FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI NAGARI PADANG MENTINGGI KABUPATEN PASAMAN
Masridayanti Eka Putri1, Elvi Zuriyani2, Loli Setriani2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Eka_Nasution@rocketmail.com
ABSTRACT
This study aims to obtain data, process, analyze and discuss about the supporting factors and factors inhibiting the implementation of family planning in nagari highlands Pasaman district seen from supporting factors consisting of 1) education 2) knowledge 3)livelihood 4) family support 5) the role of husband 6) the quality of family planning services and its inhibiting factors are seen from: 1) education 2) knowledge 3) age 4) culture and 5) religion in Nagari Padang Mentinggi Pasaman Regency. This type of research is descriptive. The population of this study were All couples of child-bearing age in the nagari highlands of Pasaman district. The fertile-age couple in Nagari Padang Mentinggi Pasaman Regency amounted to 868 families withdrawal samples taken 20% of the total population of 172 respondents. Of the 172 respondents who implement KB 56 respondents while those who do not implement KB 116 respondents. Secondary data collection is obtained through records and archives that are in related institutions such as, sub-district office, wali nagari office, kb extension office. While the primary data collected through observation and direct interview using questionnaires that have been prepared earlier.tekhnik data analysis using the formula percentage. The result of the research explains that: the fertile age couple In Nagari Padang Mentinggi as the supporting factor is (1) the fertile age couple is graduated from junior high or high school while those who do not implement KBak who do not finish junior high school or high school 2). these fertile-age couples know about KB while those who do not do not know much about KB goals. 3) livelihoods of this couple have other occupation besides main job 4) this fertile age couple get family support to do KB 5) husband of this couple participate in doing KB 6) quality of service of KB is good in Nagari Padang Mentinggi Pasaman Regency. While the inhibiting factor is 1) the fertile age couple feels too young to do KB 2) culture ordered for many children and 3) religion forbids to do family planning in Nagari Padang Mentinggi Pasaman Regency.
Keywords: Supporting factors, Inhibiting factors PENDAHULUAN
Indonesia menjadi salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. Data sensus dari tahun ketahun memperlihatkan
jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang kian meningkat. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di indonesia sebesar 230
juta jiwa dengan laju pertumbumbuhan penduduk 1,49 persen, dan data sensus 2012 menunjukkan penduduk indonesia berjumlah 244,2 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk masih tetap sebesar 1,49 persen. Sumatera barat memiliki jumlah penduduk 1.321.543.jiwa. Data badan statistik pada tahun 2015 menunjukkan bahwa kepadatan penduduk sangat di kawatirkan akan meningkat.
Kenagarian padang mentinggi adalah nagari dimana masyarakatnya yang masih banyak masyarakat awam yang tidak mengetahui perkembangan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin meningkat. Meskipun masyarakat di nagari padang mentinggi ini mengetahui dengan program KB namun maisih banyak masyarakat yang tidak melaksanakan KB. Menurut observasi awal yang saya temukan di masyarakat nagari padang mentinggi yang tidak melaksanakan KB di sebabakan oleh beberapa hambatan, dan begitu juga dengan masyarakat yang melaksanakan KB itu di sebabkan oleh beberapa faktor.
Dengan adanya permasalahan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini yang berjudul “ faktor pendukung dan faktor penghambat Pelaksanaan Program Keluarga Berenca di Kenagarian Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman”.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan batasan dan tujuan penelitian seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu maka penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu bentuk dari penelitian yang bertujuan mendeskripsikan variabel – variabel penelitian dan melihat kecendrungan dari masing – masing variabel tersebut.
Menurut Moleong, 2004 data deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah Kenagarian Padang Mentinggi Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman yang terletak pada 0º32’38”- 0º38’38”LU dan 99º54’34”BT-100º00’34”BT.
Dengan luas daerah 168.48 Ha, terletak dengan ketinggian 250-1. 220 m dari permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Rao Utara
b. Sebelah Selatan : Rao Selatan
c. Sebelah Timur : Sumatera Utara
d. Sebelah Barat : Rao Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Pelaksanaan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman.
Pertama: Tingkat Pendidikan pasangan usia subur di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman yang melakukan KB sebanyak 56 responden, yang tamat sekolah SMP atau SMA (94,5 %) sedangkan yang tidak melakukan KB dari 116 responden yang tidak tamat SMP atau SMA (74,2%).
Temuan ini ternyata sesuai dengat pendapat Priatna (2004) Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam rangka aspeknya. Dimana dengan pendidikan maka kualitas pasangan usia subur di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman seperti terlihat di atas bahwa pasangan usia subur yang melakukan KB jauh lebih tinggi di bandingkan yang tidak memakai KB artinya pendidikan ini menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat untuk melaksanakan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman.
Kedua: Tingkat pengetahuan pasangan usia subur di Nagari
Padang Mentinggi yang telah
melakukan KB dari 56 responden
(100%) sedangkan jika dilihat dari pasangan yang tidak melakukan KB
di Nagari Padang Mentinggi
Kabupaten Pasaman terdapat 116 responden yang tidak mengetahui tujuan KB (74,2 %)
Temuan ini ternyata sesuai dengat pendapat Notoatmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil dari yang kita ketahui, dan ini terjadi
setelah melakukan penginderan
terhadap suatu objek tertentu.
Penginderan terjadi melalui
pancaindera manusia yaitu indera
pengihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa pengetahuan yang melakukan KB
lebih banyak tentang KB di
bandingkan yang tidak melakukan KB, dimana pengetahuan ini akan menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat untuk melaksanakan KB di nagari padang mentinggi kabupaten pasaman.
Ketiga: Hasil penelitian
menunjukan bahwa mata
pencaharian atau pekerjaan pasangan usia subur di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman lebih banyak yang memiliki pekerjaan
lain selain pekerjaan pokok yaitu dari 56 responden yang memiliki pekerjaan lain selain pekerjaan pokok (85,5%)
Temuan ini ternyata sama dengan Menurut Anwar (2010) mata pencaharian adalah corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Kehidupan penduduk dapat dibagi menjadi dua yaitu corak kehidupan tradisional (sederhana) dan corak kehidupan moderen (kompleks). Dimana mata pencarian ini terlihat bahwa mata pencarian sebagai faktor pendukung pelaksanaan KB karena banyaknya pasangan yang sama-sama bekerja di nagari padang mentinggi kabupaten pasaman.
Keempat: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman yang melakukan Kb terdapat 56 responden dan yang mendapatkan dukungan keluarga (96,5%).
Dukungan keluarga menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2003),
menyatakan bahwa faktor
prilaku seseorang, terutama dalam
memutuskan sesuatu untuk
kelangsungan hidupnya. Panutan dari keluarga sangat penting dalam memberi motivasi dan dorongan untuk melakukan suatu kegiatan, terutama pada masyarakat pedesaan. Jika kita lihat hasil pembahasan di atas bahwa dukungan keluarga menjadi faktor pendukung untuk melakukan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman.
Kelima: Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami ikut berperan dalam melaksanakan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman dari 56 responden yang melaksanakan KB yang suaminya ikut berperan dalam melakukan KB (96,5%) atau 45 reponden.
Temuan ini ternyata sama
dengan Hartanto (2004)
Pembicaraan antara suami istri
mengenai KB tidak menjadi
prasyarat dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Keadaan yang paling ideal adalah bahwa istri dan suami harus bersama-sama. Dari
hasil pembahasan di atas terlihat bahwa suami ikut berperan dalam melakukan KB.
Keenam: Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di nagari padang mentinggi kabupaten pasaman dari 56 responden yang mengatakan kualitas pelayanan KB di Nagari Padang Mentinggi (96,5%) yang mengatakan baik.
Temuan ini ternyata sama dengan Wilopo (2004) Kebijakan pelayanan Keluarga Berencana (KB) diarahkan untuk menjalin pasangan
suami istri agar memperoleh
pelayanan kontrasepsi yang
berkualitas, bebas dari paksaan, berorientasi terhadap permintaan aseptor, pemberian pelayanan dan
informasi yang dijalin
kerahasiannya, serta memilih
jenis-jenis pelayanan sesuai dengan
keinginan mereka. Dimana hasil di atas menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang baik sangat penting di dalam pelayanan KB di nagari
padang mentinggi kabupaten
pasaman.
2. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan KB di Nagari
Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman.
Pertama : Tingkat pengetahuan pasangan usia subur di Nagari
Padang Mentinggi yang telah
melakukan KB dari 56 responden
yang mengetahui tentang KB
(100%) sedangkan jika dilihat dari pasangan yang tidak melakukan KB
di Nagari Padang Mentinggi
Kabupaten Pasaman terdapat 116 responden yang tidak mengetahui tujuan KB (74,2 %)
Temuan ini ternyata sesuai dengat pendapat Notoatmodjo (2003)
Pengetahuan merupakan hasil dari yang kita ketahui, dan ini terjadi
setelah melakukan penginderan
terhadap suatu objek tertentu.
Penginderan terjadi melalui
pancaindera manusia yaitu indera
pengihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa pengetahuan yang melakukan KB
lebih banyak tentang KB di
bandingkan yang tidak melakukan KB, dimana pengetahuan ini akan menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat untuk melaksanakan
KB di nagari padang mentinggi kabupaten pasaman.
Kedua: Dari hasi penelitian bahwa budaya di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman budaya memerintahkan untuk memiliki banyak anak karena masyarakat masih percaya dengan istilah banyak anak banyak rezeki yaitu terdapat (94,5%)
Temuan ini sama dengan pendapat koentjaraningrat (2000) bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Dimana hasil di atas menunjukkan bahwa budaya jadi faktor penghambat di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman.
Ketiga : Tingkat Pendidikan pasangan usia subur di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman yang melakukan KB sebanyak 56 responden, yang tamat sekolah SMP atau SMA (94,5 %) sedangkan yang tidak melakukan KB dari 116 responden yang tidak tamat SMP atau SMA (74,2%).
Temuan ini ternyata sesuai dengat pendapat Priatna (2004) Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam rangka aspeknya. Dimana dengan pendidikan maka kualitas pasangan usia subur di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman seperti terlihat di atas bahwa pasangan usia subur yang melakukan KB jauh lebih tinggi di bandingkan yang tidak memakai KB artinya pendidikan ini menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat untuk melaksanakan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman.
Keempat : Penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam 116 responden yang mengatakan agama melarang untuk melaksanakan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman (82,7%).
pendapat Nasution (2000). mengatakan bahwa agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan dipatuhi manusia. Seperti halnya dalam melakukan KB. Maka agama sangat berperan sebagai faktor penghambat
pelaksanaan KB di Nagari Kabupaten Pasaman.
Kelima: Dari hasil penelitian bahwa dari 116 responden (84,5%) yang tidak mau melakukan KB meskipun usianya masih muda.
Temuan ini ternyata sama dengan Menurut Suaib (2010) usia merupakan sebuah perhitungan seseorang seberapa lama ia sudah hidup di dunia ini. Dimana usia di sini berpengaruh untuk melakukan KB di Nagari Padang Mentinggi karena pasangan usia subur ini merasa terlalu muda atau terlalu tua untuk melakukan KB.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman. dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Faktor pendukung pelaksanaan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman adalah Pendidikan, Pengetahuan, Mata Pencaharian, Dukungan Keluarga, Peran Suami dan Kualitas pelayanan KB dimana faktor pendukung ini sangat
berkaitan kepada keberhasilan pelaksanaan keluarga berencana di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman.
2. Fakor pengahambat pelaksanaan program keluarga berencana
Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman adalah Pengetahuan, Pendidikan , Budaya, usia, dan Agama. Faktor pengambat ini berkaitan dengan alasanan ketidak berhasilan pelaksanaan KB di Nagari Padang Mentinggi Kabupaten Pasaman. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPen dekatanPraktek. EdisiRevisi. Jakarta: PT RinekaCipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitianSuatuPen dekatanPraktek. EdisiRevisi V. Jakarta: PT RinekaCipta. Yayuk Kurnia wati (2014) Analisis
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Ketidak
ikutsertaan PUS dalam
Program KB di Kecamatan Pujud Kabupaten Ronnga Hilir.
Suriani, Era.
2013.hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan kb kabupaten
pasaman barat. Skripsi.
STKIP PGRI Sumatera Barat.
Tri Prasetyo (2013). Analisis Faktor
yang Mempengaruhi PUS
Mengikuti Keluarga
Berencana (KB) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sembirajo Kabupaten Seragen.Vol. 76,