• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik - Prarancangan Pabrik Etil Asetat Dari Etanol Dan Asam Asetat Dengan Reactive Distillation Kapasitas 20.000 Ton/Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik - Prarancangan Pabrik Etil Asetat Dari Etanol Dan Asam Asetat Dengan Reactive Distillation Kapasitas 20.000 Ton/Tahun"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Etil asetat merupakan salah satu jenis solvent atau pelarut yang memiliki

rumus CH3COOC2H5. Cairan jernih tak berwarna dan berbau harum atau khas ini

mempunyai beberapa sifat antara lain larut dalam khloroform, alkohol serta eter,

mempunyai titik didih sebesar 77oC dan berat jenis 0,8945 gr/ml (25oC)

Di Indonesia, etil asetat memiliki pasar yang cukup luas seperti industri

tinta cetak, cat dan thinner, PVC film, industri farmasi, dan sebagainya. Kendati

industri yang menggunakan bahan baku etil asetat di dalam negeri dewasa ini

sedang kurang menggairahkan, namun di masa mendatang diperkirakan

mempunyai prospek yang cukup baik.

Etil asetat di Indonesia diproduksi oleh PT Indo Aciditama Chemical

Industri Solo, Jawa Tengah dan PT Showa Esterindo Industries Merak, Jawa

Barat. Karena kebutuhan etil asetat di dalam negeri semakin meningkat,

sedangkan hanya ada dua produsen etil asetat maka kami merancang pendirian

pabrik etil asetat ini di dalam negeri. Pendirian pabrik etil asetat ini didasari oleh

pertimbangan-pertimbangan berikut :

a. Dapat memenuhi kekurangan kebutuhan etil asetat dalam negeri

b. Membuka lapangan kerja baru, sehingga menurunkan tingkat

(2)

commit to user

2

c. Mendukung usaha pemerintah dalam pengembangan industri kimia yang

menggunakan etil asetat sebagai bahan baku

d. Menghemat devisa negara karena mengurangi beban impor.

I.2 Kapasitas Perancangan

Dalam menentukan kapasitas rancangan pabrik perlu melihat kapasitas

minimum atau sama dengan kapasitas pabrik yang sudah ada. Selain itu,

penentuan kapasitas juga harus mendekati kebutuhan dalam negeri akan produk

yang dihasilkan.

Penentuan kapasitas pabrik etil asetat berdasar atas

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Kebutuhan / pemasaran produk

Kebutuhan etil asetat dalam negeri selama ini sebagian masih diimpor dari

luar negeri. Impor etil asetat ini didatangkan dari banyak negara. Namun

dalam beberapa tahun terakhir jumlah terbesar dipasok dari beberapa negara

saja antara lain Jepang, Korea, Taiwan dan Singapura. Perkembangan impor

etil asetat di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel I.1 Impor Etil Asetat di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2009-2012)

Tahun Jumlah (ton)

2009 7.936,195

2010 10.054,766

2011 17.171,801

(3)

commit to user

3

Gambar I.1 Grafik Impor Etil Asetat di Indonesia (BPS, 2009-2012)

Bila dilakukan pendekatan linier, akan diperoleh persamaan:

y = 7814,09x – 1,5E+06 (I–1)

Berdasarkan persamaan (I-1) diperkirakan pada tahun 2017 Indonesia

membutuhkan tambahan etil asetat sebesar 67.493,22 ton/tahun.

2. Ketersediaan bahan baku

Ketersediaan bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan proses suatu

pabrik. Bahan baku pembuatan etil asetat terdiri dari etanol dan asam asetat

menggunakan katalis resin aktif amberlyst 35 wet. Bahan baku etanol

diperoleh dari PT Molindo Raya Industrial di Malang dengan kapasitas

produksi 50.000 kL/tahun, asam asetat diperoleh dari PT Indo Acidatama Tbk

(Solo) dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun (PT Indo Acidatama,

2012).

2008 2009 2010 2011 2012 2013

(4)

commit to user

4 3. Kapasitas minimum

Kapasitas minimal pabrik yang layak berdiri dapat diketahui dari kapasitas

pabrik-pabrik yang telah ada. Berikut ini pabrik etil asetat yang ada di dunia

beserta kapasitasnya.

Tabel I.2 Kapasitas Produksi Etil Asetat di Berbagai Negara (Dutia, 2004)

Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas

(ton/tahun)

Aliachem Pardubice, Czech Republic 12000

Atanor Buenos Aires, Argentina 10000

BP Chemicals Hull, UK 220000

Celanese La Cangrejera, Mexico 92000

Pulau Sakra Singapura 60000

Chiba Ethyl Acetate Ichihara, Jepang 50000

Eastman Kingsport, Tennessee, US 27000

Longview, Texas, US 32000

Ercros Tarragona, Spain 60000

International Ester Ulsan, Korea Selatan 75000

Jubilant Organsys Gajraula and Nira, India 32000

Korea Alcohol Industrial Ulsan, Korea Selatan 25000

Kyowa Hakko Kogyo Yokkaichi, Jepang 40000

Laxmi Organic Industries Mahad, India 35000

Rhodia Brasil Paulinia, Brazil 100000

Sasol Secunda, Afrika Selatan 50000

Shandong Jinyimeng Chemical Shandong, Cina 80000

Shanghai Jinyimeng Chemical Wujing, Cina 30000

(5)

commit to user

5

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan kapasitas pabrik di

atas, maka ditetapkan kapasitas pabrik etil asetat 20.000 ton/tahun, yang

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga dapat mengurangi

beban impor.

I.3 Pemilihan Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam

perancangan pabrik. Lokasi pabrik harus dapat memberikan keuntungan jangka

panjang dan menjamin kelangsungan pabrik untuk terus beroperasi. Kawasan

industri Gresik, Jawa Timur dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik berdasarkan

pertimbangan beberapa faktor, yaitu (Peters and Timmerhaus, 1991) :

a. Lokasi sumber bahan baku

b. Pemasaran produk

c. Transportasi

d. Utilitas

e. Tenaga kerja

f. Ketersediaan lahan yang

memadai

g. Iklim

h. Komunikasi

i. Kebijakan pemerintah

(6)

commit to user

22

I.3.1 Lokasi sumber bahan baku

Lokasi sumber bahan baku merupakan hal yang paling utama dalam

pengoperasian suatu pabrik. Bahan baku asam asetat diperoleh dari PT Indo

Acidatama Tbk (Solo), etanol diperoleh dari PT Molindo Raya (Malang), dan katalis

resin amberlyst-35 wet diperoleh dengan mengimpor dari Rohm and Haas Company.

I.3.2 Pemasaran produk

Pemilihan lokasi pendirian pabrik di Gresik dapat mempermudah pemasaran

untuk industri dalam negeri maupun luar negeri, karena kota Gresik dilalui jalur

Pantura yang menghubungkan Gresik-Surabaya. Jawa Timur juga memiliki banyak

industri kertas (PT Kertas Leces (PERSERO) Integrated Pulp and Mill di

Purbolinggo dan Surabaya), industri tinta cetak, tiner, dan cat (PT Warnatama

Cemerlang di Gresik, Jawa Timur) serta industri lem perekat (perusahaan Meddha

Sidha di Surabaya, Jawa Timur) yang menggunakan etil asetat untuk menunjang

proses produksi. Selain itu, pendirian pabrik etil asetat di Gresik, Jawa Timur

dapat mendorong pendirian industri-industri lain yang memerlukan etil asetat

sebagai bahan baku.

I.3.3 Transportasi

Ketersediaan transportasi sangat mendukung distribusi produk dan bahan

baku baik melalui laut maupun darat. Daerah yang dijadikan sebagai lokasi pabrik

harus mempunyai fasilitas transportasi yang memadai dan biaya transportasi dapat

ditekan sekecil mungkin. Daerah Gresik cukup ideal untuk transportasi laut

(7)

commit to user

23

fasilitas transportasi lengkap (jalur kereta api, jalan darat, bandara, dan pelabuhan)

sehingga sangat memadai untuk pemasaran di luar pulau maupun untuk ekspor.

I.3.4 Utilitas

Lokasi pendirian pabrik hendaknya dekat dengan sumber air dan sumber

bahan bakar untuk mendukung penyedian air, pengadaan bahan bakar dan listrik.

Kebutuhan air diperoleh dari PT Petrokimia Gresik, sedangkan kebutuhan listrik

diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara.

I.3.5 Tenaga kerja dan tenaga ahli

Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten dengan kepadatan

penduduk yang tinggi di Indonesia, sehingga masalah penyediaan tenaga kerja

mulai dari tenaga kasar sampai tenaga ahli diharapkan mudah terpenuhi. Jumlah

pencari kerja berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gresik pada

Tahun 2011 sebanyak 2.906 (laki-laki dan perempuan). Persentase yang terbesar

adalah tamat SLTA (37,58 persen), berikutnya 34,65 persen adalah tamat sekolah

kejuruan, dan ketiga 15,76 persen yang tamat sarjana.

I.3.6 Ketersediaan lahan yang memadai

Pabrik yang didirikan harus jauh dari pemukiman penduduk dan tidak

mengurangi lahan produktif pertanian agar tidak menimbulkan dampak negatif

(8)

commit to user

24

pabrik yang masih memungkinkan untuk pengembangan area pabrik. Hal ini

berkaitan dengan kemungkinan pengembangan pabrik masa depan.

I.3.7 Iklim

Iklim yang terlalu panas mengakibatkan diperlukannya peralatan

pendingin yang lebih banyak, sedangkan iklim yang terlalu dingin atau lembab

mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi pabrik karena diperlukan

perlindungan khusus pada alat-alat proses. Daerah Gresik merupakan daerah

tropis basah sehingga memiliki iklim yang kering dengan curah hujan yang lebih

sedikit sehingga pabrik layak didirikan di daerah ini.

I.3.8 Komunikasi

Komunikasi merupakan faktor yang penting untuk kemajuan suatu

industri. Di daerah Jawa Timur khususnya di kawasan industri Gresik, fasilitas

komunikasi sudah sangat lengkap dan memadai.

I.3.9 Kebijakan pemerintah

Daerah Gresik merupakan kawasan industri yang telah ditetapkan

pemerintah, sehingga hal-hal terkait kebijakan pemerintah dalam hal perijinan,

lingkungan masyarakat sekitar, faktor sosial serta perluasan pabrik mudah

(9)

commit to user

25

I.3.10 Kondisi tanah dan daerah

Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar dapat

memberikan kenyamanan dan keamanan. Gresik telah ditetapkan sebagai salah

satu kawasan industri di Indonesia sehingga manajemen dampak lingkungan dapat

dikelola dengan baik.

Gambar 1.2 Peta Lokasi

II.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Macam-macam Proses

Ada beberapa macam proses pembuatan etil asetat, yaitu :

a. Proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat

Etil asetat diproduksi melalui reaksi esterifikasi antara asam asetat

dengan etanol menggunakan katalis, seperti asam sulfat. Reaksi yang

(10)

commit to user

26

67%. Untuk meningkatkan yield, pembentukan air harus diminimalkan

(McKetta and Chuningham, 1994).

Proses esterifikasi pembuatan etil asetat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu secara kontinyu maupun batch. Esterifikasi secara batch

pada umumnya digunakan untuk kapasitas produksi yang relatif kecil,

sedangkan untuk kapasitas industri yang relatif besar hendaknya dipilih

esterifikasi kontinyu.

1. Proses Batch

Proses produksi etil asetat secara batch terjadi di dalam reaktor

berbentuk silinder dan dipanaskan menggunakan closed coil steam

pipe. Umpan terdiri dari asam asetat, etanol 95%, dan asam sulfat

dengan konsentrasi tertentu. Suhu atas kolom fraksinasi diatur 70ºC

agar diperoleh komposisi 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap

yang terbentuk dikondensasikan, sebagian dikembalikan ke atas plate

column sebagai refluk dan sisanya ditampung di tangki penyimpanan.

Untuk memurnikan etil asetat dari air dan alkohol perlu dilakukan

purifikasi (Kirk and Ortmer, 1982).

2. Proses Kontinyu

Proses produksi etil asetat secara kontinyu menggunakan prinsip

azeotrop untuk memperoleh produk (ester) yang maksimal. Asam

asetat, etanol dan katalis asam sulfat direaksikan pada reaktor yang

dilengkapi pengaduk. Setelah kesetimbangan reaksi tercapai, campuran

(11)

commit to user

27

dialirkan menuju bubble cap plate column melewati preheater.

Temperatur atas kolom diatur 80ºC dan uap yang terbentuk

dikondensasikan. Recovery column yang pertama dioperasikan dengan

temperatur atas 70ºC untuk menghasilkan 83% ester, 9% alkohol, dan

8% air. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke static mixer dan

dilanjutkan pemisahan di dekanter. Hasil atas dekanter dimasukkan ke

menara distilasi. Hasil atas dari kolom tersebut berupa 95-100% etil

asetat yang nantinya dialirkan ke cooler kemudian dialirkan ke tangki

penyimpanan (Kirk and Othmer, 1982).

b. Proses reaksi Tischenko

Proses Tischenko merupakan produksi etil asetat secara komersial

dengan mengubah etanol menjadi asetaldehid menggunakan katalis

aluminum alkoxide. Yield pada proses ini sebesar 61%. Reaksi yang terjadi

yaitu (McKetta and Chuningham, 1994):

2CH3CHO  CH3COOCH2CH3 (I-2)

c. Proses sintesis etil asetat dari etilen dan asam asetat

Etil asetat dapat disintesis dari etilen dan asam asetat menggunakan

katalis asam padat, misalnya zeolit. Reaksinya dituliskan:

CH2CH2 + CH3COOH 2CH3CHO (I-3)

(12)

commit to user

28

Pada reaksi ini, tidak terbentuk produk samping sehingga dapat

meminimalkan energi untuk proses pemurnian produk.

d. Proses esterifikasi dengan Reactive Distillation

Reaksi yang terjadi :

CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O (I-5)

Proses pembuatan ester dapat dilakukan dengan menggunakan reactive

distillation. Reactive distillation merupakan suatu alat yang

menggabungkan antara proses reaksi kimia dan proses distilasi ke dalam

satu unit proses. Dalam beberapa kasus tertentu, keseimbangan reaksi

termodinamika membatasi konversi yang diperoleh. Reactive distillation

didesain sedemikian rupa sehingga produk hasil reaksi meninggalkan zona

reaksi, dengan demikian konversi dan selektivitas meningkat dengan

signifikan. Penggabungan antara proses reaksi dan distilasi tersebut

menghasilkan proses intensif yang sederhana, selain itu dapat mengurangi

arus recycle serta berkurangnya kebutuhan untuk pengolahan limbah

sehingga mengurangi biaya operasional dan investasi. Katalis yang

digunakan dalam reaktor menara reactive distillation adalah resin aktif

yang mempunyai ion H+. Ion ini berperan dalam mempercepat reaksi

esterifikasi sebagai contoh adalah amberlyst-35. Proses dijalankan pada

suhu antara 100-140oC, konversi maksimal yang diperoleh juga lebih besar

yaitu 100 %.

(13)

commit to user

29

Tabel I.3 Perbandingan Beberapa Proses Produksi Etil Asetat

Pertimbangan Tishchenko Etilen dan asam

asetat

Korosifitas kecil kecil besar sekali sangat kecil

Unit

pemisahan

katalis

dibutuhkan dibutuhkan dibutuhkan tidak

dibutuhkan

Biaya operasi tinggi sekali tinggi tinggi Rendah

Dari beberapa pertimbangan di atas dipilih proses esterifikasi dengan

reactive distillation menggunakan katalis resin aktif karena:

1. Bahan baku diperoleh di dalam negeri

2. Konversi yang diperoleh sangat tinggi

3. Temperatur relatif rendah

4. Tingkat korosifitas kecil

5. Tidak diperlukan unit pemisahan katalis

6. Mengurangi arus recycle

(14)

commit to user

30

I.4.2 Kegunaan Produk.

Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah

terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif). Adapun kegunaan etil

asetat dalam industri adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan pelarut cat dan bahan pembuatan plastik.

b. Untuk kebutuhan industri farmasi.

c. Sebagai bahan baku bagi industri tinta cetak, dan industri resin sintetis.

d. Sebagai reagen sintetik organik, misal pembuatan etil asetoasetat.

e. Sebagai bahan baku pabrik parfum, flavor, kosmetik, dan minyak atsiri.

I.4.3 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk Etil Asetat

I.4.3.1 Bahan Baku

1. Etanol ( Etil Alkohol )

A. Sifat Fisis

 Berat molekul : 46,069 kg/kmol

Boiling point : 78,29oC (1 atm)

Flash point : 14oC

Freezing point : -114,1oC

 Suhu kritis : 243,1oC

 Tekanan kritis : 6.383.480 N/m2

 Densitas cair : 789,3 kg/m3

 Kekentalan (20oC) : 1,17 cP

(15)

commit to user

31

 Entalpi pembentukan (25oC) gas : 234,81.103 kJ/kmol

 Energi Gibbs pembentukan (25oC) cair : -174,78. 103 kJ/kmol

(Kirk and Othmer, 1982)

B. Sifat Kimia

 Etanol adalah senyawa organik sintetis. Apabila mengalami dehidrasi

akan membentuk etilen.

Reaksi :

C2H5OH C2H4 + H2O (I-6)

 Etanol dapat dibuat dari etilen dengan katalis H2SO4

98% H2SO4 H2O heat

CH2 == CH2 CH3CH2OSO3H CH3CH2OH+ H2SO4 (I-7)

 Sifat kimia etanol terutama dalam hubungannya dengan gugus

hidroksil misalnya reaksi dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan

esterfikasi. Atom hidrogen ini dapat diganti dengan logam aktif

misalnya natrium, kalsium dan kalium, serta menghasilkan logam

etoksida seperti pada reaksi berikut ini :

2 C2H5OH + 2 M 2 C2H5OM + H2 (I-8)

 Reaksi antara etanol dan asam klorida dengan katalis seng klorida pada

temperatur 160oC-190oC dan tekanan 2 atm, akan menghasilkan etil

klorida dan air.

(16)

commit to user

32 2. Asam asetat

A. Sifat Fisis

 Berat molekul : 60,053 kg/kmol

Melting point : 16,6oC

Boiling point : 117,9oC

 Fase : cair

 Suhu kritis : 321,3oC

 Tekanan kritis : 5.785.700 N/m2

 Volume kritis : 2,85.10-3 m3/kgmol

 Densitas (cair) : 1043,92 kg/m3

 Kekentalan (20oC) : 1,22 cP

 Kekentalan (110oC) : 0,42 cP

 Energi Gibbs pembentukan (25oC) cair : -6484,782 kJ/kg

 Panas pembentukan (25oC) : -8062,99 kJ/kg

Specific gravity (20/20oC) : 1,051

 Panas spesifik (25oC) : 2,03761 kJ/kg.K

(McKetta and Chuningham, 1994)

B. Sifat Kimia

 Asam asetat direaksikan dengan etanol dengan menggunakan

katalisator asam kuat (asam kuat yang digunakan sebagai

katalisatornya dapat berupa larutan asam sulfat ) membentuk etil asetat

(17)

commit to user

33 Reaksi :

CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O (I-10)

 Dapat membentuk garam asetat jika direaksikan dengan Zn.

Reaksi : 2 CH3COOH + Zn (CH3COO-)2Zn++ + H2 (I-11)

 Apabila bereaksi dengan benzotrichloride dalam fase cair akan

membentuk acetyl chloride.

Reaksi : C6H5CCl3 + CH3COOH CH3COCl + C6H5COCl

+ HCl (I-12)

 Substitusi dari alkyl /aryl group

CH3COOH  ClCH2COOH Cl2CHCOOH  Cl3CCOOH (I-13)

chloroacetic dichloroacetic trichloroacetic acid acid acid

 Reaksi dari halida dengan ammonia

CH3COOH  ClCH2COOH  NH2CH2COONH4 NH2CH2COOH

chloroacetic acid aminoacetic acid

(I-14)

3. Katalis Amberlyst 35 wet

 Bentuk : padatan

 Bentuk ion : H+

 Matrix : Polystyrene Divinyl Benzene

(18)

commit to user

34

 Ukuran, mm : 0,7-0,95

 Diameter pori, amstrong : 300

 Total pori, ml/g : 0,35

(Rohm and Haas Company, 2013)

I.4.3.2 Produk

1. Etil asetat

A. Sifat Fisis

 Rumus molekul : CH3COOCH2CH3

 Berat molekul : 88,1 kg/kmol

Boiling point pada 1 atm : 77,15oC

Flash point : -4oC

Melting point : - 83,6oC

 Suhu kritis : 250,1oC

 Tekanan kritis : 3.830.085 N/m2

 Kekentalan (20oC) : 0,455 cP

Specific grafity ( 20oC) : 0,883

 Kelarutan dalam air : 1,6% berat pada

20oC

 Entalpi pembentukan (25oC) gas : -442.920 kJ/kmol

 Energi Gibbs pembentukan (25oC) cair : -327.400 kJ/kmol

(19)

commit to user

35

 Panas spesifik (20oC) : 1,92046 kJ/kgK

 Panas laten : 368,192 kJ/kg

(McKetta and Chuningham, 1994)

B. Sifat Kimia

Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai

resiko peledakan (eksplosif).

 Membentuk acetamide jika diammonolisis

Reaksi : CH3COOC2H5 + NH3 CH3CONH2 + C2H5OH (I-15)

 Apabila direaksikan dengan sodium etoksida membentuk etil

asetoasetat yang dikenal dengan Claisen Condensation.

 Akan membentuk etil benzoyl asetat bila bereaksi dengan etil benzoat

C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5 C6H6CO-CH2COOC2H5 + C2H5OH

etil benzoat etil asetat etil benzoyl asetat (I-16)

2. Air

A.Sifat fisis :

 Rumus molekul : H2O

 Fasa : cair

 Warna : tidak berwarna

 Berat molekul : 18 g / gmol

 Densitas : 1,027 g / ml ( 25 °C )

(20)

commit to user

36

 Titik didih : 100°C

 Tekanan kritis : 218,4 atm

 Temperatur kritis : 374,15 °C

 Kapasitas panas : 75,55 mol.K

joule

( 25 °C )

( Perry’s, 1997 )

B. Sifat kimia :

 Pelarut kimia yang baik (paling sering digunakan)

 Merupakan reagen penghidrolisa pada reaksi hidrolisa

 Memiliki sifat netral (pH 7)

(Faith Keyes, 1957)

I.4.4 Tinjauan Pustaka

Etil asetat dihasilkan dari reaksi esterifikasi antara etanol dan asam asetat.

Reaksi yang terjadi bersifat reversible. Katalis yang digunakan adalah resin aktif

amberlyst 35 wet. Reaksi berlangsung dalam reaktor yang berupa menara reactive

distillation secara non-isothermal adiabatic pada suhu 100-140oC dan tekanan 2

atm.

Reactive distillation adalah suatu menara distilasi yang disertai dengan

reaksi, terdiri dari dua bagian yaitu seksi enriching dan seksi reaksi. Dalam seksi

reaksi berisi padatan katalis. Etanol dan asam asetat masuk reaktor yang berupa

(21)

commit to user

37

Hasil atas menara yang berupa etil asetat, etanol dan air kemudian

dikondensasikan. Selanjutnya hasil atas menara tersebut bersama dengan hasil

atas stripping column dimasukkan ke dalam dekanter. Di dalam dekanter terjadi

proses pemisahan cair-cair berdasarkan berat jenis. Dekanter digunakan untuk

memisahkan antara etil asetat dan air. Campuran yang mengandung sebagian

besar etil asetat akan keluar sebagai hasil atas dekanter (light component). Light

component ini sebagian dikembalikan ke reaktor menara reactive distillation dan

sebagian lagi diumpankan ke stripping column untuk mengalami pemurnian. Hasil

bawah stripping column akan diambil sebagai produk dengan kemurnian etil

Gambar

Tabel I.1  Impor Etil Asetat di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2009-2012)
Gambar I.1   Grafik Impor Etil Asetat di Indonesia (BPS, 2009-2012)
Gambar 1.2 Peta Lokasi
Tabel I.3 Perbandingan Beberapa Proses Produksi Etil Asetat

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, this study intended to design a set of vocabulary supplementary materials for the eleventh grade students of SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.. This study aimed to answer

Lilik Mulyadi, Mediasi Penal Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia: Pengkajian Asas, Norma, Teori, dan Praktik, Makalah Seminar hasil penelitian tentang Mediasi Penal Dalam Sistem

Peneliti dapat merekomendasikan bahwa metode Glenn Doman dapat menjadi salah satu metode alternatif ,yaitu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca

Tunas hasil regenerasi ini mampu tumbuh pada media seleksi yang mengandung 40 mg/L higromisin yang kemudian disebut dengan kentang transgenik putatif, sedangkan

Yang dimaksud dengan menunggu harga pasar gabah panen raya membaik adalah saat dimana SRG sebagai pihak yang dapat melakukan sistem tunda jual menyimpan hasil

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa pustaka genom yang telah dikonstruksi memiliki kualitas yang ideal untuk digunakan dalam tahap sekuensing serta data sekuen yang

Lembar self evaluation merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa untuk

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membangun sebuah sistem informasi manajemen dengan tema mutasi dan retur pada alur distribusi konsinyasi yang tepat guna untuk