commit to user
i
PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Disusun oleh:
ENGGAR LAILA R NIM : R 1111011
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN TRANSFER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
HALAMAN VALIDASI
PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011
Telah Disetujui oleh Pembimbing untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji
Pada Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011
Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS
Pada Tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes Sri Anggarini P. S.SiT., M.Kes. NIP: 19670214993032001 NIP: 19770621 201012 2 001
Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011
Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS
Pada Tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes Sri Anggarini P. S.SiT., M.Kes. NIP: 19670214993032001 NIP: 19770621 201012 2 001
KetuaPenguji Sekretaris Penguji
Mujahidatul Musfiroh, S.Kep, Ns., Arista Adi N, S.Psi., MM. NIP.195104211980111002 NIP.198007022005011002
commit to user
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ENGGAR LAILA ROMADHONI
NIM : R1111011
Judul KTI : PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH
REMAJA
Program Studi : Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya susn
adalah benar karya saya. Saya bertanggungjawab sepenuhnya apabila dikemudian
hari terdapat tuntutan yang meragukan keaslian Karya Tulis Ilmiah yang saya
susun. Dan apabila terbukti benar saya melakukan plagiatisme (praktik
penjimplakan), maka saya siap menerima seluruh konsekuensi termasuk
pencabutan status saya sebagai mahasiswa dan atau pembatalan ijazah oleh
institusi apabila terdapat tuntutan yang dapat mengakibatkan rusaknya nama
institusi di masyarakat.
Demikan surat keterangan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun.
Surakatya, Agustus 2012
commit to user
vi
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kemudahan itu ada kemudahan maka setelah selesai suatu urusan, segeralah menyelesaikan urusan yang lain dan kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap
(QS. Al Insyirah: 6-7)
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
(QS. AR. Ra’d: 11)
Awal dari ilmu pengetahuan adalah diam, lalu mendengarkan kemudian menyerap dan seterusnya mengamalkan dan menyebarluaskan
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan:
1. Kepada ALLAH SWT, hanya pada-Mulah aku memohon dan berserah diri,
meminta cahaya penerangan dan ketabahan dalam hidupku.
2. Untuk suamiku tercinta terima kasih atas kasih sayang, perhatian,
dukungannya.
3. Untuk anakku tercinta “Qaiser Arfa Damia Haziq” yang selalu ku bawa saat
menuntut ilmu sampai menjelang satu hari kelahirannya.
4. Untuk ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang telah kau
berikan, terima kasih atas cinta dan ketulusanmu.
5. Untuk Bapak tersayang, terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang
telah diberikan padaku hingga saat ini, terima kasih atas kerja keras dan
ketulusanmu dalam membesarkanku.
6. Untuk Kakak dan Adik-adikku terimakasih atas motivasi dan dukungannya
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga tugas penyusunan proposal
penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Seks Tentang Kesehatan
Reproduksi terhadap Sikap Seksual pranikah Remaja.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sains Terapan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012. Perlu disadari bahwa
penyusunan proposal ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi D IV
Kebidanan Universitas Sebelas Maret.
2. Erindra Budi Chandra, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku Ketua Tim KTI D IV
Kebidanan Universitas Sebelas Maret.
3. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes. selaku pembimbing utama yang selalu
membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun.
4. Sri Anggarini, S.SiT., M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping yang selalu
membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun.
5. Wakidi, S.Pd., MM, selaku Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Sragen
yang telah berkenan memberikan ijin sebagai tempat penelitian.
6. Seluruh staf serta karyawan Prodi Kebidanan FK Universitas Sebelas Maret
commit to user
ix
7. Orangtua dan teman-teman serta berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Namun
kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATAPENGANTAR ... viii
commit to user
xi
B. Kerangka konsep ... 29
C. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Desain penelitian ... 31
B. Tempat dan waktu penelitian ... 31
C. Populasi penelitian ... 31
D. Sampel penelitian ... 31
E. Estimasi besar sampel ... 32
F. Pengalokasian subyek penelitian ... 32
G. Kriteria retriksi ... 32
H. Definisi operasional variabel ... 33
I. Cara kerja ... 33
J. Validitas dan reliabilitas ... 34
K. Analisa data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39
A. Gambaran umum lokasi penelitian ... 40
B. Hasil penelitian ... 40
BAB V PEMBAHASAN ... 49
BAB VI PENUTUP ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik seks primer dan seks sekunder remaja ... 24
Tabel 3.1 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seks bebas ... 41
Tabel 3.2 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seks bebas setelah uji validitas ... 42
Tabel 3.3 Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Sikap ... 43
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data ... 42
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Tes Awal (Pre Test) ... 42
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Tes Akahir (Pre Test) ... 43
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Test Awal (Pre Test) Skala Sikap Pranikah Remaja ... 43
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol ... 44
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Test Akhir (Post Test) Skala Sikap ... 45
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol ... 45
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konsep ... 33
Gambar 3.1. Skema Desain Penelitian ... 35
Gambar 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 40
Gambar 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi tentang Kesehatan Reproduksi ... 41
Gambar 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Kesehatan Reproduksi ... 42
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal penelitian ... 63
Lampiran 2 Surat Pernyataan menjadi Responden ... 64
Lampiran 3 Kuesioner ... 65
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 68
Lampiran 5 Hasil Penelitian ... 70
Lampiran 6 Hasil Analisa Data ... 74
Lampiran 7 Materi Pendidikan seks ... 85
commit to user
xv
ABSTRAK
Enggar Laila Romadhoni. R1111011. Pengaruh Pendidikan Seks Tentang
Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Seksual Pranikah Pada Remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen
Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 april 2012 di SMK Muhammadiyah 1 Sragen, peneliti mendapatkan informasi dari bagian kesiswaan bahwa tahun 2000-2010 terdapat 18 siswa hamil dan terpaksa dikeluarkan dari sekolah, dan dari wawancara terhadap 17 siswa didapatkan hasil bahwa diantaranya 10 siswa mengaku telah berpacaran dan berciuman, 1 siswa diantaranya sudah melakukan hubungan seks, sedangkan yang lain mengaku belum pacaran. Selama ini pendidikan seks telah dilakukan di beberapa sekolah, namun jarang sekali yang memasukkan unsur nilai-nilai seksualitas di dalamnya. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Metode Penelitian Jenis penelitian Quasi Experiment dengan rancangan desain Pretest-Posttest with Control Group Design. Sampling penelitian cluster random sampling. Sampel penelitian kelas XI A sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 35 siswa dan kelas B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 35 siswa. Instrumen penelitian dengan menggunakan skala sikap. Analisa data menggunakan independence t test untuk taraf signifikansi 95%. Hasil penelelitin: Hasil uji t test diperoleh t hitung ((7,290) > t tabel (2,021) dan angka signifikan (0,000) < (0,05). Sehingga Ha diterima, Ho ditolak. Kesimpulan: Terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen
commit to user
xvi
ABSTRACT
Enggar Laila Romadhoni. R1111011. Effect Of Sex Education About
Reproductive Health On Premarital Sexual Attitude In Adolescent 11th
Grade Of SMK Muhammadiyah 1 Sragen
Based on preliminary studies conducted on April 13th 2012 at SMK Muhammadiyah 1 Sragen, researchers obtain information from the student that the years 2000-2010 there were 18 students pregnant and was forced out of school, and from interviews with 17 students showed that among 10 students admitted have been dating and kissing, a student of them already had sex, while others claimed not dating. During this sex education has been done in some schools, but they rarely include elements of the values of sexuality in it. Objective: To knowing the effect of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent in 11th grade of SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Research method: This research is a Quasi Experiment, or apparent research with this study design used Posttest Pretest with Control Group Design. This research used 35 people for the intervention group and 30 people for the control group. Instrumen using attitude scale. Analysis of data used the independence t test for 95% significance level. Result: There was influence of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent. T test of test results obtained t count ((7.290)> t table (2.021) and significant figures (0.000) <(0.05). Conclusion: There was influence of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent in 11th grade of SMK Muhammadiyah 1 Sragen.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja (adolescentia) adalah masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek
fisik, psikis dan psikososial. Perilaku seks bebas di kalangan muda
akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan karena cenderung meningkat. Hal ini tentu
saja menimbulkan masalah karena perilaku tersebut dianggap tidak sesuai
dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Indonesia.
Menurut Sarwono (2002), ada beberapa faktor yang dianggap
berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya
perubahan-perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual
remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya dari buku-buku dan
VCD porno, rasa ingintahu (curiousity) yang sangat besar, serta kurangnya
pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua
menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Terdapat beberapa alasan
lain yang menyebabkan remaja pada akhirnya melakukan seks bebas.
Diantaranya adalah sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar,
dijanjikan akan menikah, rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentang
seksualitas, ingin mencoba, takut mengecewakan pacar, takut diputuskan
pacar, serta kurangnya pengetahuan tentang seksualitas yang didapat dari
commit to user
2
buruk yang dapat ditimbulkan dari perilaku seks bebas tersebut, seperti
kehamilan, putus sekolah, tertular penyakit kelamin dan HIV AIDS.
Pendidikan seks yang tentu saja bertujuan untuk membimbing dan
menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang
harus dilalui dalam kehidupan manusia disertai dengan penanaman
nilai-nilai seksualitas itu sendiri.
Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun,
sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. WHO (World Health
Organization) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta
kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion), (95%) diantaranya
terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 78.000 (13%)dari total
perempuan melakukan atau mendapatkan tindakan aborsi yang tidak aman
berakhir dengan kematian (Safe Motherhood 2000, Cit. Soetjiningsih 2007:
143).
Kurangnya pemahaman tentang sikap seksual pada masa remaja
sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya. Dampak yang
diakibatkan oleh sikap seksual remaja antara lain adalah timbulnya masalah
psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan
agresi. Sementara akibat psikososial yang timbul akibat sikap seksual antara
lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang
tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah
commit to user
3
Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 april
2012 di SMK Muhammadiyah 1 Sragen, peneliti mendapatkan informasi dari
bagian kesiswaan bahwa tahun 2000-2010 terdapat 18 siswa hamil dan
terpaksa dikeluarkan dari sekolah, dan dari wawancara terhadap 17 siswa
didapatkan hasil bahwa diantaranya 10 siswa mengaku telah berpacaran dan
berciuman, 1 siswa diantaranya sudah melakukan hubungan seks,
sedangkan yang lain mengaku belum pacaran. Selama ini pendidikan seks
telah dilakukan di beberapa sekolah, namun jarang sekali yang memasukkan
unsur nilai-nilai seksualitas di dalamnya. Untuk itu penelitian ini dilakukan
guna mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan seks terhadap
perubahan sikap remaja mengenai seks bebas.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan
reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK
Muhammadiyah 1 Sragen?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan
reproduksi remaja terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas
commit to user
4 2. Tujuan Khusus
Mengetahui sikap remaja terhadap pergaulan seks pranikah sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan seks. Dan melakukan analisa
pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap
seksual pranikah remaja di SMK Muhammadiyah 1 Sragen.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Memberi informasi ilmiah mengenai pengaruh pendidikan seks tentang
kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah remaja.
2. Manfaat Praktis
Membantu memberikan sarana meningkatkan informasi mengenai sikap
seks yang sehat dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan seks
Pendidikan seks menurut Suryabrata (1998), proses pendidikan
yaitu proses dimana pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung
jawab memberikan pengaruh kepada anak didik, demi kebahagiaan
anak didik. Proses ini terjadi dalam suatu situasi yang menyangkut
banyak sekali hal, seperti pergaulan antara pendidik dan anak didik,
tujuan yang akan dicapai, materi yang diberikan dalam proses itu,
sarana yang dipakai, lingkungan yang menjadi ajang proses itu, dan
sebagainya. Pendidikan seks adalah proses dimana fasilitator dengan
sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh yang positif
kepada peserta pendidikan seks, dengan tujuan agar peserta pendidikan
seks dapat mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan
dalam pendidikan seks, yang mencakup tentang perubahan-perubahan
yang terjadi ketika memasuki masa remaja (perubahan fisik, psikologis,
dan sosial), latar belakang diperlukannya pendidikan seks bagi remaja,
tantangan menuju kesejahteraan seksual remaja, organ-organ seksual
pria dan wanita, fertilisasi (pembuahan), perkembangan janin,
bentuk-bentuk perilaku seksual remaja, akibat-akibat yang dapat ditimbulkan
commit to user
6
seksual dan jenis-jenisnya, cara mengatasi gejolak seksual remaja,
pengertian dan makna seksualitas, serta nilai-nilai seksual pria dan
wanita. Sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
kesehatan antara lain pendidikan, sosial ekonomi, adat istiadat,
kepercayaan masyarakat, ketersediaan waktu.
Raditya (2008) mengemukakan bahwa penyampaian materi
pendidikan seks, sebaiknya diberikan oleh pendidik teman sebaya atau
disebut dengan peer educator. Pendidik ini sudah mendapat bekal
pelatihan yang cukup agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh
usia remaja. Dalam penelitian ini metode pendidikan seks yang
diberikan adalah presentasi dan diskusi. Presentasi dilakukan oleh
fasilitator yang dalam hal ini adalah peneliti sendiri, sedangkan metode
diskusi dilakukan bersama antara fasilitator dengan peserta pendidikan
seks.
Pendidikan seks adalah proses dimana fasilitator dengan sengaja
dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh yang positif kepada
peserta pendidikan seks, dengan tujuan agar peserta pendidikan seks
dapat mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan dalam
pendidikan seks, yang mencakup tentang perubahan-perubahan yang
terjadi ketika memasuki masa remaja (perubahan fisik, psikologis, dan
commit to user
7
2. Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 2003).
Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan
keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak secara
tertentu (free online dictionary). Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan
yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2007). Sikap
juga dapat diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil,
dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi positif maupun
negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau
kondisi sekitarnya (Mappiere, 1999). Sikap tumbuh diawali dari
pengetahuam yang dipersepsikan sebagai suatu hak yang baik
(positif) maupun tidak baik (negatif), kemudian diterapkan ke
dalam dirinya
b. Komponen sikap
Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling
menunjang, yaitu (Azwar.S, 2007) :
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
commit to user
8
berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai
sesuatu, dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Komponen sikap inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan
aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
mungkin bisa mengubah sikap seseorang. Komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu.
c. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan (Notoatmojo, 2003) :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
commit to user
9
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
d. Sifat sikap
Sikap dapat pula bersikap positif dan dapat pula bersifat
negatif (Azwar, 2007).
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, menghargai objek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
e. Ciri-ciri sikap
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan hidup.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah bila terdapat keadaan-keadaan dan
commit to user
10
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek.
4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan suatu hal.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
(Azwar, 2007).
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 2007)
antara lain:
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki
sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggap penting.
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau
commit to user
11
disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap
penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumen.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan,
tidaklah mengherankan jika pada akhirnya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
g. Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dinilai melalui pernyataan sikap
berupa rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai
objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap positif berisi
kalimat yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.
Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap negatif berisi hal-hal yang tidak
mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan
seperti ini disebut dengan pernyataan yang unfavourable.
Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri
commit to user
12
seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua
positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak
atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2007).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat
atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis
kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoatmojo, 2003).
3. Sikap seksual pranikah remaja
Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan oleh
seseorang setelah melihat, mendengar atau membaca informasi serta
pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu
orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud
adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah (Bungin, 2001).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian
dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003).
Kuesioner mengacu pada skala likert dengan bentuk jawaban
pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju,
tidak setuju, sangat tidak setuju (Hidayat, 2007). Sikap dapat bersifat
commit to user
13
a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari,membenci, tidak menyukai objek tertentu.
Menurut Thurstone, dkk (dalam Azwar, 2005), sikap adalah
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sedangkan menurut
Berkowitz (dalam Azwar, 2005), sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada
objek tersebut. Menurut Bird dan Keith (1994), premarital sex adalah
salah satu bentuk sexual intercourse yang dilakukan oleh pasangan
yang keduanya tidak terikat dalam pernikahan. Seks adalah bukan
hanya hubungan intim, ekspresi dari seksualitas dapat terkait dengan
banyak perilaku lain. Berikut ini adalah bentuk-bentuk sikap seksual
dijelaskan oleh Dianawati A (2006) terdiri dari 2:
a. Hubungan seksual
Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina.
Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya
terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada
dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang
menyebabkan terjadinya pembuahan atau kehamilan. (Sarwono.
2002). Hubungan seksual biasa disebut senggama atau coitus.
Tentu saja hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh
yang benar menurut etika, moral dan agama adalah jika dilakukan
commit to user
14
yang dilandasi oleh rasa cinta. Dengan bersetubuh, dua orang akan
menjadi satu secara fisik dan emosional. Inilah yang disebut
pemenuhan dorongan seksual dalam arti yang sebenarnya. Perilaku
seksual seperti ini tidak akan menimbulkan rasa ketakutan terhadap
penyakit menular seksual, resiko kehamilan di luar nikah atau
berdosa (Yanti, 2011).
b. Selain hubungan seksual
1) Masturbasi
Adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian
tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa
menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme)
baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat.
Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang
sensitif, namun tidak sama pada masing-masing orang. Secara
medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan juga tidak
menimbulkan risiko fisik. Pengaruh masturbasi biasanya
bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah
diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama
dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan
menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu
(Sarwono, 2002).
2) Onani
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi, namun
commit to user
15
yang dipakai dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok,
automanipulatif, dan sebagainya (Sarwono, 2002).
3) Oral seks
Adalah melakukan rangsangan dengan mulut pada
organ seks pasangannya. Pada pelaku laki-laki disebut
cunnilingus, jika perempuan disebut fellatio.
4) Anal seks
Adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan
memasukkan penis ke anus atau dubur. Aktivitas seperti ini
sangat berbahaya, karena anus mengandung banyak bakteri
penyakit.
5) Petting
Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan
atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke
dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin
perempuan.
Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu
berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum
melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan
pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak
diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim,
karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan
yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim,
sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk
commit to user
16
dalam yang dikenakan perempuan, apalagi jika langsung
mengenai bibir kemaluan. (Yanti, 2011).
c. Dampak Hubungan Seks Pranikah
Hubungan seks bebas tentu saja akan memiliki pengaruh
buruk, baik bagi individu yang melakukannya maupun bagi pihak
lain, apalagi jika sampai kepada melakukan hubungan seksual.
Depkes RI (2001 dalam Sarwono, 2002) menyebutkan beberapa
pengaruh buruk seks pranikah atau seks bebas itu, antara lain:
1) Bagi remaja
a) Remaja pria menjadi tidak perjaka dan remaja wanita
menjadi tidak perawan.
b) Menambah risiko tertularnya penyakit menular seksual
(PMS).
c) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan,
pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ
reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena
perdarahan.
d) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa,
hilang harapan masa depan).
e) Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan dan kesempatan kerja.
commit to user
17 2) Bagi keluarga
a) Menimbulkan aib keluarga.
b) Menimbulkan beban ekonomi keluarga.
c) Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat
tekanan dari masyarakat di lingkungannya (ejekan).
3) Bagi masyarakat
a) Meningkatnya remaja putus sekolah sehingga kualitas
masyarakat menurun.
b) Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi.
c) Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat
kesehatan menurun.
Hal-hal yang mendorong remaja melakukan seks bebas di
antaranya: faktor mis-persepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran
kasih sayang yang salah dalam pacaran, faktor religiusitas:
kehidupan iman yang tidak baik, faktor kematangan biologis
(Saroha Pinem, 2009).
4. Remaja
a. Pengertian
Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia
antara 15 sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011). Remaja adalah masa
commit to user
18
(growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologi serta kognitif (Soetjiningsih,
2007).
Masa remaja atau adolesen merupakan masa peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa muda. Masa remaja adalah
suatu bagian dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan
sejak saat konsepsi sampai mencapai dewasa. Pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan
fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku serta hormonal
(Narendra, 2002).
Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan
saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini
terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta
kematangan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan
pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja
menjadi individu yang sensitif, mudah menangis, mudah cemas,
frustasi, tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi menjadikan
remaja sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap
rangsangan. Remaja mulai mampu berpikir abstrak, senang
mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru (Sarwono, 2002).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja
lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis,
commit to user
19
tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri (Sarwono,
2002).
b. Tahap perkembangan remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3
tahap perkembangan remaja :
1) Remaja awal (early adolenscence) (13-14 tahun)
Remaja tahap ini masih terheran-heran akan perubahan
pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan itu, mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah
terangsang secara erotis. Selain itu kendali terhadap “ego”
berkurang menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti
commit to user
20
2) Remaja madya (middle adolenscence) (15-17 tahun)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan, ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri dengan
menyukai teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan
dirinya. Selain itu mereka berada pada kondisi kebingungan
saat harus memilih (peka atau tidak peduli, optimis atau
pesimis dan sebagainya). Remaja pria berusaha membebaskan
diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri
saat kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan
teman.
3) Remaja akhir (late adolenscence) (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-funsgi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah
lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antar kepentingan
commit to user
21
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan
masyarakat umum.(Saroha pinem, 2009)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja
Sejak di dalam kandungan seorang individu mengalami
proses perubahan yang akan berlangsung seumur hidup.
Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap individu meliputi fisik,
kognitif maupun psikososialnya. Menurut pandangan Gunarsa dan
Gunarsa (2007) ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan,
yaitu :
1) Faktor endogen
Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan
fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang
bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya,
misalnya : postur tubuh, bakat-minat, kecerdasan, kepribadian
dan sebagainya.
2) Faktor eksogen
Dalam pandangan ini menyatakan bahwa perubahan
dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini
diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial.
d. Ciri-ciri masa remaja
1) Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari
commit to user
22
2) Masa remaja sebagai periode perubahan.
3) Masa remaja sebagai usia bermasalah.
4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
5) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena
masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru,
karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
6) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
7) Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya
goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong,
bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya
terpusat pada dirinya.
(Saroha pinem, 2009)
e. Perkembangan remaja
Menurut Prawirohardjo (2004) perkembangan yang terjadi
pada masa remaja ada empat yaitu meliputi:
1) Perkembangan fisik
Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik
berhubungan dengan mulainya pubertas. Hormon estrogen
membuat anak perempuan memiliki sifat kewanitaan setelah
remaja. Hormon ini dapat merangsang pertumbuhan saluran
susu di payudara sehingga payudara membesar. Juga
merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan
commit to user
23
bertambah banyak. Selain itu juga dapat mengakibatkan
tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita dan dapat
memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah
dirangsang oleh kelenjar bawah otak.
Kematangan hormon seks (sex hormones) akan
mengubah pola pertumbuhan seorang anak. Selain mempercepat
pertumbuhan fisik, hormon seks juga mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan tulang-tulang kerangka
(skeleton). Yang dimaksud dengan perubahan fisik remaja yaitu
terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan
kematangan organ seks primer maupun organ seks sekunder,
yang dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (saroha
Pinem, 2009).
Perubahan hormonal erat kaitannya dengan perubahan di
dalam otak yakni hypothalmus, suatu bagian organ otak yang
bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsi-fungsi
seluruh sistem jaringan organ tubuh. Salah satu diantaranya,
ialah merangsang hormon luteinizing hormone releasing
hormone (LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk
melepaskan hormon gonadotropin. Hormon ini merangsang
gonades (testes dan ovaries) untuk memproduksi hormon
seksual. Hormon seks pada remaja wanita disebut estrogen atau
commit to user
24
atau testosteron. Hal ini menjadi faktor penyebab kematangan
seksual seorang remaja (Saroha pinem, 2009)
Tabel 2.1
Karakteristik seks primer dan seks sekunder remaja
Karakteristik jambang, bulu dada Rambut kemaluan
Vagina Ovarium Uterus
Kulit halus (licin) Bentuk tubuh seperti gitar
Suara melengking tinggi
Rambut kemaluan
2) Perkembangan intelektual
Tidak terdapat perubahan-perubahan dalam fungsi
intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti
masalah-masalah yang kompleks berkembang secara bertahap.
Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional,
yang dapat diartikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika
deduksi atau pengurangan. Tahap ini terjadi pada semua orang
tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.
Sebagian besar remaja mampu menyesuaikan diri tanpa
mendapatkan kesulitan apa-apa. Tetapi selama masa
penyesuaian remaja akan bersikap irasional, mudah tersinggung
dan sulit dimengerti. Hal ini karena adanya konflik dalam
commit to user
25 3) Perkembangan seksual
Perubahan fisik yang terjadi mengakibakan munculnya
dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual masih dipersulit
dengan banyaknya tabu sosial, dan kurangnya pengetahuan yang
benar tentang seksualitas. Pada masa ini mulai tumbuh
ketertarikan pada lawan jenisnya dan keinginan untuk menjalin
hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenisnya.
4) Perkembangan emosional
Masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul
dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu
pubertas. Hal itu dipandang sebagai perkembangan proses
psikososial yang terjadi seumur hidup. Tugas psikososial remaja
adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang
yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan mereka
berhubungan dengan yang lainnya dengan gaya dewasa.
Terjadinya masalah emosional tersebut berbeda-beda pada
setiap remaja. Biasanya pada masa ini remaja mulai mencari jati
diri, susah diatur, lebih mudah marah, cemas dan merasa
bimbang.
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa.
Pada masa remaja ini ada tiga tahap yaitu masa remaja awal, tengah dan
commit to user
26
menyertainya. Oleh karena itu setiap tahap perkembangan setiap remaja
perlu mendapatkan perhatian yang khusus.
5. Seksual Pranikah Remaja
Hubungan seksual adalah suatu hal yang sakral dan bertujuan
untuk mengembangkan keturunan. Kenikmatan yang diperoleh dari
hubungan tersebut merupakan karunia Tuhan kepada manusia dalam
melaksanakan fungsinya meneruskan keturunan. Oleh karena itu
hubungan seksual harus dilakukan dalam ikatan yang sah, dimana
pasangan terikat komitmen dan tanggung jawab moral (Jernih, 2010).
Seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan
remaja sebelum menikah (BKKBN, 2007). Definisi yang dirumuskan
oleh WHO, remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari
saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari
social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
(Sarwono, 2006). Perkembangan seorang remaja menurut Smith dan
Anderson dalam Dhamayanti (2009) terbagi menjadi tiga tipe yaitu
remaja dini (10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun), remaja
akhir (17-21 tahun). Aspek seksual pada remaja mempunyai
kekhususan antara lain pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Fantasi
commit to user
27
dialami sampai pada saat dewasa. Remaja menginginkan kebebasan
yang lebih banyak dan kadang-kadang ingin lebih leluasa melakukan
aktifitas seksual, walaupun tidak jarang menimbulkan konflik dalam
dirinya sehingga sebagian merasa berdosa dan cemas (Soetjiningsih,
2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang
pertama dialami oleh remaja menurut Soetjiningsih (2007) yaitu:
a. waktu/ saat mengalami pubertas
b. kontol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar),
kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,
c. frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka
semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta
pada pacarnya, penerimaan aktivitas seksual pacarnya.
Akibat terjadinya hubungan seksual pranikah bagi remaja
menurut Chyntia (2003 dalam Yanti, 2011) yaitu:
a. Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila
dilakukan pada masa subur/ masa ovulasi.
b. Aborsi tidak aman
Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman dapat
commit to user
28 c. Penyakit kelamin
Definisi penyakit kelamin menurut Sa’abah (2001 dalam Yanti,
2011), yaitu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi diikuti
peradangan dan ditularkan melalui hubungan seksual. Hubungan
seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan
dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin.
Seksual pranikah adalah suatu kegiatan seks yang dilakukan
sebelum menikah. Dimana apabila dilakukan secara bebas dan berganti
ganti pasangan dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi remaja,
baik dampak secara psikis, mental maupun dari segi kesehatan.
6. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
sejahtera dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan lemah (Saroha
Pinem, 2009). Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan
produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai
arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan
demi kelestarian hidup (Saroha Pinem, 2009). Kesehatan Reproduksi
adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari
ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi (ICPD 1994, Cit.
Notoatmodjo 2007). Menurut Sarwono (2002) remaja adalah masa
pengertian-commit to user
29
pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
b. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi
1) Faktor sosial-ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan
dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses
reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
2) Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik
tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan
reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi
yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan
proses reproduksi.
3) Faktor psikologis: keretakan orang tua akan memberikan dampak
pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharganya wanita di
mata pria yang membeli kebebasan dengan materi.
4) Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi, dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2007).
Kesehatan reproduksi remaja penting sekali bagi kesehatan
reproduksi dan masuk sebagai komponen kesehatan reproduksi karena
commit to user
30
periode pematangan organ reproduksi manusia, masa remaja disebut
juga masa pubertas, merupakan masa transisi unik ditandai dengan
berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada masa remaja terjadi
perubahan organobiologik yang cepat dan tidak seimbang dengan
perubahan mental emosional. Keadaan ini dapat membuat remaja
bingung. Oleh karena itu perlu pengertian, bimbingan dan dukungan
dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental,
maupun psikososial. Dalam lingkungan social tertentu, sering terjadi
perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi
laki-laki masa remaja merupakan saat diperbolehnya kebebasan
sementara pada remaja perempuan saat dimulainya segala bentuk
pembatasan. Agar masalah kesehatan remaja dapat ditangani dengan
tuntas, diperlukan kesadaran perlakuan terhadap remaja laki-laki
maupun perempuan.
7. Pengaruh Pendidikan Seks tentang Kesehatan Reproduksi
Terhadap Sikap Seksual Pranikah Pada Remaja
Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual
menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara
hukum. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu
awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja
commit to user
31
remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia
matang secara hukum (Hurlock, 2002).
Pada masanya remaja mau tidak mau harus melalui berbagai
tugas perkembangan yang akan dia hadapi. Salah satu tugas
perkembangan tersebut adalah mencapai hubungan baru yang lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita dan mencapai
peran sosial pria dan wanita (Hurlock, 2002). Tentu saja hal ini akan
berkaitan dengan masalah seks pada remaja.
Kurangnya informasi tentang seks dapat disikapi dengan
diadakan pendidikan seks yang tujuannya adalah agar peserta didik
memahami seluk beluk tentang seks remaja serta nilai-nilai seksualitas
yang terkandung di dalamnya. Dianawati (2006) mengatakan bahwa
pendidikan seks dapat membantu para remaja laki-laki dan perempuan
untuk mengetahui risiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan
pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak
menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang
tuanya. Pentingnya memberikan pendidikan seks bagi remaja, sudah
seharusnya dipahami. Memberikan pendidikan seks pada remaja,
maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi
organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan
manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan norma-norma
commit to user
32
Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks
kemungkinan akan lebih mudah untuk melalui setiap tugas
perkembangannya, namun bagi remaja yang kurang memiliki
pengetahuan tentang seks mungkin dia akan sedikit mengalami
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas perkembangannya, khususnya
tugas perkembangan yang berkaitan dengan masalah seks itu sendiri.
Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks diharapkan
akan lebih bersikap bijaksana untuk tidak melakukan seks bebas.
Sedangkan remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai seks
mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai seks bebas.
Pendidikan seks bagi remaja sangat diperlukan untuk mengurangi
perilaku seks bebas dan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari hal
tersebut karena pendidikan seks tersebut akan mencakup juga nilai-nilai
commit to user
33
B. Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Variabel yang di teliti
: Variabel yang tidak diteliti Faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan seks :
‐ Pendidikan
‐ Sosial ekonomi
‐ Adat istiadat
‐ Kepercayaan
Perubahan sikap seksual pranikah remaja
Bertanggung jawab/Responsible
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap :
commit to user
34
C. Hipotesis
Terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi
terhadap sikap seksual pranikah pada remaja di SMK Muhammadiyah 1
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment atau penelitian semu
karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan
eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya
dikontrol atau dimanipulasi (Notoatmodjo, 2005).
Rancangan penelitian ini menggunakan desain Pretest-Postest with
Control Group Design. Peneliti melakukan intervensi terhadap sekelompok
objek penelitian dengan membandingkan kelompok kontrol dan penentuan
sampel dilakukan secara acak (Saryono, 2008).
Kelompok Experimen O1 X O2
Kelompok Kontrol O3 O4
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sragen
pada bulan Juni 2012.
C. Populasi Penelitian
1. Populasi Target
commit to user
36 2. Populasi Aktual
Populasi aktual: siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 1 Sragen tahun
2012.
D. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian ini di
ambil dari siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 1 Sragen tahun 2012
menggunakan teknik cluster random sampling. (Notoatmodjo, 2005).
E. Besar Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling
dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal
ini kelas dipandang sebagai satuan kelompok kemudian dengan melakukan
pengundian (lotere) dipilih dua dari lima kelas. Setelah itu dilakukan
pengundian lagi untuk menentukan kelas manakah yang akan dijadikan
kelas kontrol dan kelas eksperimen (Budiyono, 2002). Yang terpilih sebagai
kelas kontrol adalah kelas Akuntansi yang terdiri dari 35 siswa sedangkan
sebagai kelas intervensi adalah kelas Manajemen yang terdiri dari 35 siswa.
F. Pengalokasian Subjek
Subyek penelitian yang telah ditentukan (sampel) dibagi menjadi dua
kelompok dengan jumlah dan kriteria yang sama. Kelompok pertama
commit to user
37
kedua (kelompok B) tidak diberi perlakuan dan berfungsi sebagai
pembanding (kontrol).
G. Kriteria Restriksi
1. Kriteria inklusi
a. Siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 1 sragen
b. Siswa yang bersedia menjadi responden
c. Siswa yang hadir saat dilakukan penyuluhan
2. Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah subyek yang tidak
dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan penelitian dalam proses
pengambilan data dari pretest kemudian pendidikan seks sampai pada
posttest.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas: Variabel Pendidikan Seks tentang Kesehatan Remaja
a. Definisi operasional: Pendidikan kesehatan adalah upaya
memberikan informasi tentang seksual pra nikah meliputi kesehatan
reproduksi, pengertian remaja, perubahan-perubahan yang terjadi
pada remaja, sanksi terhadap sikap seks bebas. Dengan
menggunakan media power pointslides kepada siswa.
b. Alat ukur: Modul
commit to user
38
2. Variabel Sikap Seksual Pra Nikah Remaja
a. Definisi operasional: sikap seseorang terhadap suatu objek yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut.
b. Alat ukur: skala sikap
c. Skala : interval
I. Cara Kerja
1. Intervensi
Bentuk intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
melakukan pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi. Pertama-tama
melakukan pretest dengan instrument penelitian kemudian dengan jangka
waktu 5 hari melakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan
reproduksi pada responden. Kemudian melakukan posttest dengan
instrument penelitian yang sama saat pretest pada responden.
2. Instrumentasi
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode skala sikap. Alat ukur yang digunakan adalah questioner yang
berisi 28 butir pernyataan mengenai sikap remaja yang berhubungan
dengan perilaku seksual.
Penyajian skala sikap diberikan dalam bentuk pilihan-pilihan
commit to user
39
penilaian dimulai dari 1 sampai 4. Setiap aspek dalam skala sikap
terdapat item-item berupa pertanyaan yang mendukung atau favourable
dan pertanyaan yang tidak mendukung atau unfavourable. Setiap item
mempunyai kemungkinan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai),
TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Untuk pertanyaan favourable maka penghitungan skor atau
nilainya adalah:
a. Sangat Tidak Sesuai (STS) : nilai 1
b. Tidak Sesuai (TS) : nilai 2
c. Sesuai (S) : nilai 3
d. Sangat Sesuai (SS) : nilai 4
Sedangkan untuk pertanyaan unfavourable maka penghitungan
skor atau nilainya adalah:
a. Sangat Tidak Sesuai (STS) : nilai 4
b. Tidak Sesuai (TS) : nilai 3
c. Sesuai (S) : nilai 2
d. Sangat Sesuai (SS) : nilai 1
Tabel 3.1 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seksual pranikah remaja
Indikator ∑ Item favourable Unfavourable Faktor-faktor
penyebab seks bebas
commit to user
40
Tabel 3.2 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seksual pranikah remaja setelah uji validitas
Indikator ∑ Item Positif No. Item Negatif
J. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas
Instrument menggunakan korelasi antar butir Pearson Product
Moment yaitu :
rxy = koefisien korelasi tiap item dengan skor total
x = nilai setiap item
y = nilai total
N = jumlah subyek
Hasil dari penggunaan rumus tersebut kemudian dianalisis. Secara
keseluruhan uji validitas didapat r hitung > r table maka item pertanyaan
dikatakan valid, dan jika r hitung < r table maka item pertanyaan dikatakan
tidak valid.
Keseluruhan jumlah skala sikap pada saat uji coba adalah sebanyak
32 buah item, kemudian setelah dilakukan uji validitas terdapat 4 buah
commit to user
41
Sedangkan jumlah item yang valid adalah 28 buah item, yaitu 15 item
favorable dan 13 item unfavorable. Distribusi item skala tingkat stresyang
valid dan yang gugur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Sikap
No Aspek
Maka, item-item yang akan digunakan dalam penelitian adalah
sebanyak 28 item yang telah dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen menggunakan teknik Alfa Cronbach
dengan rumus sebagai berikut:
K = mean kuadrat antara subyek
Σsi2 = mean kuadrat kesalahan
commit to user
42
Suatu kuesioner dikatakan reliable apabila memiliki nilai koefisien
α > 0,6. Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien α sebesar 0,878. Hasil
tersebut menunjukkan kuesioner skala sikap mempunyai tingkat
reliabilitas yang tinggi.
K. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian ini adalah:
a. Editing yaitu memeriksa data yang telah terkumpul sehingga semua
data dinyatakan lengkap.
b. Coding yaitu memberikan kode untuk variabel bebas, yaitu 0 untuk
sebelum melakukan pendidikan kesehatan dan 1 untuk setelah
melakukan pendidikan kesehatan.
c. Skoring, yaitu memberikan nilai untuk jawaban benar dengan skor 1
dan jawaban salah dengan skor 0. Kemudian menghitung nilai akhir
yaitu jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal dikalikan 100.
d. Tabulating, yaitu memindahkan data (nilai) ke dalam tabel bantu.
e. Melakukan pengolahan data dengan analisis statistik.
2. Analisis data
Langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
commit to user
43
karakteristik subyek penelitian dengan menghitung distribusi
frekuensi dan proposisi. Penyajian hasil akan disajikan secara
deskriptif.
b. Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam
penelitian ini pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi
merupakan variabel bebas dan sikap remaja terhadap seksual
pranikah merupakan variabel terikat (Notoatmodjo, 2005).
Analisis bivariat menggunakan uji independence t Test.
Pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi dapat dilihat
dengan menghitung apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil skor
pretest dan post-test dari satu sampel. Apabila nilai p < 0, 05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Pembacaan hasil dengan melihat besar
nilai p-value, bila nilai p-value < 0,05 artinya ada beda signifikan
tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan
kesehatan. Keefektifan dilihat dari meanof differences, bila nilainya
negatif artinya rata-rata nilai pretes lebih kecil dari pada nilai postes
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi di SMK Muhammadiyah 1 Sragen di Jl. Rajawali Nglorog
No. 01 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen dengan kepala sekolah
Wakidi, S.Pd. Fasilitas yang ada di SMK Muhammadiyah 1 Sragen adalah
15 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 kantor guru, I ruang UKS, 1 ruang
perpustakaan, 2 ruang laboratorium komputer, 1 ruang laboratorium
multimedia, 4 ruang praktik, 1 ruang administrasi, 1 ruang BP, 1 ruang unit
produksi, dan 10 toilet.
SMK Muhammadiyah 1 Sragen dengan jumlah siswa sebanyak 537
anak, dengan jumlah siswa laki-laki 19 anak dan jumlah siswa perempuan
sebanyak 418 anak. SMK Muhammadiyah 1 Sragen terdiri dari 4 jurusan
administrasi perkantoran, jurusan akuntansi, jurusan managemen, dan
jurusan multimedia.
B. Hasil Penelitian
Penelitian bertujuan untuk pengaruh pendidikan seks tentang
kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI
SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Berikut ini hasil penelitian sebagai
commit to user
45 1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Hasil penelitian tentang jenis kelamin, dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 4.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen
Hasil penelitian pada gambar 4.1 menunjukkan 65 responden
(92.9%) dengan jenis kelamin perempuan dan 5 responden (7.1%)
dengan jenis kelamin laki-laki.
b. Umur
Hasil penelitian tentang umur, dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen
Hasil penelitian pada gambar 4.2 menunjukkan sebagian
besar responden dengan umur 16 tahun, yaitu sebanyak 52
responden (74.3%) dan sebagian kecil dengan umur 15 tahun, yaitu
commit to user
46 2. Pra syarat analisis
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan
kolmogorov smirnov untuk taraf signifikansi 95%. (0,05) dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok data Statistik Signifikan Keterangan Kelompok
eksperimen test awal
0.501 0.963 Normal
Kelompok eksperimen test
akhir
0.476 0.659 Normal
Kelompok kontrol test awal
0.731 0.977 Normal
Kelompok kontrol test akhir
0.535 0.937 Normal
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui hasil uji normalitas data
dengan menggunakan kolmogorov smirnov test. Uji normalitas
data dihitung dengan menggunakan kolmogorov smirnov test
dengan menggunakan SPSS. Hasil uji normalitas menunjukkan
semua data terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
1) Uji Homegenitas test awal (pre test)
Uji homogenitas dalam perhitungan ini menggunakan
Lavene test yang dihitung dengan menggunakan SPSS
Tabel 4.2 hasil Uji Homogenitas Tes Awal (Pre Test)
commit to user
47
Hasil uji Lavene test didapatkan nilai signifikan 0,773
> 0,05 sehingga dapat disimpulkan asumsi homogenitas
varians terpenuhi, yang artinya tidak ada perbedaan variasi
yang signifikan di antara kelompok data
2) Uji Homogenitas Test Akhir
Uji homogenitas dalam perhitungan ini menggunakan
Lavene test yang dihitung dengan menggunakan SPSS.
Tabel 4.3 hasil Uji Homogenitas Tes Akahir (Pre Test)
Lavene’s Test Equality of Variances F Sig 2,067 0,155
Hasil uji Lavene test didapatkan nilai signifikan
0,155 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan asumsi homogenitas
varians terpenuhi, yang artinya tidak ada perbedaan variasi
yang signifikan di antara kelompok data
3. Hasil Analisa Data Pengaruh Pendidikan Seks tentang Kesehatan
Reproduksi Terhadap Sikap Seksual Pranikah Remaja
a. Hasil Test Awal (Pre Test)
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Test Awal (Pre Test) Skala Sikap Pranikah Remaja
Skor Skala Sikap Seksual pranikah remaja
Kelompok eksperimen
Kelompok Kontrol Nilai rata-rata (mean) 82,32 82,20
Modus 85,00 85,00
Median 82,00 82,00
Nilai tertinggi 98,00 98,00
Nilai Terendah 69,00 70,00