• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Matematika merupakan mata pelajaran yang sarat akan kebutuhan dalam hidup, diantaranya dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan. Matematika sebagai sarana pendidikan berperan dalam kegiatan manusia yang didapat dari proses berpikir, bukan didapat dari hasil eksperimen. Menurut Johnson dan Rising seperti dikutip oleh A. Ismunamto, matematika adalah pola pikir, ide, suatu seni, bahasa, dan pengetahuan (2011: 2-3). Singkatnya, matematika lebih berperan dalam membentuk aspek kognisi.

Seorang ahli bernama James yang dikutip oleh A. Ismunamto, mengungkapkan bahwa hakikat matematika ialah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya (2011: 6). Senada dengan itu, Suhendri (2011: 32) menyatakan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, bangun, hubungan antarkonsep, dan logika dengan penggunaan simbol atau bahasa lambang dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Jadi, matematika merupakan ilmu logika yang mempelajari tentang bilangan, bentuk, bangun, susunan, dan besaran sehingga saling terhubung untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Matematika berperan penting pada pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Penggunaan TIK dalam proses pembelajaran dapat memajukan daya pikir peserta didik (Muchamad Arif dan Medika Risnasari, 2016: 49). Peserta didik dapat lebih aktif dalam belajar mengambil tanggung jawab yang lebih besar seperti mencari informasi, mengolah informasi, membuat kesimpulan, mempraktikkan, dan untuk kemudian diterapkan.

(2)

pembelajaran (Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Pemanfaatan TIK dimaksudkan bukan agar peserta didik memiliki pengetahuan teknis mengenai TIK melainkan peserta didik dapat menggunakannya sebagai media untuk mendukung proses pembelajaran. Media pendukung proses pembelajaran dapat merujuk pada semua jenis kalkulator, komputer, smartphone, akses Internet, dan sumber lain yang digunakan dengan memanfaatkan TIK. Terbukti bahwa media pendukung tersebut marak beredar dan dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran, sehingga penggunaan media klasik dengan memanfaatkan kertas dan alat tulis kini mulai ditinggalkan, namun tidak hilang.

TIK merupakan suatu hal yang tidak asing lagi, bahkan bagi peserta didik usia Sekolah Dasar (SD). SD diharapkan menggunakan TIK untuk keperluan pembelajaran sebagai bentuk penyelesaian masalah dan penafsiran solusinya (Rudi Susilana dan Cepi Riyana, 2009: 6). Namun pada pelaksanaannya, penggunaan TIK di SD masih menjadi sebuah permasalahan yang menyebabkan penggunaannya dalam belum optimal dalam pembelajaran matematika. Permasalahan dalam pembelajaran matematika SD umumnya peserta didik dapat menghafal konsep yang dibelajarkan oleh guru namun peserta didik kurang memaksimalkan penggunaan konsep tersebut jika menemui kendala atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik kurang memahami masalah yang sedang dihadapi dan kurang mampu merumuskannya. Permasalahan pada umumnya yaitu terletak pada kemampuan berhitung peserta didik yang kurang maskimal.

(3)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 6 guru di SD Negeri Tegalrejo 01 Salatiga dalam pembelajaran matematika ditemukan bahwa guru: menguasai materi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik, memotivasi peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran matematika, memaksimalkan penggunaan buku teks dan menyertakan sumber-sumber lainnya terkait materi pembelajaran sebagai sumber informasi, memberikan tugas secara terstruktur kepada peserta didik di dalam maupun di luar kelas, memberi respon berupa penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik, mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran, dan menggunakan media TIK sebagai sarana penyampaian informasi kepada peserta didik. Penggunaan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memang sudah optimal dalam pembelajaran matematika, namun terkait penggunaan TIK yang berpusat pada peserta didik dalam pembelajaran matematika belum maksimal. Peserta didik juga belum diberi kesempatan penuh untuk memanfaatkan fasilitas terkait penggunaan TIK dalam pembelajaran matematika.

Hasil studi pendahuluan di atas dapat disimpulkan bahwa guru sudah memaksimalkan segala bentuk penyampaian informasi kepada peserta didik dalam pembelajaran matematika. Namun jika dilihat dari perspektif peserta didik, kegiatan pembelajaran kolaboratif berbasis TIK belum interaktif. Menyikapi realita tersebut, maka dipandang perlu untuk penulis memberikan kontribusi dalam membantu peserta didik memanfaatkan TIK sebagai fasilitas yang dapat membantu menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan.

(4)

ataupun tablet. Kini guru dapat menciptakan, menggunakan, dan memanfaatkan TIK dalam membuat dan/atau menggunakan bahan ajar atau materi pembelajaran dalam proses pembelajaran (Setyarini Purnamasari, 2016: 169-170).

Menurut Imam Abdillah (2014: 43), bahan ajar atau materi pembelajaran yang dirancang akan lebih menarik jika disajikan dengan sentuhan multimedia. Multimedia yang ada saat ini berkembang semakin sempurna dengan dukungan grafis (seperti: warna, bidang, bentuk, komposisi, dan interaktifitas atau link) dan bahasa pemrograman. Dukungan tersebut dapat disajikan dalam bentuk-bentuk penyampaian informasi berupa teks, gambar/grafik, audio, video, dan animasi (gambar bergerak) sehingga lebih interaktif untuk peserta didik. Kelebihan dari penggunaan bahan ajar atau materi pembelajaran berupa multimedia interaktif diantaranya dapat menarik minat peserta didik dibandingkan dengan media klasik seperti menggunakan kertas dan alat tulis (Mursyid Yunus, 2015: 59).

(5)

Memperhatikan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika SD, maka penulis bermaksud mengembangkan produk Multimedia Interaktif Android (MITRA) untuk dapat memperbaiki kualitas pembelajaran tersebut dengan menawarkan penggunaan smartphone dalam pembelajaran matematika. Peserta didik diijinkan memakai smartphone guna mengarahkan penggunaannya kepada aktifitas peserta didik yang hidup, sarat nilai, dan memiliki tujuan yang positif yaitu menciptakan pembiasaan yang baik kepada peserta didik dalam memanfaatkan TIK. Namun, juga perlu pemantauan agar dalam pembelajaran matematika dapat berjalan dengan sebagaimana tujuan dimaksud dalam kurikulum yang berlaku.

Produk multimedia interaktif yang didesain menggunakan Adobe Flash sebenarnya sudah banyak dibuat dan hasilnya sangat menarik peserta didik untuk belajar dan/atau menggunakannya. Penggunaan produk multimedia interaktif yang telah ada perlu dikembangkan untuk menjawab kebutuhan guru dalam mengajar matematika dengan memanfaatkan TIK dalam proses pembelajarannya. Perbedaan yang ada pada MITRA yaitu walaupun dikembangkan menggunakan Adobe Flash namun format yang disajikan bukan .swf melainkan .apk karena khusus digunakan pada

smartphone dengan operating system Android. MITRA juga lebih

cenderung kepada manipulatif fisik. Artinya, pengembangan MITRA ini bukan untuk mengajari peserta didik melainkan sebagai media elektronik yang dapat mengungkap ide-ide peserta didik dalam pembelajaran matematika untuk menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). MITRA sebagai media elektronik dapat diaplikasikan dan menjadi alternatif strategi pembelajaran dengan menggunakan smartphone di dalam pembelajaran matematika.

(6)

terhadap pemecahan masalah matematika SD. Selain bersifat interaktif, pengembangan MITRA ini nantinya akan digunakan sebagai bahan ajar atau materi pembelajaran yang secara khusus dikembangkan untuk menguji keefektifitasan dalam proses pembelajaran matematika. Pengembangan MITRA sebagai bahan ajar atau materi pembelajaran didalamnya terdapat materi pecahan matematika SD sehingga lebih spesifik membantu peserta didik reflek berpikir cepat, mengontrol emosi, tidak melakukan kecurangan (supportive), dan kreatif dalam mengatur strategi.

Keistimewaan MITRA, yaitu terdapat model pembelajaran yang menjadikan MITRA semakin strategis dan inovatif jika digunakan di dalam pembelajaran matematika, yaitu model pembelajaran problem solving. Model pembelajaran problem solving merupakan prosedur pembelajaran yang secara keseluruhan membuat peserta didik termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran tersebut sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi (Henny Johan, 2012: 140). Penggunaan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dalam pembelajaran matematika dapat menjawab kebutuhan peserta didik karena peserta didik akan terlibat aktif dengan menggunakan smartphone sehingga masalah pecahan dapat terpecahkan.

Perpaduan antara MITRA dengan model pembelajaran problem solving dapat menyesuaikan dengan karakteristik dari kompetensi yang diajarkan. Susunan Kompetensi Dasar (KD) dalam materi pecahan pada mata pelajaran matematika masih dapat berubah-ubah, namun secara prinsip konten kompetensi tidak begitu jauh menyimpang. Sejalan dengan realita tersebut, maka dilakukan “Pengembangan Model Pembelajaran MITRA Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD”.

1.2 Identifikasi Masalah

(7)

1. Penggunaan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memang sudah optimal dalam pembelajaran matematika, namun terkait penggunaan TIK yang berpusat pada peserta didik dalam pembelajaran matematika belum maksimal.

2. Peserta didik dapat menghafal konsep yang dibelajarkan oleh guru namun peserta didik kurang memaksimalkan penggunaan konsep tersebut jika menemui kendala atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik kurang memahami masalah yang sedang dihadapi dan kurang mampu merumuskannya

3. Ketertarikan peserta didik terhadap TIK saat ini sangat besar dan seakan-akan menjadi ketergantungan hingga sulit untuk dihindari, sehingga peserta didik kehilangan waktu belajar mereka karena asyik dengan perangkat teknologinya, seperti bermain smartphone ataupun tablet.

4. Penggunaan smartphone di SD dalam rangka pembelajaran belum dilaksanakan.

5. Penggunaan multimedia interaktif dengan operating system Android belum diterapkan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka fokus permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD?

2. Seberapa tinggi tingkat validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat ahli?

(8)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengembangkan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving dalam pemecahan masalah matematika SD.

2. Mengetahui tingkat validitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat ahli.

3. Mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving menurut pendapat peserta didik SD.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan kontribusi berupa model pembelajaran MITRA berbasis problem solving.

2. Bagi guru: Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

3. Bagi kepala sekolah: Penelitian ini bermanfaat bagi Kepala Sekolah dalam menyusun program peningkatan kompetensi guru dalam memanfaatkan TIK.

1.5 Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan dalam Research and Development (R&D) ini adalah model pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD yang dilengkapi:

1. Silabus Matematika Kelas 4 SD.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Produk model pembelajaran MITRA berbasis problem solving disajikan dalam bentuk aplikasi dengan format .apk

4. Smartphone dengan operating system Android.

Referensi

Dokumen terkait

pada variabel kepemimpinan sebagian besar responden sebesar 37 orang (61,7%) menilai kepemimpinannya efektif, komitmen kerja sebagian besar responden menunjukkan

Penelitian ini menggunakan primer dengan responden adalah petani karet sebanyak 40 orang, dari hasil penelitian diperolah hasil secara bersama – sama luas lahan, jumlah tanaman,

Lembaga keuangan di luar Bank memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi. serta persyaratan kredit yang dianggap memberatkan, dan akad kredit

Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana. bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return Saham, artinya pengujian ini menunjukkan bahwa

Penulis juga menyadari bahwa apapun metodologinya tetap memiliki keterbatasan, seperti yang dinyatakan Dedy Mulyana (2000:18) bahwa Suatu persepektif bersifat

Terdiri dari pengaruh return on equity, current ratio, dan price to book value terhadap return saham secara parsial. Variabel dependen dalam pengujian ini adalah return saham,

Hasil analisis dari tabel 4.14 diketahui bahwa pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak, pengujian hipotesis ini yaitu jika t