• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PAD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK

PADA TRANSFORMASI SOSIAL

KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA

DWINDI RAMADHANA

14/372783/PTK/9877

Program Studi S2 Arsitektur, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik,

Universitas Gadjah Mada

2014

ABSTRAK

Terjadinya peluasan kawasan kota Yogyakarta pada wilayah aglomerasi, terlihat sangat jelas di daerah Seturan. Dipilihnya daerah Seturan sebagai objek penelitian dikarenakan daerah ini melingkup beberapa universitas dengan segala dinamika kehidupan mahasiswa didalamnya. Di sisi lain, Seturan adalah salah satu ja lur singkat dari Jalan Ringroad Utara menuju kota. Kawasan ini awalnya dimanfaatkan sebagai lokasi efektif berpromosi, akhirnya menjadi tempat efektif secara ekonomi dalam berbisnis.

Memperhatikan pertumbuhan kawasan yang begitu cepat di daerah Seturan, terutama dari segi bisnis terhadap sosialnya, menunjukkan adanya dampak yang belum teratasi secara sosiologis. Terjadinya pengelompokan sosial juga menjadi gep keras yang sangat tampak di daerah ini. Tidak hanya pengelompokan masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa.

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu julukan Yogyakarta adalah kota pelajar, karena Yogyakarta telah memiliki lebih dari dua ratus universitas baik negeri maupun swasta yang nyatanya menerima calon mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia maupun luar negeri dengan jumlah yang terus bertambah setiap tahunnya.

Seiring dengan bertambahnya

„penduduk sementara‟ di Yogyakarta,

fasilitas-fasilitas yang disediakan pun semakin menjamur. Hal ini menyebabkan banyaknya perubahan fungsi kawasan, atau setidaknya memaksimalkan fungsi kawasan.

Perubahan fungsi kawasan yang lebih besar dikarenakan oleh kegiatan ekspansi atau peluasan kawasan kota,

dengan membangun penyedia fasilitas, karena wilayah kota sudah dapat dikatakan penuh untuk suatu pembangunan baru. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Depok, lebih tepatnya di daerah Seturan. Kawasan ini tadinya merupakan kawasan mahasiswa YKPN dan UPN, juga Atma Jaya. Semakin tinggi tingkat pembangunan dikawasan ini, semakin banyak kegiatan sosial yang berubah.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Kerangka Teoritik Melihat

Seturan

Cristaller dengan “central place theory”-nya menyatakan kota berfungsi menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Dari teori ini, dapat dimengerti bahwa kota merupakan pusat penyediaan fasilitas, terutama pada jasa. Ditambahkan oleh Wirth yang mendefinisikan kota sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya, hubungan sosialnya menjadi longgar, acuh dan tidak pribadi (impersonal relation).

Menurut Spiro Kostof (1991), kota adalah peleburan dari penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya tertentu. Ada dua macam bentuk kota, yaitu geometri dan organik. Hal ini disebut juga sebagai planned, yaitu adanya pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik (design guide) dan unplanned, yaitu segmen kota yang berkembang secara spontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota aka memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organic pattern (bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.

Pertumbuhan kawasan Seturan ini ada pada penyediaan fasilitas umum yang kemungkinan memang ditargetkan pada mahasiswa-mahasiswa yang ada didalam kawasan ini. Ada tiga universitas besar yang ada didalam kawasan ini, yaitu Atma Jaya, YKPN, dan UPN. Setiap tahunnya, mahasiswa yang diterima semakin meningkat, menyebabkan kawasan ini semakin padat. Semakin banyak pengadaan fasilitas untuk kebutuhan dasar,

seperti tempat tinggal (kost) dan tempat fasilitas tambahan yang menjamur.

Mengingat karakteristik kawasan Seturan sebagai kawasan aglomerasi dan juga sebagai lingkungan yang kental dengan mahasiswa, sudah sewajarnya kawasan ini tumbuh dengan pesat. Banyak fasilitas yang disediakan untuk mempermudah kehidupan mahasiswa dengan menyediakan segala lapis kebutuhannya, yaitu primer, sekunder dan tersier.

Namun dampak dibangunnya fasilitas-fasilitas ini, terjadi kondisi yang tak terkendali, seperti pengunjung yang datang bukan hanya mahasiswa setempat, tapi juga berbagai lapisan masyarakat dari luar kawasan yang sengaja datang untuk menikmati fasilitas yang ada dalam kawasan ini. Dengan kondisi ini, keramaian kawasan dimanfaatkan oleh pebisnis lain untuk menyediakan fasilitas yang general, seperti hotel, apartemen, dan mal.

Pembangunan merebak, seiring dengan bertumbuhnya kawasan ini dan mulai terasa kental nuansa bisnisnya. Dari segi arsitektur, pemilik penyedia fasilitas berusaha untuk menonjolkan bangunannya agar lebih menarik perhatian dan dapat menampung pengunjung sebanyak-banyaknya. Mulai terbentuk pola pembangunan yang unplanned.

(3)

masyarakat setempat maupun pendatang atau pelaku bisnis luar kawasan yang datang untuk memanfaatkan kondisi ini.

Dari hal tersebut diatas, dapat disusun kerangka permasalahan yang dapat digunakan untuk melihat adanya transformasi sosial yang terjadi di kawasan Seturan seiring dengan pertumbuhan kawasan tersebut.

Gambar 1 kerangka rumusan masalah

B. Lingkungan Kawasan

Kawasan Seturan masuk dalam Kecamatan Depok yang ditentukan sebagai wilayah aglomerasi. Kawasan ini secara administratif termasuk dalam Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai wilayah aglomerasi, pertumbuhan diarahkan ke kawasan ini. Baik untuk pembangunan sarana prasarana sebagai fasilitas dasar warga setempat maupun menjadi target peluasan pembangunan kota.

Dalam kawasan ini, terdapat banyak bangunan komersil yang telah dibangun atau sedang dalam pembangunan. Pertumbuhan yang terjadi dikawasan ini lebih mengarah pada kawasan bisnis. Lebih tepatnya bisnis fasilitas yang mendukung kegiatan khusus

mahasiswa yang ada di kawasan maupun masyarakat secara umum di kabupaten Yogyakarta, maupun Sleman. Seluas kawasan Seturan ini, terdapat dua bentuk pola, yaitu planned dan unplanned.

Bentuk pola planned, dapat terlihat di Jalan Babarsari yang terdapat ruko-ruko sederetan panjang dari timur ke barat. Bagian planned juga dapat dilihat di area kampus Atma Jaya, UPN dan YKPN. Sedangkan sisanya, merupakan bentuk yang unplanned.

Gambar 2 Deretan Ruko di jalan Babarsari Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Bentuk unplanned yang dimaksud lebih banyak terlihat di Jalan Seturan Raya yang dalam lingkupnya terdapat bangunan komersil, residen, kuliner, bengkel, hingga tempat berkumpul. Tata letak urutannya terbentuk secara spontan berdasarkan kepentingan pemilik tanah dan pengembangnya.

Gambar 3 Deretan bangunan komersil di Jalan Seturan Raya

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

(4)

1) Bangunan Pendidikan

Seluas kawasan Seturan ini, setidaknya ada tiga instansi pendidikan y ang berdiri, yaitu Atma Jaya dan UPN di jalan Babarsari, YKPN dijalan Seturan Raya dan UPN Pusat yang berdekatan dengan Ringroad Utara.

2) Residen dan Tempat Berkumpul

Komersil

Di bagian utara ini, pada sisi timur kampus UPN, terdapat beberapa ruko yang menyediakan fasilitas pemesanan tiket pesawat, barang-barang fashion, dan bagian selatan kampus UPN terdapat dua buah minimarket dan sebuah kawasan pemukiman yang menjadi daerah tempat tinggal mahasiswa UPN kebanyakan.

Masih dibagian utara jalan Seturan (bagian selatan kampus) terdapat pula ruko komersil yang menjual barang-barang fashion, dan diseberangnya terdapat hotel yang baru selesai dibangun pada pertengahan tahun 2014. Selain menyediakan tempat tinggal sementara, hotel ini juga menyediakan fasilitas untuk pelaku bisnis, mahasiswa dan para professional untuk berkumpul dengan mengadakan meeting room, dan coffee shop. Selain hotel ini, ada satu hotel lagi yang sudah cukup lama dibangun.

Gambar 4 Hotel Fortune Fest Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Tidak jauh dari YKPN, sebelah selatan, terdapat hotel yang cukup besar,

yaitu Hotel Merapi Merbabu. Hotel ini hanya menyediakan fasilitas tempat tinggal sementara yang eksklusif dan sedikit luasan untuk fasilitas umum berupa tempat makan KFC.

Gambar 5 Hotel Merapi Merbabu Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Pertumbuhan menjadikan kawasan ini target pembangunan apartemen juga. Ada dua apartemen yang sedang dibangun dikawasan ini. Yaitu Apartemen Vivo dan Apartemen Green Park.

Gambar 6 Apartemen Vivo Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

(5)

Terdapat satu titik yang sangat terlihat didepan kampus Atma Jaya, yaitu Hotel Syahid Raya. Hotel ini masih dalam masa pembangunan. Selain sebagai tempat tinggal sementara, hotel ini juga menyediakan banyak fasilitas tempat berkumpul seperti convension hall dan fasilitas hiburan berupa Blitz Megaplex

dibagian Syahid Yogya Walk-nya.

Gambar 8 Hotel Syahid Raya dan Syahid Yogya Walk Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Dari informasi ini, dalam radius 1-1,5 kilometer, terdapat sekitar empat hotel dan 2 apartemen. Tentu saja fungsi dan jumlah ini bukan disediakan khusus untuk mahasiswa, namun lebih ditujukan pada turis untuk menunjang sifat pariwisata Yogyakarta.

3) Kuliner

Banyak kuliner yang terdapat dikawasan ini mengingat tempat ini tadinya adalah murni lingkungan mahasiswa yang membutuhkan berbagai variasi sebagai kebutuhan dasarnya. Dalam kawasan ini tersedia tempat makan dari yang kecil seperti burjo dengan harga yang murah, hingga rumah makan dan café dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Pengunjung yang datang untuk mencari variasi makanan yang cukup banyak di Seturan, tidak hanya bagi warga atau mahasiswa yang tinggal dikawasan ini, namun juga masyarakat dan

mahasiswa dari berbagai penjuru Yogyakarta dan Sleman.

Gambar 9 Kuliner di Seturan Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Gambar 10 Kuliner di Seturan Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

4) Coffee shop

Tidak hanya fasilitas untuk

makanan „berat‟, namun juga untuk

kebutuhan tersier, terdapat beberapa coffee shop, baik secara independen, maupun bergabung dengan fungsi bangunan lain seperti hotel.

Kini, Coffee shop menjadi tempat yang utama bagi mahasiswa dan masyarakat kebanyakan. Coffee shop

menjadi tempat yang efektif dan nyaman dengan fasilitas koneksi internet yang memudahkan masyarakat melakukan aktifitasnya. Coffee shop adalah fasilitas yang menjamur, khususnya di daerah Seturan ini. Namun begitu, coffee shop

(6)

Gambar 11 Parsley Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Gambar Ош ! Т я

.12 Eastern Kopi TM Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Gambar 13 Terrace Coffee Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Nuansa bisnis di Seturan semakin kental dengan banyaknya tempat-tempat seperti coffee shop yang eksklusif dengan bentuk-bentuk bangunan yang juga sangat menarik. Posisinya yang berada tak jauh dari kampus, membuat kontras yang tinggi, dari nuansa pendidikan menjadi nuansa bisnis.

5) Hiburan

Penyedia sarana hiburan juga ikut meramaikan nuansa bisnis di Seturan. Pada awalnya fasilitas ini mengejar lingkungan mahasiswa. Namun pengunjung yang tadinya hanya mahasiswa setempat, meluas tak terkendali hingga mahasiswa luar kawasan.

Gambar Ош ! Т я

.14 Movie Box Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Sarana hiburan yang disediakan cukup menarik untuk mahasiswa yang membutuhkan refreshing dari aktifitas sehari-harinya.

C. Perubahan Struktur dikawasan

Seturan

Setiap daerah akan mengalami perubahan akibat kondisi utama seperti ekonomi, teknologi, geografi dan kondisi biologi (Soekanto, 1990:38). Daerah Seturan mengalami perubahan seiring dengan tingkat perekonomian yang semakin beragam. Terdapat factor-faktor yang menjadi penyebab dan mempengaruhi terjadinya perubahan.

1) Faktor-faktor penyebab

Terjadinya perubahan disebabkan oleh adanya ketidakpuasan akan hal yang sudah ada, yang dulunya dapat memenuhi kebutuhan, namun sekarang sudah tidak lagi maksimal.

(7)

optimalnya kawasan, penataan yang maksimal pada kawasan dengan fungsi-fungsi yang mendukung, penggunaan struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi tapak pada kawasan (Cristoper Alexander, A New Theory of Urban Design, 1987, 14:32-99).

Kesan yang berubah pada daerah Seturan ini, yaitu dulunya dijadikan jalan pintas bagi masyarakat yang tinggal di utara (Sleman) untuk mencapai tujuannya di kota (selatan), begitu juga sebaliknya. Namun dengan menyadari terus bertambahnya jumlah kendaraan yang melintas (seiring dengan meningkat pesat jumlah penduduk) kawasan ini menjadi sangat cocok sebagai tempat efektif untuk berpromosi. Lama kelamaan, kawasan ini mulai menyediakan fasilitas-fasilitas yang tadinya hanya ada di pusat kota. Harapannya membuat kendaraan-kendaraan yang melintas untuk mampir, tercapai. Bahkan kini, banyak kendaraan-kendaraan yang melintas memang bertujuan ke jalan Seturan.

Melihat situasi di daerah Seturan, kondisi kawasan ini menjadi optimal untuk terjadi perubahan fungsi yaitu dengan banyaknya mahasiswa yang berada di dalam kawasan dan kendaraan yang berlalu lalang dijalan ini, secara ekonomis, tempat ini menjadi sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan bisnis yang menjanjikan.

Pada dasarnya, penataan dikawasan ini terlihat seperti unplanned. Banyak tanah yang dijual pada pengembang untuk dijadikan lahan bisnis dan perijinan yang didapat, mendukung menjamurnya bisnis fasilitas dikawasan ini. Termasuk juga karena secara geografis, sebagai wilayah aglomerasi, peluasan kota sudah sangat kentara menjadi penyebab berubahnya kawasan Seturan.

Semakin dekat dengan kota, semakin banyak ragam aktifitas yang terdapat didalamnya. Keberadaan fasilitas-fasilitas ini tidak lepas dari tumbuh dan berkembangnya kegiatan-kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota. Fasilitas-fasilitas inilah yang dimaksud dengan aktivitas pendukung (activity support).

Dalam peluasan kawasan kota, terdapat tiga konsep pengembangan wilayah, yaitu konsep pusat pertumbuhan, konsep integrasi fungsional, dan konsep pendekatan desentralisasi (Alkadri et all,

Manajemen Teknologi Untuk

Pengembangan Wilayah, 1999). Terlihat jelas bahwa konsep pusat pertumbuhan pada Seturan, mengingat begitu banyaknya investor yang menanam investasinya dalam bentuk bisnis fasilitas seperti hotel, coffee shop, kuliner dan hiburan yang sudah dibangun maupun belum selesai dibangun.

Konsep integrasi fungsional, dapat dilihat dari penggabungan antara lingkungan pendidikan dengan lingkungan bisnis yang terjadi di Seturan. Konsep ini disengaja untuk menempatkan kawasan Seturan mempunyai hirarki sebagai pusat pelayanan relative terhadap kota. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah tidak terjadinya aliran keluar dari sumberdana dan sumberdaya manusia yang ada dalam kawasan. Kawasan dioptimalkan akan menjadi sentral baru yang dapat melayani berbagai kebutuhan masyarakat.

2) Faktor-Faktor Pengaruh

(8)

system terbuka terbuka lapisan masyarakat; (6) penduduk yang heterogen; (7) ketidakpuasan masyarakat; dan (8) orientasi masa depan. Dari delapan faktor tersebut, terdapat empat poin yang mempengaruhi perubahan di Seturan, yaitu (1) kontak dengan kebudayaan lain; (2) penduduk yang heterogen; (3) ketidakpuasan masyarakat; (4) orientasi ke masa depan.

Kawasan Seturan yang juga sebagai lingkungan mahasiswa, didatangi oleh berbagai penjuru Indonesia dengan membawa kebudayaannya masing-masing. Hal ini mempengaruhi adanya perubahan gaya hidup pada masing-masing individu, baik sesama mahasiswa maupun masyarakat setempat. Termasuk juga didalamnya, mahasiswa yang datang dari luar Indonesia, yang tentu saja sedikit banyak, mampu mendominasi pola pikir yang berbeda pada warga Indonesia

dengan gaya hidup „luar‟nya. Kontak antar

budaya ini menyebabkan adanya generalisasi kultur. Oleh karena itu, fasilitas yang ada, tidak lagi memuaskan masyarakat. Maka, muncullah bisnis fasilitas yang diadopsi dari kebudayaan luar.

Ragam (heterogen) masyarakat, baik budaya maupun status ekonomi,

mampu membawa „sesuatu yang baru‟

dalam gaya hidup, baik dengan sesama mahasiswa maupun masyarakat setempat. Hal-hal ini mempengaruhi jalannya perubahan yang terjadi dikawasan Seturan yang semakin lama semakin mampu melayani seluruh kebutuhan baik primer, sekunder, hingga tersier.

Perubahan yang terjadi di kawasan ini tentu saja juga berorientasi ke masa depan. Dapat dilihat dari pembangunan yang ada didominasi oleh sifat investasi. Wilayah kota diarahkan pada kawasan ini

untuk melengkapi atau menambahkan fasilitas-fasilitas yang sudah ada.

Sebagai kawasan bisnis, tentu saja faktor persaingan tak dapat diabaikan. Persaingan antar investor sangat terlihat dari bagaimana mereka berusaha maksimal untuk meraup pengunjung lebih banyak dari yang lainnya. Bentuk fasilitas yang ditawarkan hingga bentuk bangunan yang menaungi menjadi target utama dalam implikasi persaingan tersebut.

Menurut Porter (1990) dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (1999), keunggulan komparatif telah dikalahkan oleh kemajuan teknologi. Secara umum, kawasan ini bersaing, berusaha meraih keunggulan, dengan kawasan lain di Yogyakarta. Keunggulan yang dimaksud disini adalah keunggulan faktor produksi, keunggulan inovasi, kesejahteraan masyarakat dan besarnya investasi.

Dari berbagai faktor-faktor yang ada, faktor ekonomi lah yang paling mendominasi terjadinya perubahan yang ada di kawasan Seturan. Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi, seiring dengan semakin beragamnya latarbelakang penduduk, maka semakin tinggi kebutuhannya. Investor memanfaatkan kondisi ini dengan menyediakan kebutuhan-kebutuhan ekstra yang dimaksud. Hal ini merupakan kesempatan emas bagi investor untuk membangun fasilitas yang diinginkan. Namun sangat disayangkan, bentuk yang nyata terlihat adalah bentuk yang

unplanned terhadap kawasan.

D. Dampak Perubahan Kawasan

(9)

kota serta terciptanya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan pada lingkungan, elemen tersebut adalah (1) tata guna lahan; (2) bentuk dan massa bangunan; (3) sirkulasi dan parkir; (4) ruang terbuka; (5) jalur pejalan kaki; (6) aktifitas pendukung dan (7) symbol dan tanda. Yang terlihat secara jelas, dampak terjadinya perubahan kawasan Seturan, terdapat lima poin, yaitu (1) tata guna menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan pejalan kaki (street level) yang menciptakan ruang yang manusiawi.

Namun yang terjadi dalam pertumbuhan dan perubahan kawasan Seturan, justru semakin kecilnya ruang bagi pejalan kaki. Bangunan-bangunan yang ada, mayoritas menghabiskan luas lahannya untuk keperluan komersil.

2) Sirkulasi dan Parkir

Sirkulasi semakin padat. Dengan banyaknya fasilitas yang tersedia dikawasan ini, tidak seiring dengan lebar jalan. Hal ini dikarenakan Seturan sudah menjadi tujuan oleh masyarakat luar kawasan demi pelayanan yang ada. Sirkulasi terparah ada di perempatan pertemuan Jalan Seturan Raya dengan Jalan Selokan Mataram. Tindakan pemerintah dalam menangani masalah ini yaitu dengan mengubah sistem sirkulasi di titik tersebut dengan mengatur jalan tersebut dengan jalan searah.

Sirkulasi yang padat, termasuk juga disebabkan oleh permasalahan parkir. Luasan parkir yang disediakan tidak sesuai

dengan pengunjung yang datang, sehingga parkir liar ditepi jalan masih kerap terjadi. Selain berpengaruh pada visual kawasan, parkir liar juga menghambat sirkulasi pada jalan utama.

3) Ruang Terbuka

Tidak adanya ruang terbuka ditempat ini mengakibatkan semakin kecil kemungkinan kontak sosial yang terjadi dikawasan ini. Dari sini dapat dikatakan bahwa hubungan sosialnya menjadi longgar, acuh dan tidak pribadi.

4) Jalur Pejalan Kaki

Terlihat pada visual kawasan, tidak ada jalur khusus bagi pejalan kaki, seakan Seturan dikhususkan untuk kendaraan bermotor. Ditambahkan lagi dengan kenyataan adanya parkir liar ditepi jalan, semakin menindas nasib pejalan kaki. Tidak adanya jalur khusus pejalan kaki menjadi akibat dari sirkulasi dan parkir yang tidak diatur, juga kurangnya kepedulian terhadap pejalan kaki. Semakin lama, jumlah pejalan kaki semakin sedikit dan ini juga berarti semakin sedikit adanya interaksi sosial non bisnis di kawasan ini.

5) Simbol dan Tanda

(10)

Sayangnya, yang terjadi justru dominan melanggar dasar tersebut. Persaingan yang tidak sehat ditandai dengan iklan-iklan reklame yang saling ingin menonjol sendiri. Hal ini terjadi karena belum ada aturan tegas soal ukuran dan kualitasnya. Dari segi desain pun terkesan asal jadi. Dampak negatif visual yang seharusnya dikurangi justru semakin meningkat.

BAB III KESIMPULAN

Melihat perubahan yang terjadi di kawasan Seturan sebagai kawasan aglomerasi, ternyata pertumbuhannya sangat pesat. Terutama dilihat dari pembanguann fasilitas yang semakin beragam dan bentuk bangunan yang semakin besar. Perubahan kawasan bergerak kearah ekonomi secara dominan. Dampak yang terjadi juga cukup banyak, terutama secara sosiologis.

Sosial yang melonggar menjadi salah satu akibat utama dalam pertumbuhan kawasan, karena fasilitas-fasilitas yang disediakan merupakan fasilitas yang menaungi pengunjung bukan hanya warga setempat namun juga luar kawasan. Sifatnya pun terkesan private

agar pengunjung tidak terganggu oleh masyarakat setempat.

Sifat sosial yang tampak pada kawasan ini adalah sifat sosial yang berkelompok. Bertambahnya jumlah dan ragam penduduk, menjadikannya gep sendiri dalam masalah sosial. Tidak adanya kepedulian terhadap warga sekitar (termasuk tidak adanya kepedulian terhadap pejalan kaki) juga menimbulkan kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Begitu juga dengan fasilitas-fasilitas yang mahal bermunculan. Kelompok sosial yang ada dalam kawasan ini (baik setempat maupun pendatang) terbagi menjadi tiga, yaitu low-end, mid-end,dan

high-end. Pengelompokan ini dapat dilihat

dari terpisahnya tempat mereka berkumpul. Hal ini tidak hanya terjadi pada lapisan masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa secara khusus. Mahasiswa pun terbagi menjadi tiga kelompok sosial tersebut karena fasilitas yang tidak mendukung penyamarataan sosial ekonomi masyarakat setempat demi keuntungan bernominal rupiah.

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko (Ed. Mubyarto). 1993.

Karakteristik dan permasalahan

(Pembangunan Pedesaan di

Indonesia), Yogyakarta : Aditya

Media

Pratiwi, (Ed. Mubyarto). 1993.

Permasalahan Pembangunan di

Desa-Desa Pedalaman dan

Perbatasan. Yogyakarta : Aditya

Media

http://zoelyer.blogspot.com/2012/04/sosiol ogi-perkotaan.html (akses :

Desember 2014)

http://pengembanganperkotaan.wordpress.

Gambar

Gambar 2 Deretan Ruko di jalan Babarsari Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Gambar 5 Hotel Merapi Merbabu Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Gambar 10 Kuliner di Seturan Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Gambar Ош����! Т���� ���������� ����я � ��������� �����������.12 Eastern Kopi TM Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menggunakan algoritma K-Means dan mengelompokkannya menjadi -2 clushter atau kelompok yaitu clushter tingkat tinggi(C1) dan rendah (C2).Terdapat -33 Provinsi

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas pengamatan komposisi lignoselulosa sebelum dan setelah pretreatment, pengamatan kadar gula reduksi

Pesertanya tidak hanya mahasiswa S1 melainkan ada juga mahasiswa S2 yang berasal dari kampus yang terkenal akan risetnya seperti Cambridge University dan Seoul National

Analisis dilakukan untuk mengupas karya foto Setiawan secara visual dan biografis berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, untuk menemukan hubungan antara

(1) Seksi Pengolahan dan Pemasaran mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan kebijakan, pelaksanaan, dan pemberian bimbingan teknis serta pemantauan

Bupivacaine memiliki sifat hidrofilik dan memiliki perlekatan dengan protein yang tinggi yaitu sekitar 96% (Bricker 2004) sehingga sediaan bupivacaine dapat digunakan

Variasi sumber karbon dan nitrogen dilakukan untuk mendapatkan kondisi optimal dalam pembentukan biosurfaktan oleh bakteri yang digunakan.. Biosurfaktan yang telah

Undang-Undang Nomor Z5 Tahun Z004 tentang Sistem Perencanaan Pernbangunan Nasional (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik