• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reformasi Pelayanan Publik Di PT. Pelabuhan Indonesia II (Studi Pada PT. Pelindo II Cabang Panjang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Reformasi Pelayanan Publik Di PT. Pelabuhan Indonesia II (Studi Pada PT. Pelindo II Cabang Panjang)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

(Skripsi)

Oleh

ERISA TRI ANGGRAINI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PUBLIC SERVICE REFORM IN PT. PELABUHAN INDONESIA II (STUDY AT PT. PELINDO II PANJANG)

By

ERISA TRI ANGGRAINI

PT. Pelabuhan Indonesia II is a state enterprise that engaged in transportation sector, especially in port service. The Law No. 17 of 2008 on a Cruise provides opportunities for the private sector to open a business in the field of port. Private companies that are also competing in the port sector providing a high impact competition. It requires PT. Pelindo II to reform the public services.

The aim of this research is a description of the implementation of public service reform in PT. Pelindo II Panjang as well as the obstacles that faced. The type of research used is descriptive research by using qualitative approach. While the data collecting technique is done by interview, documentation, and observation.

The results of the research: (1) Reforms undertaken by PT. Pelindo II was running optimally, it seen by the changes that were made, namely: (a) development of a new culture is done by the new values, such as people first, integrity, and customer centric; (b) improved the infrastructure services; (c) reward system according to employee productivity; and (d) utilization of information and communication technology. (2) Obstruction factors faced in reforming the public service; (a) internal factors, issues of human resources failed to adapt to changes and insufficient of infrastructure; (b) condition of the road infrastructure in the area and less optimal support from related agencies at the port.

(3)

REFORMASI PELAYANAN PUBLIK DI PT. PELABUHAN INDONESIA II (Studi Pada PT. Pelindo II Cabang Panjang)

oleh

ERISA TRI ANGGRAINI

PT. Pelabuhan Indonesia II merupakan BUMN yang bergerak di sektor transportasi, khususnya kepelabuhanan. Adanya Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran memberikan peluang kepada sektor swasta untuk membuka usaha di bidang kepelabuhanan. Perusahaan swasta yang turut bersaing dalam sektor kepelabuhanan memberikan dampak persaingan yang tinggi. Hal tersebut mengharuskan PT. Pelindo II untuk melakukan reformasi pelayanan publik.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai gambaran pelaksanaan reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Pelabuhan Panjang serta kendala yang dihadapi. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskritif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi.

Hasil penelitian ini: (1) Reformasi yang dilakukan PT. Pelindo II telah berjalan optimal, terlihat dengan adanya perubahan yang dilakukan, yaitu: (a) pengembangan budaya baru dilakukan dengan penanaman nilai-nilai baru seperti people first, integrity, dan customer centric; (b) perbaikan sarana dan prasarana pelayanan; (c) sistem imbalan yang sesuai dengan produktivitas pegawai; serta (d) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. (2) Kendala yang dihadapi dalam melakukan reformasi pelayanan publik: (a) faktor internal, kegagalan SDM dalam beradaptasi dengan perubahan dan sarana dan prasarana yang kurang memadai; dan (b) faktor eksternal, kondisi infrastruktur jalan di daerah dan kurang optimalnya dukungan dari Instansi-instansi terkait di pelabuhan.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Penulis bernama lengkap Erisa Tri Anggraini, lahir di Kota Bandar Lampung pada tanggal 14 Mei 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Basri dan Ibu Endang Nurwati. Pendidikan formal yang telah ditempuh yakni pendidikan Sekolah Dasar Negeri 4 Sawah Brebes Bandar Lampung diselesaikan tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2010.

(9)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum

sebelum kaum itu sendiri yang mengubah keadaan yang ada pada

diri mereka sendiri.

(QS. Ar-Ra d:11)

Education is the most powerful weapon which you can use to

change the world.

(Nelson Mandela)

All change is hard at first, messy in the middle, and gorgeous at

the end.

(Robin Sharma)

Every minute of our life is a chance to change our self to be a

better person. Use it wisely.

(10)

Dengan mengucap rasa syukur kepada ALLAH SWT

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk

:

Mama dan Papa tercinta

serta

Kakak-kakakku tersayang

Yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

Terima kasih atas cinta, kasih sayang, kesabaran, dan do a

yang selalu dipanjatkan tanpa henti untuk keberhasilanku.

Teman-teman, sahabat, serta keluarga besar yang selalu memberikan do a dan dukungan kepadaku

Para pendidik dan Almamater Universitas Lampung Yang selalu memberikan bekal ilmu dan pesan moral untuk

(11)

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Reformasi Pelayanan Publik di PT. Pelabuhan Indonesia II (Studi pada PT. Pelindo II Cabang Panjang)”, dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain:

1. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku dosen pembimbing utama sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Terimakasih untuk ilmu, waktu, nasehat dan bimbingannya yang telah banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua penulis. Terimakasih atas segala masukan, waktu, serta pelajaran berharga yang diberikan kepada Penulis, yang sangat membantu Penulis dalam proses pembuatan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Noverman Duadji, Drs., M.Si., selaku dosen pembahas. Terimakasih untuk segala kritik dan saran yang diberikan, serta waktu untuk konsultasi agar skripsi ini dapat terlihat lebih baik.

(12)

Dian, Ibu Dewi, Ibu Indri, Ibu Intan, Ibu Novita, Ibu Ani, Ibu Selvi), terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah penulis peroleh pada saat perkuliahan dapat menjadi bekal berharga dan bermanfaat dalam kehidupan penulis ke depannya.

6. Ibu Nur’aini sebagai Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi.

7. Pihak PT. Pelindo II Cabang Panjang yaitu, Mbak Niluh Ayu Yuliana, Bapak Angga Pradipta, Bapak Denny Sondjaya (selaku Asisten General Manager Pengendalian Kinerja dan PFSO PT. Pelindo II Cabang Panjang), Bapak Purwadi (Manager Unit Terminal Peti Kemas), Bapak Evan Haryadi (Asmen SDMUP), Bapak Budi Hariyanto (Spv. Pelayanan & Hub. Pelanggan), Bapak Andi Kurniawan (Pelaksana Koordinator Perencanaan Kapal dan Pelanggan Unit Terminal Peti Kemas), Bapak Tubagus Tirta (Pelaksana Perencanaan dan Pengembangan SDM) yang telah memberikan izin penelitian serta bersedia memberikan banyak data dalam proses penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(13)

dalam proses penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas kasih sayang kepada penulis sejak lahir hingga saat ini dan seterusnya, semoga Mama dan Papa selalu dalam lindungan Allah SWT, aamiin..

10. Kakak-kakakku, Aditya Bardawansyah dan Levirta Vagisa tersayang, terimakasih atas segala bantuan, semangat, do’a, dan dukungan yang sangat besar hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebahagiaan selalu dilimpahkan untuk kita..

11. Thio Sandiyuda Pratama, terima kasih untuk semangat, do’a, motivasi, serta bantuan-bantuan yang tak terhingga selama ini. Thank you for standing right beside me through the ups and downs..

12. Terima kasih untuk alay dahsyat Pandu Pamungkas baik banget yang sudah menghibur dan banyak membantu Peneliti dalam menyusun skripsi ini. Makaseyaaaa, kiss kiss from Itali Roma...

13. Desmon Eka Chandra, profesor DEC yang baik hati, terima kasih untuk semua bantuannya yaa.. Semoga semua kebaikannya dibales dengan hal yang jauh lebih baik sama Allah. Aamiin..

14. Terima kasih untuk sahabat-sahabat yang sudah seperti keluarga, yang telah menghibur dan sangat membantu Penulis dalam menyelesaikan Penelitian ini, Yulia Purba Sari, Abdu’rahman, Hadi Purwanto, Triyadi Isworo, Datas Jaya Melinting & Ghali Billridho.

(14)

Sahara, Rizka, Sari Sukmawardani, Enggi, Ade, Fadri, Jodi, Lusy, Gusti, Helsi, Kyai Rofi, Topik, Julian, Ali Imron, Ali Syamsudin, Uyung, Efridho, Nuzul, Nona, Shela, Karina, Meri, Corie, Shari, Dora, Jeni, Selly, Ani, Nurul Fatmita, Tasya, Bunga Mayang, Maritha, Hanny, Nunu, Tammi, Izal OS, Wayan, Gideon, Loy, Aden, Hepsa, Rizky Bogel, Bek, Bunga Janati, Maya Larasati, Aris, Yogis, Satria, Eeng, Indah Pratiwi, Anjas, Daus, Geri dan semua yang tidak bisa ditulis satu per satu.

17. Terima kasih untuk seluruh kakak tingkat dan adik tingkat Himagara yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

18. Terima kasih untuk teman-teman SMA, Anggy Resti Eka Putri, Amelita Panjaitan, Wiga Virgian Utami, Rembulan P.A.M.P, Silvya Widya Chandra, Arlenti Pusparani, Alghisna Rahmatika, Hanna Fitria Azzahra, dan Frilly Sakina Ramadhani. Terimakasih untuk canda tawa, suka dan duka dari SMA hingga sekarang. Semoga kita semua sukses dan menjadi kebanggaan bagi semua. Amin.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 20 Oktober 2014 Penulis

(15)
(16)

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Masalah ... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Tinjauan tentang Pelayanan Publik ... 9

1. Pengertian Pelayanan Publik ... 9

2. Hakekat Pelayanan Publik ... 11

3. Penyelenggaraan Pelayanan Publik ... 12

B. Tinjauan tentang Reformasi Pelayanan Publik ... 16

1. Pengertian Reformasi ... 16

2. Tujuan Reformasi Administrasi ... 17

3. Paradigma Reformasi Pelayanan Publik... 19

4. Aspek Reformasi Pelayanan Publik ... 23

C. Tinjauan tentang Badan Usaha Milik Negara ... 29

1. Pengertian BUMN ... 29

2. Peran BUMN ... 31

D. Tinjauan tentang Pengusahaan Pelabuhan Laut ... 32

1. Pengertian Pelabuhan ... 32

2. Fungsi Pelabuhan... 33

3. Peranan Jasa Kepelabuhanan... 33

E. Kerangka Pikir ... 34

III. METODE PENELITIAN ... 38

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 38

(17)

F. Teknik Analisis Data ... 44

G. Teknik Keabsahan Data ... 46

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 50

A. Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia II ... 50

B. Sejarah PT (Persero) Pelindo II Cabang Panjang... 53

C. Keadaan Geografis dan Topografi Pelabuhan Panjang ... 54

D. Visi dan Misi Pelabuhan Panjang... 55

E. Ruang Lingkup ... 56

F. Struktur Organisasi... 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Reformasi Pelayanan Publik di PT. Pelindo II Cabang Panjang... 64

1. Pengembangan Budaya Baru di PT. Pelindo II Cabang Panjang ... 65

a. People First... 65

a) Menciptakan Lingkungan Kerja yang Nyaman dan Menyenangkan... 66

b) Mengutamakan Keragaman untuk Menciptakan Lingungan Kerja yang Terbuka ... 72

c) Mendorong Pemikiran-Pemikiran yang Inovatif ... 76

d) Memberikan Kesempatan Belajar dan Berkembang Kepada Para Pegawai Secara Berkelanjutan... 84

b. Integrity... 92

a) Menumbuhkan Rasa Percaya dengan Mengatakan Apa yang Dirasakan Serta Melakukan Apa yang Diucapkan... 93

b) Berperilaku Disiplin dan Patuh terhadap Kode Etik Bisnis Di Dalam Melakukan Pekerjaan ... 97

c. Customer Centric... 101

a) Secara Proaktif Mencari Tahu dan Memahami Kebutuhan Pelanggan ... 102

b) Membangun Hubungan Jangka Panjang yang Baik dengan Pelanggan ... 108

2. Perbaikan Sarana dan Prasarana Pelayanan... 114

3. Sistem Imbalan Pegawai... 121

4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 127

B. Faktor Penghambat ... 134

1. Faktor Internal ... 134

(18)

B. Saran... 143

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Informan Penelitian... 42 2. Daftar Dokumen Penelitian... 43 3. Daftar Peserta PelatihanOutbonddengan LANAL Lampung... 69 4. Daftar Pemenang Program 3i (Inclusiveness,Innovation, & IPCWay)

PT. Pelindo II Cabang Pelabuhan Panjang ... 80 5. Daftar Program Pengembangan Sumber Daya Manusia di

PT. Pelindo II………….…... 89 6. Daftar Catatan Pelatihan Pegawai PT. Pelindo II Cabang Panjang

Periode Juli 2013 s.d. Januari 2014... 90 7. Daftar Laporan Kehadiran Umum Unit Terminal Peti Kemas PT. Pelindo II

Cabang Panjang Tahun 2013 ... 99 8. Daftar JuaraApreciation NightTahun 2013 ... 110 9. Daftar Pengembangan Fasilitas Pelabuhan dan Alat Produksi Pelabuhan

Panjang Tahun 2013 ... 115 10. Daftar Produksi Terminal Petikemas PT. Pelindo II Pelabuhan Panjang

Periode 2010-2013…….…...119 11. Daftar Pendapatan Terminal Petikemas PT. Pelindo II Pelabuhan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Pikir ... 37

2. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Panjang .. 63

3. Struktur Organisasi Divisi Terminal Petikemas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Panjang... 63

4. Pelaksanaan PelatihanOutbonddi Pantai Klara ... 69

5. Rapat Kapal PT. Pelindo II Cabang Panjang ... 74

6. Formulir Pengumpulan Ide Program 3i... 79

7. Layanan SMSOnlineoleh Peserta Program 3i... 81

8. Form ComplainPT. Pelindo II Cabang Panjang ... 106

9. Luffing Cranesebagai Alat Bongkat Muat Milik PT. Pelindo II Cabang Panjang... 116

10. Surat Edaran Tentang Tatacara Pengisian Rencana Kerja dan Hasil Evaluasi Kerja Melalui Aplikasi P2B Online ... 123

11. Aplikasi P2B Online ... 124

12. Website Internal PT. Pelindo II Cabang Panjang ... 128

13.HandkeyPT. Pelindo II Pelabuhan Panjang ... 130

14. CCTV di dalam Ruangan Kerja PT. Pelindo II Pelabuhan Panjang... 131

(21)

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Afiffudin (2010:42) yang menyatakan bahwa pembangunan adalah perubahan. Perubahan dalam arti mewujudkan suatu kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena itu, pembangunan sangat diperlukan bagi setiap negara dalam rangka perbaikan ke arah yang lebih baik untuk pemerataan kesejahteraan rakyat.

Salah satu aspek yang memegang peran penting dalam pembangunan adalah transportasi. Menurut survei United Nation Conference on Trade Development (UNCTAD), kontribusi moda transportasi dalam perdagangan dunia adalah sebagai berikut: transportasi udara sebesar 0,3%, transportasi darat sebesar 16%, perpipaan 6,7% dan transportasi laut mencapai 77%. Dominannya transportasi laut mengindikasikan bahwa kemajuan perekonomian dan perdagangan nasional adalah dengan menciptakan transportasi laut yang baik dan unggul. (http://www.bumn.go.id/pelindo1/publikasi/berita/infrastruktur-untuk-perekonom ian-negara-pelindo-i-komitmen-membangun-konektivitas-nasional/,6-11-2013)

(22)

yang penting karena pelabuhan berfungsi sebagai tempat kegiatan ekonomi dan kegiatan pelayanan seperti berlabuh, bertambatnya kapal laut, menaikkan dan menurukan penumpang, bongkar muat barang dan lain-lain. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 pasal 68, pelabuhan memiliki peran sebagai: (a) simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya; (b) pintu gerbang kegiatan perekonomian; (c) tempat kegiatan alih moda transportasi; (d) penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan; (e) tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan (f) mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara. Dilihat berdasarkan perannya tersebut, dapat dikatakan bahwa pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang sangat penting agar dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik. Selain itu, pelabuhan tidak hanya sebagai tempat kegiatan perdagangan antarpulau, tapi juga digunakan sebagai media perdagangan antarnegara.

Pentingnya peran pelabuhan dalam mendukung pengembangan ekonomi nasional tersebut pada akhirnya mengharuskan pelayanan yang ada di pelabuhan diberikan secara maksimal oleh negara. Namun, berdasarkan data World Bank (Bank Dunia), Indeks Kinerja Logistik atauLogistic Performance Index(LPI) Indonesia berada di peringkat 62 dari 163 negara, berbanding jauh dengan negara Jerman yang berada di peringkat 1 dan Singapura di peringkat 8 (http://lpi.worldbank.org/, 31-8-2014). Data tersebut menunjukan masih buruknya pelayanan yang diberikan.

(23)

daya kompetisi masyarakat di suatu negara. Pelayanan dari birokrasi yang korup akan membuat berbagai sektor kegiatan publik menjadi sangat tidak efisien sehingga akan berdampak pula pada terpengaruhnya iklim investasi di suatu negara (Dwiyanto, 2012:55). Oleh karena itu, reformasi pelayanan publik menjadi hal yang penting untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik.

Reformasi pelayanan publik merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi buruknya pelayanan publik yang terjadi. Reformasi bermakna suatu langkah perubahan tanpa merusak (to change without destroying) atau perubahan seraya memelihara (to change while preserving) yang diprakarsai oleh mereka yang memimpin suatu sistem, karena sadar bahwa tanpa reformasi, sistem itu bisa ambruk (Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid dalam Surjadi, 2009:13). Karena reformasi merupakan upaya perubahan ke arah yang lebih baik, maka diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Oleh karena itu, untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan efisien di pelabuhan, perlu dilakukan reformasi pelayanan publik.

(24)

2013:35). Perannya yang krusial tersebut menuntut BUMN untuk memperbaiki kinerja pelayanan publiknya, dalam hal ini reformasi pelayanan publik, agar BUMN dapat melaksanakan perannya dengan maksimal.

Salah satu BUMN yang melakukan upaya perbaikan pelayanan publik yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II. PT Pelindo II merupakan BUMN yang bergerak di sektor transportasi, khususnya kepelabuhanan. PT Pelindo II Cabang Panjang dituntut untuk melakukan upaya perbaikan pelayanan publik karena berbagai tuntutan perkembangan yang terjadi saat ini. Misalnya saja dengan adanya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menggantikan undang-undang tentang pelayaran sebelumnya.

Berlakunya UU No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran semakin membuka persaingan dalam pengelolaan pelabuhan. Undang-undang tersebut memuat tentang dasar-dasar reformasi sistem pelabuhan di Indonesia secara menyeluruh. Terlebih, di dalam undang-undang tersebut menerangkan tentang penghapusan monopoli sektor negara atas pelabuhan dan membuka peluang untuk partisipasi baru kepada sektor swasta. Sektor swasta diberikan kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan negara untuk membuka jasa-jasa kepelabuhanan.

(25)

Pelayaran tersebut berdampak pada munculnya Badan Usaha Pelabuhan baru dari pihak swasta, sehingga PT Pelindo II bukan satu-satunya Badan Usaha Pelabuhan.

Saat ini, di Provinsi Lampung saja, terdapat beberapa Badan Usaha Pelabuhan dari pihak swasta, yaitu PT Sumber Indah Perkasa (PT Sinar MasGroup), dan PT Tunas Baru Lampung (PT Sungai Budi Group). Munculnya perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan tersebut berimbas pada tingkat persaingan yang tinggi dalam pengelolaan pelabuhan di antara masing-masing Badan Usaha Pelabuhan tersebut. Adanya peraturan tersebut mengancam eksistensi PT. Pelindo II, dalam hal ini PT. Pelindo II Cabang Panjang, yang sebelumnya memonopoli pengelolaan pelabuhan.

Adanya perusahaan swasta yang turut bersaing dalam sektor kepelabuhanan memberikan dampak persaingan yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak swasta jauh lebih baik. Contohnya pihak swasta lebih berorientasi kepada pelanggan sehingga memberikan pelayanan yang prima dan efisien. Sedangkan hal itu berbanding terbalik dengan pelayanan yang diberikan oleh PT. Pelindo II Cabang Panjang. Selain itu modal yang dimiliki oleh pihak swasta berasal dari saham-saham yang dimiliki oleh perseorangan.

(26)

dermaga yang minim, antrean sandar kapal yang masih lama hingga parkir truk di areal dermaga yang semerawut. Misalnya saja seperti antrean kapal Kapal Nee Diak 1 Surabaya yang mencapai satu bulan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kapasitas dermaga umum (kade A, B, C) yang membuat kapal-kapal antre sandar. ( http://lampung.tribunnews.com/2014/09/04/antrean-sandar-kapal-hingga-satu-bulan, tanggal 21-09-2014)

Selain itu, kondisi sumber daya manusia yang ada di PT. Pelindo II juga masih belum menunjukkan kinerja yang optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya polemik yang terjadi di PT. Pelindo II. Adanya aksi mogok kerja dilakukan oleh serikat pekerja, pengusaha logistik, dan angkutan khusus pelabuhan disebabkan karena adanya tuntutan yang tidak dapat dipenuhi oleh pihak PT. Pelindo II. Akibat dari aksi mogok yang dilakukan serikat pekerja ini pun telah membuat antrean truk kontainer cukup panjang dan total kerugian perusahaan mencapai Rp 22 Triliun. (http://www.stabilitas.co.id/view_articles.php?articleid, tanggal 21-09-2014)

Konflik antar karyawan yang terjadi di dalam internal PT. Pelindo II menunjukkan bahwa iklim kerja yang dibangun di PT. Pelindo II belum kondusif. Budaya kerja yang dibangun dalam PT. Pelindo belum mampu merespon tuntutan pelayanan publik yang produktif dan prima. Hal ini dapat berakibat pada melemahnya tingkat kepercayaan dari masyarakat terhadap organisasi.

(27)

memperbaiki kualitas pelayanan publiknya untuk dapat mencapai kinerja yang memuaskan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran masalah di atas, maka rumusah masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana reformasi pelayanan publik yang terjadi di PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang tahun?

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi PT Pelindo II Cabang Pelabuhan Panjang dengan adanya reformasi pelayanan publik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai gambaran pelaksanaan reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Pelabuhan Panjang.

(28)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Terkait pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan Administrasi Negara bagi penulis serta para pembaca pada umumnya mengenai pelaksanaan reformasi pelayanan publik di PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang yang dilakukan melalui pengembangan budaya baru, perbaikan sarana dan prasarana, sistem imbalan pegawai, serta pemanfaatan teknologi dan informasi.

(29)

A. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik 1. Pengertian Pelayanan Publik

Teori Ilmu Administrasi Negara mengajarkan bahwa pemerintahan Negara pada hakikatnya menyelenggarakan dua jenis fungsi utama, yaitu fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat Negara sebagai suatu Negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat Negara sebagai suatu Negara kesejahteraan (welfare state). Baik fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan menyangkut semua segi kehidupan dan penghidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada aparatur pemerintah tertentu yang secara fungsional bertanggungjawab atas bidang-bidang tertentu kedua fungsi tersebut (Siagian, 2001:128-129).

(30)

memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Oleh karena itu, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Ada juga yang mengartikan pelayanan publik merupakan seluruh jasa pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Ratminto dan Atik Septi Winarsih (Hardiyansyah, 2011:11), bahwa pelayanan publik sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, BUMN juga memiliki tanggungjawab sebagai pelayan publik.

(31)

pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.

2. Hakekat Pelayanan Publik

Telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa pelayanan publik adalah semua kegiatan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dalam memenuhi kebutuan penerima pelayanan dalam menjalankan kewajiban aparatur publik sebagai pelayan masyarakat. Pelaksanaan pemberian layanan kepada penerima pelayanan tersebut harus sejalan dengan hakekat pelayanan publik itu sendiri. Sedarmayanti (2010:243) mengungkapkan bahwa hakekat pelayanan umum (pelayanan publik) sebagai berikut:

1) Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah di bidang pelayanan umum.

2) Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tatalaksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

(32)

pemberi layanan. Dalam hubungan ini maka upaya peningkatan kinerja pelayanan publik senantiasa berkenaan dengan pengembangan tiga unsur pokok tersebut.

Atas dasar uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan kewajiban aparatur Negara sebagai abdi masyarakat. Mutu dan produktivitas pelayanan publik tersebut harus terus ditingkatkan agar sistem dan pelaksanaan pelayanannya lebih efektif, berdaya guna, berhasil guna, serta menumbuhkan kreativitas, prakarsa, peran masyarakat dalam pembangunan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Upaya peningkatan kinerja pelayanan publik tersebut berkenaan dengan pengembangan tiga unsur pokok pelayanan publik, yakni: unsur kelembagaan penyelenggara pelayanan, proses pelayanannya serta sumber daya manusia pemberi layanan.

3. Penyelenggaraan Pelayanan Publik a. Penyelenggara Pelayanan Publik

(33)

pelayanan publik yang tidak mampu disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah (Hardiyansyah, 2011:25-26).

Menurut Pasal 1 Ayat 4 Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, organiSasi penyelenggara pelayanan publik adalah satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pada Ayat 5 undang-undang yang sama disebutkan bahwa pelaksana pelayanan publik adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

Penyelenggara pelayanan publik dalam penelitian ini merupakan penyelenggara negara yang berbentuk badan usaha atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN yang dimaksud yaitu PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II yang bergerak di bidang kepelabuhanan. PT. Pelindo II melaksanakan tugas pelayanan dalam pengusahaan pelabuhan.

b. Standar Pelayanan Publik

(34)

penyelenggara pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/atau penerima layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan (Hardiyansyah, 2011:28). Standar pelayanan menurut Surjadi (2009:69), sekurang-kurangnya meliputi:

1) Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan

2) Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan

3) Biaya pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4) Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

5) Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik

6) Kompetensi petugas pemberi layanan

(35)

Sama halnya dengan standar pelayanan di atas, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik juga menerangkan bahwa komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1) Dasar hukum; 2) Persyaratan;

3) Sistem, mekanisme, dan prosedur; 4) Jangka waktu penyelesaian; 5) Biaya/ tarif;

6) Produk pelayanan;

7) Sarana, prasarana, dan/ atau fasilitas; 8) Kompetensi pelaksana;

9) Pengawasan internal;

10) Penanganan pengaduan, saran, dan masukan; 11) Jumlah pelaksana;

12) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian

13) Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan;

14) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keraguraguan; dan

(36)

B. Tinjauan Tentang Reformasi Pelayanan Publik 1. Pengertian Reformasi

Secara teoritis, reformasi adalah perubahan dimana kedalamannya terbatas sedangkan keluasan perubahannya melibatkan seluruh masyarakat. Pengertian ini akan lebih jelas jika dibedakan dengan revolusi. Konsep terakhir menunjukkan kedalaman perubahannya radikal sedangkan keluasan perubahannya melibatkan pula seluruh masyarakat. Sebagai perubahan yang terbatas tetapi seluruh masyarakat terlibat, reformasi juga mengandung pengertian penataan kembali bangunan masyarakat, termasuk cita-cita, lembaga-lembaga dan saluran yang ditempuh dalam mencapai cita-cita. Kata orde sering digunakan untuk menyebut perubahan seperti ini. Lahirnya suatu orde jelas menunjukkan pergantian rezime, pandangan politik, dan kebijakannya (Sinambela, 2011:25).

(37)

Sejalan dengan pendapat Khan dan Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, Sedarmayanti (2010:322) juga berpendapat bahwa reformasi bermakna sebagai suatu perubahan tanpa merusak atau perubahan dengan memelihara, jadi proses reformasi adalah proses penyesuaian dengan tuntutan perkembangan zaman. Reformasi di bidang administrasi publik khususnya di bidang kelembagaan penyelenggaraan pemerintahan Indonesia, diharapkan merupakan tindakan perubahan atau pembaharuan yang berdimensi restrukturisasi, revitalisasi, dan refungsionalisasi.

Jika dilihat dari penjelasan-penjelasan di atas, yang dimaksud dengan reformasi adalah upaya perubahan terencana yang dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dalam rangka melakukan perbaikan. Reformasi tersebut bertujuan untuk mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama. Perubahan dilakukan tanpa merusak sistem yang ada sebelumnya, tapi perubahan dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan.

2. Tujuan Reformasi Administrasi

(38)

administrasi, meningkatkan kualitas personel dan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan kritik dan keluhan pihak luar.

Selain itu, Dror (Zauhar; 2007: 14-15) mengklasifikasikan tujuan reformasi ke dalam 6 kelompok, 3 bersifat intra-administrasi yang ditujukan untuk menyempurnakan administrasi internal, dan 3 lagi berkenaan dengan peran masyarakat di dalam sistem administrasi. Tiga tujuan internal reformasi administrasi yang dimaksud meliputi:

(a) Efisiensi administrasi, dalam arti penghematan uang, yang dapat dicapai melalui penyederhanaan formulir, penghilangan duplikasi dan kegiatan organisasi metode yang lain;

(b) Penghapusan kelemahan atau penyakit administrasi seperti korupsi, pilih kasih dan sistem taman dalam sistem politik dan lain-lain;

(c) Pengenalan dan penggalakan sistem merit, pemakaian PPBS, pemrosesan data melalui sistem informasi yang otomatis, peningkatan penggunaan pengetahuan ilmiah dan lain-lain.

Sedangkan 3 tujuan lain yang berkaitan dengan masyarakat adalah:

(a) Menyesuaikan sistem administrasi terhadap meningkatnya keluhan masyarakat;

(39)

(c) Mengubah hubungan antara sistem administrasi dan penduduk, misalnya melalui relokasi pusat-pusat kekuasaan (sentralisasi versus desentralisasi, demokratisasi dan lain-lain)

Menurut Sofyan Effendi (Sedarmayanti, 2010), yang perlu diperhatikan dalam melakukan reformasi sektor publik:

(1) Reformasi sektor publik harus lebih diarahkan kepada peningkatan kemampuan, profesionalisme, dan netralis birokrasi publik guna mengurangi kekaburan peranan politik antara birokrat dan politisi. Proses politisasi birokrasi dan birokratisasi politik yang terjadi sebagai akibat dominasi dan hegemoni birokrasi dalam kehidupan politik perlu dikurangi agar birokrasi publik yang professional dapat tumbuh lebih subur.

(2) Intervensi pemerintah yang terlalu besar dalam kegiatan ekonomi terbukti mengandung penuh keterbatasan dan menyebabkan inefisiensi besar. Karena itu sistem pemerintahan Praetorian yang sudah berjalan sejak awal Orde Baru perlu ditinjau kembali, dan dinilai keampuhannya secara lebih kritis sebagai penyelenggara pembangunan nasional bangsa Indonesia. Untuk itu sektor publik, terutama birokrasi publik, harus mengalami pergeseran nilai, dari otoriterianisme birokratis ke otonomi demokratis, atau perubahan dari negara pejabat menjadi negara pelayan.

3. Paradigma Reformasi Pelayanan Publik

(40)

pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangangood governancedi Indonesia. Pertama, pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana Negara yang diwakili oleh pemerintah berinteraksi dengan lembaga-lembaga non pemerintah. Dalam ranah ini terjadi pergumulan yang sangat intensif antara pemerintah dengan warganya. Buruknya praktik good governance dalam penyelenggaraan pelayanan publik sangat dirasakan oleh warga dan masyarakat luas. Ini berarti jika terjadi perubahan yang signifikan pada ranah pelayanan publik dengan sendirinya dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh warga dan masyarakat luas.

Menurut pemikiran penulis, praktik good governance dalam pelayanan publik akan berdampak pada kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik. Pada kenyataannya, kepercayaan masyarakat terhadap praktik good governance menunjuk ke arah yang negatif dikarenakan praktik bad governance (pemerintahan yang buruk) yang meluas di banyak daerah. Bila praktik bad governance (misal: praktik pungutan liar) dibiarkan semakin luas, maka akan menumbuhkan sikap toleransi kepada bad governance itu sendiri di masyarakat. Masyarakat akan terbiasa dan melakukan pembenaran terhadap praktik bad governance. Jika masyarakat semakin toleran dengan praktik bad governance maka hal tersebut dapat menghambat upaya untuk membangun good governance. Oleh karena itu, praktik bad governance dalam pelayanan publik harus dihentikan sebagai pintu masuk menuju good governance.

(41)

kelembagaan yang selama ini sering dijadikan rujukan dengan menilai praktik governance dapat dengan mudah dinilai dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu makna penting dari governance yang membedakan dengan government adalah keterlibatan aktor-aktor di luar Negara dalam merespon masalah-masalah publik. Governance lebih luas dari government karena dalam praktik governance melibatkan unsur-unsur masyarakat sipil dan mekanisme pasar. Dalam pelayanan publik, keterlibatan unsur-unsur masyarakat sipil dan mekanisme pasar selama ini sudah banyak terjadi sehingga praktik governancedalam ranah pelayanan publik sebenarnya bukan suatu hal yang baru lagi. Hal ini merupakan suatu keuntungan untuk memulai perubahan karena fondasi keterlibatan unsur masyarakat sipil dan mekanisme pasar sebelumnya telah ada. Selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan reposisi terhadap ketiga unsur tersebut dan redistribusi peran yang proporsional dan saling melengkapi di antara pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar sehingga sinergi dapat dikembangkan (Dwiyanto, 2008:22).

(42)

strategi yang tepat tidak dapat dirumuskan dengan baik. Oleh karena itu, dengan menjadikan pelayanan publik sebagai langkah untuk memulai good governance, maka tolak ukur dan indikator yang jelas dari pengembangan good governance menjadi relatif mudah dikembangkan.

Ketiga, pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance. Pemerintah sebagai representasi negara, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar memiliki kepentingan dan keterlibatan yang tinggi dalam ranah ini. Pelayanan publik memiliki high stake dan menjadi pertaruhan yang penting bagi ketiga unsur governance tersebut karena baik dan buruknya praktik pelayanan publik sangat berpengaruh terhadap ketiganya. Nasib sebuah pemerintahan, baik di pusat ataupun daerah, akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka dalam mewujudkan pelayanan publik yang baik. Keberhasilan sebuah rezim dan penguasa dalam membangun legitimasi kekuasaan sering dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang baik dan memuaskan warga (Dwiyanto, 2008:24).

(43)

Keadaan tersebut mendorong pemerintah untuk terus melakukan pembaharuan dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik. Perubahan sangat penting untuk dilakukan dalam mewujudkangood governance, termasuk bagi mekanisme pasar. Selama ini mekanisme pasar dirugikan karena kualitas pelayanan pemerintah yang buruk, mulai dari proses perizinan, dan lain-lain. Pelayanan yang buruk tersebut berdampak pada biaya produksi yang tinggi, dan biaya produksi total yang harus dibayar akan menjadi sangat besar. Selain itu, akibat biaya produksi yang tinggi perusahaan lokal tidak mampu bersaing di tingkat global. Adanya reformasi pelayanan publik pada intinya akan menguntungkan berbagaistakeholders.

4. Aspek Reformasi Pelayanan Publik

Reformasi pelayanan publik merupakan usaha perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik. Perbaikan tersebut dilakukan dalam berbagai aspek. Zauhar (2007:11) mengungkapkan bahwa reformasi administrasi adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mengubah:

a. Struktur dan prosedur birokrasi (aspek organisasi atau institusional/kelembagaan).

b. Sikap dan perilaku birokrat (aspek perilaku) guna meningkatkan efektivitas organisasi atau terciptanya administrasi yang sehat dan menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional.

(44)

aspek yang perlu dibenahi dalam birokrasi publik. Bad governance yang selama ini terjadi dalam birokrasi publik merupakan hasil dari sebuah proses interaksi yang kompleks dari akumulasi masalah yang telah lama melekat dalam kehidupan birokrasi publik. Mindset yang selama ini telah mengilhami perilaku birokrasi publik. Mindset yang salah ini menyangkut misi dari keberadaan birokrasi publik itu sendiri, jati diri, fungsi dan aktivitas yang dilakukan birokrasi pemerintah seringkali muncul karena adanya mindset yang salah, yang mendorong para pejabatnya melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aspirasi dan keinginan warga.

Perubahanmindset menjadi keniscayaan apabila kita ingin mewujudkan perilaku baru dari birokrasi publik dan melahirkan sosok pejabat birokrasi publik yang berbeda dengan yang sekarang ini. Sudah banyak dijelaskan dalam berbagai publikasi mengenai perlunya menciptakan mindset baru dalam mereformasi birokrasi mengingat mindset yang selama ini berkembang cenderung menempatkan birokrasi publik atau para pejabatnya sebagai penguasa bukan sebagai pelayan masyarakat. Kegagalan masa lalu dalam meletakkan fondasi baru bagi birokrasi di Indonesia ketika memperoleh kemerdekaan membuat banyak nilai, tradisi, dan norma birokrasi kolonial sampai dengan sekarang masih melekat dan hidup dengan subur dalam birokrasi publik.

(45)

yang lama (Djody; 2009:34). Orientasi pada kekuasaan yang sangat kuat selama ini telah menggusur orientasi pada pelayanan.

Budaya dan etika pelayanan amat sulit berkembang dalam birokrasi karena para pejabat birokrasi lebih menempatkan diri sebagai penguasa daripada menjadi pelayan warga dan masyarakat. Sebagai penguasa mereka seringkali justru membutuhkan pelayanan dari warga. Karena itu, upaya untuk mengembangkan orientasi dan tradisi pelayanan kepada warga dalam birokrasi pemerintah selalu mengalami kesulitan. Orientasi pelayanan hanya akan dapat dikembangkan apabila budaya kekuasaan yang selama ini berkembang di dalam birokrasi digusur dengan budaya pelayanan (Dwiyanto, 2008:28).

Dwiyanto (2008:29) menambahkan, bahwa untuk mempercepat pembentukan budaya baru maka insentif dan disenstif perlu diberikan kepada para pejabat yang telah berhasil dan gagal mewujudkan perilaku baru yang sesuai dengan budaya baru. Mereka yang berhasil mewujudkan sikap dan perilaku baru seperti yang diharapkan oleh budaya dan mindset baru harus diberikan penghargaan. Sebaliknya, mereka yang gagal dan enggan untuk berubah menyesuaikan dengan budaya danmindsetbaru harus diberi sanksi.

(46)

menggunakan pelayanan publik tetapi untuk mengontrol perilaku warga agar tidak menyalahgunakan pelayanan publik. (Dwiyanto, 2008:29).

Teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah sangat canggih sehingga struktur pemerintahan yang ada perlu dikritisi kembali dan dicari struktur baru yang lebih sesuai dengan tantangan global dan kebutuhan mengembangkan pemerintahan yang lebih demokratis. Apabila struktur birokrasi pemerintah baik secara vertikal maupun horizontal disederhanakan maka akan memiliki implikasi yang sangat besar terhadap perbaikan kinerja birokrasi, efisiensi kegiatan pemerintahan, dan proses demokratisasi. Pemerintah dapat memperbaiki kinerjanya, menurunkan biaya pemerintahan secara berarti, dan mendorong proses demokratisasi secara optimal (Dwiyanto, 2008:30-31).

(47)

Perubahan budaya, struktur, dan prosedur birokrasi akan menjadi lebih efektif dan cepat memperbaiki kinerja birokrasi kalau diikuti dengan perubahan sistem insentif dan pengembangan pegawai yang sesuai dan kondusif dengan perubahan budaya dan struktur yang diperkenalkan. Perubahan sistem insentif yang menghargai kinerja dapat menciptakan motivasi bagi para pejabat birokrasi untuk memperbaiki kinerjanya. Kalau indikator dan ciri praktik good governance diterjemahkan menjadi indikator kinerja yang harus diwujudkan oleh seorang pejabat atau sebuah satuan birokrasi, maka motivasi untuk bersikap dan berperilaku yang sesuai ciri dan indikator praktik good governance dengan sendirinya akan berkembang dalam birokrasi publik (Dwiyanto, 2008:35-36).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, aspek reformasi pelayanan publik meliputi perubahan mindset. Pemikiran yang berkembang selama ini cenderung menempatkan birokrasi publik sebagai penguasa bukan pelayan publik. Oleh karena itu, apabila kita ingin mewujudkan perilaku baru dari birokrasi publik dan melahirkan sosok pejabat birokrasi publik yang berbeda dengan yang sekarang ini maka perubahanmindsetharus dilakukan.

(48)

Selain itu, perubahan mindset juga dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyederhanakan struktur birokrasi pemerintahan. Hal tersebut akan berimplikasi pada perbaikan kinerja birokrasi, efisiensi kegiatan pemerintahan, dan proses demokratisasi. Untuk meninjau kembali struktur pemerintahan di daerah perlu dilakukan performance review, atau peninjauan kembali tugas pokok dan fungsinya. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut, apabila perlu, maka dilakukan rightsizing (restrukturisasi) agar birokrasi pemerintah dapat menjadi lebih efisien, efektif, dan responsif. Selain perubahan budaya, struktur, dan prosedur birokrasi juga harus diikuti dengan perubahan sistem insentif dan pengembangan pegawai.

(49)

C. Tinjauan Tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 1. Pengertian BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu instansi pemerintah yang melaksanakan perannya sebagai pemberi layanan publik. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara mendefinisikan BUMN sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan Lukman (2013:35) berpendapat bahwa BUMN adalah instansi milik pemerintah yang paling banyak banyak diketahui masyarakat dengan beragam layanan usaha mulai dari layanan keuangan (perbankan, asuransi, dan dana pensiun) yang dilakukan oleh bank-bank BUMN/D ataupun perusahaan asuransi milik pemerintah; pertambangan dan energi, hingga layanan konstruksi.

Suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai BUMN apabila perusahaan tersebut telah memenuhi beberapa unsur. Khairandy (Jurnal: 2009, 76) mengungkapkan ada beberapa unsur yang menjadi suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai BUMN:

1) Badan usaha atau perusahaan;

(50)

3) Di dalam usaha tersebut, negara melakukan penyertaan secara langsung; Mengingat di sini ada penyertaan langsung, maka negara terlibat dalam menanggung risiko untung dan ruginya perusahaan. Menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (3) UU No. 19 tahun 2003, pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan modal negara ke dalam BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung negara ke BUMN, sehingga setiap penyertaan tersebut harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). 4) Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Selain itu, Khairandy (Jurnal: 2009, 76-77) menambahkan bahwa suatu badan usaha dapat dikategorikan sebagai BUMN harus merupakan perusahaan yang modalnya berasal dari penyertaan langsung dari negara. Jika ada sebuah PT yang didirikan oleh BUMN, ia tidak dapat dikatakan sebagai BUMN, karena penyertaan modalnya bukan berasal dari negara, tetapi dari BUMN. Misalnya PT Pupuk Kalimantan Timur (PT PKT) tidak dapat disebut sebagai BUMN, karena dari Anggaran Dasar PT tersebut, terlihat bahwa modal perseroan berasal dari penyertaan PT Pupuk Sriwijaya (Persero) dan koperasi karyawan.

(51)

(http://www.indonesiaport.co.id/sub/ tentang-perusahaan.html, diakses pada 14-2-2014 pukul 11:50).

2. Peran BUMN

BUMN memegang peranan penting dalam pelayanan publik masyarakat Indonesia saat ini karena mereka bersentuhan langsung dengan hajat hidup orang banyak, meskipun sebagian dari sahamnya telah dimiliki juga oleh individu atau badan-badan usaha swasta. Tidak hanya itu, peranan BUMN/D dalam perekonomian juga sangat krusial terutama dalam menjaga ketersediaan bahan-bahan pokok yang sangat dibutuhkan oleh warga Negara serta diharapkan juga BUMN/D tersebut mampu menjaga kestabilan harga-harga barang dan jasa dengan kapitalisasi yang dimiliki oleh mereka (Lukman, 2013:35).

Berdirinya BUMN tentu memiliki maksud dan tujuan. Hal tersebut ditujukan agar BUMN tidak kehilangan arah dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Adapun berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:

1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

2) Mengejar keuntungan

3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

(52)

5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

BUMN diharapkan bisa berperan dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan Negara, serta memberikan motivasi dan inovasi bagi seluruh sektor ekonomi, serta mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, baik usaha mikro maupun usaha kecil menengah yang di masa krisis ekonomi merupakan anadalan yang bisa menjaga stabilitas ekonomi nasional (Muchayat, 2010:62).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa BUMN mempunyai peran untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian Negara. Selain sebagai kontributor pendapatan bagi Negara, BUMN juga memiliki peran sebagai pemberi layanan bagi masyarakat. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mengejar keuntungan, BUMN juga harus memperhatikan aspek pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat, dengan mutu dan kualitas pelayanan yang terbaik.

D. Tinjauan Tentang Pengusahaan Pelabuhan Laut 1. Pengertian Pelabuhan

(53)

menurukan penumpang, bongkar muat barang dan hewan serta merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi.

Selain itu juga, dalam Bab II pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah merupakan sarana untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhanan sebagai penunjang penyelenggaraan angkutan laut. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian pelabuhan mencakup pengertian sebagai prasarana dan sistem, yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, untuk terselenggaranya bongkar muat serta turun naiknya penumpang, dari suatu moda transportasi lainnya, atau sebaliknya (Salim, 2004:110-111).

2. Fungsi Pelabuhan

Dari pengertian pelabuhan tersebut, maka fungsi pokok pelabuhan yaitu sebagai tempat yang aman berlabuh kapal dan sebagai terminal transfer barang dan penumpang, pada dasarnya fungsi pelabuhan mempunyai arti yang lebih luas, yaitu sebagaiinterface, link, gateaway, danindustry entity(Salim, 2004:111).

3. Peranan Jasa Pelabuhan

(54)

sesuai dengan objek yang dilayani dengan mempergunakan teknik/metode yang canggih sehingga pelaksanaan bongkar muat dari kapal ke angkutan darat atau sebaliknya dapat dilakukan dengan cepat, lancar, aman, murah, serta terjangkau oleh masyarakat (Salim, 2004:111).

E. KERANGKA PIKIR

Pelabuhan memiliki posisi strategis sebagai tempat kegiatan perdagangan, sebagai alih moda transportasi untuk mendukung perkembangan ekonomi nasional. Dilihat berdasarkan perannya tersebut, dapat dikatakan bahwa pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang sangat penting agar dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik. Selain itu, pelabuhan tidak hanya sebagai tempat kegiatan perdagangan antarpulau, tapi juga digunakan sebagai media perdagangan antarnegara.

(55)

Pasca berlakunya UU No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, semakin membuka persaingan dalam pengelolaan pelabuhan. Undang-undang tersebut menghapus monopoli sektor negara atas pelabuhan dan membuka peluang untuk partisipasi baru kepada sektor swasta. Sektor swasta diberikan kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan negara untuk membuka jasa-jasa kepelabuhanan. Hal tersebut berdampak pada munculnya Badan Usaha Pelabuhan baru dari pihak swasta, sehingga PT. Pelindo II bukan satu-satunya Badan Usaha Pelabuhan. Saat ini, di Provinsi Lampung saja, terdapat beberapa Badan Usaha Pelabuhan dari pihak swasta, yaitu PT. Sumber Indah Perkasa (PT. Sinar Mas Group), dan PT. Tunas Baru Lampung (PT. Sungai BudiGroup).

Munculnya perusahaan-perusahaan swasta tersebut berdampak pada tingkat persaingan yang tinggi bagi PT. Pelindo II Cabang Panjang. Oleh karena itu, untuk memperbaiki keadaan tersebut, PT. Pelindo II Cabang Panjang melakukan upaya perbaikan pelayanan publik dengan melakukan perubahan budaya, pengembangan sumber daya manusia, dan memperbaiki proses pelayanan yang diberikan. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat bahwa selain sebagai penopang perekonomian, BUMN juga berperan sebagai pemberi layanan publik.

(56)
(57)

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir

Aspek reformasi pelayanan publik menurut Dwiyanto (2008):

1. Pengembangan budaya baru,

2. Perbaikan sarana dan prasarana pelayanan, 3. Sistem imbalan pegawai, dan

PT. Pelindo II cab. Panjang sebagai salah satu BUMN yang bergerak di bidang pelabuhan memiliki masalah dalam beberapa pelayanan yakni:

- ketersediaan fasilitas dermaga yang minim, antrean sandar kapal yang masih lama hingga parkir truk di areal dermaga yang semerawut.

(58)

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Panjang, sehingga penelitian ini tergolong pada tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2011:75). Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data yang hasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011:4).

(59)

B. Fokus Penelitian

Adanya penetapan fokus dalam penelitian kualitatif adalah untuk memberikan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan pembatasan ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap masalah-masalah yang menjadi tujuan dari penelitian. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori mengenai aspek reformasi pelayanan publik menurut Dwiyanto. Fokus dalam penelitian adalah sebagai berikut:

A) Reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Panjang, meliputi: 1. Pengembangan budaya baru di PT. Pelindo II Cabang Panjang

1.1People first(mengutamakan sumber daya manusia)

(a) Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, dan menyenangkan (b) Mengutamakan keragaman untuk menciptakan lingkungan kerja

yang terbuka

(c) Mendorong pemikiran-pemikiran yang inovatif

(d) Memberikan kesempatan belajar dan berkembang kepada para pegawai secara berkelanjutan

1.2Integrity(Integritas)

(a) Menumbuhkan rasa percaya dengan mengatakan apa yang dirasakan serta melakukan apa yang diucapkan

(b) Berperilaku disiplin dan patuh terhadap kode etik bisnis di dalam melakukan pekerjaan

(60)

(a) Secara proaktif mencari tahu dan memahami kebutuhan pelanggan

(b) Membangun hubungan jangka panjang yang baik dengan pelanggan

2. Perbaikan sarana dan prasarana

3. Sistem imbalan yang sesuai dengan performansi pegawai 4. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

B) Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Panjang.

1. Kendala internal reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Panjang

2. Kendala eksternal reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Panjang

C. Lokasi Penelitian

(61)

1. PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang melakukan reformasi pelayanan publik dikarenakan adanya undang-undang baru tentang pelayaran, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

2. PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang merupakan pelabuhan yang sangat prospektif di masa mendatang. Lahan pertanian dan perkebunan yang membentang di provinsi Lampung sangat subur untuk kegiatan agrobisnis.

D. Sumber dan Jenis Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2011: 157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, maka Peneliti membagi data dalam penelitian ini ke dalam 2 jenis yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang berkaitan dengan fokus penelitian dan merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data-data tersebut berupa hasil wawancara, dan pengamatan (observasi) yang Peneliti dapatkan selama melakukan penelitian. Data-data ini merupakan bahan analisis utama yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Data Sekunder

(62)

Presiden, peraturan daerah, data statistik, dan data-data lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan proses pengumpulan data yang telah ditetapkan berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara Mendalam(indepht interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011). Teknik ini digunakan untuk menjaring data-data primer yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dalam melakukan wawancara ini, alat yang digunakan adalah alat perekam dan dilengkapi dengan catatan-catatan kecil peneliti. Sumber data (informan) yang akan penulis gunakan dalam metode ini yaitu:

Tabel 1. Daftar Informan Penelitian

No. Nama Informan Instansi dan Jabatan Tanggal Wawancara

(63)

5 Andi Kurniawan

8 Feby Hendrawan Pengguna Jasa (Agen PT. Maersk Line)

Selasa, 3 Juni 2014 Sumber: Olah Data Peneliti, 2014

b. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen berbentuk tulisan, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan utama dalam penelitian teknik dokumentasi juga berguna untuk melengkapi kekurangan yang diperoleh dari data primer. Data-data yang dapat dijadikan informasi dalam penelitian ini yaitu data-data yang ada kaitannya dengan reformasi pelayanan publik di PT. Pelindo II Cabang Panjang.

Tabel 2. Daftar Dokumen Penelitian 2 Profil PT. Pelindo II Memberikan gambaran mengenai visi,

misi, dan struktur PT. Pelabuhan Indonesia II

(64)

centric, sustainability,danquality

4 Brosur “Port of Panjang” Memberikan gambaran mengenai Pelabuhan Panjang mencakup teknologi, fasilitas, peralatan, dan armada yang ada di pelabuhan Panjang

5 Buku Saku Pegawai Memberikan gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan oleh pegawai PT. masuk ke PT. Pelabuhan Indonesia mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2013 7 Pendapatan Terminal Petikemas Terminal Peti Kemas mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Observasi yang digunakan adalah observasi tidak terstruktur karena pengamatan dilakukan ketika menemukan data-data di lapangan yang dibutuhkan (tanpa ditentukan terlebih dahulu).

F. Teknik Analisis Data

(65)

dan Huberman (Emzir, 2010:129), teknis analisis data tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data Reduction) yaitu suatu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang

terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

Dalam tahapan ini, data yang diperoleh Peneliti dari hasil wawancara di lapangan, peneliti memilah-milah mana data yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan dalam penelitian reformasi pelayanan publik PT. Pelindo II dan faktor penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan reformasi pelayanan publik. Kemudian, peneliti memisahkan data yang tidak perlu dan memfokuskan data yang benar-benar berhubungan dengan reformasi pelayanan publik PT. Pelindo II dan faktor penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan reformasi pelayanan publik

(66)

dokumen sebagai penunjang data mengenai reformasi pelayanan publik PT. Pelindo II dan faktor penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan reformasi pelayanan public

3. Penarikan kesimpulan (Conclusion drawing/verification). Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu selama proses pengumpulan data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan akhir dari penelian ini berupa teks naratif yang mendeskripsikan tentang reformasi pelayanan publik PT. Pelindo II dan faktor penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan reformasi pelayanan publik.

G. Teknik Keabsahan Data

(67)

1. Derajat Kepercayaan(credibility)

Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dan nonkualitatif. Fungsi dari derajat kepercayaan: pertama, penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriteria derajat kepercayaan diperiksa dengan beberapa teknik pemeriksaan, yaitu :

(a) Triangulasi, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara triangulasi sumber yakni dengan membandingkan data hasil wawancara kepada sumber yang berbeda (informan yang berbeda). Data dari beberapa sumber tersebut kemudian dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang spesifik.

(b) Pengecekan sejawat, yaitu dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 2011). Hal yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan berdiskusi kepada teman-teman atau rekan sejawat mengenai hal-hal penting yang diperlukan dalam penelitian ataupun kekurangan-kekurangannya, sehingga hasil penelitian diharapkan dapat lebih baik.

(68)

referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Kecukupan referensi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini untuk menguji kembali data yang ada.

2. Derajat keteralihan (transferability)

Peneliti mendeskripsikan atau memaparkan data yang telah diperoleh, baik berupa hasil wawancara, hasil dokumentasi maupun observasi secara transparan dan menguraikannya secara rinci. Pemaparan ini berada pada bab hasil dan pembahasan. Pemaparan secara keseluruhan data dilakukan agar pembaca dapat benar-benar mengetahui permasalahan yang terjadi terkait dengan penelitian.

3. Derajat Kebergantungan(dependability)

Uji kebergantungan dilakukan dengan memeriksa keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidakdependable.

(69)

4. Derajat Kepastian (confirmability)

(70)

A. Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia II

Sejarah PT Pelabuhan Indonesia II bermula dari keputusan pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1960 untuk membentuk Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII sebagai pengelola pelabuhan laut di seluruh Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1960 tentang pengelolaan pelabuhan umum yang dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Pada tahun 1964, pemerintah menata kembali pengelolaan pelabuhan umum dengan memisahkan aspek operasional dan komersial dalam pengelolaan pelabuhan. BPP yang terdiri dari PN Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII bertanggung jawab terhadap pengelolaan aspek komersial, sementara aspek operasional dikoordinasikan oleh lembaga Administrator Pelabuhan (Adpel).

(71)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983 juncto PP No 5 tanggal 5 Februari 1985, Perum Pelabuhan dilebur dan dibagi menjadi empat wilayah operasi, dengan nama Perum Pelabuhan I sampai IV. Keempat Perum itu merupakan BUMN yang berada di bawah pembinaan Departemen Perhubungan Republik Indonesia Selanjutnya bentuk Perusahaan Umum (Perum) diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No.57 tahun 1991 yang sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sehingga namanya berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II, sebagaimana termuat dalam Akta Pendirian Nomor 3 tanggal 1 Desember 1992, sebagaimana diubah dengan Akta Nomor 4 tanggal 5 Mei 1998 yang keduanya dibuat oleh Imas Fatimah, SH., Notaris di Jakarta serta telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan Nomor C2-17612-HT0101TH.98 tanggal 6 Oktober 1998.

(72)

pembangunan tiga pelabuhan baru yaitu Pelabuhan Kalibaru Utara (Jakarta), Sorong (Papua Barat) dan Batam (Kepulauan Riau).

Selain itu PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) memiliki 3 anak perusahaan dan 2 perusahaan afiliasi. Ketiga anak perusahaan tersebut adalah PT. Rumah Sakit Pelabuhan dengan kepemilikan saham PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 99 % dan Koperasi Pegawai Maritim (Kopegmar) sebesar 1%. Anak perusahaan yang kedua adalah PT. Multi Terminal Indonesia (MTI) dengan komposisi saham PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 99% dan Koperasi Pegawai Maritim (Kopegmar) sebesar 1%, dan anak perusahaan lainnya adalah PT. Electronic Data Interchange (EDI) Indonesia dengan kepemilikan saham PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II 51% dan PT. Sisiondokom Lintas Buana sebesar 49%.

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir
Tabel 1. Daftar Informan Penelitian
Tabel 2. Daftar Dokumen Penelitian
Gambar 2.Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)Cabang Panjang

Referensi

Dokumen terkait

Pelabuhan Indonesia III (Persero) dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, sudah sesuai atau belum sesuai dengan

Bapak Manager PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Teluk Bayur dan semua bapak-bapak dan ibu-ibu karyawan yang telah memberikan penulis kesempatan untuk magang di PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa pelabuhan dan selaku pengelola pelabuhan komersil

(Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang, such as : the company need to try increasing the motivation giving to the employee, not only economic motivation but also

Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan adalah suatu tata cara pelayanan administrasi untuk kegiatan pelayanan kapal dan barang sejak kapal sandar di dermaga,

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan Pelindo III merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam jasa layanan

Pelabuhan Indonesia II (Persero) cabang Panjang telah melaksanakan proses kinerja terhadap standar TI pada implementasi SIMOPEL dan telah mencapai tujuannya

( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan telah merumuskan visi yang merupakan gambaran organisasi yang ingin diwujudkan di masa depan yaitu : “ Mewujudkan pelayanan