• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN

REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Disusun oleh:

ENGGAR LAILA R NIM : R 1111011

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN TRANSFER FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HALAMAN VALIDASI

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA

ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011

Telah Disetujui oleh Pembimbing untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji

Pada Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA

ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011

Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS

Pada Tanggal:

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes Sri Anggarini P. S.SiT., M.Kes. NIP: 19670214993032001 NIP: 19770621 201012 2 001

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA

ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011

Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS

Pada Tanggal:

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes Sri Anggarini P. S.SiT., M.Kes. NIP: 19670214993032001 NIP: 19770621 201012 2 001

KetuaPenguji Sekretaris Penguji

Mujahidatul Musfiroh, S.Kep, Ns., Arista Adi N, S.Psi., MM. NIP.195104211980111002 NIP.198007022005011002

(5)

commit to user

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ENGGAR LAILA ROMADHONI

NIM : R1111011

Judul KTI : PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN

REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH

REMAJA

Program Studi : Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya susn

adalah benar karya saya. Saya bertanggungjawab sepenuhnya apabila dikemudian

hari terdapat tuntutan yang meragukan keaslian Karya Tulis Ilmiah yang saya

susun. Dan apabila terbukti benar saya melakukan plagiatisme (praktik

penjimplakan), maka saya siap menerima seluruh konsekuensi termasuk

pencabutan status saya sebagai mahasiswa dan atau pembatalan ijazah oleh

institusi apabila terdapat tuntutan yang dapat mengakibatkan rusaknya nama

institusi di masyarakat.

Demikan surat keterangan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dari pihak

manapun.

Surakatya, Agustus 2012

(6)

commit to user

vi

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kemudahan itu ada kemudahan maka setelah selesai suatu urusan, segeralah menyelesaikan urusan yang lain dan kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap

(QS. Al Insyirah: 6-7)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

(QS. AR. Ra’d: 11)

Awal dari ilmu pengetahuan adalah diam, lalu mendengarkan kemudian menyerap dan seterusnya mengamalkan dan menyebarluaskan

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan:

1. Kepada ALLAH SWT, hanya pada-Mulah aku memohon dan berserah diri,

meminta cahaya penerangan dan ketabahan dalam hidupku.

2. Untuk suamiku tercinta terima kasih atas kasih sayang, perhatian,

dukungannya.

3. Untuk anakku tercinta “Qaiser Arfa Damia Haziq” yang selalu ku bawa saat

menuntut ilmu sampai menjelang satu hari kelahirannya.

4. Untuk ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang telah kau

berikan, terima kasih atas cinta dan ketulusanmu.

5. Untuk Bapak tersayang, terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang

telah diberikan padaku hingga saat ini, terima kasih atas kerja keras dan

ketulusanmu dalam membesarkanku.

6. Untuk Kakak dan Adik-adikku terimakasih atas motivasi dan dukungannya

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga tugas penyusunan proposal

penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Seks Tentang Kesehatan

Reproduksi terhadap Sikap Seksual pranikah Remaja.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sains Terapan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012. Perlu disadari bahwa

penyusunan proposal ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi D IV

Kebidanan Universitas Sebelas Maret.

2. Erindra Budi Chandra, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku Ketua Tim KTI D IV

Kebidanan Universitas Sebelas Maret.

3. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes. selaku pembimbing utama yang selalu

membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun.

4. Sri Anggarini, S.SiT., M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping yang selalu

membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun.

5. Wakidi, S.Pd., MM, selaku Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Sragen

yang telah berkenan memberikan ijin sebagai tempat penelitian.

6. Seluruh staf serta karyawan Prodi Kebidanan FK Universitas Sebelas Maret

(9)

commit to user

ix

7. Orangtua dan teman-teman serta berbagai pihak yang tidak dapat kami

sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Namun

kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Surakarta, Juli 2012

(10)

commit to user

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATAPENGANTAR ... viii

(11)

commit to user

xi

B. Kerangka konsep ... 29

C. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain penelitian ... 31

B. Tempat dan waktu penelitian ... 31

C. Populasi penelitian ... 31

D. Sampel penelitian ... 31

E. Estimasi besar sampel ... 32

F. Pengalokasian subyek penelitian ... 32

G. Kriteria retriksi ... 32

H. Definisi operasional variabel ... 33

I. Cara kerja ... 33

J. Validitas dan reliabilitas ... 34

K. Analisa data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Gambaran umum lokasi penelitian ... 40

B. Hasil penelitian ... 40

BAB V PEMBAHASAN ... 49

BAB VI PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik seks primer dan seks sekunder remaja ... 24

Tabel 3.1 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seks bebas ... 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seks bebas setelah uji validitas ... 42

Tabel 3.3 Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Sikap ... 43

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data ... 42

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Tes Awal (Pre Test) ... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Tes Akahir (Pre Test) ... 43

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Test Awal (Pre Test) Skala Sikap Pranikah Remaja ... 43

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol ... 44

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Test Akhir (Post Test) Skala Sikap ... 45

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol ... 45

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep ... 33

Gambar 3.1. Skema Desain Penelitian ... 35

Gambar 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 40

Gambar 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi tentang Kesehatan Reproduksi ... 41

Gambar 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Kesehatan Reproduksi ... 42

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penelitian ... 63

Lampiran 2 Surat Pernyataan menjadi Responden ... 64

Lampiran 3 Kuesioner ... 65

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 68

Lampiran 5 Hasil Penelitian ... 70

Lampiran 6 Hasil Analisa Data ... 74

Lampiran 7 Materi Pendidikan seks ... 85

(15)

commit to user

xv

ABSTRAK

Enggar Laila Romadhoni. R1111011. Pengaruh Pendidikan Seks Tentang

Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Seksual Pranikah Pada Remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen

Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 april 2012 di SMK Muhammadiyah 1 Sragen, peneliti mendapatkan informasi dari bagian kesiswaan bahwa tahun 2000-2010 terdapat 18 siswa hamil dan terpaksa dikeluarkan dari sekolah, dan dari wawancara terhadap 17 siswa didapatkan hasil bahwa diantaranya 10 siswa mengaku telah berpacaran dan berciuman, 1 siswa diantaranya sudah melakukan hubungan seks, sedangkan yang lain mengaku belum pacaran. Selama ini pendidikan seks telah dilakukan di beberapa sekolah, namun jarang sekali yang memasukkan unsur nilai-nilai seksualitas di dalamnya. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Metode Penelitian Jenis penelitian Quasi Experiment dengan rancangan desain Pretest-Posttest with Control Group Design. Sampling penelitian cluster random sampling. Sampel penelitian kelas XI A sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 35 siswa dan kelas B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 35 siswa. Instrumen penelitian dengan menggunakan skala sikap. Analisa data menggunakan independence t test untuk taraf signifikansi 95%. Hasil penelelitin: Hasil uji t test diperoleh t hitung ((7,290) > t tabel (2,021) dan angka signifikan (0,000) < (0,05). Sehingga Ha diterima, Ho ditolak. Kesimpulan: Terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen

(16)

commit to user

xvi

ABSTRACT

Enggar Laila Romadhoni. R1111011. Effect Of Sex Education About

Reproductive Health On Premarital Sexual Attitude In Adolescent 11th

Grade Of SMK Muhammadiyah 1 Sragen

Based on preliminary studies conducted on April 13th 2012 at SMK Muhammadiyah 1 Sragen, researchers obtain information from the student that the years 2000-2010 there were 18 students pregnant and was forced out of school, and from interviews with 17 students showed that among 10 students admitted have been dating and kissing, a student of them already had sex, while others claimed not dating. During this sex education has been done in some schools, but they rarely include elements of the values of sexuality in it. Objective: To knowing the effect of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent in 11th grade of SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Research method: This research is a Quasi Experiment, or apparent research with this study design used Posttest Pretest with Control Group Design. This research used 35 people for the intervention group and 30 people for the control group. Instrumen using attitude scale. Analysis of data used the independence t test for 95% significance level. Result: There was influence of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent. T test of test results obtained t count ((7.290)> t table (2.021) and significant figures (0.000) <(0.05). Conclusion: There was influence of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent in 11th grade of SMK Muhammadiyah 1 Sragen.

(17)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja (adolescentia) adalah masa transisi atau peralihan dari masa

kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek

fisik, psikis dan psikososial. Perilaku seks bebas di kalangan muda

akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan karena cenderung meningkat. Hal ini tentu

saja menimbulkan masalah karena perilaku tersebut dianggap tidak sesuai

dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Indonesia.

Menurut Sarwono (2002), ada beberapa faktor yang dianggap

berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya

perubahan-perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual

remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya dari buku-buku dan

VCD porno, rasa ingintahu (curiousity) yang sangat besar, serta kurangnya

pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua

menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Terdapat beberapa alasan

lain yang menyebabkan remaja pada akhirnya melakukan seks bebas.

Diantaranya adalah sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar,

dijanjikan akan menikah, rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentang

seksualitas, ingin mencoba, takut mengecewakan pacar, takut diputuskan

pacar, serta kurangnya pengetahuan tentang seksualitas yang didapat dari

(18)

commit to user

2

buruk yang dapat ditimbulkan dari perilaku seks bebas tersebut, seperti

kehamilan, putus sekolah, tertular penyakit kelamin dan HIV AIDS.

Pendidikan seks yang tentu saja bertujuan untuk membimbing dan

menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang

harus dilalui dalam kehidupan manusia disertai dengan penanaman

nilai-nilai seksualitas itu sendiri.

Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun,

sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. WHO (World Health

Organization) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta

kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion), (95%) diantaranya

terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 78.000 (13%)dari total

perempuan melakukan atau mendapatkan tindakan aborsi yang tidak aman

berakhir dengan kematian (Safe Motherhood 2000, Cit. Soetjiningsih 2007:

143).

Kurangnya pemahaman tentang sikap seksual pada masa remaja

sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya. Dampak yang

diakibatkan oleh sikap seksual remaja antara lain adalah timbulnya masalah

psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan

agresi. Sementara akibat psikososial yang timbul akibat sikap seksual antara

lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang

tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah

(19)

commit to user

3

Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 april

2012 di SMK Muhammadiyah 1 Sragen, peneliti mendapatkan informasi dari

bagian kesiswaan bahwa tahun 2000-2010 terdapat 18 siswa hamil dan

terpaksa dikeluarkan dari sekolah, dan dari wawancara terhadap 17 siswa

didapatkan hasil bahwa diantaranya 10 siswa mengaku telah berpacaran dan

berciuman, 1 siswa diantaranya sudah melakukan hubungan seks,

sedangkan yang lain mengaku belum pacaran. Selama ini pendidikan seks

telah dilakukan di beberapa sekolah, namun jarang sekali yang memasukkan

unsur nilai-nilai seksualitas di dalamnya. Untuk itu penelitian ini dilakukan

guna mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan seks terhadap

perubahan sikap remaja mengenai seks bebas.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan

reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK

Muhammadiyah 1 Sragen?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan

reproduksi remaja terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas

(20)

commit to user

4 2. Tujuan Khusus

Mengetahui sikap remaja terhadap pergaulan seks pranikah sebelum

dan sesudah dilakukan pendidikan seks. Dan melakukan analisa

pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap

seksual pranikah remaja di SMK Muhammadiyah 1 Sragen.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

Memberi informasi ilmiah mengenai pengaruh pendidikan seks tentang

kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah remaja.

2. Manfaat Praktis

Membantu memberikan sarana meningkatkan informasi mengenai sikap

seks yang sehat dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi

(21)

commit to user

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan seks

Pendidikan seks menurut Suryabrata (1998), proses pendidikan

yaitu proses dimana pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung

jawab memberikan pengaruh kepada anak didik, demi kebahagiaan

anak didik. Proses ini terjadi dalam suatu situasi yang menyangkut

banyak sekali hal, seperti pergaulan antara pendidik dan anak didik,

tujuan yang akan dicapai, materi yang diberikan dalam proses itu,

sarana yang dipakai, lingkungan yang menjadi ajang proses itu, dan

sebagainya. Pendidikan seks adalah proses dimana fasilitator dengan

sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh yang positif

kepada peserta pendidikan seks, dengan tujuan agar peserta pendidikan

seks dapat mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan

dalam pendidikan seks, yang mencakup tentang perubahan-perubahan

yang terjadi ketika memasuki masa remaja (perubahan fisik, psikologis,

dan sosial), latar belakang diperlukannya pendidikan seks bagi remaja,

tantangan menuju kesejahteraan seksual remaja, organ-organ seksual

pria dan wanita, fertilisasi (pembuahan), perkembangan janin,

bentuk-bentuk perilaku seksual remaja, akibat-akibat yang dapat ditimbulkan

(22)

commit to user

6

seksual dan jenis-jenisnya, cara mengatasi gejolak seksual remaja,

pengertian dan makna seksualitas, serta nilai-nilai seksual pria dan

wanita. Sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi pendidikan

kesehatan antara lain pendidikan, sosial ekonomi, adat istiadat,

kepercayaan masyarakat, ketersediaan waktu.

Raditya (2008) mengemukakan bahwa penyampaian materi

pendidikan seks, sebaiknya diberikan oleh pendidik teman sebaya atau

disebut dengan peer educator. Pendidik ini sudah mendapat bekal

pelatihan yang cukup agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh

usia remaja. Dalam penelitian ini metode pendidikan seks yang

diberikan adalah presentasi dan diskusi. Presentasi dilakukan oleh

fasilitator yang dalam hal ini adalah peneliti sendiri, sedangkan metode

diskusi dilakukan bersama antara fasilitator dengan peserta pendidikan

seks.

Pendidikan seks adalah proses dimana fasilitator dengan sengaja

dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh yang positif kepada

peserta pendidikan seks, dengan tujuan agar peserta pendidikan seks

dapat mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan dalam

pendidikan seks, yang mencakup tentang perubahan-perubahan yang

terjadi ketika memasuki masa remaja (perubahan fisik, psikologis, dan

(23)

commit to user

7

2. Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 2003).

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan

keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak secara

tertentu (free online dictionary). Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan

yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk

bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada

stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2007). Sikap

juga dapat diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil,

dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi positif maupun

negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau

kondisi sekitarnya (Mappiere, 1999). Sikap tumbuh diawali dari

pengetahuam yang dipersepsikan sebagai suatu hak yang baik

(positif) maupun tidak baik (negatif), kemudian diterapkan ke

dalam dirinya

b. Komponen sikap

Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling

menunjang, yaitu (Azwar.S, 2007) :

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

(24)

commit to user

8

berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai

sesuatu, dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila

menyangkut masalah isu atau problem kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional. Komponen sikap inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin bisa mengubah sikap seseorang. Komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap

sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu.

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan (Notoatmojo, 2003) :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

(25)

commit to user

9

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Sifat sikap

Sikap dapat pula bersikap positif dan dapat pula bersifat

negatif (Azwar, 2007).

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, menghargai objek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

e. Ciri-ciri sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan hidup.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah bila terdapat keadaan-keadaan dan

(26)

commit to user

10

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek.

4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan suatu hal.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

(Azwar, 2007).

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 2007)

antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki

sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang

dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

(27)

commit to user

11

disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumen.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan,

tidaklah mengherankan jika pada akhirnya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

g. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dinilai melalui pernyataan sikap

berupa rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai

objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap positif berisi

kalimat yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.

Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.

Sebaliknya pernyataan sikap negatif berisi hal-hal yang tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan

seperti ini disebut dengan pernyataan yang unfavourable.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri

(28)

commit to user

12

seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua

positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak

atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2007).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat

atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis

kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoatmojo, 2003).

3. Sikap seksual pranikah remaja

Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan oleh

seseorang setelah melihat, mendengar atau membaca informasi serta

pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu

orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud

adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah (Bungin, 2001).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian

dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003).

Kuesioner mengacu pada skala likert dengan bentuk jawaban

pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju,

tidak setuju, sangat tidak setuju (Hidayat, 2007). Sikap dapat bersifat

(29)

commit to user

13

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari,membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Menurut Thurstone, dkk (dalam Azwar, 2005), sikap adalah

suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sedangkan menurut

Berkowitz (dalam Azwar, 2005), sikap seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada

objek tersebut. Menurut Bird dan Keith (1994), premarital sex adalah

salah satu bentuk sexual intercourse yang dilakukan oleh pasangan

yang keduanya tidak terikat dalam pernikahan. Seks adalah bukan

hanya hubungan intim, ekspresi dari seksualitas dapat terkait dengan

banyak perilaku lain. Berikut ini adalah bentuk-bentuk sikap seksual

dijelaskan oleh Dianawati A (2006) terdiri dari 2:

a. Hubungan seksual

Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina.

Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya

terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada

dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang

menyebabkan terjadinya pembuahan atau kehamilan. (Sarwono.

2002). Hubungan seksual biasa disebut senggama atau coitus.

Tentu saja hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh

yang benar menurut etika, moral dan agama adalah jika dilakukan

(30)

commit to user

14

yang dilandasi oleh rasa cinta. Dengan bersetubuh, dua orang akan

menjadi satu secara fisik dan emosional. Inilah yang disebut

pemenuhan dorongan seksual dalam arti yang sebenarnya. Perilaku

seksual seperti ini tidak akan menimbulkan rasa ketakutan terhadap

penyakit menular seksual, resiko kehamilan di luar nikah atau

berdosa (Yanti, 2011).

b. Selain hubungan seksual

1) Masturbasi

Adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian

tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa

menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme)

baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat.

Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang

sensitif, namun tidak sama pada masing-masing orang. Secara

medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan juga tidak

menimbulkan risiko fisik. Pengaruh masturbasi biasanya

bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah

diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama

dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan

menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu

(Sarwono, 2002).

2) Onani

Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi, namun

(31)

commit to user

15

yang dipakai dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok,

automanipulatif, dan sebagainya (Sarwono, 2002).

3) Oral seks

Adalah melakukan rangsangan dengan mulut pada

organ seks pasangannya. Pada pelaku laki-laki disebut

cunnilingus, jika perempuan disebut fellatio.

4) Anal seks

Adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan

memasukkan penis ke anus atau dubur. Aktivitas seperti ini

sangat berbahaya, karena anus mengandung banyak bakteri

penyakit.

5) Petting

Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan

atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke

dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin

perempuan.

Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu

berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum

melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan

pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak

diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim,

karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan

yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim,

sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk

(32)

commit to user

16

dalam yang dikenakan perempuan, apalagi jika langsung

mengenai bibir kemaluan. (Yanti, 2011).

c. Dampak Hubungan Seks Pranikah

Hubungan seks bebas tentu saja akan memiliki pengaruh

buruk, baik bagi individu yang melakukannya maupun bagi pihak

lain, apalagi jika sampai kepada melakukan hubungan seksual.

Depkes RI (2001 dalam Sarwono, 2002) menyebutkan beberapa

pengaruh buruk seks pranikah atau seks bebas itu, antara lain:

1) Bagi remaja

a) Remaja pria menjadi tidak perjaka dan remaja wanita

menjadi tidak perawan.

b) Menambah risiko tertularnya penyakit menular seksual

(PMS).

c) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan,

pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ

reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena

perdarahan.

d) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa,

hilang harapan masa depan).

e) Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan dan kesempatan kerja.

(33)

commit to user

17 2) Bagi keluarga

a) Menimbulkan aib keluarga.

b) Menimbulkan beban ekonomi keluarga.

c) Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat

tekanan dari masyarakat di lingkungannya (ejekan).

3) Bagi masyarakat

a) Meningkatnya remaja putus sekolah sehingga kualitas

masyarakat menurun.

b) Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi.

c) Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat

kesehatan menurun.

Hal-hal yang mendorong remaja melakukan seks bebas di

antaranya: faktor mis-persepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran

kasih sayang yang salah dalam pacaran, faktor religiusitas:

kehidupan iman yang tidak baik, faktor kematangan biologis

(Saroha Pinem, 2009).

4. Remaja

a. Pengertian

Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah

periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan

Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia

antara 15 sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011). Remaja adalah masa

(34)

commit to user

18

(growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

terjadi perubahan-perubahan psikologi serta kognitif (Soetjiningsih,

2007).

Masa remaja atau adolesen merupakan masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa muda. Masa remaja adalah

suatu bagian dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan

sejak saat konsepsi sampai mencapai dewasa. Pada masa ini terjadi

perubahan-perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan

fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku serta hormonal

(Narendra, 2002).

Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan

saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini

terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta

kematangan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan

pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja

menjadi individu yang sensitif, mudah menangis, mudah cemas,

frustasi, tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi menjadikan

remaja sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap

rangsangan. Remaja mulai mampu berpikir abstrak, senang

mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru (Sarwono, 2002).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja

lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis,

(35)

commit to user

19

tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai

berikut :

1) Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang

penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri (Sarwono,

2002).

b. Tahap perkembangan remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3

tahap perkembangan remaja :

1) Remaja awal (early adolenscence) (13-14 tahun)

Remaja tahap ini masih terheran-heran akan perubahan

pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan itu, mereka mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah

terangsang secara erotis. Selain itu kendali terhadap “ego”

berkurang menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti

(36)

commit to user

20

2) Remaja madya (middle adolenscence) (15-17 tahun)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan

kawan-kawan, ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada

kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri dengan

menyukai teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan

dirinya. Selain itu mereka berada pada kondisi kebingungan

saat harus memilih (peka atau tidak peduli, optimis atau

pesimis dan sebagainya). Remaja pria berusaha membebaskan

diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri

saat kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan

teman.

3) Remaja akhir (late adolenscence) (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-funsgi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antar kepentingan

(37)

commit to user

21

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan

masyarakat umum.(Saroha pinem, 2009)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja

Sejak di dalam kandungan seorang individu mengalami

proses perubahan yang akan berlangsung seumur hidup.

Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap individu meliputi fisik,

kognitif maupun psikososialnya. Menurut pandangan Gunarsa dan

Gunarsa (2007) ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan,

yaitu :

1) Faktor endogen

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan

fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang

bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya,

misalnya : postur tubuh, bakat-minat, kecerdasan, kepribadian

dan sebagainya.

2) Faktor eksogen

Dalam pandangan ini menyatakan bahwa perubahan

dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini

diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial.

d. Ciri-ciri masa remaja

1) Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari

(38)

commit to user

22

2) Masa remaja sebagai periode perubahan.

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah.

4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

5) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena

masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru,

karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.

6) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

7) Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya

goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong,

bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya

terpusat pada dirinya.

(Saroha pinem, 2009)

e. Perkembangan remaja

Menurut Prawirohardjo (2004) perkembangan yang terjadi

pada masa remaja ada empat yaitu meliputi:

1) Perkembangan fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik

berhubungan dengan mulainya pubertas. Hormon estrogen

membuat anak perempuan memiliki sifat kewanitaan setelah

remaja. Hormon ini dapat merangsang pertumbuhan saluran

susu di payudara sehingga payudara membesar. Juga

merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan

(39)

commit to user

23

bertambah banyak. Selain itu juga dapat mengakibatkan

tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita dan dapat

memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah

dirangsang oleh kelenjar bawah otak.

Kematangan hormon seks (sex hormones) akan

mengubah pola pertumbuhan seorang anak. Selain mempercepat

pertumbuhan fisik, hormon seks juga mempercepat

pertumbuhan dan perkembangan tulang-tulang kerangka

(skeleton). Yang dimaksud dengan perubahan fisik remaja yaitu

terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan

kematangan organ seks primer maupun organ seks sekunder,

yang dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (saroha

Pinem, 2009).

Perubahan hormonal erat kaitannya dengan perubahan di

dalam otak yakni hypothalmus, suatu bagian organ otak yang

bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsi-fungsi

seluruh sistem jaringan organ tubuh. Salah satu diantaranya,

ialah merangsang hormon luteinizing hormone releasing

hormone (LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk

melepaskan hormon gonadotropin. Hormon ini merangsang

gonades (testes dan ovaries) untuk memproduksi hormon

seksual. Hormon seks pada remaja wanita disebut estrogen atau

(40)

commit to user

24

atau testosteron. Hal ini menjadi faktor penyebab kematangan

seksual seorang remaja (Saroha pinem, 2009)

Tabel 2.1

Karakteristik seks primer dan seks sekunder remaja

Karakteristik jambang, bulu dada Rambut kemaluan

Vagina Ovarium Uterus

Kulit halus (licin) Bentuk tubuh seperti gitar

Suara melengking tinggi

Rambut kemaluan

2) Perkembangan intelektual

Tidak terdapat perubahan-perubahan dalam fungsi

intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti

masalah-masalah yang kompleks berkembang secara bertahap.

Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional,

yang dapat diartikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika

deduksi atau pengurangan. Tahap ini terjadi pada semua orang

tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.

Sebagian besar remaja mampu menyesuaikan diri tanpa

mendapatkan kesulitan apa-apa. Tetapi selama masa

penyesuaian remaja akan bersikap irasional, mudah tersinggung

dan sulit dimengerti. Hal ini karena adanya konflik dalam

(41)

commit to user

25 3) Perkembangan seksual

Perubahan fisik yang terjadi mengakibakan munculnya

dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual masih dipersulit

dengan banyaknya tabu sosial, dan kurangnya pengetahuan yang

benar tentang seksualitas. Pada masa ini mulai tumbuh

ketertarikan pada lawan jenisnya dan keinginan untuk menjalin

hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenisnya.

4) Perkembangan emosional

Masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul

dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu

pubertas. Hal itu dipandang sebagai perkembangan proses

psikososial yang terjadi seumur hidup. Tugas psikososial remaja

adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang

yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan mereka

berhubungan dengan yang lainnya dengan gaya dewasa.

Terjadinya masalah emosional tersebut berbeda-beda pada

setiap remaja. Biasanya pada masa ini remaja mulai mencari jati

diri, susah diatur, lebih mudah marah, cemas dan merasa

bimbang.

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa.

Pada masa remaja ini ada tiga tahap yaitu masa remaja awal, tengah dan

(42)

commit to user

26

menyertainya. Oleh karena itu setiap tahap perkembangan setiap remaja

perlu mendapatkan perhatian yang khusus.

5. Seksual Pranikah Remaja

Hubungan seksual adalah suatu hal yang sakral dan bertujuan

untuk mengembangkan keturunan. Kenikmatan yang diperoleh dari

hubungan tersebut merupakan karunia Tuhan kepada manusia dalam

melaksanakan fungsinya meneruskan keturunan. Oleh karena itu

hubungan seksual harus dilakukan dalam ikatan yang sah, dimana

pasangan terikat komitmen dan tanggung jawab moral (Jernih, 2010).

Seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan

remaja sebelum menikah (BKKBN, 2007). Definisi yang dirumuskan

oleh WHO, remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari

saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola

identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari

social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri

(Sarwono, 2006). Perkembangan seorang remaja menurut Smith dan

Anderson dalam Dhamayanti (2009) terbagi menjadi tiga tipe yaitu

remaja dini (10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun), remaja

akhir (17-21 tahun). Aspek seksual pada remaja mempunyai

kekhususan antara lain pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Fantasi

(43)

commit to user

27

dialami sampai pada saat dewasa. Remaja menginginkan kebebasan

yang lebih banyak dan kadang-kadang ingin lebih leluasa melakukan

aktifitas seksual, walaupun tidak jarang menimbulkan konflik dalam

dirinya sehingga sebagian merasa berdosa dan cemas (Soetjiningsih,

2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang

pertama dialami oleh remaja menurut Soetjiningsih (2007) yaitu:

a. waktu/ saat mengalami pubertas

b. kontol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar),

kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas

mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,

c. frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka

semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta

pada pacarnya, penerimaan aktivitas seksual pacarnya.

Akibat terjadinya hubungan seksual pranikah bagi remaja

menurut Chyntia (2003 dalam Yanti, 2011) yaitu:

a. Kehamilan

Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila

dilakukan pada masa subur/ masa ovulasi.

b. Aborsi tidak aman

Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman dapat

(44)

commit to user

28 c. Penyakit kelamin

Definisi penyakit kelamin menurut Sa’abah (2001 dalam Yanti,

2011), yaitu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi diikuti

peradangan dan ditularkan melalui hubungan seksual. Hubungan

seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan

dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin.

Seksual pranikah adalah suatu kegiatan seks yang dilakukan

sebelum menikah. Dimana apabila dilakukan secara bebas dan berganti

ganti pasangan dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi remaja,

baik dampak secara psikis, mental maupun dari segi kesehatan.

6. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang

sejahtera dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan lemah (Saroha

Pinem, 2009). Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan

produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai

arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan

demi kelestarian hidup (Saroha Pinem, 2009). Kesehatan Reproduksi

adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari

ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan

dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi (ICPD 1994, Cit.

Notoatmodjo 2007). Menurut Sarwono (2002) remaja adalah masa

(45)

pengertian-commit to user

29

pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa kesehatan

reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut

sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.

b. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi

1) Faktor sosial-ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan

dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan

ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses

reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.

2) Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik

tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan

reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi

yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan

proses reproduksi.

3) Faktor psikologis: keretakan orang tua akan memberikan dampak

pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharganya wanita di

mata pria yang membeli kebebasan dengan materi.

4) Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran

reproduksi, dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2007).

Kesehatan reproduksi remaja penting sekali bagi kesehatan

reproduksi dan masuk sebagai komponen kesehatan reproduksi karena

(46)

commit to user

30

periode pematangan organ reproduksi manusia, masa remaja disebut

juga masa pubertas, merupakan masa transisi unik ditandai dengan

berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada masa remaja terjadi

perubahan organobiologik yang cepat dan tidak seimbang dengan

perubahan mental emosional. Keadaan ini dapat membuat remaja

bingung. Oleh karena itu perlu pengertian, bimbingan dan dukungan

dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan

berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental,

maupun psikososial. Dalam lingkungan social tertentu, sering terjadi

perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi

laki-laki masa remaja merupakan saat diperbolehnya kebebasan

sementara pada remaja perempuan saat dimulainya segala bentuk

pembatasan. Agar masalah kesehatan remaja dapat ditangani dengan

tuntas, diperlukan kesadaran perlakuan terhadap remaja laki-laki

maupun perempuan.

7. Pengaruh Pendidikan Seks tentang Kesehatan Reproduksi

Terhadap Sikap Seksual Pranikah Pada Remaja

Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual

menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara

hukum. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu

awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja

(47)

commit to user

31

remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia

matang secara hukum (Hurlock, 2002).

Pada masanya remaja mau tidak mau harus melalui berbagai

tugas perkembangan yang akan dia hadapi. Salah satu tugas

perkembangan tersebut adalah mencapai hubungan baru yang lebih

matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita dan mencapai

peran sosial pria dan wanita (Hurlock, 2002). Tentu saja hal ini akan

berkaitan dengan masalah seks pada remaja.

Kurangnya informasi tentang seks dapat disikapi dengan

diadakan pendidikan seks yang tujuannya adalah agar peserta didik

memahami seluk beluk tentang seks remaja serta nilai-nilai seksualitas

yang terkandung di dalamnya. Dianawati (2006) mengatakan bahwa

pendidikan seks dapat membantu para remaja laki-laki dan perempuan

untuk mengetahui risiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan

pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak

menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang

tuanya. Pentingnya memberikan pendidikan seks bagi remaja, sudah

seharusnya dipahami. Memberikan pendidikan seks pada remaja,

maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi

organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan

manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan norma-norma

(48)

commit to user

32

Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks

kemungkinan akan lebih mudah untuk melalui setiap tugas

perkembangannya, namun bagi remaja yang kurang memiliki

pengetahuan tentang seks mungkin dia akan sedikit mengalami

kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas perkembangannya, khususnya

tugas perkembangan yang berkaitan dengan masalah seks itu sendiri.

Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks diharapkan

akan lebih bersikap bijaksana untuk tidak melakukan seks bebas.

Sedangkan remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai seks

mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai seks bebas.

Pendidikan seks bagi remaja sangat diperlukan untuk mengurangi

perilaku seks bebas dan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari hal

tersebut karena pendidikan seks tersebut akan mencakup juga nilai-nilai

(49)

commit to user

33

B. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak diteliti Faktor-faktor yang

mempengaruhi pendidikan seks :

‐ Pendidikan

‐ Sosial ekonomi

‐ Adat istiadat

‐ Kepercayaan

Perubahan sikap seksual pranikah remaja

Bertanggung jawab/Responsible

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap :

(50)

commit to user

34

C. Hipotesis

Terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi

terhadap sikap seksual pranikah pada remaja di SMK Muhammadiyah 1

(51)

commit to user

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment atau penelitian semu

karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan

eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya

dikontrol atau dimanipulasi (Notoatmodjo, 2005).

Rancangan penelitian ini menggunakan desain Pretest-Postest with

Control Group Design. Peneliti melakukan intervensi terhadap sekelompok

objek penelitian dengan membandingkan kelompok kontrol dan penentuan

sampel dilakukan secara acak (Saryono, 2008).

Kelompok Experimen O1 X O2

Kelompok Kontrol O3 O4

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sragen

pada bulan Juni 2012.

C. Populasi Penelitian

1. Populasi Target

(52)

commit to user

36 2. Populasi Aktual

Populasi aktual: siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 1 Sragen tahun

2012.

D. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian ini di

ambil dari siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 1 Sragen tahun 2012

menggunakan teknik cluster random sampling. (Notoatmodjo, 2005).

E. Besar Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling

dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal

ini kelas dipandang sebagai satuan kelompok kemudian dengan melakukan

pengundian (lotere) dipilih dua dari lima kelas. Setelah itu dilakukan

pengundian lagi untuk menentukan kelas manakah yang akan dijadikan

kelas kontrol dan kelas eksperimen (Budiyono, 2002). Yang terpilih sebagai

kelas kontrol adalah kelas Akuntansi yang terdiri dari 35 siswa sedangkan

sebagai kelas intervensi adalah kelas Manajemen yang terdiri dari 35 siswa.

F. Pengalokasian Subjek

Subyek penelitian yang telah ditentukan (sampel) dibagi menjadi dua

kelompok dengan jumlah dan kriteria yang sama. Kelompok pertama

(53)

commit to user

37

kedua (kelompok B) tidak diberi perlakuan dan berfungsi sebagai

pembanding (kontrol).

G. Kriteria Restriksi

1. Kriteria inklusi

a. Siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 1 sragen

b. Siswa yang bersedia menjadi responden

c. Siswa yang hadir saat dilakukan penyuluhan

2. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah subyek yang tidak

dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan penelitian dalam proses

pengambilan data dari pretest kemudian pendidikan seks sampai pada

posttest.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas: Variabel Pendidikan Seks tentang Kesehatan Remaja

a. Definisi operasional: Pendidikan kesehatan adalah upaya

memberikan informasi tentang seksual pra nikah meliputi kesehatan

reproduksi, pengertian remaja, perubahan-perubahan yang terjadi

pada remaja, sanksi terhadap sikap seks bebas. Dengan

menggunakan media power pointslides kepada siswa.

b. Alat ukur: Modul

(54)

commit to user

38

2. Variabel Sikap Seksual Pra Nikah Remaja

a. Definisi operasional: sikap seseorang terhadap suatu objek yaitu

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek

tersebut.

b. Alat ukur: skala sikap

c. Skala : interval

I. Cara Kerja

1. Intervensi

Bentuk intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

melakukan pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi. Pertama-tama

melakukan pretest dengan instrument penelitian kemudian dengan jangka

waktu 5 hari melakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan

reproduksi pada responden. Kemudian melakukan posttest dengan

instrument penelitian yang sama saat pretest pada responden.

2. Instrumentasi

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode skala sikap. Alat ukur yang digunakan adalah questioner yang

berisi 28 butir pernyataan mengenai sikap remaja yang berhubungan

dengan perilaku seksual.

Penyajian skala sikap diberikan dalam bentuk pilihan-pilihan

(55)

commit to user

39

penilaian dimulai dari 1 sampai 4. Setiap aspek dalam skala sikap

terdapat item-item berupa pertanyaan yang mendukung atau favourable

dan pertanyaan yang tidak mendukung atau unfavourable. Setiap item

mempunyai kemungkinan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai),

TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Untuk pertanyaan favourable maka penghitungan skor atau

nilainya adalah:

a. Sangat Tidak Sesuai (STS) : nilai 1

b. Tidak Sesuai (TS) : nilai 2

c. Sesuai (S) : nilai 3

d. Sangat Sesuai (SS) : nilai 4

Sedangkan untuk pertanyaan unfavourable maka penghitungan

skor atau nilainya adalah:

a. Sangat Tidak Sesuai (STS) : nilai 4

b. Tidak Sesuai (TS) : nilai 3

c. Sesuai (S) : nilai 2

d. Sangat Sesuai (SS) : nilai 1

Tabel 3.1 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seksual pranikah remaja

Indikator ∑ Item favourable Unfavourable Faktor-faktor

penyebab seks bebas

(56)

commit to user

40

Tabel 3.2 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seksual pranikah remaja setelah uji validitas

Indikator Item Positif No. Item Negatif

J. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Instrument menggunakan korelasi antar butir Pearson Product

Moment yaitu :

rxy = koefisien korelasi tiap item dengan skor total

x = nilai setiap item

y = nilai total

N = jumlah subyek

Hasil dari penggunaan rumus tersebut kemudian dianalisis. Secara

keseluruhan uji validitas didapat r hitung > r table maka item pertanyaan

dikatakan valid, dan jika r hitung < r table maka item pertanyaan dikatakan

tidak valid.

Keseluruhan jumlah skala sikap pada saat uji coba adalah sebanyak

32 buah item, kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 4 buah

(57)

commit to user

41

Sedangkan jumlah item yang valid adalah 28 buah item, yaitu 15 item

favorable dan 13 item unfavorable. Distribusi item skala tingkat stresyang

valid dan yang gugur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Sikap

No Aspek

Maka, item-item yang akan digunakan dalam penelitian adalah

sebanyak 28 item yang telah dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen menggunakan teknik Alfa Cronbach

dengan rumus sebagai berikut:

K = mean kuadrat antara subyek

Σsi2 = mean kuadrat kesalahan

(58)

commit to user

42

Suatu kuesioner dikatakan reliable apabila memiliki nilai koefisien

α > 0,6. Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien α sebesar 0,878. Hasil

tersebut menunjukkan kuesioner skala sikap mempunyai tingkat

reliabilitas yang tinggi.

K. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian ini adalah:

a. Editing yaitu memeriksa data yang telah terkumpul sehingga semua

data dinyatakan lengkap.

b. Coding yaitu memberikan kode untuk variabel bebas, yaitu 0 untuk

sebelum melakukan pendidikan kesehatan dan 1 untuk setelah

melakukan pendidikan kesehatan.

c. Skoring, yaitu memberikan nilai untuk jawaban benar dengan skor 1

dan jawaban salah dengan skor 0. Kemudian menghitung nilai akhir

yaitu jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal dikalikan 100.

d. Tabulating, yaitu memindahkan data (nilai) ke dalam tabel bantu.

e. Melakukan pengolahan data dengan analisis statistik.

2. Analisis data

Langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

(59)

commit to user

43

karakteristik subyek penelitian dengan menghitung distribusi

frekuensi dan proposisi. Penyajian hasil akan disajikan secara

deskriptif.

b. Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam

penelitian ini pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi

merupakan variabel bebas dan sikap remaja terhadap seksual

pranikah merupakan variabel terikat (Notoatmodjo, 2005).

Analisis bivariat menggunakan uji independence t Test.

Pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi dapat dilihat

dengan menghitung apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil skor

pretest dan post-test dari satu sampel. Apabila nilai p < 0, 05 maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Pembacaan hasil dengan melihat besar

nilai p-value, bila nilai p-value < 0,05 artinya ada beda signifikan

tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan

kesehatan. Keefektifan dilihat dari meanof differences, bila nilainya

negatif artinya rata-rata nilai pretes lebih kecil dari pada nilai postes

(60)

commit to user

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi di SMK Muhammadiyah 1 Sragen di Jl. Rajawali Nglorog

No. 01 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen dengan kepala sekolah

Wakidi, S.Pd. Fasilitas yang ada di SMK Muhammadiyah 1 Sragen adalah

15 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 kantor guru, I ruang UKS, 1 ruang

perpustakaan, 2 ruang laboratorium komputer, 1 ruang laboratorium

multimedia, 4 ruang praktik, 1 ruang administrasi, 1 ruang BP, 1 ruang unit

produksi, dan 10 toilet.

SMK Muhammadiyah 1 Sragen dengan jumlah siswa sebanyak 537

anak, dengan jumlah siswa laki-laki 19 anak dan jumlah siswa perempuan

sebanyak 418 anak. SMK Muhammadiyah 1 Sragen terdiri dari 4 jurusan

administrasi perkantoran, jurusan akuntansi, jurusan managemen, dan

jurusan multimedia.

B. Hasil Penelitian

Penelitian bertujuan untuk pengaruh pendidikan seks tentang

kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI

SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Berikut ini hasil penelitian sebagai

(61)

commit to user

45 1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Hasil penelitian tentang jenis kelamin, dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 4.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen

Hasil penelitian pada gambar 4.1 menunjukkan 65 responden

(92.9%) dengan jenis kelamin perempuan dan 5 responden (7.1%)

dengan jenis kelamin laki-laki.

b. Umur

Hasil penelitian tentang umur, dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen

Hasil penelitian pada gambar 4.2 menunjukkan sebagian

besar responden dengan umur 16 tahun, yaitu sebanyak 52

responden (74.3%) dan sebagian kecil dengan umur 15 tahun, yaitu

(62)

commit to user

46 2. Pra syarat analisis

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan

kolmogorov smirnov untuk taraf signifikansi 95%. (0,05) dengan

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data

Kelompok data Statistik Signifikan Keterangan Kelompok

eksperimen test awal

0.501 0.963 Normal

Kelompok eksperimen test

akhir

0.476 0.659 Normal

Kelompok kontrol test awal

0.731 0.977 Normal

Kelompok kontrol test akhir

0.535 0.937 Normal

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui hasil uji normalitas data

dengan menggunakan kolmogorov smirnov test. Uji normalitas

data dihitung dengan menggunakan kolmogorov smirnov test

dengan menggunakan SPSS. Hasil uji normalitas menunjukkan

semua data terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

1) Uji Homegenitas test awal (pre test)

Uji homogenitas dalam perhitungan ini menggunakan

Lavene test yang dihitung dengan menggunakan SPSS

Tabel 4.2 hasil Uji Homogenitas Tes Awal (Pre Test)

(63)

commit to user

47

Hasil uji Lavene test didapatkan nilai signifikan 0,773

> 0,05 sehingga dapat disimpulkan asumsi homogenitas

varians terpenuhi, yang artinya tidak ada perbedaan variasi

yang signifikan di antara kelompok data

2) Uji Homogenitas Test Akhir

Uji homogenitas dalam perhitungan ini menggunakan

Lavene test yang dihitung dengan menggunakan SPSS.

Tabel 4.3 hasil Uji Homogenitas Tes Akahir (Pre Test)

Lavene’s Test Equality of Variances F Sig 2,067 0,155

Hasil uji Lavene test didapatkan nilai signifikan

0,155 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan asumsi homogenitas

varians terpenuhi, yang artinya tidak ada perbedaan variasi

yang signifikan di antara kelompok data

3. Hasil Analisa Data Pengaruh Pendidikan Seks tentang Kesehatan

Reproduksi Terhadap Sikap Seksual Pranikah Remaja

a. Hasil Test Awal (Pre Test)

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Test Awal (Pre Test) Skala Sikap Pranikah Remaja

Skor Skala Sikap Seksual pranikah remaja

Kelompok eksperimen

Kelompok Kontrol Nilai rata-rata (mean) 82,32 82,20

Modus 85,00 85,00

Median 82,00 82,00

Nilai tertinggi 98,00 98,00

Nilai Terendah 69,00 70,00

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep ................................................................
Tabel 2.1 Karakteristik seks primer dan seks sekunder remaja
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka jika Tuhan kehendaki GSRI Taman Sari akan melaksanakan penahbisan diaken baru ini, pada hari Minggu, tanggal 22 November 2015 yang akan datang dalam Kebaktian II, Pk.. Kita

Latar belakang dari penelitian ini adalah bermula dari problematik di masyarakat yang berkenaan dengan hukum pelaksanaan salat jumat yang ditinjau dari sudut pandang

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan perancangan sistem basis data untuk membantu Database Administrator (DBA) dalam meningkatkan kinerjanya pada saat melakukan

Hasil penelitian: sebagian besar responden berusia 20-35 tahun, tidak pernah melakukan sectio caesaria sebelumnya, indikasi dilakukan sectio caesaria preeklamasi

Studi yang dilakukan oleh Wisdyana dan Tri S di kota Cimahi didapatkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan remaja mengenai kesehatan

Bahwa penyedia barang tersebut pada huruf a telah lulus kualifikasi dan penawaran. harga memenuhi syarat

Manuscript submitted to this journal should follow the heading below, except for the review article: Title; Authors Name; Authors Affiliation; Abstract; Keywords;

Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak , Bandung: Rafika Aditama, 2008. Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan , Jakarta: Akademi