• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SETEMPAT PADA OBJEK BENDA TIDAK BERGERAK OLEH SRI WAHYUNINGSIH NIP :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SETEMPAT PADA OBJEK BENDA TIDAK BERGERAK OLEH SRI WAHYUNINGSIH NIP :"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SETEMPAT PADA OBJEK BENDA TIDAK BERGERAK OLEH SRI WAHYUNINGSIH NIP : 199103042017122001 I. PENDAHULUAN

Suatu perkara diajukan ke pengadilan tidak lain untuk mendapatkan penyelesaian secara

Due Process of law dan pemecahan secara adil sesuai dengan harapan dan keinginan para

pencari keadilan.

Dalam acara perdata, terdapat dua tindakan hukum atau permasalahan hukum yang erat kaitannya dengan pembuktian. Untuk mengutarakan atau memperjelas fakta atau peristiwa maupun objek barang perkara, salah satu atau dua tindakan hukum itu sering dipergunakan atau diterapkan. Misalnya, untuk menentukan secara pasti dan defenitif lokasi, ukuran dan batas atau kuantitas dan kualitas objek barang terperkara, peradilan sering menerapkan pasal 153 HIR, Pasal 180 Rbg, Pasal 211 Rv, dengan jalan memerintahkan pemeriksaan setempat (plaatsopneming). Dan hasil pemeriksaan setempat tersebut dapat pula dijadikan sebagai keterangan bagi hakim1.

Dalam konsideran SEMA Nomor 7 Tahun 2001, disebutkan bahwa sehubungan dengan banyaknya laporan dari para Pencari Keadilan dan dari pengamatan Mahkamah Agung, bahwa perkara-perkara perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tidak dapat dieksekusi (non executable) karena objek perkara atas barang-barang tidak bergerak tidak sesuai dengan diktum putusan, baik mengenai letak, luas, batas-batas maupun situasi pada saat dieksekusi akan dilaksanakan, sebelumnya tidak pernah dilakukan Pemeriksaan Setempat atas obyek perkara, maka Mahkamah Agung meminta hakim yang memeriksa perkara untuk mengadakan Pemeriksaan Setempat atas objek perkara yang perlu dilakukan oleh Majelis Hakim dengan dibantu oleh Panitera Pengganti baik atas inisiatif Hakim karena beranggapan perlu mendapatkan penjelasan/ keterangan yang lebih rinci atas obyek perkara maupun karena diajukan ekspesi atau

(2)

atas permintaan salah satu pihak yang berperkara. Apabila dipandang perlu dan atas persetujuan para pihak yang berperkara dapat pula dilakukan pengukuran dan pembuatan gambar situasi tanah atau obyek perkara yang dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Setempat dengan biaya yang disepakati oleh kedua belah pihak, apakah akan ditanggung oleh Penggugat atau dibiayai bersama dengan Tergugat.

Dasar hukum pemeriksaan setempat diatur dalam Pasal 153 HIR/ Pasal 180 RBg/ Pasal 211- pasal 214 Rv dan SEMA Nomor 7 Tahun 2001, namun mengenai teknis pelaksanaannya belum diatur lebih lanjut dalam ketentuan tersebut seperti mengenai apakah pelaksaannya harus dibuka di Pengadilan Negeri atau bisa dilakukan di tempat objek perkara, dan mengenai pelaksanaanya apakah dilakukan sebelum pemeriksaan alat bukti atau setelah pemeriksaan alat bukti, yang mana hal ini berakibat terjadi perbedaan pandangan diantara para Hakim yang memeriksa perkara dengan objek benda tidak bergerak di Pengadilan Negeri. Berdasarkan hal tersebut, Penulis mengangkat Judul Paper “Analisis Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat Pada Objek Benda Tidak Bergerak”.

II. PERMASALAHAN

Berdasarkan pendahuluan diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam Paper ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah aturan umum mengenai Pemeriksaan Setempat? 2. Bagaimana Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat?

3. Kapan Pemeriksaan Setempat dilakukan ?

III. PEMBAHASAN

A. Aturan Umum Mengenai Pemeriksaan Setempat

1. Dasar Hukum Pemeriksaan Setempat

(3)

(1). Jika dianggap dan berguna, maka Ketua dapat mengangkat seorang atau dua orang komisaris dari pada Pengadilan itu, yang dengan bantuan Panitera akan memeriksa sesuatu keadaan setempat, sehingga dapat menjadi keterangan kepada Hakim.

(2). Tentang pekerjaan dan hasilnya dibuat oleh Panitera surat berita acara atau relaas yang ditandatangani oleh Komisaris dan Panitera itu.

(3). (R.Bg). Jika tempat yang akan diperiksa itu terletak di luar daerah hukum tempat kedudukan Pengadilan itu, maka Ketua dapat minta kepada Pemerintah setempat supaya melakukan atau menyuruh melakukan pemeriksaan itu dan mengirimkan dengan selekas- lekasnya berita acara pemeriksaan itu.

 Surat Edaran Mahkamah Agung RI. Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan Setempat diterangkan bahwa banyak perkara- perkara perdata yang putusannya telah berkekuatan hukum tetap, tetapi tidak dapat dieksekusi (non executable) karena objek sengketa misalnya sawah / tanah tidak jelas letak, luas dan batas-batasnya.

 Pasal 211 RV :

(1). Jika Hakim atas permintaan para pihak atau karena jabatan memandang perlu, maka dengan surat putusan dapat diperintahkan agar seorang atau lebih para anggota yang duduk dalam majelis, disertai oleh Panitera, datang di tempat yang harus diperiksa untuk menilai keadaan setempat dan membuat akta pendapatnya, baik dilakukan sendiri maupun dengan dibantu oleh ahli- ahli.

(2). Dengan cara dan maksud yang sama dapat diperintahkan dengan suatu putusan, penyaksian benda- benda bergerak yang tidak dapat atau sukar untuk diajukan ke depan sidang pengadilan.

(3). Putusan itu menentukan waktu pemeriksaan di tempat atau waktu dan tempat peninjauan, tenggang waktu, bilamana berita acara seperti tersebut dalam Pasal 212 harus disediakan di Kepaniteraan, dan menentukan waktu dilakukannya persidangan bagi para pihak untuk melanjutkan perkaranya.

2. Pengertian Pemeriksaan Setempat

Menurut Sudikno Pemeriksaan Setempat atau descente ialah pemeriksaan mengenai perkara oleh Hakim karena jabatannya yang dilakukan di luar gedung tempat kedudukan

(4)

pengadilan, agar Hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa- peristiwa yang menjadi sengketa.2

Menurut Yahya Harahap, Pemeriksaan Setempat berarti sidang pengadilan yang dilakukan di tempat objek terperkara terletak, untuk melihat keadaan atau memeriksa secara langsung objek tersebut.3

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, pada dasarnya pemeriksaan setempat merupakan sidang pemeriksaan terhadap perkara dalam persidangan, namun dilaksanakan di luar gedung pengadilan dimana objek sengketa berada.

3. Nilai Kekuatan Pembuktian

 Sebagai keterangan bagi Hakim

Pada dasarnya hasil pemeriksaan setempat merupakan fakta yang ditemukan dalam persidangan, sehingga mempunyai kekuatan mengikat kepada Hakim dalam mengambil keputusan. Tetapi sifat daya mengikatnya tidak mutlak. Hakim bebas untuk menentukan nilai kekuatan pembuaktiannya.4

 Variabel nilai kekuatan pembuktiannya dalam Putusan Peradilan5 a. Hasil pemeriksaan setempat dapat dijadikan dasar pertimbangan b. Dapat dijadikan dasar mengabulkan gugatan

c. Dapat dipergunakan menentukan luas

B. Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat

a. Pemeriksaan Setempat dilaksanakan karena :

Kemauan Hakim, Hakim secara ex officio karena jabatannya menetapkan dilaksanakan pemeriksaan setempat, apabila hal itu dianggapnya penting bagi Hakim untuk mengetahui secara pasti keadaan yang berkenaan dengan objek sengketa, namun demikian tidak semua dari objek sengketa yang harus dilaksanakan pemeriksaan setempat, akan tetapi apabila objek sengketa tersebut mudah untuk

2 Sudikno M.,S.H. Hukum Acara Perdata Indonesia, Univ. Atmajaya, Yogyakarta, 2010, hal 266 3 M.Yahya Harahap, op.cit. hal 872

4 M.Yahya Harahap, op.cit. hal 879-880 5 Ibid, hal. 880

(5)

dihadirkan dipersidnagan maka tidak perlu dilaksanakan pemeriksaan setempat. Pemeriksaan setempat dilakukan terhadap benda tidak bergerak yang mustahil untuk dihadirkan ke persidangan misalnya sengketa tanah, rumah, sawah, kapal, dan sebagainya.

 Hakim pada pemeriksaan tingkat banding dan Hakim Agung pada pemeriksaan Kasasi, Hakim dapat mengambil inisiatif untuk melaksanakan pemeriksaan setempat apabila sebelumnya tidak pernah dilakukan pemeriksaan terhadap objek sengketa walaupun tidak ada permintaan dari para pihak, maka Hakim tingkat Banding/Kasasi dapat memerintahkan Majelis Hakim tingkat pertama untuk melakukan pemeriksaan setempat dan selanjunta mengirim berita acara hasil pemeriksaan setempat kepada pengadilan tingkat banding/ kasasi.6

 Atas permintaan para pihak, para pihak yang berperkara dapat meminta kepada Majelis Hakim yang melakukan pemeriksaan setempat pada perkara sengketa terhadap benda tidak bergerak tersebut. Hak para pihak tersebut seperti yang ditegaskan dalam Pasal 153 HIR, Pasal 180 RBG, dan Pasal 211 Rv.

b. Kehadiran para pihak dalam pemeriksaan setempat

Pemeriksaan setempat pada hakeketnya merupakan sidang resmi pengadilan yang tempat sidangnya dilakukan di luar gedung pengadilan dimana objek sengketa berada, oleh karena itu secara formil harus dihadiri oleh para pihak yaitu Penggugat dan Tergugat, oleh kerana itu harus diberitahukan secara resmi kepada para pihak. Dalam pelaksanaanya para pihak diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan alat bukti atau fakta untuk memperkuat dalil maupun bantahan masing-masing.7

c. Datang ke Tempat Barang Terletak

Proses sidang pemeriksaan setempat mesti dilangsungkan di tempat lokasi objek benda tidak bergerak itu terletak.

d. Praktek pemeriksaan setempat

Pemeriksaan setempat dapat dilaksanakan dengan berbagai macam8:

6 Ibid, hal 873

7 Ibid, hal 877

8 H. Sarwohadi SH MH (Hakim Tinggi PTA Mataram), Sekitar Pemeriksaan Setempat dan Permasalahannya,

(6)

 Pertama, sidang dibuka di ruang sidang Pengadilan, kemudian dilanjutkan menuju lokasi objek sengketa.

 Kedua, sidang pemeriksaan setempat dibuka terlebih dahulu di Kantor Lurah/ Kepala Desa, kemudian dilanjutkan menuju lokasi objek sengketa.

 Ketiga, sidang pemeriksaan setempat dibuka langsung di tempat dimana objek sengketa.

C. Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat

Proses pemeriksaan perkara perdata dimulai sejak pengadilan telah menerima gugatan dari penggugat dan hari sidang telah ditetapkan, selanjutnya hakim ketua sidang yang didampingi oleh hakim anggota dan panitera, membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum. Terhadap asas terbuka untuk umum ini ada pengecualiannya yaitu, apabila UndangUndang menentukan lain atau berdasarkan alasan-alasan penting menurut hakim yang dimuat dalam berita acara atas perintahnya. Dalam hal ini maka pemeriksaaan dilakukan dengan pintu tertutup untuk umum.9

Sidang yang telah dibuka oleh majelis hakim, maka hakim memanggil masuk kedua belah pihak baik penggugat maupun tergugat. Hakim harus memperlakukan kedua belah pihak dengan sama, dalam hal ini majelis hakim harus mendengarkan kedua belah pihak. Setelah kedua belah pihak telah berkumpul maka majelis hakim harus berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak apabila perdamaian tercipta maka dibuatlah akta perdamaian.10

Upaya perdamian yang dilakukan oleh majelis hakim, bila menemui kegagalan, maka dilanjutkan dengan pembacaan gugatan oleh penggugat, kemudian jawaban gugatan oleh tergugat sebagai tanggapan atas gugatan penggugat. Pihak penggugat diberi kesempatan untuk menanggapi jawaban gugatan dengan membuat Replik, dan terhadap hal tersebut hakim memberikan kesempatan kepada tergugat untuk membuat Duplik, dan kemudian diadakan pembuktian. Timbuh pertanyaan kapan sebaiknya dilakukan Pemeriksaan Setempat terhadap objek sengketa benda tidak bergerak

Seperti yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, waktu pelaksanaan pemeriksaan setempat tidak diatur lebih lanjut dalam peraturan tertulis baik itu dalam HIR, RBG, Rv, dan

9 R. Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, hal.13 10 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, 2002, Yogyakarta, hal.121

(7)

SEMA. Pada prakteknya pelaksaan pemeriksaan setempat dapat dilakukan sebelum diperiksa alat bukti ataupun setelah diperiksa alat bukti, tergantung urgensinya.

Pemeriksaan setempat dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan mengajukan pertanyaan kepada saksi-saksi sekitar objek sengketa untuk lebih membuat terang dan jelas mengenai fakta-fakta di lapangan didukung dengan alat bukti , karena bagaimanapun pembuktian dalam perkara perdata adalah untuk mencari kebenaran formil, walaupun dalam perjalanannya, Hakim tidak dibatasi untuk memutus hanya berdasarkan kebenaran formil saja.

Pelaksanaan Pemeriksaan sebelum dilakukannya pemeriksaan alat bukti mempunyai keuntungan yaitu Hakim lebih mudah mengerti terhadap posita yang di masukkan oleh Penggugat atau dari jawaban Tergugat dengan langsung melihat lokasi objek sengketa sehingga pada waktu pemeriksaan alat bukti dilakukan Hakim telah mempunyai gambaran mengenai objek benda tidak bergerak yang di persengketakan.

Kekurangan pelaksanaan pemeriksaan setempat sebelum dilakukannya pemeriksaan terhadap alat bukti ialah Hakim hanya berpegang sepenuhnya dengan isi surat gugatan atau jawaban gugatan dari para pihak, selanjutnya persoalan alat bukti baik surat maupun saksi yang dihadirkan oleh para pihak di lokasi pemeriksaan setempat tidak dapat dijadikan dasar bagi Hakim oleh karena pemeriksaan terhadap surat maupun penyumpahan terhadap saksi belum dilakukan.

Berbeda halnya dengan pelaksanaan pemeriksaan setempat setelah dilakukannya pemeriksaan terhadap alat bukti, misalnya untuk mencocokkan bukti sertifikat hak milik yang telah diajukan sebagai alat bukti di persidangan sebelumnya, Hakim dapat mencocokkan keterangan yang ada dalam sertifikat tersebut mengenai batas-batas letak geografis objek sengketa tersebut karena sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan terhadap alat bukti surat yang diajukan tersebut. Selanjutnya dalam pelaksanaan pemeriksaan setempat para pihak dapat mengajukan saksi yang mereka anggap dapat memperkuat dalil gugatan atau bantahan yang mana hal tersebut akan sulit jika pemeriksaan alat bukti belum dilakukan sebelumnya.

Pemeriksaan setempat sangat penting dilakukan karena pembuktian pemeriksaan setempat dapat dijadikan sebagai pendukung alat bukti surat/tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan, persangakaan, sumpah maupun keterangan ahli dan dapat dijadikan sebagai bukti tambahan karena pembuktian pemeriksaan setempat secara yuridis formal bukan sebagai alat bukti, namun

(8)

sebagai penguat atau memperjelas fakta atau peristiwa perkara apabila majelis hakim merasa bahwa pembuktian yang dilakukan oleh para pihak masih dirasa kurang sehingga majelis hakim dapat melakukan pemeriksaan setempat terhadap semua sengketa perdata yang obyeknya benda tidak bergerak dan yang pembuktiannya masih dirasa kurang, oleh sebab itu sangatlah ideal apabila Pemeriksaan setempat dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan setelah dilakukannya pemeriksaan terhadap alat bukti.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan

Pemeriksaan setempat merupakan sidang pemeriksaan terhadap perkara dalam persidangan, namun dilaksanakan di luar gedung pengadilan dimana objek sengketa berada. Dasar hukum pemeriksaan setempat diatur dalam Pasal 153 HIR/ Pasal 180 RBg/ Pasal 211- pasal 214 Rv dan SEMA Nomor 7 Tahun 2001. Pemeriksaan setempat dilaksanakan atas inisiatif Hakim atau atas permintaan para pihak. Pemeriksaan setempat pada hakeketnya merupakan sidang resmi pengadilan oleh karena itu secara formil harus dihadiri oleh para pihak yaitu Penggugat dan Tergugat dan dilaksanakan dimana tempat benda tidak bergerak berada. Sidang Pemeriksaan setempat dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara Pertama, sidang dibuka di ruang sidang Pengadilan, kemudian dilanjutkan menuju lokasi objek sengketa. Kedua, sidang pemeriksaan setempat dibuka terlebih dahulu di Kantor Lurah/ Kepala Desa, kemudian dilanjutkan menuju lokasi objek sengketa. Ketiga, sidang pemeriksaan setempat dibuka langsung di tempat dimana objek sengketa. dipanggil/ diperintahkan tidak hadir maka pemeriksaan setempat tetap dapat dilaksanakan. Nilai kekuatan pembuktian pemariksaan setempat dapat dijadikan sebagai keterangan bagi Hakim dan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan putusan pengadilan.

Pada prakteknya pelaksaan pemeriksaan setempat dapat dilakukan di awal persidangan sebelum diperiksa alat bukti ataupun setelah diperiksa alat bukti, hal ini ditentukan berdasarkan pertimbangan Hakim yang memeriksa perkara tersebut tergantung urgensinya. Terdapat keuntungan dan kelemahan tersendiri dalam pelaksanaan pemeriksaan setempat baik yang dilakukan sebelum pemeriksaan alat bukti maupun pemeriksaan setempat yang dilakukan setelah pemeriksaan alat bukti.

(9)

Pemeriksaan setempat sangat penting dilakukan karena pemeriksaan setempat dapat dijadikan sebagai pendukung alat bukti surat/tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan, maupun sumpah dan dapat dijadikan sebagai bukti tambahan karena pemeriksaan setempat secara yuridis formal bukan sebagai alat bukti, namun sebagai penguat atau memperjelas fakta atau peristiwa perkara apabila majelis hakim merasa bahwa pembuktian yang dilakukan oleh para pihak masih dirasa kurang sehingga majelis hakim dapat melakukan pemeriksaan setempat terhadap semua sengketa perdata yang obyeknya benda tidak bergerak, oleh sebab itu lebih baik apabila pemeriksaan setempat dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan setelah dilakukannya pemeriksaan terhadap alat bukti.

B. Saran

Berdasarkan pemaparan dan kesimpulan Penulis, maka untuk menghindari putusan non executable, semua perkara dengan objek benda tidak bergerak harus dilakukan pemeriksaan setempat dan sebaiknya dilakukan setelah pemeriksaan alat bukti selanjutnya untuk mengatasi perbedaan dalam praktek pelaksanaan pemeriksaan setempat, maka sebaiknya pimpinan Mahkamah Agung mengeluarkan PERMA mengenai tata cara pelaksanaan pemeriksaan setempat.

(10)

DAFTAR BACAAN

a. Buku

 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Garfika, Jakarta, 2017

 R. Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002

 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta , 2002

b. Peraturan Perundang-undangan

 Herzein Inlandsch Reglement (HIR)

 Rechtsreglement voor de Buitengewesten (RBg)

 Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (Rv)

 SEMA No. 7 Tahun 2001

c. Paper

H. Sarwohadi SH MH (Hakim Tinggi PTA Mataram), Sekitar Pemeriksaan Setempat dan Permasalahannya, Mataram, 2015

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Berat badan ibu hamil, Pemberian tablet zat besi (Fe), dan Tinggi Fundus Uteri (TFU) berpengaruh terhadap luaran bayi berat lahir rendah di rumah

Sedangkan menurut Hasjim Djalal yang dikutip oleh Mahendra Putra Kurnia menyebutkan yang termasuk ke dalam laut yang merupakan kewilayahan dan yang berada di bawah kedaulatan

Penggunaan paradigma konstruktivis, dianggap dapat memotret realitas sosial yang terjadi dalam kehidupan komunitas tineliti, karena realitas yang dimaksud tidak

baiknya dengan metode konvensional, (2) siswa dengan aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa beraktivitas belajar sedang, siswa

model Grover, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2010-2015 ”... 1.2

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir

Akupuntur merupakan pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien, telinga, kepala, sekitar telapak kaki dan tangan

Dibukanya jalur independen secara nasional adalah upaya meredam “kebanci - an” sistem politik kita yang masih menciptakan jarak antara rakyat dan pemerintah, akibat dari