324
Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan
IDENTIFIKASI LEGUM LOKAL DI PULAU TIMOR YANG
BERPOTENSI DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PANGAN
LOKAL
Oleh
Dhanang Puspita
1,2, Sarlina Palimbong
1, Binerd Toy
2, Soenarto Notosoedarmo
21.
Teknologi Pangan FKIK Universitas Kristen Satya Wacana-Salatiga
2.
Magister Biologi Universitas Kristen Satya WacanaSalatiga
Email:dhanang.puspita@staff.uksw.edu
ABSTRAK
Legum atau kacang-kacangan adalah makanan utama setelah serealia. Kandungan protein yang tinggi menjadikan legum sebagai sumber protein nabati yang potensial, Di Pulau Timor – Provinsi Nusa Tenggara Timur ditemukan beragam jenis legum lokal,baik yang dibudidayakan atau tumbuh liar. Tujuan dari penelitian ini adalah menginventaris legum lokal di Pulau Timor yang berpotensi dalam pengembangan pangan lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan inventarisasi legum lokal yang dijual di pasar dan disimpan oleh penduduk lokal. Hasil penelitian diperoleh ada 27 jenis legum lokal dan 4 di antaranya beracun. Penduduk lokal sudah bisa mengolah kacang beracun menjadi bahan pangan dengan cara merebus sebanyak 12 kali. Pemanfaatan legum lokal saat ini hanya sebatas dibuat jagung bose dan sayur. Belum ada inovasi pemanfaatan legum lokal menjadi pangan lokal sebagai peningkatan nilaitambah.
Kata kunci: jagung-bose, legum, pangan, Timor.
ABSTRACT
Legum or beans are the main food after cereals. High protein content makes legum as a potential source of vegetable protein. In Timor Island - East Nusa Tenggara Province there are various types of local legums, whether cultivated or growing wild. The purpose of this research is to identify local legums on Timor Island that have potential in the development of local food. The method used in this research is with the inventory oflocal legums sold in the market and kept by local peoples. The results obtained there are 27 types of local legums and 4 of them are toxic. Local peoples have been able to process toxic beans into food by boiling as many as 12 times. Utilization of local legum is currently limited to bose corn and vegetable. There has been no innovation in utilizing local legums into local food as an increase in addedvalue.
Key words: food, jagung bose, legum, Timor.
PENDAHULUAN
Legum atau kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati. Order (2009),
mengatakan legum mengandung protein 18 – 36%, karbohidrat, fosfor, besi, kalsium
danvitamin (A, B, C, dan D); serat 3,3 – 18,3%, dan senyawa bioaktif seperti asam
linoleat, isoflavon, asam fenolik, saponin, asam fitat, dan senyawa polifenol (Bahadoran,
325
hingga 40 – 69%. Nutrisi dalam legum tentu sangat berarti bagi negara-negara yang
mengalamikesulitan pangan, musim paceklik, dan penduduknya mengalami malnutrisi.
Oleh sebab itu perlu ditingkatkan pemanfaatan legum di seluruh dunia. Anonymous
(1979), menambahkan bahwa kurang dari 20 spesies yang dimanfaatkan secara luas,
lainnya belum banyak ditangani, bahkan mungkin ada yang belum diidentifikasi.
Meskipun demikian terdapat legum tertentu yang mengandung racun, baik
terhadap ternak maupun manusia. Secara alamiah racun ini penting bagi legum untuk
menghadapi predator herbivora (Khorkhar, 1986), dan Khumar (1981). Racun ini berupa
senyawa flavonoid, alkaloid, asam amino non protein, yang dapat terdistribusi ke seluruh
bagian tanaman. Untuk ini berbagai cara tradisional telah berhasil mengatasinya.
Biji legum merupakan bahan pangan yang sering dicampurkan dengan jagung
untuk dijadikan makanan pokok secara turun temurun di Pulau Timor-NTT (Nusa
Tenggara Timur). Kadang-kadang dijadikan camilan, setelah direbus atau digoreng,
ataupun dijadikan sayur. Kini makanan pokok sudah bergeser ke arah nasi, sedangkan di
beberapa tempat, misalnya di Desa Binaus masih ditemui campuran jagung dan legum
sebagai makanan pokok. Secara umum provinsi NTT termasuk kawasan dengan
permasalahangiziburuk. Permasalahan ini terutama disebabkan kuantitas dan kualitas
pangan yang kurang dan infeksi penyakit. Selama ini spesies legum yang dimanfaatkan
adalah spesies lokal, sebagian kecil datang dari luar. Oleh karena itu peran legum sangat
penting dalam perbaikan gizi buruk, terutama kaitannya dengan konsumsi pangan
keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kacang-kacangan lokal
yang ada di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berpotensi dalam
pengembangan inovasi panganlokal.
METODE
Penelitian ini dilakukan di Desa Binaus, Kecamatam Mollo Tengah, Kabupaten
Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Waktu penelitian pada bulan
Agustus – September 2016, saat musim kemarau. Bahan penelitian berupa
kacang-kacangan lokal yang diperoleh di pasar tradisional, khususnya untuk jenis yang bernilai
ekonomis. Kacang jenis lain diperoleh di rumah-rumah penduduk. Di tempat ini juga
dilakukan wawancara namalokal, tempat diperoleh, budidaya, cara mengolah/memasak,
kandungan racun, dan pendokumentasian.
326
Sebanyak 27 jenis biji kacang-kacangan (leguminoseae) berhasil diinventaris. Di
antara jenis tersebut ada jenis yang sudah sangat umum dijual-belikan, sedangkan lainnya
relatif sangat murah dan biasanya tidak diperjual-belikan.
Tabel 1. Daftar kacang lokal yang ditemukan di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. No NamaLokal
(NamaIlmiah) Pengolahan KeteranganTambahan Gambar 1 ArbilaBeracun
- Tumbuh saat musim hujan di hutan/kebun - Dipanen setelah musim
panen jagung (kemarau) - Panen saat kulit kacang
sudah kering
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 5.000/kg 3 Arbilahitam/k
- Tumbuh saat musim hujan di hutan/kebun - Dipanen setelah musim
panen jagung (kemarau) - Panen saat kulit kacang
sudah kering
- Tumbuh saat musim hujan di hutan/kebun - Dipanen setelah musim
panen jagung (kemarau) - Panen saat kulit kacang
sudah kering - Harga jual Rp.
327
- Tumbuh saat musim hujan di hutan/kebun - Dipanen setelah musim
panen jagung (kemarau) - Panen saat kulit kacang
sudah kering
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 5.000/kg 7 Arbilaloreng/k
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 5.000/kg 8 Arbillapohon/
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
328
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 5.000/kg 10 Arbilaungu/
kotobe
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 5.000/kg 11 Arbilawangi/k
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 5.000/kg 12 Kacangbuncis Konsumsi
sebagai sayuran
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan (bisa 2x dlm setahun) - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri atau dijual Rp.5.000/kg 13 Kacang Hijau Konsumsi
dengan cara
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan (bisa 2x dlm setahun) - Panen bersamaan dgn
329
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri atau dijual dgn harga Rp. 20.000/kg untuk sup. Bisa diolah untuk perkadel.
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri atau dijual dgn harga
Rp.5.000/kg yg dimasak jadi nasi kacang
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 10.000/kg 16 Kacangnasiput yg dimasak jadi nasi kacang
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri dan kalau dijual Rp. 10.000/kg 17 Kacangpanjan kulit arinya lalu dikeringkan dan digoreng untuk jemilan
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
330
18 Kacangpanjan g local loreng
Konsumsi kulit arinya lalu dikeringkan dan digoreng untuk jemilan
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri ataupun dijual dgn harga Rp. 5.000/kg kulit arinya lalu dikeringkan dan digoreng untuk jemilan
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri ataupun dijual dgn harga Rp. 5.000/kg kulit arinya lalu dikeringkan dan digoreng untuk jemilan
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Dikonsumsi sendiri ataupun dijual dgn harga Rp. 5.000/kg
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen sesudah panen
jagung - Disukai
- Di konsumsi sendiri atau dijual dgn harga
331
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen sesudah panen
jagung - Disukai
- Di konsumsi sendiri atau dijual dgn harga
tergantung musim berkisar Rp. 10.000 – Rp. /jagung bose yg dimasak
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen sesudah panen
jagung - Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri ataupun dijual Rp. 5.000/kg /jagung bose yg dimasak
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen sesudah panen
jagung - Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri ataupun dijual Rp. 5.000/kg
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
332
26 Preimerah/bab e mtasa
Konsumsi dengan cara dicampur dengan jagung yg dimasak
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri
27 Preiputih/babe muti
Konsumsi dengan cara dicampur dengan jagung yg dimasak
- Tdk beracun - Ditanam
- Ditanam saat musim tanam jagung secara bersamaan - Panen bersamaan dgn
jagung atau sesudah panen jagung
- Disukai
- Jarang dijual krn dikonsumsi sendiri
Kedudukan taksonomi
Dari 27 jenis biji tersebut, belum semua diketahui secara pasti taksonnya.
Beberapa yang sudah dikenal kedudukannya, antara lain:Arachis (A. hypogaea), Phaseolus
(P. Radiatus, P. vulgaris), Psophocarpus (P. tetragonologus), Dolichos spp, Vigna (V.
sinensis). Kacang-kacangan yang lain perlu dideterminasi. Langkah ini perlu dilakukan
untuk memastikan nama ilmiah spesiesnya, atau bahkan mungkin ada takson “baru‟ di
dunia taksonomi.
Dengan diketahuinya nama ilmiahnya, maka terbukalah semua informasi tentang
tumbuhan yang bersangkutan. Selanjutnya, pemanfaatannya dapat dioptimalkan.
Sebaliknya, yang belum ditemukan membuka peluang untuk menambah khasanah
keanekaragaman hayati kacang-kacangan yang telah ada di Indonesia; mungkin ditakson
marga atau infra-spesies yang lain. Dengan adanya keanekaragaman yang tinggi, terbuka
peluang untuk terjadi persilangan alami.
Budidaya dan manfaat
Sebagian besar jenis legum yang diperolehmerupakan hasil budidaya. Jenis ini
biasanya ditanam bersama tanaman pokok jagung. Selain jenis yang dibudidayakan, ada 4
jenis yang masih tumbuh liar. Tampaknya jenis ini tidak dibudidayakan karena bijinya
beracun. Racun pada legum adalah senyawa alami yang disebut dengan antinutrisi. Menurut
Onder (2009), beberapa senyawa antinutrisi dalam legum seperti HCN, fenol, saponin, asam
amino beracun (dehidroksifenilalanin/DOPA). Pos Kupang (1 Agustus 2009),
333
meninggal dunia dan 3 warga kritis.Antinutrisi pada legum dapat dihilangkan melalui
pengolahan seperti perebusan, perebusan bertekanan, sangrai, direndam bahan kimia,
dikecambahkan, dan difermentasi (Khokhar, ---). Jenis biji legum beracun(1, 3, 4, dan 5)
kurang disukai dan nilai ekonomisnya rendah Rp 4.000,00/ kg. Walaupun demikian, jenis
kacang ini tetap dapatdimanfaatkan sebagai pupuk hijau, penutup tanah, dan pestisida alami.
Dalam penyajian kebanyakan (20 jenis) legum disajikan dengan cara direbus
bersama jagung atau dimasak dengan dedaunan lain sebagai sayuran. Jenis legum yang
dicampurkan dipengaruhi oleh musim panen, jenis yang ditanam, rasa, dan kesukaan. Pola
makan seperti ini telah berlangsung dari generasi ke generasi, sehingga secara keseluruhan
menganekaragamkan pangan Indonesiasekaligus meningkatkan ketahanan pangan. Sajian
tradisional ini masih dapat ditampilkan lebih menarik dengan cara memodifikasi masakan
dan penyajiannya sehingga berpeluang diangkat sebagai kuliner keunggulan nasional.
Pada Tabel 1 terlihat kacang hijau memilikinilai ekonomis tertinggi Rp 20.000,00/
kg, disusul kacang tanah dan nasi Rp 10.000,00 – Rp 20.000,00/ kg, sedangkan legum lain
berkisar Rp 4.000,00 - Rp 5.000,00/ kg. Kacang hijau didatangkan dari luar pulau karena
penduduk belum bisa membudidayakan, keadaan serupa mirip dengan kacang tanah. Jenis
kacang lainnya sangat umum ditanam. Untuk legum lain, masih perlu dicoba
penanamannya, sementara di teliti kecocokan tanah dan iklimnya.
Makanan pokok masyarakat setempat, seperti di kebanyakan masyarakat di Pulau
Timor adalah jagung bose. Jagung bose (jagung lokal dengan ukuran biji relatif kecil)
adalah bahan utama, bersama kacang-kacangan dimasak dalam satu wadah. Menurut
Dinas Ketahanan Pangan NTT, setiap 100 gr jagung bose terdapat karbohidrat 29,27 gr,
protein 5,79 gr, dan lemak 4,97 gr.
Gambar 1. Olahan jagung bose
Cara pengolahan ini dapat mengurangi nutrisi dalam makanan. Jagung bose
dikatakan matang apabila jagung sudah lunak. Untuk menjadi lunak, jagung perlu direbus
hingga 1 jam. Kandungan protein dalam kacang rusak jika terlalu lama terpapar panas
334
penurunan nilai nutrisi seperti protein, vitamin, dan mineral. Beberapa keuntungan
pengolahan legum yakni lebih awet, nilai gizi tidak hilang, produk lebih variatif, dan nilai
ekonomis lebih tinggi. Bermacam proses pengolahan legum bisa dilihat dalam Gambar 2.
Gambar 2. Pemanfaatan jenis-jenis legum menjadi berbagai olahan pangan.
Legum memiliki karakteristik komposisi proksimat berbeda pada setiap spesies.
Karakteristik ini menentukan produk pangan apa yang akan dibuat. Belum adadata
proksimat setiap legum yang ada di Pulau Timor sehingga belum bisa dipastikan secara
spesifik potensi produk apa yang hendak dibuat dari legum lokal tersebut.
Legum dapat dijadikan pangan fungsional baik untuk penanganan gizi buruk
ataupun penyakit tidak menular.Omowaye et al (2015) mengatakan, legum baik sebagai
makanan bagi penderita diabetes militus karena indek glikemiknya rendah dan
mengandung antioksidan. Legum lokal yang ada di Pulau Timor berpotensi sebagai bahan
pangan, pemenuhan gizi, dan nutrisi bagi penderita berbagai penyakit.
Legum
- Mie
- Past
- Es k low
- Produk ekst - Minuman
fungsional
- Spageti
- Roti tinggi serat
- Sosis
- Sponge cake
- Snack bars
- Sari kacang - Roti
- Cookies
- yogurt
- keripik
- kerupuk
- Sosis - Keju
- Es krim
- Puding
- Bubur bayi
- Susu nabati
- Tahu Legum
protein
Legum
335
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan, di Pulau Timor ditemukan ada 27 jenis legum lokal dan
ke-4 diantaranya beracun. Penduduk lokal sudah memiliki pengetahuan untuk mengatasi legum yang
beracun dengan cara perebusan sebanyak 12 kali. Pemanfaatan legum di Pulau Timor sebagian
besar digunakan untuk campuran jagung bose. Belum ada upaya inovasi pangan lokal berbasis
legum lokal yang berasal dari PulauTimor.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1979. Tropical Legums; Resources for the Future. National Academic of Science. Washington.
Bahadoran, Z. Mirmiran, P. 2015. Potential Properties of Legums as Important Functional Foods for Management of Type 2 Diabetes: A short review. International Journal of Nutrition and Food Sciences 4(2-1): 6-9
Dabrowski, W.M. & Z.E. Sikorski .(ADS.). 2005. Toxins in Food. CRC Press LLC. New York.
Mooris, Brad. 2003. “Legum” Encyclopedia of Food and Culture. Charles Scribner&Sons. New York.
Khorkhar, S, dan Chauchan, B.M. 1986. Antinutritional Factors in Moth Bean (Vigna aconitifolia) Variated differences and Effect of Method of Domestic Processing and Cooking. Journal of Food Science 51 (3), 591 – 594.
Khorkhar, S, Apenten, R.K.O. ----. Antinutrional Factors in Food Legums and Effects of Proccesing. The Role of Food, Agriculture, Forestry and Fisheries an Human Nutrition. Vol.IV.
Onder, M. Kahraman, A. 2009. Antinutritional Factors in Food Grain Legums.
International Syposium on Sustainable Development, June 9-10 2009, Sarajevo.
Omowaye, A.B.I.O, Tucker, G.A. Smentanska. 2014. Nutritional potential of nine underexploited legums in Southwest Nigeria. International Food Research Journal 22(2): 798-806.