• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MEDIA TELEVISI DALAM MEMBENTUK KAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN MEDIA TELEVISI DALAM MEMBENTUK KAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MEDIA TELEVISI DALAM MEMBENTUK KARAKTER

BANGSA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Seminar PPkn

Yang dibina oleh Bapak Drs.Miranu Triantoro. M.Pd

Oleh

Nahrowi

2013111009

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA BLITAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan keharibaan Allah SWT, berkat bimbingan dan kemudahan yang Allah anugerahkan kepada penulis sehingga mendapat kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan judul “PERAN MEDIA TELEVISI DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA ”.

Penulisan makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Karyati, M.Si selaku Ketua STKIP PGRI Blitar;

2. Bapak Drs. Miranu Triantoro. M.Pd selaku Kaprodi PPKn; dan selaku dosen pembimbing Matakuliah Seminar PPkn;

3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa prodi PKn STKIP PGRI Blitar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang telah tersajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Blitar, Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...4 1.2 Rumusan Masalah...5 1.3 Tujuan...5

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Media Televisi...6 2.2 Karakter Bangsa...7 2.3 Peran media Televisi dalam Membentuk Karakter Bangsa...8

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan...10 3.2 Saran...11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki abad ke-21 peradaban manusia semakin modern ditandai dengan semakain majunya teknologi.Seperti misalnya dalam bidang komunikasi atau media masa, salah satu media masa elektronik sudah populerdan sangat efektif dalam menyampaikan pesan atau informasi adalah televisi. Dalam berbagai program televise mampu memberikan informasi, hiburan, pendidikan dan lain sebagainya. Acara-acara yang disajikan dikemas sedemikian rupa untuk menarik penontonya.

Dalam era kebebasan bermedia, dimana banyak bermunculan media-media atau stasiun televise menyajikan berbagai macam program-program tayangan. Misalnya program music, berita, hingga sinetron maupun talk show.Bisa dikatakan keseluruhan program-program yang ditanyangkan tersebut ditujukan hanya untuk menghibur semata, tanpa ada fungsi edukasi di dalamnya. Namun dengan adanya kebebasan bermedia pada akhirnya berdampak pada kurang terkontrolnya program-program televise yang ditayangkan. Salah satunya adalah sinetron.Banyak sinetron yang tanyang namun terkadang senitron tersebut seringkali megesampingkan pesan moral atau nilai-nilai edukasinya.

(5)

Salah satu contoh akibat dari buruknya sinetron kekerasan terhadap perilaku anak yaitu Muhammad Arif, umur 11, siswa kelas 5 di salah satu SD Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi terpaksa dioperasi di RS Theresia Kota Jambi karena tulang bahu bagian kiri lepas akibat diplintir dan dibanting teman sekolahnya, meniru adegan kekerasan pada sinetron (Media Indonesia, 1/12). Kejadian ini akibat pengaruh tayangan televisi yang mempertontonkan adegan berbahaya dengan unsur kekerasan, yang membuat anak-anak berimajinasi seakan-akan menjadi kuat dan tangguh seperti idolanya saat melakukan tindak kekerasan terhadap temannya. Resiko dan dampak akan kejadian terhadap tubuh mereka tidak akan pernah terlintas karena kurang daya tangkap akibat masih kurangnya pemikiran-pemikiran yang baik sebatas usianya.

Atas dasar itu kami selaku penulis termotivasi untuk menulis makalah kami yang berjudul “PERAN MEDIA TELEVISI DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA” yang akan kami bahas lebih mendalam pada makalah kami.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Pengertian Media Massa Televisi?

2. Apa pengertian karakter bangsa?

3. Bagaimana Peran Media dalam membentuk karakter bangsa?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan penulisan makalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian media massa televisi 2. Mengetahui pengertian karakter bangsa

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Media Televisi 2.1.1. Pengertian Televisi

Tidak dapat dipungkiri saat ini bahwa media masa televisi telah menjadi media yang fenomenal sekaligus media terpopuler, Keberadaan televisi sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebuah rumah baru serasa tidak lengkap jika belum ada televisi, hal tersebut tidak hanya berlaku pada masyarakat perkotaan,yang mayoritas secara ekonomi terbilang mampu, melainkan masyarakat plosok-plosok desa bahkan rumah-rumah liar yang berada dipinggir-pinggir sungai perkotaan ataupun dibawah jembatan layang.

Istilah televisi menurut (Sofiah, 1993: 47) yang dikutip oleh Eka Alkhajar dalam artikelnya yang berjudul Televisi dan Energi Bangsa, televisi merupakan suatu kata yang berasal dari gabungan kata tele dalam bahasa Yunani yang berarti jauh dan vision,

artinya melihat/memandang. Jadi secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh., televisi ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan.

Sifat media massa (televisi) yang serempak dimanfaatkan untuk membuat orang secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan komunikator. Selain sifat media yang cepat memungkinkan pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang cepat, daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Inilah yang membuat media televisi menggunakan panutan baru atau the new religius bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi, sama dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung. Itu artinya bahwa keberadaan televisi dan pengaruhnya sanagat membawa perubahan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat.

2.1.2. Perkembangan media televisi di Indonesia

(7)

televisi di Indonesia ada 212.580 buah, sampai tahun 1984 berjumlah 7.132.462 buah. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun jumlah pesawat televisi di Indonesia meningkat sampai hampir 34 kali lipat.

Indonesia memasuki babak baru dalam dunia pertelevisian sebagaimana disinggung diatas pada 1962, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, yaitu dengan didirikannya TVRI pada tanggal 24 Agustus 1962. Hanya dengan menggunakan satu pemancar yang dipasang di kompleks senayan, TVRI melakukan peliputan Asian Games yang dapat dinikmati oleh penduduk Jakarta. Dimana pada awal penyelenggaraannya, jangkauan penyiaran TVRI masih terbatas di Jakarta dan sekitarnya. Dan dikarenakan masih terbatasnya berbagai pendukung teknis, masa penyiarannya pun hanya sekitar dua jam per hari dan ekstra setengah jam pada malam minggu. Indonesia adalah negara ke-4 di Asia yang memiliki televisi setelah Jepang, Filipina dan Thailand. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan sekali lagi bahwa sejak inilah Indonesia mulai memasuki babakan baru dalam memanfaatkan media televisi (Alkhajar, 2009).

Apalagi semenjak dikeluarkannya SK Menteri Penerangan No.111 Tahun 1990, industri dan bisnis televisi berubah menjadi demikian maraknya. Awalnya adalah tahun 1987/1988 ketika RCTI diizinkan siaran untuk pertama kalinya dengan menggunakan dekoder (decoder), yang kemudian diikuti oleh SCTV (1989), TPI (1991), ANTV (1993) dan Indosiar (1994). Kini dapat kita lihat betapa deras perkembangannya bahkan untuk saluran siaran pun, hingga tahun 2005 terdapat 10 stasiun televisi swasta dan tidak kurang dari 30 stasiun televisi lokal. Melihat realitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia telah mengalami masa bulan madu dengan televisi dimana pertumbuhan televisi terjadi demikian maraknya setelah 25 tahun lebih hanya memiliki satu stasiun televisi, yakni TVRI.

2.2 Karakter Bangsa

(8)

tingkat kekuatan yang mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses pembentukan individu yang dikehendaki (willed). Karakter dapat disebut juga sebagai watak, yaitu sifat yang mempengaruhi segenap perilaku dan tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menajdi ke-khasan atau ciri khusus yang membedakan orang satu orang dengan orang yang lainnya.

Sedangkan karakter bangsa merupakan ciri khas dan sikap suatu bangsa yang tercermin dalam tingkah laku dan pribadi warga suatu negara. Sikap tersebut dapat dipengaruhi oleh kodrati atau sesuatu yang sudah ada dari sananya (given), dan dapat pula dipengaruhi oleh suatu proses yang diusahakan oleh negara atau pemerintah (willed) demi kemajuan Bangsa dan Negaranya. Oleh karena itu suatu karakter bangsa sangat dipengaruhi political will Negara atau pemerintah yang berkuasa saat itu. Sebab karakter bangsa tidak hanya given atau sesuatu yang telah ada, melainkan willed atau sesuatu yang dapat dibangun sesuai dengan visi-misi suatu negara.

Para pakar di Balitbang Pusat Kurikulum Kemendikbud berhasil menginvetarisasi 18 karakter yang harus menjadi acuan para pendidikan secara nasional. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa bersumber dari nilai-nilai Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional, yang kemudian diidentifikasi menjadi 18 karakter bangsa: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangansaan, cinta tanah air, cinta prestasi, bersahabat/komuniatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Kemajuan teknologi yang tidak dapat terbendung lagi, terutama dalam bidang media komunikasi massa khususnya televisi, peran televisi sangatlah strategis sebagai alat informasi bahkan sebagai pemandu masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah atau penguasa untuk mempengaruhi bahkan dapat membentuk karakter bangsa sesuai apa yang dikehendaki. Itu artinya televisi dapat berpenagruh atau memiliki dampak yang positif maupun negatif jika tidak bisa memanfaatkannya dengan baik dan benar.

2.3 Peran media massa dalam membentuk karakter bangsa

(9)

dapat dipungkiri bahwa peran media televisi semakin besar, peranannya sembagai media komunikasi audio-visual sangat luarbiasa dibandingkan media-media komunikasi yang lainnya.

karena itu sangatlah menarik bilamana kita cermati bagaimana peran media televisi dalam membentuk karakter bangsa, dari berbagai literatur peran media televisi disebutkan ada dua peran, yaitu peran yang membawa kearah negatif dan kearah positif dalam pembentukan karakter bangsa. Berikut peran media televisi;

1. Social Surveilance.

Media televisi, akan senantiasa merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi subjektif mungkin mengenai peristiwa yang terjadi, dengan maksud agar dapat dilakukan kontrol sosial sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam lingkungan masyarakat bersangkutan. Misalnya berita mengenai merebaknya wabah DBD yang disebabkan oleh nyamuk, informasi dapat disebar luaskan agar dampak wabah tersebut dapat dilakukan pencegahan preventif.

2. Social Correlation.

Peran korelasi sosial tersebut, akan terjadi upaya penyebaran informasi yang dapat menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Begitupun antara pandangan – pandangan yang berbeda, agar tercapai konsensus sosial. Sejalan dengan pendapat Japarudin (2013 : 02), televisi dapat menajdi alat propaganda dan mempenagruhi sikap, serta opini publik melalui acara siaran yang ditayangkan. Pengaruh televisi sangat signifikan dalam penyebaran informasi terhadap perilaku dan sikap orang yang menontonya. Berita, sinetron, film dan lain sebagainya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyrakat.

3. Socialization

Pada peran ini, media televisi selalu merujukan peranya dalam upaya pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. George Gomstock berpendapat bahwa televisi telah menjadi faktor yang tak terelakkan dan tak terpisahkan dalam membentuk diri kita dan akan seperti apa diri kita nanti (Pitriawanti, 2010 : 04). Karena seringnya waktu yang digunakan menonton televisi maka akan semakin kuat pula pengaruh yang diberikan televisi terhadap mereka termasuk dalam upaya pewarisan nilai-nilai luhur dalam suatu bangsa. Itu artinya konten yang ada dalam acara televisi secara langsung atau tidak langsung mampu membentuk dan mempengaruhi karakter bangsa.

(10)

Pada peran ini, media televisi memiliki fungsi sebagai sarana belajar dan menyebar luaskan nilai-nilai yang terdapat pada pendidikan karakter. Dengan tayangan acara televisi yang baik dan mendidik. Pengaruh tayangan televisi sangat besar bagi konsumen media televisi. Salah satu elemen masyarakat yang rentan pada pengaruh tayangan televisi adalah anak-anak dan remaja. Mereka adalah kelompok usia yang mempunyai daya imitasi cukup tinggi. Mereka cenderung mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Salah satunya terhadap objek tayangan televisi. (Rahmat Kriyantono, 2007)

Secara psikologis, remaja mempunyai kecenderungan untuk melakukan peniruan (imitasi) terhadap tayangan-tayangan di televisi. Dikhawatirkan, semakin sering seseorang menonton televisi akan mempengaruhi pola pikir maupun pola tindaknya. Hal ini diperkuat oleh Teori Peluru yang menganggap tayangan media mempunyai kekuatan luar biasa dalam mempengaruhi khalayak. Tayangan yang berbau kekerasan, klenik, pornografi seyogyanya tidak dipertontonkan secara bebas.

5. Entertainment.

Dari penelitian terhadap 260 anak-anak sekolah dasar di Jakarta, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) membuktikan, televisi ternyata mediam yang banyak ditonton dengan alasan paling menghibur. Dari kenyataan ini menunjukkan bahwa anak-anak tidak mungkin diisolasi dari tayangan televise

Dan tentu alasan Agar tidak membosankan, media televisi perlu juga menyajikan hiburan kepada khalayaknya. Hanya saja, fungsi hiburan ini sudah terlalu dominan mewarnai siaran televisi kita, sehingga keempat peran atau fungsi lainnya, seolah telah terlupakan.Untuk itu, fungsi hiburan haruslah ditata agar seimbang dengan empat peran lainnya.

Sejatinya, kelima peran medi televisi tersebut bersinergi dan sinkron dalam rangka menyajikan tontonan yang sehat. Sebab, hanya dengan tontonan yang sehat sajalah yang nantinya dapat melahirkan generasi yang sehat. Generasi yang memiliki karakter bangsa. Dalam hal inilah, kesadaran masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia secara khusus perlu bertekad dan berkomitmen untuk mengupayakan agar ke depan jangan lagi mau membiarkan diri dan keluarganya didikte oleh siaran televisi yang tidak mendidik dan bahkan merusak pembangunan karakter bangsa bagi masyarakat (warga negara) dalam pembangunan bangsa ke depan.

(11)

media cukup kesulitan mengangkat nilai-nilai kebangsaan dalam bentuk nyata karena tidak atau belum menemukan nara sumber, tokoh atau fakta-fakta yang dapat atau benar-benar layak menjadi ikon, panutan dalam mentransformasikan nilai-nilai kebangsaan yang relevan dengan kondisi kehidupan saat ini.

Media televisi dalam pembangunan karakter bangsa, haruslah berlandas pada perspektif budaya Indonesia yang meletakkan landasannya dalam kerangka negara kesatuan, dengan keanekaragaman budaya yang memiliki nilai-nilai luhur, kebijaksanaan dan pengetahuan lokal yang arif dan bijaksana (local wisdom and local knowledge). Media televisi di Indonesia harus mampu menggali dan menjadikannya sebagai norma acuan atau tolok ukur di dalam melakukan penyiarannya.

(12)

1.1 Kesimpulan.

Istilah televisi merupakan suatu kata yang berasal dari gabungan kata tele dalam bahasa Yunani yang berarti jauh dan vision, artinya melihat/memandang. Jadi secara harfiah, televisi berarti memandang dari jauh., televisi ialah memandang peristiwa dari jauh dalam waktu yang bersamaan. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa bersumber dari nilai-nilai Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional, yang kemudian diidentifikasi menjadi 18 karakter bangsa: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangansaan, cinta tanah air, cinta prestasi, bersahabat/komuniatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Media televisi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membangun masyarakat yang memiliki karakter karena perannya yang sangat potensial untuk mengangkat opini publik sekaligus sebagai wadah berdialog antar lapisan masyarakat. Terkait dengan isu keragaman budaya (multikulturalisme), peran media massa seperti pisau bermata dua, berperan positif sekaligus juga berperan negatif. Peran positif media massa berupa: (1) kontribusi dalam menyebarluaskan dan memperkuat kesepahaman antarwarga; (2) pemahaman terhadap adanya kemajemukan sehingga melahirkan penghargaan terhadap budaya lain; (3) sebagai ajang publik dalam mengaktualisasikan aspirasi yang beragam; (4) sebagai alat kontrol publik masyarakat dalam mengendalikan seseorang, kelompok, golongan, atau lembaga dari perbutan sewenang-wenang, (5) meningkatkan kesadaran terhadap persoalan sosial, politik, dan lain-lain di lingkungannya

3.2 Saran.

Sebagai masyrakat yang selalu bersinggungan dan tida pernah lepas dari media massa, sebaiknya kita bisa memamnfaatkan media tersebut dengan baik dan mampu menaggulangi pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa. Lewat peran-peran media masa semoga kita dapat memanfaatkan media massa tersebut dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

(13)

Komunikasi Masa depan. Jakarta.

Mulyana, Dedy. 2001. Mediator, Membangun Televisi Publik. Volume 02, No 02.

Nada. Eka. Oktober 2014. Univ. Sebelas Maret Surakarta, Televisi dan Energi Bangsa. Volume VI, No 03.

Ngamaken, Stephanus Binus Univ. April 2014. Pentingnya pendidikan karakter,

Volume V, No 01

Pritriawanti, Arista. 2010. Pengaruh Intensitas Menonton Televisi dan Komunikasi Orang Tua – Anak terhadap Kedisiplinan Anak dalam Mentaati Waktu

Belajar. Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Univ.

Diponegoro Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat hal tersebut, dimana penggunaan mobile social network telah menyentuh hampir semua individu, maka penggunaannya dapat digunakan sebagai sistem

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

yang lebih dari pada orang lain. Para psikologi mempelajari dua hal bahwa: gejala- gejala yang terjadi tanpa menggunakan indera-indera kita yang lumrah. Contohnya ialah melihat

 Catatan , terdiri dari elemen data yang berhubungan dengan suatu objek atau kegiatan tertentu, misalnya catatan yang menjelaskan tiap jenis persediaan dan tiap penjualan.  File

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-tiap siklus (post tes) dengan memberikan

Namun, dari segi pelaksanaannya masih terdapat banyak kendala, seperti SDM kurang, proses sosialisasi tidak efisien, belum bekerjanya panitia sesuai tupoksi dan

Jika anda mencurigai bahwa Windows XP anda tidak bisa melakukan boot karena master boot record yang rusak, maka anda bisa menggunakan sebuah tool Recovery Console yang disebut

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari hasil identifikasi masalah, konselor menetapkan masalah utama yang dihadapi konseli yaitu pada sikap yang dimiliki oleh