• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Group Investigation Berbantuan Media Video pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Gr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Group Investigation Berbantuan Media Video pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Gr"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

7

Dalam kajian teori ini akan dipaparkan ulasan mengenai group investigation, media video, dan hasil belajar IPS. Ulasan group investigation meliputi hakekat group investigation, kelebihan dan kelemahan group investigation, serta langkah- langkah group investigation. Ulasan media video meliputi hakekat media video, kelemahan dan kelemahan media video, dan langkah-langkah group investigation berbantuan media video. Ulasan mengenai hasil belajar IPS meliputi hakekat hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, klasifikasi hasil belajar, penilaian hasil belajar, macam-macam bentuk tes hasil belajar, dan IPS sekolah dasar.

2.1.1 Group Investigation

2.1.1.1Hakekat Group Investigation

Dalam penerapan pembelajaran kooperatif atau cooperative learning terdapat beberapa tipe pembelajaran yang dapat kita gunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Tipe pembelajaran kooperatif yang akan kita gunakan hendaknya menyesuaikan dengan jumlah dan karakteristik siswa. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memerlukan tingkat berpikir tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks adalah group investigation.

Slavin (2005:24) group investigasi yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.

(2)

Pembelajaran dengan group investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang akan dikembangkan untuk memecahkan masalah.

Dari ketiga pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Group Investigation adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan pengaturan kelas di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif untuk menginvestigasi suatu topik.

2.1.1.2 Kelebihan dan kelemahan Group Investigation

Semua model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Sama halnya dengan pengaplikasian model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. GI ini mempunyai kelebihan dan kelemahan seperti yang diungkapkan (Robert E Slavin, 2005).

1. Kelebihan Group Investigation

a. Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks

b. Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik

c. Meningkatkan keterampilan sosial di mana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain

d. Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif dan group process skill (managemen kelompok)

e. Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah

(3)

g. Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain

h. Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif.

2. Kelemahan Group Investigation

a. Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit

b. Mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut kreatif

c. Memerlukan waktu belajar relatif lama

d. Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi mudah ribut

e. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini

f. Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi secara keseluruhan, sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya

2.1.1.3Langkah-langkah Group Investigation

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sulit untuk diterapkan. Model pembelajaran ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit. Untuk kita perlu mempelajari langkah-langkah GI.

Sharan dkk. dalam Trianto (2011) membagi langkah-langkah pelaksanaan investigasi kelompok meliputi 6 (enam) fase yaitu:

1) Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok- kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

(4)

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3) Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5) Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.

6) Evaluasi

Dalam hal kelompok- kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

Hamdani (2011:91) mengemukakan langkah-langkah investigasi kelompok sebagai berikut:

1) Seleksi topik

Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups). Anggota kelompok terdiri atas dua hingga enam orang. Komposisi keleompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan kerjasama

Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari sleksi topik (langkah (1)).

(5)

Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan setiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah (3) dan merencanakan untuk meringkaskan dalam penyajian yang menarik di depan kelas.

5) Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dalam mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru.

6) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.

Silberman (2010:173) mengemukakan prosedur investigasi tim sebagai berikut:

1) Kelompokkan para peserta ke dalam tim-tim beranggotakan dua hingga enam orang.

2) Gunakan satu atau beberapa pendekatan sebagai investigasi tim berikut ini: buatlah sebuah perburuan dengan memberikan informasi kepada tim-tim untuk mencari dalam lingkungan yang telah ditentukan, berikan daftar orang-orang yang akan diwawancarai kepada tim-tim ini agar mereka dapat memperoleh jawaban kumpulan pertanyaan yang Anda berikan, berikan kesempatan-kesempatan bagi para peserta untuk melihat dan mengamati tim lainnyya, buatlah sekumpulan masalah bagi tim-tim ini untuk dipecahkan dan lengkapi mereka dengan materi-materi acuan lainnya, dan berikan kepada tim-tim ini satu atau beberapa kegiatan belajar atau permainan yang dapat mereka lakukan sendiri.

(6)

Selanjutnya Slavin (2005:218-220) membagi langkah-langkah pelaksanaan investigasi kelompok meliputi 6 (enam) tahapan yaitu:

1) Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam kelompok Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mngaktegorikan saran-saran. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertatikan siswa dan harus bersifat heterogen. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

2) Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

Para siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari (apa yang dipelajari?, bagaimana mempelajarinya?, siapa melakukan apa?, untuk tujuan atau kepentingan apa menginvestigasi topik tersebut?).

3) Melaksanakan Investigasi

Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

4) Menyiapkan laporan akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

5) Mempresentasikan laporan akhir

Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

6) Evaluasi

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

(7)

1) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok penelitian

2) Merencanakan investigasi dalam kelompok 3) Melaksanakan investigasi

4) Menyiapkan laporan akhir 5) Mempresentasikan laporan akhir 6) Evaluasi

2.1.2 Media Video

2.1.2.1Hakekat Media Video

Media berarti perantara atau pengantar. Kata media berasal dari bahasa Latin Medius. Video merupakan salah satu jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.

Hamdani (2011:254) menyimpulkan bahwa “video adalah media yang berfungsi untuk memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena, atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan”. Nugent dalam Smaldino dkk. (2005:404) menyebutkan bahwa”banyak guru menggunakan video untuk memperkenalkan sebuah topik, menyajikan konten, menyediakan perbaikan, dan meningkatkan pengayaan”. Smaldino dkk. (2005:406) mengemukakan “video merupakan sarana utama mendokumentasikan kejadian aktual dan menghadirkannya ke dalam ruang kelas”.

Dari ketiga pendapat yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa video merupakan media yang dapat difungsikan untuk memaparkan keadaan real dan aktual, memperkenalkan sebuah topik, menyajikan konten, menyediakan perbaikan, dan meningkatkan pengayaan yang dihadirkan ke dalam ruang kelas.

2.1.2.2Kelebihan dan Kekurangan Media Video

(8)

yang diinginkan. Kelebihan video sebagai media menurut Hamdani (2011) sebagai berikut:

a. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif

b. Guru akan selalu dituntut untuk lebih lebih inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran

c. Mampu menimbulkan rasa senang selama proses PBM berlangsung. Hal ini akan menambah motivasi siswa selama proses PBM hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang maksimal

d. Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya dengan penjelasan atau alat peraga yang konvensional

e. Dapat menstimulasi efek gerak f. Dapat diberi suara maupun warna

g. Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya h. Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya

Dari kelebihan video yang telah disebutkan, pada kenyataannya video juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut lebih kepada penyajian teknis pemutaran video, seperti:

a. Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya b. Memerlukan tenaga listrik

c. Memerlukan ketrampilan dan kerja tim dalam pembuatannya

2.1.2.3Langkah-langkah Group Investigation berbantuan Media Video

Dalam penerapan GI ini akan digunakan media video untuk membantu kelancaran dan terlaksananya pembelajaran yang akan dilakukan. Langkah-langkah yang ada dalam GI akan dikolaborasikan dengan media video, hingga didapati langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi topik melalui video yang ditayangkan dan mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok penelitian

(9)

4) Menyiapkan laporan akhir 5) Mempresentasikan laporan akhir 6) Evaluasi

2.1.3 Hasil belajar IPS 2.1.3.1Hakekat Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar yang secara umum dilakukan di sekolah-sekolah tidak lepas dari proses perencanaan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian kegiatan pembelajaran. Penilaian kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar berperan penting dalam proses pembelajaran. Misalnya, memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan informasi yang didapat melalui hasil belajar tersebut, guru dapat mengambil keputusan yang tentunya akan berpengaruh pada kegiatan belajar siswa lebih lanjut baik untuk siswa secara individual maupun keseluruhan kelas.

Menurut Suprijono (2011:5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Rusman (2012:123) mendefinisikan “hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Sudjana (2012:22) menarik simpulan sebagai berikut:

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar yang diterima akan menghasilkan kemampuan yang menurut Howart Kingsley dalam buku Nana Sudjana (2012:22) dibedakan menjadi tiga macam kemampuan atau hasil belajar yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita.

(10)

2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan hasil belajar yang mempunyai peran penting dalam pembelajaran perlu diupayakan semaksimal mungkin. Banyak sekali faktok-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Faktok-faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri seseorang dan dari lingkungan.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar seseorang. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri individu sendiri maupun berasal dari luar individu. Slameto (2010:54) menggolongkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi belajar ke dalam dua jenis, yaitu :

a. Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern terbagi ke dalam tiga faktor:

1. Faktor jasmaniah, terdiri dari faktor kesehatan, cacat tubuh.

2. Faktor psikologis, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3. Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b. Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu:

1. Faktor keluarga, seperti : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

2. Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut teori Gestalt dalam Susanto (2013:12) menarik kesimpulan sebagai berikut:

(11)

yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Menurut Wasliman dalam Susanto (2013:12) “hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”. Secara lebih detail, faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian siswa, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, kecerdasan, minat dan perhatian siswa, motivasi belajar, dan lain-lain serta faktor eksternal yang merupakan faktor berasal dari luar diri peserta didik seperti keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

2.1.3.3Klasifikasi Hasil Belajar

(12)

Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapaan-kecapakan intelektual berpikir. Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan, dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai. Domain psikomotor; berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.

Seiring dengan perkembangan zaman, murid Bloom yang bernama Anderson merevisi hasil taksonominya pada ranah kognitif dan dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom (Rusman, 2012). Dua perubahan yang dilakukan Anderson yaitu: (1) menghilangkan kemampuan taraf 5 sintesis, menggeser kemampuan taraf 6 evaluasi menjadi taraf 5, dan memasukkan jenis kemampuan baru untuk menggantikan taraf 6 yaitu mencipta atau creating yang sebelumnya tidak ada, dan (2) mengubah nama keenam kategori, dari kata benda menjadi kata kerja.

2.1.3.4Penilaian Hasil Belajar

Proses belajar mengajar akan menghasilkan pengalaman dan kemampuan yang mencakup tiga ranah yaitu afektif, kognitif, dan psikomotik. Untuk mengukur hal tersebut diperlukan alat penilaian. Penilaian ini dapat digunakan guru dan siswa untuk mengetahui seberapa besar hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan.

(13)

Dalam Widoyoko (2012) juga disebutkan beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, baik penilaian yang menggunakan tes maupun non-tes diantaranya sebagai dasar mengadakan seleksi, dasar penempatan, diagnostik, umpan balik, menumbuhkan motivasi belajar dan mengajar, perbaikan program kurikulum dan program pendidikan, serta pengembangan ilmu.

2.1.3.5Macam-macam Bentuk Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan guru untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hal ini biasa dilakukan setelah pembelajaran itu selesai. Dari hasil tes ini guru dapat mengambil suatu keputusan.

Widoyoko (2012:45) menyimpulkan “tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek’.

Djemari dalam Widoyoko (2012:45) menyebutkan “tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan”.

Menurut Purwanto (2012:33) ”tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya, dalam jangka waku tertentu”.

Dari pendapat beberapa ahli yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan tes hasil belajar merupakan alat untuk mengukur besarnya kemampuan seseorang melalui nilai yang didapat setelah pelajaran yang diberikan guru selesai.

(14)

Tes objektif menurut Widoyoko (2012: 50) memiliki kelebihan diantaranya: Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci jawaban bahkan dapat menggunakan alat-alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner, pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain, dan dalam pemeriksaan maupun penskoran tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi baik dari segi guru maupun siswa.

Dibalik suatu kelebihan pasti ada kelemahan. Sama halnya dengan tes objektif. Kelemahan dari tes objektif menurut Widoyoko (2012:49-50) diantaranya:

Membutuhkan persiapan yang lebih sulit dari pada tes esai karena butir soal atau item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain, butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali (recalling) saja dan sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti sintesis maupun kreativitas, banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untung-untungan (guessing) dalam menjawab soal tes, dan kerjasama antar-siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Widoyoko (2012:50) memberi solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dengan cara banyak berlatih menyusun soal tes secara terus menerus sehingga semakin lama semakin terampil, menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua, dan menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif.

Secara umum tes objektif menurut Purwanto (2012:38) terdiri dari tes benar salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), dan menjodohkan (matching). Sedangkan menurut Widoyoko (2012:78) tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian (esai).

2.1.3.6IPS Sekolah Dasar

(15)

diselesaikan. Di dalam masyarakat kita akan menjumpai berbagai hal yang bermacam-macam, seperti perbedaan agama, ras atau suku, warna kulit, budaya, adat istiadat, dan sebagainya. Semuanya terangkum lengkap dalam IPS.

Menurut Trianto (2011:171) “IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya”. Susanto (2013:137) Ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Hal ini lebih ditegaskan lagi dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang menyebutkan:

IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang diintegrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, dan kegiatan dasar manusia yang berkaitan dengan isu sosial untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan.

Permendiknas No.22 Tahun 2006 menyebutkan mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

(16)

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dalam permendiknas No.22 Tahun 2006 juga disebutkan ruang lingkup mata pelajaran IPS, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, (2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, (3) Sistem Sosial dan Budaya, dan (4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Kualifikasi kemampuan minimal siswa pada pembelajaran IPS dapat kita lihat pada Standar Kompetensi (SK) yang kemudian dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dan sebagai rujukan penyusunan indikator dalam proses belajar mengajar. SK dan KD untuk mata pelajaran IPS SD kelas IV dapat dirinci dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas 4 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan

ekonomi, dan

kemajuan teknologi di lingkungan

kabupaten/kota dan provinsi

2.1Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

(17)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Suriasa, S.Pd (2009/2010) dengan judul penerapan model pembelajaran group investigation (GI) berpendekatan STM untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan kerja ilmiah siswa kelas IX D SMP N 1 Abang tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas IX D hasil belajar IPA belum memuaskan dan masih relevatif rendah yaitu dengan rata – rata kelas 57,2 dengan ketuntasan klasikal sebesar 58,8% dan rata – rata kerja ilmiah sebesar 59,4 dengan ketuntasan 55,8%. Setelah diberi tindakan dalam siklus 1 rata – rata hasil belajar dan ketuntasan klasikal berturut – turut adalah 68,21 dan 69% dengan kualifikasi belum tuntas. Pada siklus ke II rata-rata hasil belajar dan ketuntasan klasikal adalah 77,33 dan 92% dengan kualifikasi tuntas. Selain itu kinerja ilmiah siswa juga meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar siswaa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran group investigation (GI) mengalami peningkatan yang terbukti dari pra tindakan sampai siklus II.

(18)

Untari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pokok Bahasan Energi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas IV SD Negeri Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”, mengemukakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok bahasan energi. Hasil penelitian pada kondisi awal, siswa yang nilainya memenuhi KKM ada 13 siswa atau 36,11% dan siswa yang belum memenuhi KKM ada 23 siswa atau 63,89%. Pada siklus I, dengan penerapan model pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 26 atau 72,22% siswa sudah memenuhi KKM, dan 10 siswa atau 27,78% masih berada di bawah KKM. Pada siklus yang pertama ini guru mengalami kendala seperti ada beberapa siswa yang susah diatur, serta saat sesi presentasi siswa terlihat bingung dan menunggu perintah guru. Pada siklus II, peningkatan hasil belajar lebih besar lagi. Sebanyak 34 siswa atau 94,44% sudah memenuhi KKM dan hanya 2 siswa atau 5,56% yang belum memenuhi KKM.

Bertitik tolak dari hasil penelitian-penelitian yang terdahulu, meskipun dijumpai beberapa kendala dalam penerapan model pembelajaran GI namun hasil yang didapat diketahui bahwa penelitian tentang model pembelajaran GI dapat meningkatkan berbagai aspek yaitu meningkatkan hasil belajar, aktivitas belajar dan minat belajar siswa. Dalam penelitian ini juga diharapkan model pembelajaran GI berbantuan media video yang digunakan dapat membantu siswa untuk mengalami pembelajaran yang bermakna dan memudahkan siswa dalam memahami materi.

2.3 Kerangka Pikir

(19)

pembelajaran yang berlangsung didalam kelas. Suasana aktif dan menyenangkan dapat menimbulkan dampak positif bagi siswa, siswa merasa bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung, antara guru dan siswa saling berinteraksi sehingga komunikasi antara siswa dan guru dapat berjalan secara optimal.

Penerapan model Group Investigation dengan media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 3 Nambuhan dalam pembelajaran IPS, siswa lebih kritis, komunikasi, kreatif dan managemen kelompok, aktif dan inovatif, mengembangkan pemahaman siswa, keterampilan sosial, lebih fokus dalam pembelajaran, aktif dalam berfikir, mudah memahami, tidak bosan, menyenangkan dan menarik minat belajar.

Model pembelajaran ini memungkinkan interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lebih optimal, siswa akan tertarik dan berperan aktif dalam mengikuti pelajaran, sehingga menjadikan siswa lebih fokus dan tidak mudah bosan. Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan menerapkan model group investigation dengan berbantuan media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

(20)

Gambar 1. Skema kerangka berfikir

Pada Gambar 1 Tindakan yang harus diambil untuk meningkatkan hasil belajar yaitu dengan menggunakan penerapan model Group Investigation dan media video. Dalam penerapan Group Investigation siswa lebih kritis, komunikasi, kreatif dan managemen kelompok, aktif dan inofatif, mengembangkan pemahaman siswa, keterampilan sosial. Sedangkan dalam penggunaan media video siswa lebih fokus,

Group Investigation Komunikasi Kritis

Mengembangka n pemahaman siswa

Aktif dan Inofatif

Video Aktif dalam

berfikir Fokus

Tidak bosan Menyenangkan

Keterampilan sosial Kreatif dan managemen

kelompok

Mudah memahami

Menarik minat belajar

(21)

aktif dalam berfikir, mudah memahami, tidak bosan, menyenangkan, dan menarik minat belajar.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

a. Penerapan Group Investigation berbantuan media video untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2014/2015 dengan cara mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok – kelompok penelitian, merencanakan investigasi dalam kelompok, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, dan mempresentasikan laporan akhir, evaluasi.

Gambar

Tabel 2  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 1. Skema kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi Tipikal Kerusakan Pile Saat Gempa Besar Terjadi (Antonio

Dalam penentuan tinggi muka air laut pada penelitian penelitian ini dilakukan relatif terhadap titik base , sehingga model separasi sederhana tidak dipakai dalam

5 : Apabila anda sangat setuju dengan atribut dari dimensi pelayanan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Propinsi Sumatera Utara. Contoh

Berdasarkan penilaian terendah tanggapan responden pada item pernyataan KPM mengenai kepercayaan responden akan kebutuhan yang terpuaskan dan terpenuhi oleh Yamaha

and also perceived quality has a significant direct effect on purchase intention of Yamaha Mio in Surabaya partially.The result showed that insignificant influence of brand

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mencegah timbulnya efek atau dampak dari pencemaran oleh gas metana, salah satunya yang dapat dengan mudah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi civitas akademik dan dapat memperkaya konsep atau teori

Pemanasan global yang memicu anomali iklim. Sederhananya, iklim menyim-pang dari biasanya. Penyimpangan iklim ini terus meningkat, baik seringnya, gawat-nya, maupun lamanya. Namun