PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN REPELLENT NABATI
(KULIT JERUK) DAN KANTONG PLASTIK BERISI AIR SEBAGAI
PENGUSIR LALAT
Hariyanti H. Patamani 1), Dian Saraswati 2), Sri Manovita Pateda3)
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,Universitas Negeri Gorontalo Hariyanti H. Patamani
hariyanti.h.patamani92@gmail.com
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,Universitas Negeri Gorontalo Dian Saraswati
dian_saraswati29@yahoo.co.id
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,Universitas Negeri Gorontalo Sri Manovita Pateda
manovitapateda@gmail.com
Abstrak
Rumusan masalah apakah ada perbedaan penggunaan repellent nabati (kulit jeruk) dan kantong plastik berisi air sebagai pengusir lalat. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis efektifitas kulit jeruk dan kantong plastik berisi air sebagai pengusir lalat. Jenis penelitian eksperimen sungguhan dengan pendekatan posttest only design. Populasi yaitu seluruh lalat yang berada di pasar Sentral Kota Gorontalo dan jumlah sampel sebanyak 100 ekor lalat. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova. Lalat merupakan salah satu insekta ordo dipthera yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat berperan sebagai vektor mekanis dan vektor biologis dalam penularan penyakit.Upaya alternatif untuk mengurangi dampak penyakit yang ditimbulkan lalat yakni dapat menggunakan bahan alami dan buatan seperti Kulit Jeruk dan Kantong Plastik Berisi Air. Hasil Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara rata-rata penggunaan kulit jeruk dan kantong plastik berisi air. Rata-rata jumlah lalat pada kulit jeruk adalah 13.00 sedangkan kantong plastik berisi air adalah 20.33. Hasil uji statistik yang diterapkan dalam penelitian ini diperoleh p Value 0,227 (p > 0,05) yang membuktikan bahwa kulit jeruk dan kantong plastik berisi air memiliki efektifitas yang sama untuk mengusir lalat. Pemerintah harus memperhatikan dalam penggunaan produk yang ramah lingkungan, serta dapat digunakan untuk meningkatkan nilai jual dari barang sisa atau sampah.
Abstract
Hariyanti H. Patamani. 2014. Difference Of Effectiveness Of The Useof Vegetal
Repellent (Orange Peel) And Plastic Bag Filled With Water As Flay Repellent. Public Health Deparment, Faculty Of Health And Sport Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor was is Hj. Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes and the co supervisor is dr. Sri Manovita Pateda, M.Kes. the problem is difference of effectiveness of the use of repllent vegetal ( orange peel ) and plastic bag filled with water as fly repellent. This is an experimntal research with posttest only design. The population is all flies in central market of gorontlo city and te samples are 100 flies. The technique of analyzing the data is one way anova. Fly s ncluded in ordo diptera inset that is an insec with membrane wings. Fly has a role as mechanic vector and biology vector in disease transmission. The alternative effort to lessen the impact iof disease by using natural material such as orange peel and plastic bag filled with water. The results showed that there is no significant difference between the use of orange peel and plastic bag filled with water. The average number of flies in orange peel is 13.00 and in plastic bg is 20.33. the statistical test shows hatp value 0227 ( p>0,05 ). It indicates that both of orange peel and plastic bag filled with water has a similar effectiviness as fly repellent. The governtment should use friendly environtmental materials and can be used to increase sale value of odds and trashes.
Keywords : Fly Repellnt, Orange Peel, Plastic Bag Filled With Water
1. PENDAHULUAN
Pasar merupakan salah satu tempat umum dimana terjadi proses jual beli antara penjual dan pembeli, sehingga pasar menjadi salah satu tempat potensial dalam penyebaran segala penyakit. Pasar tradisional di Indonesia kerap tidak nyaman dikunjungi karena identik dengan tempat kotor, berbau tidak sedap, becek, pengap. Selain itu juga menjadi tempat perkembangbiakan binatang penular penyakit, seperti kecoa, lalat dan tikus.
Menurut Santi, bahwa “Lalat merupakan jenis serangga termasuk sub ordo Cyclopatra, ordo Diptera yang sering dijumpai dalam keseharian kita dan pada hampir semua jenis lingkungan. Di ekosistem lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasit pada serangga, sebagai pollinator, penyebab myasis dan dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran pencernaan seperti kolera, typhus, disentri. Lalat juga dapat membawa bakteri patogen, protozoa, telur serta larva cacing” (dalam Yuriatni, 2011).
Penyakit yang ditularkan oleh lalat masih merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti penyakit yang berhubungan dengan saluran
pencemaran misalnya tifus abdominalis,
kolera, demam tifoid, diare, disentri, dan lain-lain. “Disamping penyakit perut, lalat juga dapat menularkan penyakit lain seperti scarlatina, difteri, dan penyakit gatal-gatal pada kulit” (Maryantuty, 2007).
Insekta ini memiliki sifat yang spesifik dan sangat adaptik tinggal bersama manusia. Dengan demikian kita harus memperhatikan hal-hal yang penting dalam pengendalian lalat
ini. Prinsipnya secara umum adalah
mengendalikan populasi lalat yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan
kehidupan manusia. Terdapat berbagai jenis metode, yaitu biologi, mekanik, nonkimiawi dan kimiawi (Dinata, 2006).
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengusir lalat yang pertama yaitu menggunakan semprotan insektisida (obat
spray pengusir serangga) namun
penggunaannya yang terlalu sering justru akan membahayakan pernapasan manusia. Cara kedua yaitu pastikan menutup rapat makanan yang hendak akan dihidangkan. Memiliki wadah kedap udara bisa menjadi pilihan utk menyimpan berbagai makanan. Ketiga, jangan malas untuk membersihkan sisa-sisa makanan yg berceceran di lantai. Keempat, saat
memasak ikan maupun daging, dapat di pastikan akan mengundang lalat untuk
seketika hinggap. Untuk itu, harus
membersihkan peralatan dapur, berikut
membersihkan tempat mencuci bahan
makanan. Kelima, untuk cara yg alami yakni bisa meletakkan beberapa tangkai lavender di sekitar area yg biasanya disambangi lalat. Aroma khas yg ditawarkan bunga yg satu ini seketika membuat lalat menjauh (Maulana, 2013).
Kulit jeruk nipis mempunyai efek
insektisida pada hewan serangga. Zat aktif yang berfungsi sebagai insektisida adalah zat D-limone (70-90%). Pada tanaman jeruk nipis
(Citrus aurantifolia). Selain itu Citrus aurantifolia mengandung zat-zat seperti saponin, sitronela, linalil asetat, senyawa flavonoid dan zat-zat lain (Cox, dalam Agustina, 2005).
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Sudjari, dkk tahun 2013 tentang ; “Uji potensi ekstrak etanol kulit jeruk lemon (Citrus limon) sebagai insektisida terhadap lalat Musca
domestica dengan metode semprot. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak etanol kulit jeruk lemon, maka semakin besar pula potensinya sebagai insektisida”, sedangkan dalam artikel oleh Jiroud (2014) “ketika kantung plastik berisi air digantung, air akan membiaskan cahaya. Cahaya yang datang akan dibelokkan saat
cahaya tersebut melewati air. Dengan
demikian bayangan yang muncul juga akan
bergeser dari letak objek sebenarnya.
Pembiasan ini yang mendasari penggunaan kantong plastik air. Pembiasan terjadi ketika objek yang jelas atau buram, seperti sepotong kaca atau kantong air mengubah arah dan kecepatan cahaya. Ilusi optik ini yang dapat membuat bingung lalat sehingga terbang menjauh”.
Penggunaan air bersih di Gorontalo terdiri dari air PDAM, sumur suntik, sumur gali dan air dari mata air. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air PDAM yang tersedia di Pasar Sentral Kota Gorontalo.
Buah jeruk pada umumnya banyak
dikonsumsi oleh masyarakat termasuk
masyarakat Gorontalo. Masyarakat yang mengkonsumsi buah jeruk, kulitnya dibuang begitu saja tanpa mengetahui manfaat dari kulit jeruk tersebut. Padahal dalam kulit jeruk memiliki senyawa yang bisa digunakan untuk pengendalian serangga.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan “Perbedaan efektivitas penggunaan repellent nabati (kulit jeruk) dan kantong plastik berisi air sebagai pengusir lalat”.
1.1 Identifikasi Masalah
1. Sanitasi kesehatan pada pasar sentral kota Gorontalo masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari adanya sampah-sampah yang berserakan.
2. Sampah-sampah yang berserakan
disukai oleh lalat sehingga dapat mengundang keberadaan lalat. Lalat merupakan salah-satu vektor pembawa
penyakit seperti disentri, thypoid,
cholera, dan diare.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah “Apakah ada perbedaan efektivitas penggunaan repellent nabati (kulit jeruk) dan kantong plastik berisi air sebagai pengusir lalat”.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan
efektivitas penggunaan repellent nabati (kulit jeruk) dan kantong plastik berisi air sebagai pengusir lalat.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efektivitas
penggunaan repellent nabati (kulit jeruk) untuk mengusir lalat.
2. Untuk mengetahui efektivitas
penggunaan repellent kantong
plastik berisi air untuk mengusir lalat.
3. Untuk menganalisis perbedaan efektivitas penggunaan repellent
nabati (kulit jeruk) dan kantong
plastik berisi air untuk mengusir lalat.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Design praeksperimen dan menggunakan pendekatan posttest only
control group design. Teknik pengambilan
sampel yaitu menggunakan metode purposif
sampling. Adapun teknik analisis data menggunakan independent sample t-test.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Lalat Menggunakan Repellent Nabati (Kulit Jeruk) di Pasar Sentral Kota Gorontalo
Pengulangan Waktu (Jam) Jumlah Lalat Yang Hinggap Pada Daging I 1 15 II 1 14 III 1 10 RATA-RATA 1 13
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah lalat tertinggi yakni pada pengulangan pertama sebanyak 15 ekor sedangkan jumlah lalat terendah yang hinggap pada daging adalah pengulangan ketiga sebanyak 10 ekor.
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan hasil pengamatan pada grafik 4.1 menunjukkan bahwa jumlah lalat tertinggi yakni pada pengulangan pertama sebanyak 15 ekor sedangkan jumlah lalat terendah yang hinggap pada daging adalah pengulangan ketiga sebanyak 10 ekor.
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Lalat Menggunakan Kantong Plastik Berisi Air di
Pasar Sentral Kota Gorontalo
Pengulangan Waktu (Jam) Jumlah Lalat Yang Hinggap Pada Daging I 1 29 II 1 20 III 1 12 RATA-RATA 1 20
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah lalat
15 14 10 0
20
I II III
Grafik 4.1 Jumlah Lalat
Menggunakan Repellent
Nabati (Kulit Jeruk) di Pasar
Sentral Kota Gorontalo
Jumlah Lalat Yang Hinggap Pada Daging
tertinggi yakni pada pengulangan pertama sebanyak 29 ekor sedangkan jumlah lalat terendah yang hinggap pada daging adalah pengulangan ketiga sebanyak 12 ekor.
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan hasil pengamatan pada grafik 4.2 menunjukkan bahwa jumlah lalat tertinggi yakni pada pengulangan pertama sebanyak 29 ekor sedangkan jumlah lalat terendah yang hinggap pada daging adalah pengulangan ketiga sebanyak 12 ekor.
Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Lalat Menggunakan Repellent (Nabati Kulit) Jeruk dan Kantong Plastik Berisi Air di Pasar Sentral Kota Gorontalo selama 1 jam
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah lalat tertinggi yakni pada kantong plastik berisi air sebanyak 20 ekor, sedangkan jumlah lalat terendah yang hinggap pada daging yakni pada kulit jeruk sebanyak 13 ekor.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah lalat tertinggi yakni pada kantong plastik berisi air sebanyak 20 ekor, sedangkan jumlah lalat terendah yang hinggap pada daging yakni pada kulit jeruk sebanyak 13 ekor.
3.2 Pembahasan
Sesuai hasil uji One Way Anova penggunaan repellent nabati dan kantong plastik berisi air diperoleh bahwa nilai probabilitas (sig) 0,227 > 0,05. Dengan
demikian H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara kulit jeruk dan kantong plastik untuk mengusir lalat.
Di dalam kulit jeruk terdapat senyawa yang memiliki bau menyengat, salah satunya yaitu senyawa geraniol. “Geraniol merupakan salah satu senyawa kimia bahan alam yang efektif untuk mengusir serangga” (Safira, 2007).
Tidak adanya perbedaan dalam
penggunaan kedua repellent tersebut
dikarenakan pada kulit jeruk mempunyai senyawa yang baunya menyengat dan pada
kantong plastik berisi air memiliki
kemampuan dalam pembiasan cahaya
sehingga lalat yang hinggap pada daging berkurang. Selain itu menurut asumsi peneliti hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan
diantaranya yaitu aroma daging yang
dihasilkan, pencahayaan dan pembeli.
Pernyataan ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakuakan Sudjari, dkk tahun 2013 tentang ; “Uji potensi ekstrak etanol kulit jeruk lemon (Citrus limon) sebagai insektisida terhadap lalat Musca domestica dengan metode semprot.
Pernyataan di atas diperkuat juga oleh penelitian Nugroho, (2009) dalam penelitiannya tentang Perbedaan penggunaan
Pengulan gan
Jumlah Lalat Yang Hinggap Pada Daging Kulit Jeruk Kantong Plastik Isi Air I 15 29 II 14 20 III 10 12 Rata-rata 13 20 29 20 12 0 50 I II III
Grafik 4.2 Jumlah Lalat
Menggunakan Kantong
Plastik Berisi Air di Pasar
Sentral Kota Gorontalo
Jumlah Lalat Yang Hinggap Pada Daging 13 20 0 20 40Kulit Jeruk Kantong Plastik Berisi Air
Grafik 4.3 Jumlah Lalat Menggunakan
Repellent Nabati (Kulit Jeruk) &
Kantong Plastik Berisi Air Sebagai Pengusir Lalat di Pasar Sentral Kota
Gorontalo
Jumlah Lalat Yang Hinggap Pada Daging
lilin bakar dan kantong plastik berisi air terhadap pengurangan kepadatan lalat.
4. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa rata-rata hasil perhitungan jumlah lalat yang hinggap pada daging sapi yakni pada perlakuan kulit jeruk sebanyak 13 ekor dan pada perlakuan menggunakan kantong plastik berisi air sebanyak 20 ekor. Dengan melihat hasil uji Independent Sample
t-Test maka tidak terdapat perbedaan penggunaan repellent nabati (Kulit Jeruk) dan kantong plastik berisi air sebagai pengusir lalat. Didapatkan semua nilai Probablitas (Sig) > 0,05.
Adanya penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat memanfaatkan kulit jeruk dan kantong plastik sebagai salah satu alternatif dalam mengusir lalat agar tidak terjadi timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh lalat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika Untuk
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan
Lingkungan. Surabaya : Airlangga
University Press
Ning. 2011. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Di Pasar Tradisional. Skripsi,. Diakses Pada Tanggal 24 Maret tahun 2014
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho. 2009. Perbedaan Penggunaan Lilin
Bakar Dan Kantong Plastik Berisi Air Terhadap Pengurangan Kepadatan Lalat. Skripsi. Diakses Pada Tanggal
29 Oktober tahun 2014
Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika.
Bandung : ALFABETA
Rukmana dan Yuniarsih. 2006. Usaha Tani
Jeruk Keprok. Semarang : Aneka Ilmu
Santi, Dewi. 2001. Manajemen Pengendalian
Lalat. Sumatera Utara : Digital
Library
Sudjari, dkk. 2013. Uji Potensi Ekstrak Etanol
Kulit Jeruk Lemon (CitrusLimon) Sebagai Insektisida Terhadap Lalat Musca Domestica Dengan Metode Semprot. Jurnal. Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2014
Wati. 2010. Pengaruh Perasan Kulit jeruk
Manis (Citrus aurantiumsub spesies sinensis)Terhadap Tingkat Kematian Larva Aedes Aegypti Instar III In Vitro. Skripsi, Di akses pada tanggal
24 maret tahun 2014
Wijaya. 2008. Analisis Preferensi Konsumen
Dalam Membeli Daging Sapi Di Pasar Tradisonal Kabupaten Purworejo. Skripsi, Diakses Pada
Tanggal 24 Maret tahun 2014
Yuriatni. 2011. Keanekaragaman Lalat
(Cylorrapha : Diptera) dan Parasit Usus Yang dibawanya di Kabupaten dan Kota Solok. Tesis, Diakses 24