSHIP. Prosesnya mengadopsi konsep Integrated Design Team dan menjadi tonggak yang sangat penting dan simbol kebangkitan Industri bangunan Indonesia. Gedung 18 lantai 28.957 m2 dilengkapi gedung parkir dan plaza. Gedung yang sejak awal berambisi untuk mencapai peringkat Platinum GREENSHIP ini merencanakan IKE 142,64 KWH/m2 dan penghematan 30 % dari baseline. Untuk mencapainya diterapkan prinsip-prinsip passive design dengan OTTV 28,1 W/m2, Natural lighting dengan aplikasi lightshelf untuk memperbesar daerah terpaan cahaya matahari dan penggunaan system AC dengan Chiller effisiensi tinggi. Sistem AC Water cooled menggunakan 3 Chiller ( 2 running, 1 standby) dan 2 cooling tower dengan perhitungan cooling load sebesar 0,623 KW/TR dipenuhi oleh Chiller dengan Efisiensi menurut data teknis 0,571 KW/TR saat beban penuh. Memahami arti pentingnya proses TC, maka tolok ukur BEM 4, yaitu Proper Commisioning dilaksanakan.

Gambar 11. Gedung Kementerian P.U

Sumber: http://us.images.detik.com/content/2013/08/21/1016/143658_pukopera.jpg diakses tanggal 6 Mei 2015

(15)

Gambar 12. Master Plan Gedung Kementerian P.U Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

Gambar 13. Building Form & Orientation Gedung Kementerian P.U Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

Gambar 14. Bentukan Kantilever Gedung Kementerian P.U Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

(16)

Gambar 15. Efektivitas Kantilever Gedung Kementerian P.U Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

Gambar 17. Hasil Perhitungan Gedung Kementerian P.U Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U Gambar 16. Bentukan Partisi pada Interior Gedung Kementerian P.U

(17)

2.3.2 Kantor Management Pusat PT. Dahana, Subang, Jawa Barat

Dahana, gedung dengan luas lantai yang dikondisikan 5.108,81 m2 terdiri dari 2 lantai kantor, 4 lantai gedung serbaguna milik PT Dahana, BUMN yg bergerak di industri strategis. Gedung yang sejak mula direncanakan untuk mencapai peringkat GREENSHIP NB 1.0 Platinum ini memproyeksikan IKE desain sebesar 135.77 KWH/m2 per tahun dan penghematan 34.02 % dari baseline. Untuk mencapainya diterapkan prinsip-prinsip passive design dengan OTTV 32,68. Natural lighting dan aplikasi green roof. Dengan system HVAC Water cooled menggunakan 2 Chiller dan 1 cooling tower, perhitungan desain kapasitas pendinginan (cooling load/COP) sebesar 0,589 KW/TR. Untuk mendapatkan nilai point lebih banyak, maka tolok ukur BEM 4, yaitu Proper Commisioning dilaksanakan.

Tindakan TC ini adalah yang pertama kali dilakukan pada bangunan gedung baru untuk keperluan sertifikasi GREENSHIP, sehingga menjadi proses belajar yang luar biasa bagi semua pelakunya. Proses ini merupakan kolaborasi dari tim yang besar, dikomandoi oleh CxA bersertifikat yang bekerjasama dengan Konsultan TC local, menuntun dan melakukan proses bersama-sama Kontraktor, Manajemen Konstruksi dan Vendor AC. Walaupun proses yang dilakukan belum ideal, namun pengukuran kinerja AC pada beban mendekati 100% dapat dilakukan.

Temuan saat pengukuran menemukan COP Chiller plant sesungguhnya sebesar 0.641 KW/TR sehingga terdapat perbedaan 8,8 % lebih besar dari desain. Hal ini dapat berakibat konsumsi energy lebih besar dari yang diperhitungkan. Pengukuran pompa chilled water menunjukan adanya oversize sehingga dapat terjadi overflow. Tetapi pengukuran AHU menunjukan perbedaan Kapasitas AHU rata-rata sebesar 26% lebih kecil dari desain. Hal ini berpotensi adanya kurangnya supply udara kedalam ruangan yang berujung kepada kesehatan dan kenyamanan pengguna.

Temuan ini kemudian diperbaiki dengan mengadakan rerating dengan software oleh vendor dan penyetelan ulang sesuai outputnya. Hasil penyetelan ulang dengan balancing pipa menunjukan adanya perbaikan COP Rata-rata menjadi 0.604 KW/TR yang hanya berbeda 2% dari desain. AHU pun mengalami penyetelan ulang pada puli untuk meningkatkan RPM sehingga mencapai supply udara yang diinginkan.

Tindakan ini diikuti dengan perhitungan ulang menggunakan Energi Modelling Software dengan perubahan parameter, sehingga IKE desain menjadi

(18)

sebesar 131.378 kWH/m2.tahun atau 32,4 % dari baseline. Data ini yang kemudian diajukan dalam penilaian GREENSHIP NB 1.0 pada Sidang tahun 2011. Nilai yang didapatkan dari Kategori EEC total 15 point (18 %) dari 83 point yang didapatkan dan berbuah penghargaan berupa sertifikat GREENSHIP NB Platinum pada 2012.

Gambar 18. Master Plan Kantor Dahana Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 19. Perspektif Kantor Dahana Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 20. Tampak Kantor Dahana Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

(19)

Gambar 21. Building Form & Orientation Kantor Dahana Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 22. Bangunan Auditorium Kantor Dahana Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 23. Bangunan Perkantoran Kantor Dahana Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

(20)

2.3.3 Graha Wonokoyo, Surabaya

Bangunan yang terdiri dari 11 lantai dengan luas lahan 1.854 m² dan luas bangunan 7.121 m². Luas unit kantor yang disewakan ±42 m², ±100 m², ±640 m². Yang di arsiteki oleh Jimmy Priatman. Karya bangunan hemat energi beliau tidak hanya diakui di Indonesia tetapi juga di ASEAN, terbukti beliau telah beberapa ASEAN Save Energy Award. Konsumsi listrik pada bangunan ini luar biasa hemat, hanya 88 kwh per M2. Adanya rekayasa pasokan panas membuat overall thermal transfer value (OTTV) atau jumlah panas yang masuk ke dalam ruangan hanya setara 22,8 watt per M2. Sangat jauh dibawah standar ACE yang menetapkan OTTV untuk bangunan hemat energi sebesar 45 watt per M2. Graha Wonokoyo adalah salah satu dari gedung perkantoran di Surabaya yang menerapkan konsep bangunan hemat energi, dengan pendekatan bentuk bangunan arsitektur kolonial karena konteks lokasinya yang berada dalam kawasan konservasi.

Bangunan ini terdiri dari tiga massa. Dari depan adalah bangunan penerima 2 lantai dengan gaya arsitektur kolonial sebagai manifestasi dari pendekatan, massa tengah 3 lantai bertindak sebagai transisi antara bentuk kolonial dengan bentuk modern, dan massa belakang dengan bentuk modern 11 lantai adalah menara kantor.

Detil yang ditampilkan adalah satu elemen dari arsitektur kolonial yang sangat mempengaruhi tampilan bangunan ini. Dalam merencanakan bangunan ini mencoba untuk mengurangi tingkat standar konsumsi energi yang telah diatur sesuai dengan indeks efisiensi energi (EEI) untuk bangunan kantor yang tidak harus lebih dari 200/kwh/tahun.

Untuk arah bangunan yang menghadap timur dan selatan tidak mengimplementasikan material kaca penuh, tetapi masih menggabungkan elemen bukaan neo klasik seperti jendela sehingga mempersempit masuknya radiasi matahari, sedangkan di utara dan barat yang memiliki radiasi yang lebih tinggi menggunakan jenis kaca v-kool teknologi tinggi yang dapat menyerap radiasi matahari. Jenis AC VRV sistem yang menghemat energi dan dapat diatur independen di setiap lantai. Sisi barat, yang bertindak sebagai penghalang panas berfungsi sebagai ruang recepsionist, ruang pertemuan, dan layanan kamar. Sisi utara adalah sebagai unit ruang AC, pantry dan ruang arsip. Di selatan dan sebelah timur zona utama yang difungsikan sebagai ruang kantor.

(21)

Gambar 24. Bangunan Perkantoran Graha Wonokoyo Sumber: Romi Rizali, UPN, 2012

Gambar 25. Sun Path Diagram Graha Wonokoyo Sumber: Romi Rizali, UPN, 2012

Gambar 26. Optimalisasi Pencahayaan Alami Graha Wonokoyo Sumber: Romi Rizali, UPN, 2012

(22)

Dengan menciptakan pembayangan pada tampak bangunan maka dapat mengurangi nilai OTTV. Pembayangan pada bangunan seperti pada studi banding dapat dilakukan dengan cara menggunakan kantilever, sirip horisontal maupun vertikal, penempatan vegetasi, pemilihan warna dan material facade bangunan, dan sebagainya. Selain itu pemilihan material yang tepat pada sisi bangunan yang terkena sinar matahari langsung, dapat mengurangi nilai OTTV, seperti yang ditunjukan oleh bangunan Graha Wonokoyo yang menggunakan kombinasi material beton dan kaca berteknologi tinggi pada sisi yang terkena matahari. Bila dilihat dari rumus perhitungan energi pembebanan energi pendingin ruangan terdapat variabel yang menggandung nilai OTTV. Dengan berkurangnya pembebanan energi pendingin udara, penggunaan energi di dalam bangunan dapat dikurangi.

2.4 State of The Art

Merupakan pernyataan hasil studi literature terkini terkait dengan proyek dan topic/tema sejenis. Tabel 2 di bawah ini merupakan hasil ringkasan dari 3 jurnal ilmiah internasional dan 2 jurnal ilmiah nasional yang diterbitkan 5 tahun terakhir.

Tabel 5. State of the art No. Judul Jurnal dan

Tahun Pembuatan

Nama Penulis Ringkasan 1. Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian Energi dalam Bangunan (Studi Kasus Perumahan Graha Padma Semarang) (2010)

Sukawi Permasalahan yang diangkat adalah Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli

akan energi dengan cara beralih ke sumber energi terbaharui dalam merancang bangunan yang hemat energi.

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan bentukan selubung bangunan yang optimal pada setiap

sisi bangunan dengan

memperhitungkan pembayangan matahari.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan indikator pembayangan yang digunakan untuk menentukan nilai. Penelitian dilakukan setiap satu jam sekali mulai pukul 09.00-16.00 dengan mengamati pembayangan matahari.

Hasil penelitian yang di dapatkan adalah Selanjutnya harus

(23)

memperhatikan lintasan matahari terutama untuk penentuan jarak bangunan, model facade, modelatap dsb. Sehingga penyelesaian disain facade yang dibuat tidak diseragamkan antara yang menghadap barat, timur, selatan, atau utara.

2. Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Gedung Graha Galaxy Surabaya (2013) Harianto, Feri & Gozali, Anastasia Fairanie.

Permasalahan yang diangkat adalah mengenai cara penghematan energi untuk sistem penghawaan buatan pada sebuah gedung di Kota Suarabaya. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui bagaimana pengaruh dari besaran nilai OTTV (overall thermal transfer value) dan RTTV (Roof thermal transfer value) terhadap jumlah energi yang dibutuhkan pada beban pendingin udara (Air Conditioner).

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pengumpulan data sekunder, yaitu berupa gambar proyek, data meteorologi, foto dan survey.

Hasil penelitian yang di dapatkan adalah bangunan yang nilai OOTV dan RTTV nya besar akan memberatkan beban dari sistem pendingin udara di dalam ruangan, solusi yang diberikan berupa memasang tanaman hijau yang dapat membayangi bangunan, mengganti cat bangunan dengan warna yang lebih cerah, dan mengganti AC konvensional dengan AC hemat energi.

3. Indonesian

Building Codes and Its Influence

on Future Electricity Demand (2011) Journal of Utama, N.A, at all.

Permasalahan yang diangkat adalah menemtukan jenis material pada bangunan yang tepat agar mengurangi nilai OTTV yang masuk ke dalam bangunan.

Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui jenis-jenis material yang tepat agar dapat mengurangi beban

(24)

Sustainable Energi & Environment 2 (2011) 21-25

penggunaan energi di dalam bangunan.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan mencoba beberapa jenis material dan disimulasikan dengan menggunakan software Ecotect Analysis.

Hasil penelitian yang di dapatkan adalah batako merupakan material yang paling tepat untuk bangunan di Indonesia karena memiliki nilai OTTV yang lebih rendah daripada bata dan ekonomis dengan mempertim-bangkan harga dan kemudahan produksinya. 4. Evaluation of Energi and Atmosphere Section for Thailand Green building Project Case Study (2012) International Journal of Information and Electronics Engineering, Vol. 2, No. 4, July 2012 N.Patcharaprakiti & J. Saelao

Permasalahan yang diangkat adalah mempelajari mengenai arsitektur hijau yang peduli terhadap penghematan energi di dalam bangunan.

Tujuan yang ingin dicapai adalah dapat merancang suatu bangunan hemat energi dengan dengan mengamati aspek-aspek yang berpengaruh di dalam perancangan bangunan hijau.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menilai setiap aspek yang diteliti, selain itu untuk menentukan besaran nilai OTTV/RTTV pada bangunan menggunakan software dari departemen energi.

Hasil penelitian yang di dapatkan adalah bangunan hemat energi yang diteliti, menggunakan energi untuk operasionalnya tidak melebihi dari nilai yang telah ditentukan oleh pemerintah. 5. Concept of Overall thermal transfer value (OTTV) in Design of Building

J. Vijayalaxmi Permasalahan yang diangkat adalah pada saat ini banyaknya desain sebuah bangunan akan mempengaruhi penggunaan energi yang akan digunakan oleh bangunan tersebut.

(25)

Envelope to Achieve Energi Efficiency (2010) Int. J. of Thermal & Environmental Engineering Volume 1, No. 2 (2010) 75-80

Tujuan yang ingin dicapai adalah mengamati hubungan antara penggunaan energi pada bangunan dengan desain bangunan tersebut dengan memfokuskan pengamatan pada OTTV.

Metode penelitian yang digunakan adalah mengamati setiap bagian sisi bangunan dan menghitung nilai OTTV pada setiap sisi tersebut.

Hasil penelitian yang di dapatkan adalah desain yang dapat mengurangi pancaran radiasi langsung pada bangunan akan dapat mengurangi nilai OTTV pada setiap sisi bangunan. Berdasarkan kelima jurnal tersebut, dapat ditarik sebuah intisari mengenai pengaruh selubung bangunan di dalam konservasi energi terdapat faktor-faktor yang dapat meminimalkan penggunaan energi di dalam bangunan, seperti penataan masa bangunan dan penataan lingkungan di sekitar bangunan. Penataan masa bangunan dilakukan dengan cara mengatur orientasi bangunan yang optimal dengan cara memperkecil luasan sisi bangunan pada arah timur dan barat. Sementara penataan lingkungan dapat dilakukan dengan penataan penghijauan agar tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat membuat bayangan yang dapat membayangi sisi bangunan agar panas radiasi dari matahari tidak langsung mengenai sisi bangunan (Tumbuhan dapat digunakan sebagai second screen facade alami). Penggunaan material yang tepat pada setiap sisi bangunan juga akan memperkecil nilai OTTV.

Dari jurnal-jurnal tersebut diperoleh unsur kebaruan dari penelitian ini yaitu penggunaan selubung bangunan yang memfokuskan pada faktor pembayangan untuk mengontrol nilai OTTV. Dengan mengontrol nilai OTTV diharapkan dapat mengurangi suhu di dalam bangunan. Dengan semakin rendahnya suhu di dalam ruang, mengakibatkan kerja mesin pendingin udara semakin ringan. Dengan semakin ringannya kerja mesin pendingin udara, mengakibatkan penggunaan listrik pada bangunan dapat dikurangi.

(26)

2.5 Kerangka Berpikir

Gambar

Tabel 4. Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaaan dinding luar
Gambar 11. Gedung Kementerian P.U
Gambar 14. Bentukan Kantilever Gedung Kementerian P.U  Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U
Gambar 15. Efektivitas Kantilever Gedung Kementerian P.U  Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U
+6

Referensi

Dokumen terkait

Target penerimaan perpajakan pada APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.193,0 triliun, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3 triliun

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Latihan dasar Ngemat ini juga merupakan salah satu cara untuk peningkatan dari kemampuan SUGESTI BATIN atau SABDA GENDAM yang sudah kita latih dalam Modul 4 Cara Pemancaran

Pedoman UIN Mengabdi Qaryah Thayyibah Tahun 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Tugas ahli teknik jalan raya adalah merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan perencanaan teknis jalan yang mencakup pelaksanaan survey,

Jadi, persepsi terhadap kepemimpinan transformasional adalah cara pandang karyawan pramuniaga terhadap kemampuan pemimpin toko buku Gramedia Padang dalam mengubah

Dengan melihat nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,048174 yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5% atau 0,05, maka dapat

Ilmu Pragmatik membantu untuk menemukan cara pengajaran bahasa asing yang menghasilkan pembelajar bahasa asing yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan