•
Pertumbuhan sektor properti perlu waktu.
•
Telkom akuisisi tiga perusahaan asing.
•
Trada ubah haluan bisnis ke tambang batubara.
•
Bukit Asam bidik dana segar US$ 600 juta.
DAILY RESEARCH
Statistics
Highlight
Opening Today
Nikkei
AORD
Change
Market Preview
I
HSG pada perdagangan kemarin
bergerak bervariasi, sempat
menguat 4 poin di penutupan sesi
pertama, namun berlanjutnya aksi
jual asing membuat IHSG akhirnya
tutup koreksi 18,671 poin (0,31%)
di 5910,538. Ini koreksi untuk hari
ketiga berturut-turut. Tekanan jual
asing kembali melanda saham
Telekomunikasi Indonesia Tbk
(TLKM), harganya koreksi 2% di
Rp4210, terendah sejak 21 April
tahun ini. Secara keseluruhan,
pen-jualan bersih asing kemarin
menca-pai Rp462,71 miliar. Sedangkan
aksi beli selektif kemarin melanda
saham jasa konstruksi dan tambang
batubara menyusul respon positif
atas rilis laba 3Q17. Kemarin
sete-lah pasar tutup, Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan tingkat bunga
acuannya BI 7-DRR di 4,25%.
Sementara Wall Street tadi malam bergerak bervariasi. Indeks DJIA
sempat koreksi 104,93 poin namun akhirnya berhasil tutup menguat tipis 5,44
poin (0,02%) di 23163,04. Indeks S&P sempat koreksi 0,5% sebelum
akhirnya berhasil tutup flat di 2562,10. Indeks Nasdaq koreksi 0,28% di
6605,07 dipicu turunnya saham Apple hingga 2,5%. Sentimen pasar masih
didominasi sentimen rilis laba 3Q17 sejumlah emiten. Terkait harga
komodi-tas, tadi malam harga minyak mentah di AS koreksi 1,44% di USD51,29/
barel. Harga emas rebound 0,71% di USD1292,15/t.oz. Harga nikel di LME
menguat 1,2% di USD11767/MT dan harga timah turun tipis 0,05% di
USD20032/MT. Pada perdagangan akhir pekan ini, IHSG diperkirakan
ber-gerak bervariasi berpeluang mengalami technical rebound setelah tiga hari
berturut-turut koreksi. Sentimen pasar masih tertuju dengan sejumlah isu
individual terutama terkait pencapaian laba 3Q17 sejumlah emiten menjelang
akhir bulan ini. Dolar AS yang melemah tadi malam menjadi sentimen positif
bagi rupiah. Langkah BI menahan BI-7DRR kemarin di 4,25% diharapkan
bisa menahan tekanan jual pemodal asing di pasar. IHSG diperkirakan
ber-gerak di kisaran support 5890 hingga resisten di 5930.
S1 5890 S2 5870 R1 5930 R2 5950
Index
Last
Chg
%
DJIA
23163.04
5.44
0.02
S&P 500
2562.10
0.84
0.03
FTSE 100
7523.04
(19.83)
(0.26)
CAC 40
5368.29
(15.52)
(0.29)
DAX
12990.10
(52.93)
(0.41)
NIKKEI 225
21412.10
(17.80)
(0.08)
HANGSENG
28159.09
(552.67)
(1.92)
STI
3340.05
11.02
0.33
SHENZHEN
1983.72
(16.39)
(0.82)
SHANGHAI
3370.17
(11.62)
(0.34)
Commodities
Price
Chg
%
Oil (US$/barrel)
51.35
(0.73)
(1.40)
CPO (RM/M.T)
2723.00
(18.00)
(0.66)
Gold (USD/T.oz)
1290.90
7.90
0.62
Nikel (USD/M.T
11805.00
70.00
0.60
Timah (USD/M.T)
19925.00
(650.00)
(3.16)
Coal (USD/M.T)
97.10
(0.73)
(0.75)
Exchange
Rates
Chg
%
IDR/USD
13508.00
(8.00)
(0.06)
USD/EUR
1.185
0.00
0.34
JPY/USD
112.72
(0.22)
(0.19)
IDR/SGD
9958.16
(9.86)
(0.10)
IDR/AUD
10634.90
(4.60)
(0.04)
TLKM
USD
IDR
Chg
%
TLK.NYSE
31.31
4229
(0.07) (0.22)
Top Gainers IDR
%
Chg
MNCN
1,475
1.00
15
BUMI
200
1.00
2
BBNI
7,625
1.00
75
BBCA
20,700
1.00
200
PPRO
208
1.00
2
Top Losers
IDR
%
Chg
GGRM
64,125
(0.50)
(350)
LPPF
9,600
(0.50)
(50)
PGAS
1,610
0.00
0
PTBA
10,750
0.00
0
SMGR
10,850
0.00
0
Top Value
IDR
%
(miliar)
BBCA
20,700
1.00
6 B
BBRI
15,400
0.00
5 B
BMRI
7,100
1.10
5 B
ASII
8,150
(1.20)
2 B
BUMI
200
1.00
2 B
Top Volume IDR
%
(juta)
TLKM
4,400
0.00
3.773
PPRO
208
1.00
2.338
BMRI
7,100
1.10
0.634
BMTR
610
0.00
0.584
SRIL
404
0.50
0.409
IHSG
5,910.53
Change
(18.67)
Change (%)
(0.31)
Change (%/ytd)
11.59
Total Value (IDR triliun)
9.522
Total Volume (miliar saham)
11.736
Net Foreign Buy (IDR miliar)
(462.000)
News Update
2
Pertumbuhan sektor properti perlu waktu. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-7 Day reverse repo rate sebesar 4,25%. Hal tersebut diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. Tingkat suku bunga tersebut sama dengan tingkat suku bunga acuan pada bulan September. Sebelumnya, BI Rate sempat turun secara bertahap dari 4,75%, lalu 4,5%, dan kemudian 4,25%. Sejumlah analis sebelumnya menyatakan, penurunan suku bunga acuan tersebut bisa memberikan pengaruh pada beberapa sektor. Di antaranya seperti sektor properti dan ritel. Riska Afriani Analis OSO Sekuritas menyatakan penurunan suku bunga tidak bisa langsung direspon sektor properti. Di antaranya masih ada penyesuaian terlebih dahulu. ""BI bilang bahwa akan imbas ke properti terasa di tahun depan. Perbankan lebih cepat turunkan suku bunga deposito daripada kredit,"" terang Riska kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10). Menurutnya, suku bunga acuan saat ini, masih sesuai dengan ekspektasi pasar. Pasalnya, BI mendapatkan peringatan dari Moodys, bila ada penurunan BI Rate lagi maka capital outflow akan semakin besar. ""Secara year to date net sell asing sudah Rp 18,93 triliun,"" tambahnya. Sedangkan untuk sektor ritel, dia melihat sudah mulai tampak perbaikannya. Namun, pertumbuhan pada sektor ritel tidak semata-mata pengaruh suku bunga acuan. Namun, ada faktor lain. Diantaranya seperti jumlah uang beredar pada kuartal III lebih banyak. ""Sebabnya gaji ke-13 dan juga anggaran pemerintah digenjot pada semester II. Jadi menggerakan sektor tersebut,"" tambahnya. Hal tersebut membuat aktivitas konsumsi meningkat. Bahkan pertumbuhan pada kuartal III, diprediksi akan lebih baik dari kuartal I dan II. Selain itu, target pertumbuhan GDP pada kuartal III meningkat. ""Kemungkinan akhir tahun, sisa 3 bulan ini pemerintah akan genjot anggaran untuk infrastruktur,"" tambahnya. Penyerapan anggaran tersebut, diharapkan dapat menggerakkan sektor riil. Pasalnya, semakin banyak yang beredar bisa menggerakkan sektor konsumsi. ""Tapi NIM perbankan memang masih tinggi, suku bunga kredit turun tidak sebanding,"" tambahnya. (Kontan)
Telkom akuisisi tiga perusahaan asing. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akan merealisasikan ekspansi anorganik di tahun ini. Emiten plat merah itu akan mengakuisisi beberapa perusahaan untuk memperluas portofolio bisnisnya. Sumber KONTAN yang mengetahui rencana ini mengatakan, ada tiga perusahaan yang bakal diakuisisi TLKM. Ketiganya merupakan perusahaan asing, yang berasal dari Malaysia dan salah satunya merupakan perusahaan terbuka yang tercatat di Bursa Singapura. Kini, TLKM sudah masuk dalam tahap akhir transaksi itu. "Mudah-mudahan bisa closing di sisa akhir tahun ini," ujar sumber KONTAN, belum lama ini. Namun, ia masih merahasiakan identitas ketiga perusahaan tersebut. Yang pasti, perusahaan yang akan diakuisisi TLKM bergerak di sektor financial technology (fintech) dan satelit. Jika ditotal, nilai pasar ketiga perusahaan itu di atas Rp 10 triliun. TLKM akan menyiapkan pendanaan minimal Rp 5 triliun untuk memiliki sebagian saham perusahaan ini. "Tapi, tidak selalu menjadi pemegang saham mayoritas," imbuhnya. Akuisisi ini merupakan bagian dari strategi TLKM yang mencanangkan 10 inisiatif merger dan akuisisi (M&A). Selain ketiga perusahaan tersebut, TLKM juga tengah membesarkan bisnis menara melalui anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). TLKM akan menggabungkan bisnis Mitratel dengan anak usahanya yang lain, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Proses konsolidasi tersebut diharapkan bisa berlangsung tahun depan. Usai konsolidasi, TLKM akan mengakuisisi perusahaan menara lain, sehingga valuasi Mitratel makin besar. Saat ini, Mitratel merupakan perusahaan menara ketiga terbesar di Indonesia. Ekspansi anorganik TLKM dinilai bakal positif untuk kinerja TLKM dalam jangka panjang. TLKM juga tak memiliki kendala dalam pendanaan. "TLKM mampu mendanai. Persiapan dana itu tidak akan mengganggu keuangannya," ujar David Sutyanto, Analis First Asia Capital, Kamis (19/10). TLKM menganggarkan belanja modal (capex) tahun ini Rp 26,7 triliun–Rp 29 triliun. David menilai, TLKM masih punya banyak ruang untuk mencari dana eksternal. Apalagi, perusahaan ini punya kas internal Rp 19,07 triliun per Juni 2017. Ia menambahkan, dengan alokasi dana sebesar itu, kemungkinan porsi saham yang bakal diakuisisi TLKM cukup besar. "Seharusnya memang mengambil saham dalam jumlah besar, jika ingin mengakselerasi pertumbuhan kinerjanya," ujar David. Tapi, belakangan ini saham TLKM justru banyak dijual oleh investor asing. Berdasarkan data RTI, setidaknya dalam tiga bulan terakhir, net sell asing di saham TLKM sudah mencapai Rp 7,32 triliun. Karena itulah, David lebih merekomendasikan buy on weakness saham TLKM. "Tunggu harganya di bawah level sekarang," saran David. Pada penutupan perdagangan kemarin, saham TLKM melemah 90 poin atau setara 2,09% ke level Rp 4.210 per saham. (Kontan)
Trada ubah haluan bisnis ke tambang batubara. PT Trada Maritime Tbk (TRAM) makin serius menggarap bisnis pertambangan batubara. Bahkan, karena
perubahan bisnis ini, Trada Maritime kini berganti nama menjadi PT Trada Alam Minera Tbk. Direktur TRAM Ismail Mahruf mengatakan, selama ini, 100% komposisi bisnis TRAM berasal sektor pelayaran. Tapi kini, fokus bisnis TRAM akan berubah menjadi 80% bisnis pertambangan dan 20% bisnis pelayaran. Untuk masuk ke bisnis batubara, TRAM akan mengambil aset perusahaan tambang batubara PT Gunung Bara Utama (GBU) dan perusahaan jasa tambang PT Ricobana Abadi. Pengambilalihan ini dilakukan melalui akuisisi induk usaha keduanya. TRAM akan mengakuisisi PT Semeru Infra Energi (SIE) dan PT Black Diamond Energi (BDE) yang merupakan induk usaha GBU. Perusahaan juga akan mengakuisisi PT SMR Utama Tbk (SMRU) yang merupakan induk usaha Ricobana Abadi. Total saham yang diambil alih mencapai 5,05 miliar saham atau 99,99% kepemilikan. "Sehingga TRAM jadi pemilik tidak langsung GBU," ujarnyadi Jakarta, Kamis (19/10). TRAM membutuhkan dana Rp 504,99 miliar untuk akuisisi SIE. Sedangkan nilai akuisisi BDE Rp 99,99 miliar. Lalu, TRAM juga akan membeli 49,9% saham SMRU senilai Rp 3,12 triliun. Dana akuisisi itu akan diperoleh melalui penerbitan saham baru (rights issue) maksimal 40 miliar saham dengan target dana Rp 6 triliun. Sedangkan sisa saham SMRU sebanyak 50,1% akan dibeli dengan menggunakan dana pinjaman dari UOB Kay Hian sebesar US$ 235 juta. TRAM akan meminta persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk rights issue pada 7 November 2017 mendatang. Produksi batubara GBU diprediksi mencapai 3 juta ton hingga 4 juta ton di tahun 2018. TRAM pun akan meningkatkan armada pelayarannya untuk mengangkut hasil produksi batubara itu. (Kontan)