• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntansi Kombinasi Bisnis dengan konvergensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Akuntansi Kombinasi Bisnis dengan konvergensi "

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bukan hal yang baru bahwa tahun 2015 merupakan tahun krisis ekonomi global sebagai dampak dari krisis di Yunani dan Eropa, perekonomian Indonesia sedikit banyaknya mengalami dampak krisis tersebut untuk komoditi- komoditi ekspor ke negara terdampak krisis. BPS melaporkan, ekonomi Indonesia pada triwulan tiga 2015 tumbuh 4,73% terhadap triwulan tiga 2014. Ini peningkatan dibanding 4,67 % pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (April-Juni), yang merupakan angka terendah selama enam tahun.

Laju pertumbuhan melambat dibanding capaian triwulan tiga tahun 2014, yang tumbuh 4,92%.Berdasarkan pernyataan di situs resmi BPS, pertumbuhan didorong dari sisi produksi dan pengeluaran.Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha. Capaian tertinggi ialah usaha Informasi dan Komunikasi, yang tumbuh 10,83 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 6,56%, diikuti Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga. Adalah suatu fakta bahwa tingkat kosumsi Indonesia tergolong tinggi dalam posisinya sebagai negara berkembang.

(2)

Tahun 2016, ditargetkan pertumbuhan industri mampu mencapai 5,7 persen. Ini di atas target pertumbuhan ekonomi yang 5,3 persen," kata Menperin pada Kompas 100 CEO Forum di Jakarta.Sampai dengan triwulan III 2015, pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 5,21persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi periode serupa di tahun 2014 sebesar 4,73 persenn

Sementara, kontribusi industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional diharapkan sebesar 18,5 persen. Pada 2014, realisasi kontribusi sektor industri mencapai 17,87 persen.

Khusus sampai triwulan III 2015, capaian kontribusi mencapai 17,82 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 17,42 persen.

Secara nominal, ekspor produk hasil industri (industri pengolahan non migas) sampai Agustus 2015 sebesar USD 72,21 miliar dan impor produk komoditi industri sebesar USD 72,49 miliar.

Ekspor produk hasil industri (industri pengolahan non migas) s.d Agustus 2015 memberikan kontribusi 70,44 persen terhadap total ekspor nasional. Pangsa pasar ekspor utama produk industri menuju Amerika Serikat, Jepang, China, Singapura, dan India.

Nilai investasi PMDN sektor industri triwulan III pada tahun 2015 sebesar Rp 20,05 triliun atau tumbuh sebesar 7,45 persen dibanding triwulan III tahun 2014 sebesar Rp 18,66 triliun. Sedangkan nilai investasi PMA sektor industri pada triwulan III tahun 2015 mencapai USD 3,15 miliar. Sehingga nilai total investasi yang masuk pada triwulan III pada tahun 2015 mencapai USD 4,75 miliar.

(3)

Dalam praktiknya di dunia bisnis akan memungkinkan untuk satu perusahaan melakukan pengabungan usaha dengan kompetitor baik itu berupa merger, konsolidasi, maupun akuisisi dengan alasan tertentu sebagai upaya menambah daya saing perusahaan tersebut menghadapi kompetitor lain dan juga meningkatkan keuntungan perusahaan tersebut.

Akuntansi memegang peranan yang sangat penting dalam penggabungan usaha. Peran akuntansi dalam transaksi ini dimulai sejak perusahaan menetapkan perusahaan yang akan diakuisisi, saat pengumuman penggabungan sampai perusahaan yang diakuisisi sudah dijual ke pihak luar. Peran akuntansi sebelum terjadinya penggabungan adalah memberikan informasi yang tepat dan relevan sesuai dengan standar penilaian akuntansi tetap berlanjut pada stock acquisition dimana perusahaan yang diakuisisi masih tetap berdiri atau dibubarkan.

Akuntansi akan berperan dalam menjembatani transaksi-transaksi pos-pos yang bersifat timbal balik (resiprokal) antara perusahaan induk dengan perusahaan anak. Sebaliknya peran akuntansi dalam dalam asset acquisition (merger) telah selesai setelah terjadi transfer net asset dari perusahaan target ke pengakuisisi. Kombinasi pengakuisisi ini juga diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 22 pemilihan salah satu metode akuntansi didasarkan pada terpenuhi atau tidaknya beberapa indikator. Jika penggabungan tersebut memenuhi indikator-indikator tertentu, maka salah satu metode harus dipilih. Di Jawa Barat sendiri merger dan akuisisi sudah dilakukan oleh perusahaan – perusahaan kenamaan sebagai usaha menambah nilai ekonomis untuk para pemegang modal mereka.

1.2. Rumusah Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut.:

1. Metode Kombinasi Bisnis 2. Harga Akuisisi

3. Alokasi Harga Akuisisi

4. Goodwill dan Diskon Pembelian

(4)

6. Pendapatan Investasi dalam Laporan Keuangan Individu

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Menjelaskan metode kombinasi bisnis

2. Mendeskripsikan harga akuisisi

3. Menjabarkan goodwill dan diskon pembelian

4. Menjelaskan pembukuan entitas pengakuisisi setelah kombinasi bisnis

5. Memaparkan pendapatan investasi dalam laporan keuangan individu 6. Menjelaskan Pendapatan Investasi dalam laporan keuangan individu

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :

1. Penelitian ini dapat memberikan pembahaman kepada pembaca tentang kombinasi bisnis dalam praktik perusahaan di lapangan.

2. Memahami kombinasi bisnis sesuai dengan PSAK 22 tahun 2010

1.5. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunaan contoh- contoh soal untuk tiap- tiap identifikasi masalah dengan cara studi pustaka. Contoh soal tersebut akan dianalisa secara deskriptif.

1.6. Sistematika Penulisan

Susunan penulisan penelitian ini berdasarkan pengelompokan pokok-pokok pikiran yang tercantum dalam bab-bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

(5)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan kegiatan serta cara-cara yang penulis tempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang diperoleh penulis. Di dalamnya berisi tentang analisis dan pemecahan masalah yang dikaji dalam tugas akhir ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(6)

BAB 2

AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS

2.1. PENGGABUNGAN BADAN USAHA DAN AKUISISI

2.1.1. DEFINISI PENGGABUNGAN USAHA

Penggabunan usaha menurut Hadori Yunus (1981 : 224)

pengertiannya adalah:

”Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.” Disamping itu pengertian menurut PSAK 22 Transaksi kombinasi menurut PSAK 22 revisi tahun 2010 terjadi ketika suatu entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang berupa bisnis. Disini yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijaksanaan keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut. Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak, yakni entitas pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi merupakan entitas yang memperoleh pengendalian atas entitas yang diakuisisi dalam transaksi bisnis. Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau disebut juga entitas target, merupakan entitas yang dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan oleh entitas lain (entitas pengakuisisi). PSAK 33 direvisi taun 2010 cenderung menggunakan istilah entitas dibanding perusahaan.

PSAK 22: Kombinasi Bisnis, merupakan pengadopsian dari Standar Akuntansi Internasional, yakni Internasional Finansial Reporting Standard (IFRS) 3 tahun 2008. IFRS 3 pada awalnya terbit tahun 2004 sebagai pengganti dari Internasional Accounting Standard (IAS) 22. Hasil kerja sama dewan standar akuntansi internasional atau Internasional Accounting Standard Boars (FASB) dengan dewan standar Amerika- dalam hal ini

(7)

3 tahun 2008. Pada tahun 1994 terbit PSAK 22 mengenai Pengabunggan Usaha sebagai hasil adopsi dari Internasional Accounting Standard (IAS) 22. PSAK 22 tahun 1994 menggunakan termoninologi “ Penggabungan Usaha”,kemudian pada tahun 2010 revisi PSAK 22 mengganti terminologi “Penggabungan Usaha” menjadi “Kombinasi Bisnis”.

PSAK 22 tahun 1994 menggunakan istilah “perusahaan” dalam pengabungan usaha, yang menyatakan bahwa penggabungan usaha terjadi antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Walaupun tampaknya sama, terdapat perbedaan istilah “perusahaan” dengan istilah “bisnis”. Bisnis

merupakan substansi usaha tanpa memandang bentuk usaha, sementara “perusahaan” mengacu pada bentuk atau badan usaha. PSAK 22 revisi 2010 mendefinisikan “bisnis” sebagai suatu rangkaian terpadu dan kegiatan dan aset yang mampu diadakan serta dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada investor atau pemilik, anggota, atau peserta lainnya.

PSAK 22 revisi 2010 bermaksud mencegah transaksi semacam itu. PSAK 22 revisi 2010 bermaksud menegakkan kombinasi bisnis, yaitu mendapatkan sinergi positif dari kedua aktivitas ekonomi (bisnis), bukan untuk menggabungkan dua badan hukum.

PSAK 22 revisi 2010 menyatakan bahwa suatu bisnis memiliki input

dan proses serta mampu menghasilkan output. Walaupun bisnis biasanya menghasilkan output, namun apabila dalam suatu rangkaian aktivitas tidak memilki output yang jelas, maka dapat dipertimbangkan faktor-faktor lain yang menentukan apakah suatu aktivitas merupakan bisnis atau tidak, yaitu:

1. Aktivitas utama yang direncanakan telah dimulai;

2. Terdapat karyawan, kekayaan intelektual, serta input dan proses lainnya yang dapat diterapkan pada input;

3. Sedang dijalankan rencana untuk memproduksi output;

4. Dapat diperoleh akses ke pelanggan yang akan membeli output, dan lainnya.

(8)

Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi dimana suatu perusahaan memperoleh pengendalian atas satu atau lebih perusahaan lain.

Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan perolehan ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk peseroan terbatas dinyatakan dalam kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun 2010 mensyaratkan penerapan metode pembelian (purchase) atau metode akuasisi untuk perolehan ekuitasentitas yang dimaksud. Pembahasan selanjutnya mengasumsikan bahwa kombinasi bisnis terjadi diantara entitas yang berbentuk peseroan terbatas melalui akuisisi saham biasa kecuali disebut khusus.

Kombinasi saham bisa berupa merger, konsolidasi dan akuisisi, perbedaan diantara ketiganya yaitnnu :

1. Merger (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A atau Perusahaan B) adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima, Marcus (1999:5)

2. Akuisisi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A dan Perusahaan B) adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Brealey, Myers, & Marcus, (1999:598).

3. Konsolidasi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan C) adalah dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi hukum dan sebagai gantinya didirikan suatu perusahaan dengan nama yang baru meskipun secara financial perusahaan baru tersebut mengambil alih asset hak dan kewajiban dari 2 perusahaan yang bubar tersebut.

Akuisisi saham biasa entitas target biasanya menyebabkan entitas

(9)

saham entitas target memberikan hak pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga terjadi kombinasi bisnis.

Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan bapepam masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai

(appraisal

Company), untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari entitas target. Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian yang di Indonesia di sebut setandar penilaian Indonesia (SPI). Profesi prusahaan penilai ini diatur dalam undang-undang pasar modal no.8 tahun 1995. Perusahaan penilai memiliki peran penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena nilai wajar ini diperlukan sebagi informasi wajib mematuhi prosedur dan tatacara yang dipersiapkan serta dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam menentukan dan melaporkan nilai wajar asset entitaas dimaksud.

Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama entitas yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh entitas pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham dilakukan dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun secara hukum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda, tetapi secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik lama entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini terhitung sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut tidak memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target.

(10)

agio Rp 200 per lembar saham, dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar saham. Harga akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. pinokio menerbitkan 1 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar sementara harga pasar perlembar adalah Rp 1.500. PT. pinokio mencatat ayat jurnal berikut:

Investasi saham PT. Abunawas Rp 1.500.000.000

Model Saham Rp 1.000.000.000

Tambahan Modal Disetor Rp 500.000.000

HARGA AKUISISI

2.1.2.1. PENGERTIAN HARGA AKUISISI

Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam PSAK 55 (revisi 2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.

Contoh: Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT. andaika sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-pengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain.

_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi Rp 200 juta

_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000

(11)

Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012 transaksi ini dicatat sebagai berikut:

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000

Beban Rp 215.000.000

Saham biasa (2 juta x 2.000) Rp4.000.000.000

Tambahan modal disetor Rp1.600.000.000

Kas Rp 215.000.000

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi

diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT. intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:

Tambahan modal disetor Rp 100 juta

Kas Rp 100 juta

Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.

2.3. ALOKASI HARGA AKUISISI

(12)

Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT Andika, yaitu yang baik yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan nonpengendali.

Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank suara PT Andika. Karena kepentingan nonpengendali juga harus nilai pada harga wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan nonpengendali. Jika harga wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100% adalah Rp7 miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat bukti lain yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk kepentingan nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih besar atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.

2.4.1. GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN

Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali (perusahaan induk) dan kepentingan nonpengendali.

Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas yang diakuisisi:

Harga ekuitas yang diakuisisi xxx

Harga wajar kepentingan nonpengendali xxx

Total harga wajar xxx

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (xxx)

Goodwill xxx

(13)

Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.

Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabilitas tambahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal berikut:

(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih: (b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;

(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan (d) Imbilan yang dialihkan

Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi. Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.

2.5. PEMBUKUAN ENTITAS PENGKUISISI SETELAH KOMBINASI BISNIS

Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi induk dan pihak yang diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan dibahas secara khusus dalam Bab 3. Entitas

Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009): Investasi dalam entitas asosiasi yang mensyarakat penerapan metode ekuitas. Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya diperoleh dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian investor, yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi

(14)

Investasi dalam ekuitas xxx

Pendapat investasi xxx

Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari

investee mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:

Piutang Dividen xxx

Investasi dalam ekuitas xxx

Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:

Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen

investee

PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat investasi jika pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari pendapatan comprehensive lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:

Investasi dalam ekuitas xxx

Pendapatan comprehenside lainnya xxx

2.6.Selisih Harga Akuisisi

(15)

Rp300.000.000, dan Googwil Rp200.000.000. keterangan mengenai informasi nilai wajar tersebut

Nilai buku investee yang dimiliki (80% x Rp6,5 M) Rp 5.200.000.000

Selisih investasi dengan nilai buku (80% x Rp500 jt) 400.000.000

Nilai investasi Rp 5.560.000.000

Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai berikut:

Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi.

informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi pada tanggal dimaksud. Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan goodwill penyebab harga akuisisi (investasi) berbeda dari nilai buku kekayaan entitas yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT andaika pada tanggal akuisisi telah terjual selama tahun 2012, hal ini menunjukan bahwa selisih investasi yang disebabkan oleh overvalue persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh aset lainnya seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa pakainya, dan tanah yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi, sementara goodwill akan mengalami pernurunan nilai. PSAK 15 mensyaratkan bagian investor atas laba/rugi investee disesuaikan dengan perubahan nilai tersebut. Pada tahun 2012, persediaan yang terjual, bangunan yang disusutkan, dan penurunan nilai goodwill kombinasi bisnis akan mengubah selisih harga akuisisi (nilai investasi) PT Intiseka yang harus disesuaikan.

Terjualnya persediaan oleh PT Andaika akan menyebabkan overvalue

(16)

(nilai investasi), maka PT Intiseka harus memulihkan nilai investasi sebesar Rp280 juta (80% x Rp 350 juta) dengan jurnal sebagai berikut:

Investasi Rp 280.000.000

Pendapatan investasi Rp 280.000.000

Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar Rp 400 juta (80% x Rp 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi. Bangunan merupakan aset tetap yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Nilai bangunan PT Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur ekonomisnya. Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp 40 juta (Rp 400 juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut dengan ayat jurnal berikut:

Pendapatan investasi Rp 40 juta

Investasi dalam saham Rp 40 juta

Sementara itu, goodwill akan menyebabkan harga akuisisi naik sebesar Rp 160 juta (80% x 200 juta). Penurunan nilai goodwill sebesar Rp 12,5 juta mengharuskan PT Intiseka menurunkan nilai investasi sebesar Rp 10 juta (80% x 12,5 juta), dengan ayat jurnal pada akhir tahun 2012 sebagai berikut:

Pendapatan investasi Rp 10 juta

Investasi dalam saham biasa Rp 10 juta

Pendapatan investasi PT Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal penyesuain (adjustment) di atas adalah:

Laba investee (80% x Rp 200 juta) Rp 160.000.000

Amortisasi selisih investasi

(17)

- Undervalue bangunan ( 40.000.000)

- Goodwill di-impair ( 10.000.000)

Total pendapatan investasi Rp 390.000.000

Berdasarkan pendapatan investasi tersebut, perhitungan nilai investasi pada akhir tahun dapat disajikan sebagai berikut:

Investasi awal Rp 5.600.000.000

Pendapatan investasi 2012 390.000.000

Dividen yang diumumkan (80.000.000)

Investasi 31/12/2012 Rp5.910.000.000

Perhitungan investasi berdasarkan komponennya juga dapat dilakukan seperti berikut:

Kekayaan investee yang dimiliki (80% x 6.600.000) Rp 5.280.000.000

Selisih investasi (lihat peraga 2-3) 630.000.000

Investasi 31 Desember 2012 Rp 5.910.000.000

Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp 6.6 miliar berasal dari:

Kekayaan 1 januari Rp 6.500.000.000

Laba tahun 2012 200.000.000

Dividen yang diumumkan pada akhir tahun (100.000.000)

Nilai kekayaan 31 Desember 2012 Rp 6.600.000.000

Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan, dan penurunan nilai goodwill tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih investasi itu membesar dari Rp 400 juta menjadi Rp 630 juta setelah amortisasi selisih investasi, karena akun yang diamortisasi lebih besar dari akun yang overvalue (Rp 280 juta), yakni persediaan, disbanding amortisasi akun yang undervalue.

PERAGA 2-3

1/1/2012 Amortisasi 31/12/2012

(18)

Persediaan-overvalue (280.000.000) 280.000.000

Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol melalui proses penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang, atau ditarik dari operasi karena teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu, utang akan menjadi nol melalui proses pelunasan atau pembebasan utang. Apabila aset atau utang yang menjadi factor penyebab selisih investasi pada saat akuisisi menjadi nol, investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila selisih investasi menjadi nol, maka

Investasi = jumlah kekayaan investasi yang dimilki investor

Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya diamortisasi. Apabila kekayaan pemegang saham PT Andaika sebesar Rp 10 miliar, maka nilai investasi adalah 80% x Rp10 miliar = Rp 8 miliar.

Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai kekayaan yang diperoleh, atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai buku kekayaan investee yang diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang dimiliki mencerminkan nilai investasi dan tidak ada amortisasi selisih investasi yang mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi.

(19)

Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih investasi kecuali terjadi kasus lain yang akan dibahas dalam bab 5 dan 6. Misalkan pada tahun 2040 setelah semua selisih investasi menjadi nol, PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp400 juta. Jadi, pendapatan investasi PT Intiseka adalah 80% x Rp 400 juta = Rp 320 juta. investasi diperoleh. Dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika, jika terdapat diskon pembelian sebesar Rp 20 juta seperti yang telah dijelaskan, maka perhitungan pendapatan investasi adalah sebagai berikut:

Laba investee (80% x Rp 200juta) Rp 160.000.000

(20)

investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan perkembangan nilai investasi adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang). Pengumuman laba entitas investee tidak serta merta menjadi tanda aliran masuk bagi investor kecuali investee berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham (dividen). Jadi, laba entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh investor. Karena itu, tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor atas pengumuman laba investee.

Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti pendapatan bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat pengumuman dividen tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh berdasarkan jumlah kepemilikan atas saham, dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham) xxx

Pendapatan Dividen xxx

Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan dengan alasan-alasan tertentu, yakni:

1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.

2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana perusahaan induk.

3. Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan – alasan tertentu.

Misalkan PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik saham perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat investasinya dengan menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk yang 80% dicatat sebagai pendapatan dengan ayat jurnal berikut:

Piutang dividen (80% x 100 jt) Rp 80 jt

(21)

Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang diumumkan investee.

Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh, sementara hak investor atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee. Misalkan pada tahun 2012 PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp 200 juta, sehingga hak PT Intiseka atas dividen PT Andaika maksimum sebesar 80% x 200 juta = Rp 160 juta. Apabila PT Andaika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta atau PT Intiseka mendapat 80% x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah melampaui hak PT Intiseka sebesar Rp 180 – Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak atas pendapatan ini diperlakukan sebagai pengurang nilai investasi, sehingga pengumuman dividen investee dicatat oleh PT Intiseka sebagai berikut:

Piutang dividen Rp 180 juta

Pendapatan investasi Rp 160

juta

Investasi dalam saham Rp 20 juta

Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20 juta = Rp 5.580.000.000.

Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT Intiseka mencatat pendapatan sebagai berikut:

Piutang dividen Rp 180 juta

Pendapatan dari PT Andaika Rp 180

juta

Apabila laba yang diumumkan PT Andaika ternyata sebesar Rp 200 juta, maka PT Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah:

Pendapatan dari PT Andaika Rp 20 juta

(22)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Penelitian diskriptif

Penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

(23)

Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih sama dengan variabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.

3. Penelitian asosiatif

Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan dengan diskriptif dan komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi unguk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

Menurut Sugiyono, (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:

1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

2. Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar.

Berdasarkan teori tersebut diatas, maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dari studi pustaka dan penjabaran kembali teori-teori beserta dengan contoh soal tiap-tiap identifikasi masalah beserta contoh jurnalnya.

3.2. SUBJEK PENELITIAN.

Subjek penelitian ini adalah salah satu bab yang terdapat dalam silabus mata kuliah advanced accounting II yaitu akuntansi kombinasi bisnis,

3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

(24)

ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang

relevan dengan penelitiannya.

Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan bahan-bahan khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.

Tujuan Studi Kepustakaan

Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the state of the art). Studi kepustakaan yang dilakukan

sebelum melakukan penelitian bertujuan untuk:

Menemukan suatu masalah untuk diteliti. Dalam arti bukti-bukti atau pernyataan bahwa masalah yang akan diteliti itu belum terjawab atau belum terpecahkan secara memuaskan atau belum pernah diteliti orang mengenai tujuan, data dan metode, analisa dan hasil untuk waktu dan tempat yang sama.

(25)

Untuk analisis data dan pembahasan yang akan dibahas pada bab berikutnya, data yang ada akan dianalisa dengan penjabaran teori dan penjelasan mengenai jawaban contoh soal dan interpretasi angka-angka pada data yang ada menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami menggunakan metode deskriptif (naratif).

Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku salam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Best, 1982:119).

BAB 4 PEMBAHASAN

Akuntansi Kombinasi Bisnis

(26)

maka dapat dipertimbangkan faktor-faktor lain yang menentukan apakah suatu aktivitas merupakan bisnis atau tidak, yaitu:

1. Aktivitas utama yang direncanakan telah dimulai(Sebagai Penyeimbang perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya yaitu produsen Batik.)

2. Terdapat karyawan, kekayaan intelektual, serta input dan proses lainnya yang dapat diterapkan pada input (Misalnya Pandai berfikir kreatif tidak hanya pada pengaplikasian saja tapi mampu membuat terobosan baru yaitu membuat motif baru)

3. Sedang dijalankan rencana untuk memproduksi output

4. Dapat diperoleh akses ke pelanggan yang akan membeli output, dan lainnya. (yaitu mendata pelanggan/target market, adakan lomba untuk menjadi sponsor, dan promosi dengan beli 2 gratis 1)

Dalam Hal ini transaksi kombinasi bisnis dengan konvergensi IFRS(internasional Finacial Reporting Standar) Memiliki hubungan karena meningkatkan daya informasi laporan Keuangan perusahaan karena mengadopsi standar internasional juga penting dalam rangka stabilitas perekonomian dengan mengadopsi IFRS berarti laporan Keuangan berbicara dengan bahasa akuntasi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam berkomunikasi dengan cabang – cabang perusahaannya yang berada dalam Negara berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengabilan keputusan, dengan mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam interpretasi akuntasi, sehingga memudahkan proses akuisisi, merger, konsolidasi maupun divestasi dan juga mengadopsi IFRS perusahaan dapat dibandingkan dengan pesaing secara global guna meningkatkan persaingan global saat ini.

Metode Kombinasi Bisnis

Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan perolehan ekuitas entitas lain, Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan bapepam masyarakat adanya pihak independen,

(27)

yang diberikan kepada pemilik lama entitas target adapun macam – macam metode Kombinasi Bisnis Yaitu :

1. Merger yaitu Merger adalah penggabungan perusahaan dengan jalan kepemilikan langsung oleh suatu perusahaan terhadap harta milik dari satu atau lebih perusahaan lain.

Pada cara ini perusahaan yang mengabil alih harta milik perusahaan lain merupakan satu-satunya diantara perusahaan yang bergabung tersebut untuk tetap mempertahankan identitas serta melanjutkan usahanya. Sedangkan perusahaan lain yang menyerahkan harta miliknya dibubarkan dan dengan demikian kehilangan statusnya sebagai unit usaha yang terpisah. Contoh perusahaan yang melakukan merger salah satunya adalah Bank Lippo dengan Bank Niaga pada tahun 2008 dan kedua bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka setelah merger menjadi Bank CIMN Niaga.

2. Akuisisi yaitu apabila suatu perusahaan membeli hak milik entitas lain, namun kedua entitas bisnis tersebut tetap beroperasi secara terpisah.

3. Konsolidasi yaitu Penggabungan perusahaan disebut dengan konsolidasi, jika dalam proses penggabungan itu dibentuk sebuah perusahaan baru dengan tujuan khusus untuk membeli (mengambil alih) harta milik dan mengakui hutang-hutang dari dua atau lebih dari perusahaan yang telah ada. Contoh perusahaan yang melakukan konsolidasi salah satunya yaitu antara Bank Bumi Daya (BBD), Bapindo, Bank Dagang Negara, dan Bank Exim. Keempat bank tersebut berkonsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri..

Harga Akuisisi

(28)

PSAK 22 revisi 2010 mengharuskan pihak pengakuisisi menilai aset teridentifikasi yang diperoleh dan kewajiban/liabilitas yang diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Selain itu PSAK 22 juga mengharuskan pihak pengakuisisi untuk mengukut kepentingan no pengendali atas aset neto teridentifikasi pihak yang diakuisisi. Penilaian pada nilai wajar umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan harga akuisisi yang wajar. Prinsip Historical cost mengharuskan entitas menyajikan aset Berdasarkan harga perolehan, tetapi ketika terjadi akuisisi saham, neraca entitas yang di akuisisi harus dinilai Berdasarkan harga wajarnya oleh penilai independen. Nilai wajar yang lebih tinggi akan menyebabkan harga akuisisi (nilai investasi) menjadi lebih tinggi. Kondisi dimana nilai wajar aset lebih tinggi dari nilai buku atau nilai buku utang lebih besar dari nilai wajarnya disebut undervalue. Apabila nilai wajar aset lebih kecil dari nilai buku atau nilai wajar utang lebih tinggi dari nilai buku yang tercatat, maka hal itu disebut sebagai overvalue.

Goodwill dan Diskon Pembelian

Goodwill masuk ke dalam kolompok Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Asset), goodwill merupakan Aktiva Tetap Tak Berwujud yang paling tidak berwujud, dalam artian goodwill termasuk yang paling sulit diukur apalagi untuk dihitung. Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai buku yang dibayarkan suatu entitas untuk bisa mendapatkan entitas lain.

Misalnya Perusahaan A ingin membeli perusahaan B untuk ekspansi usahanya, perusahaan B memiliki total Aset sebesar Rp 1.000, total Liabilitas: Rp 350 dan total Equity Rp 650. perusahaan B jual mahal terhadap perusahaan A karena tau posisi mereka strategis buat perusahaan A, setelah negosiasi yang cukup melelahkan, akhirnya perusahaan B mau di beli oleh perusahaan A dengan harga Rp 850, dan deal.

Lalu bagaimana? mari kita perhatikan

Harga Beli : 850 Total Aset : 1000

Net Aset : 650

(29)

Total Aset Bersih Perusahaan B adalah Rp 650 namun dibeli oleh perusahaan A dengan harga Rp 850, ada selisih Rp 200. Nah, selisih inilah yang kita sebut sebagai "Goodwill". Apa ini kerugian? mungkin secara angka angka memang lebih mahal, tapi manfaat pembelian perusahaan B ini diprediksi akan mengalir hingga beberapa tahun kedepan.

Secara sederhana perusahaan A melakukan penjurnalan seperti ini :

Debit | Aset Rp1.000

Debit | Goodwill Rp200

Kredit | Kas Rp850

Kredit | Liabilitas Rp350

Diskon Pembelian

yaitu suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar kepentingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.

PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal berikut:

(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih: (b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;

(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan (d) Imbilan yang dialihkan

Pembukuan Entitas Pengakuisisi Setelah Kombinasi Bisnis

(30)

 Ukuran pihak pengakuisisi (dinyatakan dengan laba, aset atau pendapatan) lebih besar dari entitas target.

 Jika kombinasi bisnis melibatkan lebih dari dua pihak, maka pengakuisisi biasanya merupakan pihak yang berinisiatif melakukan kombinasi bisnis, dan ukurannya lebih besar dari pihak lain dalam kombinasi bisnis.

 Entitas baru yang dibentuk sebagai hasil dari kombinasi bisnis tidak selalu merupakan pihak pengakuisisi. Jika entitas baru dibentuk untuk menerbitkan kepentingan ekuitas dalam rangka kombinasi bisnis, maka salah satu entitas yang bergabung merupakan peihak pengakuisisi dengan melihat ukuran dan faktor lainnya.

 Jika kombinasi bisnis mengakibatkan manajemen suatu perusahaan mendominasi penentuan anggota manajemen perusahaan yang bergabung, mak aperusahaan yang dominan tersebut adalh perusahaan pengakuisisi.

Bahwa dalam kombinasi bisnis yang dilakukan dengan penerbitan ekuitas, pihak pengakuisisi umumnya merupakan pihak yang menerbitkan ekuitas. Pengecualian terjadi dalam Reverse Acquistion di mana pihak yang secara hukum diidentifikasi sebagai pihak pengakuisisi, tetapi berdasarkan substansi akuntansi diidentifikasi sebagai pihak yang diakuisisi.

Pendapatan Investasi dalam Laporan Keuangan Individu

instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode biaya menyajikan nilai investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang).

Dalam metode biaya sumber pendapatan investasi adalah laba dibagikan oleh investee. Penerapan metode ini dilakukan dengan alasan tertentu yakni:

1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena alasan perusahaan anak dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.

2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana kepada perusahaan induk.

(31)

Kesimpulan

Setelah penulis pelajari makalah ini penulis dapat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

Penggabungan Usaha adalah merupakan usaha pengembangan atau perluasan usaha dengan cara menggabungkan dua atau lebih perusahaan menjadi satu kesatuan ekonomi. Maka merupakan sebuah hubungan yang bertujuan untuk membangun kesejahteraaan perusahaan dalam Penyeimbang perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

Dari penjelasan diatas bisa ditarik bahwa penggabungan usaha merupakan sebuah kombinasi bisnis suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. tidak hanya mengakusisi atau merger maupun konsolidasi terlebih dapat membangun kesejahteraan perusahaan maupun meningkatkan defisit negara

Saran

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Table 1 shows that women being subject in this study were aged in young adults (proportion of women aged <= 35 years ± 57%), with an average body weight 53.9 kg, height 151.3

Sintesis asam oksalat dari getah batang tanaman Sri Rejeki menggunakan metode hidrolisis secara optimum terjadi pada penggunaan larutan asam fosfat konsentrasi 5 M dan suhu

Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data dan pembahasan tentang hubungan antara pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu pada fase aktif kala I proses

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi produkstifitas dan kualitas hijauan pastura di BPTUHPT Padang Mengatas melalui menganalisis komposisi botani, produksi

Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu

Dengan hormat kami sampaikan bahwa USAID ( United States Agency for International Development ) telah memberikan kontrak kepada Academi for Educational

“Guru reguler menyusun RPP untuk siswa reguler, sedangkan GPK membuat sendiri rencana pembelajaran dan jurnal harian dengan melihat silabus pembelajaran dari guru

Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kehidupan sehari-hari orang yang